Rabu, 25 April 2018

Komik Naga Beracun 4 Kho Ping Hoo

--------
Tentu saja Cin Cin maklum bahwa dirinya yang
dimaksud dalam percakapan orang itu, akan tetapi
ia tidak mau mencari perkara, ia ingat akan pesan
subonya bahwa ia tidak boleh mencari perkara dan
membuat permusuhan. Ia tidak mengenal mereka
dan ia dapat menduga bahwa mungkin mereka
adalah pimpinan penjahat di kota Lok-yang ini
yang sudah mendengar akan sepak-terjangnya di
rumah pelesir Ang-hwa di kota Ji-goan. Ia tidak
perduli karena andaikata ia tidak ada hubungan
dengan Cia Ma atau andaikata ia tidak melihat
delapan orang gadis dusun dalam kereta, iapun
tidak akan usil mencari perkara dengan rumah
pelesir itu Iapun mengambil keputusan untuk diam
saja tidak menanggapi mereka, asalkan mereka
tidak mengganggunya, baik dengan omongan
maupun dengan perbuatan.
Akan tetapi, Lok-yang Su-liong adalah tokohtokoh
sesat, maka seperti para tokoh sesat lainnya,
watak mereka sombong. Mereka sudah terbiasa
memaksakan kehendak dengan kekerasan, dan
apabila orang tidak melawan mereka, mereka
anggap bahwa orang itu takut terhadap mereka!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini, melihat betapa gadis lengan buntung itu
diam saja, melirikpun tidak, mereka mempunyai
dua macam dugaan. Pertama, gadis itu bukan
pendekar wanita yang telah mengusir Bi Tok
Siocia, dan ke dua, kalau benar ia pendekar wanita
itu, tentu merasa jerih untuk berlagak di kota Lokyang
dan takut terhadap mereka!
Sementara itu, Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa
diam-diam merasa mendongkol sekali melihat
sikap empat orang itu. Mereka belum yakin bahwa
gadis itu adalah orang yang mereka cari, akan
tetapi melihat gadis itu diam saja dan empat orang
itu mengeluarkan ejekan-ejekan, tentu saja mereka
berpihak kepada si gadis lengan buntung. Bahkan
Liu Hwa merasa amat penasaran. Gadis itu tadi
menunduk saja, seperti tenggelam dalam lamunan
penuh duka, maka tidak pernah memperhatikan
keadaan sekelilingnya. Tentu gadis itu belum
melihatnya. Kalau gadis itu memang benar
anaknya, tentu akan mengenalnya. Bagai seorang
wanita yang sudah menjadi ibu seperti dirinya,
waktu enambelas tahun tidak akan mendatangkan
banyak perubahan, berbeda dengan perbedaan
antara seorang kanak-kanak berusia lima tahun
yang kini menjadi seorang gadis berusia dua puluh
satu tahun! Ia tentu tidak banyak berubah dan Cin
Cin pasti akan mengenalnya.
"Eh, twako! Jangan-jangan pendekar wanita
buntung itu juga gagu atau tuli, ha-ha-ha!" seorang
di antara empat jagoan itu mengeluarkan ucapan
yang nyaring dan penuh ejekan, jelas ditujukan
kepada gadis buntung itu karena mereka berempat
memandang ke arah gadis itu sambil tertawa-tawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Andaikata gadis itu bukan puterinya sekalipun,
sikap empat orang ini cukup membuat hati Coa Liu
Hwa menjadi panas dan marah. Sebelum dicegah
suaminya yang ia tahu amat sabar dan tenang,
dari tempat duduknya iapun berkata dengan nada
suara lantang.
"Bubur ayam di rumah makan ini enak dan air
tehnya juga sedap, hanya sayang sekali ada empat
ekor lalat besar yang bau busuk dan suaranya
memualkan perutku! Dan ada empat ekor cacing
mengaku naga, sungguh menjemukan sekali!" Lie
Koan Tek terkejut akan tetapi tidak mampu
mencegah isterinya yang sudah bicara dengan
suara dan nada keras itu. Juga Cin Cin terkejut,
bukan saja oleh kata-kata itu, melainkan terutama
sekali oleh suara itu. Ia masih mengenal suara itu
dan iapun melirik. Hampir saja ia melonjak dari
tempat duduknya ketika ia mengerling dan melihat
wanita yang duduk di luar itu. Akan tetapi, melihat
wanita itu duduk dengan seorang pria berusia
enampuluhan tahun yang tinggi besar berewok dan
amat gagah perkasa, iapun menahan diri dan purapura
tidak mengenal.
Ibunya! Jelas ia tidak ragu lagi. Wanita itu
adalah ibunya dan pria yang duduk di sebelahnya
itu siapa lagi kalau bukan pendekar Siauw-lim-pai
yang bernama Lie Koan Tek, yang kini menjadi
suami ibunya.! Perasaan haru dan gembira dalam
hati Cin Cin segera tertutup oleh rasa sesal dan
cemburu. Semenjak dusun Ta-bun-cung di mana
perkumpulan Hek- houw-pang diserbu penjahat
sehingga ayahnya, Kam Seng Hin, ketua Hekhouw-
pang tewas, ibunya entah pergi ke mana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian, ia sendiri menderita kehidupan yang
amat pahit dan hampir saja celaka di tangan Cia
Ma! Kalau tidak bertemu dengan Tung-hai Mo-li,
mungkin ia kini telah dipaksa menjadi pelacur! Ia
hidup menderita, dan ibunya! Ibunya yang
kematian suami itu bahkan telah menggandeng
seorang pria baru, suami baru! Ia menderita
sengsara dan ibunya malah bersenang-senang.
Kemarahan ini yang membuat Cin Cin diam saja,
pura-pura tidak mengenal ibunya sendiri. Padahal
sebelum pertemuan ini, ia amat merindukan
ibunya.
Empat orang jagoan itu serentak bangkit dari
tempat duduk mereka dan memutar tubuh
memandang ke arah wanita yang berani
mengeluarkan kata-kata seperti itu terhadap
mereka. Dan mereka melihat wanita yang setengah
tua, sudah mendekati limapuluh tahun namun
masih cantik dan gagah, duduk memandang
kepada mereka dengan senyum mengejek,
sedangkan di dekat wanita itu duduk seorang lakilaki
gagah perkasa yang nampak tenang dan masih
makan bubur ayamnya. Sebaliknya, wanita itu
memandang kepada mereka dengan bibir
tersenyum mengejek mata menantang!
Coa Liu Hwa merasa kecewa sekali karena tadi ia
memperhatikan ke arah gadis buntung dan melihat
betapa gadis itu mengerling kepadanya. Akan
tetapi, gadis itu tenang saja dan agaknya sama
sekali tidak mengenalnya! Kalau begitu, gadis
bukan Cin Cin, bukan puterinya! Ingin ia menangis
rasanya, begitu kecewa dan penasaran. Maka rasa
penasaran ini ia tumpahkan kepada empat orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, tidak perduli betapa suaminya mencegahnya
dengan pandang mata.
"Heii, kalian empat orang sialan! Mau apa
engkau melotot dan memandang kepadaku?
Apakah kalian menantang?"
Tentu saja Lie Koan Tek terkejut bukan main.
Biasanya, isterinya agak pendiam dan tidak suka
mencari perkara. Dia dapat menduga tentu
isterinya bersikap seperti itu untuk memancing
perhatian gadis buntung itu. Diapun melihat
betapa gadis itu bersikap acuh saja. Padahal kalau
benar gadis itu puteri isterinya, tentu kini telah
mengenal ibu kandungnya.
Si jangkung kurus yang menjadi orang pertama
dari Lok-yang Su-Liong, tak dapat menahan
kemarahannya yang berkobar sejak pertama kali
Liu Hwa bicara tadi.
"Heii, nyonya! Apakah engkau menghina kami
Lok-yang Sui-liong? Siapakah engkau berani
bersikap begini kurang ajar kepada kami?"
Liu Hwa juga bangkit berdiri dan bertolak
pinggang, sikap yang sungguh aneh dan asing bagi
Lie Koan Tek, akan tetapi diapun dapat menduga
bahwa perubahan sikap isterinya ini semata-mata
ingin menarik perhatian gadis itu.
"Hemm, kalian berjuluk demikian besar, Empat
ekor Naga Lok-yang, akan tetapi sikap kalian
menghina orang seperti cacing-cacing tanah saja!
Seolah-olah di dunia ini tidak ada orang berani
kepada kalian. Aku seorang murid Hek-houw-pang
sama sekali tidak takut!" Biarpun ia bicara kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
empat orang itu, ketika mengatakan bahwa ia
murid Hek-houw-pang, ia melirik ke arah gadis
buntung itu, akan tetapi gadis itupun masih tetap
duduk dengan tenang.
"Perempuan sombong!" Seorang di antara Lokyang
Su-liong membentak. Dia berusia empatpuluh
tahun, bertubuh pendek gendut dan merupakan
orang termuda di antara mereka, juga wataknya
mata keranjang. "Kalau saja engkau duapuluh
tahun lebih muda, tentu akan kuhukum dengan
menemaniku selama beberapa malam, ha-ha-ha!"
Tiga orang kawannya juga tertawa-tawa.
Kini Lie Koan Tek bangkit berdiri dan
memandang ke arah empat orang itu. "Sudah lama
aku mendengar nama Lok-yang Su-liong sebagai
penjahat-penjahat kecil di kota Lok-yang yang suka
berbuat jahat. Kiranya, kalian selain jahat juga
pengecut dan beraninya hanya menghina wanitawanita
saja, walaupun isteriku ini kalau kubiarkan
tentu akan dapat membunuh kalian dengan
mudahnya!"
Empat orang itu kini meninggalkan meja mereka
dan dengan sikap mengancam mereka
menghampiri suami isteri itu. Si tinggi kurus
menudingkan telunjuknya kepada Liu Hwa dan
menghardik kepada Lie Koan Tek, "Isterimu ini
yang lebih dahulu menghina kami! Tidak tahukah
kalian bahwa kami Lok-yang Sui-liong adalah
pimpinan semua tokoh kangouw di daerah ini?
Isterimu yang bersikap tidak patut!"
"Kalian sendiri menghina seorang gadis dan
masih berani menuduh aku yang menghina
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang?" bentak Liu Hwa penuh semangat. Kini ia
melihat betapa gadis buntung itu memutar tubuh
memperhatikan mereka, akan tetapi ketika
pandang matanya bertemu dengan pandang mata
gadis yang disangka puterinya itu, gadis itu
mengalihkan pandang matanya.!
"Kalau isteriku telah bersikap kasar, harap
dimaafkan, akan tetapi kami harap agar su-wi
berempat juga tidak mengganggu orang lain lagi."
"Hemm, lagakmu seperti seorang pendekar!
Siapa sih engkau?" bentak si tinggi kurus kepada
Lie Koan Tek.
"Sejak dahulu sampai sekarang namaku Lie
Koan Tek. Aku bukan pendekar, akan tetapi kalau
ada orang bertindak sewenang-wenang, sudah
menjadi kewajibanku untuk menentangnya."
Pada saat itu pemilik rumah makan datang
tergopoh-gopoh dan memberi hormat kepada empat
orang itu dengan tubuh ditekuk hampir patah.
"Cuwi-eng-hiong (Orang gagah sekalian) mohon
ampun dan tidak berkelahi di sini, agar tempat
kami tidak menjadi rusak dan porak-poranda."
Si tinggi kurus mendengus. Baginya juga tidak
enak berkelahi di situ, karena penuh dengan meja
kursi, membuat dia dan tiga orang saudaranya
tidak leluasa bergerak. "Huh, jangan khawatir.
Sediakan saja masakan istimewa untuk kami
berempat pesta nanti setelah kami memberi
hajaran kepada orang ini." Kemudian dia
menghadapi Lie Koan Tek lagi dan berkata,
"Namamu Lie Koan Tek? Pernah aku mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nama Lie Koan Tek tokoh Siauw-lim-pai.
Engkaukah orangnya?"
"Aku memang murid Siauw-lim-pai bernama Lie
Koan Tek," kata pendekar itu dengan sikap tenang.
"Bagus! Sudah lama juga kami mendengar nama
Lie Koan Tek sebagai seorang yang gatal tangan
dan suka usil mencampuri urusan orang lain. Mari
kita keluar kalau memang engkau berani melawan
kami!" tantang si tinggi kurus dengan cerdik
karena dia sengaja menantang dengan sebutan
kami, berarti mereka berempat yang menantang,
bukan dia seorang. Empat orang itu hendak
melangkah keluar, akan tetapi pada saat itu
terdengar bentakan halus.
"Siapa di antara empat Lok-yang Su-liong yang
tadi menyebut-nyebut tentang tangan buntung?"
Yang bicara itu adalah Cin Cin dan semua orang
menengok dan memandang kepadanya. Gadis itu
masih duduk dan memegang sepasang sumpit
bambunya, agaknya sudah selesai makan dan tadi
menggunakan sepasang sumpit di tangan kanan
untuk makan kacang.
"Aku yang mengatakan!" kata orang muda yang
perutnya gendut.
"Aku juga. Habis kau mau apa?" kata pula orang
ke tiga yang matanya sipit hampir terpejam.
"Mulutmu busuk!" bentak gadis itu dan sekali
tangan kanannya bergerak, sepasang sumpit itu
meluncur bagaikan anak panah. Demikian
cepatnya luncuran sumpit itu sehingga biarpun
kedua orang itu berusaha mengelak, tetap saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masing-masing jadi korban sumpit yang
menembus dari pipi sebelah ke pipi yang lain!
Sumpit itu seperti ditusukkan dari pipi, menembus
rongga mulut dan keluar dari pipi yang lain! Tentu
saja kedua orang itu terkejut, kesakitan dan
mengeluarkan suara aneh karena mereka tidak
mampu menggerakkan mulut yang sudah ditusuk
sumpit. Hendak dicabut, takut kalau terlalu nyeri,
didiamkan saja juga sakit.!
Orang pertama yang tinggi kurus cepat maju dan
dua kali tangannya bergerak, dia sudah mencabut
sepasang sumpit itu dari pipi dua orang adik
seperguruannya. Dua orang yang terluka itu
menggunakan kedua tangan menutupi pipi yang
berlubang dan mengucurkan darah.
Si tinggi kurus dan orang ke dua yang pipinya
terdapat tanda luka codet, sudah mencabut pedang
masing-masing. Akan tetapi sebelum mereka
meloncat untuk menyerang gadis buntung itu, Lie
Koan Tek dan isterinya sudah mencabut senjata
mereka pula.
Lie Koan Tek melolos rantai baja yang dijadikan
sabuk, sedangkan isterinya mencabut pedang.
Melihat sepasang suami isteri itu menghadang di
depan mereka, si tinggi kurus dan si codet maju
menyerang. Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa
menyambut dengan senjata mereka dan terjadilah
perkelahian di ruangan makan itu. Namun,
ternyata dua orang jagoan itu sama sekali bukan
lawan Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa yang
semenjak menjadi isteri pendekar Siauw-lim-pai itu
telah mendapatkan kemajuan pesat dalam ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silat. Belum juga sepuluh jurus, rantai baja di
tangan Lie Koan Tek telah merobohkan lawan,
dengan tulang kaki patah dan tak mampu bangkit
kembali. Beberapa jurus kemudian, isterinya juga
dapat membuat lawan terpelanting dengan luka
bacokan pada pundak kirinya.
Empat orang Lok-yang Su-liong itu tanpa banyak
cakap lagi lalu melarikan diri, keluar dari rumah
makan sambil terhuyung dan saling bantu,
terutama sekali si tinggi kurus yang patah tulang
kakinya, terpaksa harus diseret dan terpincangpincang.
Lie Koan Tek menghampiri pemilik rumah
makan. "Berapa kerugianmu akibat perkelahian
tadi , akan kuganti."
"Tidak perlu.......tidak usah, taihiap. Akan tetapi
kami khawatir sekali karena Lok-yang Su-liong itu
mempunyai kawan yang banyak jumlahnya.
Bagaimana kalau mereka datang membalas
dendam?"
"Jangan takut. Kami akan melindungimu."
"Sobat, tahukah engkau di mana nona yang tadi
duduk makan di sana?" tiba-tiba Liu Hwa bertanya
kepada pengurus rumah makan itu karena tidak
melihat lagi adanya gadis yang disangka puterinya
itu.
"Nona itu.....? Ia tentu kembali ke kamarnya
karena ia tadi memesan kamar di loteng untuk
bermalam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kamipun akan bermalam di sini," kata Koan Tek
cepat. "Nomor berapa kamar nona tadi? Kami ingin
bicara dengannya."
"Kamar nomor dua di loteng, taihiap." Pengurus
itu lalu mempersilakan suami isteri yang amat
dihormatinya karena telah berhasil mengusir Lokyang
Su-liong yang ditakuti, untuk naik ke loteng
dan mereka mendapatkan sebuah kamar terbesar
di loteng itu, yaitu kamar nomor lima, terpisah tiga
kamar dari kamar nomor dua yang dihuni oleh Cin
Cin.
Memang benar perkiraan pengurus rumah
makan tadi. Ketika suami isteri itu menyambut
serangan penjahat itu, Cin Cin maklum bahwa
mereka tidak merlukan bantuan, maka diam-diam
ia menyelinap dan meninggalkan ruangan itu, naik
ke loteng dan masuk ke dalam kamarnya. Di
kamarnya, ia duduk termenung di tepi
pembaringan, kedua matanya basah namun ia
menahan tangisnya. Ia merasa dadanya sesak dan
juga panas sekali. Tidak salah lagi. Wanita itu
adalah ibunya, ibu kandungnya yang selama
belasan tahun ini dirindukannya, yang seringkali
membuat ia menangis seorang diri sambil memeluk
guling. Akan tetapi, kalau tadinya ia
membayangkan pertemuan yang mengharukan dan
membahagiakan dengan ibunya, sama-sama
menangis dan mengenang ayahnya, kini ibunya
muncul bersama seorang pria yang sama sekali
asing baginya, akan tetapi yang telah menjadi
pengganti ayahnya! Cin Cin menangis tanpa suara.
Terjadi pergolakan hebat di dadanya, antara
sayang dan benci, antara rindu dan kecewa, antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keinginan kuat untuk merangkul ibunya dan
menjauhkan diri dari ibunya!
Hanya satu hal yang membuat hatinya agak
terhibur. Ibunya nampak sehat dan gembira, juga
nampak cantik seperti dahulu. Dan ibunya juga
bersikap sebagai seorang pendekar wanita yang
berani menentang kejahatan. Demikian pula suami
ibunya, atau ayah tirinya, ternyata
memperlihatkan sikap seorang pendekar perkasa
yang terkenal sebagai tokoh Siauw-lim-pai.
Tidak, ia tidak akan menemui ibunya sebelum
perasaan yang tidak menentu berkecamuk di hati
nya. Selama hatinya masih terasa kacau dan
penuh pertentangan, ia tidak akan memperlihatkan
diri kepada ibunya. Akan tetapi, setelah kini
bertemu, untuk meninggalkan ibunya ia tidak
sanggup. Maka, iapun mengambil keputusan
untuk pindah dari situ, untuk membayangi dan
mengikuti perjalanan ibu dan ayah tirinya itu
secara diam-diam, sampai tiba saatnya ia merasa
yakin untuk bertemu dengan ibunya.
Demikianlah, percuma saja suami isteri isteri itu
mengamati kamar Cin Cin sampai sehari penuh,
Tidak pernah mereka melihat gadis itu keluar
kamar, bahkan sampai malampun mereka tidak
melihatnya.
Mereka tidak berani mengganggu malam itu.
Bagaimanapun juga, kini sudah menipis dugaan
mereka bahwa gadis itu adalah Cin Cin. Gadis itu
memang lihai bukan main. Sepasang sumpit yang
disambitkan saja demikian tepat menembusi pipi
dua orang lawan. Akan tetapi, kalau gadis itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar Cin Cin, sudah pasti ia akan mengenal
ibunya. Tidak, gadis itu pasti bukan Cin Cin dan
hal ini membuat hati Liu Hwa kecewa bukan main.
Akan tetapi ia dan suaminya masih mempunyai
harapan untuk berkenalan dengan gadis itu dan
siapa tahu gadis perkasa itu dapat memberi
petunjuk di mana adanya gadis yang mereka cari.
Baru pada keesokan harinya, pagi-pagi mereka
berani menghampiri kamar nomor dua dan
mengetuk pintunya. Tidak ada jawaban. Sampai
diperkuat ketukannya, tetap saja tidak ada
jawaban. Seorang pelayan menghampiri mereka
dan berkata, "Tidak ada gunanya ji-wi (kalian)
mengetuk pintu itu. Biar digedor sampai
bagaimanapun tidak akan ada yang membukanya
karena kamar itu kosong."
"Ehh? Kosong? Bukankah kemarin ditinggali
nona........"
"Nona yang buntung tangan kirinya itu, toanio?
Memang benar, akan tetapi malam tadi ia
membuat perhitungan, membayar semua sewa
kamar dan harga makanan, lalu pergi dengan
cepat."
Suami isteri itu terkejut. "Ke mana ia pergi?" Liu
Hwa bertanya akan tetapi pelayan itu menggeleng
kepala.
Tentu saja suami isteri itu merasa menyesal
sekali mengapa tidak kemarin saja mereka
mengunjungi nona itu. Sekarang ia telah pergi dan
kemana mereka harus mencarinya?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita ke kota Ji-goan saja, kita menyelidiki ke
sana, siapa tahu terdapat jejak anakmu disana."
Lie Koan Tek menghibur isterinya yang kelihatan
kecewa sekali.
Setelah membayar semua perhitungan, suami
isteri itu bergegas meninggalkan kota Lok-yang dan
menuju ke sungai Huang-ho untuk menyeberang
ke kota Ji-goan yang terletak di sebelah utara
Huang-ho.
Akan tetapi, ketika mereka tiba di jalan dekat
hutan di lembah sungai Huang-ho, tiba-tiba
muncul seorang pemuda yang agaknya sengaja
menghadang di depan mereka.
"Harap ji-wi berhenti sebentar, aku ingin bicara,"
kata pemuda itu. Sikapnya cukup sopan akan
tetapi suaranya terdengar dingin dan kaku seolah
menyembunyikan kemarahan. Suami isteri itu
memandang heran. Pemuda itu berusia sekitar
duapuluh dua tahun, tubuhnya tinggi tegap,
wajahnya tampan, matanya tajam mencorong dan
dagunya tebal, bibirnya mengandung senyuman
sinis dan telinganya agak kecil dan pakaiannya
sederhana namun bersih dan rapi.
"Orang muda, siapakah engkau dan ada
keperluan apakah yang ingin kaubicarakan dengan
kami?" Lie Koan Tek bertanya. Pendekar ini cukup
berpengalaman dan dia dapat menduga bahwa
pemuda yang menghadang ini pasti bukan pemuda
sembarangan.
"Bukankah paman yang bernama Lie Koan Tek,
pendekar Siauw-lim-pai?" tanya pemuda itu yang
bukan lain adalah The Siong Ki, murid Naga Sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungai Kuning Si Han Beng! Seperti telah kita
ketahui, Siong Ki berkunjung ke pusat Hek-houwpang
dan di sana dia bahkan bertemu dengan Cin
Cin. Akan tetapi seperti juga Cin Cin, dia menolak
ketika hendak diangkat menjadi ketua Hek-houwpang.
Dia meninggalkan Hek-houw-pang untuk
melaksanakan tugas yang diberikan gurunya
kepadanya, yaitu mencari Bi Lan yang telah
menculik puteri suhunya.
Suhu dan subonya memang sudah berpesan
kepadanya agar dia tidak sembarangan membalas
dendam kepada Lie Koan Tek, melainkan
diharuskan melakukan penyelidikan lebih
mendalam tentang kematian ayahnya. Diapun
tidak bermaksud membunuh Lie Koan Tek, akan
tetapi ingin bicara tentang kematian ayahnya, dan
diapun teringat akan keterangan gurunya bahwa Bi
Lan adalah keponakan Lie Koan Tek, maka besar
kemungkinan pendekar Siauw-lim-pai ini dapat
memberitahu kepadanya di mana adanya Kwa Bi
Lan. Demikianlah, ketika dia mendengar berita
tentang keributan yang dilakukan pendekar wanita
tangan kiri buntung di Ji-goan, dia dapat menduga
bahwa pendekar itu tentulah Cin Cin. Dia tertarik
dan mengikuti jejak Cin Cin sampai ke Lok-yang
dan di sana dia melihat Lie Koan Tek dan bibigurunya,
Coa Liu Hwa. Tentu saja dia menjadi
girang sekali dan segera dia menanti saat baik
untuk bertemu dengan mereka. Itulah sebabnya,
ketika melihat suami isteri itu keluar dari Lok
yang, dia mendahului menghadang di tempat sunyi
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, namaku Lie Koan Tek. Siapakah, engkau
orang muda?"
"Nanti dulu! Aku.......seperti mengenal pemuda
ini!" kata Coa Liu Hwa sambil mengamati wajah
yang tampan itu.
"Bibi benar. Aku adalah The Siong Ki, putera
mendiang ayah The C i Kok. Pernah aku ikut bibi
menjadi murid, akan tetapi aku lalu pergi. Akan
tetapi bukan itu yang penting.. Aku ingin bicara
dengan paman Lie Koan Tek!" kembali suaranya
terdengar dingin.
"Siong Ki.......ah, benar engkau Siong Ki.......!
Engkau sudah dewasa sekarang......"
"Hemm, orang muda. Apa yang akan
kaubicarakan dengan aku?" Lie Koan Tek bertanya.
"Paman, aku hanya ingin bertanya apakah benar
engkau yang dahulu telah membunuh ayahku,
yaitu The Ci Kok seorang murid Hek-houw-pang?
Jawab sejujurnya, paman. Benarkah engkau yang
membunuhnya?"
Lie Koan Tek mengerutkan alisnya. Pertanyaan
itu mengingatkannya kembali akan peristiwa yang
amat tidak enak itu. Ketika itu, secara terpaksa
karena dibebaskan dari penjara oleh Cian Bu Ong,
dia menjadi pembantu Cian Bu Ong dan dia ikut
pula menyerbu dusun Ta-bun-cung di mana Hekhouw-
pang dimusuhi Cian Bu Ong karena tidak
mau bersekutu untuk memberontak terhadap
pemerintah. Kalau dia teringat akan peristiwa itu,
dia merasa menyesal bukan main walaupun dalam
penyerbuan itu, tidak seperti yang lain, dia sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tidak melakukan pembunuhan, hanya
merobohkan saja para anggota Hek-houw-pang
tanpa membunuh.
Dengan tegas dia menggeleng kepalanya, "Tidak,
aku tidak membunuh ayahmu, aku tidak
membunuh siapapun dari Hek-houw-pang.!"
Jawaban itu memanaskan hati Siong Ki.
"Paman, engkau dikenal sebagai pendekar Siauwlim-
pai yang gagah perkasa, kenapa tidak berani
menanggung akibat dari perbuatan sendiri dan
hendak mengingkari perbuatan sendiri? Bukankah
paman juga ikut membantu gerombolan yang
menyerbu Hek-houw-pang? Bahkan paman telah
merampas pula bibi Coa Liu Hwa, isteri ketua Hekhouw-
pang menjadi isteri paman sekarang?"
"Siong Ki!" Coa Liu Hwa membentak marah.
"Sebaiknya kalau bibi tidak mencampuri karena
hal ini hanya akan mendatangkan rasa malu saja
kepada bibi sendiri. Aku bicara dengan seorang di
antara para penyerbu Hek-houw-pang dan
menghendaki jawaban sejujurnya dari Lie Koan
Tek!"
"Orang muda, jangan engkau bersikap kasar
terhadap isteriku. Ia tidak bersalah, dan tentang
penyerbuan ke Hek-houw-pang itu, aku tidak
menyangkal. Akan tetapi, aku hanya merobohkan
saja para pengeroyok dan sama sekali tidak
membunuh orang. Aku hanya terpaksa menyerang
Hek-houw-pang karena......."
"Cukup! Biarpun engkau tidak membunuh
ayahku dan tidak membunuh seorangpun dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-houw-pang, namun engkau mengaku sudah
ikut menyerbu dan merobohkan anak buah Hekhouw-
pang. Nah, sekarang aku, keturunan murid
Hek-houw-pang, menantangmu untuk mengadu
kepandaian. Hendak kulihat sampai di mana
kepandaian orang yang pernah mengacaukan Hekhouw-
pang dan mendatangkan malapetaka kepada
seluruh anggota Hek-houw-pang, bahkan kini
secara tak bermalu telah memperisteri bekas isteri
ketuanya. Cabutlah senjatamu, Lie Koan Tek!"
Siong Ki mencabut pedangnya dan tampaklah
sebatang pedang yang tua dan tumpul, namun
mengandung sinar yang dingin redup seperti sinar
bintang. Itulah Seng-kang-kiam (Pedang Baja
Bintang) yang ampuh, milik Bu Giok Cu yang
dititipkannya kepada murid itu untuk dipakai
mencari Si Hong Lan yang lenyap diculik Kwa Bi
Lan.
Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah
seorang pendekar yang gagah perkasa. Dia tidak
ingin mengingkari perbuatannya sendiri. Memang
dia ikut menyerbu Hek-houw-pang. Dia kini harus
mempertanggung-jawabkan perbuatannya itu.
Juga dia ditantang, sebagai seorang pendekar,
tentu saja pantang mundur kalau ditantang.
"Baiklah, orang muda. Aku tidak akan lari dari
tanggung-jawab!" katanya dan diapun sudah
melolos sabuk rantai bajanya dan bersiap.
”Siong Ki, jangan.........!!" Coa Liu Hwa mencoba
untuk mencegah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibi sudah mengkhianati Hek-houw-pang,
harap jangan ikut campur!" kata pemuda itu
dengan suara ketus.
"Orang muda, engkau terlalu menghina isteriku!"
Lie Koan Tek berseru marah. "Kalau engkau
hendak menyerangku, majulah!"
Siong Ki segera menggerakkan pedangnya
menyerang dan begitu dia menyerang, Lie Koan Tek
terkejut karena serangan itu selain cepat bagaikan
kilat menyambar, juga mendatangkan hawa yang
amat kuat. Dia memutar sabuk rantai bajanya
menangkis sambil mengerahkan tenaga pula.
"Tranggg!!!" Pertemuan antara pedang tumpul
dan rantai baja itu sedemikian kuatnya sehingga
menggetarkan tubuh Liu Hwa yang menonton
dengan cemas, dan ia melihat betapa suaminya
terhuyung ke belakang, sedangkan pemuda itu
tetap tegak. Ini saja sudah menunjukkan bahwa
dalam hal tenaga sin-kang, pemuda itu lebih kuat!
Juga Lie Koan Tek memaklumi hal ini, maka dia
bersikap hati-hati.
Siong Ki merasa mendapat angin. Dia tersenyum
mengejek, "Lie Koan Tek, kalau dulu engkau tidak
membunuh orang-orang Hek-houw-pang,
sekarangpun, melihat muka bibi Liu Hwa, aku
tidak akan membunuhmu, hanya akan memberi
hajaran kepadamu sebagai hukuman!" Setelah
berkata demikian dia menyerang dengan dahsyat
dan bertubi-tubi.
Pedangnya lenyap menjadi gulungan sinar yang
berkilauan. Lie Koan Tek juga menggerakkan rantai
baja itu untuk membentuk benteng perlawanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kokoh, karena dia maklum bahwa
mengnadapi pedang yang ampuh dan ilmu pedang
hebat itu, dia akan cepat roboh kalau membalas.
Melihat suaminya terdesak dan terancam, Liu
Hwa tidak mungkin dapat berdiam diri saja. Iapun
mencabut pedangnya menerjang ke depan sambil
berteriak, "Siong Ki, engkau tidak boleh menghina
suamiku!"
Siong Ki memutar pedangnya menangkis dan
mengejek, "Bagus, sekarang pengkhianatanmu
sudah lengkap, bibi Liu Hwa, dan biarlah aku
mewakili arwah suamimu untuk memberi pelajaran
kepadamu pula!" Pedangnya bergerak cepat secara
luar biasa sekali dan terdengar Liu Hwa berseru
kesakitan lalu terhuyung ke belakang karena
pangkal lengan kanannya terluka oleh ujung
pedang lawan.
Melihat isterinya terluka, Lie Koan Tek lalu
memutar rantai bajanya menyerang dengan
dahsyat sehingga terpaksa Siong Ki menangkis
sambil mundur dan tersenyum mengejek.
"Biarlah hari ini orang-orang yang berdosa
menerima hukumannya!" katanya dan kembali
pedangnya bergerak luar biasa sekali, membuat Lie
Koan Tek menjadi bingung dan biarpun dia sudah
memutar rantai bajanya dengan cepat, tetap saja
pundaknya terkena ujung pedang lawan dan dia
terhuyung dan pundak kirinya berdarah.
Siong Ki tertawa. "Ha-ha-ha, kalian rasakan
sekarang! Lie Koan Tek dan engkau bibi Liu kalau
kalian mau mengakui kesalahan kalian di
hadapanku, aku akan mengampuni kalian dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membebaskan kalian. Akan tetapi kalau kalian
tidak mengakui kesalahan, terpaksa aku akan
memberi hajaran lebih keras lagi."
Suami isteri itu saling pandang. Bagi orang yang
menghargai kegagahan seperti mereka,
merendahkan diri dan kehormatan merupakan
pantangan. Hampir berbareng mereka berseru,
"Kami tidak sudi!"
Wajah Siong Ki menjadi merah saking marahnya.
"Hemm, orang-orang tak bermalu masih
mempertahankan kehormatan? Kalau begitu, biar
kuberi pelajaran yang lebih pahit lagi. Siapkan
senjata kalian!"
Suami isteri itu telah berdiri berdampingan
dengan senjata di tangan, siap untuk melawan
sampai mati.
"Hyaaaaatttt........!" Tubuh Siong Ki menerjang
dahsyat dan pedangnya menyambar bagaikan kilat.
"Tranggg.......!!" Siong Ki terkejut setengah mati
ketika pedangnya bertemu dengan sebatang
pedang yang mengeluarkan sinar kehijauan
mengandung hawa dingin. Ketika dia meloncat ke
belakang karena merasa tangannya tergetar hebat
dan memandang, ternyata yang menangkis
pedangnya tadi adalah Cin Cin!
"Kau.......?" Akan tetapi Cin Cin tidak memberi
kesempatan lagi kepada Siong Ki untuk bicara,
karena ia segera menyerang dengan dahsyat bukan
main, sehingga terpaksa Siong Ki harus memutar
pedangnya untuk melindungi dirinya. Serangan
yang dilakukan Cin Cin amat hebatnya dan setiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali mereka beradu pedang, Siong Ki merasa
betapa seluruh lengannya tergetar hebat. Dia
melompat agak jauh ke belakang.
"Aku.....aku tidak ingin berkelahi denganmu,
aku hanya akan memberi pelajaran....."
Kembali Siong Ki tidak dapat melanjutkan katakatanya
karena begitu tangan kiri Cin Cin
bergerak, belasan batang jarum yang bersinar
menyambar ke arah tubuh pemuda itu. Siong Ki
terkejut dan cepat melompat jauh ke kiri. Kalau
Cin Cin maju membela ibunya dan dia dikeroyok
tiga, sudah pasti dia akan terancam bahaya.
Melawan Cin Cin seorangpun belum tentu dia
menang, maka mengingat bahwa dia telah melukai
Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa, yang tentu akan
membuat Cin Cin marah sekali, dia lalu meloncat
jauh dan melarikan diri!
Cin Cin tidak mengejarnya, hanya berdiri
mematung, memandang ke arah perginya pemuda
itu membelakangi suami isteri itu dengan sikap
acuh. Coa Liu Hwa dan suaminya saling pandang,
kemudian Liu Hwa yang kini timbul pula harapan
dan dugaannya bahwa gadis itu adalah puterinya,
segera menghampiri dan menegur dengan suara
gemetar.
"Kau.....kau.....Kam Cin? Cin Cin.....?"
Mendengar suara ibunya memanggilnya, Cin Cin
merasa jantungnya seperti diremas. Betapa
inginnya menubruk dan merangkul ibunya yang
selama ini amat dirindukannya, akan tetapi di situ
ada Lie Koan Tek dan ia masih merasa penasaran.
Dengan perlahan ia memutar tubuh menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya, mukanya menjadi pucat akan tetapi
sikapnya masih dingin dan ia hanya menatap
wajah ibunya, tanpa menjawab dan tanpa
memperlihatkan gejolak perasaannya.
Liu Hwa yang kini tidak ragu lagi bahwa gadis ini
adalah puterinya yang hilang, berkata lagi,
suaranya bercampur isak, ".. ..Cin Cin......lupakah
engkau kepadaku? Lupakah.........engkau
pada.......ibumu.....? Aku ibumu......"
"Bukan! Engkau bukan ibuku!" Cin Cin berseru
dengan suara lantang seperti berteriak, karena
suaranya itu memang langsung keluar dari
perasaan hatinya.
"Cin Cin! Engkau pasti Cin Cin anakku! Aku
ibumu, anakku....." Liu Hwa berkata dengan air
mata bercucuran, namun ia masih belum berani
mendekat, karena sebelum gadis itu mengaku
bahwa ia benar Cin Cin, tentu saja ia belum yakin
benar.
"Hemm, kalau benar engkau ini ibuku, kenapa
engkau membiarkan anakmu hidup terlantar
sendiri sampai belasan tahun, sedangkan engkau
sendiri bersenang-senang dan enak-enakan
menikah lagi dengan seorang laki-laki lain? Mana
ada seorang ibu seperti itu? Melupakan suami yang
tewas melupakan anak yang hilang, sebaliknya
bersenang-senang sendiri?"
Liu Hwa yang mendengar ucapan penuh
penyesalan itu, merasa betapa dadanya seperti
ditusuk-tusuk, ia hanya dapat membelalakkan
mata memandang kepada anaknya dengan air
mata bercucuran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat ini, Lie Koan Tek maju dan berkata
dengan suara tegas. "Nona, engkau tidak berhak
bicara seperti itu kepada isteriku!"
Kini Cin Cin menoleh kepadanya dan tersenyum
mengejek. "Bagus! Engkau merasa dirimu besar
karena engkau terkenal sebagai seorang tokoh
Siauw-lim-pai dan bersikap gagah? Huh, menurut
pendengaranku tadi, engkau ikut menyerbu Hekhouw-
pang dan ikut membasmi Hek-houw-pang,
kemudian engkau membunuh ketua Hek-houwpang
dan melarikan isterinya, lalu memaksa isteri
ketua Hek-houw-pang menjadi isterimu! Dan
sekarang engkau masih gagah-gagahan berlagak
membelanya? Pendekar macam apa engkau ini?"
"Cin Cin......ahhh.......Cin Cin.......jangan berkata
demikian....." Liu Hwa menjerit, terkulai dan
pingsan dalam rangkulan suaminya yang cepat
meloncat mendekatinya.
Lie Koan Tek memondong tubuh yang pingsan
itu, meenoleh kepada Cin Cin dan bertanya,
"Beginikah sikap seorang anak yang baik,
membalas budi seorang ibu kandung dengan sikap
sekejam ini? Kalau ia sampai mati, maka
engkaulah pembunuh ibu sendiri!" Setelah berkata
demikian, Koan Tek membawa isterinya ke bawah
sebatang pohon di mana tumbuh rumput tebal dan
merebahkan tubuh Liu Hwa di atas rumput, lalu
menotok beberapa jalan darah dan mengelus
tengkuknya. Liu Hwa kini bernapas lembut dan
teratur, agaknya ia tertidur.
Ketika Lie Koan Tek melihat gadis itu
mengikutinya dan kini duduk di atas akar pohon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil memandang isterinya dengan bingung,
diapun bertanya dengan suara kaku. "Kenapa
engkau mendekat? Apakah engkau masih
penasaran dan hendak membunuh aku dan
isteriku? Silakan kalau begitu."
Akan tetapi, melihat ibunya roboh pingsan
agaknya semua kemarahannya lenyap atau
setidaknya mereda dari hati Cin Cin. Ingin ia
menubruk dan menangisi ibunya, akan tetapi
panasnya hati membuat ia masih menahan
perasaannya dan ia memandang kepada Lie Koan
Tek.
"Mengingat namamu yang besar sebagai
pendekar Siauw-lim-pai, demi kehormatan Siauwlim-
pai, ceritakanlah apa yang telah terjadi dan
mengapa pula ibuku sampai dapat menjadi
isterimu!"
Koan Tek maklum bahwa semua harus
diceritakan kepada gadis ini untuk mengobati hati
itu yang agaknya terluka hebat.
Sambil duduk di atas rumput, berhadapan
dengan gadis bertangan kiri buntung itu, Koan Tek
menceritakan keadaan dirinya. "Nona, engkau
tentu sudah mendengar akan malapetaka yang
menimpa Siauw-lim-pai belasan tahun yang lalu,
bukan? Kuil kami dibakar dan Siauw-lim-pai
dibasmi pasukan pemerintah, ketika itu masih
Kerajaan Su. Nah, hampir semua anggota Siauwlim-
pai tewas, hanya aku beberapa orang saudara
yang lolos. Akan tetapi aku menjadi orang buruan
dan akhirnya aku tertangkap dan menjadi orang
hukuman."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin mengangguk-angguk, hatinya tertarik
karena ia memang sudah mendengar kisah
pembasmian Siauw-lim-pai oleh pemerintah
Kerajaan Sui.
"Ketika Kerajaan Sui jatuh, seorang pangeran
membebaskan aku dan beberapa orang hukuman
lain, dengan syarat bahwa kami yang dibebaskan
harus menjadi para pembantunya. Karena ingin
bebas, kami setuju. Kemudian Kerajaan Sui yang
jatuh diganti oleh Kerajaan Tang. Pangeran yang
menjadi majikan kami itu lalu mengadakan
gerakan pemberontakan terhadap kerajaan baru
dan kami membantunya. Namun usaha itu gagal.
Ketika pangeran itu membujuk Hek-houw-pang
untuk bersekutu dengannya, Hek-houw-pang
menolak dan demikianlah kami disuruh menyerbu
Hek-houw-pang. Aku sendiri tidak setuju dengan
gerakan itu, maka aku hanya membela diri ketika
dikeroyok orang-orang Hek-houw-pang,
merobohkan pengeroyok tanpa membunuh
siapapun. Nona boleh percaya atau tidak, akan
tetapi sesungguhnya demikianlah. Ketika melihat
isteri ketua Hek-houw-pang terancam dan tentu
akan tewas seperti suaminya, aku merasa kasihan
dan aku lalu melarikannya agar ia tidak sampai
tewas seperti yang lain."
Cin Cin mendengus. "Huh, kenapa engkau
menolongnya dan membiarkan orang-orang lain
terbunuh? Tentu engkau tertarik oleh
kecantikannya bukan?"
Wajah Koan Tek berubah kemerahan. "Aku tidak
perlu menyangkal. Memang aku tertarik oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecantikannya, walaupun aku belum pernah
menikah dan tidak pernah tertarik oleh kecantikan
wanita. Akan tetapi, hal itu belum kusadari
sebelumnya, dan aku melarikannya karena dengan
demikian para pembantu pangeran itu tentu tidak
akan melarangku dan mengira bahwa aku tertarik
oleh wanita itu dan sengaja melarikannya. Padahal,
aku melakukan hal itu agar aku terhindar dari
keharusan melawan orang-orang yang kutahu
tidak bersalah. Nah, setelah aku melarikannya,
membawanya ke tempat aman, kemudian aku
melepaskannya. Kami berpisah, akan tetapi aku
merasa kasihan dan tidak tega lalu
membayanginya. Ternyata kekhawatiranku
terbukti. Ia tertawan kepala gerombolan dan nyaris
diperkosa. Untung bahwa aku masih
membayanginya, maka aku berhasil membunuh
kepala gerombolan."
Cin Cin mendengarkan saja, belum percaya
sepenuhnya sambil membayangkan keadaan
ibunya ketika itu. Melihat gadis itu mendengarkan
penuh perhatian tanpa bicara, Koan Tek menghela
napas panjang. Dia tidak akan menyalahkan kalau
gadis itu tida k percaya kepadanya. Akan tetapi dia
sudah mengambil keputusan untuk menceritakan
semuanya dengan sejujurnya, sesuai dengan
wataknya.
"Ketika ibumu berkunjung ke Ta-bun-cung, ia
mendengar bahwa suaminya telah tewas di
samping banyak tokoh Hek-houw-pang lainnya,
dan iapun mendengar bahwa engkau diantar
seorang sute suaminya pergi mencari pendekar
sakti Si Han Heng di dusun Hong-cun. Maka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iapun meninggalkan dusun dan di tengah
perjalanan ia bertemu dengan seorang di antara
rekanku, anak buah sang pangeran dan tentu ia
akan tertawan atau terbunuh kalau saja aku tidak
datang menyelamatkannya pula. Aku lalu
mengantarkannya untuk mencari puterinya dan
demikianlah, kami saling jatuh cinta dan kami
menikah."
"Cin Cin......" Dua orang itu menengok dan
ternyata Coa Liu Hwa baru saja terbangun dari
tidur dan ia bangkit duduk, lalu menangis ketika
melihat Cin Cin masih duduk di situ berhadapan
dengan suaminya.
"Cin Cin, engkau masih belum mengakui aku
sebagai ibumu......?" Wanita itu meratap sambil
memandang gadis itu dengan sinar mata penuh
harap.
"Ceritakanlah dulu riwayatmu sampai engkau
menikah dengan paman ini dan tidak
memperdulikan aku," kata Cin Cin, kemarahannya
sudah tinggal sedikit setelah mendengar
keterangan Lie Koan Tek, hanya tinggal perasaan
penasaran saja.
"Cin Cin, ketika terjadi serbuan gerombolan di
Ta-bun-cung, seperti semua orang Hek-houw-pang,
di samping ayahmu, akupun melakukan
perlawanan mati-matian. Akan tetapi pihak kita
jauh kalah kuat. Ayahmu tewas dan masih banyak
lagi, para murid Hek-houw-pang hampir habis,
bahkan Coa Siang Lee yang menjadi tamu
kehormatan. Aku sendri tentu akan tewas kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja aku tidak ditangkap oleh dia ini dan dilarikan
keluar dari dusun."
"Hemm, dan dia merupakan seorang di antara
para penyerbu dan pembasmi Hek-houw-pang!"
cela Cin Cin.
"Dia sudah menceritakan segalanya, Cin Cin. Dia
terpaksa melakukan itu, akan tetapi dia tidak
membunuh siapapun. Bahkan penyerbuan di Hekhouw-
pang itu yang membuat dia lalu nekat
meninggalkan pangeran pemberontak itu. Aku juga
merasa sungkan dan tidak ingin bertemu lagi
dengannya. Ketika aku berkunjung ke dusun kita
dan bersembahyang, aku melihat Siong Ki yang
kehilangan orang tuanya, dan dia minta agar
menjadi muridku dan ikut denganku. Aku
mengajak dia meninggalkan dusun melalui arah
lain agar jangan bertemu dia. Akan tetapi, kami
berdua bertemu dengan seorang di antara para
penyerbu dan aku tentu akan celaka kalau saja dia
ini tidak muncul dan menolongku. Dalam
perkelahian itu, Siong Ki melarikan diri dan tak
pernah kulihat lagi sampai tadi muncul dan
hendak membunuh dia."
"Dan engkau sama sekali tidak perduli
kepadaku!" Cin Cin bertanya, penasaran sekali.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 23
"Cin Cin, aku mendengar bahwa engkau diantar
oleh sute Lai Kun untuk berguru kepada pendekar
sakti Si Han Beng. Tentu saja hatiku lega dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setuju sekali. Akan tetapi, beberapa bulan yang
lalu, aku dan suamiku berkunjung ke Ta-buncung,
ternyata Lai Kun telah menjadi ketua Hekhouw-
pang dan menurut dia, engkau hilang di
daerah Lok-yang ini. Tentu saja aku merasa sedih
dan kami berdua segera mencari dan menyelidiki
jejakmu di daerah ini. Untung kami mendengar
tentang peristiwa di Ji-goan, betapa seorang gadis
membasmi rumah pelesir dan kami curiga, lalu
kami mencari ke Lok yang dan bertemu denganmu
di jalan. Kami lalu membayangimu, melihat engkau
diganggu orang-orang di rumah makan itu."
Cin Cin menundukkan mukanya. Kini ia
mengerti semuanya dan ia sudah
mempertimbangkan keadaan ibunya. Ibunya tidak
dapat disalahkan, bahkan beruntung ibunya dapat
berjodoh dengan seorang pendekar seperti Lie Koan
Tek. Mengingat akan sikapnya ketika bertemu
dengan ibunya, betapa ia bersikap kasar dan
marah, ia merasa menyesal sekali dan hatinya
tertusuk keharuan, membuat kedua matanya
basah.
Melihat gadis itu hanya menunduk, Liu Hwa
mendekati. "Cin Cin........kau......kau..., suka
memaafkan ibumu.......?"
Cin Cin mengangkat mukanya. Wajahnya dan
kedua matanya basah air mata yang kini menetes
turun.
"Ibu............!"
"Cin Cin anakku..............!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang wanita itu saling tubruk dan
berangkulan, bertangisan. Lie Koan Tek tersenyum
akan tetapi dia menggunakan punggung tangan
untuk menghapus dua titik air mata, air mata
kebahagiaan karena tadinya dia khawatir sekali
kalau Cin Cin tetap tidak mengakui ibunya dan hal
itu pasti akan menghancurkan hati isterinya dan
akan menyiksanya selama hidup.
Ibu dan anak itu bertangisan dan semua
kekerasan yang dibentuk oleh gurunya selama
belasan tahun mencair dalam hati Cin Cin dan
iapun menangis sampai mengguguk di pangkuan
ibunya. Seluruh kerinduan yang bertumpuk
selama ini tercurah keluar melalui tangis mereka
dan di dalam tangis ini pula Cin Cin telah
memaafkan semua rasa penasaran hatinya
terhadap ibunya selama ini. Setelah tangis mereka
mereda, Liu Hwa merangkul leher puterinya,
menciuminya, meraba seluruh anggota tubuh
puterinya, dari rambut sampai ke kakinya. Ketika
ia meraba lengan kirinya, ibu itu terisak.
"Cin Cin.......anakku, tangan kirimu......aih,
kenapa sampai begini, anakku? Apa yang terjadi
dengan tanganmu?" Ia menciumi ujung lengan kiri
yang buntung dan dibalut kain putih itu.
Dengan suara seperti anak kecil manja melapor
kepada ibunya, Cin Cin berkata lirih diseling isak,
"Ibu.....tanganku dibuntungi oleh Thian Ki....."
"Thian Ki.....?? Kau maksudkan, Coa Thian Ki
putera Coa Siang Lee..’
Gadis itu mengangguk dan menyandarkan
mukanya di dada ibunya, menangis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi.....mengapa?"
Lie Koan Tek berkata dengan suaranya yang
tenang dan sabar. "Kurasa, sebaiknya kalau Cin
Cin menceritakan pengalamannya semenjak
meninggalkan Ta-bun-cung kepada ibunya."
Cin Cin kini sudah dapat menguasai hatinya.
Kedua matanya merah dan ia memandang kepada
Lie Koan Tek. "Paman......eh, bolehkah aku
menyebut ayah.....?"
Lie Koan Tek tertawa, tawanya bebas dan keras
tanda kelegaan hatinya. "Ha-ha-ha-ha, tentu saja,
Cin Cin. Memang aku ini ayahmu, pengganti ayah
kandungmu yang telah tewas."
"Maafkan sikapku tadi, ayah."
"Tentu saja, Cin Cin. Sikapmu tadi tidak dapat
kusalahkan, sudahlah sekarang sebaiknya kau
ceritakan semua pengalamanmu, setelah engkau
tadi mendengar ceritaku dan cerita ibumu."
Cin Cin duduk di atas akar, dekat ibunya dan
menggunakan saputangan menghapus air mata
dari wajahnya. "Atas perintah mendiang kakek
Coa, aku diantar oleh susiok Lai Kun untuk
menjadi murid paman Si Han Beng di Hong-cun.
Akan tetapi, ketika kami tiba di kota Ji-goan,
paman Lai Kun bertindak curang dan keji. Aku
dijualnya kepada seorang mucikari, pemilik rumah
pelesir Ang-hwa."
"Jahanam Lai Kun.........!!" Ibunya berseru dan
mengepal tinju. "Kalau aku tahu hal itu, ketika aku
berhadapan dengannya, tentu sudah kucekik
lehernya..!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tenanglah, ibu. Paman Lai Kun sekarang sudah
tewas."
Ibunya memandang kepadanya. "Kau...... kau
membunuhnya?"
Cin Cin tersenyum dan menggeleng kepala. "Aku
datang berkunjung ke sana dan melihat dia
menjadi ketua Hek-houw-pang. Aku hanya
membongkar rahasianya, menceritakan kepada
semua orang apa yang dia lakukan terhadap
diriku, dan dia merasa malu lalu membunuh diri
sendiri."
"Aahhh.........kasihan isteri dan anak-anaknya,"
kata Liu Hwa. "Lalu bagaimana kelanjutan
ceritamu, Cin Cin?"
Cin Cin menceritakan pengalamannya ketika
dipaksa tinggal di rumah pelesir Ang-hwa, betapa
ia berusaha melarikan diri ketika ia dijual kepada
seorang bangsawan, betapa ia dikejar-kejar
tukang-tukang pukul, kemudian ditolong oleh
seorang wanita sakti yang mengambilnya sebagai
murid.
"Siapakah wanita sakti yang menjadi gurumu
itu?" tanya ibunya. "Subo adalah Tung-hai Mo-li
Bhok Sui Lan."
"Ahhhh!" Lie Koan Tek berseru kagum. "Ia
seorang tokoh kangouw yang amat lihai, datuk dari
timur!"
"Selama belasan tahun aku tekun berlatih ilmu
silat dari subo. Kemudian, subo menyuruh aku
turun gunung karena menganggap pelajaranku
sudah tamat dan aku mendapat tugas untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari dua orang musuh subo dan
membunuhnya. Aku lalu mencari musuh pertama
suboku, yaitu Pangeran Cian Bu Ong."
"Ahh.........!" Lie Koan Tek berseru kaget. Juga
isterinya terkejut karena Liu Hwa sudah
mendengar dari suaminya bahwa pangeran
Kerajaan Sui yang dahulu menyuruh serbu Hekhouw-
pang adalah Cian Bu Ong.!
"Kenapa, ibu? Ayah? Kenapa kalian kaget
mendengar nama Cian Bu Ong?"
"Ingatkah engkau akan ceritaku tadi bahwa aku
dan beberapa orang yang lihai dibebaskan dari
hukuman dan diharuskan membantu seorang
pangeran, bahkan pangeran itu menyuruh kami
menyerbu Hek-houw-pang? Pangeran itu adalah
Cian Bu Ong!"
"Hemm, sungguh kebetulan sekali. Kalau begitu,
Cian Bu Ong juga musuh Hek-houw-pang, musuh
kita, ibu."
"Akan tetapi dia sakti sekali, Cin Cin.
Berhasilkah engkau membunuhnya?" Lie Koan Tek
bertanya, penuh kagum. Kalau Cin Cin mampu
mengalahkan Cian Bu Ong, berarti puteri tirinya
ini memang luar biasa lihainya. Akan tetapi Cin
Cin menggeleng kepalanya.
"Dia memang lihai, akan tetapi agaknya merasa
bersalah terhadap subo, maka dia sengaja
mengalah. Agaknya aku pasti akan dapat
membunuhnya kalau saja tidak dihalangi oleh
Thian Ki." Ketika mengucapkan nama itu, wajah
Cin Cin mengeras dan matanya berkilat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa katamu? Thian Ki, putera Coa Siang Lee
dan Sim Lan Ci itu malah membela Cian Bu Ong
musuh besar kita, juga musuh besarnya sendiri!"
kata Liu Hwa terheran-heran.
"Bahkan lebih dari itu, ibu. Thian Ki telah
menjadi putera Cian Bu Ong, dan ibunya telah
menjadi isteri bekas pangeran itu."
"Wahhhh......?? Aneh sekali! Sungguh luar biasa
sekali!" seru Liu Hwa, sukar membayangkan hal itu
dapat terjadi. Kalau ia menjadi isteri Lie Koan Tek,
biarpun pendekar Siauw-lim-pai ini pernah
membantu Cian Bu Ong, adalah karena ternyata
bahwa Lie Koan Tek bukan penjahat dan tidak
membunuhi orang-orang Hek-houw-pang, bahkan
menolongnya. Akan tetapi Pangeran Cian Bu Ong?
Dia yang menyuruh anak buahnya
menghancurkan Hek-houw-pang sehingga
akibatnya menewaskan pula Coa Siang Lee, dan
isteri Siang Lee itu malah menjadi isteri pangeran
itu?
"Dan Coa Thian Ki yang membela Pangeran Cian
Bu Ong membuntungi tangan kirimu, Cin Cin?"
tanya Lie Koan Tek yang juga merasa terheranheran.
Cin Cin menggeleng kepalanya dan alisnya
berkerut ketika ia menunduk dan memandang
kepada ujung lengan kirinya. "Dia mencegah aku
membunuh Cian Bu Ong, sehingga terjadi
perkelahian antara dia dan aku. Thian Ki yang
menjadi anak tiri dan murid Cian Bu Ong, lihai
bukan main. Akan tetapi aku berhasil
mencengkeram pundaknya dengan tangan kiriku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika, tangan kiriku keracunan hebat sampai
menjadi hitam dan Thian Ki menggunakan
pedangnya untuk membuntungi tanganku sebatas
pergelangan. Katanya.......kalau tidak dia buntungi
tanganku, racun akan menjalar naik dan aku akan
tewas tanpa ada obat yang dapat
menyembuhkannya."
"Ahhh, mengerikan!" kata Lie Koan Tek.
"Bagaimana mungkin engkau mencengkeram
pundaknya malah engkau yang keracunan?"
"Ayah, Thian Ki adalah seorang tok-tong (anak
beracun), hal ini kuketahui kemudian. Di
tubuhnya mengeram racun yang amat hebat
sehingga siapa saja yang memukul atau
mencengkeramnya akan keracunan sendiri tanpa
ada obat yang mampu menyembuhkannya."
"Aku ingat sekarang!" kata Liu Hwa. "Ibunya,
Sim Lan Ci, adalah puteri Ban-tok Mo-li, ahli racun
yang tiada duanya di dunia persilatan. Tentu
neneknya itulah yang membuat Thian Ki jadi
seorang tok-tong."
"Bukan main anak itu," kata Lie Koan Tek
termenung. "Sudah menjadi tok-tong, menjadi
anak tiri dan murid Cian Bu Ong, tentu dia
menjadi seorang yang amat hebat. Baru
memukulnya saja sudah mendatangkan bahaya
maut bagi yang memukulnya! Akan sulit mencari
orang yang akan mampu menandingi pemuda itu."
"Jangan-jangan dia akan menjadi seorang
penjahat. Akan berbahaya sekali kalau begitu.
Mendiang ayahnya, Coa Siang Lee, adalah seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar dan ibunya, biarpun puteri Ban-tok Moli,
namun bukan seorang wanita jahat."
"Hemm, setelah menjadi seorang tok-tong, sadar
akan kekuataan dalam tubuhnya, dan menjadi
murid Cian Bu Ong yang sakti dan kejam, memang
ada kecondongan bagi pemuda itu untuk menjadi
jahat. Yang jelas, Cin Cin telah menjadi korban
anak beracun itu, dan kehilangan tangan kirinya."
Liu Hwa mengamati wajah puterinya dan Cin Cin
menunduk, menarik napas panjang. "Cin Cin,
apakah engkau mendendam kepada Thian Ki?"
Gadis itu kembali menghela napas panjang dan
menggeleng kepalanya. "Sesungguhnya ibu, ketika
aku kehilangan tangan kiri, aku menjadi berduka
sekali dan merasa sakit hati. Akan tetapi, aku
merasa yakin bahwa Thian Ki bukanlah orang
jahat. Justru dia membuntungi tangan kiriku
untuk menyelamatkan nyawaku, dan dia
melakukannya secara terpaksa sekali. Bahkan
tangan kiriku keracunan bukan karena dia
menyerangku, melainkan karena aku yang
mencengkeram pundaknya. Aku tidak dapat
menyalahkan dia, ibu. Akan tetapi, bagaimanapun
juga, aku menjadi buntung karena dia, disengaja
atau tidak, maka selalu ada dendam terkandung
dalam hatiku. Sekali waktu, entah kapan, aku
akan membalas semua ini, dan mudah-mudahan
aku akan dapat membuntungi tangan kirinya, baru
akan puas rasa hatiku dan tidak akan merasa
penasaran lagi."
Diam-diam Liu Hwa merasa ngeri. Hampir ia
tidak dapat mengenal puterinya yang dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan seorang anak yang periang dan berhati
lembut. Sekarang, ada sesuatu yang membuatnya
merasa ngeri. Puterinya itu kini berwatak keras
dan terdapat sesuatu yang dingin.
Lie Koan Tek menarik napas panjang.
"Mendengarkan penuturanmu, akupun merasa
ragu apakah benar Thian Ki menjadi seorang
pemuda yang kejam dan jahat. Kalau memang
engkau menganggap dia tidak bersalah, tidak
semestinya kalau engkau mendendam kepadanya,
Cin Cin. Seorang gagah tidak pernah mendendam,
hanya menentang yang jahat, siapapun dia. Kalau
Thian Ki ternyata jahat, sudah sepatutnya kalau
engkau menentangnya, akan tetapi kalau ternyata
tidak, maka tidak baik kalau engkau mendendam
kepadanya."
"Apa yang dikatakan ayahmu benar, Cin Cin.
Engkau tentu masih ingat bahwa ayah kandungmu
adalah ketua Hek-houw-pang yang selalu membela
kebenaran dan keadilan, juga keluarga ibumu
adalah keluarga Coa yang turun temurun menjadi
pimpinan Hek-houw-pang. Bahkan ayah tirimu ini
adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang
terkenal selalu menentang ketidak-adilan. Engkau
keturunan keluarga pendekar, anakku, oleh karena
itu, setelah kini memiliki ilmu kepandaian tinggi,
sudah sepatutnya kalau engkau bersikap dan
bertindak sebagai seorang pendekar wanita sejati."
Cin Cin menghela napa panjang. "Ibu, biarpun
subo adalah seorang datuk yang berwatak aneh
dan keras, namun karena sejak kecil aku sudah
menerima pendidikan dari ibu dan ayah, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didikan subo tidak akan mampu membelokkan
watak pendekar dari hati dan pikiranku. Akan
tetapi aku berhutang budi, bahkan berhutang
nyawa kepada subo. Kalau aku tidak membalas
budinya, bukankah aku sama saja dengan seorang
yang tak mengenal budi, seorang yang rendah
budi?"
"Tentu saja, Cin Cin. Sudah sewajarnya, bahkan
sudah menjadi kewajibanmu untuk membalas budi
kepada subo-mu!" kata Lie Koan Tek dan ibunya
juga mengangguk.
"Nah, karena memenuhi permintaan su-bo,
maka aku mati-matian mencari Cian Bu Ong dan
berusaha membunuhnya. Akan tetapi, Thian Ki
membela ayah tlrinya yang juga menjadi gurunya
dan menghalangi usahaku untuk memenuhi tugas
yang diberikan subo kepadaku, yaitu membunuh
Cian Bu Ong. Akibat dari perbuatan Thian Ki,
walaupun tidak dia sengaja, aku kehilangan
tangan kiriku. Ayah dan ibu, tidakkah sudah
sepatutnya kalau aku kelak membalas kepada
Thian Ki? Dan akupun akan berusaha memenuhi
permintaan subo, sekali lagi aku akan berusaha
menbunuh Cian Bu Ong!"
"Akan tetapi itu berbahaya sekali, anakku.
Engkau tahu sendiri betapa lihainya bekas
pangeran itu! Apa lagi muridnya, Thian Ki pasti
akan selalu membelanya!"
"Aku tidak takut, ibu. Dan selain itu, masih ada
sebuah tugasku lagi yang diperintahkan subo,
yaitu membunuh seorang lain yang menjadi musuh
subo."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, betapa berat tugasmu, disuruh membunuh
orang-orang pandai. Siapa lagi yang dimusuhi oleh
subomu itu, Cin Cin?"
"Orang ke dua yang harus kucari dan kubunuh
bernama Can Hong San........."
"Ahh! Dia..........??" Lie Koan Tek berseru kaget,
juga Liu Hwa terkejut mendengar disebutnya nama
itu.
"Ayah, ibu, kalian sudah mengenal nama itu?"
"Mengenal? Tentu saja!" kata Lie Koan Trek
heran. "Can Hong San adalah seorang di antara
mereka yang dikeluarkan dari penjara oleh Cian Bu
Ong, dan kemudian menjadi pembantunya pula.
Dialah seorang di antara kami yang menyerbu Hekhouw-
pang, dan dialah yang melakukan banyak
pembunuhan di antara keluarga Hek-houw-pang."
"Bahkan dia hampir saja mencelakai aku, kalau
saja tidak muncul ayahmu ini yang menolongku
dari tangannya," kata Liu Hwa.
"Bagus! Kalau begitu, sungguh kebetulan sekali
subo menyuruh aku membunuhnya. Dia jelas
orang yang jahat!" kata Cin Cin penuh semangat.
"Dapatkah ayah dan ibu memberitahu, di mana
aku dapat mencari Can Hong San?"
Lie Koan Tek menghela napas panjang. "Aah, Cin
Cin, bagaimanapun juga, subomu itu sungguh tega
memberi tugas yang demikian berat kepadamu.
Seorang Cian Bu Ong saja sudah merupakan lawan
yang amat berat dan sukar untuk dibunuh, dan
engkau masih harus menghadapi Can Hong San.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia lihai bukan main! Dia adalah putera mendiang
Cui-beng Sai-kong. Dia lihai, jahat dan licik sekali.
Bahkan mungkin dia lebih berbahaya
dibandingkan Cian Bu Ong yang setidaknya
memiliki keaangkuhan dan kegagahan. Kami
sendiri tidak tahu di mana dia sekarang berada.
Tidak akan mudah mencari orang yang licik seperti
iblis itu."
"Akan tetapi, kenapa gurumu memusuhi kedua
orang itu, Cin Cin? Sepanjang pendengaranku.
Tung-hai Mo-li adalah seorang datuk besar di
wilayah timur. Bagaimana ia memusuhi orangorang
yang dapat dibilang segolongan, walaupun
Cian Bu Ong berasal dari keluarga kerajaan?"
"Riwayat subo dengan Cian Bu Ong amat
menyedihkan, ibu. Mereka ketika muda saling
mencinta dan akan menjadi suami isteri, akan
tetapi tiba-tiba Cian Bu Ong memutuskan cinta
ketika mengetahui bahwa subo datang dari
keluarga golongan hitam. Hal ini menghancurkan
perasaan hati subo sehingga sejak itu, sampai
sekarang, subo tidak mau menikah, bahkan tidak
mau berdekatan dengan pria. Itulah dendam subo
kepada Cian Bu Ong. Adapun mengenai Can Hong
San, orang itu dahulu membunuh suheng dari
subo. Hanya itu yang kuketahui. Aku tidak banyak
bertanya dan hanya akan mentaati pesan subo
yang sudah melimpahkan budi kepadaku."
Suami isteri itu saling pandang. Mereka tidak
dapat menyalahkan Cin Cin, bahkan mereka
merasa bangga karena Cin Cin ternyata seorang
murid yang setia membela gurunya sehingga dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melaksanakan tugas yang diperintahkannya, ia
sampai kehilangan tangan kiri. Dan inipun tidak
membuatnya mundur, dan ia masih bertekad
untuk mencari dan membunuh kedua orang
musuh gurunya itu!
"Mari kita pulang dulu, Cin Cin. Aku amat
merindukanmu dan rasanya tidak akan ada
habisnya kita bicara. Nanti setelah berada di
rumah, kita bicarakan tentang tugasmu itu dan
ayahmu yang mempunyai banyak hubungan di
dunia kang-ouw, tentu akan dapat membantumu
mencari tahu di mana adanya Can Hong San itu."
Cin Cin menyetujui. Iapun sejak dahulu amat
merindukan ibunya, dan mengingat akan sikapnya
ketika bertemu ibunya dan ayah tirinya, ia merasa
malu sendiri dan ia harus dapat menyenangkan
hati ibunya untuk menebus sikapnya yang
menyakiti hati itu. Berangkatlah mereka bertiga
meninggalkan tempat itu.
-ooo0dw0ooo-
Dengan alis berkerut dan wajah muram, The
Siong Ki memasuki kota Lok-yang. Biarpun kota ini
amat indah dan ramai, namun hati Siong Ki tidak
bergembira. Dia masih teringat akan kegagalannya
membunuh Lie Koan Tek karena munculnya Cin
Cin. Tak disangkanya bahwa Cin Cin kini demikian
lihainya. Dia yang telah digembleng oleh Naga Sakti
Sungai Kuning Si Han Beng dan isterinya, agaknya
tidak akan mudah dapat mengalahkan gadis yang
tangan kirinya buntung itu! Kalau menghadapi Cin
Cin sendiri saja belum tentu dia menang, apalagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau dia dikeroyok oleh Cin Cin, ibunya dan Lie
Koan Tek.
Hatinya mengkal, akan tetapi dia menghibur
sendiri. Bukankah suhu dan subonya berpesan
agar dia tidak mendendam kepada Lie Koan Tek?
Juga, melihat sikap Lie Koan Tek dan jawabannya,
dia dapat percaya bahwa Lie Koan Tek bukan
pembunuh ayahnya, walaupun ikut menyerbu
Hek-houw-pang. Biarlah, sekali ini dia boleh
melepaskan Lie Koan Tek. Lain kali kalau
kebetulan dia bertemu lagi dengan pendekar
Siauw-lim-pai itu, dia akan menantangnya lagi.
Tidak perlu sampai membunuhnya, asal sudah
mengalahkannya saja dia sudah puas.
Sekarang dia harus mulai dengan tugas yang
diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari puteri
gurunya yang bernama Sie Hong Lan dan yang
diculik oleh seorang wanita bernama Kwa Bi Lan.
Dia merasa heran sekali kepada suhu dan
subonya. Ada seorang wanita menculik puteri
mereka, anak tunggal mereka, dan memisahkan
mereka dari anak mereka selama enambelas tahun,
dan mereka berdua tidak mendendam kepada si
penculik! Bahkan memesan kepadanya agar tidak
memusuhi Kwa Bi Lan itu, cukup menemukan
kembali Sie Hong Lan! Kenapa suho dan subonya
yang demikian gagah perkasa itu menjadi orangorang
demikian lemah? Dia sendiri berpendapat
lain. Penculik itu pantas diberi hajaran!
Siong Ki memasuki sebuah rumah makan dan
setelah makan kenyang dan minum arak,
kemurungannya mereda dan kegembiraannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
timbul kembali. Sudah beberapa bulan dia
meninggalkan rumah gurunya dan selama ini,
tidak banyak yang dia lakukan. Mengunjungi
makam ayahnya di dusun Ta-bun-cung, bertemu
dengan para pimpinan dan anggota Hek-houwpang,
melihat betapa Lai Kun membunuh diri dan
menolak ketika dia hendak diangkat menjadi ketua
Hek-houw-pang. Kemudian pertemuannya dengan
Lie Koan Tek dan bekas isteri ketua Hek-houwpang,
ibu Cin Cin, bertanding dan hampir
mengalahkan mereka ketika muncul Cin Cin yang
membuat dia terpaksa melarikan diri. Tidak
banyak! Dan tidak ada yang dapat membuat
gurunya tersenyum bangga.
Beberapa orang pengemis yang tadinya
berkeliaran ke depan toko-toko dan mengacungkan
tangan meminta sumbangan dari mereka yang
berlalu lalang, kini berdiri di depan rumah makan.
Seperti biasa, mereka mengharapkan dermaan
para tamu rumnah makan, dan ada yang
mengharapkan sisa makanan yang tidak dimakan
habis para tamu dan sisa itu biasanya oleh pelayan
rumah makan dibagi-bagikan kepada mereka.
Bermacam-macam cara pengemis untuk
mendapatkan hasil, menarik perhatian dan rasa
iba orang lain sehingga orang-orang itu akan
mengulurkan bantuan dan memberi sedekah
kepada mereka. Ada yang dengan suara merengekrengek
merintih menceritakan bahwa mereka
kelaparan dan sejak kemarin belum makan. Ada
yang entah dari mana, dapat meminjam seorang
anak kecil yang digendongnya, dan ada pula yang
demikian kejamnya, entah anak sendiri atau anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinjaman, mencubit anak itu, sehingga anak itu
menangis dan ia mengatakan bahwa anak itu
kelaparan. Ada pula yang tiba-tiba saja menjadi
pincang, menjadi buta dan sebagainya! Semua itu
adalah usaha untuk menarik perhatian dan belas
kasihan, baik dengan sungguh-sungguh, atau
hanya pura-pura belaka. Bahkan ada lagi yang
menggunakan cara yang lebih buruk, yaitu bukan
memancing belas kasihan, melainkan memancing
kejijikan para tamu. Mereka ini sengaja memakai
pakaian kotor dan berbau busuk, bahkan ada yang
sengaja membuka dan memperlihatkan luka
memborok, semua ini sengaja dilakukan untuk
menimbulkan rasa jijik sehingga para tamu cepatcepat
memberi sedekah agar orang yang
menjijikkan itu segera pergi!
Ketika tiga orang pengemis lain datang ke depan
rumah makan, semua pengemis dengan bermacam
gaya itupun cepat-cepat pergi dengan sikap
ketakutan. Seorang di antara tiga orang pengemis
ini menghardik, "Jembel-jembel busuk, hayo pergi,
atau kuremukkan tulang-tulang kaki kalian!"
Sungguh lucu. Tiga orang itu berpakaian sebagai
pengemis pula, tambal-tambalan dengan dasar
warna hitam. Mereka sendiri pengemis, akan tetapi
mereka memaki pengemis lain sebagai jembeljembel
busuk! Akan tetapi memang ada perbedaan
menyolok. Tiga orang ini adalah laki-laki yang
usianya antara tigapuluh sampai empatpuluh
tahun, bertubuh sehat, bahkan nampak kokoh
kuat! Dan pakaian merekapun sama, yaitu
dasarnya hitam akan tetapi terdapat tambalan di
sana-sini. Mudah dilihat bahwa tambalan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan untuk menambal bagian yang robek, karena
pakaian hitam itu terbuat dari kain yang masih
baik dan kuat. Tambal-tambalan itu memang
disengaja dibuat sebagai tanda bahwa mereka
adalah golongan pengemis. Inilah tiga orang di
antara para pengemis yang mempunyai
perkumpulan! Mereka adalah para anggota sebuah
kai-pang (perkumpulan pengemis) terkenal di Lokyang
dan sekitarnya, yaitu Hek I Kai-pang
(Perkumpulan Pengemis Baju Hitam). Perkumpulan
ini berpengaruh sekali karena mereka memiliki
anggota yang lebih dari tigaratus orang jumlahnya,
suka melakukan pengeroyokan dan para
anggotanya juga rata-rata menguasai ilmu silat.
Biarpun namanya pengemis, namun mereka itu
seringkali mengandalkan kekerasan memaksakan
kehendak dan kalau sudah begitu, mereka itu lebih
pantas disebut perampok dari pada pengemis!
Siong Ki masih minum arak dan hatinya mulai
mendapatkan kembali kegembiraannya. Dia
membawa benal uang cukup banyak dari gurunya,
sehingga dapat memesan makanan apa saja yang
disukainya. Dia tidak tahu bahwa sejak tadi
seorang wanita memasuki rumah makan itu
seorang diri. Wanita ini cantik dan genit. Melihat
wajah dan bentuk tubuhnya, tentu semua orang
mengira bahwa usianya kurang lebih duapuluh
lima tahun saja. Mukanya lonjong dengan kulit
yang putih mulus, matanya jeli dan mulutnya
selalu dihias senyuman genit, tubuhnya ramping
dengan pinggul besar. Wanita ini bukan lain adalah
Bi Tok Siocia. Seorang wanita petualang yang lihai,
yang sebetulnya sudah berusia empatpuluh tahun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi karena pandainya bersolek, ditambah
lagi pengetahuannya tentang racun dan obatobatan,
ia masih kelihatan muda dan cantik
menarik.
Kita pernah bertemu Bi Tok Siocia ketika Cin Cin
mengamuk di rumah pelesir Ang-hwa, di kota Jigoan.
Rumah pelesir Ang-hwa yang dipimpin oleh
Cia Ma itu pernah dikuasai oleh Bi Tok Sio-cia ini,
yang mempergunakan kepandaian dan juga anak
buahnya, untuk menculik dan membujuk gadisgadis
dusun untuk dijadikan pelacur. Kedatangan
Cin Cin yang mengobrak-abrik rumah pelesir ini
akhirnya memaksa Bi Tok Siocia melarikan diri
dan banyak anak buahnya menjadi korban
kemarahan Cin Cin, dibuntungi sebelah tangan
mereka.! Bi Tok Siocia mengalah dan lari, bukan
hanya karena ilmu kepandaian Cin Cin yang hebat
membuatnya merasa jerih, akan tetapi karena ia
tahu bahwa Cin Cin murid Tung-hai Mo-li, ia tidak
berani memusuhi murid datuk timur yang disegani
ayah angkatnya itu. Ayah angkatnya adalah Ouw
Kok Siang, majikan bukit Liong-san.
Setelah meninggalkan rumah pelesir Ang-hwa di
Ji-goan, Bi Tok Siocia (Nona Beracun Cantik) Ouw
Ling pergi ke Lok-yang. Petualangannya di Ji-goan
sudah berakhir dan kini ia mencari pengalamanan
baru, sesuai dengan wataknya yang selalu haus
akan petualangan. Ketika memasuki rumah makan
itu, duduk dan memesan makanan, pandang
matanya melihat Siong Ki dan ia segera merasa
tertarik sekali. Bi-tok Siocia memang seorang
wanita yang selalu haus akan pria yang tampan,
seorang yang mata keranjang dan cabul. Dan Siong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki memang seorang pemuda yang memiliki daya
tarik cukup besar. Tubuhnya tinggi tegap,
wajahnya tampan dengan matanya yang bersinar
tajam dan mulut yang selalu tersenyum sinis.
Dagunya tebal membayangkan kekuatan, dan
tubuh yang tinggi tegap itupun nampak kokoh. Bitok
Siocia Ouw Ling yang baru saja mengalami
kegagalan dan kekecewaan di Ji-goan, kini haus
akan hiburan dan ia mulai mengincar pemuda
tampan yang duduk seorang diri itu dengan penuh
perhatian.
Bukan hanya suara saja yang mengandung
getaran yang bergelombang dan dapat ditangkap
oleh orang lain dari jarak jauh, juga pandang mata
mengandung getaran kuat bagi orang yang
memiliki kepekaan. Kalau kita memandang
seseorang dari samping atau belakang dengan
penuh perhatian dan terus-menerus, suatu saat
orang yang kita pandang itu akan menoleh ke arah
kita tanpa dia sadari sendiri, dan itulah akibat dari
getaran yang terkirim melalui pandang mata kita
dan akhimya tertangkap oleh orang yang kita
pandang, walaupun di bawah sadar dan membuat
dia menengok. Siong Ki adalah seorang yang
banyak berlatih samadhi dan sin-kang dan ia
memang selalu berlatih untuk mempertajam
kepekaannya. Kini ada orang memandang
kepadanya penuh perhatian, tentu saja sejak tadi
dia telah dapat menangkap dan diapun pernah
mengerling ke kanan dan melihat bahwa di sana
duduk seorang wanita cantik yang mengamatinya
dari jauh. Akan tetapi, dia tidak menanggapi. Oleh
gurunya, dia dididik agar bersikap sopan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandai membawa diri sebagai seorang pendekar
sejati, juga seorang yang banyak membaca dan
mengenal kesusilaan dan kebudayaan.
Tiga orang pengemis anggota Hek I Kai-pang
yang tadi telah mengusir para pengemis lain, kini
mengamati ke dalam rumah makan dan ketika
mereka itu melihat bahwa di rumah makan itu
duduk belasan orang tamu, seorang di antara
mereka memberi isyarat dan merekapun masuk ke
dalam rumah makan. Para pelayan yang melihat
ini, tidak ada yang berani melarang walaupun
mereka mengerutkan alis dan merasa tidak
senang. Tentu saja menyebalkan sekali kalau ada
tiga orang pengemis begitu saja memasuki rumah
makan, bukan untuk membeli makanan melainkan
untuk mengemis kepada para tamu.
Dan para tamu agaknya adalah orang-orang Lokyang.
Mereka mengenal anggota pengemis Hek I
kai-pang, maka tanpa banyak bantah lagi, mereka
dengan suka rela mengeluarkan uang dari saku
baju dan memberi derma kepada tiga orang
pengemis itu yang mengacungkan sebuah kaleng
bundar. Tak seorangpun di antara para tamu
menolak, dan bukan pula uang receh kecil yang
dimasukkan ke dalam kaleng itu.
Sejak mereka memasuki rumah makan, Siong Ki
telah melihat mereka. Dia merasa penasaran dan
heran sekali mengapa ada tiga orang berpakaian
pengemis memasuki rumah makan dan
keheranannya meningkat ketika tiga orang
pengemis itu menerima uang dari para tamu
seperti petugas-petugas pemungut pajak saja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama sekali bukan seperti orang minta-minta. Dan
melihat betapa sikap mereka itu keren, dengan alis
berkerut dan mata melotot, diapun mengerti bahwa
mereka tentulah jagoan-jagoan berpakaian
pengemis yang suka memaksakan kehendak, dan
para tamu itu takut membuat keributan maka
memberi uang tanpa banyak cakap lagi.
Akhirnya, setelah berkeliling, hanya tinggal
Siong Ki dan Bi-tok Sio-cia saja yang belum mereka
datangi. Kini mereka tiba di meja Siong Ki dan
seperti yang telah mereka lakukan pada para tamu
di meja lain, seorang di antara mereka datang
memegang kaleng itu menyodorkan kalengnya ke
arah Siong Ki, sedangkan dua orang yang lain
memandang kepada Siong Ki dengan alis berkerut
dan mata melotot! Siong Ki balas memandang
mereka bertiga. Dia sudah berhenti makan, dan
dengan sikap yang tidak mengerti, dia lalu
bertanya, suaranya tenang dan halus.
"Kalian ini mau apa?" Siong Ki mengerling ke
arah wanita tadi dan melihat bahwa wanita itu
memandang kepadanya dan wanita itu seperti
tersenyum geli.
Pengemis yang memegang kaleng, menggerakkan
kalengnya sehingga terdengar bunyi uang
berkerincingan di dalam kaleng itu. Seorang
pengemis yang melotot dan berhidung besar,
berkata dengan suara keras. "Hemm, engkau tentu
bukan orang sini. Sobat, kami minta sumbangan."
Orang ke dua yang matanya sipit sekali hamper
terpejam, menyeringai ketika berkata. "Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau tamu dari luar kota, harus memberikan
dua kali lipat!"
Siong Ki tidak ingin melihat keributan di situ,
maka diapun mengambil sebuah uang receh kecil
dan memasukkannya ke dalam kaleng sambil
berkata. "Nah, ini sedekah dariku, harap cepat
pergi dan jangan menggangguku!"
Si pemegang kaleng menurunkan kalengnya dan
melihat isinya. Ketika melihat uang receh kecil itu,
dia cemberut, lalu mengambil uang itu, dijepit di
antara jari telunjuk dan jari tengah, kemudian dia
berkata galak, "Sobat, jangan main-main dengan
kami! Kami adalah tiga orang anggota Hek I Kaipang.
Dengan memberi recehan kecil, engkau
menghina kami!" Orang yang mulutnya lebar ini
menggerakkan tangan yang menjepit uang recehan
dan uang itupun meluncur ke atas meja Siong Ki
dan menancap sampai hampir seluruhnya ke
dalam papan meja!
"Hayo berikan dua potong uang perak!" kata si
hidung besar dengan sikap mengancam.
"Masih untung teman kami tidak melempar uang
recehan kecil itu ke dalam kepalamu!" kata pula si
mata sipit.
Siong Ki masih tersenyum, akan tetapi
senyumnya mengejek dan dingin, sedangkan sinar
matanya mulai mencorong marah. Dengan gerakan
seenaknya, dia mengusap permukaan meja dan
kedua jari tangannya telah berhasil mencabut uang
recehan yang menancap ke atas meja. Dia
mengangkat uang tembaga itu ke atas dan berkata,
"Agaknya kuberi sepotong uang, kalian menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak puas karena bingung untuk membagi. Nah,
kubagi tiga untuk kalian masing-masing sepotong!"
Berkata demikian, Siong Ki menggunakan jari
tangannya untuk mematah-matahkan mata uang
itu menjadi tiga potong, seolah-olah uang tembaga
itu hanya terbuat dari daun kering saja.
Melihat ini, tiga orang pengemis itu terbelalak.
Akan tetapi mereka adalah orang-orang kasar yang
biasanya mau menang sendiri, apalagi
mengandalkan kepandaian dan kekuatan mereka
yang suka mengeroyok, maka menghadapi
pertunjukan kekuatan itu, mereka bahkan menjadi
marah.
"Bagus! Engkau ingin memamerkan sedikit
kepandaianmu kepada kami? Jangan salahkan
kami kalau kami mempergunakan kekerasan!" kata
si hidung besar dan mereka bertiga bersiap untuk
melakukan pengeroyokan.
Pada saat itu, terdengar suara tawa merdu dari
samping, disusul suara wanita. "Hi-hik, agaknya
Hek I Kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis
Baju Hitam) tidak becus mengurus anak buahnya,
hingga kini anak buah Hek I Kaipang bukan lagi
para pengemis, melainkan para perampok yang tak
tahu malu! Cih, sungguh memualkan perutku!"
Tentu saja tiga orang pengemis itu menjadi
marah sekali. Kemarahan mereka kepada Siong Ki
lenyap karena ada orang lain yang mengucapkan
penghinaan hebat kepada mereka, bahkan kepada
perkumpulan dan ketua mereka. Cepat mereka
memutar tubuh menghadapi wanita yang
mengeluarkan kata-kata tadi, sedangkan Siong Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu bahwa mengejek itu adalah wanita cantik
yang sejak tadi memperhatikan dia. Diapun
menengok dan memandang dan dia merasa
khawatir. Wanita itu cantik jelita dan tidak
kelihatan seperti wanita kang-ouw yang berilmu,
bagaimana berani bersikap menghina tiga orang
pengemis itu. Diam-diam diapun bersiap untuk
melindungi kalau-kalau wanita itu terancam
bahaya.
Si hidung besar memandang kepada wanita itu
dan diapun merasa heran. Wanita itu cantik jelita,
berani sekali menghina dia dan dua orang
temannya! "Apa kau bilang tadi?" bentaknya,
karena dia masih belum percaya kalau wanita
cantik ini yang tadi menghina mereka.
Wanita itu, yang belum selesai makan,
menggunakan sumpitnya menjepit sepotong sayur
hijau dan memasukkan ke mulutnya,
mengunyahnya dengan gerakan mulut yang manis
sebelum menjawab. Nampaknya tenang sekali.
"Aih, kalian belum mendengar apa yang
kukatakan tadi? Sayang......." ia lalu menuding
mereka satu demi satu, "hidungmu saja besar, dan
yang itu matanya terlalu sipit, dan yang ke tiga
perutnya saja yang lebar, akan tetapi agaknya
telinga kalian bertiga terlalu sempit dan agak tuli
sehingga tidak mendengar apa yang kukatakan
tadi. Nah, dengar baik-baik, aku mengatakan
bahwa kalian ini hanyalah pencoleng-pencoleng
kecil yang mengenakan pakaian pengemis, dan
bahwa kalian bertiga tidak tahu malu,
mengotorkan tempat ini dan bahwa ketua kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak becus mengajar kalian! Nah, sudah dengar
sekarang?"
Kemarahan tiga orang anggota Hek I Kai-pang
berkobar, akan tetapi pada saat itu pemilik rumah
makan tergopoh-gopoh lari menghampiri dan
diapun memberi hormat kepada tiga orang
pengemis itu dengan membungkuk dalam. "Harap
sam-wi (anda bertiga) mengingat hubungan baik
antara kami dengan ketua sam-wi dan tidak
mengadakan perkelahian di sini sehingga akan
merusak tempat kami.
Mendengar ucapan itu, tiga orang pengemis
saling pandang, dan si hidung besar memberi
isyarat kepada dua orang kawannya untuk pergi.
"Kami akan menunggumu di luar untuk membuat
perhitungan!" katanya dengan nada mengancam
kepada wanita cantik itu. Mereka lalu melangkah
dengan wajah kemerahan karena amarah yang
ditahan-tahan. Sikap dan ucapan pemilik rumah
makan tadi menunjukkan bahwa dia tentu seorang
penderma yang mengenal baik ketua mereka, maka
kalau sampai mereka berkelahi dan merusak
perabot rumah makan kemudian si pemilik rumah
makan melaporkan, tentu mereka akan mendapat
teguran dan hukuman.
Siong Ki merasa heran. Bagaimana wanita itu
seberani itu menghina tiga orang pengemis tadi
yang sudah jelas merupakan orang-orang kasar
dan jahat? Dia merasa tidak enak. Bagaimanapun
juga tiga orang pengemis itu tadi menghina dia,
wanita itu mencampuri untuk membelanya. Kalau
sampai nanti wanita itu diganggu, bagaimana ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mendiamkan saja? Biarpun dia sudah selesai
makan, dia tidak segera membayar harga makanan
dan pergi, melainkan menanti sampai wanita itu
selesai makan dan membayar, diapun membayar
dan setelah wanita itu bangkit dan keluar, baru dia
keluar pula dari rumah makan itu. Wanita itu
hanya mengerling dan tersenyum saja kepadanya,
tanpa mengeluarkan kata-kata. Siong Ki semakin
heran dan juga kagum. Dari dalam rumah makan
saja sudah nampak betapa tiga orang pengemis
tadi menanti di luar rumah makan dan banyak
orang bergerombol di sana, tanda bahwa banyak
yang hendak jadi penonton, atau mungkin tiga
orang pengemis itu mengumbar suara mengatakan
bahwa mereka hendak menghajar seorang wanita
yang berani menghina mereka, sehingga banyak
orang ingin menonton. Akan tetapi, wanita itu
sama sekali tidak kelihatan takut, bahkan
tersenyum-senyum manis.
Setelah wanita itu tiba di luar, suasana menjadi
ramai dan tegang, dan Siong Ki menyelinap di
antara para penonton, siap untuk melindungi
wanita itu. Akan tetapi, wanita itu dengan langkah
yang tenang dan berani, menghampiri tiga orang
pengemis yang sudah menanti di situ dengan sikap
bengis, sedangkan para penonton sudah mengatur
jarak agar tidak terlalu dekat dengan mereka.
"Aih, kalian masih berada di sini menantiku?
Bagus, memang kalian ini harus berlutut minta
ampun dulu kepadaku, baru boleh pergi!" kata
wanita itu dan Siong Ki diam-diam mengeluh.
Wanita ini ternyata seorang yang amat berani
menghina orang sehingga mendekati sombong!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sama dengan mencari penyakit! Andaikata ia
seorang laki-laki, tentu Siong Ki tidak akan mau
memperdulikannya lagi dan biar saja manusia
sombong itu berkelahi melawan tiga orang
pengemis sombong. Akan tetapi ia seorang wanita
dan dia harus membelanya.
Sikap memandang rendah dan ucapan
meremehkan dari wanita itu membuat tiga orang
pengemis tak mampu menahan kesabaran mereka
lagi. Si mulut lebar sudah melangkah maju dengan
kedua tangan dikepal. "Perempuan sombong,
kurontokkan gigimu!" bentaknya sambil menyerang
dengan tamparan ke arah mulut wanita itu. Akan
tetapi, dengan sekali gerakan saja, wanita itu
menarik tubuh atas ke belakang sehingga
tamparan itu mengenai angin, dan iapun
tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya
yang rapi dan putih.
"Hemm, sayang gigiku yang rapi ini
kaurontokkan. Kalau gigimu yang jelek dan kotor
itu, patut dirontokkan." Tiba-tiba saja, kaki wanita
itu sudah bergerak cepat seperti kilat menyambar
dan diangkat tinggi ke atas.
"Krakkk..........!!" Mulut itu dihantam sepatu dan
rontoklah beberapa buah gigi si mulut lebar dan
bibirnya pecah-pecah berdarah. Dia terjengkang
dan mengusap darah dari mulutnya. Sedangkan
para penonton menjadi terkejut dan kagum. Juga
Siong Ki diam-diam mencela diri sendiri yang
kurang waspada, memandang rendah wanita
cantik itu yang ternyata sama sekali tidak
membutuhkan perlindungan darinya, kalau hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadapi gangguan pengemis mulut besar itu
saja.
Akan tetapi kini pengemis yang roboh itu sudah
meloncat bangun dan mencabut sebatang golok
yang tadinya diselipkan di ikat pinggang. Dua
orang pengemis lainnya juga sudah mencabut
golok mereka dan kini tiga orang itu menghadapi
wanita cantik itu dari depan, kanan dan kiri.
Melihat ini, kembali Siong Ki merasa khawatir dan
dia sudah melangkah maju ke depan.
"Hemm, kalian ini tiga orang laki-laki
mengancam wanita dengan senjata tajam?
Sungguh tidak adil, dan sungguh curang,
menunjukkan bahwa kalian memang hanya
pengecut-pengecut besar yang beraninya hanya
main keroyokan!"
Melihat majunya Siong Ki, Bi Tok Siocia
tersenyum manis. Tadi dalam rumah makan ia
sudah melihat betapa pemuda tampan gagah yang
menarik perhatiannya itu mematah-matahkan
sekeping uang dengan mudah, tanda bahwa dia
bukan seorang pemuda biasa. Dan kini, tepat
seperti dugaannya, pemuda itu maju membelanya.
Tentu saja hatinya semakin kagum dan tertarik.
Si hidung besar segera memutar goloknya dan
membentak Siong Ki. "Engkau berani mencampuri
berarti sudah bosan hidup!" Diapun sudah
menyerang dengan goloknya, akan tetapi dengan
mudah Siong Ki mengelak. Si Mulut lebar yang kini
menjadi si mulut ompong karena giginya rontok,
dibantu oleh si mata sipit, sudah menyerang
dengan golok mereka, mengeroyok Bi Tok Siocia!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki ingin cepat-cepat menjatuhkan si
hidung besar agar dia dapat membantu wanita itu.
Maka ketika untuk ke empat kalinya golok
menyambar, dia tidak mengelak seperti tadi,
melainkan dia bahkan mendahului dengan langkah
ke depan, tangannya bergerak menyambut dengan
pukulan ke arah pergelangan tangan yang
memegang golok, dari samping sedangkan tangan
kirinya mendorong dengan telapak tangan terbuka
ke arah dada lawan.
Si hidung besar tidak mengira bahwa lawan
berani menyambut serangannya seperti itu, dan
ketika lengannya terkena pukulan tangan kiri
lawan, seketika lengan itu menjadi lumpuh dan
goloknya terpental, dan di detik lain, dadanya
terkena hantaman dengan tangan terbuka. Diapun
terjengkang dan terbanting roboh, ketika bangkit
duduk, dia memegangi dadanya karena dada itu
terasa sesak, sukar bernapas.
Ketika Siong Ki membalik hendak membantu
wanita tadi, diapun tertegun. Bukan main wanita
itu. Dengan tangan kosong saja, wanita itu bukan
hanya mampu menandingi dua orang
pengeroyoknya, bahkan kini nampak ia menghajar
mereka dengan tendangan-tendangan kakinya.
Dua orang itu dibuat seperti dua buah bola saja,
ditendangi jatuh bangun dan akhirnya mereka
tidak mampu melawan lagi, muka mereka
bengkak-bengkak dan berdarah karena beberapa
kali disambar sepatu wanita itu!
Hanya si mata sipit yang masih dapat berdiri
dan terengah-engah, namun dia memaksa diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang wanita itu yang berdiri sambil bertolak
pinggang dan tersenyum kepadanya. Lalu dia
bertanya, "Kami mengaku kalah. Siapakah
namamu, nona?"
Wanita itu tersenyum mengejek dan mengerling
kepada Siong Ki yang masih memandang kagum.
"Kalian hendak mengadu kepada ketua kalian?
Boleh, boleh! Katakan saja bahwa Nona Ouw yang
menghajarmu. Nah, pergilah kalian bertiga
sebelum berubah pikiranku dan kalian tidak akan
dapat kuampuni lagi."
Tiga orang pengemis itu pergi dengan kepala
tunduk, dan Bi Tok Siocia segera menghampiri
Siong Ki dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada, dengan sikap ramah dan manis iapun
memberi hormat yang segera dibalas oleh Siong Ki.
"Terima kasih atas pertolonganmu, Tai-hiap."
katanya dengan suara merdu.
Disebut tai-hiap (pendekar besar), Siong Ki
tersenyum. "Harap nona tidak menyebut tai-hiap
kepadaku. Engkau sendiri memiliki kepandaian
yang hebat, nona. Aku merasa malu telah salah
duga sehingga lancang mencampuri urusan itu.
Padahal aku tahu sekarang bahwa nona sama
sekali tidak memerlukan bantuanku."
"Ah, engkau tidak mengerti, tai-hiap. Aku
memang membutuhkan pertolonganmu,
membutuhkan bantuanmu. Engkau tidak
mengenal siapa Hek I Kai-pang. Mari kita bicara di
tempat sunyi, akan kuceritakan kepadamu, di sini
banyak orang dan tidak leluasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki mengangguk. Memang dia belum
mengenal macam apa Hek I Kaipang itu, dan
mengapa pula wanita yang lihai ini mengatakan
bahwa ia membutuhkan bantuannya. Mereka lalu
meninggalkan tempat itu.
"Kalau engkau tidak berkeberatan, kita dapat
bicara di ruangan dalam rumah penginapan di
mana aku bermalam, tai-hiap." kata Ouw Ling.
Karena tidak mengenal tempat lain agar mereka
dapat bicara, Siong Ki hanya mengangguk. Ketika
melakukan perjalanan menuju ke rumah
penginapan yang besar itu, Bi-tok Siocia Ouw Ling
berbisik, "Seperti sudah kuduga, kita dibayangi
orang. Mereka tentulah para anggota Hek I Kaipang.
Biarlah, kita pura-pura tidak tahu saja."
Siong Ki melirik dan benar saja. Ada empat lima
orang yang membayangi mereka secara berpencar,
bercampur dengan orang-orang yang berlalu lalang
di ke dua tepi jalan raya itu.
Setelah mereka memasuki rumah penginapan,
Ouw Ling mengajak Siong Ki bicara di ruangan
dalam, sebuah ruangan yang memang disediakan
untuk para tamu. Ruangan ini cukup luas dan
kebetulan pada saat itu tidak terdapat tamu lain.
"Nah, di sini kita dapat bicara dengan leluasa,"
kata wanita itu. "Akan tetapi sebelum itu, Apakah
tidak sudah tiba waktunya kita saling berkenalan?
Namaku Ouw Ling dan aku berasal dari Liong-san
(Bukit Naga)."
Siong Ki menjawab, "Namaku The Siong Ki dan
aku berasal dari dusun Ta-bun-cung."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena ia belum tahu pemuda itu termasuk
golongan apa, maka Ouw Ling tidak bertanya lebih
mendalam. Ia sendiri belum berani mengakui
bahwa ia adalah puteri angkat Ouw Kok Sian,
datuk besar dan majikan Liong-san.
"Nah, sekarang kita telah berkenalan, Thetaihiap............."
"Harap nona jangan menyebut tai-hiap
kepadaku, rasanya janggal dan tidak enak."
Ouw Ling tersenyum manis. "Baiklah, setelah
kita berkenalan, dan melihat bahwa engkau lebih
muda dariku, bagaimana kalau aku menyebutmu
siauwte (adik) saja dan engkau menyebut aku cici
(kakak perempuan)?"
Siong Ki tersenyum, "Bagaimana engkau tahu
bahwa aku lebih muda darimu, karena melihat
keadaan dirimu, belum tentu kalau aku lebih
muda." Siong Ki tentu saja dapat menduga bahwa
wanita itu lebih tua darinya, akan tetapi dia
memang pandai membawa diri dan pandai
menyenangkan hati orang. Ucapannya itu
walaupun hanya sekedarnya namun jelas telah
membuat wajah Ouw Ling berseri saking
girangnya. Wanita mana yang tidak akan berseri
wajahnya kalau dikatakan bahwa ia nampak jauh
lebih muda dari pada usia yang sebenarnya!
"Aku yakin bahwa aku lebih tua darimu,
siauwte, walau hanya beberapa tahun mungkin.
Akan tetapi itu tidak penting sekali, bukan? Kalau
boleh aku mengetahui, engkau dari mana dan
hendak kemana? Apakah engkau mempunyai
keperluan khusus datang ke Lok-yang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki menggeleng kepala. "Tidak mempunyai
keperluan khusus, aku baru saja memasuki Lokyang
dalam perjalananku merantau dan mencari
pengalaman hidup. Baru pagi tadi aku datang ke
sini dan kebetulan terlibat peristiwa dalam rumah
makan tadi."
"Aih, kalau begitu, kenapa tidak menginap saja
di rumah penginapan ini, The-siauwte? Di sini
tempatnya bersih dan cukup murah. Dan tahukah
kau, kita mempunyai banyak persamaan. Aku
sendiripun sedang merantau, atau katakanlah
berpesiar mencari pengalaman hidup dan
meluaskan pengetahuan. Kalau engkau suka, kita
dapat menjadi teman seperjalanan!" Ucapan itu
dikeluarkan secara wajar sehingga Siong Ki tidak
merasakan suatu kelainan, walaupun penawaran
seperti itu dari seorang wanita kepada seorang pria
sebetulnya tidaklah pada tempatnya.
"Soal itu mudah, Ouw-cici, sekarang aku ingin
mendengar tentang Hek I Kaipang."
"Hek I Kaipang adalah perkumpulan pengemis di
Lok-yang dan sekitarnya yang terkenal. Ketuanya
berjuluk Hek I Sin-kai (Pengemis Sakti Baju Hitam)
yang terkenal lihai. Pengaruhnya besar sekali
karena selain ketuanya sakti, juga anak buihnya
yang berjumlah ratusan orang rata-rata memiliki
ilmu silat yang cukup tangguh. Jangankan orangorang
biasa, bahkan tokoh-tokoh kang-ouw tidak
berani main-main terhadap mereka, dan para
pejabat daerahpun mempunyai hubungan baik
dengan para pimpinannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, pantas saja anak buahnya bersikap
demikian ugal-ugalan. Kekuasaan itu agaknya
membuat mereka menjadi sewenang-wenang," kata
Siong Ki. "Akan tetapi, kalau engkau sudah tahu
keadaannya seperti itu, mengapa tadi engkau
sengaja memancing keributan dengan mereka,
enci?"
Wanita itu tersenyum dan mengamati wajah
Siong Ki dengan pandang mata begitu mesra dan
manis, membuat pemuda itu merasa mukanya
menjadi panas dan tersipu.
"Tadinya aku tidak ingin berurusan dengat
mereka. Akan tetapi melihat mereka
mengganggumu dan melihat engkau memiliki
kepandaian ketika engkau mematahkan sekeping
uang itu, timbul keberanianku untuk menentang
mereka. Memang sudah lama aku mendengar akan
kesewenang-wenangan mereka, dan aku ingin tahu
sampai di mana kelihaian ketuanya. Karena itulah,
aku mohon bantuanmu, siauwte, karena aku yakin
bahwa urusannya tidak hanya sampai di sini saja.
Tadi engkau melihat sendiri bahwa kita dibayangi
orang, tentu tak lama lagi ketuanya akan
menghubungi kita dan aku memerlukan
bantuanmu untuk menghadapi mereka. Tentu saja
kalau engkau suka dan berani."
Siong Ki adalah murid Naga Sakti Sungai
Kuning, tentu saja telah menguasai ilmu silat yang
tinggi, juga dia diberi pelajaran kebudayaan dan
sastra, akan tetapi dia baru saja keluar dari
perguruan dan sama sekali tidak mempunyai
pengalaman menghadapi akal dan tipu muslihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang kang-ouw yang licin dan cerdik. Maka,
diapun tidak merasa bahwa ia sedang dibujuk
secara cerdik sekali oleh wanita yang tergila-gila
kepadanya itu. Kalau saja Ouw Ling tidak
mengeluarkan ucapan kalimat terakhir itu, tentu
dia akan meragu, karena dia merasa tidak
mempunyai urusan dengan Hek I Kai-pang. Akan
tetapi, wanita itu seolah menantangnya ketika
mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuannya
untuk menghadapi Hek I Kai-pang, kalau dia
berani! Kata-kata kalau dia berani inilah yang
mencambuknya dan seolah memaksanya untuk
tidak dapat menolak uluran tangan wanita itu.
"Ouw-cici, tentu saja aku berani dan kalau
memang pihak Hek I Kaipang hendak
memperpanjang urusan di rumah makan tadi, aku
tentu akan membantumu."
"Kalau begitu, sebaiknya sekarang juga aku
memesankan sebuah kamar untukmu, siauw-te!"
kata wanita itu dengan sikap gembira dan iapun
memanggil seorang pelayan rumah penginapan.
Ketika pelayan itu datang, ia memesan sebuah
kamar lagi untuk Siong Ki dan dengan sikap
seperti tidak sengaja, ia minta sebuah kamar yang
berdekatan dengan kamarnya untuk pemuda itu.
Pada saat itu, terdengar suara ribut-ribut di luar
rumah penginapan dan seorang pelayan berlari
datang memasuki ruangan itu. "Nona. ada orangorang
dari Hek I Kai-pang datang mencari
nona......." Jelas bahwa pelayan itu nampak
ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ouw Ling tersenyum tenang dan menoleh
kepada Siong Ki. "Nah, tepat seperti dugaanku.
The-siauwte, sebaiknya kau simpan dulu buntalan
pakaianmu ke dalam kamarmu, baru kita menemui
mereka."
Siong Ki menyetujui, menyimpan buntalan
pakaiannya dalam kamar yang sudah dipersiapkan
untuknya, kemudian dia keluar lagi sambil
membawa pedang Seng-kong-kiam yang digantung
di pungungnya. Ternyata Ouw Ling sudah
menantinya, dan wanita ini pun agaknya sudah
siap siaga. Sepasang goloknya juga terselip di
belakang punggung sehingga ia nampak cantik dan
gagah sekali.
"Bagus, engkau sudah membawa pedangmu,
siauwte. Kita harus siap-siaga, siapa tahu kita
akan terpaksa menggunakan senjata menghadapi
mereka." Keduanya lalu keluar dan depan rumah
penginapan itu nampak lengang. Para tamu dan
para pelayan rumah penginapan itu sudah
menjauhkan diri bersembunyi, agaknya tidak ingin
terlibat. Di pekarangan rumah penginapan itu
nampak belasan orang berpakaian serba hitam
yang bertambal-tambalan, dipimpin oleh seorang
laki-laki berusia empatpuluh tahun yang bertubuh
tinggi besar dan yang bersikap garang. Akan tetapi,
ketika mereka semua melihat munculnya Ouw Ling
dan Siong Ki mereka bersikap hormat, bahkan si
tinggi besar yang garang itu cepat melangkah ke
depan dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada ke arah Ouw Ling dan suaranya terdengar
lantang namun hormat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kami berhadapan dengan Bi Tok Siocia
dari Liong-san?"
Ouw Ling tersenyum mengejek. "Kalau benar
kalian mau apa? Mau memperpanjang urusan di
rumah makan itu? Mau mengeroyokku? Majulah
dan sekali ini, aku tidak akan bersikap lemah,
akan kupenggal leher kalian semua!" kata Ouw
Ling dan sikapnya ini membuat Siong Ki bergidik.
Kiranya wanita itu dapat pula bersikap keras dan
keji kalau perlu. Akan tetapi, memang para
pengemi palsu ini patut dihajar, pikirnya.
Dihardik seperti itu, sekali ini para pengemis itu
sama sekali tidak kelihatan marah, bahkan
kelihatan gentar. Kembali si tinggi besar memberi
hormat. "Harap Siocia sudi memaafkan tiga orang
anak buah kami yang seperti buta tidak mengenal
bahwa nona adalah Bi Tok Siocia dari Liong-san.
Mendengar peristiwa tadi, pangcu (ketua) kami
marah sekali dan tiga orang itu telah menerima
hukuman. Pangcu adalah sahabat baik dari
Majikan Liong-san, maka sekarang pangcu
mengutus kami untuk mengundang nona ke
tempat kami, di mana pangcu akan menyambut
sendiri untuk mohon maaf kepada Siocia."
Luar biasa sekali, pikir Siong Ki. Setelah
mendengar nama julukan Ouw Ling, yaitu Bi Tok
Sio-cia, para pengemis itu menjadi ketakutan,
bahkan ketuanya sendiri yang mengundangnya
untuk memohon maaf.! Dia tidak tahu siapakah
Majikan Liong-san dan belum pernah mendengar
nama julukan Ouw Ling. Gurunya tidak pernah
bercerita tentang majikan Liong-san, walaupun ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa orang datuk kang-ouw yang dia dengar
dari keterangan suhunya.
Ouw Ling menoleh kepadanya. "Bagaimana,
siauwte? Hek I Kai-pang mengundang kami,
perlukah kami menerima undangan itu dan datang
ke sarang Hek I Kai-pang untuk menemuinya?"
Siong Ki tersenyum girang. Bagaimanapun jug,
wanita ini amat menghargainya dan telah
mengangkatnya dalam pandangan para anggota
Hek I Kaipang. Dia bertanya. "Apakah engkau
mengenal pangcu itu, enci?"
"Aku hanya pernah mendengar namanya.
Ayahku yang mengenalnya. Sebetulnya, aku tidak
senang diundang seperti ini. Kenapa bukan dia
saja yang datang ke sini kalau hendak minta maaf?
Akan tetapi, mengingat dia teman ayahku, dan aku
di pihak yang lebih muda, sebaiknya kalau kita
pergi ke sana, hendak kulihat apa yang hendak dia
katakan."
"Kalau begitu, baik, kita pergi saja," kata Siong
Ki.
Para anggota Hek I Kaipang merasa heran
melihat wanita itu hendak pergi bersama pemuda
yang tidak mereka kenal, akan tetapi mereka
mendengar bahwa tadi pemuda itu yang
menimbulkan keributan dengan anak buah Hek I
Kaipang. Karena yang mengajak pemuda itu adalah
Bi Tok Sio-cia, merekapun tidak ada yang berani
membantah. Si tinggi besar itu segera berkata.
"Siocia, pangcu telah mengirim sebuah kereta
untuk menjemput sio-cia." Dia memberi isyarat
dan sebuah kereta kecil ditarik dua ekor kuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memasuki pekarangan itu dari luar. Kereta itu
cukup bagus, seperti kereta milik seorang
pembesar saja! Bukan main, pikir Siong Ki.
Pengemis mempunyai kereta berkuda dua untuk
menjemput tamu!
Dengan sikap angkuh Bi Tok Siocia naik ke
dalam kereta bersama Siong Ki dan kusir kereta
lalu menjalankan kudanya, diikuti oleh belasan
orang anggota Hek I Kaipang. Setelah kereta dan
para pengiringnya meninggalkan pekarangan itu,
barulah para tamu dan pelayan rumah penginapan
berani keluar dan peristiwa itu tentu saja menjadi
percakapan orang. Baru mereka tahu bahwa
wanita cantik yang hanya dikenal sebagai Ouw
Siocia di rumah penginapan itu adalah seorang
wanita yang dijemput kereta oleh ketua Hek I
Kaipang, berarti tentu saja bukan wanita
sembarangan. Apalagi setelah berita tentang
peristiwa perkelahian di depan rumah makan itu
tersiar, semua orang memberitakan bahwa Ouw
Siocia adalah seorang wanita perkasa.
Kereta itu keluar dari Lok-yang, menuju sebuah
bukit kecil. Sarang Hek I Kaipang berada di lereng
bukit ini, dan di sepanjang jalan mendaki bukit,
nampak para anggota Hek I Kaipang berdiri di tepi
jalan. Diam-diam Siong Ki harus mengakui bahwa
perkumpulan pengemis itu memang kuat,
mempunyai banyak anak buah yang agaknya
teratur seperti pasukan saja.
Kalau tadinya Siong Ki mengkhawatirkan adanya
perangkap yang diatur oleh ketua perkumpulan
itu, kini dia melihat bahwa kekhawatirannya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keliru. Agaknya nama besar Bi Tok Siocia sudah
cukup menjadi jaminan, sehingga timbul keinginan
tahu siapa sebenarnya wanita ini dan sampai di
mana kelihaiannya, maka namanya sempat
membuat pimpinan Hek I Kaipang yang demikian
besarnya menyambutnya dengan sikap hormat.
Hek I Sin-kai sendiri keluar menyambut ketika
kereta berhenti di depan sebuah bangunan yang
sama sekali tidak pantas menjadi rumah pengemis!
Perkampungan itupun tidak ada tanda-tandanya
menjadi perkampungan pengemis. Bangunanbangunannya
dari tembok. Agaknya hanya pakaian
mereka saja yang berbau pengemis, karena penuh
tambalan. Apalagi bangunan di tengah, di depan
mana kereta berhenti, merupakan bangunan yang
megah.
Kakek yang menyambut mereka itu bertubuh
tinggi kurus, berusia limapuluh tahun lebih.
Mukanya kuning sehingga melihat tubuh tinggi
kurus itu, dia lebih mirip seorang yang
berpenyakitan, yang tidak sehat. Dia membawa
sebatang tongkat mengkilap berwarna hitam, dan
pakaiannya yang serba hitam itu terbuat dari
sutera yang halus dan mahal! Sepatunya juga
hitam mengkilat. Berbeda dengan pakaian anak
buahnya, tidak nampak sedikit tambalanpun di
bajunya. Dia lebih mirip seorang hartawan
berpakaian sutera hitam daripada ketua pengemis.
Begitu Bi Tok Siocia turun dari kereta, Hek I Sinkai
menyambutnya dengan tertawa bergelak. "Haha-
ha, engkaukah Bi Tok Siocia? Sungguh pantas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau menjadi puteri Ouw Kok Sian, karrna
engkau ternyata memiliki keberanian yang besar.!"
"Paman tentulah Hek I Sinkai Ma Siu, pendiri
Hek I Kaipang? Pernah aku mendengar nama
paman dari ayah," kata Ouw Ling.
"Ha-ha-ha, sudah bertahun-tahun aku tidak
bertemu dengan ayahmu. Dan inikah pemuda yang
membikin ribut di rumah makan itu? Siapakah ini,
nona Ouw? Sahabatmu, ataukah tunanganmu?"
Kalau orang lain ditanya tentang tunangan
mungkin akan marah. Akan tetapi tidak demikian
dengan Ouw Ling. Ia malah tersenyum senang.
"Dia bernama The Siong Ki, seorang sahabatku
yang baru, paman. Bukan dia yang membikin ribut
di rumah makan, melainkan tiga orang anak
buahmu yang tak tahu diri. Aku yang menjadi
saksi bahwa anak buahmu yang bersalah."
Ketua itu menggerakkan tangan dengan tidak
sabar. "Aku tahu........aku tahu......dan aku telah
menghukum mereka. Engkau dapat melihatnya
sendiri nanti. Nah, Ouw Siocia, dan engkau Thesicu
(orang gagah The), silakan masuk. Kalian
menjadi tamu-tamu kehormatan kami hari ini."
Lega karena mendapat sambutan yang demikian
hormat dan pihak kai-pang itu sama sekali tidak
memperlihatkan sikap bermusuh, Siong Ki
bersama Ouw Ling memasuki rumah besar itu dan
mereka dipersilakan masuk ke ruangan tamu yang
besar, di mana ternyata telah dipersiapkan meja
besar untuk pesta makan minum! Meja itu besar,
akan tetapi karena hanya sebuah dan berada di
ruangan tamu yang luas, maka tampak kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek I Sin-kai Na Siu mempersilakan mereka
berdua duduk menghadapi meja besar. Dia sendiri
menemani mereka. Agaknya, ketua ini benar-benar
menghormati kedua orang tamunya. Buktinya,
tidak ada di antara pembantu-pembantunya yang
ikut duduk menghadapi meja itu. Setelah dua
orang tamunya duduk, pangcu itu bertepuk
tangan. Seorang penjaga memasuki ruangan dan
Hek I Sin-kai mengeluarkan perintah. "Seret tiga
orang anggota yang membikin malu tadi masuk!"
Penjaga pergi dan tak lama kemudian, dikawal
oleh tiga orang anggota kai-pang, masuklah tiga
orang itu. Mereka terhuyung-huyung dan Siong Ki
melihat betapa tiga orang pengemis yang
mengganggunya di rumah makan tadi, dalam
keadaan menyedihkan, tersungkur dan berlutut.
Pakaian mereka koyak-koyak dan berlepotan
darah, dan terutama sekali di bagian punggung.
Dia mengerti bahwa tiga orang itu telah menerima
hukuman cambuk yang membuat kulit punggung
mereka pecah-pecah berdarah.
"Nah, inilah mereka, nona Ouw. Sekarang
terserah kepada nona dan sicu, apa yang harus
kami lakukan dengan mereka? Membunuh mereka
atau mengampuni mereka?" tanya ketua
perkumpulan pengemis itu. Mendengar ini, tiga
orang pengemis yang sekarang sudah kehilangan
kegarangan mereka itu berlutut menghadap ke
arah dua orang muda itu dan si hidung besar
mewakili kedua orang temannya, berkata dengan
suara gemetar.
"Nona, kami mohon ampun........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Tok Siocia tersenyum mengejek. Khawatir
kalau wanita itu minta agar mereka dibunuh,
Siong Ki cepat berkata, "Mereka sudah menerima
hukuman. Sudahlah, pangcu, urusan ini tidak
perlu diperpanjang lagi."
Mendengar ini, Bi Tok Siocia tersenyum lebar,
lalu mengangguk-angguk. "Pangcu, The-siauw-te
sudah mengambil keputusan dan akupun setuju."
"Terima kasih, nona, terima kasih, sicu!" Tiga
orang itu berulang-ulang mengucapkan terima
kasih.
"Bawa mereka keluar dan suruh hidangkan
makan minum!" kata ketua Hek I Kai-pang kepada
tiga orang pengawal. Mereka semua keluar dan tak
lama kemudian, gadis-gadis manis datang
membawa hidangan. Kembali Siong Ki tertegun.
Namanya saja pengemis, akan tetapi kini mampu
mengadakan pesta dengan masakan-masakan yang
mahal. Anggur dan arak yang baik, dan dilayani
oleh lima orang gadis cantik yang sama sekali
bukan jembel. Ini lebih tepat dinamakan pesta
yang diadakan seorang bangsawan atau hartawan,
bukan pemimpin orang jembel!
Setelah makan dan minum dengan gembira. Hek
I Sin-kai menyuruh pelayan membersihkan meja,
kemudian dia berkata, "Ouw Siocia dan The-sicu,
kami merasa gembira sekali bertemu dengan
orang-orang muda yang lihai seperti kalian. Apalagi
mengingat bahwa Ouw-siocia adalah puteri
sahabat kami, dan karena The-sicu sahabat Ouwsiocia,
berarti sahabat kami pula.. Kalian lihat
bahwa kami selalu suka bersahabat dengan orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang lihai di dunia kang-ouw. Ouw-siocia, sudah
bertahun-tahun aku tidak bertemu sahabat Ouw
Kok Sian. Setiap kali kami saling jumpa, kami pasti
membicarakan ilmu silat dan latihan bersama.
Sekarang, karena engkau merupakan puterinya,
maka biarlah kuanggap engkau mewakili ayahmu
dan aku ingin sekali melihat sampai di mana kini
kemajuan ilmu silat dari majikan Liong-san. Haha-
ha-ha!" Sikap tuan rumah itu wajar dan ramah,
sama sekali bukan merupakan tantangan untuk
berkelahi.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 24
"Aih, Paman Na terlalu memuji. Mana bisa
sedikit kemampuanku dibandingkan dengan Hek I
Sin-kai yang terkenal dengan ilmu tongkatnya?"
"Ha-ha-ha, Ouw Siocia. Kita adalah orang-orang
kang-ouw, kalau tidak membicarakan dan saling
memberi petunjuk dalam ilmu silat, mau bicara
tentang apa lagi? Akan tetapi, kalau ayahmu
sendiri yang datang, tentu aku sendiri pula yang
akan melayaninya. Sekarang, aku merasa tidak
enak kalau menemanimu berlatih silat. Menang
atau kalah, aku tetap akan ditertawakan orang.
Nah, aku akan mewakilkan saja kepada muridku
yang paling pandai agar aku dapat melihat sampai
dimana kehebatanmu, Ouw Siocia." Setelah
berkata demikian, ketua pengemis itu bertepuk
tangan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepada penjaga yang masuk, dia berkata dengan
suara lantang. "Panggil ke sini Ji Kiat!"
Tak lama kemudian. Muncullah murid
yangdipanggil itu. Seorang pria berusia tigapuluh
lima tahun, bertubuh tegap sedang, dengan muka
yang cukup tampan dan dari pandang mata dan
senyumnya, nampak bayangan dari ketinggian hati
yang memandang rendah orang lain. Pakaiannya
juga serba hitam dan hanya ada tiga tambalan di
dada. Pakaian itu juga terbuat dari sutera hitam
yang halus. Dan agaknya diapun mengandalkan
senjata tongkat seperti gurunya, karena di
pinggangnya terselip sebatang tongkat hitam.
Begitu memasuk ruangan itu, tokoh Hek I Kai-pang
ini memberi hormat kepada gurunya, kemudian
kepada kedua orang tamu itu.
"Ouw Siocia, ini adalah Su Ji Kiat, pembantu
utamaku, juga muridku yang pertama. Nah,
biarlah dia yang melayanimu berlatih sebagai
wakilku dan engkau mewakili ayahmu.
Bagaimana?"
Bi Tok Siocia tersenyum mengejek. Andaikata dia
tidak sudah lebih dulu menaksir Siong Ki,
mungkin saja ia akan tertarik kepada murid
pertama Hek I Sin-kai yang cukup gagah dan
tampan ini. Kini, ia tersenyum mengejek.
"Paman, aku datang memenuhi undangan,
bukan untuk memamerkan kepandaian. Akan
tetapi karena paman ingin melihat perkembangan
ilmu dari ayah melalui aku, baiklah. Siapa saja
yang akan paman tunjuk untuk mewakili paman,
terserah." Setelah berkata demikian, sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tubuhnya, tubuh wanita itu dari
atas tempat duduknya telah melayang ke tengah
ruangan yang luas itu dan ia sudah berdiri dengan
senyum yang manis, memiringkan tangan terbuka
di depan dada dan mengangkat tangan kirinya ke
atas kepala. "Aku sudah siap!"
Hek I Sin-kai memberi isyarat kepada muridnya.
Su Ji Kiat yang memiliki watak angkuh dan
memandang rendah lawan, kini menghampiri Ouw
Ling dan tentu saja dia juga memandang ringan
kepada wanita cantik ini. Memang dia sudah
mendengar betapa wanita ini telah menghajar anak
buah Hek I Kaipang, akan tetapi apa anehnya
kalau hanya menghajar anak buahnya? Dia sendiri
biar dikeroyok belasan orang anak buahnya, tidak
akan kalah. Dia, murid kepala dari Hek I Sin-kai,
kini harus menandingi seorang wanita, sungguh
merupakan hal yang memalukan baginya!
Setelah berhadapan, Su Ji Kiat berdiri santai
lalu berkata. "Nona, silakan menyerang, aku telah
siap melayanimu berlatih." Dia tersenyum dan
senyumnya membayangkan kecongkakannya.
seperti seorang dewasa menertawakan lagak dan
gaya seorang bocah.
"Begitukah? Nah, kalau sudah siap, sambutlah
seranganku ini!" Tiba-tiba Ouw Ling menggerakkan
kaki tangannya, gerakannya cepat bukan main dan
sekali terjang, dengan cepat dan kuat ia telah
mengirim serangkaian serangan dengan tamparan
kedua tangannya, bergantian dan bertubi-tubi.
Terkejutlah Ji Kiat. Dia cepat mengelak dan
menangkis, dan serangkaian serangan itu bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
badai datangnya, membuat dia kewalahan juga,
karena sama sekali tidak mampu balas menyerang
dan biarpun tidak ada pukulan yang mengenai
tubuhnya karena dia menggunakan kedua lengan
melindungi tubuh, tetap saja dia terhuyung ke
belakang.
"Ji Kiat, ia itu murid majikan Liong-san, berhatihatilah
menghadapinya!" kata Hek I Sin-kai yang
merasa khawatir, juga tidak senang melihat
kecerobohan muridnya yang dia tahu memandang
ringan lawan sehingga dalam gebrakan pertama
saja sudah terdesak. Agaknya Ji Kiat menyadari
kesalahannya, maka diapun meloncat ke belakang
agar terbebas dari himpitan rangkaian serangan
itu, kemudian dia memasang kuda-kuda yang
kokoh dan ketika Ouw Ling menyerang lagi, dia
sudah siap menangkis dan balas menyerang.
Sekarang barulah terjadi pertandingan, saling
serang dengan serunya.
Akan tetapi, pertandingan itu berjalan seimbang
hanya untuk selama duapuluh jurus saja, selama
itupun Ouw Ling sengaja mengalah. Hal ini dapat
dilihat jelas oleh Siong Ki, membuat pemuda itu
menjadi kagum. Ternyata bahwa wanita itu
memang lihai bukan main, memiliki gerakan yang
aneh dan agak liar, terutama sekali lihai dalam
ilmu tendangannya. Dari pertandingan itu saja
Siong Ki sudah dapat menilai bahwa tingkat
kepandaian wanita itu jauh lebih tinggi daripada
lawannya.
Agaknya setelah lewat tigapuluh jurus dan
mendesak lawan, Ouw Ling merasa jemu dan tibaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tiba ia mengeluarkan bentakan nyaring, kedua
kakinya bagaikan kitiran angin bergerak, berputar
dan serangkaian tendangan menyambar-nyambar
ke arah tubuh Ji Kiat. Murid utama Hek I Sin-kai
ini terkejut, berusaha untuk mengelak dan
menangkis,akan tetapi gerakan tendangan dari
Ouw Li memang hebat sekali. Tubuhnya bagaikan
melayang-layang dan tendangannya susulmenyusul
dan akhirnya, sebuah tendangan dapat
menyusup di antara kedua lengan yang menangkis,
mengenai dada Ji Kiat dan tubuh tokoh Hek I Kaipang
itupun terjengkang! Dia tentu akan
terbanting keras kalau saja dia tidak membuat
tubuhnya melingkar sehingga tubuh itu kini
menggelinding seperti bola sampai enam tujuh
meter jauhnya!
Su Ji Kiat tidak terluka, akan tetapi dadanya
terasa sesak dan diapun bangkit berdiri dengan
muka berubah merah. Alangkah malunya
dikalahkan seorang lawan wanita. Hek I Sin-kai
juga melihat kekalahan muridnya dan diam-diam
dia terkejut. Untung dia tidak memandang rendah
kepada murid Ouw Kok Sian itu. Kiranya wanita
itu lihai bukan main! Akan tetapi, melihat
muridnya dikalahkan sedemikian mudahnya, dia
merasa penasaran juga. Dia bertepuk tangan
memuji.
"Ah, hebat bukan main kemajuan yang diperoleh
Ouw Kok Sian sehingga puterinya mewarisi ilmu
yang dahsyat.! Nah, Ji Kiat, jangan memandang
ringan kepada Nona Ouw, dan engkau mintalah
pelajaran tentang penggunaan senjata darinya.
Akan tetapi hati-hati, siang-to (sepasang golok) dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nona Ouw hebatnya bukan main!" Ini adalah
anjuran bagi muridnya untuk mempergunakan
senjata, yaitu tongkat baja yang menjadi andalan
perkumpulan mereka. Mendengar ucapan
suhunya, Su Ji Kiat seperti mendapat semangat
baru. Dia tadi merasa malu karena dengan tangan
kosong, dia telah kalah. Kini masih ada harapan
untuk menebus kekalahannya melalui tongkatnya
yang menjadi andalannya. Maka diapun cepat
mengambil tongkatnya yang hitam dan memberi
hormat kepada Ouw Ling.
"Nona Ouw, mohon petunjukmu dalam ilmu
menggunakan senjata." Dia melintangkan tongkat
di depan dadanya. Ouw Ling tersenyum. Tanpa
menggunakan siang-to sekalipun ia tidak gentar
menghadapi lawan bersenjata. Akan tetapi,
pertama ia tidak ingin membikin malu tuan rumah,
dan kedua iapun tahu bahwa Hek I Sin-kai
terkenal karena ilmu tongkatnya. Kalau ia
memandang rendah menghadapi tongkat dengan
tangan kosong dan kalah, tentu ia akan merasa
malu sekali.
"Baik, akupun ingin melihat bagaimana
hebatnya ilmu tongkat dari Hek I Kai-pang yang
disohorkan orang itu." Hampir tidak nampak
tangannya bergerak, dan tiba-tiba nampak sinar
berkelebat dan sepasang tangannya telah
memegang sepasang golok. Golok itu tidak terlalu
besar, bentuknya melengkung indah dan
gagangnya terbuat dari emas berhiaskan permata!
Kedua golok itu tipis dan berkilauan saking
tajamnya, demikian indahnya sehingga lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerupai golok hias daripada senjata yang
ampuh.
Melihat wanita itu sudah memegang sepasang
goloknya. Ji Kiat yang bemafsu sekali untuk
menebus kekalahannya tadi, segera berseru. "Nona
Ouw, lihat serangan tongkatku!" Dan diapun sudah
nyerang dengan tongkatnya. Memang hebat sekali
ilmu tongkat itu. Gerakannya cepat, kuat dan
aneh. Begitu tongkat meluncur, terdengar suara
bersiutan tajam dan tongkat itu berubah menjadi
sinar hitam yang menyambar-nyambar.
Sinar pertama menyambar ke arah kepala Ouw
Ling. Ketika wanita itu mengelak sehingga tongkat
menyambar lewat atas kepalanya, tongkat itu
langsung saja membalik, kini menyambar ke arah
kedua kakinya. Ouw Ling meloncat dan tiba-tiba
saja tongkat membalik dan ujung yang lain
menusuk ke perut! Memang ilmu tongkat yang
dahsyat!
"Tranggg ......!" Bunga api berpijar ketika golok di
tangan kiri Ouw Ling menangkis tongkat,
sedangkan golok di tangan kanannya menyambar
ke arah leher lawan.
Ji Kiat yang kini tidak berani memandang
rendah lawannya, memutar tongkatnya dan
kembali bunga api berpijar ketika golok ditangkis
tongkat. Mulailah mereka saling serang dengan
dahsyat. Saking cepatnya gerakan mereka, tidak
nampak sepasang golok dan sebatang tongkat itu,
yang nampak hanyalah gulungan sinar hitam yang
berkejaran dan saling belit dengan dua gulung
sinar putih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun, sejak beberapa gebrakan saja. Siong Ki
maklum bahwa memang murid ketua kaipang itu
sama sekali bukan lawan Ouw Siocia. Wanita ini
terlalu tangguh, apalagi gerakan sepasang goloknya
benar-benar amat hebatnya. Kalau gadis itu
menghendakinya, agaknya dalam waktu belasan
jurus saja, ia akan mampu melukai dan
merobohkan lawannya. Hal ini akhirnya dapat
dirasakan pula oleh Ji kiat. Akan tetapi, dia adalah
seorang yang memiliki watak tinggi hati dan
merasa dirinya paling hebat, maka sukarlah bagi
seorang de ngan watak seperti itu untuk dapat
menerima dan mengakui kekalahan. Setelah
merasa bahwa dia akan kalah, timbullah
kenekatannya dan diapun kini mulai menyerang
secara membabi buta dan dengan seranganserangan
maut. Dia sudah lupa bahwa
pertandingan itu bukan suatu perkelahian,
melainkan hanya menguji kepandaian, seperti
latihan belaka. Kini dia menyerang sungguhsungguh,
kalau perlu merobohkan lawan dan
melukai atau membunuhnya!
Ouw Ling terkejut dan iapun menjadi marah.
Kalau tidak ingat bahwa ia sebagai tamu, tentu ia
sudah menggunakan tangan keji terhadap
lawannya itu. Ia hanya mendengus dan gerakan
sepasang goloknya berubah, cepat dan kuat
sehingga ketika mendengar suara nyaring
bertemunya golok dan tongkat, tongkat itu terlepas
dari tangan Ji Kiat dan sebuah tendangan
menyusul, amat kerasnya mengenai pinggul kiri Ji
Kiat sehingga tubuh tokoh pengemis itu terlempar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan melayang ke arah meja di mana gurunya
duduk.!
Kalau Ouw Ling ingin mencelakainya, tentu
tendangan tadi tidak mengenai pinggul, melainkan
mengenai perut atau dada yang akibatnya akan
parah. Akan tetapi, tendangan yang membuat
lawannya terlempar jauh itu cukup menunjukkan
kemarahannya.
Hek I Sin-kai bangkit dan menangkap tubuh
muridnya dengan tangan kiri, mencegahnya
menimpa dirinya atau terbanting keras, lalu
melepaskannya ke samping di mana Ji Kiat jatuh
terduduk. Wajah ketua Hek I Kaipang itu berubah
kemerahan walaupun mulutnya masih tertawa.
"Ha-ha-ha, ilmu golok Ouw Siocia sungguh
hebat, dan ilmu tendangannyapun mengagumkan
sekali. Aku ingin untuk merasakannya pula!"
katanya dan diapun menghampiri wanita itu
dengan membawa tongkatnya.
Siong Ki merasa tidak enak kalau diam saja.
Diapun tahu bahwa tadi Ouw Ling marah sehingga
menghajar lawannya agak keras dan hal ini
agaknya membuat tuan rumah merasa tidak
senang. Wanita itu memang lihai dan Su Ji Kiat
bukan lawannya yang seimbang, akan tetapi kalau
guru Ji Kiat yang maju, tentu akan lain halnya.
Ketua yang marah itu mungkin akan dapat
mengalahkan Ouw Ling, dan karena dia sedang
marah, mungkin kini akan terjadi pertandingan
yang sifatnya mengandung kemarahan dan
menjadi perkelahian yang akan membahayakan
kedua pihak. Pula, kalau hanya wanita itu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang selalu maju menghadapi lawan, lalu apa
gunanya ia ikut datang ke tempat itu?
"Ouw-cici, mundurlah, biar aku
menggantikanmu," katanya dan diapun cepat
menghampiri Ouw Ling, kemudian memberi
hormat kepada Hek I Sin-kai. "Pangcu, tidak adil
kalau harus Ouw-cici lagi yang melayani pangcu,
setelah tadi ia dengan susah payah menandingi
muridmu. Juga aku ingin mengenal ilmu
tongkatmu yang lihai. Marilah kita main-main
sebentar, pangcu, agar Ouw-cici dapat
beristirahat."
Ouw Ling tersenyum girang. Bukan karena ia
merasa lega tidak harus menandingi Hek I Sin-kai
yang tangguh, melainkan karena ia ingin sekali
melihat sampai dimana kehebatan pemuda yang
telah menarik hatinya itu. Ia mengangguk lalu
kembali duduk menghadapi meja. Adapun Ji Kiat
yang telah dikalahkan, kini duduk di atas lantai di
sudut ruangan itu, nampak lemas dan lenyaplah
sikapnya yang congkak tadi.
Mendengar ucapan Siong Ki tadi, tentu saja Hek
I Sin-kai tidak dapat menolak atau membantah.
Tidak mungkin dia menolak ajakan Siong Ki untuk
bertanding dengan memaksakan keinginannya
untuk menantang Ouw Siocia. Dengan demikian,
tentu perasaan tidak senang dan penasaran di
hatinya oleh kekalahan muridnya tadi akan
nampak. Sebagai seorang yang lebih tua dan
kedudukannya lebih tinggi, tentu saja dia tidak
mungkin bersikap seperti itu. Bahkan diam-diam
dia merasa girang dengan majunya pemuda ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dia mengalahkan Ouw Siocia, setidaknya
tentu dia akan membuat hati sahabatnya, Ouw
Kok Sian, menjadi tidak senang. Sebaliknya,
pemuda ini hanya sahabat Ouw Siocia, maka dia
merasa lebih bebas untuk berbuat apa saja
terhadap pemuda ini.
"Baiklah, engkau yang menjadi sahabat baik
Nona Ouw, aku percaya engkau tentu memiliki
ilmu kepandaian yang lumayan. Akan tetapi,
bolehkah aku mengetahui siapa gurumu, dan dari
aliran mana?"
Siong Ki mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa
gurunya tidak suka kalau namanya disebut-sebut,
apalagi urusan yang dia hadapi sekarang ini bukan
urusan membela kebenaran dan keadilan, hanya
sekedar perkenalan belaka. Kalau suhunya tahu
bahwa namanya diobral olehnya, tentu akan marah
sekali.
"Maaf, pangcu. Aku mempelajari silat ke manamna
sehingga tidak ingat lagi berapa banyak, guruguruku,
dan aku tidak terikat oleh aliran
manapun. Harap pangcu memberi petunjuk
sehingga berarti pangcu juga menjadi seorang di
antara para guruku." Siong Ki memang pandai
membawa diri. Tentu saja ucapan itu merupakan
sanjungan sehingga Hek I Sin-kai tersenyum dan
merasa kepalanya agak membesar.
"Ha-ha-ha, engkau tentu akan dapat banyak
mendapatkan pelajaran yang berharga, sicu.
Silakan menyerang!" katanya dengan lagak yang
menggurui.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, pangcu, akan tetapi aku tidak ingin
menggunakan pedang. Bagaimana kalau kita
berlatih dengan tangan kosong saja?"
"He-he, The-sicu. Apa salahnya menggunakan
senjata? Kalau kita sudah menguasai benar,
senjata sama dengan tangan kita dan tidak akan
melukai lawan kalau tidak kita kehendaki. Justru
engkau akan dapat mengambil keuntungan dan
ajaran dari ilmu tongkatku! Cabutlah pedangmu
dan jangan takut, aku tidak akan melukaimu
dengan tongkat ini."
"Baiklah kalau engkau menghendaki demikian
pangcu," Siong Ki lalu mencabut pedangnya,
sengaja memperlihatkan sikap kaku sehingga
diam-diam Ouw Siocia sendiri mengerutkan alisnya
dan mulai meragukan kemampuan pemuda itu.
Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa. Yang
tertawa adalah Su Ji Kiat dari sudut ruangan itu.
"Ha-ha-ha-ha, engkau hendak menggunakan
sebatang pedang butut itu untuk melawan tongkat
suhu? Ha-ha-ha, suhu, biarkan teecu (murid)
melawan badut ini!" Setelah berkata demikian dia
sudah meloncat ke dekat Siong Ki, tongkatnya yang
tadi terlepas ketika dia bertanding melawan Ouw
Ling telah dipegangnya kembali.
Hek I Sin-kai adalah seorang kangouw yang
banyak pengalaman. Biarpun pemuda itu
mengeluarkan sebatang pedang yang nampaknya
butut dan tumpul, namun dia tidak memandang
rendah. Bahkan diam-diam dia terkejut. Dia tahu
bahwa semakin buruk dan nampak lemah senjata
seorang ahli silat, semakin tinggi pula tingkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu. Orang yang memegang senjata yang
nampak bersahaja, berarti tidak lagi mengandalkan
senjata itu, melainkan dirinya sendiri.
Dia belum pernah berkenalan dengan pemuda
ini, tidak tahu dari aliran mana. Oleh karena itu,
majunya muridnya merupakan hal yang
menguntungkan baginya. Dengan membiarkan
muridnya maju lebih dahulu, berarti dia mendapat
kesempatan untuk mengintai tingkat lawan!
"Baiklah, engkau boleh mengujinya lebih dahulu,
Ji Kiat," katanya sambil mengangguk. Ji Kiat
sudah menghadapi Siong Ki dan lagak sombongnya
timbul kembali.
"The-sicu, majulah dan aku yakin dalam waktu
kurang dari duapuluh jurus aku akan dapat
mengalahkanmu!" kata Ji Kiat yang bersikap
sombong untuk menutup rasa malunya karena
kekalahannya dari Ouw Ling tadi.
Siong Ki mengerutkan alisnya. Dia sudah dapat
menilai sampai dimana kepandaian orang ini dan
dia merasa muak melihat kesombongan orang itu
maka diapun ingin memberi hajaran kepadanya,
maka ia lalu berkata, "Engkau tadi sudah
bertanding melawan Ouw-cici, tidak adil kalau
sekarang melawanku, maka biarlah aku akan
mengaku kalah kalau dalam waktu lima jurus aku
belum mampu mengalahkanmu!"
Bukan saja Ji Kiat yang menjadi merah
telinganya mendengar ini, akan tetapi juga Hek I
Sin-kai, bahkan juga Ouw Ling. Wanita ini tentu
saja kaget karena ia sendiri tidak akan mungkin
mengalahkan Ji Kiat hanya dalam waktu lima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jurus, apalagi sebelumnya telah memberi tahu,
sehingga tentu saja Ji Kiat akan memperkuat
pertahanannya agar jangan kalah dalam waktu
sesingkat itu. Tentu saja Ji Kiat menjadi marah
bukan main. Dia tadi telah dikalahkan Ouw Ling
yang berarti dia telah terseret turun dari
kedudukannya yang dia banggakan sebagai murid
utama Hek I Sin-kai, dan kini, ada pemuda tak
terkenal yang berani mengatakan akan mengaku
kalah kalau tidak dapat mengalahkannya dalam
waktu lima jurus! Gurunya sendiripun tidak akan
mungkin dapat mengalahkannya dalam waktu lima
jurus.
"Bagus, engkau sendiri yang mengeluarkan
ucapan itu, The-sicu. Nah, aku sudah siap,
mulailah engkau menyerangku!" kata Ji Kiat.
Diapun cukup cerdik untuk mengambil
keuntungan dari tantangan lawan. Dia hanya
tinggal menjaga diri agar jangan sampai kalah
dalam waktu lima jurus dan itu berarti dia akan
menang! Jelas, sekarang akan tertebus
kekalahannya yang tadi!
Siong Ki tersenyum, maklum apa yang berada
dalam pikiran lawan. "Baik, kau bersiaplah. Nah,
lihat seranganku. Jurus pertama!" Tiba-tiba
pedang tumpul di tangannya bergerak dan
lenyaplah pedang itu, yang nampak hanya sinar
hijau menyambar dahsyat ke arah kepala Ji Kiat,
disusul dorongan tangan kirinya ke arah dada.
Inilan juru Dewa-mempersembahkan-mustika,
sebuah jurus yang sekaligus atau beruntun cepat
sekali telah melakukan dua serangan, yaitu
sambaran pedang dari kiri ke kanan disusul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dorongan tangan kiri dengan jari terbuka ke arah
dada lawan.
Ji Kiat yang sudah siap siaga, cepat memutar
tongkatnya melindungi tubuhnya.
"Trakkk!" Tongkat bertemu pedang tumpul dan
melekat! Tentu saja karena tongkatnya tertahan, Ji
Kiat tidak dapat melindungi dadanya yang
disambar tangan kiri Siong Ki. Cepat dia miringkan
tubuhnya, nanun terdengar suara "brett" dan
ujung bajunya robek dan hancur. Wajahnya
menjadi pucat. Kalau tangan itu tadi meremas
perut atau dadanya, bukan ujung baju, tentu
bukan kain itu yang robek hancur! Dia meloncat ke
belakang dan siap menghadapi serangan
selanjutnya. Bagaimanapun juga, dalam jurus
pertama itu, dia belum jatuh, berarti belum kalah!
Siong Ki tersenyum. Orang ini memang tak tahu
diri, pikirnya. Sebetulnya, jurus pertama itu saja
sudah cukup membuktikan bahwa Ji Kiat kalah,
akan tetapi agaknya orang itu tidak mau mengakui
kekalahannya.
"Awas serangan jurus ke dua!" bentak Siong Ki
dan diapun meloncat maju dan kini pedang butut
dan tumpul di tangannya digerakkannya cepat
membentuk lingkaran-lingkaran yang aneh dan
cepat, hanya nampak gulungan-gulungan sinar
hijau saja yang seolah ada beberapa ekor burung
hijau beterbangan mengelilingi tubuh Ji kiat.
Orang inipun cepat memutar tongkatnya
melindungi diri, namun tetap saja gerakannya
kalah cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pratt!" dan nampaklah potongan rambut
berhamburan. Sebagian rambut Ji Kiat disambar
sinar pedang dan berhamburan. Kembali Ji Kiat
melompat ke belakang dan memasang kuda-kuda.
Dia tidak memperdulikan rambutnya yang bodol,
dan dia memandang dengan mata mendelik karena
merasa penasaran dan marah.
Melihat lawan masih belum mau mengaku
kalah, Siong Ki menerjang lagi sambil berseru,
"Jurus ke tiga!" Kini Ji Kiat menangkis datangnya
pedang yang membacok kepalanya itu dengan
mengerahkan seluruh tenaganya.
Trangg........!!" Keras sekali kedua senjata itu
saling bertemu di udara dan akibatnya, ujung
tongkat di tangan Ji Kiat itu putus terpotong!
"Hemn, aku masih belum roboh!" kata Ji Kit
dengan nekat walaupun tongkatnya yang amat
diandalkannya itu telah patah ujungnya.
"Baik, jagalah jurus ke empat!" Kini pedang itu
bergerak lagi, berkelebatan menyambar-nyambar
dan Ji Kiat menggunakan tongkatnya yang
buntung untuk melindungi dirinya.
"Trakk!" Kembali tongkat bertemu pedang dan
sekali ini Ji Kiat tidak mampu menarik lepas
tongkatnya dari pedang. Tongkatnya melekat dan
biarpun dia sudah mengerahkan tenaga untuk
melepaskan tongkatnya, sia-sia saja dan pada saat
itu, tangan kiri Siong Ki meluncur ke arah
pergelangan tangannya yang memegang tongkat.
"Tukk!" Lengan kanan Ji Kiat menjadi lumpuh
dan terpaksa dia melepaskan tongkatnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak dapat dipertahankannya kembali. Kini
tongkati telah terampas lawan! Akan tetapi dia
belum roboh, dan hanya tinggal satu jurus lagi.
Biarpun dari jurus pertama sampai jurus ke empat
dia telah dirugikan, akan tetapi kalau sejurus lagi
lewat dan dia belum roboh, berarti lawannya akan
dianggap kalah!
"The-sicu, aku belum roboh, berarti belum
kalah!" katanya dan dia memasang kuda-kuda
dengan kedua kaki ditekuk rendah, siap
melewatkan sejurus lagi dengan seluruh
kekuatannya! Sementara itu, Hek I Sin-kai
memandang dengan mata terbelalak, bahkan Ouw
Ling sendiri menjadi bengong. Ia dapat menduga
bahwa Siong Ki seorang yang lihai, akan tetapi
tidak disangkanya sehebat itu! Tentu saja wanita
itu menjadi semakin kagum dan tertarik.
Sedangkan Hek I Sin-kai agak pucat wajahnya.
Tahulah kakek ini bahwa dia sendiripun bukan
tandingan pemuda yang amat hebat itu! Ingin dia
meneriaki muridnya agar menyerah, akan tetapi
karena Ji Kiat sudah terlanjur bersikap tidak mau
kalah, diapun hanya memandang penuh perhatian
dan ingin tahu apa yang akan dilakukan pemuda
lihai itu terhadap muridnya.
Siong Ki tersenyum dan menyarungkan Sengkong-
kiam di sarung pedangnya, lalu berkata:
"Engkau ingin dirobohkan dalam jurus ke lima?
Baiklah kalau begitu, nah! robohlah kau!" Siong Ki
menerjang dengan tangan kosong dan disambut
oleh Ji Kiat dengan kedua tangannya. Dia berpikir
bahwa kalau kedua tangannya menangkis, maka
jurus itu akan lewat dan dia tidak akan roboh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plak, dess!!" Kedua pasang tangan bertemu
dengan kuatnya dan tubuh Ji Kiat terdorong ke
belakang, akan tetapi sapuan kaki Siong Ki
membuat dia terpelanting dan tanpa dapat dicegah
lagi Ji Kiat roboh terbanting. Dia terkejut dan juga
heran. Mau tidak mau dia harus mengakui
keunggulan pemuda itu yang ternyata lebih lihai
dibandingkan Ouw Siocia!
Ji Kiat bangkit duduk dan meringis karena
punggungnya terasa nyeri ketika dia terbanting
tadi. Dia bangkit berdiri dan memberi hormat
kepada Siong Ki sambil berkata, "The sicu, aku
mengaku kalah. Engkau memang lihai sekali dan
maafkan kata-kataku tadi."
Terdengar tepuk tangan dan Hek I Sin-kai yang
bertepuk tangan memuji. "Hebat, engkau hebat
sekali, orang muda!" katanya.
Ouw Ling yang merasa bangga melihat kelihaian
sahabat barunya itu lalu berkata kepada Hek I Sinkai,
"Paman, sekarang tiba giliranmu untuk
memberi petunjuk pada The-siauwte!"
"Aih, melihat betapa dengan mudahnya The-sicu
mengalahkan Ji Kiat, cukuplah. Aku sudah terlalu
tua untuk dapat menandinginya. Hanya sayang
aku belum dapat mengenal dari aliran mana ilmu
silatmu, sicu. Aku harus memberi selamat
kepadamu untuk membuktikan kekagumanku
kepadamu. Nah, terimalah secawan arak sebagai
ucapan selamat dan kekagumanku, The-sicu!"
Ketua Hek I Kai-pang itu memegang sebuah cawan
kosong dengan tangan kanan, lalu tangan kirinya
menuangkan arak dari guci arak sampai penuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian dengan kedua tangan dia memegang
secawan arak itu, diam-diam mengerahkan sinkangnya
dan ketika dia menyerahkan secawan
arak itu kepada Siong Ki, arak di guci itu bergolak
seperti mendidih! Inilah pameran kekuatan sinkang
yang hebat sehingga mengagumkan Ouw
Ling.
Namun, Siong Ki menghadapi ketua itu dengan
senyum, lalu dia mengulurkan kedua tangan
untuk menerima secawan arak itu. "Terima kasih,
engkau baik sekali, pangcu," katanya dan dengan
kedua tangan, dia memegang cawan arak itu. Arak
yang tadinya mendidih itu tiba-tiba berhenti
bergolak dan ketika pemuda itu menuangkannya
ke mulut sambil berdongak, arak itu tidak menetes
turun dari cawan yang dia balikkan! Arak itu
seolah-olah telah membeku dan tidak tumpah
keluar! Inipun merupakan demonstrasi kekuatan
sin-kang yang tidak kalah hebatnya, membuat
Ouw Ling bertepuk tangan.
"Aih-aihhh......kalian berdua ini seperti kanakkanak
yang bermain sulap saja, suka main-main
seperti itu!" katanya.
Siong Ki tersenyum, menurunkan cawan itu lalu
mengangkat cawan sambil mengajak tuan rumah
dan wanita itu minum arak masing-masing. "Mari
kita minum untuk persahabatan kita!" kata Siong
Ki. Hek I Sin-kai menyambut dengan gembira,
demikian pula Ouw Ling dan mereka bertiga
minum arak lalu mereka dipersilakan duduk
kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek I Sin-kai memberi isyarat kepada Ji Kiat
untuk meninggalkan ruangan itu dan mereka
bertiga duduk bercakap-cakap dengan gembira.
"Sungguh menggembirakan sekali hari ini aku
dapat bertemu dan berkenalan dengan kalian dua
orang muda yang hebat. Nah, sekarang kalau boleh
aku mengetahui, apakah kepentingan ji-wi (kalian
berdua) datang ke Lok-yang? Apakah barangkali
kami dapat membantu kalian?"
"Kami tidak mempunyai keperluan khusus,
paman," kata Ouw Ling sambil mengerling kepada
Siong Ki. "Kami hanya berpesiar saja, sambil
melihat-lihat barangkali ada pekerjaan yang cocok
bagi kami."
Siong Ki teringat akan tugas yang diberikan
gurunya kepadanya. Ini kesempatan yang amat
baik, pikirnya. Sebagai ketua kai-pang yang
memiliki banyak anggota, juga tentu mempunyai
hubungan yang amat luas, mungkin saja Hek I
Sin-kai dapat membantunya memberi keterangan
tentang penculik puteri gurunya!
"Barangkali pangcu dapat membantuku dengan
memberi keterangan tentang seorang yang sedang
kucari."
"Siapakah orang yang sedang kaucari itu Thesicu?"
tanya Hek I Sin-kai sedangkan Ouw Ling
juga memandang penuh perhatian. Ia sendiri
belum pernah mendengar tentang itu karena
memang ia baru saja berkenalan dengan Siong Ki
dan belum mendengar banyak tentang riwayat dan
keadaan pemuda yang dikaguminya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki sudah mendengar tentang Kwa Bi Lan
dari gurunya, tentang riwayat wanita itu mengapa
menculik puteri gurunya. Diapun sengaja tidak
langsung menanyakan tentang wanita itu,
melainkan mendiang suaminya yang lebih terkenal
di dunia kangouw.
"Aku mencari orang yang berjuluk Sin-tiauw
(Rajawali Sakti) bernama Liu Bhok Ki."
Bukan hanya Hek I Sin kai yang terkejut, juga
Ouw Ling tercengang karena nama besar Si
Rajawali sakti pernah menggemparkan dunia
kangouw. "Aih, dia? Akan tetapi dia telah tidak ada
lagi, sicu! Dia telah mati belasan tahun yang lalu!"
Tentu saja Siong Ki sudah tahu akan hal ini.
"Kalau begitu, aku mencari keluarganya. Apakah
dia tidak mempunyai keluarga? Isteri atau anak?"
"Kami tidak mendengar bahwa dia mempunyai
anak, hanya mendengar bahwa dia di hari tuanya
mempunyai seorang isteri. Akan tetapi, kami tidak
tahu siapa isterinya itu dan di mana ia sekarang
berada."
"Aku tahu!" tiba-tiba Ouw Ling berkata.
"Isterinya seorang wanita muda murid Siauw-limpai,
namanya......namanya Kwa......Bi Lan. Ya, aku
pernah mendengar ayah bercerita tentang
mendiang Sin-tiauw Liu Bhok Ki itu."
Tentu saja diam-diam Siong ki merasa girang.
Tak disangkanya bahwa yang mengenal wanita itu
bahkan sahabat barunya ini! "Aih, Ouw-cici,
engkau malah mengenalnya? Di mana sekarang
Kwa Bi Lan itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Siong Ki menjadi kecewa melihat
wanita cantik itu menggeleng kepalanya. "Sin-tiauw
Liu Bhok Ki telah meninggal dunia belasan tahun
yang lalu dan sejak itu, tidak ada yang tahu ke
mana perginya isterinya itu. Ia ketika itu masih
muda, dan ia hanya diketahui sebagai murid
Siauw-lim-pai, namanya tidak begitu dikenal. Yang
terkenal adalah suaminya, maka setelah suaminya
meninggal dunia, Kwa Bi Lan juga tidak
diperhatikan orang lagi. Aku tidak tahu di mana ia
berada." Melihat wajah sahabat barunya kelihatan
kecewa, ia cepat menyambung. "Jangan khawatir,
siauw-te, aku akan membantumu mencarikan
sampai dapat. Aku mempunyai banyak hubungan,
tentu akan dapat mencari keterangan tentang Kwa
Bi Lan."
Wajah Siong Ki menjadi cerah kembali
mendengar kesanggupan wanita cantik itu. "Terima
kasih, enci Ouw, engkau baik sekali."
"Ji-wi mencari pekerjaan? Sungguh kebetulan
sekali! Saat ini tenaga dua orang seperti ji-wi amat
dibutuhkan. Dan bukan saja ji-wi akan menerima
balas jasa yang cukup besar, bahkan membuka
kesempatan bagi ji-wi untuk mendapatkan
pekerjaan dan kedudukan di kota raja Tiang-an."
Dua orang muda itu tertarik sekali. Mereka
memandang tuan rumah dengan sinar mata penuh
selidik. Bagaimanapun juga, Siong Ki tidak akan
sudi menerima kalau ditugaskan melakukan suatu
kejahatan. Dia bukan penjahat! Dia seorang
pendekar! Juga Bi-tok Siocia Ouw Ling adalah
puteri seorang datuk, tentu saja merasa rendah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau harus melakukan kejahatan remeh yang
hanya akan menjatuhkan nama besarnya dan
nama besar ayahnya.
"Pekerjaan apakah yang kaumaksudkan itu,
paman?" tanya Ouw Ling.
"Begini, Ouw Siocia. Kalian tahu bahwa aku
mempunyai hubungan dekat sekali dengan para
pejabat di Lok-yang. Kebetulan sekali seorang
pangeran yang kini menjabat kedudukan hakim di
Lok-yang, kemarin minta kepadaku untuk
menyediakan beberapa orang yang berkepandaian
tinggi untuk mengawal isteri pangeran dan tiga
orang puteranya yang hendak melakukan
perjalanan ke Tiang-an.
Mereka memang berasal dari kota raja.
Perjalanan sekarang tidak dapat dikata aman,
maka aku sedang bingung mencari siapa gerangan
yang dapat dipercaya untuk memikul tugas itu.
Dan melihat kalian berdua, aku yakin tidak ada
orang lain yang tepat dan dapat diandalkan untuk
mengawal keluarga pangeran itu dari sini ke kota
raja."
"Pangcu, bagi seorang pembesar, apalagi kalau
dia pangeran, apa susahnya mencari pengawal.
Akan tersedia pasukan besar untuk menjaga
keselamatan keluarganya! Kenapa harus mencari
orang lain?" tanya Siong Ki.
"Benar pertanyaan The-siauwte itu, paman.
Mengherankan sekali memang." kata Ouw Ling.
Ketua pengemis itu mengangguk-angguk.
"Memang tadinya akupun membantahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian, akan tetapi setelah dia menjelaskan,
baru aku mengerti. Pangeran itu seorang hakim,
kalau isterinya ke kota raja, pasti dia akan
menitipkan beberapa laporan penting. Dia tidak
ingin mengerahkan pasukan agar tidak menyolok
dan menarik perhatian, juga keluarganya tidak
suka kalau bepergian diiringkan pasukan yang
membuat suasana menjadi kaku, akan tetapi
diapun ingin keselamatan keluarganya terjamin.
Oleh karena itu, dia minta aku mencarikan dua
tiga orang pengawal yang dapat diandalkan, dan
melihat kalian berdua, aku yakin kalian akan
mampu mengawal keluarga itu sampai selamat tiba
di kota raja. Dan kalau kalian menghendaki
pekerjaan atau kedudukan di kota raja, kiranya
aku dapat menyampaikan kepada pangeran itu.
Dia pasti akan dapat memberi kalian surat
perkenalan dan kepercayaan untuk pembesar di
kotaraja."
Dua orang itu saling pandang, kemudian Ouw
Ling bertanya, "Apakah sudah ditentukan kapan
keluarga itu berangkat?"
"Tiga hari lagi."
"Kalau begitu, biar penawaran ini kami
pertimbangkan dulu sampai besok. Besok kami
memberi keputusan kepadamu, paman. Bukankah
begitu, siauwte?"
Siong Ki mengangguk. Sebetulnya, dia senang
mendengar penawaran itu. Pekerjaan yang tidak
berat, dan selain imbalannya tentu besar, juga
kemungkinan dia memperoleh kedudukan di kota
raja. Pekerjaan apa yang lebih baik daripada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi seorang seorang pejabat di kota raja? Akan
tetapi karena dia membutuhkan bantuan Ouw Ling
untuk dapat menemukan Kwa Bi Lan, maka ketika
wanita itu mengajukan pendapatnya, diapun hanya
mengangguk setuju.
Ouw Ling dan Siong Ki lalu berpamit dan oleh
ketua Hek I Kaipang, mereka kembali diantar
dengan kereta memasuki Lok-yang dan sampai ke
depan rumah penginapan mereka.
-ooo0dw0ooo-
Siong Ki sedang duduk termenung di dalam
kamarnya di rumah penginapan itu. Dia
merenungkan pengalamannya sehari itu,
pengalaman yang dianggapnya aneh sekali. Dalam
waktu sehari, dia bertemu dengan Bi Tok Siocia
Ouw Ling yang ternyata kemudian dia ketahui
sebagai puteri datuk sesat Ouw Kok Sian, majikan
Bukit Naga. Akan tetapi wanita itu amat baik
kepadanya, ramah dan manis sehingga dia harus
mengakui bahwa hatinya terpikat. Seorang wanita
yang sudah matang, berpengalaman, cerdik,
memiliki ilmu silat tinggi, dan lebih dari pada itu
semua, cantik wajahnya dan menggairahkan
tubuhnya. Belum pernah dia bertemu dengan
seorang wanita seperti itu! Dan wanita itu
demikian ramah kepadanya, bahkan kini hendak
membantunya menemukan Kwa Bi Lan. Setelah
pengalamannya bertemu dengan wanita itu,
dilanjutkan dengan pertemuannya dengan ketua
Hek I Kai-pang yang menawarkan pekerjaan yang
amat baik dan membuka kesempatan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperoleh kemajuan di kota raja. Tadi, ketika
mereka kembali ke rumah penginapan, sampai
mereka mandi lalu makan malam, Ouw Ling belum
mengambil keputusan mengenai penawaran itu
dan ketika dia bertanya, wanita itu menjawab
bahwa ia akan memikirkannya dulu baik-baik
sebelum mengambil keputusan. Kini, wanita itu
memasuki kamarnya sendiri dan dia berada di
kamarnya, mereka berdua belum mengambil ke
putusan.
"Tok tok-tok!" Daun pintu kamarnya diketuk
orang dari luar.
"Siapa?" tanya Siong Ki sambil menghampiri
daun pintu akan tetapi belum membukanya.
Pengalamannya hari tadi membuat dia waspada
dan curiga.
"Aku, siauw-te. Bukalah!"
Siong Ki bernapas lega. Ouw Ling yang datang.
Tentu akan membicarakan tentang penawaran tadi
dan sekarang agaknya wanita itu akan mengambil
keputusan. Dia membuka daun pintu dan
memandang kagum. Ouw Ling nampak segar,
dengan pakaian baru, dengan rambut yang disisir
rapi dan digelung tinggi, wajahnya nampak
kemerahan dan penuh senyum menggairahkan,
pandang matanya bersinar-sinar, dan tangannya
memegang dua buah cawan dan sebuah guci
anggur.
"Aih, enci, engkau membawa minuman?" tanya
Siong Ki heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tutuplah daun pintunya siauwte. Kita
bicarakan urusan siang tadi dan sambil minum
anggur. Aku membeli anggur yang enak sekali dan
hawa malam ini amat dingin." Melihat keraguan
Siong Ki yang agaknya merasa sungkan untuk
menutupkan daun pintu selagi ada seorang wanita
di kamarnya, Ouw Ling tertawa. "Hi-hik, mengapa
engkau ragu? Kita sudah menjadi sahabat baik,
seperti saudara sendiri, mengapa masih banyak
sungkan, siauwte?"
"Aku.......aku......hanya menjaga nama baikmu,
enci...." kata Siong Ki ragu, akan tetapi dia
menutupkan juga daun pintu kamarnya setelah
melihat bahwa di luar sunyi, tidak nampak
seorangpun tamu yang semua agaknya sudah
masuk kamar.
Ouw Ling memandang kepada pemuda yang kini
duduk di depannya terhalang meja kecil itu dengan
alis terangkat, dan pandang matanya seperti orang
yang tidak percaya. "Siauwte, berapa sih usiamu
tahun ini?" tanyanya tiba-tiba. Walau pun Siong Ki
merasa aneh dengan pertanyaan itu, dia menjawab
juga.
"Usiaku duapuluh dua tahun, enci."
"Sudah duapuluh dua tahun dan engkau takut
duduk berdua dengan seorang wanita dalam
kamarmu?" kembali pandang matanya tidak
percaya. Siong Ki merasa betapa mukanya terasa
panas dan diapun tersipu.
"Aih, sejak kecil aku berada di bawah bimbingan
guru-guruku, dan baru sekarang aku hidup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri. Mengapa dan untuk apa aku harus duduk
berdua dengan seorang wanita dalam kamar?"
"Bukan main!" Kini pandang mata itu
mengandung keheranan, juga kekaguman dan
kegembiraan. "Jadi selama ini engkau belum
pernah bergaul akrab dengan seorang wanita?"
Siong Ki menggeleng kepala dan mukanya
berubah kemerahan. "Jangankan akrab,
bergaulpun belum sempat dan baru sekarang ini
aku bersahabat dengan seorang wanita, enci."
"Ihh! Dan engkau senang bersahabat denganku,
siauwte?" Pandang mata itu penuh selidik.
Siong Ki mengangguk. "Senang sekali, engkau
seorang yang baik, enci."
Kini Ouw Ling nampak gembira bukan main.
"Sudahlah, jangan terlalu memuji karena
sesungguhnya engkaulah yang baik sekali,
siauwte. Nah sekarang kita bicara tentang
penawaran Hek I Sin-kai tadi. Bagaimana menurut
pendapatmu?"
Siong Ki menarik napas panjang. "Aku hanya
menyerahkan keputusannya kepadamu saja, enci.
Engkau tahu bahwa aku menerima tugas dari
guruku untuk mencari seorang yang bernama Kwa
Bi Lan. Tugas itu yang harus kupentingkan dulu.
Setelah itu, baru aku akan memikirkan tentang
pekerjaan apa yang dapat kupegang. Karena aku
mengharapkan bantuanmu untuk dapat
menemukan Kwa Bi Lan, maka aku menurut saja
bagaimana keputusanmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ouw Ling menuangkan anggur merah itu ke
dalam dua buah cawan dan mengajak Siong Ki
minum, "Mari kita mlnun, coba rasakan bagaimana
enaknya anggur yang kubeli ini."
Siong Ki menurut dan memang anggur itu enak.
Anggur yang sudah tersimpan lama, manis dan
halus walaupun amat kuat. "Sekarang katakan,
siauwte, karena aku ingin sekali mengetahui dan
kiranya sudah sepatutnya kalau aku mengetahui
keadaan dirimu, siapakah sebenarnya gurumu dan
mengapa pula dia mengutusmu mencari Kwa Bi
Lan atau......kalau engkau tidak percaya kepadaku,
sudah, jangan kauceritakan kepadaku." Ouw Ling
mengambil sikap demikian muram dan berduka
penuh kekecewaan, sehingga Siong Ki yang masih
hijau itu tentu saja merasa tidak enak sekali.
"Ah, enci Ouw, tentu saja aku percaya padamu.
Engkau begini baik, bahkan engkau akan
membantuku menemukan Kwa Bi Lan. Baik, tadi
di depan Hek I Sin-kai aku memang tidak mau
berterus terang, akan tetapi kita sudah bersahabat
baik, sesungguhnya, guruku bernama Si Han
Beng......"
"Aih, sudah kuduga! Ketika melihat pedangmu
yang buruk itu, aku segera mengenal Seng-kongkiam!
Bukankah pedang itu milik subomu?
Gurumu adalah Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti
Sungai Kuning) dan isterinya bernama Bu Giok Cu,
bukan?"
Siong Ki tercengang, kagum akan pengetahuan
Ouw Ling yang luas. "Ah, kiranya engkau sudah
mengenal suhu dan subo?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengenal sih tidak. Orang seperti aku ini
bagaimana ada harganya mengenal suami isteri
yang hebat itu? Akan tetapi aku sudah mendengar
nama besar mereka. Dan sekarang aku bertemu
dengan murid mereka! Wah, siauwte, maafkan
kalau aku bersikap kurang hormat kepada murid
seorang pendekar sakti!" Ouw Ling dengan gaya
yang manis lalu bangkit dan mengangkat kedua
tangan depan dada memberi hormat.
Siong Ki cepat bangkit dan membalas
penghormatan itu. "Wah, enci, harap jangan
bersikap seperti itu. Engkau membikin aku
menjadi malu saja."
"Engkau gagah perkasa, murid pendekar sakti,
dan engkau tetap rendah hati, siauwte. Betapa
mengagumkan. Selama hidupku, belum pernah
aku bertemu dengan seorang laki-laki sejati
sepertimu. Nah, coba ceritakan, apa sebabnya
gurumu menyuruh engkau mencari Kwa Bi Lan?"
"Karena Kwa Bi Lan telah menculik puteri suhu
enambelas tahun yang lalu ketika anak itu berusia
dua tahun."
Ouw Ling mengangguk-angguk. Bagi seorang
kangouw sepertinya yang sudah biasa mendengar
tentang hal-hal seperti itu, ia tidak merasa heran.
Hanya ingin tahu permusuhan apa yang terdapat
antara Kwa Bi Lan dan keluarga Naga Sakti Sungai
Kuning itu.
"Kenapa gurumu yang sakti itu membiarkan saja
sampai sekarang, tidak mencari dan merampas
kembali puterinya? Kurasa Kwa Bi Lan tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mampu menandingi kelihaian Naga Sakti Sungai
Kuning dan isterinya."
Siong Ki menggeleng kepalanya, tidak ingin
menceritakan terlalu banyak tentang gurunya,
tentang dendam yang terkandung di hati Kwa Bi
Lan terhadap gurunya, karena hal itu merupakan
rahasia pribadi gurunya. "Aku tidak tahu, enci, aku
hanya ingin melaksanakan perintah suhu."
Ouw Ling tersenyum dan mengangkat cawan
anggurnya. "Jangan khawatir, aku akan membantu
dan kita pasti akan dapat menemukan penculik
puteri gurumu itu. Sekarang, mari kita minum
sampai puas. Aku gembira sekali dapat bersahabat
denganmu dan ingin merayakan kegembiraan ini
berdua denganmu. Nah, minumlah, siauwte."
Siong Ki tentu saja tidak dapat menolak
keramahan wanita itu dan diapun menemani Ouw
Ling minum anggur sampai akhirnya guci anggur
itu habis dan mereka berdua merasa ringan di hati
dan kepala. Pengaruh anggur mulai bekerja dan
Siong Ki yang ketika berada di rumah suhunya,
jarang sekali minum anggur sampai sedemikian
banyaknya, mulai merasa aneh. Dia mulai
terpengaruh alkohol dan hampir mabok.
Sebetulnya Ouw Ling adalah seorang wanita
yang sudah kebal terhadap minuman keras.
Jangankan seguci anggur tadi dibagi dua dengan
Siong Ki, andaikata ia habiskan sendiripun, ia
tidak akan mabok. Akan tetapi, ia berlagak mabok,
tertawa-tawa dan setelah anggur habis, ia bangkit
berdiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku.....aku ingin tidur.....kembali ke
kamarku....." Akan tetapi ia terhuyung dan biarpun
Siong Ki juga merasa agak pening, dia khawatir
wanita itu mabok dan terjatuh, maka cepat dia
memegang pundak Ouw Ling agar wanita itu tidak
terguling jatuh.
"Hi-hik, kau.... kau baik sekali, siauw-te......kau
tampan sekali......" Ouw Ling merangkul dan
menyandarkan kepalanya di dada yang bidang itu.
Tentu saja Siong Ki merasa canggung dan salah
tingkah, tidak tahu harus berbuat apa.
"Enci, engkau mabok, mari kuantar kembali ke
kamarmu. Engkau harus beristirahat dan tidur.....
" katanya, mencoba untuk mendorong wanita itu
ke pintu. Akan tetapi karena dia sendiri juga
merasa seolah lantai bergoyang, mereka berdua
jatuh terduduk di atas pembaringan. Ouw Ling lalu
merebahkan diri.
"Ouw-cici, pembaringanmu di sana, di kamarmu.
Mari kuantar engkau pindah ke kamarmu
.sendiri......" kata Siong Ki.
Ouw Ling menggeliat seperti seekor kucing.
"Aihh, aku lelah, aku mengantuk.... apa sih
salahnya aku tidur di sini? Di sana tidak ada
teman, dingin dan kita-kita sudah menjadi sahabat
baik, bukan......?" Tangannya menangkap lengan
Siong Ki dan dengan lembut dia menarik pemuda
itu yang terpaksa duduk kembali ke tepi
pembaringan karena memang dia agak pening.
Rasa aneh menguasainya, kepalanya terasa berat
di luar dan ringan di dalam, melayang-layang dan
lenyaplah semua ajaran gurunya tentang tataTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
susila. Diapun seperti hanyut dan tidak berdaya,
terseret oleh gelora nafsu berahi yang dikobarkan
oleh Ouw Ling yang berpengalaman dan cerdik.
Dalam keadaan setengah sadar, Siong Ki yang
masih hijau dalam pergaulan dengan wanita itu,
seolah menjadi lilin lunak yang menyerah saja
dibentuk dan dipermainkan oleh Ouw Ling. Wanita
itu memang berpengalaman dan ahli dalam
menjatuhkan hati pria. Usianya sudah empatpuluh
tahun, akan tetapi ia nampak tidak lebih dari
duapuluh lima tahun. Siong Ki, biarpun amat lihai
ilmu silatnya, kini menjadi korban dan mangsa
yang lunak bagi Ouw Ling.
Pada keesokan harinya, ketika terbangun dari
tidur dan mendapatkan dirinya berada dalam
dekapan Ouw Ling, Siong Ki tersadar dan terkejut,
bahkan timbul penyesalan besar dalam hatinya.
Namun, Ouw Ling segera dapat menghibur dan
merayunya. Sebentar saja buyarlah kesadarannya,
kalah semua pertimbangan akal sehat oleh nafsu
yang telah menguasai dirinya dan Siong Ki
menyerah. Sejak malam hari itu, dia telah
dicengkeram oleh Ouw Ling, telah menjadi hamba
dari nafsunya sendiri. Lenyaplah semua kesadaran,
bahkan dia tidak merasa bersalah, mengejar
kesenangan dan pemuasan nafsu. Dituntun oleh
Ouw Ling yang berpengalaman.
Seseorang boleh saja memiliki kepandaian tinggi,
dan dapat menandingi dan mengalahkan musuh
yang bagaimana kuatpun. Akan tetapi, musuh
yang paling berbahaya bukan lain adalah dirinya
sendiri, nafsu yang berada di dalam dirinya sendiri.
Betapapun kuatnya seseorang, belum tentu dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan mampu menandingi nafsunya sendiri. Betapa
banyaknya sudah contoh yang terjadi di dalam
sejarah, betapa orang-orang yang kuat dan
terkenal bijaksana, akhirnya jatuh oleh nafsunya
sendiri. Kalau nafsu sudah memperbudak
manusia, maka manusia itu akan menjadi
permainan nafsu, akan melakukan apa saja demi
pemuasan nafsu sehingga segala pertimbangan
akal sehat tidak akan mampu menghalanginya.
Kita tidak mungkin mematikan nafsu. Tanpa
adanya nafsu, kita tidak akan menjadi manusia,
bahkan tidak mungkin dapat hidup. Nafsu sudah
diikutsertakan kita ketika kita lahir, dan nafsu
merupakan peserta yang teramat penting bagi
kehidupan manusia. Nafsu yang membuat kita
mengenal enak dan tidak enak, senang dan susah,
baik dan buruk, dan selanjutnya. Nafsu yang
membuat mata kita mengenal keindahan, telinga
kita mengenal kemerduan, hidung kita mengenal
keharuman, mulut mengenal kelezatan dan
sebagainya. Nafsu yang merupakan pendorong
sehingga hati akal pikiran kita dapat membuat
segala macam kemajuan demi kenyamanan hidup.
Tanpa adanya nafsu, kita tidak dapat menikmati
makanan dan mungkin kita tidak mau makan
sehingga kelaparan. Tanpa adanya nafsu, kita
tidak akan melakukan perbaikan-perbaikan dan
mungkin kita masih akan tinggal di goa-goa dan
jaman kita masih tetap jaman batu. Bahkan tanpa
abanya nafsu berahi, pria dan wanita tidak akan
saling tertarik, tidak akan saling berhubungan,
sehingga mahluk manusia tidak akan berkembang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biak lagi.! Jelas, nafsu mutlak perlu bagi
kehidupan kita!
Akan tetapi, nafsu pula yang menyeret kita ke
lembah kesengsaraan, nafsu pula yang mendorong
kita melakukan kejahatan, yaitu kalau nafsu yang
tadinya diciptakan dan diikutsertakan kita untuk
menjadi peserta dan menjadi pelayan, berbalik
menjadi majikan yang memperhamba kita! Kalau
nafsu sudah mencengkeram kita, memperbudak
kita maka keadaan menjadi berbalik sama sekali.
Nafsu mendorong kita menjadi budak yang selalu
haus akan kesenangan, dan demi mengejar
kesenangan itu kita menghalalkan segala cara.
Nafsu mengejar kesenangan melalui uang
menghalalkan segala cara pencarian uang melalui
korupsi, penipuan, pencurian, perampokan dan
sebagainya. Nafsu mengejar kesenangan melalui
kedudukan menghalalkan segala cara pengejaran
kedudukan melalui perbuatan kekerasaan,
pengkhianatan, permusuhan, pembunuhan,
perang dan sebagainya. Nafsu mengejar
kesenangan melalui berahi menghalalkan segala
cara pengejarannya melalui perjinahan, pelacuran,
perkosaan dan sebagainya.
Sejak dahulu kala, manusia berusaha untuk
menanggulangi perbudakan oleh nafsu ini melalui
pelajaran, pendidikan budi pekerti, agama, ilmu
pengetahuan. Manusia berusaha untuk
menyadarkan diri betapa buruknya keadaan kita
kalau diperbudak oleh nafsu. Namun, melihat
kenyataan yang ada, daya upaya manusia itu tidak
banyak hasilnya. Manusia tetap menjadi budak
nafsu, sampai sekarang. Bahkan setelah manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperoleh kemajuan pesat sekali dalam ilmu
pengetahuan, tetap saja manusia tidak berdaya
mengatasi nafsunya sendiri. Ilmu pengetahuan
sama sekali tidak berdaya mengendalikan nafsu.
Hal ini memang tidak aneh. Ilmu pengetahuan
dapat maju karena adanya nafsu dalam hati akal
pikiran.
Mengharapkan pengertian dan pengetahuan
untuk menalukkan nafsu, merupakan harapan
hampa. Pengetahuan tidak mungkin dapat
menundukkan nafsu. Hal ini banyak buktinya
kalau kita membuka mata dengan waspada,
melihat kenyataan dalam kehidupan ini, dalam diri
sendiri maupun kehidupan manusia di sekeliling
kita. Baru cengkeraman nafsu yang amat kecil
saja, misalnya merokok, sudah sedemikian
kuatnya sehingga tidak dapat ditaklukkan oleh
pengetahuan. Semua perokok tahu dan mengerti
bahwa merokok itu tidak baik untuk kesehatan
dan sebagainya, namun mereka tetap tidak
berdaya, tidak mampu menghentikan kebiasaan
merokok! Bahkan hati akal pikiran yang sudah
dicengkeram nafsu muncul sebagai pembela untuk
membenarkan kebiasaan merokok itu dengan
bisikan-bisikan bahwa merokok itu baik. agar
nampak jantan, untuk menenangkan pikiran,
untuk mencari ilham, untuk pergaulan dan segala
macam pembelaan lagi. Coba kita bertanya kepada
semua pencuri di dunia ini. Adakah seorang
pencuri yang tidak tahu bahwa mencuri itu jahat?
Semua pencuri tahu dan mengerti! Akan tetapi,
mereka tetap saja mencuri! Karena pengetahuan
itu tidak dapat menundukkan nafsu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendorongnya untuk mencuri demi memperoleh
kesenangan melalui uang! Demikian pula para
koruptor. Adakah seorangpun di antara para
koruptor yang tidak tahu bahwa korupsi itu tidak
baik? Semua koruptor tahu dan mengerti! Akan
tetapi tetap saja mereka melanjutkan perbuatan
korupsi itu. Dan hati akal pikiran, gudang
pengetahuan dan pengertian itu, yang sudah
dikuasai nafsu, bahkan menjadi pokrol, membela
perbuatan korupsi itu sendiri dengan bisikan
bahwa mereka melakukan korupsi untuk
menghidupi anak bini, bahwa semua orang juga
melakukannya, bahwa atasannya berkorupsi lebih
banyak lagi dan sebagainya! Dalam setiap
perbuatan yang sebetulnya dimengerti bahwa itu
tidak baik, selalu saja pikiran muncul sebagai
pembelanya, untuk membenarkan perbuatan jahat
itu, atau setidaknya, mengurangi keburukannya!
Sekarang kita dihadapkan kepada keadaan yang
amat sulit. Nafsu mutlak perlu bagi kehidupan
kita. Kita mutlak membutuhkan nafsu untuk
kelangsungan hidup di dunia ini. Akan tetapi nafsu
pula yang menyeret kita ke dalam lembah
kejahatan, menyeret kita untuk melakukan
penyelewengan! Lalu apa yang dapat kita lakukan?
Hati akal pikiran kita tidak berdaya, karena semua
pengetahuan tidak dapat menundukkan nafsu
yang merajalela Apa yang dapat kita lakukan agar
nafsu kembali kepada tugas dan kedudukannya
semula, yaitu menjadi peserta dan pelayan kita
dalam kehidupan ini? Apa yang dapat kita
lakukan? Pertanyaan ini sudah bergema sepanjang
jaman. Banyak orang pergi bertapa, menyiksa diri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan segala macam tapabrata, semua ini
merupakan usaha untuk menanggulangi nafsu,
yaitu setan yang berada di dalam diri kita sendiri.
Namun, hampir tidak ada yang berhasil. Lalu apa
yang dapat kita lakukan?
Jawaban yang tepat kiranya hanyalah bahwa
kita seyogianya tidak melakukan apa-apa! Karena
apapun yang kita lakukan, kelakuan itu masih
dikemudikan oleh nafsu keinginan. Ingin bebas
dari nafsu! Siapa yang ingin itu? Itupun masih
pikiran yang bergelimang nafsu. Menginginkan
sesuatu, walaupun keinginan itu merupakan
keinginan bebas dari pada keinginan sekalipun!
Tuhan Maha Pencipta! Tuhan maha Kuasa!
Tuhan Maha Kasih! Kekuasaan Tuhan pula yang
menciptakan adanya nafsu yang diikut-sertakan
kita. Karena itu, tidak ada kekuasaan lain di dunia
ini yang akan mampu menundukkan nafsu,
kecuali kekuasaan Tuhan! Kita tidak perlu
melakukan apapun. Kita hanya menyerah, kita
hanya pasrah kepada Tuhan, dengan penuh
kesabaran, keikhlasan, ketawakalan! Kita tidak
perlu berusaha apapun untuk menundukkan
nafsu, karena usaha apapun dari kita itu bahkan
memperkuat nafsu, karena usaha itu sendiripun
merupakan ulah nafsu. Kita menyerah mutlak
kepada Tuhan dengan penuh keimanan dan
kepasrahan. Penyerahan ini merupakan kuncinya,
agar kekuasaan Tuhan selalu membimbing kita.
Kekuasaan Tuhan bekerja membimbing kita
setelah nafsu tidak lagi membimbing dan
menguasai kita. Nafsu menjadi alat untuk hidup,
namun kekuasaan Tuhan yang akan menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kendali, menjadi penuntun, dalam segala yang kita
perbuat.
Kalau nafsu sudah mencengkeram diri, maka
manusia menjadi lupa segala. Seperti halnya Siong
Ki. Dia menjadi permainan nafsu yang
mengasyikkan. Apalagi nafsu itu digerakkan oleh
pandainya Bi Tok Siocia Ouw Ling yang
merayunya. Dan Siong Ki jatuh, Diapun kini
menuruti apa saja yang dikehendaki wanita itu.
Ketika Ouw Ling menyatakan kesediaannya
mengawal keluarga pangeran yang akan ke kota
raja, Siong Ki hanya setuju saja. Ouw Ling yang
mengatur dan memimpin, sedangkan dia hanya
ikut saja.
Pangeran yang menjadi hakim di Lok-yang itu
bernama Pangeran Li Yan, masih kakak misan dari
Kaisar Tang Tai Cung yang dahulu bernama
Pangeran Li Si Bin. Tentu saja setelah pamannya,
yaitu ayah Li Si Bin yang bernama Li Gan menjadi
kaisar pertama dari Kerajaan Tang berjuluk Tang
Kao Cu, Li Yan sebagai keponakannya, juga ikut
terangkat derajatnya, bahkan mendapat sebutan
pangeran dan kini menjabat sebagai hakim di Lokyang.
Pada jaman itu, kedudukan hakim
merupakan kedudukan yang terhormat dan tinggi,
disegani dan ditakuti para pejabat tinggi lainnya.
Pangeran Li Yan berusia limapuluh tahun,
isterinya yang akan melakukan perjalanan ke kota
raja adalah isteri pertamanya yang berusia
empatpuluh lima tahun, dan tiga orang anaknya
yang ikut dengan ibu mereka ke kota raja adalah
dua orang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan yang berusia dari sepuluh sampai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
limabelas tahun. Isteri Pangeran Li Yan ini masih
berdarah bangsawan dan berasal dari kota raja,
dan sekali ini kepergiannya ke kota raja, selain
menengok keluarga, juga untuk berpesiar bersama
putera-puterinya dan juga tentu saja membawa
surat laporan dari suaminya yang harus
disampaikan kepada atasannya di kota raja.
Demikianlah, pada hari yang ditentukan. Isteri
pangeran itu bersama tiga orang anak-anaknya
menunggang sebuah kereta dengan dua ekor kuda
yang dikendalikan kusir keluarga pangeran itu.
The Siong Ki dan Ouw Ling menunggang dua ekor
kuda mengawal di belakang kereta. Ketika Hek I
Sin-kai mengajak mereka menghadap Pangeran Li
Yan, pangeran yang sudah percaya sepenuhnya
kepada ketua kaipang itu segera menerima mereka
dan menyetujui, bahkan senang sekali karena dua
orang yang mengawal keluarganya bukan orangorang
berpakaian pengemis, melainkan seorang
wanita cantik dan seorang pemuda tampan.
Di atas kereta itu sendiri dipasangi sebuah
bendera hitam dengan tulisan Hek I Kaipang,
sebagai tanda bahwa rombongan ini di bawah
perlindungan perkumpulan pengemis itu. Hal ini
untuk menjamin agar di dalam perjalanan tidak
ada yang berani mengganggu. Juga mendengar
permintaan Hek I Sinkai, pangeran itu menitipkan
sebuah surat untuk pejabat di istana, dengan
pesan kepada isterinya bahwa kalau kedua
pengawal itu ternyata bekerja dengan baik, surat
untuk memintakan pekerjaan bagi mereka di
istana itu disampaikan kepada saudaranya yang
menjadi pejabat di istana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo-
Kita tinggalkan dulu Siong Ki dan Ouw Ling yang
mengawal keluarga pangeran Li Yan dari Lok-yang
menuju ke Tiang-an, karena sudah terlalu lama
kita meninggalkan Thian Ki. Mari kita mengikuti
perjalanan pemuda perkasa ini.
Seperti kita ketahui, Thian Ki meninggalkan ibu
kandungnya dan ayah tirinya dengan membawa
dua macam tugas. Pertama, dia akan mengunjungi
Si Han Beng untuk bertanya kepada pendekar itu,
di mana dia bisa bertemu dengan Pek I Tojin atau
Hek Bin Hwesio karena hanya kedua orang itulah
yang akan dapat menolongnya, yaitu
membebaskannya dari pengaruh racun di
tubuhnya. Ke dua dia harus mengambil kembali
pedang Liong-cu-kiam, yaitu pedang pusaka yang
dulu menjadi milik Cian Bu Ong dan kini berada di
istana kaisar. Dia diberi waktu dua tahun oleh
ibunya dan ayah tirinya.
Pada pagi hari itu, pagi-pagi sekali, berangkatlah
Thian Ki meninggalkan dusun Ke-cung di tepi
Sungai Kuning dan di kaki bukit Kim-san. Dia
membawa buntalan pakaian di punggungnya, dan
tangannya memegang sebuah bungkusan kecil
yang berisi makanan yang diberikan oleh Kui Eng
kepadanya. Kui Eng! Gadis yang sejak kecil
dianggapnya sebagai adik sendiri, kini seketika
berubah baginya setelah ayah tirinya dan ibunya
menyatakan bahwa dia dan Kui Eng ditunangkan,
dijodohkan! Dan terutama sekali perubahan yang
besar terjadi dalam sikap Kui Eng. Dahulu, gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sayang dan manja kepadanya, menganggap dia
sebagai kakak kandung. Setelah gadis itu tahu
bahwa Thian Ki bukan kakak kandungnya, bahkan
sama sekali tidak ada hubungan darah, berlainan
ibu dan berlainan ayah, dan mendengar bahwa
pemuda itu menjadi calon suaminya, Kui Eng telah
benar-benar jatuh cinta kepadanya. Bukan lagi
kasih sayang antara saudara, melainkan cinta
kasih seorang wanita terhadap seorang pria! Dan
tadi gadis itu menghadangnya untuk menyerahkan
bungkusan makanan itu yang dimasak sendiri
olehnya tenggah malam tadi.
Dengan langkah lebar dan cepat Thian Ki
menuruni lereng terakhir. Bermacam perasaan
teraduk di dalam hatinya. Biarpun kini dia
menyadari sepenuhnya bahwa dia tidak bersalah,
namun tetap saja hatinya menjadi sedih dan
menyesal kalau dia teringat kepada Kam Cin atau
Cin Cin, gadis yang telah dia buntungi tangan
kirinya itu. Terpaksa dia harus melakukan hal itu
secepatnya sebelum racun menjalar naik.
Andaikata dia tidak melakukan hal itu, sekarang
Cin Cin pasti sudah tinggal nama saja, tentu telah
tewas. Biarpun membuntungi tangan gadis itu
merupakan perbuatan untuk menyelamatkan
nyawa Cin Cin, namun bagaimanapun juga, hal itu
terjadi karena dia, karena tubuhnya yang beracun
sehingga ketika mencengkeram pundaknya,
otomatis gadis itu keracunan tangannya sehingga
terpaksa dia membuntungi tangan itu dengan
pedang. Kalau tidak, maka racun dari tangan itu
akan menjalar naik dengan cepatnya dan kalau
sudah sampai ke jantung atau otak, nyawa gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tidak dapat ditolong lagi. Racun dalam
tubuhnya yang dimasukkan oleh mendiang
neneknya memang hebat bukan'main. Neneknya
tidak percuma berjuluk Ban-tok Mo-li (Iblis Betina
Selaksa Racun).
Thian Ki menghela napas panjang. Masih
teringat dia akan pandang mata Cin Cin kepadanya
ketika tangan gadis itu dibuntunginya. Pandang
mata yang penuh kekagetan, penuh penasaran,
penuh kedukaan dan penuh dendam! Terkenang
dia akan pertemuannya yang pertama dengan gadis
itu di tepi sungai Kiang, melihat gadis itu mandi
telanjang, kemudian betapa Cin Cin membalasnya
dan melihat dia mandi telanjang dan memakinya
seperti monyet! Kenangan ini membuat dia
semakin sedih.
Tiba-tiba Thian Ki menahan langkah kakinya
dan berdiri termenung seperti orang terkejut.
Memang dia terkejut oleh kenyataan di dalam
hatinya. Dia mencinta Cin Cin! Kenyataan ini
disusul dua hal yang membuat dia merasa
terpukul dan berduka, juga bingung. Dia mencinta
Cin Cin akan tetapi dia telah membuntungi tangan
gadis yang dicintanya, sehingga gadis itu tentu saja
mendendam dan membencinya. Dan hal ke dua,
dia telah ditunangkan dengan Kui Eng yang
mencintanya dengan tulus, padahal dia menyayang
Kui Eng sebagai adik. Dia merasa bingung sekali.
Cin Cin tidak bersalah ketika hendak membunuh
ayah tirinya, yaitu Cian Bu Ong. Pertama, karena
Cin Cin melaksanakan tugas yang diperintahkan
subonya yang disakiti hatinya oleh bekas pangeran
itu, dan ke dua, dan ini lebih gawat lagi, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi agaknya belum diketahui Cin Cin, yaitu
bahwa kehancuran Hek-houw-pang yang
mengakibatkan tewasnya ayah kandung Cin Cin,
ketua Hek-houw-pang yang bernama Kam Seng
Hin, adalah akibat serbuan orang-orang Cian Bu
Onng! Tidak, Cin Cin tidak dapat disalahkan.
Setelah menuruni lereng bukit itu, Thian Ki
melanjutkan perjalanannya menyusuri Sungai
Huai. Dia hendak pergi ke Sin-yang yang berada di
lembah sungai itu. Dari Sin-yang dia akan
meneruskan perjalanan menuju ke kota raja untuk
melaksanakan perintah ayah tirinya atau yang kini
ingin disebut guru, karena dia hendak dijodohkan
dengan puteri gurunya itu. Perintah itu bukan
tugas yang ringan. Dia harus mencari dan
mengambil pedang pusaka Liong cu-kiam (Pedang
Mustika Naga) yang dahulunya milik Kerajaan Sui
dan yang kini menjadi pusaka Kerajaan Tang.
Berarti, dia harus dapat memasuki gedung tempat
penyimpanan pusaka dan mencari pedang itu.
Pekerjaan ini amat sukar dan berbahaya, karena
gedung pusaka itu sudah pasti dijaga ketat, dan
dia mendengar bahwa Kaisar Tang Tai Cung yang
dahulu bernama Li Si Bin adalah seorang yang
lihai dalam ilmu silatnya, dan di istana terdapat
banyak jagoan yang berilmu tinggi. Dia harus
berhati-hati sekali.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 25
Thian Ki memasuki sebuah hutan kecil di tepi
sungai dan kota Sin-yang sudah dekat. Tembok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kota sudah nampak dari hutan itu. Tiba-tiba dia
dikejutkan oleh isak tangis wanita. Bulu tengkuk
meremang. Bagaimana mungkin ada seorang
wanita menangis dalam hutan yang biarpun kecil
akan tetapi liar dan agaknya jarang didatangi
manusia? Jangan-jangan suara siluman yang
didengarnya, karena menurut dongeng, di hutanhutan
yang lebat seringkali terdapat banyak
siluman yang suka menyamar menjadi wanita!
Biarpun demikian, dia tetap saja membelokkan
langkahnya menghampir arah suara tangis itu.
Dari balik semak-semak, Thian Ki mengintai
dengan heran. Yang menangis itu adalah seorang
wanita muda. Usianya sekitar tigapuluh tiga tahun,
akan tetapi ia masih nampak cantik jelita
walaupun agak kurus dan mukanya pucat.
Diantara isak tangisnya, wanita itu mengeluh,
"Ayah......ibu.....anakmu sudah tidak tahan lagi
hidup lebih lama di dunia.......tolonglah, ibu dan
ayah, aku hendak menyusul kalian......"
Setelah menangis tersedu-sedu, wanita itu
mencabut sebatang pisau yang mengkilap karena
tajam dan runcing, dan sekuat tenaga
menggerakkan pisau itu untuk ditusukkan ke
dadanya sendiri. Akan tetapi ia menjerit karena
tiba-tiba tangan yang memegang pisau itu seperti
lumpuh dan pisau itu terlepas dari pegangan
tangannya! Ia mendengar langkah kaki dan
menoleh dengan wajah pucat dan matanya
terbelalak ketika melihat Thian Ki melangkah
menghampirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhhh..........!" Wanita itu nampak terkejut dan
takut sekali, sehingga Thian Ki cepat
menghiburnya.
"Nyonya, harap jangan takut. Aku datang untuk
menolongmu, bukan mengganggumu," katanya dan
diapun duduk di atas akar pohon yang menonjol
keluar dari dalam tanah, berhadapan dengan
wanita itu yang masih duduk bersimpuh.
"Kau......kau bukan suruhan.......suamiku......?"
tanya wanita itu dengan lirih.
Thian Ki menggeleng kepalanya dan
memandangnya. Dari pertanyaan itu saja dia dapat
mengambil kesimpulan, bahwa wanita ini takut
kepada suaminya dan mungkin sekali ia hendak
membunuh diri karena ulah suaminya, dan bahwa
wanita ini sudah ditinggal mati ayah dan ibunya.
"Nyonya, aku tidak mengenalmu dan tidak
mengenal siapa suamimu. Aku hanya kebetulan
saja lewat dan melihat engkau melakukan
perbuatan nekat, terpaksa aku mencegahnya.
Maafkan kelancanganku."
"Kalau begitu, aku mohon kepadamu, tinggalkan
aku sendiri, biarkan aku mati menyusul orang
tuaku, aku tidak ingin hidup lagi, tidak ingin
perpanjang penderitaan yang sudah tak dapat
kutahankan lagi...... " wanita itu menangis dan
hendak meraih pisaunya yang tadi terlepas dan
kini berada di dekatnya. Akan tetapi, tiba-tiba saja
pisau itu lenyap dan telah berada di tangan Thian
Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang muda, bunuhlah aku dengan pisau
itu.........aku ingin mati......!"
"Tidak, nyonya, engkau tidak boleh mati..."
"Orang muda, apa kaukira akan dapat mencegah
aku mengakhiri hidupku? Sekarang engkau dapat
saja memaksaku untuk tidak membunuh diri,
akan tetapi setelah kita berpisah, mudah saja
bagiku untuk membunuh diri. Menggantung diri,
terjun ke jurang, minum racun, membenturkan
kepalaku ke batu, banyak jalan untuk membunuh
diri!"
Wanita itu kini merasa marah dan penasaran
melihat pemuda yang tidak dikenalnya berkeras
hendak menghalanginya mengakhiri penderitaan
hidupnya.
"Maafkan aku, nyonya. Akan tetapi, niatmu itu
sungguh salah sekali. Selain engkau akan berdosa
kepada Pemberi Hidup, juga usahamu mengakhiri
penderitaan itu akan sia-sia belaka. Apakah
kaukira bahwa kematian itu mengakhiri
penderitaan. Kematian merupakan kelanjutan
daripada kehidupan ini, nyonya, dan penderitaan
tidak akan hapus begitu saja setelah kita mati.
Bahkan mungkin di sana menanti penderitaan
yang jauh lebih hebat daripada penderitaan
sewaktu hidup?"
Wanita itu menyusut air matanya dan kini ia
mengangkat muka, menatap wajah Thian Ki.
Ketika pandang matanya bertemu dengan sepasang
mata yang mencorong penuh wibawa, ia terkejut
dan maklum bahwa ia berhadapan dengan seorang
pemuda yang bukan orang biasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang muda, kau kira aku tidak tahu akan
semua itu? Aku juga pernah membaca kitab. Akan
tetapi, aku yakin tidak ada penderitaan yang lebih
berat daripada yang kualami selagi hidup ini. Aku
ingin mengakhiri semua ini."
"Nyonya yang baik, hidup memang merupakan
medan perjuangan yang berisi suka dan duka,
kemudahan atau kesukaran. Kalau sewaktu kita
menghadapi kesukaran, tidak semestinya kalau
kita pergi menghindarinya, melarikan diri dari
kesulitan. Kita harus berdaya upaya untuk
menghadapinya, menanggulanginya dan
mengatasinya. Karena itu, kesukaran apapun yang
kauhadapi, sepatutnya kalau engkau melawannya,
nyonya, bukan melarikan diri dengan jalan
membunuh diri. Dan aku berjanji, aku akan
membantumu menanggulangi kesukaranmu.
Katakanlah, mengapa engkau menjadi berduka dan
putus harapan?"
Wanita itu menggeleng kepala dan menghela
napas panjang. "Tidak ada gunanya, orang muda.
Aku tidak ingin engkau, seorang yang tidak
kukenal sama sekali, terseret dan celaka pula
karena hendak menolongku. Tidak ada seorangpun
di dunia ini yang akan dapat menolongku, orang
muda."
Thian Ki tersenyum. Dia tidak menyalahkan
wanita ini kalau tidak percaya padanya. Dan
ketidak-percayaan ini pasti ada hubungannya
dengan keadaan wanita itu. Wanita itu tentu
mengira bahwa tidak ada orang yang akan mampu
menolongnya dan ini berarti bahwa yang membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia berduka itu tentulah keadaan yang amat gawat,
orang-orang yang agaknya sukar dikalahkan atau
ditundukkan.
"Nyonya, harap jangan memandang rendah
kepadaku. Kalau aku menawarkan bantuan, tentu
sudah kuperhitungkan dan aku yakin akan
kesanggupanku. Aku mampu melawan orang yang
bagaimana jahat dan lihaipun!" Dia sengaja bicara
sombong untuk menggugah kepercayaan wanita itu
kepadanya, atau setidaknya untuk menarik
perhatiannya.
Usahanya berhasil. Wanita itu kini
mengamatinya penuh perhatian, matanya yang
merah dan masih basah itu, bagaikan matahari
yang baru mulai terlepas dari selimut awan tebal,
kini nampak agak bercahaya dengan harapan.
"Kau........ kau...... seorang pendekar?" tanyanya,
penuh harapan.
Kalau dalam keadaan biasa, tidak mungkin dia
mau mengaku bahwa dia seorang pendekar yang
berkepandaian tinggi. Akan tetapi dalam keadaan
seperti itu, dia harus mengaku untuk
membesarkan hati wanita yang putus asa itu.
"Nyonya, aku Coa Thian Ki selalu menjunjung
tinggi kegagahan, membela kebenaran dan
keadilan dan menentang kejahatan, mengandalkan
ilmu kepandaian yang kupelajari sejak kecil. Nah,
percayalah kepadaku bahwa aku akan sanggup
menolongmu dari tangan orang jahat, dan
ceritakan apa yang menjadi penderitaanmu sampai
membuatmu putus asa nyonya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya kini timbul kepercayaan di hati wanita
itu. Setelah beberapa kali menghela napas panjang,
iapun memperkenalkan dirinya. "Namaku Li Ai Yin,
mendiang ayahku adalah Pangeran Li Siu Ti.........."
"Ahhh....!" Thian Ki berseru, terkejut.
"Kalau begitu........nyonya adalah seorang putri
bangsawan istana dan......apakah mendiang ayah
nyonya adalah Pangeran Tua yang kabarnya..."
Thian Ki meragu untuk melanjutkan.
Li Ai Yin mengangguk. "Benar, ayahku
sekeluarga telah dijatuhi hukuman mati karena
memberontak terhadap Kaisar, enambelas tahun
yang lalu. Hanya aku seorang yang berhasil lolos
dari hukuman mati karena aku dilarikan
oleh........suamiku......dan tinggal di Sin-yang
sampai sekarang."
"Kalau begitu, nyonya termasuk beruntung,
dapat meloloskan diri bersama suami nyonya. Lalu
kenapa sekarang........ "
"Mula-mula memang aku berbahagia dengan
suamiku yang tadinya bekerja sebagai pengawal
ayah. Kami saling mencinta dan aku menganggap
dia orang yang paling gagah perkasa dan paling
baik di dunia ini. Walaupun kami belum
mempunyai anak, namun aku tetap berbahagia
dan setia kepadanya, membantu semua usahanya
yang dimulai dari bawah kembali. Kemudian, dia
berhasil mendirikan perkumpulan Koai-liong-pang
(Perkumpulan Naga Setan) di Sin-yang.
Perkumpulan itu menjadi besar dan berpengaruh,
dan membuat kami hidup serba cukup, bahkan
kaya. Akan tetapi, barulah nampak belangnya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baru kuketahui siapa sebenarnya suamiku yang
tadinya kuanggap sebagai seorang pendekar yang
gagah perkasa itu. Ternyata dia seorang yang
berhati palsu, kejam dan juga mata keranjang.
Betapa sakitnya hatiku melihat dia bertindak keji,
merampas anak gadis atau isteri orang,
memperkosanya di depan mataku, dan dia
memperlakukan aku sebagai bujang saja, bahkan
seringkali aku dia pukuli dan siksa, demi
menyenangkan selir-selirnya. Ahh, untuk apa aku
hidup terus seperti itu? Hari ini aku mendapat
kesempatan lolos keluar dan menuju ke hutan ini
untuk membunuh diri, karena kalau di rumah,
aku tidak akan mendapat kesempatan.
Engkau.........., bagaimana mungkin dapat
menolongku orang muda? Engkau hanya seorang
diri, selain suamiku itu amat sakti, juga dia
mempunyai anak buah yang banyak, tidak kurang
dari limapuluh orang dan kesemuanya jahat dan
kejam. Aku tidak ingin engkau celaka kalau
menolongku dan menentang mereka."
Thian Ki merasa iba sekali. Seorang puteri
pangeran, bahkan masih adik sepupu kaisar yang
sekarang, yang ketika kecil tentu hidup serba
mewah dan dimuliakan orang, sekarang merasa
sengsara karena keliru memilih suami dan ingin
membunuh diri. Mendengar bahwa suami wanita
itu sakti, pendiri Koai-liong-pang, hati Thian Ki
tertarik sekali.
"Nyonya, siapakah suami nyonya itu?"
"Pertanyaanmu membuktikan bahwa engkau
bukan orang dari daerah Sin-yang. Karena kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian halnya, pasti engkau tahu siapa ketua
Koai-liong-pang. Namanya Can Hong San."
Thian Ki merasa terkejut bukan main, akan
tetapi wajahnya tidak membayangkan sesuatu.
Tentu saja dia tahu siapa Can Hong San itu!
Ibunya telah menceritakan nama tokoh besar dan
datuk persilatan, dan menurut ibunya, Can Hong
San adalah putera mendiang Cui-beng Sai-kong
pendiri perkumpulan penyembah Thian-te Kwi-ong
(Raja Setan Langit Bumi). Can Hong San, menurut
ibunya, amat lihai akan tetapi juga amat jahat.
Bahkan orang itu merupakan seorang di antara
para penyerbu Hek-houw-pang dan dia pula yang
membunuh ayah kandungnya, Coa Siang Lee,
dalam penyerbuan itu. Can Hong San adalah
pembunuh ayahnya dan dia suami nyonya ini!
"Jangan khawatir, nyonya. Aku siap untuk
menolongmu. Nah, katakan saja, apa yang harus
kulakukan untuk menolong nyonya?"
Wanita itu termenung, dan sebelum ia
menjawab, tiba-tiba terdengar suara gaduh dan
Thian Ki berkata, "Duduk sajalah, nyonya. Ada
beberapa orang datang ke sini, biarkan aku yang
menghadapi mereka."
"Aih, celaka........mereka pastilah orang-orang
yang disuruh suamiku untuk mencariku. Mereka
itu lihai dan kejam sekali. Larilah, orang muda,
tinggalkan aku sendiri!" Ai Yin yang sudah putus
asa itu tidak ingin melihat orang lain dibunuh
karena membelanya.
"Tenanglah, nyonya. Aku akan menghajar
mereka kalau mereka berani mengganggumu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Muncullah empat orang laki-laki yang bertubuh
kokoh kuat dan bersikap bengis. Mereka berteriakteriak
ketika melihat Li Ai Yin.
"Itu ia di sana!"
"Bersama seorang pemuda lagi! Tentu pemuda
itu biangkeladinya sehingga ia melarikan diri!"
Dengan tenang sekali Thian Ki berdiri
menghadang ke depan Ai Yin, akan tetapi sebelum
dia bicara, dia didahului Ai Yin yang berkata
dengan lantang. "Mau apa kalian mencariku? Pergi
dan jangan ganggu aku!" Suaranya terdengar
memerintah dan hal ini wajar karena empat orang
itu adalah para pembantu suaminya.
Akan tetapi, Ai Yin melihat perubahan besar dari
sikap mereka. Biasanya, mereka menghormatinya
sebagai isteri ketua mereka, akan tetapi sekarang
mereka tertawa ha-ha-hi-hi mendengar bentakan
wanita itu.
"Kami diutus pang-cu (ketua) untuk mencari,
nyonya," kata seorang di antara mereka yang
berkumis tebal.
"Pergilah kalian, aku tidak mau pulang. Katakan
kepada ketua kalian bahwa aku tidak sudi pulang,
dan lebih baik aku mati daripada harus kembali ke
sana!" Suaranya penuh kemarahan dan kebencian.
Akan tetapi, empat orang itu tetap tertawa-tawa,
menyeringai dengan sikap kurang ajar, sama sekali
tidak menghormati nyonya ketua mereka. Si kumis
tebal yang agaknya menjadi pembicara dan
pemimpin mereka, melangkah maju dan matanya
melotot seperti hendak menelan nyonya itu bulatTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
bulat. "Heh-heh, nyonya manis, kami tidak disuruh
menjemputmu, melainkan disuruh membunuhmu,
ha-ha-ha!"
Akan tetapi ancaman yang disusul tawa empat
orang itu, sama sekali tidak membuat sang nyonya
menjadi ketakutan seperti yang mereka duga. Ai
Yin bahkan bangkit berdiri dan menegakkan leher
menatap mereka dengan pandang mata
menantang.
"Bunuhlah, lebih baik aku mati daripada harus
kembali ke sana!"
Empat orang itu tertegun, dan untuk
melenyapkan rasa kecelik itu, si kumis tebal
tertawa lagi. "Ha-ha-ha, kami tidak akan
membunuh begitu saja, manis. Kami akan
bersenang senang dulu denganmu, nyonya manis!"
"Jahanam busuk, berani kau........!!"
Ai Yin membentak dan mukanya berubah merah
saking marahnya.
Empat orang itu tertawa. "Sayang kalau dibunuh
begitu saja. Sudah lama engkau membuat kami
seringkali mengilar. Marilah, manis, mari
bersenang-senang dengan kami!"
Ketika empat orang itu melangkah maju untuk
menangkap Ai Yin, Thian Ki sudah maju
menghadang. "Empat orang laki-laki pengecut dan
rendahbudi, beraninya hanya mengganggu wanita
lemah!" kata Thian Ki, suaranya dingin akan tetapi
pandang matanya bernyala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, eh.........! Siapa kau, anak kecil berani
mencampuri urusan orang? Apa engkau sudah
bosan hidup?"
"Kalian ini manusia-manusia yang sudah
dikuasai iblis yang sudah bosan hidup kalau kalian
tidak cepat pergi dan jangan mengganggu nyonya
ini," kata Thian Ki.
Mata si kumis tebal melotot dan hampir dia
tidak percaya ada seorang pemuda berani bersikap
dan berkata seperti itu kepadanya! Seluruh
penduduk kota Sin-yang dan sekitarnya, tak
seorangpun berani bersikap kasar kepadanya!
"Bocah gila, apa engkau tidak tahu bahwa
engkau berhadapan dengan aku, Harimau Kumis
Tebal?" bentaknya dan mengamangkan tinju
kanannya yang sebesar kepala anak-anak itu ke
arah Thian Ki.
"Hemm, manusia sombong. Aku akan membuat
engkau menjadi anjing tanpa kumis!"
Kemarahan si kumis tebal tak dapat ditahan
lagi. "Jahanam!" bentaknya dan dengan gerengan
seperti beruang marah, diapun menyerang Thian Ki
sedangkan tiga orang lainnya hanya menonton
sambil menyeringai, karena mereka semua yakin
bahwa dalam segebrakan saja rekan mereka akan
dapat melumatkan tubuh pemuda itu dan mereka
ingin menikmati tontonan itu.
"Wuuuut.......!" Kepalan tinju besar itu
menyambar ke arah muka Thian Ki. Akan tetapi
dengan gerakan otomatis dan mudah sekali Thian
Ki menarik mukanya ke belakang pada saat tinju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu hampir menyentuh pipinya, dan pada saat tinju
itu lewat di depan mukanya, tangannya yang kiri
menyambar ke arah pipi lawan.
"Plakk.....!! Aduhh.........!" Si kumis tebal hampir
tersungkur, dan dia meludahkan beberapa buah
gigi bercampur darah keluar dari mulutnya,
meringis dan kemarahannya meluap.
"Jahanam...........!" bentaknya pelo karena
mulutnya membengkak, dan begitu tangan
kanannya bergerak, dia sudah mencabut sebatang
golok dan mengamuk seperti orang gila,
menghujankan bacokan golok ke arah Thian Ki.
Akan tetapi, yang nampak olehnya hanya bayangan
berkelebatan ke kanan kiri. Dia menyerang dengan
ngawur saja, mengejar bayangan itu dengan
sabetan goloknya. Tiba-tiba, lengan kanannya
terpukul dari samping membuat lengan itu terasa
lumpuh dan nyeri, dan goloknya terlepas. Tangan
kanan Thian Ki sudah menyambar ke arah muka
lawan dan sekali renggut terdengar suara
"brett......" disusul jerit kesakitan dan kini si kumis
tebal sudah kehilangan kumisnya dan di tempat
itu kini nampak kulit di bawah hidung itu terobek
dan berdarah! Si pemilik kumis mendesis-desis
saking nyerinya, juga nyeri hatinya karena dia
kehilangan kumis yang dia banggakan. Tiga orang
kawannya terkejut bukan main, juga marah
melihat betapa kawan mereka dihina, dan mereka
bertiga sudah mencabut golok dan mengepung
Thian Ki. Sebaliknya, Ai Yin berdiri terbelalak
kagum. Tak disangkanya bahwa pemuda itu dapat
membuat Harimau Kumis Tebal yang merupakan
pembantu suaminya yang paling lihai, paling galak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan paling kejam, sama sekali tidak berdaya dan
dikalahkan dalam beberapa gebrakan saja. Timbul
harapan dan kepercayaan dalam hatinya bahwa
pemuda ini akan dapat menolongnya. Akan tetapi
tetap saja dia merasa khawatir karena kini tiga
orang itu sudah berteriak-teriak sambil menyerang
Thian Ki yang bertangan kosong dengan golok
mereka.
Kalau saja Thian Ki belum digembleng mendiang
neneknya selama dua tahun dan belum menguasai
tenaga saktinya yang beracun, tentu sekali tampar
saja dia dapat membuat lawan tewas dengai tubuh
keracunan. Akan tetapi kini dia telah dapat
menguasai tenaga itu sehingga dia mampu
"menyimpan" hawa beracun itu dan hawa itu tidak
akan bergerak keluar kalau tidak dikehendakinya.
Hanya tentu saja, darahnya masih mengandung
racun mengerikan sehingga siapa yang
menyerangnya dengan pukulan bertenaga sinkang,
atau mencengkeramnya, orang itu akan
keracunan, seperti halnya Cin Cin. Untuk
melenyapkan ini, tidak ada jalan lain kecuali
membersihkan darahnya dan yang dapat
melakukan hal ini hanyalah orang yang benarbenar
sakti.
Kini, menghadapi pengeroyokan tiga orang itu,
tentu saja tidak membuat Thian Ki repot. Tingkat
ilmu silatnya yang dia dapatkan dari ajaran ayah
tirinya, jauh lebih tinggi daripada tingkat
kepandaian tiga orang itu, maka begitu dia
menggerakkan tubuhnya, maka bayangannya
berkelebatan di antara gulungan sinar tiga batang
golok para pengeroyok. Gerakan kedua tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh lebih cepat ketimbang gerakan tiga batang
golok lawan. Thian Ki tidak ingin berkelahi terlalu
lama menghadapi orang-orang kasar itu, maka
begitu Harimau Kumis Tebal yang kini tidak
berkumis itu terjun pula ke dalam medan
perkelahian, menahan nyeri pada mukanya dan
membacokkan goloknya dengan nekat, Thian Ki
sudah mengeluarkan bentakan melengking empat
kali dan akibatnya, empat orang itu terpelanting ke
kanan kiri, golok mereka terpental entah ke mana
dan tulang lengan kanan mereka semua patahpatah!
Barulah empat orang itu terkejut dan jerih,
dan tanpa diperintah lagi mereka lari tunggang
langgang meninggalkan tempat itu, tidak berani
menoleh lagi.!
Ketika Thian Ki menoleh ke arah wanita itu,
dengan kaget dia melihat wanita sudah berlutut di
depannya. "Taihiap.........terima kasih, taihiap.
Sekarang aku percaya......taihiap kiranya yang
akan dapat menolongku......" katanya terharu.
"Aih, nyonya. Jangan begitu, bangkitlah dan
jangan menghormatiku secara berlebihan. Engkau
seorang puteri bangsawan, bangkitlah...." Terpaksa
Thian Ki menyentuh kedua pundak wanita itu dan
Ai Yin merasakan getaran hebat yang membuat ia
terpaksa bangkit duduk. Kemudian iapun kembali
duduk berhadapan dengan Thian Ki di bawah
pohon besar itu.
"Nah, sekarang katakanlah, pertolongan apa
yang harus kuberikan kepadamu, nyonya? Apakah
engkau menghendaki aku menemui suamimu dan
memaksanya agar dia bersikap baik kepadamu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, tidak! Dan jangan sebut aku nyonya,
taihiap. Namaku Li Ai Yin, dan aku bukan lagi
puteri bangsawan, juga bukan lagi isteri ketua
Koai-liong-pang. Aku tidak sudi lagi kembali
kepadanya, lebih baik aku mati daripada harus
kembali kepadanya........"
"Akan tetapi, kalau dia berjanji akan bersikap
baik kepadamu?"
"Tidak, tidak mungkin! Dia seorang perayu yang
palsu, andaikata engkau dapat memaksanya untuk
bersikap baik kepadaku, tentu itu hanya tipuan
belaka, dan kalau engkau sudah tidak ada, dia
pasti akan melampiaskan dendamnya kepadaku.
Dia perayu dan kejam seperti iblis, taihiap."
"Nyonya, kalau engkau tidak ingin kusebut
nyonya, jangan sebut aku tai-hiap. Namaku Coa
Thian Ki, rasanya kikuk kalau engkau menyebut
aku taihiap."
"Baiklah, siauw-te (adik).... padahal engkau
memang pantas disebut pendekar besar. Aku
berterima kasih sekali, dan agaknya engkaulah
harapanku satu-satunya. Hanya engkau yang
kiranya akan dapat membebaskan aku dari derita
ini."
"Akan tetapi, bagaimana caranya, enci Ai Yin?"
tanya Thian Ki yang kini tanpa ragu menyebut enci
kepada wanita itu. "Kalau engkau tidak ingin
kembali kepada suamimu, lalu apa yang dapat
kulakukan untuk membantumu?"
"Terserah kepadamu, Coa-siauwte. Terserah apa
yang akan kaulakukan. Aku hanya ingin hidup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbebas dari Can Hong San. Aku ingin hidup
sendiri tanpa terancam oleh dia dan anak
buahnya. Mereka itu kejam sekali, bukan hanya
kepadaku, akan tetapi kepada rakyat daerah Sinyang.
Ah, engkau tidak tahu apa saja yang mereka
lakukan siauwte." Ai Yin lalu menceritakan tentang
semua sepak terjang suaminya. Setelah terjadi
penyerbuan pasukan istana kepada Pangeran Tua
Li Siu Ti yang diketahui hendak memberontak, Ai
Yin diajak pergi melarikan diri oleh Can Hong San.
Wanita ini menurut saja, karena ia telah dikuasai
oleh bekas pembantu ayahnya itu, telah
menyerahkan diri di luar kesadarannya. Dalam
pelarian ini, Can Hong San bersikap baik dan
mencinta padanya, maka agak terhiburlah hatinya.
Setelah merantau berpindah-pindah tempat
karena takut akan pengejaran dan pencarian dari
kota raja, akhirnya beberapa tahun kemudian
mereka menetap di Sin-yang. Keadaan sudah aman
dan tidak ada pencarian, maka Can Hong San
mulai menata hidupnya. Mengandalkan
kepandaiannya yang tinggi, dia menaklukkan para
tokoh kangouw dan para jagoan di daerah Sinyang,
dan ketika dia mendirikan perkumpulan
yang diberi nama Koai-liong-pang, banyak jagoan
yang suka menjadi anak buahnya. Dan
perkumpulan ini dalam waktu singkat
menundukkan para jagoan, menguasai semua
tempat pelesir dan kemaksiatan dengan memungut
semacam "pajak" yang besar. Sebentar saja, nama
Koai-liong-pang ditakuti orang dan pemilik segala
macam perusahaan, terutama sekali yang
bersangkutan dengan hiburan tidak berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantah dan membayar uang pajak atau
sumbangan yang dikatakan sebagai biaya
penjagaan keamanan.
Siapa yang tidak mau membayar, tentu akan
menjadi tidak aman lagi. Sebentar saja Can Hong
San menjadi kaya raya dan setelah memperoleh
kekayaan dan kedudukan atau kuasa, mulailah
nampak belangnya terhadap Li Ai Yin yang menjadi
isterinya.
"Dia mengambil banyak gadis, bahkan isteri
orang, sebagai selir paksaan, bahkan sering dia
memaksa seorang wanita di dalam kamar kami, di
depan mataku sendiri. Kalau aku mencela, dia
memukul dan menyiksaku. Pernah dia dengan
terus terang mengatakan bahwa dahulu dia
mempersuntingku bukan karena cinta, melainkan
karena ingin menjadi mantu pangeran. Sekarang,
setelah keluarga ayah hancur, dan aku bukan lagi
puteri pangeran, diapun tidak membutuhkan aku
lagi. Ahh, siaute, bertahun-tahun aku harus
menahan diri terhadap siksaan lahir bathin itu.
Penderitaan itu sampai dipuncaknya ketika malam
tadi dia memberikan aku kepada para
pembantunya! Aku tidak sudi dan karena para
anak buahnya masih segan kepadaku, maka aku
masih mampu mempertahankan kehormatanku
dan pagi ini aku melarikan diri ke sini."
"Betapa kejam dan jahatnya!" Thian Ki berseru
sambil mengepal tinju.
"Untung bahwa dalam pernikahanku dengannya,
kami belum mempunyai keturunan, Coa-siauwte.
Nah, sekarang engkau tentu mengerti bahwa satuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
satunya keinginanku hanya agar aku dapat
terbebas darinya. Aku hanya mau melanjutkan
hidup ini kalau terbebas dari cengkeraman
manusia iblis itu."
Thian Ki mengangguk-angguk. Dia mengerti. Li
Ai Yin ini bukan seorang isteri yang tidak setia
kepada suami. "Baiklah, enci Ai Yin. Gerombolan
Koai-liong-pang itu tidak boleh dibiarkan saja
merajalela dan mencelakai penduduk. Hal ini
harus dilaporkan kepada yang berwajib. Mari kau
ikut denganku, enci."
Thian Ki lalu mengajak Ai Yin memasuki kota
Sin-yang. Wanita itu tentu saja ketakutan,
khawatir kalau sampai diganggu anak buah
suaminya, akan tetapi agaknya pihak Koai-liongpang
terlalu kaget mendengar akan nasib tiga
orang pembantu utama ketua mereka yang
bertemu seorang pemuda yang amat lihai, sehingga
Thian Ki dan Ai Yin tidak sempat diganggu sampai
mereka tiba di gedung pembesar setempat, yaitu
rumah dan kantor kepala daerah Sin-yang yang
bernama Gan Hok. Gan-taijin adalah seorang yang
berusia limapuluh tahun, dan dialah pejabat
pemerintah yang paling tinggi kedudukannya di
Sin-yang. Seperti kebanyakan pejabat pemerintah
di masa itu, Gan-taijin juga seorang pejabat yang
kurang memperhatikan keadaan atau kehidupan
rakyatnya, hanya memikirkan kesejahteraan
keluarganya sendiri saja. Maka, dia tidak begitu
tahu akan sepak terjang Koai-liong-pang, bahkan
andaikata tahupun, asalkan para anggota Koailiong-
pang tidak mengganggu pemerintah, dan
lebih-lebih kalau perkumpulan itu membayar pajak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sumbangan yang besar, diapun akan purapura
tidak tahu saja.
Karena dia tidak mengenal Thian Ki dan Ai Yin,
maka diapun menyambut kedatangan mereka
dengan sikap dingin dan acuh saja. "Hemm,
siapakah kalian dan ada urusan apakah sepagi ini
sudah mengganggu kesibukanku?" tegurnya
dengan sikap ketus.
Thian Ki mengerutkan alisnya. Sudah terlampau
sering dia melihat pembesar yang seperti ini
sikapnya, memandang rendah orang lain, akan
tetapi bersikap manis kepada orang yang datang
membawa hadiah yang besar.
"Maafkan kalau kami mengganggu, Taijin," kata
Thian Ki dengan sikap tenang. "Saya bernama Coa
Thian Ki dan ini adalah kakak perempuan saya
yang bernama........Coa Ai Yin. Kami sedang
melakukan perjalanan dan kebetulan lewat di Sinyang.
Dan di kota Taijin ini, kami melihat seorang
buronan kota raja, bahkan dia telah menyusun
kekuatan di kota ini. Kalau hal ini sampai
diketahui Sri baginda, tentu nama baik Taijin akan
tercemar."
Seketika wajah pembesar itu menjadi pucat.
Kalau ada yang ditakuti, maka satu satunya
adalah kota raja, di mana terdapat kaisar dan para
atasannya! Sekali gerakan telunjuk para atasan,
akan hancurlah kedudukannya dan kehidupannya.
"Apa kau bilang? Seorang buronan di kota inil?
Siapa dia? Hayo ceritakan dengan jelas dan jangan
melempar fitnah kepada orang!" bentak pembesar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dan para pembantunya yang hadir juga
terbelalak heran dan terkejut.
Thian Ki tetap tenang. "Ingatkah Taijin akan
peristiwa yang terjadi di kota raja enambelas tahun
yang lalu ketika Pangeran Tua Li Siu Ti sekeluarga
dihukum karena dia melakukan pemberontakan?"
"Tentu saja! Akan tetapi apa hubungannya
dengan kota ini?"
"Begini, Taijin. Diantara para pembantu utama
mendiang Pangeran Tua yang memberontak,
pembantu yang paling lihai, telah berhasil
meloloskan diri dan sampai sekarang belum
tertangkap. Dan kami melihat buronan itu
sekarang menjadi penduduk Sin-yang, bahkan
memiliki pengaruh dan kekuasaan besar. Kalau hal
ini diketahui kota raja, bukankah Taijin akan
dituduh bersekongkol dengan buronan itu dan
melindunginya?" Thian Ki lalu memberi isyarat
kepada Ai Yin dan mereka bangkit. "Akan tetapi
kalau Taijin tidak percaya kepada kami, sudahlah,
kami akan melanjutkan perjalanan dan semua
akibat silakan Taijin tanggung sendiri!."
"Hei...., eh, nanti dulu.......orang muda, jangan
tergesa-gesa dan silakan duduk." Pembesar itu
tergopoh-gopoh mencegah Thian Ki dan Ai Yin
pergi. Kedua "Kakak beradik" itupun duduk
kembali dan kini sikap pembesar itu menjadi lain.
Dia memerintahkan pembantunya untuk
memanggil komandan pasukan keamanan yang
segera muncul, seorang laki-laki tinggi besar dan
gagah berusia empatpuluh tahun lebih. Mereka
semua duduk mendengarkan laporan Thian Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Taijin, orang itu bernama Can Hong San, ketika
menjadi pembantu mendiang Pangeran Tua dia
memakai nama Siauw Can. Dan dia sekarang
berhasil menghimpun para tokoh kangouw, para
penjahat keji mendirikan perkumpulan Koai-liongpang
di kota ini!"
Gan-taijin terbelalak. "Koai-liong-pang? Akan
tetapi......sikap mereka selama ini baik-baik saja,
tidak pernah mengganggu petugas pemerintah,
bahkan amat baik......" tiba-tiba pejabat itu diam
karena ingat bahwa tidak semestinya dia
menceritakan kebaikan Koai-1iong-pang yang suka
memberi sumbangan dan hadiah yang cukup
banyak! "Maksudku........koai-liong-pang tidak
pernah memusuhi kami."
"Mungkin saja begitu, Taijin, karena Can Hong
San itu memang licik sekali. Akan tetapi tidak
tahukah Taijin akan sepak terjang para anggota
Koai-liong-pang termasuk pimpinannya? Mereka
seringkali mengganggu penduduk, melakukan
pemerasan, bahkan tidak segan merampas barang
orang, juga sudah sering mereka memaksa gadis
bahkan isteri orang, menjadi selir mereka. Mereka
melakukan perkosaan dan penindasan."
Wajah pembesar itu berubah. Berita ini sungguh
amat mengejutkan hatinya. Dia menoleh kepada
komandan pasukan keamanan. "Benarkan itu, Lui
ciangkun?" tanyanya.
Komandan itu menghela napas panjang.
"Memang Koai-1iong-pang tidak pernah memusuhi
kita, Taijin, akan tetapi mereka memang
menguasai semua tempat hiburan, dan memungut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pajak dari toko-toko besar. Semua ini pernah saya
laporkan kepada Taijin, akan tetapi karena mereka
tidak memusuhi kita, Taijin tidak memerintahkan
menindak mereka.’
"Brakk!" Pembesar itu memukul meja dengan
telapak tangannya. "Lui-ciangkun, kalau kami tahu
dia itu buronan kota raja, tentu kami sudah sejak
dulu menyuruh engkau menangkapnya. Kenapa
kau tidak tahu bahwa dia itu bekas pemberontak?
Hayo kerahkan pasukanmu dan tangkapi mereka
semua, kalau melawan, gempur dan bunuh mereka
agar kita tidak dianggap bersekongkol dengan
pemberontak. Kau tahu hukumannya kalau kita
dianggap membantu pemberontak? Tolol kau!"
Komandan itu memberi hormat. "Siap
melaksanakan perintah, Taijin!"
"Taijin, Can Hong San itu lihai bukan main. Saya
khawatir kalau-kalau dia akan dapat lolos lagi
seperti ketika terjadi pembasmian pemberontak di
kota raja. Karena itu biar saya yang
menghadapinya dan menangkapnya, akan tetapi
saya menitipkan kakak perempuan saya ini agar ia
aman dari balas dendam Can Hong San yang kami
laporkan kepada Tai-jin."
"Baik, baik, silakan masuk, nona." Pembesar itu
memberi isyarat kepada seorang pembantu yang
segera mengantar Ai Yin masuk ke dalam gedung
itu. Pembesar itu tentu saja senang dititipi Ai Yin
karena wanita itu bahkan seolah menjadi jaminan
akan kebenaran laporan yang disampaikan
adiknya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki mendampingi Lui-ciangkun yang
memimpin hampir tiga ratus orang perajuritnya
dan gegerlah kota Sin-yang ketika melihat pasukan
keamanan mengepung rumah besar yang menjadi
pusat Koai-liong-pang. Yang lebih kaget lagi adalah
Can Hong San dan para pembantunya. Dengan
membawa pedang pusakanya, dan diiringkan para
pembantunya, dan para anggota Koai-liong-pang
yang ketika itu berada di situ kurang lebih tiga
puluh orang, sedangkan yang lainnya berada di
luar melaksanakan tugas mengumpulkan
sumbangan, dia keluar dengan tabah. Can Hong
San menganggap bahwa selama ini sudah banyak
dia memberi sogokan hadiah kepada semua
petugas pemerintah di Sin-yang, maka tidak
mungkin dia akan diganggu. Setelah tiba di luar
pintu depan, Can Hong San diam-diam terkejut
melihat banyaknya perajurit yang mengepung
rumahnya. Dan seorang pembantunya, yaitu
seorang di antara mereka yang pagi tadi hendak
menangkap Ai Yin di dalam hutan menyentuh
lengannya.
"Pangcu, itu dia pemuda yang tadi menolong
nyonya."
Can Hong San mengerutkan alisnya,
memandang kepada Thian Ki yang berdiri di antara
para perwira yang berada di depan pasukan. Dia
tidak mengenal pemuda itu dan tiba-tiba saja
jantungnya berdebar tegang. Isterinya, Li Ai Yin
telah diselamatkan pemuda itu dan diajak pergi,
dan sekarang pasukan keamanan Sin-yang
mengepung rumahnya. Apakah Ai Yin telah
mengkhianatinya? Akan tetapi, melihat bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
komandan itu adalah Lui-ciangkun yang tentu saja
sudah dikenalnya, diapun menenangkan hatinya
dan segera melangkah maju menghadapi
komandan itu dan tersenyum ramah.
"Aih, kiranya Lui-ciangkun yang datang. Apakah
yang terjadi, ciangkun? Kenapa ciangkun
memimpin pasukan keamanan? Apakah terjadi
kerusuhan? Kalau begitu, biar kami akan
membantumu!"
Thian Ki memperhatikan orang itu. Seorang lakilaki
yang gagah perkasa dan tampan menarik
pikirnya. Usianya tentu sudah empatpuluh tahun
lebih, namun masih nampak perkasa dan tampan.
Hidungnya mancung dan besar, dan bibirnya
merah bergairah seperti bibir wanita. Akan tetapi
matanya mengandung kecerdikan yang luar biasa.
Biji mata itu bergerak-gerak ke kanan kiri, dan
sinarnya tajam, bahkan mencorong ketika
mengerling kepadanya. Seorang yang amat
berbahaya, pikirnya. Sikapnya ketika menyambut
Lui-ciangkun itu saja sudah menunjukkan
kelicikannya.
Sikap itu membuat Lui-ciangkun nampak agak
tersipu. Bagaimanapun juga, dia sendiri adalah
seorang di antara sekian banyaknya petugas
penting memiliki kedudukan yang pernah
menikmati hadiah dari ketua Koai-liong-pang ini!
Biarpun dia sendiri tidak pernah membantu
perkumpulan itu berbuat kejahatan, namun
selama ini dia memang, seperti para pembesar lain,
agak memejamkan mata pura-pura tidak tahu apa
yang telah mereka perbuat. Akan tetapi, mengingat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan kemarahan dan perintah atasannya, apalagi
di situ terdapat Thian-Ki sebagai saksi, dan
mengingat pula bahwa orang yang nampak ramah
dan baik ini adalah seorang kaki tangan
pemberontak dan menjadi buronan kota raja,
diapun memandang dengan bengis dan
suaranyapun lantang dan tegas.
"Can Hong San, kami datang sebagai utusan
pemerintah untuk menangkap engkau dan anak
buahmu. Koai-liong-pang harus dibubarkan dan
ditutup!"
Tentu saja Can Hong San menjadi terkejut
bukan main mendengar ucapan lantang itu.
Seketika dia dapat menduga apa yang mungkin
terjadi dan jantungnya berdebar keras. Tak salah
lagi, pikirnya, setelah ditolong pemuda itu, tentu
isterinya telah menceritakan segalanya tentang
dirinya kepada pemuda itu, dan pemuda itu yang
melapor kepada kepala daerah, maka kini
pemerintah daerah mengirim pasukan untuk
menangkapnya dan membubarkan
perkumpulannya. Dia marah sekali, akan tetapi
masih berusaha untuk membela diri dan berpurapura
kaget.
"Ahh, Lui-ciangkun. Apa alasannya? Bukankah
selama ini perkumpulan kami bersahabat dengan
pemerintah? Bukankah kami juga membantu
mengamankan daerah ini dari gangguan penjahat?
Kenapa tiba-tiba ciangkun hendak membubarkan
Koai-liong-pang dan menangkap kami?"
Mendengar pertanyaan itu, Lui-ciangkun
menjadi semakin tidak enak hati. Maka, dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menoleh kepada Thian Ki yang berdiri di
sampingnya, lalu berkata lirih, "Coa-sicu, engkau
saja yang menjelaskan kepadanya."
Thian Ki merasa khawatir kalau-kalau perwira
atau komandan pasukan keamanan ini akan
terdesak oleh ucapan ketua Koai-liong-pang itu,
karena jelas kalah wibawa, maka dia melangkah
maju dan berkata dengan suara lantang. "Can
Hong San, pasukan pemerintah ini ditugaskan
untuk menangkap kalian semua dan
membubarkan Koai-1iong-pang karena engkau
adalah bekas pemberontak yang menjadi orang
buronan pemerintah. Lebih baik kalian menyerah
dari pada harus dipergunakan kekerasan.
Can Hong San melotot, "Orang muda, siapa
engkau yang begini lancang? Dan berani engkau
melempar fitnah kepada kami? Lui-ciangkun,
pemuda ini melontarkan fitnah keji! Kami berbaik
dengan pemerintah dan membantu pemerintah,
bagaimana dikatakan memberontak? Jahanam ini
memfitnah! Jangan percaya kepadanya, Luiciangkun.
Dialah pengacau yang seharusnya
ditangkap, karena dia telah melarikan isteri saya!
Nah, dengarlah baik-baik, Lui-ciangkun. Pemuda
ini telah berjinah dengan isteri saya dan ketika
kami hendak menangkapnya, dia melawan,
melukai beberapa orang anggota kami, kemudian
melarikan isteri saya!"
Tentu saja Lui-ciangkun terbelalak kaget dan
kini memandang kepada Thian Ki penuh keraguan.
Kalau benar apa yang dikatakan ketua Koai-liongpang
itu, berarti mereka semua telah dipermainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda asing ini! Dan pemuda ini memang datang
menghadap kepala daerah bersama seorang wanita
cantik, dan baru sekarang dia teringat bahwa
wanita itu adalah isteri sang ketua ini. Pernah satu
kali dia melihat wanita itu, ketika dia dan para
pejabat lain di Sin-yang menghadiri sebuah pesta
yang diselenggarakan oleh Koai-liong-pang.
"Ciangkun, saya akan menjawab semua itu.
Penjahat yang satu ini memang licik sekali," kata
Thian Ki melihat keraguan di mata komandan itu,
lalu diapun berkata dengan lantang sehingga
terdengar oleh semua anak buah Koai-liong-pang
dan para perajurit yang mengepung tempat itu.
"Can Hong San, tidak perlu engkau bersilat lidah
dan memutar-balikkan kenyataan.! Ingatlah kami
telah mengetahui semua rahasiamu. Belasan
tahun yang lalu engkau sudah ditangkap dan
dihukum oleh Kerajaan Sui sebagai seorang
penjahat dan pemberontak. Setelah Kerajaan Tang
berdiri engkau lolos dari penjara dan membantu
Pangeran Cian Bu Ong melakukan pemberontakan,
bahkan engkau dan kawan-kawanmu yang
menyerbu dan membunuh para pendekar Hekhouw-
pang yang membantu pemerintah. Setelah
pemberontakan Pangeran Cian Bu Ong gagal,
engkau berhasil menjadi pengawal pribadi
Pangeran Tua Li Siu Ti yang memberontak pula
dan yang dihancurkan oleh pemerintah. Akan
tetapi engkau dapat lolos dan membentuk Koailiong-
pang di tempat ini. Dan engkau semakin
jahat! Engkau dan anak buahmu menguasai
semua tempat hiburan, memeras para pedagang,
bahkan tidak segan menculik dan meraperkosa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita, baik isteri orang maupun gadis. Dan
isterimu sendiri bukan saja kau sia-siakan, kau
siksa dan hina, bahkan engkau memberikannya
kepada anak buahmu untuk dipermainkan. Ia
melarikan diri dan di dalam hutan, ia mencoba
untuk menggantung diri! Aku datang
menyelamatkannya, lalu datang empat orang
pembantumu yang kausuruh untuk mengejar dan
menangkapnya, dan kauberikan isterimu itu
kepada mereka. Aku melindungi nyonya itu dan
mengalahkan orang-orangmu. Nah, masihkah
engkau hendak menyangkal? Kalau engkau benar
merasa difitnah dan tidak berdosa, menyerah
sajalah agar Gan-taijin dapat mengirimmu ke kota
raja dan di sana engkau akan diadili."
Mendengar tuduhan panjang dari pemuda itu
wajah Can Hong San sebentar pucat sebentar
merah. Bagaimana pemuda ini dapat mengetahui
semua itu? Bahkan isterinya sendiri tidak tahu
bahwa dia pernah membantu Pangeran Cian Bu
Ong yang memberontak! Kalau tentang sepak
terjang Koai-liong-pang, tentu isterinya yang telah
membocorkannya.
"Bagaimana engkau dapat mengetahui semua
itu? Siapa engkau?" bentaknya marah.
"Namaku Coa Thian Ki dan ayahku menjadi
seorang di antara korban di tanganmu ketika
engkau dan kawan-kawanmu membantu Pangeran
Cian Bu Ong dan menyerbu Hek-houw-pang di
dusun Ta-bun-cung!"
"Kau.......tentu isteriku yang telah
mengkhianatiku. Aku harus membunuhnya, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum itu, aku akan membunuhmu lebih dulu!"
Karena sudah tidak melihat kemungkinan untuk
menyangkal lagi. Can Hong San menjadi nekat dan
diapun menerjang ke depan, mengirim serangan
kilat. Karena sudah mendengar dari para
pembantunya bahwa pemuda ini lihai sekali, maka
begitu menyerang dia sudah menggunakan ilmu
andalannya yang dipakai untuk nama
perkumpulannya, yaitu Koai-liong-kun (Silat Naga
Setan). Tangan kirinya yang membentuk cakar
naga itu menyambar dari atas ke arah ubun-ubun
kepala lawan, sedangkan tangan kanannya
menyusul cepat mencengkeram ke arah dada
dengan tenaga yang dikerahkan sepenuhnya.
Thian Ki mengenal jurus ampuh dan berbahaya,
maka diapun cepat menarik kepala ke belakang
dan menggeser kaki ke kiri, lalu tangan kanannya
sendiri dengan jari terbuka dihantamkan
menyambut cengkeraman tangan kanan lawan ke
arah dadanya itu. Melihat pemuda itu berani
menyambut tangan kanannya, Can Hong San
khawatir kalau jari-jari tangannya tidak kuat
menahan telapak tangan lawan, maka dia sudah
mengepal jari-jarinya sehingga kini yang bertemu
dengan telapak tangan Thian Ki adalah kepalan
tangan kanannya.
"Wuuuuuuuutttt......desss.......!!" Kepalan tangan
kanan Can Hong San yang didorong tenaga
sinkang amat kuat itu, yang dapat menjebolkan
tembok, merobohkan pohon bahkan
menghancurkan batu, kini bertumbuk pada
telapak tangan Thian Ki yang tetap tidak mau
mempergunakan kelebihannya, yaitu hawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beracun di tubuhnya. Akibat benturan dua tenaga
dahsyat itu, tubuh Can Hong San terdorong ke
belakang sampai tiga langkah, sedangkan tubuh
Thian Ki hanya bergoyang-goyang saja. Tentu saja
hal ini membuat Can Hong San terkejut setengah
mati. Bagaimana mungkin ada seorang pemuda
mampu menahan cengkeramannya, bahkan
tangkisan itu dapat membuat dia sampai
melangkah mundur sedangkan pemuda itu kuat
tegak berdiri dan hanya bergoyang-goyang? Ini
tidak mungkin! Selama hidupnya, hanya beberapa
orang saja yang mampu menandingi kekuatannya,
yaitu para pendekar yang terkenal di dunia
persilatan seperti Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti
Sungai Kuning) Si Han Beng atau isterinya yang
bernama Giok Cu, dan Pangeran Cian Bu Ong.
Dengan perasaan penasaran dan marah, juga
nekat karena dia telah tersudut dan akan
ditangkap pasukan, dia mencabut pedangnya,
pedang Koai-liong-kiam, dan tangan kiri mencabut
sebatang suling dari ikat pinggangnya. Itulah
senjatanya yang ampuh, pedang dan suling.
"Jahanam busuk, kau harus mampus di
tanganku!" bentaknya sambil memasang kudakuda,
kedua kakinya terpentang lebar dengan
kedua lutut ditekuk, dan sepasang senjata itu
bersilang di atas kepalanya, matanya mencorong
menatap lawan.
Karena tahu bahwa lawannya lihai dan
berbahaya. Thian Ki juga mengeluarkan pedangnya
dan begitu pedang dicabut, nampak sinar hitam
yang menyeramkan seolah pedang itu mengandung
hawa dingin yang dahsyat. Itulah pedang Cui-mo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-kiam (Pedang Hitam Pengejar Iblis), pedang
berwarna Hitam milik ibunya yang diberikan
kepadanya sebagai bekal ketika dia berangkat
melaksanakan dua tugasnya. Pertama, dia harus
mencari orang-orang pandai untuk membersihkan
darahnya agar dia dapat menikah tanpa
membahayakan nyawa isterinya, dan kedua, dia
harus mencari dan mendapatkan pedang pusaka
Liong-cu-kiam seperti yang dikehendaki ayah
tirinya atau gurunya.
Kini Thian Ki juga memasang kuda-kuda
berhadapan dengan Can Hong San, dan ingatannya
mulai bekerja, perlahan-lahan terbayanglah semua
peristiwa yang lalu, ketika dia masih kecil. Lamatlamat
saja ia teringat betapa ketika dia masih kecil
sekali, mungkin baru berusia empat tahun, dalam
kamar mereka, yaitu kamar dia, ibu dan ayahnya,
masuk seorang Jai-hwa-cat (penjahat pemetik
bunga) yang amat lihai. Penjahat cabul itu
menyanderanya, dan dengan mengancam akan
membunuhnya, memaksa ibunya menotok
ayahnya sehingga tidak mampu bergerak,
kemudian memaksa ibunya untuk melayaninya
dan mau digaulinya! Dalam keadaan yang amat
gawat itu muncul Si Naga Sakti Sungai Kuning Si
Han Beng menyelamatkan ibunya dari aib dan
ayahnya dari maut. Dan orang jahat cabul itu
bukan lain adalah Can Hong San ini! Kemudian,
ketika dia berusia lima enam tahun, dua tahun
sesudah itu, ketika dia diajak ayah ibunya
berkunjung ke Hek-houw-pang di Ta-bun-cung,
dan perkumpulan itu diserbu oleh para pembantu
Pangeran Cian Bu Ong, ayahnya tewas dan ibunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditangkap pula oleh Can Hong San ini! Semua itu
kini membayang di benaknya, membuat sepasang
mata Thian Ki mencorong. Biarpun kini ibunya
menjadi isteri Cian Bu Ong yang ternyata
merupakan seorang gagah perkasa dan yang selain
menjadi ayah tirinya juga menjadi gurunya, namun
tentu dia akan memilih kehidupan dahulu,
bersama ayah kandungnya.
Melihat pedang hitam di tangan pemuda itu,
Hong San mengerutkan alisnya.
"Heii, bukankah itu pedang Ban-tok Hek-kiam?
Pedang itu milik seorang wanita, puteri mendiang
Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun). Apa
hubunganmu dengan Sim Lan Ci?"
"Can Hong San, kejahatanmu bertumpuk
sehingga engkau lupakan semua perbuatanmu
yang terkutuk. Engkau membunuh ayahku ketika
menyerbu Hek-houw-pang dan engkau menawan
ibu kandungku dan aku. Sekarang, engkau harus
menebus semua dosamu itu!"
Hong San terbelalak dan suaranya agak gemetar
ketika dia bertanya, "Kau........kau... tok-tong (anak
beracun) itu?"
Thian Ki tersenyum. "Biarpun dengan mudah
aku dapat menggunakan hawa beracun untuk
membunuhmu, akan tetapi aku tidak akan
mempergunakannya. Aku akan menaklukkanmu
dengan ilmu silat, bukan dengan racun. Majulah,
manusia berhati iblis!"
Diam-diam Can Hong San gentar bukan main.
Anak ini, dalam usia lima atau enam tahun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah membuat dia bergidik ngeri karena bocah
yang belum mengenal ilmu silat itu telah
menewaskan beberapa orang rekannya yang
memiliki ilmu kepandaian tinggi, bahkan menjadi
tokoh-tokoh kang-ouw terkenal seperti Thio Ki Lok
dan Gulana, dua orang di antara para pembantu
Cian Bu Ong yang tewas oleh anak beracun ini,
hanya karena Gulana digigit tengkuknya, dan Thio
Ki Lok mencengkeram punggung anak itu. Anak
Beracun! Dalam usia lima enam tahun saja sudah
mampu membunuh orang-orang yang tangguh,
apalagi sekarang.! Dan diapun teringat ketika
mereka mengadu tangan tadi, betapa dia terdorong
ke belakang oleh kekuatan yang amat dahsyat. Can
Hong San gentar dan diapun memberi perintah
kepada anak buahnya.
"Serbu.........!"
Anak buah Koai-liong-pang mencabut senjata
dan dengan nekat mereka menerjang maju,
disambut oleh Lui-ciangkun yang menggerakkan
pasukannya. Terjadilah pertempuran berat sebelah
karena pihak pasukan sepuluh kali lebih banyak
dibandingkan anak buah Koai-liong-pang. Biarpun
para anggota itu merupakan jagoan-jagoan pilihan,
namun tiap orang dikeroyok sepuluh, bagaimana
mungkin mereka akan mampu bertahan.
Sementara itu, Can Hong San sudah bertanding
melawan Thian Ki. Pedang dan suling di tangan
Hong San mengamuk, suara pedangnya bercuitan,
suara sulingnya berdengung-dengung.
Memang hebat sekali ilmu pedang Koai-liongkiam
dan Hong San telah memiliki ilmu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matang. Namun, sekali ini dia terkejut bukan
main. Tubuh lawannya tidak nampak, yang
nampak hanya gulungan sinar hitam yang
berdesing-desing, seolah-olah ribuan lebah yang
menyerangnya.
Ketika Hong San melihat betapa para anak
buahnya mulai berjatuhan, dia merasa gentar
sekali. Baru belasan jurus saja dia bertanding
melawan Thian Ki, dia maklum bahwa pemuda ini
memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Tanpa
mempergunakan hawa beracun di tubuhnya
sekalipun, pemuda itu merupakan lawan yang
amat berbahaya dan amat sukarlah baginya untuk
mendapatkan kemenangan. Kalau sampai para
perajurit mengepung ketat dan dia harus
menandingi pemuda ini, dia akan celaka dan tidak
mempunyai kesempatan lagi untuk meloloskan
diri.
"Hyaattttt.........!!" Dia menyerang dengan
pedangnya , membabat ke arah kedua kaki Thian
Ki sambil menggulingkan diri di atas tanah. Thian
Ki meloncat ke belakang, dan sebatang suling
dengan kecepatan seperti anak panah, meluncur
ke arah dadanya dari jarak dekat. Itulah suling di
tangan kiri Hong San yang dilontarkan dengan
pengerahan tenaga.
"Trakkkk !!" Suling itu patah-patah bertemu
dengan pedang hitam di tangan Thian Ki.
Kesempatan itu dipergunakan oleh Hong San
untuk melompat dari medan pertempuran yang
sedang berlangsung. Thian Ki mengejar, akan
tetapi lawannya itu menyelinap dan hilang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam keadaan yang sedang kacau itu. Hong San
terus berlari sambil membabat siapa saja yang
menghalanginya. Banyak perajurit berjatuhan
ketika Can Hong San membuka jalan darah
mencari kebebasan, dan akhirnya dia dapat
melarikan diri dari tempat itu, terus berlari ke luar
kota Sin-yang. Hal ini mudah dia lakukan karena
penduduk kota sedang ketakutan dan kacau
karena adanya penyerbuan pasukan ke pusat Koailiong-
pang. Melihat Can Hong San melarikan diri,
Thian Ki tidak mau membiarkan begitu saja,
diapun melakukan pengejaran. Biarpun agak
terlambat, namun dapat memperoleh keterangan
dan menemukan jejak lawan yang melarikan diri ke
luar kota melalui pintu gerbang selatan. Thian Ki
segera melakukan pengejaran. Sebelah selatan Sinyang
merupakan daerah tandus yang jarang
ditempati orang, maka jalan menuju ke selatan
selain buruk dan tidak terpelihara, juga sunyi dan
berbukit-bukit, namun tanahnya agak tandus
mengandung kapur.
Akan tetapi, setelah keluar kota, tidak nampak
seorangpun dan sudah setengah jam dia mengejar,
tidak nampak ada orang lewat. Akan tetapi tibatiba
dia melihat tiga orang laki-laki yang
berpakaian seperti petani, berlari-lari dari depan.
Mereka kelihatan ketakutan.
"Paman, ada apakah? Kalian kelihatan
ketakutan!" kata Thian Ki.
"Di sana ada orang berkelahi. Seorang laki-laki
melawan seorang wanita. Kami takut terbawabawa,
maka kami melarikan diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar keterangan itu, Thian Ki meloncat
dan lenyap dari depan mereka. Tentu saja tiga
orang petani sederhana itu menjadi semakin
ketakutan dan mereka berlari tunggang langgang
menuju kota Sin-yang.
Belum jauh Thian Ki berlari cepat, di sebuah
tikungan dia melihat dua orang yang sedang
berkelahi dengan serunya. Yang seorang jelas
adalah Can Hong San, yang kini hanya
menggunakan pedangnya, karena sulingnya tadi
telah dia pergunakan untuk menyerang Thian Ki
dengan sambitan. Akan tetapi ketika Thian Ki
melihat siapa yang menjadi lawan Hong San, dia
terbelalak dan jantungnya berdebar tegang. Lawan
itu seorang wanita, seorang gadis yang
mempergunakan sebatang pedang bersinar hijau
dan yang gerakannya tangkas dan dahsyat, akan
tetapi lengan kirinya buntung sebatas pergelangan.
"Cin Cin........!" Thian Ki menahan teriakan
hatinya ketika mengenal gadis itu. Dia termangu,
tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Pertandingan antara kedua orang itu seru dan
yang membuat dia tertegun dan heran adalah
ketika melihat betapa gerakan kedua orang itu
sama! Mereka jelas memainkan satu macam ilmu
pedang yang sama, bahkan gulungan sinar pedang
sama, yaitu sama-sama hijau.
Bagaimana Cin Cin dapat berkelahi dengan Hong
San di tempat itu? Ketika tadi Can Hong San
berhasil keluar dari pintu gerbang kota Sin-yang,
dia merasa lega karena tidak terkejar Thian Ki.
Akan tetapi di samping kelegaan hati bahwa dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat meloloskan diri, tentu saja terdapat
kemarahan, penasaran dan kesedihan. Dia telah
mendapatkan kedudukan yang lumayan, hidupnya
sudah enak dan mewah, biarpun tidak seperti dulu
ketika menjadi pembantu Pangeran Tua, akan
tetapi sekarang dia kehilangan segala-galanya,
isterinya yang sudah membosankannya, selir-selir
yang banyak, harta bendanya, perkumpulannya,
kehilangan teman dan penghibur hidupnya,
kehilangan harta bendanya, kehilangan
kedudukannya. Semua itu gara-gara si anak
beracun! Dan teringat betapa munculnya pemuda
itu karena ulah Li Ai Yin, dia merasa menyesal
mengapa tidak dulu-dulu dia melenyapkan wanita
yang sudah tidak ada gunanya baginya itu.
Hatinya lega ketika tiba di luar kota, di tempat
sunyi, dan tiba-tiba saja wajahnya berseri-seri
ketika dia melihat seorang wanita berjalan dari
depan. Makin dekat, semakin berseri wajahnya dan
lupalah dia akan semua kehilangannya, karena
gadis itu ternyata cantik jelita, manis bukan
kepalang! Ah, agaknya para dewa telah
menolongnya, mengantarkan seorang penghibur
kepadanya. Wanita itu akan menjadi
penghiburnya, menggantikan semua
kehilangannya. Wanita itu seorang gadis muda,
usianya kurang lebih duapuluh satu tahun,
berjalan seperti melamun dan tangan kirinya
dimasukkan ke dalam baju, tangan kanan
melenggang perlahan dan seolah ia tidak melihat
Can Hong San.
"Aih, nona manis, kenapa berjalan seorang diri
di tempat yang sunyi ini, dan kenapa pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melamun? Engkau masih muda dan cantik jelita,
masa depanmu cerah, kenapa membiarkan diri
tenggelam ke dalam lamunan duka?" Hong San
berkata dengan gayanya yang memang menarik.
Gadis itu adalah Cin Cin! Mendengar ucapan
yang merayu itu akan tetapi tidak kasar, dengan
kata-kata lembut, ia mengangkat muka
memandang dan hatinya semakin tertarik melihat
bahwa yang bicara adalah seorang laki-laki yang
jantan gagah dan tampan, dan usianya
empatpuluh tahun lebih, akan tetapi masih
nampak muda dan menarik. Hanya saja, pandang
matanya itu mengandung cahaya yang aneh dan
sekali pandang saja Cin Cin tahu bahwa ia
berhadapan dengan orang yang mempunyai
wibawa dan kekuatan.
"Paman, kenapa engkau usil menegur seorang
gadis yang berjalan seorang diri di tengah jalan?
Apakah engkau hendak kurang ajar?"
Can Hong San tertawa. "Ha-ha, jangan khawatir,
nona. Aku Can Hong San bukan laki-laki yang
kurang ajar kepada wanita! Aku bahkan selalu
ingin menyenangkan seorang wanita cantik
sepertimu ini dan......." Hong San tidak
melanjutkan rayuannya karena melihat betapa
gadis itu tiba-tiba saja memandang dengan sinar
mata mencorong, bahkan begitu tangan kanannya
bergerak, gadis itu telah mencabut sebatang
pedang dan nampak sinar hijau berkelebat. Melihat
pedang itu, mata Can Hong San semakin terbelalak
lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau bernama Can Hong San. putera
mendiang Cui-beng Sai-kong?" tanya Cin Cin
dengan suara lantang.
Hong San tertegun. Jarang ada orang yang
mengetahui bahwa mendiang ayahnya bernama
atau berjuluk Cui Beng Sai-kong, akan tetapi gadis
ini anehnya mengetahui hal itu! Dan ketika gadis
itu bergerak tadi, tangan kirinya juga keluar dari
dalam baju dan ternyata bahwa tangan itu
buntung sebatas pergelangan! Melihat tangan kiri
buntung itu, makin yakin hati Hong San bahwa dia
belum pernah bertemu dengan gadis ini dan sama
sekali tak mengenalnya. Akan tetapi, menghadapi
seorang gadis yang buntung tangan kirinya, tentu
saja dia tidak takut sama sekali. Bahkan hatinya
makin tertarik, karena biarpun tangan kiri gadis
itu buntung, hal itu tidak terlalu mengurangi daya
tariknya, bahkan menambah titik menyentuh
perasaan mendatangkan iba dan memperdalam
kasih sayang. Apalagi gadis itu memegang pedang
yang membuat dia terkejut dan terheran-heran.
"Benar sekali, nona. Siapakah nona dan
bagaimana dapat mengetahui julukan ayahku?"
"Bagus! Can Hong San, bersiaplah engkau untuk
mampus di tanganku. Aku Kam Cin, sengaja
mencarimu untuk membunuhmu!"
"Eh, nanti dulu, nona manis. Boleh saja engkau
membunuhku, akan tetapi katakan dulu apakah
alasannya, agar kalau aku mati di tanganmu, aku
tidak akan menjadi setan penasaran."
"Ada dua hal yang membuat aku bertekad untuk
membunuhmu. Pertama, karena engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan seorang penjahat keji yang pernah
membantu Cian Bu Ong menyerbu Hek-houw-pang
di Ta-bun-cung. Aku adalah puteri ketua Hekhouw-
pang yang terbunuh dalam penyerbuan
kejam itu. Dan ke dua, aku mentaati perintah
guruku untuk membunuhmu karena engkau telah
membunuh suhengnya, yaitu ayahmu sendiri."
"Gurumu adik seperguruan mendiang ayahku?
Ahhh......., jadi engkau ini agaknya murid Tung-hai
Mo-li Bhok Sui Lan? Pantas engkau memegang
sebatang Koai-1iong-kiam! Ha-ha-ha, mari kita
bertaruh. Kalau aku kalah olehmu, tentu saja
engkau akan membunuhku. Akan tetapi kalau
engkau yang kalah, engkau harus menemani aku
sebagai kekasihku, sampai aku merasa bosan
kepadamu!"
Kedua pipi Cin Cin menjadi merah sekali dan
matanya mencorong. "Jahanam busuk, engkau
layak mati seribu kali!" dan iapun sudah
menyerang dengan pedangnya sehingga nampak
sinar hijau meluncur cepat. Hong San meloncat ke
belakang dan di lain saat, dia sudah mencabut
pedangnya yang berbentuk persis sama dengan
pedang di tangan Cin Cin, juga ketika dia
gerakkan, mengeluarkan sinar kehijauan. Memang
pedang itu sama. Mendiang Cui-beng Sai-kong Can
Siok, selain lihai ilmu silatnya dan pendiri Thian-te
Kwi-ong yang disembah-sembah, juga seorang ahli
pembuat pedang. Dialah yang membuat pedang
Koai-liong-kiam untuk sumoinya dan sebatang lagi
untuk puteranya. Maka, setelah Cin Cin dan Hong
San bertemu dan bertanding, keduanya
menggunakan pedang yang sama segala-galanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena memang merupakan pedang kembar
buatan mendiang Cui-beng Sai-kong.
Ketika Hong San menggerakkan pedangnya,
maka ilmu pedang merekapun sama. Tentu saja
perkelahian mati-matian itu nampak seperti
latihan saja, karena keduanya mempergunakan
ilmu pedang yang sama. Hanya, Hong San lebih
matang karena lebih berpengalaman, juga dia
memiliki tenaga sin-kang yang agak lebih unggul,
sehingga setelah mereka bertanding mati-matian
selama limapuluh jurus, Cin Cin mulai terdesak.
Pada saat itulah Thian Ki tiba dan pemuda ini
menyelinap dan mendekati kedua orang yang
bertanding itu, mengintai dari belakang semaksemak
yang terdekat. Dia melihat betapa Cin Cin
terdesak, akan tetapi dia masih ragu-ragu. Kalau
dia keluar membantu, apakah gadis itu tidak akan
bertambah marah dan benci kepadanya? Akan
tetapi, tiba-tiba Hong San memperkuat
serangannya dan hampir saja leher gadis itu
tertusuk pedang.
Cin Cin masih dapat mengelak ke samping, akan
tetapi karena sanggul rambutnya terlepas,
sebagian ujung rambutnya terbabat pedang dan
berhamburan!
Hong San tertawa dan mendesak, bermaksud
menawan gadis itu hidup-hidup. Akan tetapi pada
saat itu, nampak bayangan berkelebat dan Thian
Ki telah menyerangnya dari samping sambil
berseru, "Can Hong San iblis jahat!"
Hong San kaget setengah mati. Tak disangkanya
pemuda beracun yang ditakutinya itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muncul begitu tiba-tiba. Sinar hitam Cui-mo Hekkiam
menyambar dahsyat dan Hong San terpaksa
menjatuhkan diri ke samping untuk
menghindarkan diri. Akan tetapi pedang di tangan
Cin Cin sudah menyambutnya dengan cepat sekali.
"Wuuuttt......crakkk!" Hong San berteriak
kesakitan dan tangan kirinya buntung sebatas
siku!
Karena rasa nyeri yang luar biasa, Hong San
menjadi marah. Terdengar suara tangis dari
kerongkongannya dan diapun menubruk dengan
pedangnya, menyerang Cin Cin seperti orang gila.
"Trangg........!!" Cin Cin menangkis dan gadis ini
terhuyung ke belakang. Dalam keadaan marah dan
nekat itu, agaknya tenaga Hong San bertambah
kuat. Kini Hong San tertawa bergelak. Dia sudah
menjadi gila, hal yang memang agaknya sejak
dahulu telah mencengkeram batinnya. Sejak muda,
Hong San memang memiliki kelainan, wataknya
berubah-ubah, kadang seperti pendekar, kadang
teramat kejam, kadang mudah menangis dan
tertawa. Kalau dia seorang yang berbatin normal,
kiranya tidak mungkin dia membunuh ayah
kandungnya sendiri!
Kini, setelah tertawa bergelak. Hong San kembali
menyerang Cin Cin. Dia tidak memperdulikan
lengan kiri yang buntung sebatas siku dan yang
masih bercucuran darah. Gerakan tubuhnya
membuat darah itu berceceran dan menyambar ke
mana-mana, membuat Cin Cin merasa ngeri dan
meloncat terus ke belakang, terdesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Thian Ki maju membantu. Sebuah
dorongan tangan kirinya membuat Hong San
terhuyung ke samping dan kesempatan ini
dipergunakan Cin Cin untuk menggerakkan lagi
pedangnya.
"Singggg.......cappp!" Pedangnya sekali ini
terbenam ke dalam lambung Hong San, akan tetapi
cepat gadis itu mencabut pedangnya kembali dan
meloncat ke belakang karena Hong San dengan
nekat, seolah tidak merasakan bahwa lambungnya
sudah ditembus pedang gadis itu, dia menubruk
dan mengayunkan pedangnya ke arah Cin Cin.
Melihat Cin Cin mundur, Hong San hendak
mengejar, akan tetapi mendadak dia terkulai.
Darah bercucuran dari lambung dan siku kiri yang
buntung. Dia menggelepar seperti ayam disembelih
dan tak lama kemudian diapun tewas dengan mata
terbelalak.
Thian Ki menghampiri mayat itu, menggunakan
jari tangan untuk menutupkan kedua mata yang
terbelalak dan diapun bangkit berdiri lagi,
memandang kepada Cin Cin, lalu memandang
kepada mayat itu dan menghela napas panjang.
"Cin Cin......" katanya lirih karena dia masih
gelisah sekali kalau-kalau gadis itu masih marah
dan semakin marah kepadanya.
Cin Cin menatap wajah Thian Ki, sinar mata itu
mencorong dan mengandung kemarahan. "Kau....?
Kenapa engkau membantuku? Aku tidak butuh
bantuanmu dan tidak minta kaubantu!" suaranya
terdengar ketus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, Cin Cin, aku tidak membantumu,
hanya........"
"Cukup! Sudah jelas bahwa engkau tadi
menyerangnya dan karena seranganmu maka aku
berhasil membunuhnya. Kalau engkau tidak
membantu, mungkin aku yang menggeletak mati.
bukan dia. Akan tetapi, aku lebih senang mati di
tangannya daripada menang karena bantuanmu.
Engkau membuntungi tanganku, sekarang bahkan
datang untuk menghinaku dengan bantuanmu!"
Gadis itu marah sekali dan suaranya menggetar,
mengandungi tangis. Thian Ki memandang dengan
penuh iba, diapun menundukkan muka dengan
sedih.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 26
"Engkau tentu tahu bahwa aku tidak sengaja
membuntungi tanganmu, melainkan untuk
mencegah engkau mati keracunan, dan
sekarangpun aku bukan datang sengaja
membantumu. Akan tetapi, kalau engkau merasa
sakit hati, kalau engkau tetap menganggap aku
bersalah, akupun rela menerima pembalasanmu,
Cin Cin. Aku.. ..demi Tuhan, aku merasa menyesal
sekali mengenai peristiwa itu, aku menyebabkan
engkau kehilangan tangan kiri. Aku menyesal
sekali dan engkau boleh menghukumku untuk
itu...."
"Coa Thian Ki, engkau tentu tahu, hutang darah
bayar darah, hutang nyawa bayar nyawa. Engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhutang tangan kepadaku, harus membayar
dengan tangan kirimu pula!" Gadis itu
mengamangkan pedangnya, akan tetapi tangan
yang memegang pedang itu tergetar dan wajahnya
nampak pucat.
Thian Ki tersenyum sedih. Setelah kini dia
berhadapan dengan Cin Cin, dia semakin yakin
bahwa dia mencinta gadis ini! Dia rela
mengorbankan apa saja demi kebahagiaan gadis
ini. Entah mengapa, ada sesuatu pada diri Cin Cin
yang amat menarik hatinya, mempesonakan,
menimbulkan rasa sayang, iba dan haru. Diapun
menjulurkan lengan kirinya ke depan, berkata
lembut. "Silakan, Cin Cin. Kalau itu yang kau
kehendaki, ini tangan kiriku!" katanya dengan
sikap tenang dan suaranya yang lembut itu
mengandung kesungguhan dan ketegasan.
Sejenak Cin Cin memandang nanar ke arah
tangan yang dijulurkan itu, tidak percaya bahwa
pemuda itu begitu saja menyerahkan tangannya
untuk dibuntungi! Ia mengeluarkan suara aneh,
seperti isak tertahan di kerongkongannya, lalu
diangkatnya pedangnya ke atas, dan kini ia
menatap wajah Thian Ki, seolah hendak bertanya
apakah pemuda itu benar-benar rela tangannya ia
buntungi dan ia melihat Thian Ki tersenyum rela.
Ia mencoba untuk mengerahkan tenaga dan
membacokkan pedangnya ke arah pergelangan
tangan kiri Thian Ki yang sudah dijulurkan. Akan
tetapi sebelum pedang itu menyambar turun, ia
mengeluh, gemetar pedangnya terlepas dan tangan
kanannya memegang pundak kiri, dan Cin Cin
terhuyung dan terkulai, tentu akan roboh kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja Thian Ki tidak cepat menahan dan merangkul
punggungnya.
"Cin Cin, kau kenapakah......?" Dengan khawatir
Thian Ki lalu membantu gadis itu rebah di atas
rumput. Cin Cin menyeringai menahan rasa nyeri
dan ia merintih dalam keadaan setengah sadar.
Melihat gadis itu menggeliat dan merintih, dan
tangan kanannya memegangi pundak kiri, Thian Ki
khawatir sekali. Apakah racun dari tubuhnya
dahulu masih juga menjalar naik dari lengan?
Tanpa banyak membuang waktu lagi, dia lalu
merobek sedikit baju di bagian pundak kanan
gadis itu untuk memeriksanya. Dan di sana, di
depan tulang pundak, nampak ada titik hitam
kebiruan sebesar ibu jari!
Bukan, bukan karena racun tubuhnya, dia
berpikir. Pula, kalau yang bekerja itu racun dari
tubuhnya, tentu tidak sampai selama ini gadis itu
bertahan hidup. Dia memeriksa lebih teliti dan
mengerti bahwa gadis itu telah terkena totokan jari
beracun yang cukup ganas.
"Cin Cin, engkau terluka!" katanya, akan tetapi
Cin Cin tidak menjawab. Gadis itu telah pingsan.
Kebetulan malah, pikir Thian Ki. Kalau Cin Cin
dalam keadaan sadar, gadis yang masih marah dan
sakit hati kepadanya itu, tentu tidak mau dia obati!
Kini, dalam keadaan pingsan, gadis itu tentu tidak
tahu apa yang terjadi dan dia dapat cepat mencoba
untuk menghilangkan pengaruh totokan beracun
itu... Tentu ketika tadi berkelahi melawan Can
Hong San, gadis itu telah terkena totokan Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
San yang lihai dan menderita luka dalam
keracunan.
Thian Ki membuka kancing baju Cin Cin,
dengan hati-hati menyingkap bagian pundak,
menjaga jangan sampai dia menyingkap bagian
dada sehingga titik hitam di depan tulang pundak
itu nampak nyata sekali pada kulit yang putih
kuning mulus itu. Lalu sambil duduk bersila di
dekat tubuh Cin Cin, dia mengerahkan sin-kang,
menempelkan telapak tangan kirinya di bawah titik
hitam, lalu jari tangan kanannya mengurut di
seputar titik yang semakin lama semakin
membesar, namun warnan hitamnya menjadi
pucat. Kemudian dia menempelkan telapak tangan
kanan tepat di atas titik yang membesar itu, dan
mengerahkan tenaga sin-kang utnuk menyedot
hawa beracun. Karena tubuhnya sendiri
merupakan sumber racun, maka dengan mudah
racun dari Cin Cin dapat tersedot keluar, seperti
air yang terjun ke dalam telaga. Penambahan
sedikit hawa beracun dari pundak Cin Cin itu tidak
ada artinya bagi Thian Ki.
Cin Cin mengeluh dan membuka mata. Ia
berseru kaget dan bangkit sambil menggerakkan
tangan menampar ke arah muka Thian Ki yang
tidak mengelak.
"Plakkk!!" Pipi kiri Thian Ki terkena tamparan
tangan Cin Cin, demikian kerasnya tamparan itu
sampai membuat Thian Ki terpelanting dan ketika
dia bangkit berdiri, pipi kirinya membengkak
merah kebiruan! Dia melihat betapa Cin Cin sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengancingkan lagi bajunya dan wajah gadis itu
merah sekali, matanya berapi-api.
"Jahanam busuk kau, Thian Ki! Tak kusangka
bahwa putera mendiang Paman Coa Siang Lee dan
Bibi Sim Lan Ci menjadi seorang berhati keji, kotor
dan hina seperti engkau! Aku dalam keadaan
pingsan dan engkau berani berbuat hina dan
kurang ajar kepadaku? Alangkah rendahnya....."
"Tenanglah, Cin Cin. Tenanglah karena
kemarahan membuat engkau tidak mampu
mempertimbangkan dengan baik. Aku sama sekali
tidak melakukan kesesatan, sama sekali tidak
bermaksud rendah dan keji, melainkan terpaksa
melakukan hal itu..........."
"Thian Ki! Dahulu ketika membuntungi
tanganku, engkau memakai alasan bahwa aku
keracunan dan engkau terpaksa membuntungi
tangan kiriku. Sekarang, alasan apalagi yang akan
kau kemukakan sehingga engkau terpaksa
membuka kancing bajuku dan
meraba.....melakukan kekurangajaran seperti
tadi?"
"Dengarlah baik-baik. Engkau tadi hendak
membuntungi tangan kiriku sebagai hukuman,
lalu tiba-tiba engkau roboh dan memegangi
pundak kirimu, lalu pingsan, bukan? Nah, ketika
aku memeriksamu, ternyata memang engkau
keracunan, di pundak kirimu. Aku terpaksa
membuka kancing bajumu bagian atas untuk
dapat mengobatimu. Sekarang, racun itu telah
lenyap, dan sebagai upah pengobatanku, engkau
malah menamparku dan memaki, menuduh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan-bukan. Rabalah pundakmu, tentu sudah
tidak terasa lagi kenyerian tadi."
Cin CIn menggunakan jari tangan kanannya
untuk meraba pundak kirinya. Tadi memang amat
nyeri di sana, akan tetapi sekarang sudah tidak
lagi. Ia meragu. Agaknya pemuda itu tidak
berbohong dan sekarang ia teringat bahwa tadi
ketika ia berkelahi melawan Can Hong San, ia
memang terkena totokan jari tangan kiri musuh
itu, yang mula-mula tidak terasa terlalu nyeri,
akan tetapi tadi ketika ia hendak membuntungi
tangan kiri Thian Ki, tiba-tiba pundak itu terasa
nyeri bukan main sampai menusuk ke jantung dan
kepala.
"Nah, sekarang engkau baru percaya, bukan.
Atau engkau masih tidak percaya? Kalau begitu
boleh kau lakukan apa saja untuk melampiaskan
dendammu kepadaku, Cin Cin. Kalau tamparan ini
masih belum cukup, boleh kau lakukan apa saja.
Nah, ini kedua tanganku yang tadi menyedot hawa
beracun dari pundakmu," Thian Ki menjulurkan
kedua tangannya ke arah Cin Cin.
Cin Cin memandang ke arah kedua tangan itu,
lalu mengangkat pandang matanya, menatap wajah
Thian Ki. Dua pasang mata bertemu dan bertautan
dan perlahan-lahan, kedua mata Cin Cin menjadi
basah. Lalu Cin Cin menundukkan mukanya dan
suaranya terdengar lirih berbisik ketika ia berkata,
"Maafkan aku......"
Wajah Thian Ki berseri. Mendengar gadis itu
minta maaf, berarti menyadari kesalahannya,
mendatangkan perasaan yang amat berbahagia di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hatinya. Sikap gadi itu membuktikan bahwa
perkiraannya benar.
Cin Cin, biar telah mempelajari ilmu dari guru
yang sesat, terbukti bahwa ilmu pedangnya,
bahkan pedangnya juga sama dengan ilmu pedang
dan pedang Can Hong San, namun ternyata gadis
itu hanya mewarisi kegalakan dan kekerasan saja,
namun pada dasarnya masih memiliki kegagahan
dan pribadi luhur sehingga berani mengakui
kesalahan.
"Tidak Cin Cin, engkau tidak bersalah dan tidak
ada yang dapat dimaafkan. Akulah yang bersalah,
dan aku minta maaf padamu. Karena
kecerobohanku, engkau menderita, dan aku hanya
menimbulkan prasangka dan kesan buruk saja
kepadamu."
"Thian Ki, aku memusuhi ayah tirimu, dan
sekarang, baru saja aku membalas pertolonganmu
dengan tamparan dan kata-kata keji. Kenapa
engkau masih bersikap baik kepadaku? Kenapa
engkau begitu baik kepadaku?" sepasang mata itu
kini mengamati wajah Thian Ki penuh selidik.
Thian Ki tersenyum. "Aih, Cin Cin. Andaikata
engkau bukan Cin Cin puteri mendiang paman
Kam Seng Hin, andaikata di antara kita tidak ada
hubungan apapun sejak kecil, aku tetap akan
menolongmu. Bukankah menolong siapa saja yang
terancam bahaya merupakan kewajiban kita
sebagai seorang yang pernah mempelajari ilmu
silat?"
"Ibuku pernah mengatakan bahwa mungkin
engkau menjadi anak beracun karena nenekmu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu mendiang Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu.
Benarkah engkau menjadi tok-tong (anak
beracun)?"
"Ibumu memang bijaksana dan pandai,
dugaannya tepat. Memang aku telah dibuat
menjadi tok-tong oleh mendiang nenekku, diluar
pengetahuanku ketika aku masih kecil. Karena
itulah, ketika engkau mencengkeram pundakku,
tanpa dapat kucegah lagi, engkau keracunan pada
tangan kirimu. Ketika hal itu terjadi, aku sama
sekali tidak berdaya mencegahnya, Cin Cin."
"Hemm, sudahlah, jangan bicara lagi tentang hal
itu. Tadi kau mengatakan bahwa engkau
membantuku melawan Can Hong San juga bukan
sengaja membantu, apa maksudmu?"
"Aku memang sedang mengejarnya. Dia
merupakan seorang pelarian, karena tadi pasukan
keamanan Sin-yang sedang menyerbu
perkumpulan Koai-liong-pang yang didirikan oleh
Can Hong San ini. Dia berhasil melarikan diri,
maka aku mengejarnya dan melihat dia berkelahi
denganmu di sini."
Dengan singkat Thian Ki bercerita tentang
pengalamannya bertemu dengan Li Ai Yin dan
tentang Hong San, didengarkan penuh perhatian
oleh Cin CIn.
Gadis itu lalu memandang ke arah mayat Can
Hong San, dalam hati merasa puas karena tugas
yang diperintahkan subonya telah berhasil ia
laksanakan, yaitu membunuh Can Hong San
seperti yang dikehendaki ibunya. "Hemm, hatiku
puas sudah, tugas pertamaku sudah dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlaksana... " ia menoleh ke arah Thian Ki.
"......hei, apa yang sedang kaulakukan itu?"
tanyanya melihat Thian Ki mempergunakan
pedangnya untuk menggali tanah.
"Aku menggali tanah untuk mengubur jenazah
Can Hong San."
"Hemm, orang sejahat itu!" cela Cin Cin.
"Dia ikut menjadi sebab kematian ayahku dan
hancurnya Hek-houw-pang, dia bahkan
membunuh ayahnya sendiri!"
Thian Ki menghela napas panjang. "Memang,
ketika hidupnya dia telah tersesat, menjadi hamba
dari nafsu-nafsu rendah. Ayah kandungku juga
tewas di tangannya dan aku melihat dia
melakukan banyak kejahatan. Akan tetapi itu
terjadi ketika dia masih hidup. Sekarang dia sudah
mati, mengubur mayat sendiripun tidak mampu.
Tidak sampai hatiku membiarkan mayatnya
terlantar." Dia melanjutkan pekerjaaannya.
Sejenak Cin Cin hanya menonton saja, akan tetapi
mendadak ia mengambil pedang yang tadi terlepas
dari tangan Can Hong San, lalu membantu Thian
Ki menggali tanah dengan pedang itu!
Thian Ki diam saja, kalau bicara khawatir
menyinggung, akan tetapi diam-diam dia merasa
gembira sekali. Ini masih Cin Cin yang dahulu,
seorang anak yang pada dasarnya memiliki watak
yang baik. Dia masih ingat ketika berkunjung ke
Hek-houw-pang dulu, Cin Cin adalah seorang anak
yang lincah jenaka, periang, tabah dan pandai
bicara. Kalau sekarang ia nampak begitu dingin,
keras dan pendiam, tentu karena gemblengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gurunya, seorang datuk sesat, dan mungkin
ditambah lagi karena terbuntungnya tangan
kirinya. Kasihan sekali! Aku akan mencoba untuk
membahagiakanmu, Cin Cin, bisik hatinya,
mengembalikan seperti dahulu!
Setelah selesai menguburkan jenazah itu secara
sederhana, Cin Cin menyimpan pedang Koai-liongkiam
milik Can Hong San. Akan ia kembalikan
kepada gurunya, katanya kepada Thian Ki. Mereka
lalu mengaso, duduk di bawah sebatang pohon
dimana terdapat sumber air yang menjadikan
sungai kecil yang airnya jernih, dimana tadi
mereka mencuci tangan dan muka setelah tangan
mereka berlepotan tanah. Thian Ki semakin
terharu melihat cara Cin Cin mencuci tangan
kanannya, menggosok-gosokkan jari tangan itu
kepada rumput dan ilalang di dekat sumber air.
Ingin sekali dia menolong membersihkan tangan
itu, akan tetapi dia tidak berani, takut kalau-kalau
hal itu akan membuat Cin Cin tersinggung dan
teringat akan kebuntungan tangan kirinya.
Mereka duduk berhadapan, duduk di atas akar
pohon yang menonjol dari permukaan tanah, saling
berhadapan.
"Thian Ki, sekarang aku ingin mendengarkan
pengalamanmu sejak kita dipisahkan oleh
penyerbuan ke Ta-bun-cung itu," kata Cin Cin
yang agaknya sudah dapat menghapus rasa benci
dan dendam kepada Thian Ki.
Thian Ki menceritakan semua pengalamannya,
mulai dari malam penyerbuan itu, dimana tanpa
sengaja dia telah menewaskan dua orang penyerbu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan keadaan tubuhnya yang beracun, betapa
kemudian dia dan ibunya ditawan dan dilarikan
oleh Can Hong San dan Gan Lui, yang menjadi
pembantu Cian Bu Ong dan diserahkan kepada
bekas pangeran itu. Kemudian diceritakannya pula
dengan jelas untuk menghapus salah sangka gadis
itu terhadap ibunya, kenapa ibunya akhirnya
menjadi isteri Cian Bu Ong dan dia menjadi anak
tiri dan juga murid. Tentu saja dia tidak
menceritakan bahwa dia telah ditentukan menjadi
calon suami Cian Kui Eng, saudara tiri dan juga
adik seperguruannya.
Cin Cin mendengarkan dengan penuh perhatian
tanpa menyela, akan tetapi setelah Thian Ki selesai
bercerita, ia berkata penasaran, "Aku merasa heran
sekali kenapa bibi Sim Lan Ci yang dahulu
kuanggap sebagai seorang wanita bijaksana dan
gagah perkasa, mau menjadi isteri Cian Bu Ong,
padahal bukankah Cian Bu Ong yang menjadi
biang keladi kehancuran Hek-houw-pang dan
menewskan ayah kita?"
"Akupun tadinya merasa penasaran, akan tetapi
setelah mengetahui segalanya dengan jelas, aku
tidak dapat menyalahkan ibu. Ayah telah
meninggal dunia, dan ibu menjadi janda. Cian Bu
Ong adalah seorang yang gagah perkasa, berilmu
tinggi dan bijaksana. Memang tidak dapat
disangkal bahwa dia yang menyuruh para
pembantunya untuk menyerbu Hek-houw-pang,
akan tetapi hal itu ada alasannya yang amat kuat.
Dia adalah seorang pangeran Kerajaan Sui yang
digulingkan oleh Li Si Bin yang kemudian
mendirikan kerajaan Tang. Tentu saja dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan Cian Bu Ong, kerajaan Tang adalah
kerajaan yang dibangun oleh pemberontak
kerajaan Sui. Karena itu, sudah jamak kalau ia
berusaha untuk mendirikan kembali kerajaan Sui
dan memusuhi kerajaan Tang. Kemudian dia
mendengar bahwa Hek-houw-pang adalah sebuah
perkumpulan yang mendukung kerajaan Tang,
maka tentu saja dia menganggap Hek-houw-pang
sebagai musuhnya dan menyuruh para
pembantunya melakukan penyerbuan. Dia bukan
orang jahat, Cin Cin. Dia hanya menjadi korban
dari perang, korban keadaan yang menjadikan dia
seperti itu. Nah, sekarnag kuharap engkau suka
menceritakan pengalamanmu sejak malam itu."
Cin Cin menghela napas. Wajahnya yang cantik
itu menjadi muram dan sampai beberapa saat
lamanya ia tidak bicara. Akan tetapi Thian Ki tidak
mendesak, hanya menanti dan akhirnya Cin Cin
menceritakan semua yang dialaminya. Ia
menceritakan betapa ayahnya tewas dan ibunya
lenyap dilarikan penyerbu. Kemudian betapa ia,
oleh kakeknya dikirim ke dusun Hong-cun untuk
menjadi murid Pendekar Naga Sakti Sungai Kuning
Si Han Beng, dan kepergiannya diantar oleh paman
gurunya, yaitu Lai Kun. Betapa di dalam
perjalanan ia dijual oleh Lai Kun kepada seorang
mucikari dan betapa ia disiksa dan dipaksa untuk
belajar segala macam kesenian, dipersiapkan
untuk kelak menjadi seorang pelacur kalau sudah
dewasa. Betapa kemudian ia berhasil melarikan
diri dan dikejar tukang-tukang pukul, akan tetapi
ia ditolong oleh Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan dan
menjadi muridnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitulah, aku mempelajari segala macam ilmu
dari su-bo, kemudian su-bo memberi tugas
kepadaku, yaitu untuk mencari Can Hong San dan
membunuhnya, karena Can Hong San telah
membunuh ayahnya sendiri, Cui-beng Sai-kong
Can Slok, yang menjadi suheng dari su-bo. Dan
juga agar aku membunuh Cian Bu Ong, karena
bekas pangeran itu telah menghancurkan
kehidupan subo dengan menyia-nyiakan dan
mengkhianati cinta mereka. Akan tetapi, usahaku
membunuh Cian Bu Ong gagal karena engkau
Thian Ki, dan usahaku membunuh Can Hong San
berhasil karena engkau pula. Inilah nasib...." gadis
itu termenung.
Thian Ki menghela napas. Dia takkan pernah
bebas dari penyesalan kalau mengingat akan
buntungnya tangan Cin Cin karena dia itu.
"Dan engkau belum bertemu ibumu?"
Cin Cin mengerutkan alisnya dan cemberut.
"Sudah, dan itulah yang membuat hatiku
jengkel, biarpun sekarang aku sudah mengerti
mengapa ibuku menikah lagi dengan dia!"
"Ibumu menikah? Dengan siapakah?" Tanya
Thian Ki heran. Betapa sama nasib gadis ini
dengan nasibnya. Ibu mereka kehilangan suami
ketika Hek-houw-pang diserbu, dan kini ibu
mereka yang sudah menjadi janda telah menikah
lagi!
"Itulah yang tadinya membuat aku jengkel.
Kalau ibumu menikah dengan Pangeran Cian Bu
Ong, maka ibuku menikah dengan pembantunya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang di antara mereka yang dahulu menyerbu
Hek-houw-pang!"
"Ahh......!! Thian Ki benar-benar terkejut
mendengar ini. Ibu Cin Cin? Bibi Coa Liu Hwa yang
cantik dan lemah lembut itu? Akan tetapi dia
tidask berani bertanya lagi, khawatir menyinggung.
"Setelah aku mendengar penuturan ibuku dan
ayah tiriku, aku tidak menyalahkan mereka,
bahkan aku bangga karena suami ibu sekarang
adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang
terkenal, yaitu Lie Koan Tek." Lalu Cin Cin
menceritakan tentang pengalaman ibunya sehingga
menjadi isteri pendekar itu. Thian Ki menganggukangguk,
merasa lega karena ibu Cin Cin tidak
melakukan hal yang memalukan.
"Aku sudah mendengar akan nama besar ayah
tirimu itu, Cin Cin."
Keduanya diam agak lama, kemudian Cin Cin
menghela napas panjang dan berkata, "Aku heran
sekali, kenapa ibu kita menikah lagi? Aku sekarang
hanya mempunyai ibu seorang, akan tetapi ia telah
menikah dengan pria lain, dan aku merasa seperti
kehilangan ibuku. Ia mengecewakan hatiku,
padahal aku amat mencintanya. Apakah engkau
juga tidak berpikir begitu, Thian Ki?" Thian Ki diam
sejenak. Kalau dia mau jujur, memang ada
perasaan tidak enak itu. Tentu dia akan merasa
jauh lebih berbahagia kalau ibunya masih
bersanding dengan ayahnya, walau itu tidak
mungkin. Dia menarik napas panjang.
"Cin Cin, kalau kita selalu mementingkan
perasaan sendiri, kurasa dalam hidup ini kita akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu menghadapi hal-hal yang mengecewakan
dan tidak menyenangkan, karena apa yang kita
senangi belum tentu disenangi orang lain, walau
oleh ibu kita sendiri sekalipun. Sebaliknya, apa
yang disenangi orang lain, termasuk ibu kita,
belum tentu kita senangi. Karena itu, kita harus
memiliki cinta kasih, Cin Cin. Dan cinta kasih
bukan berarti menuntut kesenangan hati kita
sendiri dari orang yang kita cinta. Bukankah
begitu?"
Cin Cin diam saja. Ini merupakan hal baru
baginya. Semenjak ia dewasa, ia hanya mendengar
dan melihat segala tentang hidup ini dari gurunya,
dan pandangan gurunya lain sama sekali dari apa
yang diucapkan Thian Ki. Bagi gurunya, yang
terpenting adalah perasaan sendiri, diri sendiri,
sehingga segala sepak terjang dalam hidup hanya
didasari kepentingan diri sendiri!
Apa yang diucapkan oleh Thian Ki, kalimat
terakhir, yaitu bahwa cinta kasih bukan berarti
menuntut kesenangan hati kita sendiri dari orang
yang kita cinta, merupakan ucapan yang teramat
penting untuk ditelaah oleh kita semua. Bukan
hanya menyangkut cinta kasih pada umumnya
yang dianggap hanya merupakan perasaan timbal
balik antar insan berlawanan jenis, antara pria dan
wanita, melainkan juga mencakup cinta kasih
antara orang tua dan anak, timbal balik. Betapa
sering terjadi konflik atau pertentangan batin
antara orang tua dan anak, padahal kedua pihak
berani bersumpah saling mencinta.!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau benar ada cinta kasih di antara orang tua
dan anak secara timbal balik bagaimana mungkin
sampai terjadi konflik batin antara mereka?
Konflik batin antara yang tua dan yang muda
menimbulkan suatu celah atau jurang pemisah
antara orang tua dengan anaknya sendiri. Yang tua
menganggap anak mereka bandel dan murtad,
mengecewakan dan tidak mentaati orang tua,
sedangkan yang muda menganggap orang tua
mereka itu kuno, kolot, terlalu mengekang, terlalu
menggurui, menjadi penghalang kesenangan, dan
sebagainya. Maka terjadilah konflik yang
menghancurkan sendi-sendi cinta kasih di antara
mereka.
Mengapa begitu? Kalau, kita singkirkan dulu
perasaan keakuan, mementingan diri sendiri, dan
menarik diri sebagai orang luar, bukan anak bukan
orang tua, lalu menjenguk isi hati kedua pihak,
mungkin akan nampak jelas bagi kita mengapa
terjadi konflik seperti itu. Konflik terjadi karena
bentrokan kepentingan, bentrokan selera,
bentrokan pandangan hidup. Kedua pihak, baik
orang tua maupun anak, lupa bahwa alam pikiran
yang tua dan yang muda berbeda jauh. Yang tua
lupa bahwa kebiasaan hidup ini mengalami
perubahan dan kukuh berpegang kepada nilai-nilai
yang sudah dianggap mapan, nilai-nilai lama,
tanpa memperdulikan adanya perubahan nilai.
Penilaian selalu berubah mengikuti
perkembangan jaman. Orang tua selalu
mengandalkan pengalaman sebagai senjata untuk
memamerkan kelebihannya kepada si anak, lupa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa pengalaman itu adalah pengalaman dahulu
dan kalau dia tidak mau mengikuti perkembangan
jaman, dia bahkan akan ketinggalan dan sama
sekali tidak berpengalaman dalam hal-hal baru
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Sebaliknya, si anak juga lupa bahwa orang tuanya
adalah orang-orang yang pandangan hidupnya
terikat masa lalu.
Dari bentrokan ini timbullah konflik. Jarang
terdapat orang tua yang tidak mengikatkan diri
kepada masa lalu, melainkan arif mengikuti
perkembangan jaman sehingga waspada terhadap
perubahan nilai-nilai, seperti jarangnya anak yang
mau memaklumi keadaan orang tuanya, lupa
bahwa dengan cara mereka sendiri, orang tuanya
sebetulnya bermaksud baik bagi dirinya, hanya
caranya saja yang menimbulkan konflik.
Semua pertentangan itu akan lenyap kalau
orang tua mencinta dengan tulus, dalam arti kata
bukan mencinta dengan pamrih kepentingan dan
kesenangan hati sendiri. Mencinta berarti
membahagiakan yang dicinta, bukan menuntut
sesuatu dari yang dicinta.! Cinta yang menuntut
balas, yang berpamrih, adalah cinta nafsu, yang
mempergunakan cinta demi mencapai kesenangan
hati sendiri, dan cinta macam ini pasti
menimbulkan konflik batin. Cinta kepada anak
berarti memberi kebebasan kepada anak, seperti
membiarkan tunas tumbuh menjadi pohon, bebas
terkena sinar matahari dan tersiram hujan, dan
orang tua hanya mengamati, menjaga-tanpa
mengatur, tanpa memaksakan kehendak. Orang
tua turun tangan .hanya kalau melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkembangan pertumbuhan itu tidak benar atau
terancam, seperti orang menjaga tanaman dan
membersihkannya dari ulat, memberi pupuk,
mencabut rumput liar, akan tetapi tidak
mencampuri pertumbuhan itu sendiri. Cinta kasih
bukan berarti mengikat!
Dilain pihak, anak-anak harus selalu menyadari
sepenuhnya bahwa dengan cara apapun, orang tua
tetap menyayang anak-anak, baik cara itu
dianggap benar atau keliru, dan dasar kesadaran
ini harus menjadi pengingat bahwa mereka
sepatutnya berterima kasih dan tidak menyakiti
hati orang tuanya. Kalau kepada orang tua sendiri
tidak menyayang, bagaimana mungkin dapat
menyayang orang lain? Ibu adalah manusia yang
paling besar kasihnya terhadap dirinya, sesudah
itu baru ayah. Kalau kepada ayah ibu tidak dapat
menaruh hati kasih sayang, maka cinta kasih
kepada orang lain tentu saja patut di ragukan.!
Memang tidak mudah bagi orang tua maupun
anaknya untuk mengatasi nafsu sendiri yang
menimbulkan kekecewaan, kemarahan sehingga si
orang tua tidak menyumpahi anaknya dan si anak
tidak menyumpahi orang tua. Dalam keadaan
dicengkeram nafsu amarah, manusia dapat
melakukan apa saja. Namun, kesukaran itu pasti
akan mudah diatasi kalau kita menyerahkan diri
kepada Tuhan, kalau kita pasrah dan mohon
bimbingan kekuasaan Tuhan. Karena hanya
kekuasaan Tuhan jualah yang akan mampu
menundukkan nafsu-nafsu daya rendah yang
menyesatkan kita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sampai lama Cin Cin menunduk saja, kemudian
mengangkat muka menatap wajah Thian Ki yang
kebetulan juga memandangnya. Dua pasang mata
bertemu lagi untuk kesekian kalinya dan bertaut.
"Thian Ki, sekarang aku tidak lagi dendam
padamu, dan aku menyadari sepenuhnya bahwa
perbuatanmu membuntungi tanganku dahulu
terpaksa kau lakukan dan aku sendiri yang
bersalah telah mencengkeram pundakmu, karena
aku tidak tahu bahwa tubuhmu beracun. Ini yang
namanya nasib, dan aku tidak menyalahkanmu
lagi."
"Terima kasih, Cin Cin. Seolah-olah batu besar
yang sejak peristiwa itu menindih hatiku, kini
terangkat, membuat dadaku lapang. Terima kasih!"
"Akan tetapi ada sebuah permintaanku dan
kuharap engkau tidak menolak, karena
penolakanmu tentu akan membuat aku tidak
dapat menerimamu sebagai sahabatku lagi, seperti
ketika dahulu di Hek-houw-pang."
"Permintaan apakah itu, Cin Cin? Aku pasti
akan memenuhinya!" kata Thian Ki gembira.
"Aku pasti akan mencari dan menantang Cian
Bu Ong, dan kuharap engkau tidak akan
mencampurinya lagi." Setelah berkata demikian,
Cin Cin menatap wajah pemuda itu dengan
pandang tajam menyelidik.
"Cin Cin, setelah mengetahui bahwa perbuatan
Cian Bu Ong itu hanya merupakan akibat perang,
engkau masih mendendam kepadanya karena
penyerbuan terhadap Hek-houw-pang itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin menggeleng kepala dengan tegas. "Tidak,
Thian Ki. Aku menyadari bahwa tidak ada
permusuhan pribadi antara dia dan Hek-houwpang.
Akan tetapi aku harus melaksanakan tugas
yang diberikan su-bo kepadaku. Sejak kecil aku
ditolong, dipelihara dan dididik su-bo, sudah
selayaknya kalau sekarang aku membalas budinya
dengan melaksanakan perintahnya. Aku akan
membunuh Cian Bu Ong untuk mentaati perintah
subo." Melihat kerut alis pemuda itu, Cin Cin
menambahkan, suaranya mengandung tantangan,
"Engkau tidak setuju dan hendak membela ayah
tiri dan gurumu?"
"Tidak, Cin Cin. Aku hanya akan membela orang
yang lemah dan tidak bersalah. Akan tetapi dua
hal yang patut kaurenungkan dan
kaupertimbangkan dengan baik sebelum bertindak
sejauh itu. Pertama, tingkat kepandaian Cian Bu
Ong amat tinggi dan engkau tidak akan dapat
menang, Cin Cin."
"Aku tidak takut! Kalau aku tidak berhasil
melaksanakan tugas itu, biar aku mati di
tangannyapun aku tidak merasa penasaran!" kata
Cin Cin dengan nekat.
"Aku percaya akan kegagahan dan
keberanianmu, Cin Cin. Akan tetapi, kalau kita
sudah tahu bahwa kita tidak akan menang
melawan seorang musuh,, akan tetapi kita nekat
dan tewas di tangannya, bukankah itu mati konyol
namanya? Sama dengan bunuh diri."
"Aku tidak peduli, Thian Ki. Aku rela dalam
menjalankan tugas mentaati perintah subo."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, sekarang hal yang ke dua. Urusan
antara su-bomu dan Cian Bu Ong adalah urusan
yang amat pribadi, urusan cinta kasih di antara
mereka. Dalam urusan cinta kasih antara seorang
pria dan seorang wanita, sebetulnya tidak boleh
dicampuri siapapun juga, karena itu adalah
urusan hati yang hanya dapat diselami oleh kedua
pihak yang bersangkutan. Rasanya janggal dan
tidak pantas kalau ada yang mencampuri, apalagi
yang mencampuri urusan cinta antara kedua orang
itu adalah murid sendiri. Coba renungkan baikbaik,
Cin Cin, dan sadarilah bahwa aku
mengemukakan kedua hal ini demi kebaikanmu,
bukan untuk membela Cian Bu Ong."
Cin Cin menunduk dan alisnya berkerut. Ia tahu
bahwa pencegahan yang dilakukan Thian Ki itu
adalah untuk menjaga agar ia tidak sampai tewas
atau terluka oleh Cian Bu Ong yang memang harus
ia akui jauh lebih lihai darinya. Akan tetapi,
masalah ke dua yang diajukan Thian Ki itu yang
menarik hatinya. Menurut subo-nya, ia sakit hati
terhadap Cian Bu Ong yang dahulu menjadi
kekasihnya, karena Cian Bu Ong menyia-nyiakan,
meninggalkannya. Dan perbuatan pangeran itu
adalah karena dia mengetahui akan keadaan subonya
sebagai seorang tokoh sesat, dan terpaksa
dilakukan karena pangeran itu memiliki cita-cita
besar menjadi kaisar dan tentu saja akan
mencemarkan nama baiknya kalau dia
berhubungan dengan seorang wanita sesat. Subonya
mendendam dan menghendaki kematian Cian
Bu Ong, akan tetapi kenapa subonya
menyuruhnya? Padahal, subonya tentu tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa lihainya Cian Bu Ong! Kalau subonya
merasa sakit hati, kenapa tidak turun tangan
sendiri sejak dulu?
"Thian Ki, kalau menurut pendapatmu,
bagaimana?" Ia bertanya lirih, hatinya mulai terasa
bimbang. "Tentu tidak mungkin kalau aku kembali
kepada subo menyatakan ketidak-sanggupanku!"
"Cin Cin, engkau telah dapat menunaikan tugas
yang diperintahkan subomu dengan baik, sudah
berhasil membunuh Can Hong San, bahkan
engkau sudah pula menemukan Cian Bu Ong dan
menyerangnya, walaupun engkau tidak berhasil.
Nah, engkau dapat melaporkan semua itu kepada
subomu. Aku akan menemanimu menghadap
subomu, dan aku yang mencoba membujuknya
agar ia menghadapi sendiri Cian Bu Ong."
"Ahh! Ia tentu akan marah sekali kepadaku, juga
kepadamu dan mungkin ia akan menyerangmu,
Thian Ki!"
"Belum tentu, Cin Cin. Andaikata demikian, aku
dapat melindungi diriku. Aku dapat menduga
bahwa tentu subomu itu masih mencinta Cian Bu
Ong. Inilah sebabnya mengapa ia tidak dapat turun
tangan sendiri untuk membunuh bekas
kekasihnya itu, melainkan menanti sampai engkau
dewasa dan memiliki kepandaian. Mungkin dengan
penjelasanku, ia akan sadar dan tidak lagi
menyuruhmu membunuh Cian Bu Ong."
Kembali Cin Cin terdiam sampai agak lama,
hatinya bimbang, akan tetapi usul itupun amat
menarik hatinya. Pertama, iapun ingin sekali
melihat bagaimana nanti tanggapan subonya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap pemuda ini. Dan ke dua, ini yang
membuat jantungnya berdebar, pemuda ini hendak
menemaninya pulang, berarti, mereka akan
melakukan perjalanan berdua! Entah bagaimana,
sejak tangannya buntung oleh Thian Ki, ia tidak
pernah mampu melupakan pemuda itu. Kadang ia
teringat dengan hati penuh kebencian, penuh
dendam karena pemuda itu telah membuntungi
tangannya. Akan tetapi ada kalanya, ia teringat
dengan perasaan kagum kepada pemuda itu, juga
perasaan setia-kawan dan senasib. Sekarang,
setelah pemuda itu membantunya sehingga ia
berhasil membunuh Can Hong San, Thian Ki
hendak menemaninya menemui subonya.
"Baiklah, Thian Ki. Akan tetapi kalau engkau
tidak berhasil membujuknya, kalau subo tetap
dengan perintahnya, terpaksa aku akan mencari
Cian Bu Ong dan mencoba untuk membunuhnya,
dan engkau jangan mencampurinya lagi. Juga
kuperingatkan bahwa subo amat benci kepada pria
sebagai akibat perbuatan Cian Bu Ong, maka
kalau ia bersikap tidak manis kepadamu, jangan
menyalahkan aku."
Thian Ki memandang dengan wajah berseri.
Hatinya merasa gembira bukan main, bukan hanya
karena dia diperbolehkan melakukan perjalanan
bersama gadis itu, melainkan terutama sekali
karena dia diberi kesempatan untuk melakukan
sesuatu demi kebaikan gadis itu dan hal ini tentu
saja dapat mengobati penyesalannya terhadap diri
sendiri yang mengakibatkan Cin Cin kehilangan
tangan kirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak biasa menyalahkan orang lain Cin
Cin. Aku lebih suka menyalahkan diriku sendiri
daripada menimpakan kesalahan kepada orang
lain."
"Baiklah, kalau begitu mari kita berangkat.
Perjalananan kita cukup jauh."
Thian Ki bertanya di mana Tung-hai Mo-li tinggal
dan ketika mendengar bahwa guru Cin Cin tinggal
di pantai timur, dia berkata, "Ah, kalau begitu,
perjalanan kita akan melewati dusun Hong cun di
tepi Huang-ho. Kita dapat singgah di rumah Paman
Si Han Beng, karena aku harus menemui paman Si
Han Beng berdua!"
"Maksudmu Paman Si Han Beng Si Naga Sakti
Sungai Kuning?" tanya Cin Cin heran dan
teringatlah ia betapa tadinya, kakeknya menyuruh
Lai Kun mengantarnya kepada pendekar itu untuk
menjadi muridnya.
"Benar, siapa lagi kalau bukan dia?"
"Hem, kalau saja Paman Lai Kun tidak
berkhianat dan tidak menjualku di tengah
perjalanan, agaknya sekarang aku telah menjadi
murid pendekar besar itu. Tapi, mau apakah kita
singgah ke sana, Thian Ki?" Perasaan hati Cin Cin
tidak nyaman juga mendengar mereka akan
singgah di rumah suami isteri pendekar yang
namanya terkenal di dunia persilatan itu.
"Cin Cin, Paman Si Han Beng adalah adik angkat
mendiang ayahku, maka dapat dianggap dia
keluarga kami sendiri, akan tetapi bukan itu yang
penting. Aku harus menghadap suami isteri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar itu, karena hanya mereka berdua saja
yang akan mampu memberi petunjuk kepadaku
agar aku terbebas dari cengkeraman racun di
tubuhku."
Cln Cin membelalakkan matanya yang indah.
Semua perasaan penasaran dan tak senang kepada
Thian Ki agaknya sudah terhapus dan ia sudah
pulih kembali seperti sebelum tangannya buntung.
"Aihh, engkau ini sungguh aneh, Thian Ki! Aku dan
semua orang tentu akan senang sekali jika dapat
menjadi anak beracun sepertimu. Tidak akan
terkalahkan oleh siapapun juga! Akan tetapi
engkau malah ingin membuang racun itu dari
tubuhmu. Bagaimana ini?"
Thian Ki tersenyum dan apa yang dia pikirkan
saat itu keluar dari mulutnya, "Ah, engkau
mengingatkan aku kepada Kui Eng. Iapun ingin
menjadi beracun seperti aku!"
"Kui Eng? Siapa itu? Seorang gadis.....?"
"Engkau sudah pernah bertemu dengannya,
bahkan bertanding dengannya. Ia adalah adik
tiriku dan sumoi-ku."
"Ahh, puteri Cian Bu Ong itu? Akan tetapi,
kukira bukan hanya aku dan ia yang ingin menjadi
beracun sepertimu. Setiap orang ahli silat akan
merasa bangga sekali kalau......"
"Ah, engkau hanya memperhitungkan enaknya
saja, tidak mau tahu tentang tidak enaknya. Cin
Cin. Bayangkan saja, dengan racun terkutuk ini,
tanpa disengaja aku telah membuat engkau
kehilangan tangan kirimu. Enakkah itu? Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang terkena begitu orang jahat atau musuh,
masih mending, akan tetapi kalau orang sendiri?
Selain itu, dengan keadaan seperti aku ini, aku
tidak.. .tidak.........boleh menikah."
Kembali mata yang indah itu terbelalak, kini
terkejut. "Ehh! Kenapa begitu?"
"Karena, kalau aku menikah......" Thian Ki agak
tergagap karena bicara tentang pernikahan
membuat dia enggan dan malu. ".....wanita yang
menikah dengan aku akan mati keracunan."
"Ahhh........!" Kini Cin Cin memandang kepada
Thian Ki dengan mata terbelalak, dan sinar
matanya yang tadinya terkejut, perlahan-lahan
mengandung sinar iba. "Kalau begitu.......engkau
seperti kena kutuk...... "
"Begitulah, maka aku harus berusaha
menghilangkan pengaruh racun ini dari tubuhku.
Mendiang nenek yang menjadikan aku anak
beracun juga tidak mampu melenyapkan racun ini,
dan menurut keterangannya, yang mampu hanya
orang-orang yang memiliki kesaktian tinggi, seperti
Pek I Tojin guru Paman Si Han Beng dan Hek Bin
Hwesio guru Bibi Bu Giok Cu. Bahkan menurut
mendiang nek, mungkin saja suami isteri pendekar
itu sendiripun sudah cukup untuk dapat
melenyapkan racun dari tubuhku."
"Ah, kalau begitu, memang perlu sekali singgah
ke sana, Thian Ki! Engkau harus disembuhkan.
Mari kita berangkat, akupun ingin bertemu suami
isteri pendekar yang dipilih kakek untuk menjadi
guruku itu, dan aku ingin bicara dengan mereka
tentang murid mereka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat gadis itu bangkit lalu melangkah pergi,
Thian Ki juga mengikutinya. Mereka berjalan
keluar dari jalan simpangan itu, menuju ke jalan
besar yang masih sunyi.
"Cin Cin, kau tadi menyinggung tentang murid
Huang-ho Sin-liong? Siapakah dia?"
"Thian Ki, ingatkah engkau kepada The Siong
Ki?"
"The Siong Ki, siapakah itu? Aku tidak ingat
nama itu."
"Dia teman kita bermain-main ketika engkau
dan orang tuamu datang berkunjung ke Hek-houwpang
dulu itu. Dia putera supek The Ci Kok...."
"Ahhh, anak yang jangkung dan yang........eh
telinganya kecil itu?"
Cin Cin tersenyum dan Thian Ki terpesona. Baru
sekarang dia melihat gadis ini tersenyum dan
seolah-olah matahari baru muncul dari balik awan
mendung yang tebal, mengusir semua kegelapan
dan kemuraman!
"Benar dia, Thian Ki. Aih, betapa aku selalu
menggodanya dan mengatakan dia bertelinga tikus,
dan dia marah-marah." Gadis itu kini tersenyum
lebar sehingga nampak sedikit deretan giginya yang
putih dan rapi, juga lekuk-lekuk di kedua pipinya
nampak, membuat wajah itu menjadi manis sekali.
"Jadi dia yang menjadi murid Paman Si Han
Beng? Ah, tentu dia lihai sekali dan di mana
engkau bertemu dengan dia, Cin Cin?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia memang lihai, akan tetapi kiraku aku masih
mampu menandinginya. Kau tahu, dua kali aku
bertemu dengan dia, dan dua kali pula aku sempat
bertanding dengannya, walau hanya beberapa
jurus saja." Cin Cin lalu menceritakan tentang
pertemuannya dengan Siong Ki di Hek-houw-pang.
Kemudian yang ke dua kalinya ketika ia membela
ibu kandung dan ayah tirinya yang hampir celaka
di tangan Siong Ki.
'Penyerangannya terhadap ibuku itulah yang
membuat hatiku merasa penasaran dan aku akan
sampaikan kepada Huang-ho Sin-liong dan
isterinya! Kalau dia berada di sana, aku akan
menegur langsung dan menantangnya!"
"Aih, Cin Cin. Bagaimanapun juga, antara
engkau dan dia masih ada hubungan
persaudaraan lewat Hek-houw-pang, kenapa
urusan kecil dibesar-besarkan?"
"Urusan kecil? Kalau dia menyerang ayah tiriku
karena dia menganggap ayah tiriku dahulu
membantu Cian Bu Ong menyerbu Hek-houw-pang
yang mengakibatkan supek The Ci Kok tewas, hal
itu masih biasa dan aku tidak akan
mencampurinya. Akan tetapi melihat ayah tiriku
dalam bahaya, tentu ibuku membela dan Siong Ki
telah berani melukai pangkal lengan kanan ibuku!
Kalau aku tidak muncul di saat itu, siapa tahu dia
akan membunuh ibuku pula. Hemm, kalau dia
berada di rumah Huang-ho Sin-liong, aku akan
beberkan semua ini dan kalau dia tidak mau
mengakui kesalahannya dan minta maaf, aku akan
menantangnya, membalaskan ibuku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki menghela napas panjang. Dia tahu Cin
Cin menjadi seorang gadis yang keras karena
gemblengan hidup sejak kecil, yang teramat pahit.
Akan tetapi pada dasarnya, ia seorang gadis yang
baik hati. Dan memang Siong Ki keterlaluan kalau
berani melukai ibu gadis ini.
"Aku yakin bahwa Paman Si Han Beng dan
isterinya, suami isteri pendekar yang bijaksana itu
akan dapat mengambil tindakan kalau memang
murid mereka bersalah. Huang-ho Sin-liong
terkenal bukan saja karena kelihaiannya, akan
tetapi juga kegagahan dan kebijaksanannya." Dia
menghibur dan sebentar saja, wajah Cin Cin yang
tadinya keruh kini menjadi jernih dan cerah
kembali. Mereka melanjutkan perjalanan dan
benar saja seperti dugaan dan harapan Thian Ki,
setelah melakukan perjalanan dua tiga hari saja,
gadis itu menjadi seorang kawan yang akrab,
lincah dan selalu bergembira.
-ooo0dw0ooo-
Bukan hanya Pangeran Tua Li Siu Ti, yaitu
paman dari Pangeran Li Si Bin yang kini menjadi
Kaisar Tung Tai Cung menggantikan ayahnya saja
yang pernah memberontak sehingga dihukum mati
seluruh keluarganya, juga pada awal Kerajaan
Tang itu, telah berulang kali terjadi perebutan
kekuasaan di antara para pangeran dan keluarga
Kaisar.
Pendiri Kerajaan Tang, sesungguhnya adalah
Pangeran Li Si Bin, walaupun sebagai kaisar
pertama, yang diangkat adalah ayahnya, yaitu Li
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Goan, yang tadinya kepala daerah Shansi dan yang
berjuluk Kaisar Tang Kao Cu (618 - 627). Semenjak
Kerajaan Tang berdiri, sudah berulang kali terjadi
perebutan kekuasaan, namun semua kerusuhan
itu dapat dipadamkan oleh Pangeran Li Si Bin yang
sejak mudanya memang merupakan seorang yang
gagah perkasa, pandai ilmu silat dan ilmu perang
juga amat bijaksana.
Ketika Pangeran Li Si Bin menjadi Kaisar Tang
Tai Cung menggantikan ayahnya, Kaisar Tang Tai
Cung (627 - 649) dengan penuh semangat
membangun Kerajaan Tang sehingga menjadi
semakin kuat dan makmur. Dia menjadi kaisar
dalam usia duapuluh enam tahun dan sepuluh
tahun kemudian, kerajaan Tang berkembang
menjadi Kerajaan yang kuat dan diakui oleh para
negara tetangga.
Akan tetapi, setelah para pangeran putera Kaisar
Tang Tai Cung mulai dewasa, kembali terjadi gejala
persaingan dan perebutan kekuasaan di antara
para pangeran itu! Hal ini membuat Kaisar Tang
Tai Cung menjadi pusing dan marah. Sudah ada
beberapa orang pangeran, putera-puteranya
sendiri, terpaksa diasingkan ke perbatasan barat
dan utara, karena mereka saling bermusuhan
memperebutkan kedudukan sebagai pangeran
mahkota. Akhirnya, Kaisar memilih Pangeran Li
Hong yang berwatak pendiam, tidak pernah ikut
bersaing memperebutkan kedudukan, seorang
pangeran yang tampan, namun tidak cerdik dan
bahkan wataknya lemah. Selain itu, kelemahan
menyolok dari Pangeran Li Hong adalah wataknya
yang mata keranjang. Kaisar Tang Tai Cung tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan hal ini, dan dia merasa prihatin sekali. Akan
tetapi tidak ada pilihan lain! Kalau dia mengangkat
seorang di antara putera-puteranya yang saling
bermusuhan karena memperebutkan kedudukan
menjadi pangeran mahkota, pasti akan timbul
pertentangan dan bentrokan hebat, terjadi
perpecahan di antara keluarganya sendiri. Dia
berusaha untuk menggembleng pangeran mahkota
itu dengan mengundang guru-guru silat maupun
sastra. Akan tetapi, memang Pangeran Mahkota Li
Hong tidak berbakat, juga kurang semangat, maka
dalam kedua macam ilmu itupun dia sama sekali
tidak mendapatkan kemajuan.
Kwa Bi Lan, yang menjadi selir Kaisar Tang Tai
Cung semenjak kaisar masih Pangeran Li Si Bin,
melihat semua perkembangan ini. Ia sendiri sama
sekali tidak tertarik akan urusan pemerintahan.
Kalau ia sampai mau menjadi selir pangeran yang
kini menjadi kaisar, hal itu sama sekali bukan
karena ia berambisi untuk memperoleh kedudukan
dan kemuliaan. Sama sekali tidak! Ia seorang
wanita yang berjiwa pendekar dan ketika ia sebagai
seorang janda muda tanpa anak menerima
pinangan Pangeran Li Si Bin adalah karena
memang tertarik dan kagum kepada pangeran yang
perkasa itu. Akan tetapi, setelah pangeran itu
menjadi kaisar, sebagian besar waktu dan
perhatian Kaisar Tang Tai Cung dikerahkan untuk
urusan pemerintahan, untuk mengemudikan
pemerintahan dan memakmurkan negara. Mulailah
Kwa Bi Lan mulai kesepian dan kehidupan di
dalam istana itu dirasakannya menyiksa jiwanya
yang biasanya bertualang dan bebas. Apalagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika Kaisar Tang Tai Cung tergila-gila kepada
seorang dayang baru yang bernama Bu Couw Hwa,
kaisar itu tidak lagi pernah datang berkunjung
kepadanya, baik untuk bermalam di kamarnya
atau untuk berbincang-bincang.
Hong Lan atau Lan Lan, yang kini menjadi puteri
Istana dengan nama Li Hong Lan, dapat merasakan
kedukaan ibunya. Ia telah menjadi seorang gadis
berusia delapanbelas tahun yang lincah jenaka,
cantik jelita dan juga pandai ilmu silat, sastra dan
seni!
Ia menjadi seorang puteri yang dicinta oleh
semua penghuni istana, dari kaisar sampai kepada
dayang dan thai-kam (orang kebiri). Bahkan para
guru silat yang atas perintah kaisar mengajarkan
silat kepadanya juga amat sayang kepada murid
yang berbakat ini. Para pangeranpun, yang tentu
saja tahu bahwa Hong Lan adalah seorang anak
bawaan Kwa Bi Lan dan bukan puteri kandung
kaisar, juga menganggap Lan Lan sebagai adik
mereka sendiri dan bersikap menyayang
kepadanya. Namun, semua ini tidak membuat Lan
Lan menjadi manja atau besar kepala. Ibunya
selalu menekankan watak yang sederhana dan
rendah hati, dan ibunya selalu mengingatkan agar
ia tidak menjadi seorang gadis sombong, dengan
menceritakan bahwa ibunya dahulu seorang gadis
dari rakyat biasa. Akan tetapi, Kwa Bi Lan tidak
pernah menceritakan bahwa Lan Lan bukan puteri
kandung kaisar, walaupun ia tahu bahwa hal ini
kelak tidak akan dapat ditutupi lagi dan pasti
suatu hari Lan Lan akan mendengar sendiri bahwa
ia bukan anak kandung kaisar, melainkan ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya yang menjadi selir kaisar setelah menjadi
janda. Biarlah ia kelak mengetahui bahwa ia bukan
anak kandung kaisar, akan tetapi ia tidak akan
pernah tahu bahwa ia bukan anak kandungku,
pikir Kwa Bi Lan dan kalau sudah memikirkan hal
ini, hatinya meraasa cemas dan khawatir.
Bagaimanapun juga, Pendekar Naga Sakti Sungai
Kuning dan isrerinya adalah suami isteri pendekar
yang sakti, dan bukan tidak mungkin suatu waktu
mereka muncul menuntut kembalinya anak
mereka itu.
Pada suatu pagi, Hong Lan telah berada di
taman samping istana yang biasanya sunyi dan
berlatih silat pedang seorang diri di tempat latihan
yang dibangun di tengah taman itu. Tempat itu
merupakan tempat terbuka, beratap tanpa dinding,
dengan lantai dari batu putih mengkilap, sebuah
ruangan kosong yang hanya berisi beberapa buah
bangku. Tempat ini amat menyenangkan untuk
duduk berangin-angin sambil menikmati
keindahan taman, juga amat tepat untuk berlatih
silat, tempat berteduh dari panas atau hujan.
Sungguh mengagumkan sekali melihat Hong Lan
berlatih silat pedang di tempat itu. Dara berusia
delapanbelas tahun ini memang cantik manis dan
karena suka berolah raga, maka tubuhnya padat
dan indah. Ketika ia bermain silat pedang,
gerakan-gerakannya selain lentur dan cepat, juga
indah seperti seorang penari yang ahli. Namun di
balik keindahan ini terkandung bahaya bagi
lawannya. Pedang itu kadang berdesing-desing
suaranya, kadang tidak bersuara seperti angin
lalu, adakalanya tidak nampak pedangnya, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak bayangan putih bergulung-gulung,
adakalanya pula nampak pedang seperti berubah
menjadi puluhan batang banyaknya. Puteri ini
memang hebat, sejak kecil sudah suka sekali
mempelajari ilmu silat, tekun dan berbakat
sehingga seluruh kepandaian silat yang dikuasai
ibunya, telah dikuasainya semua, bahkan ia masih
menerima pelajaran dari guru-guru silat istana
sehingga dalam usia delapan belas, ia bahkan lebih
lihai dibandingkan ibunya.
Biasanya, kalau berlatih silat di tempat itu, Hong
Lan ditemani ibunya, atau gurunya yang lain. Ia
tidak begitu suka bergaul rapat dengan saudarasaudara
tirinya, yaitu para pangeran, melihat
betapa di antara para pangeran itu terdapat
persaingan dan permusuhan karena
memperebutkan kekuasaan. Ia tahu pula bahwa
hampir semua pangeran mempunyai jagoan
masing-masing, mempunyai pengikut masingmasing
yang hendak membonceng pengaruh dan
kedudukan pangeran, masing-masing
mengharapkan majikan mereka kelak
menggantikan kedudukan kaisar sehingga mereka
akan memperoleh bagian pula. Karena itu, Hong
Lan muak dengan keadaan itu dan iapun lebih
suka menyendiri. Hanya pangeran mahkota saja
yang dianggapnya benar-benar seperti kakaknya
sendiri, walau sikap kakak tirinya yang kadang
terlalu mesra dan terlalu dekat itu membuatnya
risi dan rikuh juga.
Namun, hanya Pangeran Li Hong, atau ketika
kecilnya disebut Li Ci, yang nampaknya tenangtenang
saja dan tidak mau bermusuhan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saudara-saudara tirinya untuk memperebutkan
kekuasaan. Diapun agaknya maklum bahwa
sebagai pangeran lebih muda, dia tidak akan
dipilih Akan tetapi kenyataannya, karena para
pangeran lain berlomba memperebutkan
kedudukan, Kaisar Tang Tai Cung bahkan memilih
dia menjadi Pangeran Mahkota, calon penggantinya
kelak kalau dia sudah tiada! Akan tetapi,
pengangkatan inipun agaknya disambut dengan
acuh saja oleh Pangeran Li Ci atau Li Hong. Dia
lebih suka bermain-main dengan para dayang dan
puteri, karena hanya kalau berdekatan dan bergaul
ramah, dengan wanita cantik sajalah hatinya dapat
merasa bahagia!
Akan tetapi pagi hari itu, Hong Lan berlatih
seorang diri. Ibunya masih tidur. Ia tahu bahwa
terjadi perubahan besar dalam sikap ibunya.
Dahulu, ibunya cekatan dan selalu bergembira,
akan tetapi akhir-akhir ini, ibunya lebih banyak
merenung dengan wajah murung. Bahkan di waktu
malam sering bergadang di dalam kamar, membaca
dan termenung saja, sehingga paginya agak
terlambat bangun. Juga ibunya malas berlatih
silat. Ia tahu penyebabnya. Ayahnya, Kaisar Tang
Tai Cung, selama beberapa bulan ini seperti
melupakan ibunya, tidak pernah datang
berkunjung untuk bermalam atau bercakap-cakap.
Itulah yang membuat, ibunya menjadi murung.
Dan Hong Lan juga tahu mengapa ayahnya tidak
pernah muncul. Ayahnya sedang tergila-gila
kepada seorang dayang muda cantik, dan selain
itu, juga ayahnya sedang tertarik akan ilmu gaib,
terutama yang ada hubungannya dengan ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat umur panjang! Ia mendengar bahwa
ayahnya mengadakan hubungan dengan seorang
tosu ahli ilmu gaib atau ilmu sihir, untuk
mempelajari ilmu membuat usia menjadi panjang,
bahkan kalau mungkin, dapat hidup selamanya
tidak dapat mati!
Tiba-tiba Hong Lan melompat dan menyelinap ke
balik rumpun bunga yang berdaun lebat. Ia
mendekam di balik semak-semak ini untuk
bersembunyi, karena lapat-lapat ia mendengar
suara orang menuju ke situ. Pada saat itu ia tidak
ingin diganggu orang lain, maka iapun
bersembunyi agar tidak ada yang melihatnya.
Ketika suara orang-orang itu semakin dekat,
ternyata yang melangkah perlahan-lahan adalah
ayahnya, Kaisar Tang Tai Cung dan seorang tosu
yang bertubuh tinggi bermuka merah. Hong Lan
tertarik dan hampir tidak bernapas, ia tahu bahwa
ayahnya adalah seorang yang lihai, dan ia
mendengar pula bahwa tosu inipun seorang sakti,
maka ia khawatir kalau sampai ia ketahuan. Dari
balik semak-semak, ia menghampiri mereka
berdua.
Ayahnya, Sribaginda Kaisar, sudah nampak tua,
padahal usianya belum ada limapuluh tahun.
Semua pertengkaran antara para pangeran
membuat kaisar ini banyak menderita sedih dan
jengkel, membuat kesehatannya mundur dan
garis-garis kepahitan menggores di wajahnya yang
tampan dan gagah. Tubuhnya masih nampak
kokoh dan gesit, akan tetapi ayahnya itu agaknya
sudah kehilangan gairah penuh semangat pada
pandang matanya yang kini nampak sayu. Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lan sudah mendengar akan pengaruh seorang tosu
ahli sihir atas diri ayahnya, akan tetapi belum
pernah ia melihat orangnya. Kini, melihat seorang
tosu dengan jubah longgar dan ada gambar patkwa
(segi delapan) simbol Im-yang (Positip Negatip)
di dada, segera ia dapat menduga bahwa tentu ini
tosu yang kabarnya berjuluk Im Yang Seng cu itu!
Seorang pria yang bertubuh tinggi tegap, lebih
tinggi sedikit daripada ayahnya, mukanya merah
dan kumis jenggotnya yang memutih itu jarang dan
pelipis wajahnya aneh, mulutnya terhias senyum
akan tetapi pandang matanya demikian dingin
tanpa perasaan! Mereka berdua melangkah
perlahan berdampingan dan tidak nampak ada
pengawal seorangpun. Memang ayahnya tidak
pernah mengajak pengawal kalau berjalan-jalan di
dalam lingkungan istana. Ayahnya adalah seorang
ahli silat yang tangguh, maka tidak membutuhkan
perlindungan pengawal. Ketika mereka tiba di
depan ruangan terbuka itu, mereka berhenti dan
Kaisar memberi isyarat agar mereka mengaso dan
duduk di bangku yang paling depan.
Hong Lan berada di belakang mereka, di balik
semak-semak, tidak dapat melihat wajah mereka,
namun dapat mendengarkan percakapan mereka
dengan jelas.
"To-tiang, berapa lama lagikah obat panjang usia
yang sedang kau buat itu? Kami sudah tidak sabar
menanti. Sudah dua bulan engkau membuatnya,
sampai sekarang belum juga selesai."
"Harap paduka bersabar, Sribaginda. Pembuatan
obat itu tidak mudah, harus makan waktu seratus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari. Bersabarlah kurang lebih sebulan lagi dan
pinto pasti akan menyerahkan obat itu kepada
paduka. Tentu saja keberhasilan usaha manusia
tergantung dari kehendak Langit dan Bumi, karena
hanya keselarasan Langit dan Bumi saja yang
dapat menghidupkan segala sesuatu. Yang wajib
kita lakukan, disamping usaha semampunya,
adalah menyerah kepada kekuasaan Sang Maha
Pencipta. Akan tetapi, yang merisaukan hati
hamba adalah hasil penelitian hamba terhadap
bintang-bintang di langit malam tadi. Cuaca cerah,
langit bersih dan tidak terganggu sinar bulan
sehingga bintang-bintang nampak jelas dan mereka
bicara banyak mengenai kerajaan paduka."
"Ahhh! Apa yang dikatakan bintang-bintang
terhadap kerajaan kami, to-tiang? Hatiku selalu
risau kalau memikirkan keadaan kerajaan, melihat
betapa tidak ada pangeran yang kuanggap cukup
bijaksana dan memenuhi syarat untuk menjadi
penggantiku. Beberapa orang puteraku yang
kuanggap cukup kuat dan pandai, ternyata berhati
bengkok dan saling bermusuhan, sehingga
terpaksa kami membuangnya keluar kota raja.
Hanya Pangeran Li Ci saja yang memiliki watak
baik, akan tetapi dia seorang laki-laki yang lemah
dan kurang semangat. Terpaksa, karena hanya
itulah satu-satunya jalan, kami mengangkatnya
menjadi Pangeran Mahkota. Bagaimana menurut
perhitungan semalam to-tiang? Kami ingin sekali
mengetahui nasib kerajaan kami."
"Sian-cai........! Nasib memang telah digariskan,
namun segalanya tergantung dari usaha kita,
karena yang kita ketahui hanyalah hasil atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagalnya usaha kita. Jalannya nasib merupakan
rahasia bagi kita, dapat dijenguk, namun tetap
tidak dapat dimengerti. Menurut perhitungan hasil
semalam melalui bintang-bintang, Kerajaan Tang
masih dapat berjaya dan bertahan sampai ratusan
tahun, sedikitnya tigaratus tahun lagi."
Kaisar memandang tosu itu dengan wajah
berseri. "Bagus! Terima kasih kepada Bumi dan
Langit yang akan mempertahankan keturunan
kami sampai tigaratus tahun!"
"Siancai..........! Bagaimanapun juga, tidak ada
hari cerah tanpa mendung, tidak ada siang tanpa
malam, tidak ada kemujuran tanpa diselingi
kemalangan. Hidup memang harus diisi gelap dan
terang, senang dan susah, dan demikian pula
dengan kerajaan paduka. Bahkan dalam waktu
satu keturunan saja, kekuasaan kerajaan akan
dipegang oleh orang lain marga, bukan marga Li
yang akan mengendalikan pemerintahan,
melainkan marga Bu."
"Apa........?!?" Ini tidak mungkin! Aku akan
bertindak!" teriak kaisar dengan marah.
"Siancai, siancai........! Harap paduka suka
menenangkan hati. Kemarahan dan kekhawatiran
hanya akan menimbulkan penyakit dan
mengganggu kesehatan paduka yang sudah
mundur, karena paduka banyak memusingkan
soal para pangeran. Tentu saja paduka berhak
untuk bertindak, justeru manusia dituntut untuk
bertindak dan berikhtiar, akan tetapi hendaknya
paduka tidak lupa akan hokum alam dan tidak
bertindak menuruti nafsu saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar menahan kemarahan hatinya. Biar
kepada tosu ini sekalipun, dia harus
merahasiakan, tindakan apa yang akan
diambilnya, maka diapun membelokkan
percakapan. "Bagaimana dengan putera mahkota?
Akan baikkah nasibnya dan mampukah dia
mengatur pemerintahan menggantikan kami?"
Tosu itu tersenyum. "Harap paduka jangan
khawatir. Menurut perhitungan bintang semalam,
bintang putera paduka itu cemerlang. Pangeran Li
Hong atau Li Ci kelak akan memerintah sampai
puluhan tahun dengan baik!"
"Aihh........ ! Luar biasa! Bagaimana mungkin
terjadi hal yang sebaik itu, padahal kami selalu
meragukan kemampuannya? Dia lemah dan tidak
cerdas, juga kurang semangat!"
"Sribaginda, kecakapan seseorang masih tidak
begitu besar pengaruhnya terhadap dirinya
melebihi pengaruh nasib. Sang Pangeran bernasib
baik sehingga beliau akan selalu memperoleh
pendukung dan pembantu yang setia dan baik, dan
karena bantuan inilah yang membuat dia dapat
berkuasa sampai puluhan tahun lamanya, dan
negara akan menjadi makmur dan tenteram, juga
agama berkembang pesat. Agama Buddha akan
memegang peranan penting dalam pemerintahan
putera paduka."
"Dan tadi kau katakan bahwa ada marga yang
Bu yang menguasai......"
"Harap paduka tenang saja. Kalaupun ada
marga yang memegang kendali pemerintahan,
bukan berarti bahwa marga Li tersingkir. Siapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu marga Bu malah yang menjadi pendamping
dan pembantu. Ini hanya Bumi dan Langit yang
tahu, dan Yang Maha Pengatur yang akan
mengatur semua itu. Usaha apapun yang kita
lakukan, tidak akan mampu mengubah ketentuan
yang telah digariskan, Yang Mulia."
"Hemm, aku khawatir sekali melihat kelemahan
Li Ci! Kalau saja aku diberi umur panjang, aku
akan dapat mencegah marga apapun juga
menguasai keturunanku! To-tiang, cepat
selesaikan obat panjang umur itu. Aku ingin hidup
seribu tahun lagi agar dapat menjaga kekuasaan
keturunanku!" Mereka bangkit dan berjalan pergi
perlahan-lahan.
Hong Lan tertegun di tempat persembunyiannya.
Diam-diam ia merasa ngeri, merasakan pergolakan
yang mempengaruhi suasana di istana. Perebutan
kekuasaan! Agaknya setiap orang di istana telah
kejangkitan penyakit itu. Berlomba untuk meraih
kekuasaan, persaingan, permusuhan dan
kebencian!
Manusia saling bermusuhan dan hal ini
berlangsung terus, agaknya sejak manusiamanusia
pertama diciptakan sampai sekarang!
Manusia saling bermusuhan, saling berlomba dan
berebut kekuasaan, berebutan harta. Mengapa
demikian? Semua ini adalah pengaruh iblis,
pengaruh setan yang hendak menguasai manusia.
Iblis mempergunakan daya-daya rendah yang ada
pada diri manusia untuk menyeret manusia agar
menyeleweng dari jalan hidup seperti yang
dikehendaki Tuhan Maha Pencipta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mungkin timbul pertanyaan: Apa dan bagaimana
yang dikehendaki Tuhan itu dan bagaimana kita
dapat menentukan bahwa itu adalah kehendak
Tuhan? Menjawab pertanyaan seperti ini hanya
mengandalkan pikiran adalah tidak mungkin, atau
jawaban itu hanya akan menimbulkan perdebatan
dan pertentangan belaka. Untuk menjawab
pertanyaan di atas, menimbulkan pertanyaan lain
tentang ada dan tidaknya Tuhan! Inipun bukan
suatu pertanyaan untuk dijawab oleh otak kita.
Ada atau tidaknya Tuhan merupakan kepercayaan
atau ketidak percayaan saja, karena tidak mungkin
membuktikan keberadaan Tuhan melalui pancaindera.
Namun kekuasaan Tuhan dapat
dibuktikan. Seluruh jagad mayapada beserta
semua isinya ini, jelas ada, dapat dilihat, didengar
dan dicium. Kalau ada, tentu ada yang
mengadakannya! Nah, Yang Mengadakan inilah
yang kita sebut Tuhan! Kekuasaan Tuhan nampak
jelas di mana-mana, bahkan dalam diri kita
sendiri. Dari setiap helai bulu di tubuh kita,
rambut dan kuku, semua itu tumbuh tanpa kita
tumbuhkan. Jadi, ADA yang menumbuhkan, dan
inilah kekuasaan Tuhan! Kemampuan lalat dan
burung terbang di udara, kemampuan ikan hidup
di air, cacing di dalam tanah, semua itu karena
kekuasaan Tuhan yang mengaturnya. Dan
kekuasaan itu kita namakan HIDUP atau
kehidupan.
Lalu, bagaimana kita dapat menentukan bahwa
semua itu merupakan kekuasaan Tuhan?
Siapakah Tuhan? Pria atau wanita? Satu ataukah
banyak? Dimana tempat tinggalnya? Semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertanyaan otak atau pikiran ini sama sekali tidak
tepat untuk dijawab. Nama bagi Yang Maha Kuasa
atau Maha Pencipta itu hanyalah sebutan yang kita
pakai saja menurut bahasa masing-masing.
Kekuasaan Tuhan berada di manapun juga, dan
kekuasaanNya bekerja melalui sinar matahari,
udara, air, api, tanah sehingga memberi
kehidupan. Pikiran tidak mungkin mengukur
kebesaran Tuhan! Tidak mungkin dapat
membayangkan. Kita ini merupakan satu di antara
mahluk ciptaan Tuhan. Walaupun merupakan
mahluk yang paling lengkap dan sempurna,
berikut hati dan pikiran, dilengkapi akal budi,
namun tetap saja serba terbatas. Mata kitapun
terbatas, tidak dapat melihat benda yang lebih
lembut daripada ukuran mata. Pendengaran,
penciuman, juga hati akal pikiran, semua terbatas.
Bagaimana mungkin yang serba terbatas ini
mengukur YANG TIDAK TERBATAS?
Pikiran ini hanyalah gudang yang isinya hanya
tumpukan pengalaman. Kita hanya dapat
mengenal hal-hal atau sesuatu yang pernah kita
kenal, kita ketahui. Kalau kita disuruh mencari
seseorang, tentu pikiran mencari-cari dalam
gudang itu dan mencari-cari bayangan orang itu.
Kalau kita pernah bertemu dengannya, pernah
mengenalnya atau mengetahui bagaimana
rupanya, siapa namanya, tentu kita dapat
mencarinya.
Akan tetapi bagaimana kita dapat mencari
seseorang yang sama sekali tidak kita ketahui, tak
pernah kita kenal, baik rupanya, namanya atau
tempat tinggalnya? Tidak mungkin, bukan? Baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari orang yang tidak kita kenal saja, tidak
mungkin. Bagaimana pikiran ini, yang hanya
merupakan gudang benda-benda lapuk, dapat
menemukan atau mencari Tuhan? Yang akan kita
temukan tentulah Tuhan yang sudah terbentuk
dalam pikiran kita, gambaran yang kita dapat
tentang Tuhan, dan jelas bahwa yang kita temukan
itu hanyalah sebuah bayangan belaka dari anganangan
kita sendiri. Baru membayangkan bentuk
udara, bentuk api, atau bentuk air saja sudah
tidak mungkin bagi kita. Yang dapat kita
bayangkan adalah bentuk air dalam wadahnya,
bentuk api dalam nyalanya, bentuk udara dalam
tekanannya. Apalagi membayangkan bentuk Yang
Maha Pencipta, yang menciptakan semua itu!
Tidak mungkin!
Disini letaknya peran dari iman. Tuhan hanya
dapat disentuh dengan iman! Dengan kesadaran
bahwa Tuhan itu Ada karena kekuasaannya ada
dan terbukti. Dan kalau sudah begitu, keimanan
membawa kita kepada kepercayaan akan wahyu
Tuhan yang dilimpahkan kepada manusia melalui
manusia pula, manusia yang sudah dipilihnya,
untuk memimpin manusia agar menjauhi
kejahatan dan melakukan kebajikan. Melakukan
kebaikan dalam kerukunan bersama antar
manusia untuk mempertahankan keberadaan
manusia. Dan kebaikan inilah yang kita terima
sebagai kehendak Tuhan!
-ooo0dw0oooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Jilid 27
Atau, kalau ada manusia dilahirkan di tempat di
mana belum ada peradaban, belum ada pengertian
tentang wahyu dinamakan agama, tetap saja
manusia memiliki kesadaran akan adanya
kekuatan yang berada di luar batas
kemampuannya. Manusia, dari pengalamannya,
akan mengakui adanya kekuasaan yang lebih
tinggi, di luar jangkauan akal pikiran manusia,
kekuasaan yang akan menghukum manusia
melalui bencana alam dan sebagainya.
Sampai lama Hong Lan termenung di tempat
persembunyiannya. Sekarang ia mengerti mengapa
ayahnya selama ini nampak murung dan tidak
bergairah. Kiranya ayahnya sedang bingung
memikirkan keadaan kerajaannya, keadaan
keluarganya. Para pangeran, kakak-kakaknya,
agaknya tidak membuat hati ayahnya menjadi
senang. Dua orang kakaknya telah dihukum buang
karena saling bermusuhan memperebutkan
kekuasaan, berlomba ingin dipilih menjadi putera
mahkota. Dan Pangeran Li Ci atau Li Hong,
kakaknya yang kini berusia duapuluh tahun itu,
agaknya juga tidak memuaskan hati ayahnya. Dan
iapun tidak merasa heran. Kakaknya itu, pangeran
Li Ci, adalah seorang pangeran yang baik hati,
lembut dan ramah, juga sedikitpun tidak pernah
memperlihatkan keinginannya untuk menjadi
pangeran mahkota. Akan tetapi diapun malas
belajar silat atau sastra. Kegemarannya hanya
bermain-main, bersenang-senang, dan suka sekali
bergaul dengan para dayang dan selir Sri baginda.
Baik hati dan lembut, namun kurang semangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bahkan agak bodoh, tidak memiliki pendirian
tegas dan tidak jantan. Orang seperti kakaknya itu,
bagaimana mungkin dapat menggantikan ayahnya
yang bijaksana, adil, keras dan tegas sebagai
kaisar.!
Kedua kakaknya yang lain lebih bersemangat,
juga gagah, akan tetapi semangatnya begitu
berlebihan, sehingga ambisi mereka terlalu besar.
Mereka tidak segan untuk saling berebutan agar
dapat menjadi pangeran mahkota, menimbulkan
kerusuhan bahkan tidak segan menentang ayah
sendiri sehingga akhirnya mereka dihukum buang!
Hong Lan keluar dari tempat persembunyiannya
dan berjalan-jalan di dalam taman menuju ke
hutan kecil yang menembus ke istana bagian
puteri. Ia merasa lelah sehabis berlatih silat tadi,
ingin mandi segar lalu sarapan. Akan tetapi tibatiba
ia menyelinap lagi, bersembunyi di balik
semak bunga yang lebat, dan mengintai.
Ia melihat kakaknya. Pangeran Li Ci, sedang
berjalan dengan santai, bergandeng tangan dengan
seorang dayang yang amat cantik manis. Ia
mengenal dayang itu sebagai dayang baru yang
didesas-desuskan menjadi kekasih ayahnya.
Dayang itu bernama Bu Couw, akan tetapi setelah
menjadi kekasih kaisar, diberi nama indah Mei
Ling. Bu Mei Ling! Wanita cantik jelita yang masih
muda sekall, bahkan masih kekanak-kanakan,
berusia tujuhbelas tahun, nampak mesra sekali
dengan kakaknya, Pangeran Li Ci. Mereka jalan
bergandengan tangan sambil bercakap-cakap,
sikap mereka seperti dua orang anak-anak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang bermain-main. Mereka berjalan menuju ke
sebuah pagoda kecil di sudut taman dan di sana
mereka bermain, berlarian saling kejar seperti dua
orang kanak-kanak. Hong Lan merasa hatinya
panas bukan main. Sungguh keterlaluan sekali.
Menjadi kekasih ayahnya, sekarang bermesraan
dengan putera ayahnya, wanita macam apa itu.?
Dan iapun sesalkan sikap kakaknya. Begitu mata
keranjangkah kakaknya sehingga dia berani
bermain gila dengan kekasih ayahnya, yang
biarpun belum resmi, dapat dibilang ibu tirinya
juga?
Hong Lan ingin keluar dari tempat sembunyinya
dan ingin langsung saja menemui kakaknya dan
menegurnya, akan tetapi belum sampai ia bangkit,
ia sudah menyusup kembali ketika melihat dua
orang menyelinap dari balik batang pohon besar.
Mereka adalah thai-kam (laki-laki kebiri) atau sidasida
(kasim) bertubuh gendut dan seorang wanita
yang melihat pakaiannya tentulah seorang pelayan.
Melihat gerakan mereka, jelas bahwa keduanya
memiliki kegesitan dan ketangkasan. Hong Lan
mengenal wanita berusia tigapuluhan tahun itu,
maka ia menduga bahwa wanita itu tentulah
seorang pelayan di luar keputrian, mungkin
pelayan seorang pangeran tua, yaitu para saudara
dari kaisar yang banyak tinggal di lingkungan
istana. Sikap mereka mencurigakan karena mereka
tadi juga melakukan pengintaian terhadap
Pangeran Li Ci dan dayang Bu Mei Ling itu. Dan
agaknya mereka sudah lebih dahulu mengintai,
karena dia tadi tidak melihat gerakan mereka. Kini
keduanya melangkah dan kebetulan berhenti tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh dari tempat ia bersembunyi, sehingga dapat
mendengarkan percakapan mereka.
"Lihat itu, pangeran selemah itu, sungguh tidak
menguntungkan kalau kelak menjadi kaisar," kata
sida-sida itu yang dikenal Hong Lan sebagai
seorang di antara pelayan di istana bagian puteri.
"Karena itu, Pangeran Li Seng Cun hendak
membimbingnya. Di bawah bimbingan Yang Mulia
Pangeran Li Seng Cun, tentu pemerintahan akan
menjadi kuat dan baik sekali. Sudahlah, kita tahu
betapa lemahnya Pangeran Li Ci, tidak perlu
dibicarakan lagi. Yang penting, aku diutus untuk
minta penjelasan yang meyakinkan, malam ini
baginda akan bermalam di kamar mana?"
"Masih sepagi ini, bagaimana dapat ditentukan?
Biasanya, nanti sehabis makan malam, Sribaginda
akan menentukan pilihannya di antara selir dan
dayang."
"Bagaimana dengan dayang baru yang kabarnya
menjadi kekasih beliau itu?" wanita itu menunjuk
ke arah pagoda di mana tadi Pangeran Li Ci dan
dayang Bu Mei Ling bermain-main.
"Agaknya Sribaginda kini mulai melupakannya
dan lihat saja, ia sudah mulai bermain gila dengan
pangeran mahkota."
"Wanita itu yang akan pertama-tama menerima
hukuman mati kalau rencana majikanku berhasil.
Kalau begitu, malam nanti aku akan datang lagi
untuk minta berita terakhir darimu. Pangeran Li
Seng Cun sudah mempersiapkan segalanya,
katakana saja di mana malam ini Sribaginda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermalam dan tengah malam nanti segalanya akan
beres." Suara wanita itu terdengar dingin.
"Tapi......aku.........aku takut terbawa-bawa.."
Thai-kam itu berkata dengan suara agak gemetar.
"Bodoh kamu! Apa yang perlu ditakuti dan siapa
akan menyangka bahwa engkau terlibat dalam
urusan pembunuhan ini.? Bagaimanapun juga,
engkau sudaah terlibat dan sekali aku membuka
mulut, engkau akan ditangkap!"
"Ehh.....ohh.... jangan begitu....."
"Kalau begitu, laksanakan baik-baik semua
perintah ini, dan malam nanti aku harus sudah
dapat mengetahui di mana malam ini Sribaginda
tidur!" Setelah berkata demikian, dua orang itu
berpisah dan pergi meninggalkan taman.
Hong Lan tertegun dan sampai lama termenung,
tidak begitu mengerti apa sesungguhnya yang
direncanakan dua orang itu tadi. Yang jelas,
mereka merencanakan sesuatu! Mereka ingin tahu
di mana malam ini ayahnya bermalam, di kamar
mana dan dengan selir yang mana. Dan yang
membuat ia merasa ngeri adalah ucapan wanita
tadi yang menyebut tentang pembunuhan! Siapa
yang akan dibunuh dan mengapa?
Ketika melihat kakaknya, Pangeran Li Ci
nampak kembali bergandeng tangan dengan Bu
Mei Ling, Hong Lan mengerutkan alisnya. Sungguh
tidak pantas! Ia merasa penasaran dan marah, lalu
keluar dari balik semak dan langsung saja ia
melangkah dan menyongsong kakaknya. Melihat
munculnya Hong Lan, dua orang muda yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agaknya dimabok cinta itu saling melepaskan
gandengan tangan mereka dan Bu Mei Ling
menekuk kedua lututnya sambil memberi hormat.
Bagaimanapun juga, ia masih berkedudukan
sebagai dayang, dan gadis di depan adalah puteri
kaisar.
"Tuan puteri......" katanya dengan suara yang
merdu.
Hong Lan mengerutkan alisnya. Ia tidak dapat
menyalahkan dayang itu karena ia tahu benar
bagaimana kedudukan seorang dayang di istana.
Seolah seorang gadis dayang tidak kuasa atas
dirinya sendiri lagi, harus patuh dan taat
diperlakukan bagaimanapun oleh kaisar dan
keluarganya. Kalau kaisar atau pangeran
menghendaki dirinya, tak seorang dayangpun
berani menolak atau membantah, karena itu
berarti hukuman mati! Ketidak-senangan hatinya
lebih diarahkan kepada kakaknya.
"Engkau pergilah, aku hendak bicara berdua
dengan kanda pangeran!" katanya ketus. Dayang
itu memberi hormat lalu pergi dengan patuh.
Setelah dayang pergi, baru Hong Lan berani
mengeluarkan sikap kemarahannya kepada
Pangeran Li Ci. "Kakanda pangeran, sungguh tidak
pantas yang kau lakukan ini!"
Pangeran Li Ci mengerutkan alisnya,
memandang kepada adiknya dengan pandang mata
merah. "Lan Lan, apa yang kau maksudkan dengan
kata-kata teguran yang tidak pada tempatnya ini?"
Dia marah dan heran sekali mengapa adiknya ini
berani menegurnya seperti itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakanda pangeran, pantaskah pergaulanmu
yang terlalu akrab dengan dayang itu? Apakah
kakanda pura-pura tidak tahu bahwa ia itu
merupakan dayang kesayangan ayah, dan biarpun
belum resmi, ia telah menjadi kekasih dan calon
selir ayah? Berarti, ia adalah ibu tiri kita! Dan
kakanda masih bergaul demikian mesranya, seperti
sepasang kekasih saja! Bagaimana kalau sampai
ayah mengetahui akan hubungan itu? Sungguh
tidak pantas sekali."
Wajah pangeran itu berubah merah sekali dia
memandang kepada adiknya dengan sepasang
mata berapi-api. "Hong Lan!" Pangeran itu
menudingkan telunjuknya kepadanya. "Agaknya
sikap menyayang dan baikku terhadapmu selama
ini membuat engkau menjadi keras kepala, manja
dan kurang ajar! Engkau anak kecil tahu apa,
berani mencampuri urusan pribadiku?"
"Kakanda Pangeran, aku bersikap begini demi
kebaikanmu sendiri! Aku tidak ingin melihat
engkau dimarahi ayahanda Sri baginda!"
"Cukup! Engkau tidak berhak bicara tentang
urusan pribadiku!"
"Kakanda, kenapa tidak berhak? Bukankah aku
ini adikmu pula, satu ayah walau berlainan ibu
Aku berhak......."
"Cukup! Engkau memang tidak mengenal budi.
Semestinya, sikapku yang menganggapmu seperti
adik sendiri kaubalas dengan bantuan agar aku
dapat selalu berdekatan dengan wanita yang
kucinta tanpa gangguan. Bukan sebaliknya engkau
malah menentang dan mencela aku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong Lan terbelalak. "Kakanda Pangeran! Apa
yang kaumaksudkan? Tentu saja engkau harus
menganggap aku sebagai adik sendiri karena
memang aku ini adikmu, satu darah, satu marga.
Kita sama-sama anak dari Sribaginda, ayah kita!"
"Hemm, andaikata kusimpan juga rahasiamu,
suatu saat engkau pasti akan mendengar juga dari
orang lain. Yang keterlaluan adalah ibumu, kenapa
ia tidak memberi tahu secara terus terang saja
bahwa engkau bukan puteri kandung ayah? Bahwa
antara kita berdua sama sekali tidak ada
hubungan darah, tidak ada hubungan keluarga,
bahkan sebetulnya engkau tidak berhak memakai
she (marga) Li!"
Wajah Hong Lan menjadi pucat sekali. Ia
memandang kepada pangeran itu dengan mata
terbelalak. Andaikata yang berkata demikian itu
orang lain, tentu sudah diterjang dan dihantamnya
orang itu. Akan tetapi yang bicara adalah Pangeran
Li Ci, kakaknya yang biasanya bersikap ramah dan
baik kepadanya, menyayangnya dan baru sekarang
nampak marah karena merasa terganggu
kesenangan pribadinya tadi. Akan tetapi, apa yang
didengarnya dari ucapan pangeran itu bagaikan
pedang menusuk jantungnya. Ia bukan puteri
kandung kaisar.! Bagaikan disambar halilintar
rasanya dan diapun membalikkan tubuhnya lalu
lari seperti terbang meninggalkan taman itu,
memasuki istana mencari ibunya.
Melihat akibat ucapannya. Pangeran Li Ci
menghela napas panjang dan menggeleng
kepalanya. "Kasihan Hong Lan, akan tetapi sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waktu ia pasti akan mendengar juga. Ibunya harus
berterus terang kepadanya, ia anak baik....."
Sementara itu, Hong Lan menahan diri agar
tidak sampai menangis walau hatinya terasa resah
bukan main. Kalau bukan Pangeran Li Ci yang
bicara, mungkin ia tidak akan percaya sama sekali.
Akan tetapi ia tahu benar bahwa pangeran itu
adalah seorang yang tidak dapat berbohong,
bahkan terlalu jujur sehingga kadang nampak
bodoh sekali. Ia harus mencari ibunya, ia harus
bertanya dan memaksa ibunya untuk berterus
terang.!
Kwa Bi Lan terkejut sekali melihat kemunculan
puterinya yang meloncat begitu saja ke dalam
kamarnya dengan muka pucat, matanya
mencorong aneh. "Lan Lan.........!"
"Ibu, ibu harus mengatakan terus terang!" kata
gadis itu terengah-engah, seolah napasnya menjadi
sesak saking tegang hatinya. "Benarkah bahwa aku
bukan puteri kandung Sribaginda Kaisar?
Benarkah itu, ibu?"
Wajah Kwa Bi Lan juga berubah. Ia nampak
terkejut, lalu menghela napas panjang. Hal seperti
ini memang sudah ia khawatirkan akan terjadi
setiap waktu. Terlalu banyak orang istana
mengetahui bahwa ketika ia bekerja sebagai
komandan pasukan pengawal pribadi Kaisar, sejak
kaisar masih pangeran, ia telah membawa seorang
puteri, yaitu Hong Lan dan ketika ia menjadi selir,
anak itu diaku sebagai puteri kaisar. Biarpun ia
sudah menduga sekali waktu hal ini akan terjadi,
yaitu bahwa Hong Lan pasti akan mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia itu, ketika Hong Lan menuntut agar ia
berterus terang, ia merasa gelisah dan berat sekali.
"Lan Lan, siapakah yang mengatakan hal bohong
itu kepadamu?" Ia mencoba untuk menyangkal.
"Yang memberitahu adalah kakanda Pangeran Li
Ci, Ibu," kata gadis itu, matanya tak berkedip
menatap wajah ibunya.
"Tapi........dia biasa bersikap amat baik
kepadamu, kepada kita. Kenapa sekarang tiba-tiba
dia bicara seperti itu?" Kwa BI Lan termangu,
seperti bicara kepada diri sendiri.
"Aku memergoki dia sedang bermesraan dengan
dayang yang menjadi kekasih ayah seperti didesasdesuskan
orang, yang bernama Bu Mei Ling itu,
bu. Aku menegur kakanda pangeran dan dia
marah lalu mengatakan bahwa aku tidak perlu
mencampuri urusan pribadinya karena aku bukan
adiknya, aku bukan puteri ayah, melainkan orang
lain. Benarkah ini, ibu? Aku sudah dewasa, bukan
anak kecil lagi ibu. Aku dapat menerima kenyataan
yang paling pahit sekalipun. Kalau benar demikian,
katakanlah, ibu. Aku ingin mendengarnya dari
mulut ibu sendiri."
Kwa Bi Lan menghela napas panjang. "Aihhh,
betapa buruk nasib Sribaginda! Seorang yang
bijaksana seperti beliau, dikelilingi orang-orang
yang palsu dan merupakan musuh-musuh dalam
selimut yang berbahaya. Bahkan putera-puteranya
juga bukan manusia bijaksana seperti ayahnya.
Entah apa akan jadinya dengan kerajaan ini
kelak..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, jawablah pertanyaanku tadi......"
"Baik, Lan Lan. Memang sudah sepatutnya
engkau mengetahui keadaan dirimu sendiri. Aku
belum menceritakan kepadamu karena ingin
menunggu sampai engkau dewasa. Setelah melihat
engkau dewasa, timbul rasa iba di hatiku, maka
aku masih bimbang untuk menceritakannya
kepadamu, takut kalau engkau kecewa. Nah, terus
terang saja, ketika ibumu ini masuk ke istana ini
sebagai seorang selir Sribaginda, engkau sudah
ikut bersamaku sebagai seorang anak berusia dua
tahun. Engkau memang bukan keturunan
Sribaginda, melainkan orang lain sama sekali.
Akan tetapi , Sribaginda dengan baik dan
bijaksana, engkau diaku sebagai puteri beliau
sendiri dan engkau melihat sendiri sikapnya
kepadamu tidak ada bedanya dengan sikapnya
terhadap putera puteri beliau yang lain.
Hong Lan menundukkan mukanya. Ia merasa
terpukul sekali. Kenyataan ini sungguh
mengejutkan namun pukulan ini tidaklah demikian
dahsyat, karena telah dikurangi oleh
pemberitahuan pangeran tadi.
"Engkau......kecewa dan bersedih, Lan Lan?"
Ibunya menghampiri dan merangkulnya.
"Ibu.......!" Lan Lan juga merangkul ibunya akan
tetapi ia tidak menangis. "Kenapa aku harus
kecewa? Biarpun aku bersedih karena aku bukan
anak kandung ayahanda Sribaginda yang
kuhormati dan kusayang, akan tetapi aku tidak
kecewa bahwa aku bukan keluarga Kaisar.
Keluarga brengsek yang saling bermusuhan ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah lama membuatku merasa muak. Hanya
ayahanda kaisar sajalah manusia yang bijaksana,
sedangkan anggota keluarganya....ah, sudahlah.
Ibu, kalau begitu, siapakah sebenarnya ayah
kandungku? Aku ingin sekali mengetahuinya.
Masih......... masih hidupkah dia?" tanya gadis itu
penuh harap.
"Aku semakin tidak suka tinggal di istana yang
penuh permusuhan dan pengkhianatan ini, ibu.
Bahkan para thaikam dan dayangpun tidak dapat
dipercaya, mereka melakukan persekongkolan."
"Ehh? Apa maksudmu, Lan Lan? Mengenai
ayahmu, dia masih hidup. Bersabarlah, aku sendiri
yang akan mengajakmu menemuinya. Sekarang
jangan tanyakan dulu tentang mereka, akan tetapi
jelaskan, apa maksudmu dengan mengatakan
bahwa para dayang dan thaikam melakukan
persekongkolan."
Hati Lan Lan gembira bukan main mendengar
bahwa ayah kandungnya masih hidup dan ibunya
akan mengajaknya menemui ayahnya. "Ibu,
sebelum aku memergoki kakanda pangeran
bermesraan dengan dayang itu, aku melihat pula
seorang thaikam dan seorang dayang yang tidak
kukenal, mungkin dayang dari luar, pelayan
seorang di antara para paman pangeran, yaitu
Paman Pangeran Li Seng Cun. Mereka bicara aneh.
Dayang itu minta penjelasan di mana malam ini
ayahanda pangeran akan bermalam, dan minta
keputusan malam nanti untuk menerima kabar
dari thaikam itu." Hong Lan lalu menceritakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua yang didengarnya dari percakapan kedua
orang itu.
Lan Lan mengerutkan alisnya. "Hem, benarbenar
merupakan peristiwa yang patut dicurigai!
Aku yakin bahwa Pangeran Li Seng Cun sedang
merencanakan suatu niat yang busuk terhadap
Sribaginda."
"Ibu, aku tidak mau terseret ke dalam
persaingan dan permusuhan, ke dalam perebutan
kekuasaan di dalam keluarga ini. Aku kini merasa
lega bahwa aku bukanlah anggota keluarga yang
buruk ini. Biarlah mereka saling bermusuhan,
saling memperebutkan kekuasaan. Aku akan pergi
dari istana, aku akan ikut ayah kandungku...... "
"Hussh, Lan Lan, tidak malukah engkau bicara
seperti itu? Ingat, kita hidup di sini sejak kau kecil,
diperlakukan dengan baik sekali oleh Sribaginda."
"Memang ayahanda kaisar baik sekali, akan
tetapi keluarga yang lain ...... "
"Lan Lan, tidakkah kakanda permaisuri juga
amat bijaksana dan baik budi terhadap kita?
Beliau juga seorang wanita yang berbudi dan
bijaksana...... "
"Itupun benar, ibu. Akan tetapi keluarga yang
lain!"
"Sudahlah. Kalau engkau mengakui bahwa
Sribaginda amat baik kepada kita, bagaimana kita
dapat tinggal diam saja melihat beliau diancam
keselamatannya? Engkau boleh jadi akan tega
tinggal diam setelah mengetahui bahwa engkau
bukan puterinya, bukan apa-apanya. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku? Ingat, ibumu ini adalah isterinya, selirnya
dan ibu amat mencintanya, Lan Lan!"
Hong Lan terkejut. Ucapan ibunya ini
menyadarkannya. Ibunya mencinta Kaisar. Tentu
saja! Bukankah Kaisar suami ibunya? Akan tetapi
ayah kandungnya? Masih hidup. Lalu kenapa
ibunya berpisah dari ayahnya? Akan tetapi,
mendengar ucapan ibunya bahwa keselamatan
kaisar terancam Hong Lan mengesampingkan
semua pertanyaan hatinya itu.
"Ibu, bagaimana mungkin keselamatan
ayahanda kaisar terancam?"
"Lupakah engkau akan pertemuan kasak-kusuk
antara dayang dari Pangeran Li Seng Cun dan thaikam
itu? Mereka pasti merencanakan sesuatu dan
mudah diduga bahwa tentu Pangeran Li Seng Cun
yang mendalanginya. Entah apa yang akan terjadi,
akan tetapi jelas, malam ini keselamatan
Sribaginda Kaisar terancam. Hatiku merasa tidak
enak sekali."
"Kalau begitu, kita tangkap saja thaikam itu dan
paksa dia mengaku," kata Hong Lan.
"Jangan, itu tidak bijaksana. Kalau dia
menyangkal, lalu apa buktinya? Jangan-jangan
kita akan dituduh membuat kekacauan dan
hendak memburukkan nama Pangeran Li Seng
Cun."
Hong Lan menjadi bingung. "Lalu, apa yang
dapat kita lakukan, ibu?"
"Kita harus dapat menangkap basah perbuatan
mereka sehingga ada bukti. Mulai saat ini sampai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nanti, engkau amatilah gerak gerik thaikam itu,
sedangkan aku akan mengamati dan mengawal
Sribaginda Kaisar secara diam-diam. Kita membagi
tugas. Ingat, Lan Lan. Aku harus melakukan ini
untuk melindungi suami yang kucinta, sedangkan
engkau harus melakukan tugas ini dengan
sebaiknya untuk membalas budi kebaikan
Sribaginda yang selama ini dilimpahkan
kepadamu."
Hong Lan mengangguk. "Dan ibu berjanji bahwa
sesudah urusan ini lewat, ibu akan mengajak aku
menemui ayah kandungku?"
"Benar, aku berjanji!"
"Terima kasih, ibu," kata gadis itu dengan wajah
berseri. "Nah, kita membagi tugas, aku akan
mengamati thaikam gendut itu sampai malam
nanti. Akupun ingin sekali mengetahui kelanjutan
dari perkara yang penuh rahasia ini." Hong Lan
bangkit hendak meninggalkan ibunya.
"Lan Lan, engkau......berhati-hatilah. Entah
kenapa, hatiku merasa tidak enak."
Hong Lan tersenyum. Entah mengapa, hatinya
terasa ringan sekarang. Tadinya ia memang
terkejut dan resah mendengar bahwa ia bukan
puteri kandung kaisar, padahal, ia amat
menyayang ayahnya itu. Akan tetapi sekarang,
setelah ia mendapatkan kepastian dari ibunya, dan
bahwa ayah kandungnya masih hidup dan ia akan
diajak ibunya menemui ayah kandungnya, hatinya
terasa ringan, apa lagi kalau ia ingat bahwa ia
bukan anggota keluarga istana yang selalu saling
bermusuhan itu. Ia akan seratus kali lebih senang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di luar istana, bebas lepas seperti burung di
udara, tidak terkurung dalam istana bagaikan
seekor burung dalam sangkar emas.
-ooo0dw0ooo-
Siapakah Pangeran Li Seng Cun? Dia masih adik
tiri Kaisar Tang Tai Cung, seorang di antara para
pangeran saudara kaisar yang tidak terbunuh
ketika terjadi perebutan kekuasaan pada waktu
Pangeran Li Si Bin menggantikan ayahnya (Kaisar
Tang Kao Cu), menjadi kaisar Tang Tai Cung.
Namanya saja Pangeran Li Seng Cun tunduk dan
taat kepada kakaknya yang kini telah menjadi
kaisar dan sejak muda dia bekerja membantu
pemerintahan kakaknya sebagai seorang pengurus
harta kekayaan istana. Karena dia selalu bersikap
setia dan taat, maka kaisar mempercayainya. Juga
para pejabat tinggi lainnya menganggapnya sebagai
seorang pangeran yang baik dan setia. Walaupun
ketika muda dahulu. pernah pula dia terseret ke
dalam persaingan dan perebutan kekuasaan,
namun setelah banyak pangeran terbunuh dalam
perebutan itu, tidak ada yang mampu
mengalahkan Pangeran Li Si Bin. Pangeran Li Seng
Cun ini minta ampun kepada kakaknya dan
berjanji akan setia kepada kakaknya. Dan
memang, telah belasan tahun lewat dan pangeran
ini nampak taat dan setia, bekerja dengan baiknya.
Juga sikapnya terhadap para pejabat tinggi lainnya
baik dan ramah sehingga dia terkenal dan disukai.
Menundukkan seseorang dengan kekerasan
takkan mendatangkan kedamaian. Memang orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah dikalahkan, menjadi takut dan tidak
memperlihatkan perlawanan. Namun, semua
ketaatannya itu hanya diperlihatkan di luar saja,
karena takut dan merasa kalah kuat. Sekali waktu,
kalau kesempatan terbuka dan dia merasa kuat,
dia akan melakukan perlawanan lagi, bahkan lebih
bersungguh-sungguh karena diperkuat oleh
dendam dan sakit hati. Akan berbeda hasil dan
akibatnya kalau seseorang ditundukkan dengan
kelembutan dan kebijaksanaan, sehingga dia akan
menyadari kesalahan sendiri dan mengubah jalan
hidupnya, tidak akan mengandung dendam seperti
orang ditundukkan dengan kekerasan.
Demikian pula dengan Pangeran Li Seng Cun.
Biarpun pada lahirnya dia nampak jinak dan setia,
namun api dendam masih belum pernah padam di
dalam lubuk hatinya. Kesempatan itu terbuka
baginya ketika dia berhasil mendekati Pangeran Li
Ci yang menjadi putera mahkota. Dia melihat
betapa pangeran, keponakannya ini adalah seorang
pemuda yang lemah dan mudah dipengaruhi, dan
karena dia bersikap manis dan lembut, pangeran
ini dapat dipengaruhinya dan amat menghormati
paman yang baik budi dan selalu bersikap
membelanya ini. Pangeran Li Seng Cun melihat
kesempatan baik kalau Pangeran Li Ci dapat naik
tahta dan menggantikan ayahnya menjadi kaisar,
tentu dia dapat menguasai kaisar muda itu dan
dapat menonjolkan diri dan membujuk Pangeran Li
Ci untuk mengangkatnya sebagai penasehat atau
perdana menteri. Dan kalau hal ini terjadi, sama
saja dengan dia yang menjadi penguasa tertinggi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Pangeran Li Ci tentu akan menurut saja apa
yang dikatakannya.
Akan tetapi, untuk membuat itu menjadi
kenyataan, satu-satunya halangan adalah Kaisar!
Kakaknya yang menjadi kaisar itu haruslah
disingkirkan lebih dulu, dan satu-satunya jalan
hanyalah membunuhnya! Kalau kaisar sudah tidak
ada dan Pangeran Li Ci menjadi kaisar, kemudian
dia yang menjadi perdana menteri, mudah saja
menyingkirkan halangan-halangan lain, yaitu
mereka yang tidak menyukni Pangeran Li Ci atau
mereka yang setia kepada Kaisar Tang Tai Cung.
Akan tetapi, Pangeran Li Seng Cun bukan orang
yang ceroboh. Sudah belasan tahun dia
memendam sakit hati , maka dia tidak akan
tergesa-gesa dan ceroboh melaksanakan niatnya.
Dia harus yakin akan berhasil sebelum bertindak.
Dia tahu betapa lihainya kakaknya yang menjadi
kaisar itu. Sukar dicari orang yang akan mampu
menandingi kelihaian ilmu silat Kaisar Tang Tai
Cung.
Dahulu, ketika masih menjadi Pangeran Li Si
Bin, namanya terkenal di dunia kangouw sebagai
seorang pangeran yang amat lihai sehingga tidak
mengherankan kalau dia berhasil merobohkan
dinasti Sui dan mendirikan dinasti Tang. Pangeran
Li Seng Cun maklum bahwa untuk melakukan
usaha pembunuhan itu, dia harus dapat
menemukan seorang yang benar-benar sakti dan
amat tinggi ilmu silatnya melebihi kelihaian kaisar
sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan pada suatu hari, saat yang dinanti-nantikan
Pangeran Li Seng Cun tiba. Siang hari itu, keluarga
kakaknya, juga seorang pangeran yang bertugas
sebagai hakim di kota Lok-yang, datang
berkunjung. Begitu bertemu dengan adik iparnya,
isteri Pangeran Li Tung yang menjadi hakim di Lokyang
itu, menyerahkan surat suaminya kepada
Pangeran Li Seng Cun. Dalam surat itu, Pangeran
Li Tung menyatakan bahwa dua orang yang
mengawal keluarganya adalah orang¬orang yang
berilmu tinggi, yang bahkan dipuji dan dipercaya
oleh Hek I Sin-kai. Keterangan ini ditambah lagi
oleh Nyonya Li Tung bahwa di sepanjang
perjalanan, ia sekeluarga merasa aman. Memang
ada tiga kali gangguan, yaitu serombongan
perampok yang hendak mengganggu, namun
dalam waktu singkat saja, para perampok dihajar
cerai berai oleh dua orang muda yang
mengawalnya. Dan di dalam suratnya, Pangeran Li
Tung yang menjadi hakim itu menganjurkan pada
adiknya agar suka menerima dan memberi
pekerjaan kepada dua orang muda itu. Tentu saja
Pangeran Li Seng Cun menjadi gembira sekali dan
dia cepat mengajak dua orang pengawal itu, yaitu
Ouw Ling dan The Siong Ki, untuk bicara di
ruangan dalam. Mulailah Pangeran Li Seng Cun
membujuk agar mereka berdua suka
membantunya, melakukan segala perintah tanpa
bertanya, dan kalau semua usahanya berhasil,
mereka berdua kelak akan diberi kedudukan yang
tinggi di istana.
Ketika meninggalkan rumah gurunya, Siong Ki
sama sekali tidak mempunyai niat untuk mencari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedudukan. Dia diberi tugas oleh suhu dan
subonya untuk mencari Hong Lan yang dilarikan
seorang wanita bernama Kwa Bi Lan. Akan tetapi
setelah bertemu Ouw Ling, dia mendengarkan
penuh gairah ketika Pangeran Li Seng Cun
menjanjikan kedudukan panglima besar di istana
kepadanya! Apalagi Ouw Ling serta merta
menerima tugas apapun yang akan diberikan
pangeran itu kepada mereka, maka tanpa ragu lagi
Siong Ki juga menerima tanpa bertanya tugas apa
yang harus dia lakukan.!
Watak seseorang amat dipengaruhi oleh
lingkungan, kemudian diperkuat oleh kebiasaan.
Seseorang takkan pernah menghisap rokok kalau
mula-mula ia tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
Setelah dia melakukannya, maka perbuatan itu
menjadi kebiasaan yang tidak dapat dilepaskan
lagi. Sukarlah untuk mempertahankan diri tidak
menjadi seorang penjudi kalau setiap hari dia
bergaul akrab dengan para penjudi, seperti
sukarnya seseorang menjaga agar tangannya tidak
basah kalau setiap hari dia bermain-main air.
Pengaruh lingkungan ini dapat disaksikan
buktinya sejak kita kecil. Pertumbuhan seorang
anak dipengaruhi lingkungannya dan kebiasaankebiasaannya
timbul karena mengikuti contoh
yang dilihatnya setiap hari dalam lingkungan
hidupnya.
Pangeran Li Seng Cun tadinya mengharapkan
Hek I Sin-kai untuk melaksanakan tugas rahasia
yang amat berbahaya itu, yaitu melakukan
pembunuhan terhadap Kaisar. Akan tetapi, bahkan
seorang tokoh kangouw yang lihai seperti Hek I
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin-kai pun tidak berani melaksanakan tugas itu
karena dia tahu betapa lihainya Kaisar, dan bahwa
di sana terdapat banyak pengawal yang lihai!
Maka, setelah menerima surat dari saudaranya
di Lok-yang, surat yang mengatakan bahwa kedua
orang ini dipuji oleh Hek I Sin-kai, tentu saja dia
percaya bahwa mereka berdua tentu memiliki ilmu
kepandaian yang melebihi tingkat Hek I Sin-kai.
Akan tetapi, dia tidak mau ceroboh. Dipanggilnya
lima orang jagoan yang dia andalkan, diujinya
kepandaian The Siong Ki dan Ouw Ling, akan
tetapi, dalam waktu empat lima jurus lima orang
jagoannya itu roboh! Bukan main girangnya hati Li
Seng Cun dan diapun memperlakukan mereka
berdua seperti tamu agung atau tamu yang amat
dihormati.
Beberapa hari kemudian, setelah melimpahkan
segala macam kemewahan dan kesenangan kepada
dua orang itu, menjamu mereka dengan pestapesta
kehormatan, dan memberi mereka pakaianpakaian
indah dan hadiah-hadiah yang serba
mahal, akhirnya Pangeran Li Seng Cun
menceritakan tentang rencananya menyuruh
mereka membunuh Kaisar!
Tentu saja Siong Ki dan Ouw Ling terkejut
bukan main mendengar bahwa mereka menerima
tugas yang amat berat itu. "Tapi......tapi
kenapa......?" Siong Ki berseru heran dan
penasaran.
"The-taihiap, Sribaginda ketika menduduki tahta
kerajaan juga mengorbankan banyak saudaraku.
Sekaranglah tiba saatnya aku membalas dendam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas kematian banyak kakakku dan pamanku.
Kalau Kaisar tewas, maka penggantinya adalah
Pangeran Li Ci dan aku akan dapat mintakan
kedudukan yang tinggi dan mulia untuk kalian
berdua."
"Nanti dulu, Pangeran," kata Ouw Ling yang
cerdik dan berpengalaman. "Paduka mudah saja
menugaskan kami, akan tetapi pekerjaan itu
teramat berbahaya! Selain Sribaginda sendiri
seorang ahli silat yang tangguh, juga beliau tentu
dikelilingi pengawal-pengawal pribadi yang lihai.
Bagaimana mungkin kami berdua akan dapat
melaksanakan tugas yang mustahil itu? Kalau
kami gagal, atau kalau sampai ketahuan, tentu
kami akan dikepung pasukan pengawal dan mati
konyol." Mendengar ucapan kekasihnya ini, Siong
Ki mengangguk-angguk.
"Aih, Ouw-lihiap dan The-taihiap harap jangan
khawatir. Kami telah mengatur segalanya.
Sribaginda adalah seorang kaisar yang angkuh,
tidak suka disertai pengawal karena beliau yakin
akan kemampuan sendiri. Satu-satunya pengawal
pribadinya adalah seorang pergawal wanita yang
telah menjadi selirnya dan kini tidak lagi
melakukan tugas mengawal. Kami akan
memilihkan saat terbaik, dan kami yakin bahwa
sekali ji-wi bertindak, dia akan dapat ditewaskan
dengan mudah dalam kamar seorang di antara
para selirnya. Takkan ada yang mengetahui karena
sehabis melakukan tugas itu, ji-wi dapat
bersembunyi di tempat tinggal kami dan tak
seorangpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan mencurigai. Tentang ilmu silat, kami sudah
menguji kemampuan ji-wi dan yakin bahwa ji-wi
akan mampu menewaskan Kaisar tanpa banyak
kesukaran."
Kedua orang itu diberi waktu sehari semalam.
Mula-mula, Siong Ki memang tidak setuju, akan
tetapi setelah dibujuk rayu oleh Ouw Ling yang
melihat masa depan gemilang kalau mau menerima
tugas itu, akhirnya Siong Ki hanya menyerahkan
saja kepada wanita itu. Mereka tetap bersembunyi
di dalam tempat tinggal Pangeran Li Seng Cun yang
berada di lingkungan istana, tidak diperbolehkan
keluar agar jangan terlihat oleh orang luar.
Sementara itu, Pangeran Li Seng Cun lalu mulai
melakukan penyelidikan tentang gerak-gerik
kakaknya, sang kaisar. Dia sudah lama dapat
mempengaruhi dan menguasai seorang thaikam
gendut, yaitu Thaikam Seng Ho. Thaikam ini dapat
disogoknya dan sudah lama diam-diam menjadi
semacam mata-mata dari Pangeran Li Seng Cun,
memberitahukan segala peristiwa yang terjadi di
sekeliling diri Kaisar. Dan dengan perantaraan
seorang di antara para dayangnya, dengan mudah
dayang itu memasuki istana bagian puteri tanpa
dicurigai para pengawal, dan dayang ini yang
mengadakan hubungan dengan Thai-kam Seng Ho.
Kedua orang ini dipilih karena selain mereka itu
setia dan dapat dipercaya, juga keduanya cerdik
dan pandai ilmu silat.
Malam yang dijanjikan oleh thaikam Seng Ho
dan dayang kepercayaan Pangeran Li Seng Cun itu
dingin dan gelap. Dengan langkah tenang dayang
itu memasuki pintu tembusan yang menuju ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
istana bagian puteri. Dua orang pengawal yang
menjaga pintu itu menahannya dengan tombak
mereka, akan tetapi melihat dayang itu, mereka
mengenalnya sebagai dayang dari istana Pangeran
Li Seng Cun dan kecurigaan mereka mengendur ,
mereka hanya bertanya apa keperluan dayang itu
malam-malam datang berkunjung.
Dayang itu memperlihatkan keranjang berisi
panci dan mengatakan bahwa ia diutus isteri
pangeran untuk menghaturkan makanan itu
kepada permasuri. Mendengar ini, tentu saja
dayang itu diperkenankan masuk dan tak
seorangpun di antara penjaga yang merasa curiga
karena hal seperti itu seringkali terjadi.
Dayang itu sama sekali tidak tahu bahwa
semenjak ia memasuki pintu tembusan itu sampai
melangkah memasuki taman, ada sepasang mata
yang terus membayanginya. Mata seorang thaikam
kurus tinggi. Mudah saja baginya tiba di dalam
taman istana bagian puteri itu. Taman yang amat
sunyi. Malam itu demikian dingin dan gelap, siapa
yang akan meninggalkan kamar hangat dan pergi
ke taman itu?
Tak lama kemudian, sosok tubuh Thaikam Seng
Ho yang gendut memasuki taman dan dia bertemu
dengan dayang itu di tempat yang sudah
dijanjikan. Tidak banyak mereka bicara. Thaikam
itu hanya berkata dengan suara lirih. "Malam ini
Sribaginda tidur di kamar selir ke empat.
Penggantian petugas ronda diadakan tepat pada
tengah malam." Hanya itu kata-katanya dan
merekapun berpisah. Thaikam Seng Ho berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menuju ke istana keputrian kembali, sedangkan
dayang itu membuang isi panci ke dalam kolam
ikan, lalu membawa panci kosong dalam
keranjang, kembali keluar taman menuju ke pintu
tembusan.
Hong Lan mendengar semua ucapan thaikam
tadi dengan jelas. Menurut keinginan hatinya, ia
hendak menangkap dan menghajar thaikam itu,
akan tetapi ibunya sudah memesan agar ia
mengintai saja dan tidak berbuat sesuatu.
Perbuatan jahat itu haruslah diketahui, kemudian
dijaga agar pelakunya dapat tertangkap basah, ada
buktinya. Kalau kini ia menangkap thaikam itu
dan dia berkeras tidak mau mengaku, ia tidak
berdaya, bahkan bisa dianggap membuat kacau
dengan laporan tanpa bukti. Cepat Hong Lan pergi
mencari ibunya yang diam-diam melakukan
perlindungan dan penjagaan terhadap kaisar.
Setelah mendengar laporan puterinya, Bi Lan
mengerutkan alisnya. Tidak salah lagi, pasti
Pangeran Li Seng Cun merencanakan sesuatu yang
busuk, pikirnya. Pangeran itu ingin mengetahui di
mana malam ini kaisar tidur, dan kapan dilakukan
pertukaran penjaga. Ia tahu bahwa saat
pertukaran penjaga itulah, semua penjaga
berkumpul di gardu penjagaan dan tidak
seorangpun penjaga melakukan perondaan sampai
rombongan petugas baru mulai dengan perondaan
mereka. Ini tentu merupakan kesempatan yang
dicari bagi orang luar istana untuk menyusup
masuk, dan sudah hampir dapat dipastikan,
penyusup itu adalah seorang calon pembunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ditugaskan untuk membunuh kaisar!
Jantung dalam dada Bi Lan berdebar tegang.
"Lan Lan, kita harus berjaga di sini. Aku akan
melakukan penjagaan di atas, dan engkau jagalah
di bawah. Hati-hati, jangan lepaskan perhatianmu
pada jendela kamar di mana Sribaginda
bermalam," bisik Kwa Bi Lan dan puterinya
mengangguk. Tanpa diberitahu panjang lebar
sekalipun, Lan Lan sudah dapat menduga apa
yang dikhawatirkan ibunya. Agaknya akan ada
seorang dua orang atau bahkan lebih, pembunuh
yang akan mencoba menbunuh kaisar.
"Ibu, apakah tidak perlu memberitahu
komandan pengawal untuk memperkuat
penjagaan?" bisiknya.
Kwa Bi Lan menggeleng kepala. "Kita belum
pasti, kalau terlalu membuat ribut dan pihak
mereka mengetahui, tentu niat itu dibatalkan.
Ingat, banyak mata-mata pihak musuh. Kita harus
melakukan penjagaan ini diam-diam, kita berdua
saja. Dengan kekuatan kita berdua, ditambah
kemampuan Sribaginda sendiri, kiraku tidak akan
ada pembunuh yang akan mampu mencelakai
Sribaginda."
Hong Lan tidak dapat membantah lagi. Memang
benar juga apa yang dikatakan ibunya. Mereka
hanya baru menduga saja, belum ada bukti. Kalau
mereka menyampaikan kepada komandan
pengawal, siapa tahu di antara pengawal ada yang
menjadi orangnya Pangeran Li Seng Cun dan tentu
pembunuh itu tidak jadi datang, dan mereka
berdua akan menjadi bahan tertawaan karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laporan mereka tidak ada buktinya. Ia mengepal
tinju. Kalau si pembunuh berani muncul, ia akan
menghajarnya!
Kwa Bi Lan meloncat naik ke atas wuwungan
rumah dan bersembunyi. Ia tadi, ketika menanti
puterinya, melihat Bu Mei Ling, dayang yang telah
menjadi kekasih kaisar, mengetuk pintu kamar
selir ke empat dan mengatakan bahwa ia diutus
oleh permaisuri. Dayang itu diperkenankan masuk
dan daun pintu ditutup pula. Kwa Bi Lan
menduga-duga apa yang menjadi keperluan
permaisuri mengutus dayang itu menemui kaisar
yang bermalam di kamar selir ke empat. Ia teringat,
dayang Bu Mei Ling itu serba bisa. Mungkin ia
disuruh bermain musik, atau disuruh memijati
tubuh Sribaginda karena dayang ini memiliki
tangan yang kuat dan ahli memijat. Ia sendiri
pernah merasakan dipijat oleh dayang itu sampai
tertidur pulas. Tidak ada sesuatu yang
mencurigakan dengan masuknya dayang itu ke
kamar selir ke empat.
Menanti merupakan pekerjaan yang amat
melelahkan. Menanti sesuatu, apalagi sesuatu
yang menegangkan hati, membuat waktu seolah
merayap seperti siput. Detik demi detik
diperhitungkan dan yang dinanti-nanti tak
kunjung tiba. Akan tetapi, akhirnya, rombongan
ronda terakhir lewat lorong depan kamar selir ke
empat itu. Karena maklum bahwa kaisar malam itu
berada di situ, para peronda tidak berani
mengeluarkan suara gaduh, bahkan langkah kaki
merekapun mereka atur agar mereka jangan
mengeluarkan suara. Lan Lan dan ibunya melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rombongan peronda terakhir ini. Setelah mereka
lewat, maka saat yang menegangkan itu sebentar
lagi akan tiba. Setelah melakukan perondaan itu,
maka semua petugas jaga akan berkumpul di
gardu penjagaan untuk diganti oleh rombongan
petugas lain yang akan berjaga sampai pagi. Dan
pada saat pergantian penjaga itulah, istana bagian
puteri ini akan kosong dan tidak terjaga.
Kwa Bi Lan yang lebih dahulu melihat dua sosok
bayangan hitam yang berkelebatan cepat menuju
ke kamar itu. Karena ia bersembunyi di
wuwungan, maka ia dapat lebih dahulu melihat
bayangan-bayangan itu daripada puterinya. Ia lalu
menyambitkan biji jagung yang dibawanya ke arah
puterinya bersembunyi dan itu merupakan isyarat
bagi Lan Lan bahwa yang dinanti-nantikan sudah
tiba! Bagaimana tabahpun hati Lan Lan, ia
berdebar tegang juga dan ia sudah mempersiapkan
pedangnya. Juga Kwan Bi Lan sudah mencabut
siang-kiam (sepasang pedang) dan menanti
datangnya musuh. Kwa Bi Lan melayang turun
dengan gerakan seperti seekor burung rajawali dan
ia sudah mendekam di dekat puterinya. Menurut
perhitungannya tidak mungkin penjahat memasuki
kamar dari atas, karena atas istana itu kokoh kuat
tidak dapat ditembus. Mereka tentu akan
mencongkel jendela atau mendobrak pintu,
pikirnya, maka ia mendahului turun dan
berkumpul dengan puterinya karena melihat
bahwa yang datang adalah dua orang.
Kini dua bayangan itu berkelebat dan sudah
berdiri di dekat kamar. Betapa cepat dan ringannya
gerakan mereka, pikir Kwa Bi Lan terkejut. Kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu memakai pakaian hitam dan muka
mereka ditutup saputangan hitam, hanya mata
mereka yang nampak, mata yang mencorong.
Tubuh mereka sedang saja, akan tetapi ia dapat
menduga bahwa mereka adalah seorang laki-laki
dan seorang wanita. Mereka tidak boleh dibiarkan
masuk kamar, pikirnya dan iapun menyentuh
lengan puterinya lalu meloncat keluar sambil
membentak.
"Penjahat keji, menyerahlah kalian!" Melihat
ibunya sudah keluar, Lan Lan juga meloncat
keluar dan menodongkan pedangnya.
Kedua orang itu adalah Ouw Ling dan The Siong
Ki. Tentu saja mereka berdua terkejut bukan main.
Menurut perhitungan Pangeran Li Seng Cun,
pekerjaan mereka itu akan berjalan lancar. Dan
memang tadi ketika mereka menyelinap masuk
pada saat pergantian penjaga, mereka dapat
melakukan penyusupan itu dengan amat mudah
dan tak seorangpun mengetahuinya. Akan tetapi,
kenapa kini tiba-tiba muncul dua orang wanita
cantik dengan pedang di tangan menyambut
mereka dengan sikap seolah-olah sudah
mengetahui akan kedatangan mereka? Bahaya,
pikir mereka dan keduanya serentak menyerang
dengan pedang mereka.
The Siong Ki menyerang Kwa Bi Lan yang
memegang sepasang pedang, sedangkan Ouw Ling
menyerang Lan Lan yang masih amat muda.
Terdengar bunyi benturan pedang dan Lan Lan
terhuyung ketika pedangnya bertemu dengan
pedang Ouw Ling. Ia jauh kalah kuat. Juga Kwa Bi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lan terkejut bukan main ketika sepasang
pedangnya menangkis sambaran pedang lawan
karena ia merasa betapa kedua tangannya tergetar
hebat. Kiranya lawannya itu memiliki tenaga sinkang
yang amat kuat!
Sementara itu, mendapat kenyataan bahwa dua
orang wanita itu tidaklah terlalu kuat, Siong Ki
cepat berseru. "Cepat lakukan, aku yang menahan
mereka!"
Ouw Ling mengerti. Iapun meloncat ke arah
jendela sambil memutar pedangnya dan iapun
menerobos masuk ke dalam kamar. Melihat ini, Bi
Lan terbelalak khawatir. "Sribaginda.....!"
Ia menjerit dan hendak mengejar ke dalam
kamar melalui jendela. Karena seluruh
perhatiannya ditujukan kepada keselamatan
kaisar, ia sama sekali menjadi lengah terhadap diri
sendiri dan saat ini dipergunakan oleh Siong Ki
untuk mengelebatkan pedangnya.
"Capp!!" Pedang itu menembus dada kanan
bawah pundak Kwa Bi Lan. Melihat ini, Lan Lan
menjerit dan pedangnya menyambar dahsyat ke
arah lengan Siong Ki. Pemuda ini mengelak, akan
tetapi pedang Lan Lan masih mengenai kain hitam
penutup mukanya sehingga kain itu terkait dan
terbuka. Lan Lan terbelalak menatap wajah
pemuda yang tampan itu. Hanya sekejap saja akan
tetapi wajah itu tidak akan pernah dilupakan Lan
Lan, wajah orang yang telah melukai ibunya.
Kwa Bi Lan memang seorang wanita hebat.
Biarpun dadanya sudah terluka parah, namun ia
masih bertahan dan meloncat masuk ke dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar yang jendelanya sudah bobol itu. Ia melihat
betapa orang berkedok hitam yang tadi sudah
menghampiri pembaringan yang kelambunya
tertutup, menggerakkan pedangnya membacok.
"Jangan........!" Kwa Bi Lan mengeluh, akan
tetapi terlambat. Pedang sudah dibacokkan ke arah
tengah pembaringan.
"Crokkk!" Si kedok hitam yang bukan lain adalah
Ouw Ling itu terkejut dan terpekik sehingga mudah
diketahui ia seorang wanita. Pembaringan itu
kosong! Dan tiba-tiba saja kamar yang tadinya
remang-remang itu menjadi terang benderang dan
muncullah Sribaginda Kaisar Tang Tai Cung
dengan pedang di tangan dan senyumnya yang
mengejek. Wanita kedok hitam itu terkejut,
maklum bahwa ia telah terjebak. Ia hendak
meloncat keluar, akan tetapi Kwa Bi Lan
menghadang dan menodongkan pedangnya.
Kaisar melihat betapa dada Kwa Bi Lan
berlumuran darah. Ia terkejut dan marah sekali,
"Pembunuh jahat!" bentaknya dan diapun
menyerang. Terpaksa Ouw Ling menangkis dan
kaisar terkejut karena wanita berkedok itu ternyata
memang lihai sekali. Kwa Bi Lan menahan nyeri di
dadanya membantu kaisar menyerang Ouw Ling.
Sementara itu, begitu kedoknya terlepas dan
gadis cantik itu menatapnya tajam, The Siong Ki
terkejut. Apalagi mendengar jerit Ouw Ling di
dalam kamar dan dikejar oleh wanita yang seorang
lagi, bahkan kini terdengar teriakan wanita yang
melengking, "Pembunuh! Perampok! Penjahat..
tolong, toloooooong......!" Disusul pula suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kentungan, Siong Ki maklum bahwa dia dan Ouw
Ling telah gagal. Dia lalu melompat ke atas
wuwungan rumah. Dia harus dapat melarikan diri
sebelum para pengawal datang mengeroyoknya.
Melihat laki-laki itu meloncat ke atas wuwungan,
Lan Lan tidak mengejarnya. Pertama, karena
penjahat itu lihai bukan main dan ke dua, ia harus
membantu ibunya yang sudah terluka dan
menolong Kaisar. Iapun melompat ke dalam kamar
melalui jendela yang sudah terbuka itu. Dan ia
melihat wanita berkedok itu sedang berkelahi
melawan kaisar yang dibantu ibunya. Ia melihat
betapa dada ibunya berlumur darah, namun
ibunya masih menggerakkan siang-kiam dengan
dahsyat. Iapun terjun dalam pertempuran itu
membantu dan mengeroyok si wanita kedok hitam.
Ouw Ling menjadi sibuk sekali. Menghadapi
kaisar saja, ternyata ia hanya mampu
mengimbangi Dan wanita cantik yang sudah
terluka parah itu masih terus mendesaknya, kini
ditambah lagi munculnya gadis cantik tadi yang
juga lihai, juga terdengar derap kaki di luar kamar,
maka tahulah ia bahwa ia tidak akan dapat lolos
lagi! Ia tidak mempunyai permusuhan pribadi
dengan kaisar. Kalau ia tadi hendak membunuh
kaisar, hal itu hanya karena hendak melaksanakan
perintah Pangeran Li Seng Cun untuk mendapat
imbalan kedudukan, maka kini melihat dirinya
terancam dan usahany gagal, Ouw Ling mencari
jalan hendak melarikan diri. Akan tetapi agaknya
gerakannya diketahui kaisar yang cepat
menusukkan pedangnya.
"Hendak lari ke mana kau, keparat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tusukan itu kuat sekali. Ouw Ling harus
mengerahkan tenaga untuk menangkisnya, akan
tetapi pada saat itu, pedang di tangan Hong Lan
juga sudah membacok kepalanya. Terpaksa Ouw
Ling mengerahkan tenaga pada tangan kirinya dan
dengan nekat menangkap pedang Hong Lan itu.
Tangan kirinya berhasil mencengkeram pedang itu,
sedangkan pedang di tangan kanan menempel
pada pedang kaisar. Saat itu dipergunakan oleh
Kwa Bi Lan yang sudah lemas untuk menubruk
maju dengan pedangnya.
"Blesss......!" Pedangnya menusuk dada Ouw
Ling sampai tembus ke belakang! Ouw Ling
mengeluarkan rintihan dan terkulai roboh. Akan
tetapi, Bi Lan juga tentu roboh kalau tidak cepat
dirangkul kaisar. Kini para pangawal berhamburan
masuk, hanya untuk menyingkirkan mayat Ouw
Ling setelah kedoknya dibuka dan semua orang
tahu bahwa ia adalah tokoh kangouw yang
berjuluk Bi Tok Sio-cia, puteri angkat datuk sesat
Ouw Kok Sian dari Liong-san!
Kwa Bi Lan rebah di atas pembaringan, ketika
suman, ia memanggil nama anaknya lirih. "Lan
..Lan ........ "
"Ibu, aku di sini, ibu.......!" kata Lan Lan yang
merangkul ibunya dengan cemas sekali.
Sedangkan kaisar duduk dengan wajah muram
tak jauh dari pembaringan. Di situ nampak pula
Bu Mei Ling yang berjasa besar. Ternyata thaikam
kurus yang membayangi dayang itu adalah orang
kepercayaan Bu Mei Ling. Dayang yang menjadi
kekasih kaisar ini sudah curiga akan gerak-gerik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dayang dari Pangeran Li Seng Cun yang sering
keluar masuk istana bagian puteri tanpa alasan
tertentu , maka ia menyuruh thaikam
kepercayaannya untuk membayangi. Thaikam itu,
seperti juga Hong Lan, telah mendengar
percakapan antara dayang itu dan thaikam Seng
Ho, maka dia cepat melapor kepada Bu Mei Ling.
Wanita yang selain cantik jelita juga amat cerdas
ini segera dapat menduga apa yang akan terjadi. Ia
dapat menduga bahwa keselamatan kaisar
terancam, untuk memberitahu begitu saja tentu ia
tidak berani, apalagi kaisar sedang bermalam di
kamar selir ke empat. Ia akan dianggap melanggar
aturan, mengganggu kaisar. Maka, ia cepat
menghubungi permaisuri yang amat baik
kepadanya dan akhirnya, setelah mendengar
laporannya, permaisuri mengijinkan ia menemui
kaisar di kamar selir ke empat dengan membawa
tanda perintahnya. Demikianlah, Bu Mei Ling
berhasil memasuki kamar selir ke empat dan ia
menceritakan semuanya kepada Kaisar Tang Tai
Cung. Kaisar mula-mula tidak percaya bahwa
Pangeran Li Seng Cun akan berkhianat, akan
tetapi akhirnya dia mau juga pindah ke kamar
sebelah dan membiarkan kamar tidur itu kosong
dengan kelambu tertutup. Kemudian, ternyata
bahwa perhitungan Bu Mei Ling benar. Andaikata
dayang ini tidak melaporkan, mungkin saja dia dan
selir ke empat yang tidur di pembaringan itu telah
menjadi korban pedang pembunuh.
"Ibu.......!" Hong Lan memanggil ibunya dan
menangis. Melihat luka yang diderita ibunya, gadis
ini maklum bahwa tidak ada harapan lagi bagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya untuk dapat hidup setelah menderita luka
separah itu.
"Lan Lan......aku......aku bukan ibumu....."
Lan Lan terbelalak dan merangkul ibunya. Ia
mengira bahwa ibunya sudah bicara kacau karena
penderitaannya. "Sudahlah, ibu, jangan banyak
bicara, ibu harus beristirahat.........." katanya
terisak.
Wanita itu menggeleng kepalanya. "Dengar, Lan
Lan......aku......aku bukan ibu kandungmu, engkau
.. ..kuculik ketika berusia dua tahun.."
"Ibu........!"
"Bi Lan.......!" Kaisar juga berseru dan kini dia
mendekati, duduk di tepi pembaringan.
"Sudahlah, engkau harus beristirahat, benar
seperti yang dikatakan Hong Lan."
"Sribaginda........maafkan saya ...saya telah
membuka rahasia Hong Lan......ia berhak
mengetahui........maafkan saya ..saya tidak dapat
melayani paduka........ hanya sampai di sini, harap
paduka menjaga diri baik-baik.......harap paduka
jangan mudah percaya kepada orang
lain..........banyak manusia busuk di dunia ini......"
"Bi Lan.......!"
"Ibu........," Hong Lan berkata dengan air mata
bercucuran, "kenapa ibu mengingkari aku sebagai
puteri ibu? Mengapa......?" Gadis itu merasa
hatinya seperti ditusuk-tusuk. Tadi, ibunya
mengatakan bahwa ia bukan puteri kandung
kaisar yang selama ini dianggap sebagai ayahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan hal itu saja sudah menyakitkan hatinya, kini
ditambah lagi pengakuan ibunya bahwa ia juga
bukan anak kandung ibunya, bahkan ibunya ini
menculiknya ketika ia berusia dua tahun! Dunia
seakan kiamat rasanya ketika ia mendengar
ucapan itu.
"Lan Lan......kau........bukan anak
kandungku......tanyakan kepada.....,
Sribaginda.....selamat tinggal ...... "
"Bi Lan........!!"
"Ibuuuu........!" Hong Lan jatuh pingsan dan
segera ditolong oleh Bu Mei Ling yang memanggil
dayang.
Seorang perwira menghadap kaisar dan
mengabarkan bahwa istana Pangeran Li Seng Cun
sudah disergap, pangeran itu beserta semua
anggota keluarganya telah ditangkap. Akan tetapi
pembunuh yang menjadi kaki tangan Pangeran Li
Seng Cun tidak dapat ditemukan.
"Masukkan mereka semua ke dalam penjara,
dan jaga ketat! Kami sendiri yang akan
mengadilinya!" kata kaisar dengan lesu karena dia
merasa berduka sekali karena kematian Kwa Bi
Lan. Setelah wanita itu tewas, barulah dia teringat
betapa setianya Kwa Bi Lan, sejak menjadi
pengawal pribadi sampai menjadi selirnya. Betapa
wanita itu tidak pernah menuntut sesuatu, tidak
berusaha menaikkan kedudukannya, bahkan
hidupnya tetap sederhana. Diapun teringat betapa
berbulan-bulan dia seperti melupakan selir ini,
tidak pernah mendekatinya. Dia merasa menyesal
sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo-
Kaisar duduk seorang diri di dalam kamarnya.
Dia menyuruh pergi semua dayang dan dia telah
menyuruh Bu Mei Ling datang menghadapnya di
kamarnya. Dia merasa lelah dan pusing. Terlalu
banyak urusan dihadapinya dan kesemuanya tidak
ada yang menyenangkan hatinya. Pertama-tama,
kematian Kwa Bi Lan yang tadi pasti telah
dimakamkan jenazahnya. Lalu dia harus mengadili
adiknya sendiri, Pangeran Li Seng Cun, dan hal ini
baru akan dilakukan besok. Kemudian melihat
keadaan Lan Lan yang selalu mengurung diri
dalam kamar dan menangis, dia tahu bukan hanya
menangis karena ketian Kwa Bi Lan, melainkan
juga menangis karena terbukanya rahasia dirinya,
bahwa ia bukan puteri kandung kaisar, juga bukan
anak kandung Kwa Bi Lan! Dan ada lagi urusannya
dengan Bu Mei Ling, dayang yang pernah
digaulinya, selir yang tidak resmi. Ucapan sahabat
yang dipercayanya, yaitu Im Yang Sengcu, tosu ahli
sihir dan peramal itu, tak pernah dilupakannya.
Tosu itu mengatakan bahwa menurut pernitungan
perbintangan. Kerajaan Tang akan terlepas dari
tangan keturunan keluarga Li, dan jatuh ke tangan
seorang wanita dari keluarga Bu! Hal ini sama
sekali tidak masuk akal. Bagaimana mungkin tahta
kerajaan jatuh ke tangan seorang wanita? Kalau
terampas oleh marga lain, marga Bu umpamanya,
hal itu masih ada kemungkinan, karena bukankah
sejak ribuan tahun yang lalu, dinasti demi dinasti
bermunculan dan tidak ada keluarga yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memegang tahta kerajaan turun temurun secara
abadi?
Akan tetapi seorang wanita? Akan tetapi Im Yang
Seng-cu, tosu sakti itu, merasa yakin karena sudah
mengulanginya melakukan perhitungan bintang.
Bahkan Im Yang Sengcu mengatakan bahwa
wanita itu kini sudah berada di istana!
Tentu saja Kaisar terkejut dan cepat menyelidiki
dan ternyata, satu-satunya wanita bermarga Bu di
istananya adalah Bu Mei Ling, dayang yang pernah
membuatnya tergila-gila karena cantik jelita,
lembut dan cerdik. Tentu saja kaisar tidak ingin
ramalan Im Yang Sengcu akan terjadi, maka dia
sudah mengambil keputusan untuk membunuh Bu
Mei Ling! Daripada kelak menjadi malapetaka, atau
setidaknya akan membuat dia tidak nyenyak tidur
dan tidak enak makan, lebih baik wanita itu
dienyahkan, dibunuh. Memang kejam, karena
gadis itu tidak bersalah, akan tetapi demi menjaga
kelangsungan keluarga Li memegang tampuk
pemerintahan Kerajaan Tang, demi kelangsungan
kerajaan Tang yang dengan susah payah dia
bangun bersama mendiang ayahnya, tidak
mengapalah mengorbankan nyawa seorang gadis
dayang!
Sedianya, pelaksanaan hukuman mati terhadap
Bu Mei Ling akan dilaksanakan hari ini. Akan
tetapi, semalam terjadi peristiwa yang hampir
merenggut nyawanya itu! Dia terancam maut, dan
penyelamatnya justru Bu Mei Ling! Memang, Kwa
Bi Lan dan Hong Lan juga diam-diam
melindunginya, akan tetapi dua orang pembunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu terlalu lihai dan seandainya tidak ada Bu Mei
Ling yang membujuknya pindah ke lain kamar,
seandainya Bu Mei Ling tidak memberitahu dan dia
sudah pulas di balik kelambu itu bersama selirnya
ke empat, sangat besar kemungkinan dia dan
selirnya sudah tewas oleh pembunuh! Bu Mei Ling
semalam telah menyelamatkan nyawanya,
bagaimana mungkin hari ini dia membunuh gadis
itu?
Daun pintu terketuk perlahan. "Masuk!" kata
kaisar. Daun pintu terbuka perlahan dan
muncullah Bu Mei ling. Gadis ini belum dua puluh
tahun usianya, namun pembawaannya sudah
matang. Wajah cantik jelita dan segar, sepasang
matanya jeli dan lembut seperti mata burung Hong,
mulutnya yang kecil dengan bibir merah basah itu
selalu terhias senyum, wajahnya tak pernah
nampak keruh, selalu ceria berseri bagaikan
setangkai bunga seruni yang segar oleh embun
pagi. Pakaiannya sederhana, dari sutera yang tipis
halus, rambutnya yang hitam panjang digelung
sederhana seperti para dayang dan hal ini saja
sudah membuktikan bahwa ia tidak berambisi,
biarpun ia sudah menjadi selir kaisar walau belum
resmi, namun tidak menonjolkan diri dan masih
bersikap seperti seorang dayang.
Dengan lembut Bu Mei Ling menutupkan
kembali daun pintu, kemudian melangkah masuk,
langkahnya halus gemulai, mukanya ditundukkan
dan setelah berada di depan Sribaginda Kaisar
yang duduk di atas pembaringan, iapun
menjatuhkan diri berlutut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang Mulia..... " kata wanita itu sambil
menunduk hormat, suaranya merdu dan lembut
sekali.
Begitu gadis itu berlutut di depannya, kaisar
mencium keharuman yang menjadi kesukaannya.
Dia merasa segar mencium bau yang khas ini.
Dia tidak tahu bahwa diam-diam Bu Mei Ling telah
menyelidiki dan mempelajari semua kesukaan
kaisar, makanannya, minumnya, keharuman
bagaimana yang menjadi kesukaannya. Pendeknya,
kini ia mengetahui sepenuhnya bagaimana untuk
menyenangkan hati kaisar, sampai hal yang
sekecil-kecilnya. Misalnya kaisar yang perkasa ini
tidak suka melihat wanita yang terlalu berani,
tidak suka dibantah, dan kaisar ini lemah kalau
menghadapi orang yang mengalah dan menyerah.
"Mei Ling, bangkitlah," kata kaisar sambil diamdiam
mengagumi wanita ini. Dari tubuhnya keluar
bau harum yang amat disukainya, dan pakaian
gadis inipun sederhana, dari sutera halus dan tipis
sehingga dia hampir dapat melihat garis-garis
tubuhnya yang bagaikan bunga sedang mekar
semerbak. Bedaknya tipis-tipis hampir tidak
kentara, bibirnya juga merah alami tanpa gincu,
alisnya yang hitam itu tidak dibantu penghitam,
rambutnya begitu hitam dan panjang, anak rambut
yang halus itu melingkar-lingkar di dahi dan
pelipis.
"Terima kasih, Yang Mulia," kata Bu Mei Ling
sambil bangkit berdiri, dan gerakan bangkit dari
berlutut inipun sudah ia pelajari sampai matang.
Bukan sembarangan bergerak, melainkan gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lembut dan penuh kewanitaan sehingga
nampak seperti tarian dan amat menarik hati.
Kaisar Tang Tai Cung menghela napas panjang,
dan di dalam hatinya semakin tidak percaya akan
ramalan sahabatnya. Bagaimana mungkin seorang
wanita selembut ini kelak akan merampas
kedudukan kaisar dan menjadi penguasa? Apanya
yang diandalkan?
"Apa yang paduka kehendaki dari hamba, Yang
Mulia? Hamba sudah siap melaksanakan segala
perintah paduka."
"Mei Ling, aku lupa lagi tentang asal-usulmu.
Apakah engkau puteri seorang bangsawan, seorang
terpelajar atau seorang ahli silat yang tangguh?"
Senyum di bibir yang merah basah itu melebar,
muka itu menunduk malu-malu dan sepasang
matanya mengerling dari bawah, manis bukan
main.
"Aihhh......, paduka membuat hamba merasa
malu sekali, Yang Mulia. Hamba hanyalah anak
dusun, dari keluarga petani biasa dan hanya
berkat budi kebaikan Yang Mulia saja maka hamba
dapat memperoleh kehormatan dan kemuliaan
seperti sekarang ini, menjadi hamba paduka yang
setia.
"Kaisar mengangguk-angguk dan tersenyum.
Bagaimana mungkin dia membunuh seorang
dayang, bahkan selir seperti ini? "Mei Ling,
katakan, sampai di mana kesetiaanmu kepadaku?
Aku mengerti, peristiwa semalam, ketika engkau
menyelamatkan aku dari ancaman malapetaka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan buah dari kesetiaanmu, akan tetapi
sampai di mana batas kesetiaanmu kepadaku?"
Wanita yang tadinya menunduk itu kini
mengangkat mukanya. Kaisar tertegun. Seolah
baru sekali ini dia berkenalan dengan wajah itu,
padahal, pernah wajah itu membuatnya tergilagila.
Mata itu demikian indahnya, penuh kejujuran
dan mulut itu, tersenyum penuh ketulusan. "Yang
Mulia, tidak ada batasan kesetiaan hamba kepada
paduka. Jiwa raga hamba ini hamba serahkan
kepada paduka, Yang Mulia, mati hidup hamba
berada di tangan paduka."
Kaisar itu merasa terharu, akan tetapi dia ingin
meyakinkan. "Bagaimana kalau aku menghendaki
agar engkau mati untukku, sekarang juga?" Dia
memandang tajam wajah itu untuk menyelidiki isi
hatinya.
Akan tetapi wajah itu tidak nampak terkejut,
bahkan senyumnya semakin manis, mata itu
memandang demikian lembut seperti mata seorang
bayi. "Hamba siap melaksanakan perintah paduka,
dengan taruhan nyawa. Hamba akan mati dengan
mata terpejam dan mulut tersenyum kalau dengan
itu hamba dapat membahagiakan paduka."
Kaisar Tang Tai Cung semakin terharu,
tangannya meraih dan di lain saat dia sudah
menarik Mei Ling dan dipangkunya dayang itu,
dirangkulnya dan diciuminya dengan penuh rasa
sayang. Mei Ling hanya memejamkan mata dan
menyerah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mei Ling, apakah ada dalam lubuk hatimu
keinginan untuk kelak menjadi seorang kaisar
wanita?"
Mei Ling membuka matanya dan terbelalak!
Pandang matanya penuh keheranan dan
penyangkalan.
"Duhai, Yang Mulia......, apa artinya pertanyaan
paduka ini? Bagaimana hamba......mempunyai
keinginan gila seperti itu? Dapat melayani paduka
sajalah yang merupakan idaman hati hamba, dan
yang membahagiakan hati hamba.......tidak ada
keinginan lain."
Sambil mendekap tubuh yang mungil itu, Kaisar
tertawa bergelak. "Ha-ha-ha-ha, bagaimana
mungkin aku pernah mempercayai omongan yang
mengatakan bahwa kelak kerajaan ini akan
terjatuh ke tangan seorang seperti engkau? Ha-ha!"
"Yang Mulia, orang yang mengeluarkan omongan
seperti itu pasti adalah seorang yang berniat
buruk, mungkin pengkhianat yang hendak
menjatuhkan Kerajaan Tang yang jaya."
"Ha-ha-ha, bukan, bukan pemberontak, bukan
penjahat. Im Yang Seng-cu yang mengatakan itu,
berdasarkan ramalan hitungan perbintangan."
Mendengar ini, Mei Ling turun dari atas
pangkuan kaisar, menjatuhkan diri ke atas lantai
dan berlutut, suaranya terdengar memelas ketika
ia berkata, "Yang Mulia, itu adalah fitnah yang
teramat keji. Kalau paduka mempercayai omongan
keji itu, silakan paduka membunuh hamba untuk
menenangkan hati paduka ....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar menarik tubuh tubuh Mei Ling kembali
ke atas pangkuannya dan mengelus rambut
kepalanya. "Sudahlah, akupun tidak percaya
sepenuhnya. Buktinya sekarang aku ingin engkau
melayaniku bukan? Lupakan ucapan peramal itu."
Mei Ling tenggelam ke dalam dekapan Kaisar
Tang Tai Cung.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 28
Hong Lan berlutut menghadap Kaisar Tang Tai
Cung. Gadis ini menangis dan berulang-ulang
kaisar menghela napas panjang. "Hong Lan,
engkau tentu dapat merasakan bahwa sejak
dahulu aku selalu menyayangmu seperti puteriku
sendiri. Bahkan seluruh penghuni istana, seluruh
keluargaku menyayangimu, bukan?"
"Hamba tidak menyangkal, Yang Mulia, dan
hamba berterima kasih sekali."
Kaisar Tang Tai Cung mengelus jenggotnya,
menghela napas lagi mendengar ucapan gadis itu,
karena dia melihat perubahan pada sikap Hong
Lan yang biasanya menyebut dia ayah, kini
menyebut Yang Mulia.
"Hong Lan, ibumu telah berjasa besar dan
banyak sekali kepadaku, dan biarpun ia sudah
meninggal dunia, kami telah menganugerahkan
sebutan pahlawan kepadanya. Engkaupun berjasa
ketika ada pembunuh menyerang, akan tetapi
kenapa engkau menolak pemberian pahala?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mohon seribu ampun, Yang Mulia. Sejak kecil,
hamba telah menerima limpahan budi kebaikan
dan kasih sayang dari paduka, sudah sepantasnya
kalau hamba membela paduka dan tidak ada
pahala lebih besar daripada kasih sayang yang
selama ini hamba rasakan di sini. Hamba
menghadap paduka untuk mohon diri, dan ada
pula permohonan yang hamba amat harapkan
akan paduka kabulkan Yang Mulia."
"Katakanlah, apa yang kauminta, Hong Lan. Aku
pasti akan memenuhi semua permintaanmu."
"Hamba mohon agar paduka suka memberitahu
kepada hamba, siapakah orang tua hamba. Seperti
dipesankan mendiang ibu, paduka mengetahuinya
dan hamba disuruh bertanya kepada paduka. Dan
permohonan ke dua, hamba mohon paduka ijinkan
meninggalkan istana untuk pergi mencari orang
tua hamba."
Kaisar mengangguk-angguk. "Permintaanmu itu
memang sudah sepantasnya. Selama belasan
tahun ibumu merahasiakan keadaan dirimu hanya
karena ia teramat sayang padamu, juga aku amat
sayang padamu, Hong Lan. Sekarang, setelah
engkau mengetahui akan rahasia itu, baiklah akan
kujelaskan sesuai seperti yang pernah diceritakan
ibumu kepadaku. Ketika engkau berusia dua
tahun, kau diculik oleh Kwa Bi Lan dari orang
tuamu, dibawa merantau dan akhirnya ketika
ibumu menjadi pengawal pribadiku, engkau
terbawa pula masuk ke istana, dan ketika ibumu
menjadi selirku, dengan sendirinya engkau menjadi
anakku. Nah, dengarlah baik-baik, ayahmu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang sembarangan, Hong Lan. Dia adalah seorang
pendekar sakti yang terkenal di dunia persilatan,
berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning) bernama Si Han Beng dan dia bersama
isterinya tinggal di dusun Hong-cun yang terletak
di Lembah Sungai Kuning."
Hong Lan merasa betapa jantungnya berdebardebar.
Ayahnya adalah seorang pendekar sakti!
Akan tetapi mengapa ibunya......ibu angkatnya
itu, menculiknya dari orang tuanya? Dan kalau
ayahnya seorang pendekar sakti, kenapa tidak
mengejar penculik itu dan mencarinya sampai
dapat ditemukan? Melihat gadis itu mengerutkan
alisnya dan nampak meragu, kaisar berkata, "Hong
Lan, apakah ada yang hendak kau tanyakan
kepadaku?"
"Ampun, Yang Mulia. Akan tetapi.....kenapa ibu
menculik hamba? Dan kenapa pula kalau orang
tua hamba itu sakti, tidak merebut kembali anak
mereka yang diculik?"
Kaisar Tang Tai Cung tersenyum. "Itu
merupakan rahasia Kwa Bi Lan dan akupun tidak
tahu. Sebaiknya engkau tanyakan saja kepada
orang tuamu itu, Hong Lan."
"Yang Mulia, hamba mohon diri untuk pergi
mencari orang tua hamba itu!"
Melihat gadis itu penuh semangat, Kaisar Tang
Tai Cung mengangguk-angguk. Memang ada
sesuatu pada diri gadis ini yang mengagumkan.
Biarpun sejak kecil ia hidup sebagai puteri kaisar,
hidup di istana yang serba mewah dan dimuliakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang, namun ia tidak menjadi seorang puteri yang
manja. Masih jelas nampak darah pendekar di
tubuhnya, dari sikapnya, dari pandang matanya.
Kaisar ini teringat akan anak-anaknya sendiri dan
diapun diam-diam mengeluh. Putera-putera
kandungnya hanya pandai saling bersaing dan
memperebutkan kekuasaan, puteri-puterinya
hanya pandai bersolek dan bermanja. Justeru
Hong Lan, bukan darah dagingnya, menjadi
seorang gadis yang berjiwa pendekar. Dia sendiri,
andaikata tidak menjadi kaisar, tentu menjadi
seorang pendekar pula dan mungkin keturunannya
tidak seperti sekarang ini.
"Baiklah, anakku. Aku akan tetap
menganggapmu sebagai anakku, Hong Lan.
Engkau boleh pergi dan bawalah semua barangbarangmu
yang berharga. Ketahuilah bahwa dalam
perjalanan jauh, engkau membutuhkan biaya, dan
berhati hatilah karena di luar istana terdapat
banyak orang jahat yang mungkin akan
mengganggumu."
Di dalam hatinya, Hong Lan hendak membantah
dan mengatakan bahwa di dalam istanapun
terdapat banyak orang jahat, akan tetapi ia
menahan diri. Sekarang ia tidak boleh bersikap
seperti biasanya terhadap kaisar. "Terima kasih,
Yang Mulia. Hamba sudah bersiap-siap dan hamba
akan menyamar sebagai seorang pria agar
perjalanan hamba lancar dan tidak mengalami
banyak gangguan."
Kaisar tertawa bergelak dan mengelus
jenggotnya, nampak gembira sekali. "Ha-ha-ha,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagus sekali! Engkau memang berjiwa petualang!
Ha-ha, membayangkan engkau menjadi pria dan
mengembara seorang diri. Alangkah senangnya dan
gembiranya kalau aku dapat menyertaimu,
bertualang di dunia bebas! Akan tetapi, tidak
mungkin. Aku telah terikat oleh singgasana
ini.........! Berangkatlah, anakku, berangkatlah dan
jagalah dirimu baik-baik."
"Harap Yang Mulia suka menjaga diri baik-baik
pula......." kata Hong Lan terharu. "Hamba mohon
diri ...... "
Hong Lan bangkit dan hendak pergi, akan tetapi
baru beberapa langkah, Kaisar Tang Tai Cung
memanggilnya. "Hong Lan, berhenti duju!"
Gadis itu menahan langkahnya, lalu memutar
tubuh memandang kepada kaisar. "Kesinilah!"
Hong Lan melangkah ragu, mendekati. "Lan Lan,
aku ingin sebelum engkau pergi, engkau sebutlah
aku seperti dahulu. Sebutlah aku ayah, karena
sesungguhnya, di dalam batinku aku mengakui
bahwa engkau anakku. Sebutlah, mungkin untuk
terakhir kali, Hong Lan."
Sepasang mata gadis itu menjadi kemerahan dan
menahan-nahan diri agar tidak menangis, lalu
memaksa diri untuk berkata lirih, "Ayahanda......"
"Lan Lan.....!" Kaisar itu meraih dan Hong Lan
dan sudah dirangkulnya dan diciumnya dahi
puterinya itu, seperti yang biasa dia lakukan. Dan
kini Hong Lan tidak dapat menahan tangisnya lagi,
iapun merasa amat sayang kepada kaisar dan tahu
betapa kaisar memiliki banyak sekali musuh dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selimut, banyak yang iri, banyak yang
menginginkan kedudukannya, dan kini terpaksa ia
meninggalkan kaisar, setelah ibunya meninggal.
Tiba-tiba Kaisar Tang Tai Cung melepaskan
rangkulannya dan mendorong lembut tubuh
puterinya, lalu tertawa bergelak. "Haii! Apa-apaan
ini? Kita bertangisan seperti dua orang yang lemah
dan cengeng! Memalukan! Engkau seorang
pendekar wanita, Lan Lan, tidak boleh menangis.
Pula setelah engkau menyamar pria, engkau sama
sekali tidak boleh menangis, akan ketahuan
orang!"
Biarpun kedua matanya basah, kaisar itu
tertawa bergelak dan Hong Lan juga tertawa.
"Selamat tinggal.........ayah......."
"Selamat jalan, anakku. Sampaikan salam
kepada orang tuamu dan katakan bahwa aku, Li Si
Bin, sangat mengagumi mereka dan telah
mendengar akan nama besar mereka."
Pergilah Hong Lan dengan langkah tegap
meninggalkan ruangan itu, untuk berkemas dan
mulai melakukan perjalanannya mencari orang tua
kandungnya.
Pangeran Li Seng Cun dihukum buang bersama
semua keluarganya, dan kaki tangannya dihukum
mati. Diam-diam hal ini tidak disetujui oleh Bu Mei
Ling, dayang yang berjasa itu, yang semenjak hari
itu diangkat menjadi selir resmi Kaisar. Tentu saja
ia tidak berani berkata sesuatu, hanya di dalam
hatinya ia khawatir bahwa orang-orang yang sudah
berkhianat itu, para pemberontak itu, kalau hanya
dihukum buang, tentu masih mempunyai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan untuk menyusun kekuatan dan kelak
memberontak lagi!
-ooo0dw0ooo-
Tidak sukar bagi Thian Ki dan Cin Cin untuk
menemukan rumah orang yang mereka cari. Setiap
orang di dusun Hong-cun, bahkan di dusun-dusun
lain di wilayah itu, tahu belaka di mana tempat
tinggal Huang-ho Sin-liong Si Han Beng dan
isterinya. Suami isteri pendekar sakti ini tinggal di
dusun yang sunyi, bahkan mereka hidup sebagai
petani dan tidak pernah mencampuri urusan
ramai, walaupun mereka berdua tidak pernah lalai
berlatih silat. Latihan ini amat penting bagi
mereka, bukan hanya untuk menjaga kondisi
tubuh agar tidak hilang terbuang saja ilmu-ilmu
yang telah mereka pelajari selama bertahun-tahun.
Bahkan suami isteri ini, bersama-sama mulai
mengkombinasikan ilmu-ilmu mereka untuk
merangkai ilmu silat baru yang khas milik keluarga
mereka!
Diam-diam Thian Ki dan Cin Cin kagum sekali
melihat keadaan rumah pendekar itu. Tidak jauh
bedanya dengan rumah-rumah di dusun Hongcun,
sederhana saja namun amat bersih dan sedap
dipandang karena terpelihara baik-baik. Rumah itu
memiliki pekarangan yang luas, yang ditanami
berbagai macam tanaman obat dengan hiasan
tanaman bunga di sana-sini. Burung-burung
berterbangan dan berkicau di pohon-pohon
sekeliling rumah mendatangkan suasana yang
tenang, tenteram dan damai, sedikitpun tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membayangkan kekerasan seperti yang biasa
menghiasai kehidupan seorang pendekar.
Sejam yang lalu sebelum Thian Ki dan Cin Cin
tiba di luar pekarangan rumah itu, Si Han Beng
dan isterinya, Bu Giok Cu, baru saja pulang dari
ladang dimana mereka bekerja sejak pagi sampai
siang dan kini mereka berdua baru saja selesai
makan siang. Ketika A-kiu, satu-satunya pelayan
mereka yang bekerja sebagai pembantu untuk
memelihara taman dan kebun, melapor bahwa di
luar ada dua orang muda yang ingin bertemu, Si
Han Beng dan istrinya saling pandang.
"Siapakah mereka? Apakah penduduk dusun ini
atau dusun tetangga?" tanya Bu Giok Cu kepada
pembantunya.
"Bukan, li-hiap, mereka sama sekali bukan
penduduk dusun, bukan petani karena keduanya
membawa pedang di punggung. Mereka masih
muda, dan yang wanita buntung tangan kirinya."
Pembantu itu sudah biasa menyebut tai-hiap
kepada Si Han Beng dan menyebut li-hiap kepada
Bu Giok Cu.
Kembali suami isteri itu saling pandang,
kemudian mereka berdua berjalan keluar untuk
menemui tamu mereka. Ketika mereka tiba di luar
pintu depan, mereka melihat seorang pemuda dan
seorang gadis yang buntung tangan kirinya.
Mereka memandang penuh perhatian, akan tetapi
tidak merasa kenal kepada dua orang muda itu.
Pemuda itu berpakaian sederhana dan ringkas,
sikapnya tenang sekali dan mukanya tidak terlalu
tampan namun ganteng dan jantan, gerak-geriknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lembut dan tidak nampak seperti seorang ahli silat
tangguh. Adapun gadis yang berdiri di sebelahnya
itu lebih menarik perhatian, cantik dan pakaiannya
juga sederhana ringkas, namun setiap gerakgeriknya
membayangkan kegagahan dan
keberanian, matanya mencorong menatap suami
isteri pendekar itu tanpa sungkan-sungkan, dan
biarpun tangan kirinya buntung sebatas
pergelangan, namun ia masih nampak gagah
berwibawa. Dilihat sepintas lalu saja dapat diduga
bahwa gadis ini telah menguasai ilmu silat secara
mendalam dan memiliki ketangguhan.
Sementara itu, Thian Ki memandang kepada
suami isteri itu dengan kagum. Biarpun ketika
bertemu dengan pendekar sakti itu, dia baru
berusia empat lima tahun, akan tetapi dia masih
mengenal pamannya itu. Pendekar Si Han Beng
adalah adik angkat mendiang ayahnya, Coa Siang
Lee. Bahkan dia masih ingat baik-baik kepada Bu
Giok Cu, isteri pendekar sakti itu. Dahulu, ayah
dan ibunya yang menjadi wali, menikahkan
pasangan suami isteri ini! Maka, kini berhadapan
dengan suami isteri yang dikaguminya itu, yang
berpakaian sebagai petani-petani biasa, Thian Ki
tertegun penuh kagum dan seperti terpukau dan
tidak dapat mengeluarkan suara. Adapun Cin Cin
yang melihat suami isteri yang oleh Thian Ki
dikabarkan sebagai suami isteri pendekar, bahkan
dahulu seluruh orang Hek-houw-pang memujimujinya,
bahkan ia sendiri oleh mendiang
kakeknya dikirim kepada suami isteri ini untuk
menjadi murid, kini tertegun karena kecewa.
Kiranya suami isteri pendekar sakti itu sama sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak meyakinkan penampilan mereka, hanya
petani biasa!
Melihat sepasang orang muda itu tertegun. Bu
Giok Cu yang berwatak lincah tersenyum ramah.
"Aih, aih......! Kalian ini datang hendak menemui
kami, mempunyai keperluan ataukah sekedar
hanya ingin menjadi penonton? Kami berdua
bukan tontonan aneh, kenapa kalian bengong
seperti itu?" Suara ini ramah dan nadanya
bergurau.
Thian Ki segera memberi hormat. "Paman Si Han
Beng, bibi Bu Giok Cu, kuharap selama ini paman
dan bibi mendapat berkah Tuhan dan dalam
keadaan sehat dan selamat."
Melihat pemuda yang demikian sopan dan katakatanya
demikian enak didengar, Si Han Beng
menoleh kepada isterinya sambil mengangkat alis,
seolah bertanya siapa pemuda yang ramah itu.
Akan tetapi isterinya menggeleng kepala, dan
mereka kembali memandang kepada pemuda dan
gadis itu.
Kini Thian Ki yang tersenyum. "Agaknya paman
dan bibi yang mulia telah lupa kepadaku? Aku
adalah Coa Thian Ki ........ "
"Aihhh........!!" Si Han Beng berseru. "Putera
mendiang kakak Coa Siang Lee.......?"
"Ah, benar dia! Anak yang dulu tidak suka
belajar silat itu!" kata pula Bu Giok Cu yang kini
teringat. "Akan tetapi lihat, dia sekarang
membawa-bawa pedang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suami isteri itu gembira sekali. Si Han Beng
memegang tangan kanan Thian Ki dan Bu Giok Cu
memegang tangan kirinya. Pemuda itu merasa
terharu bukan main. Biarpun tanpa banyak cakap,
dan melalui pegangan tangan kedua orang suami
isteri itu, dia merasakan getaran kasih sayang yang
membuat dia ingin menangis. Pantas saja kalau
ayah ibunya pernah terkagum-kagum dan amat
menghormati suami isteri pendekar ini. Kiranya
dari hati mereka terpancar kasih sayang yang
murni.
"Thian Ki, engkau telah menjadi seorang pemuda
yang jantan!" kata Bu Giok Cu gembira. "Dan ini,
siapakah nona ini?" Kini suami isteri itu
melepaskan kedua tangan Thian Ki dan mereka
menghadapi gadis yang buntung tangan kirinya.
"Paman, bibi, adik ini bukan orang lain. Ia
adalah Kam Cin, puteri paman Kam Seng Hin
ketua Hek-houw-pang yang dahulu pernah dikirim
ke sini untuk menjadi murid paman dan bibi."
"Aihhhh......! Engkaukah anak itu?" Bu Giok Cu
mendekat dan memegang pundak gadis itu dengan
akrab. "Kami di sini sudah mendengar semua yang
terjadi di Ta-bun-cung, apa yang menimpa
keluarga Hek-houw-pang. Kami mendengar pula
dari murid kami The Siong Ki tentang dirimu, Cin
Cin. Katanya engkau diajak oleh seorang
susiokmu, diantar ke sini, akan tetapi kenapa
engkau tidak sampai di sini?"
"Bibi, panjang ceritanya," kata Cin Cin.
"Ah, mari kita masuk, kita bicara di dalam!" kata
Si Han Beng. Isterinyapun baru ingat akan hal itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mereka semua memasuki rumah dan tak lama
kemudian mereka sudah bercakap-cakap di
ruangan tamu yang berada di depan sebelah kiri
rumah. Dari jendela yang terbuka dapat nampak
taman bunga yang terawat baik. Tanah di lembah
Huang-ho itu memang subur.
Di ruangan itu, suami isteri pendekar sungai
Huang-ho mendengarkan cerita Cin Cin tentang
dirinya yang tidak jadi menjadi murid mereka
karena kecurangan Lai Kun yang kemudian
menjadi ketua Hek-houw-pang dan sekarang telah
membunuh diri.
Akan tetapi Cin Cin tidak menceritakan bahwa ia
telah menjadi murid Tung-hai Mo-li Bhok Sui Cin.
Mendengar cerita itu, Si Han Beng menghela
napas panjang. "Ahh, sungguh tidak kusangka
Hek-houw-pang bernasib begitu buruk sehingga
ayah kalian berdua tewas ketika Hek-houw-pang
diserbu musuh. Aku tidak merasa heran
mendengar bahwa di antara para penyerbu itu
terdapat Can Hong San, seorang yang memang
sejak dahulu berwatak jahat bukan main seperti
setan. Akan tetapi yang membuat aku merasa
bingung adalah ketika mendengar bahwa di antara
mereka terdapat pula Lie Koan Tek, padahal dia
adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang gagah
perkasa. Bagaimana mungkin dia bekerja sama
dengan para tokoh sesat, melakukan penyerbuan
kepada Hek-houw-pang?"
"Paman, Can Hong San telah tewas di tangan Cin
Cin ini," kata Thian Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suami isteri itu terbelalak. "Engkau? Engkau
mampu membunuh Can Hong San? Bukan
main...!" kata Bu Giok Cu, terkejut, heran dan
hampir tidak dapat percaya. Tingkat kepandaian
Can Hong San sudah amat tinggi, bahkan ia
sendiripun hanya dapat mengimbangi dan sukar
untuk dapat mengalahkannya. Mungkin hanya
suaminya saja yang akan mampu mengalahkan
Can Hong San, dan gadis muda yang buntung
tangan kirinya ini dapat membunuhnya!
"Ah, kalau tidak dibantu oleh Thian Ki, belum
tentu aku akan mampu menewaskannya. Dia
memang tangguh luar biasa," kata Cin Cin
merendah. "Dan Lie Koan Tek yang paman sebutsebut
tadi kini telah menjadi ayah tiriku."
"Ehhh? Apa pula ini?" Bu Giok Cu berseru kaget
dan heran. "Kau maksudkan, ibumu ..yang telah
menjadi janda itu kini menikah dengan Lie Koan
Tek, seorang di antara mereka yang menyerbu Hekhouw-
pang?"
"Dan ayahmu tewas dalam penyerbuan itu!" kata
pula Si Han Beng heran.
Cin Cin menghela napas panjang. "Paman dan
bibi, tadinya akupun merasa penasaran sekali
kepada ibu, dan aku pernah amat marah dan
membencinya ketika mendengar ia menikah
dengan seorang di antara para penyerbu Hekhouw-
pang, seorang di antara mereka yang
menyebabkan kematian ayahku. Akan tetapi
setelah aku bertemu dengan mereka, dengan ibuku
dan dengan Lie Koan Tek, baru aku tahu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduknya perkara dan aku tidak menyalahkan
ayah tiriku."
Dengan singkat Cin Cin lalu menceritakan
tentang Lie Koan Tek yang dibebaskan dari penjara
oleh Cian Bu Ong bersama Can Hong San dan yang
lain-lain dengan syarat mereka itu akan
membantunya merebut kembali tahta Kerajaan Sui
yang dijatuhkan oleh Kerajaan Tang. Kemudian,
ketika Cian Bu Ong menyuruh para pembantunya
menyerbu Hek-houw-pang yang dianggap
membantu pemerintah baru, Lie Koan Tek terpaksa
ikut menyerbu. Akan tetapi, dia tidak ingin
melakukan pembunuhan, dan ketika melihat
ibunya terancam, dia menolongnya dan
membawanya pergi dari dusun yang sedang
diserbu itu.
"Lie Koan Tek bukan penjahat, dia hanya
terpaksa ikut dalam penyerbuan. Akan tetapi
semenjak itu, dia tidak kembali kepada Cian Bu
Ong dan melarikan diri bersama ibu. Akhirnya, ibu
juga menyadari keadaan pendekar Siauw-lim-pai
itu dan menerima pinangannya." Cin Cin
menundukkan mukanya dan kedua pipinya agak
kemerahan.
Melihat ini, Bu Giok Cu segera menghiburnya.
"Kalau begitu, ibumu tidak bersalah, dan memang
kamipun mengenal siapa Lie Koan Tek itu. Dia
seorang pendekar Siauw-lim-pai dan memang dia
pernah ditangkap pemerintah karena Siauw-limpai
ketika itu dituduh memberontak. Yang menjadi
biang keladi penyerbuan dan penghancuran HekTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
houw-pang adalah bekas Pangeran Cian Bu Ong
itulah! Dialah yang jahat!"
Cin Cin mengerling kepada Thian Ki dan pemuda
itu segera berkata, "Bibi dan paman harap
mengetahui bahwa Pangeran Cian Bu Ong itu
sekarang telah menjadi ayah tiriku pula.. "
Kini suami isteri itu benar-benar melonjak
saking kaget dan herannya. Mereka menatap wajah
Thian Ki dan pandang mata mereka tajam
menembus penuh selidik. "Bagaimana mungkin
ini?" teriak Si Han Beng penasaran. "Kakak iparku
Sim Lan Ci setelah ditinggal mati kakakku Coa
Siang Lee malah menikah dengan bekas pangeran
yang telah membasmi Hek-houw-pang dan
menyebabkan kematian suaminya? Tidak mungkin!
Aku mengenalnya sebagai seorang yang mencinta
suaminya dan....." Tiba-tiba dia terdiam ketika
bertemu pandang mata dengan isterinya.
Dalam pandang mata itu, isterinya seperti
mengingatkan dia. Memang benar, betapapun juga,
Sim Lan Ci adalah puteri mendiang Ban-tok Mo-li
Phang Bi Cu yang pernah menjadi iblis betina yang
amat kejam dan jahat! Biarpun nampak baik, akan
tetapi siapa tahu ia menuruni watak ibunya?
Thian Ki menghela napas panjang dan melihat
pandang mata Si Han Beng kepadanya, diapun
berkata, "Aki tidak menyalahkan paman dan bibi
kalau menjadi heran dan menyalahkan ibu. Akan
tetapi, sungguhnya ibu tidaklah seperti yang dikira
orang. Ia tetap seorang ibu yang baik dan ia amat
mencinta mendiang ayah. Dan kalau ia kini
menjadi isteri ayah tiriku Cian Bu Ong, hal itupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mengherankan. Ayah tiriku itupun seorang
gagah perkasa yang amat baik, sama sekali bukan
orang jahat, dan agaknya ia memang patut
mendapat kekaguman dan kesayangan ibuku."
Lalu Thian Ki menceritakan tentang diri Cian Bu
Ong. "Dia seorang pahlawan sejati, tentu saja
pahlawan Kerajaan Sui yang dirobohkan Kerajaan
Tang. Dia tentu saja menganggap Kerajaan Tang
sebagai pemberontak dan sebagai seorang
pahlawan Sui, dia berusaha sekuat tenaga untuk
merebut kembali tahta Kerajaan Sui yang telah
jatuh. Namun dia gagal. Peristiwa di Hek-houwpang
itu terjadi bukan karena dia mempunyai
permusuhan pribadi dengan Hek-houw-pang
melainkan melihat Hek-houw-pang memihak
Kerajaan baru dan membantu kerajaan baru untuk
menangkap dia yang dianggap pemberontak oleh
Kerajaan Tang, maka terjadilah penyerbuan itu.
Saya kira paman dan bibi yang bijaksana akan
dapat mempertimbangkan dengan adil tentang
kesediaan ibuku menjadi isteri bekas Pangeran
Cian Bu Ong."
Si Han Beng saling pandang dengan Bu Giok Cu
dan pendekar ini mengangguk-angguk. "Yaaah,
begitulah perang! Perang merupakan peristiwa keji
yang menimbulkan banyak hal yang keji pula.
Kalau ada dua pihak berperang, maka terjadilah
pandangan-pandangan yang saling bertentangan.
Apa yang dianggap baik oleh satu pihak, tentu
dianggap buruk oleh pihak lain, tergantung dari
penilaian, pihak mana yang diuntungkan dan
pihak mana yang dirugikan. Kiranya yang
menghancurkan Hek-houw-pang adalah perang. Ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nasib namanya dan kalau kita ingin mencari biang
keladinya dan menyalahkannya, maka yang
bersalah adalah perang. Sek arang aku mengerti
dan tidak heran lagi mengapa ibumu menjadi isteri
bekas pangeran itu, Thian Ki."
"Perang memang kotor dan keji, Thian Ki," kata
Bu Giok Cu, "dan tidak mungkin kita bicara
tentang dendam kalau ada yang jatuh tewas
sebagai korban perang. Perang melibatkan sebuah
kerajaan, melibatkan rakyat. Tidak mungkin kita
mendendam kepada sebuah kerajaan berikut
semua rakyatnya, dan kalau terjadi bunuh
membunuh, maka semua itu dilakukan karena
dorongan perang, bukan karena dendam pribadi."
"Maaf, paman dan bibi. Bukankah The Siong Ki
itu murid paman dan bibi?"
"Benar, tentu kalian telah mengenalnya karena
orang tuanya juga menjadi korban ketika Hekhouw-
pang diserbu," jawab Si Han Beng.
"Apakah dia tidak berada di sini?" tanya pula Cin
Cin dan wajahnya mulai menjadi merah, matanya
bersinar marah. Melihat ini, Bu Giok Cu segera
bertanya.
"Engkau mencari dia? Kenapakah? Dia belum
kembali."
"Aku mencarinya untuk menantangnya! Dia
telah berbuat jahat, menyerang dan melukai ibuku
dan ayah tiriku!"
Kembali suami isteri pendekar itu terkejut
Kedatangan dua orang muda ini merupakan
kejutan yang membawa banyak kejutan pula "Ehh!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang telah dia perbuat?' tanya Si Han Beng.
"Kenapa dia menyerang ibumu dan ayah tirimu?"
"Dia menuduh ayah tiriku yang membunuh
ayahnya dalam penyerbuan di Hek-houw-pang dan
dia menghina karena ibu menjadi isteri Lie Koan
Tek, dan kalau aku tidak muncul, mungkin ibuku
dan ayah tiriku celaka di tangannya. Aku datang
dan melawannya, akan tetapi dia melarikan diri!"
"Ah, lancang sekali anak itu!" kata Bu Giok Cu
mengerutkan alisnya, "Hemmm, kalau dia pulang,
aku akan menegurnya dengan keras dan akan
menyuruh dia minta maaf kepada ibumu dan ayah
tirimu, Cin Cin," kata Si Han Beng, diam-diam
merasa heran mengapa muridnya bertindak
selancang itu, padahal dia sudah memesan agar
muridnya itu tidak mendendam kepada siapapun.
Pada saat itu, tiba-tiba nampak bayangan
berkelebat dan seorang wanita cantik muncul di
luar jendela ruangan itu, pakaiannya dari sutera
serba putih sehingga ia nampak cantik dan anggun
seperti seorang dewi. Namun sepasang matanya
mencorong dingin dan menyeramkan ketika ia
memandang ke arah Cin Cin.
"Subo.......!" Gadis itu berseru kaget bukan main
ketika melihat gurunya tiba-tiba berdiri di luar
jendela ruangan itu.
"Keluarlah, aku mau bicara!" kata wanita itu dan
sekali berkelebat ia sudah lenyap dari luar jendela
itu.
"Maaf, aku mau menemui subo dulu!" kata Cin
Cin dan iapun melangkah keluar meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu. Thian Ki juga bangkit dan
mengikutinya keluar karena kebetulan sekali,
diapun ingin menemui guru Cin Cin untuk
membujuknya agar tidak melibatkan Cin Cin
dalam urusan pribadinya dengan Cian Bu Ong.
Suami isteri itu mengerutkan alis, saling pandang,
lalu keduanya bangkit dan perlahan-lahan mereka
melangkah keluar.
Di pekarangan luar yang luas, Tung-hai Mo-li
Bhok Sui Lan berdiri tegak dan Cin Cin berlutut di
depannya. Wanita cantik itu kelihatan
mengerutkan alisnya dan pandangannya menyapu
keadaan muridnya, berhenti sebentar pada tangan
kiri yang buntung. Ia sama sekali tidak perduli
ketika melihat seorang pemuda keluar dari pintu
rumah itu, kemudian sepasang suami isteri
berpakaian petani keluar pula, seolah mereka
bertiga itu hanya bayangan baginya, tiga orang
yang tidak masuk hitungan.!
"Cin Cin, bagaimana dengan tugas-tugas yang
kuberikan kepadamu? Sudahkah engkau
melaksanakannya?" terdengar ia berkata, suaranya
dingin. Diam-diam Thian Ki memakinya dalam
hati. Sungguh wanita iblis, melihat keadaan
muridnya yang kehilangan tangan kiri, tidak
menanyakan tentang tangan itu akan tetapi yang
ditanyakan adalah pelaksanaan tugas!
"Teecu sudah berhasil membunuh Can Hong San
dengan pedang ini, subo......"
"Berikan pedang itu kepadaku!"
Cin Cin melepaskan tali pedangnya dan
menyerahkan pedang berikut sarungnya kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gurunya. Tung-hai Mo-li mencabut Koai-liong-kiam
dan nampak sinar kehijauan. Ia memeriksa pedang
dan melihat adanya bekas darah, maka ia
mengangguk-angguk sambil tersenyum dan
memandang langit. "Suheng, tenanglah engkau di
sana, anakmu yang durjana dan murtad itu telah
mampus!" katanya dan iapun menyimpan kembali
pedangnya, lalu mengikatkan di punggung.
"Dan bagaimana dengan Cian Bu Ong?
Sudahkah engkau membunuhnya?"
Cin Cin menundukkan mukanya. "Teecu
menemukannya dan menantangnya, akan tetapi
teecu telah gagal, subo."
"Gagal? Engkau telah gagal dan berani melapor
kepadaku? Sudah kukatakan bahwa sebelum
engkau berhasil melaksanakan tugas-tugas itu,
engkau tidak boleh bertemu dan melaporkan
kepadaku."
"Maaf, subo. Teecu.....akan mencarinya dan
mencoba lagi, dengan taruhan nyawa teecu....."
"Hemm, kau kehilangan tangan kirimu dalam
usaha membunuhnya itu?"
"Benar, subo."
"Huh! Kau tidak ada gunanya! Pergilah dan cari
dia, bunuh dia, kalau perlu dengan taruhan
tanganmu yang kanan atau nyawamu!"
"Nanti dulu........!" Bu Giok Cu tidak tahan lagi
mendengar dan ia sudah menghampiri Tung-hai
Mo-li. "Sikapmu ini sungguh keterlaluan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai Mo-li menoleh dan memandang kepada
Bu Giok Cu dengan alis berkerut. "Huh, engkau
perempuan tani tidak usah mencampuri urusan
pribadi antara aku dan muridku, atau kubuntungi
lehermu.”
Selama ini Bu Giok Cu hidup tenteram dan ia
telah memupuk kesabaran, akan tetapi sikap dan
ucapan Tung-hai Mo-li itu seperti api yang amat
panas membakarnya. Mukanya menjadi
kemerahan dan matanya mengeluarkan sinar
berapi.
"Aku tidak mencampuri urusan siapa-siapa.
Akan tetapi Kam Cin ini adalah tamu kami, bahkan
masih ada hubungan keluarga dengan kami.
Engkau tidak pantas menekannya seperti itu.
Kalau benar engkau ini gurunya, kenapa sikapmu
seperti iblis betina terhadap musuhnya, bukan
seperti guru terhadap murid? Ia telah kehilangan
tangan kirinya karena hendak melaksanakan
perintahmu, dan engkau bukan bersukur, bahkan
menekan dan menghinanya. Engkau ini bukan
manusia."
"Perempuan dusun busuk! Mampuslah!" Tangan
Tung-hai Mo-li bergerak menyambar. Tamparan itu
dahsyat sekali, dapat menghancurkan batu karang,
apalagi rahang seorang wanita dusun, tentu akan
hancur lebur terkena tamparan itu.
"Wuuuuttt!" Tung-hai Mo-li tertegun karena
tamparan itu luput! Kemarahannya memuncak dan
kini tubuhnya berkelebat. Nampak bayangan putih
dan ia sudah menyerang dengan pukulan-pukulan
maut secara bertubi-tubi. Akan tetapi, ia kecele
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau mengira akan mampu merobohkan
perempuan dusun itu dengan mudah! Tubuh Bu
Giok Cu berubah menjadi bayangan hitam karena
pakaiannya serba hitam dan semua pukulan Tunghai
Mo-li luput! Ketika wanita iblis itu
mengerahkan seluruh tenaga ke dalam kedua
tangannya dan mengirim pukulan beruntun
dengan dorongan telapak tangan, Bu Giok Cu
menyambut dengan gerakan serupa.
"Plak! Plakk!"
Dua pasang tangan bertemu dan akibatnya,
kedua orang wanita itu terdorong ke belakang
sampai tiga langkah! Tung-hai Mo-li terbelalak
memandang perempuan dusun itu dan Bu Giok Cu
juga memandang sambil tersenyum mengejek. Ia
telah membuktikan bahwa wanita galak itu tidak
mampu mengalahkannya, jangankan
membunuhnya!
Berubah pandangan Tung-hai Mo-li terhadap
perempuan dusun itu. "Siapa engkau...........?"
bentaknya marah. "Jangan mati tanpa nama!" Ia
menghunus pedang yang tadi diterimanya dari Cin
Cin dan nampak sinar hijau.
"Mo-li, tenanglah dan harap sabar. Kami tidak
ingin bermusuhan denganmu atau siapapun juga."
kata Si Han Beng sambil melangkah maju melerai.
Mendengar laki-laki dusun itu menyebutnya Moli,
Tung-hai Mo-li menghadapinya dan memandang
tajam. "Engkau mengenalku?"
Si Han Beng tersenyum. "Tadinya memang tidak,
akan tetapi setelah engkau tadi mencabut pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menyerang isteriku, aku dapat menduga
bahwa engkau tentulah Tung-hai Mo-li Bhok Sui
Lan, datuk dari pantai timur, bukan?"
Tung-hai Mo-li makin kaget. Laki-laki dusun ini
mengenalnya, mengenal pedangnya dan mengenal
imu silatnya! "Siapakah engkau?"
"Tung-hai Mo-li, kami suami isteri hanyalah
orang-orang dusun seperti katamu tadi, bukan
tokoh terkenal seperti engkau. Namaku Si Han
Beng dan ini adalah isteriku dan seperti yang
dikatakan tadi, nona Kam Cin adalah tamu kami
dan tentu saja kami melarang siapapun
mengganggu termasuk engkau sebagai gurunya
yang tidak adil."
"Kau......kau......Huang-ho Sing-liong!" Tung-hai
Mo-li berseru kaget.
Si Han Beng tersenyum. "Hanya orang-orang
bodoh saja yang memberi julukan semuluk itu.
Aku hanya petani dusun biasa."
Tentu saja Tung-hai Mo-li merasa malu bukan
main. Ia tadi telah menganggap suami isteri
pendekar besar ini sebagai petani dusun! Akan
tetapi ia seorang datuk besar, maka tentu saja ia
merasa malu kalau harus mengakui
kesombongannya. Ia melintangkan pedangnya di
depan dada. "Huang-ho Sin-liong! Engkau sendiri
seorang tokoh dunia persilatan, tentu engkau dan
isterimu tahu akan peraturan dan kesopanan
dunia kang-ouw, yaitu bahwa seseorang tidak
dibenarkan mencampuri urusan antara guru dan
muridnya, karena hal itu merupakan urusan
pribadi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, Mo-li!" Bu Giok Cu berseru, tak
kalah pedasnya. "Engkau seperti kata peribahasa
dapat melihat kuman di rambut orang lain, akan
tetapi tidak dapat melihat kutu busuk di kepala
sendiri! Engkau tadi memasuki pekarangan orang,
mengintai dari jendela ruangan orang tanpa
permisi. Apakah itu juga sikap yang dibenarkan
antara orang gagah? Dan ketahuilah bahwa kami
memiliki hubungan dekat dengan keluarga Hekhouw-
pang, maka Cin Cin, puteri ketua Hek-houwpang
ini dapat kami anggap sebagai keponakan
sendiri. Tentu kami tidak mau sembarangan orang
menghinanya!"
Tung-hai Mo-li merasa kalah bicara dengan
nyonya cantik yang lincah itu, maka untuk
menutupi kekalahannya, ia menantang, "Kalau
begitu, mari kita selesaikan dengan pedang! Kita
lihat siapa yang salah pasti kalah!"
"Engkau menantangku!" Bu Giok Cu tersenyum
mengejek. "Jangan mengira bahwa aku perempuan
dusun takut kepada pedangmu dan julukanmu itu,
julukan kosong melompong dan pedang itu hanya
untuk menakut-nakuti ular di sawah saja!
Majulah!"
Akan tetapi, Si Han Beng segera melangkah
maju menengahi, "Isteriku, mundurlah. Kalau dua
ekor singa betina berkelahi, pasti ada salah satu
yang akan tewas, dan aku tidak ingin melihat
engkau melakukan pembunuhan! Biarlah aku yang
menyambut tantangannya."
Bu Giok Cu tertawa. "Hi-hik, engkau tahu saja
bahwa aku yang akan keluar sebagai pemenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan ia yang akan tewas. Akan tetapi, kalau kau
yang maju, tentu ia tidak akan berani. Aku
mendengar bahwa yang julukannya Tung-hai Mo-li
orangnya penakut dan pengecut!"
Hampir Thian Ki tak dapat menahan tawanya.
Nyonya rumah ini sungguh hebat. Lidahnya lebih
tajam daripada pedang pusaka dan dengan
ucapannya itu, tentu saja ia telah menyudutkan
Tung-hai Mo-li. Dan memang benar. Tung-hai Mo-li
menjadi pucat saking marahnya.
"Huang-ho Sin-liong, siapa takut padamu? Biar
kubunuh dulu engkau, baru isterimu yang
bermulut busuk itu!" Setelah berkata demikian
wanita ini menggerakkan pedangnya. Gerakan itu
amat cepatnya, pedang diputar menjadi sinar hijau
yang bergulung-gulung dan sinar ini menyambar
ke arah Si Han Beng!
Pendekar ini mengenal serangan yang amat
ganas dan dahsyat, maka diapun menggerakkan
tubuhnya dan memainkan Hui-tiauw Sin-kun (Silat
Sakti Rajawali Terbang). Akan tetapi, kalau
dibandingkan dengan ilmu silat itu ketika
dimainkan mendiang Rajawali Sakti Liu Bhok Ki,
gurunya yang pertama, jauh berbeda. Si Han Beng
telah memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat
sehingga dia jauh lebih cepat dan kuat dalam ilmu
itu dibandingkan gurunya dahulu. Tubuhnya
bagaikan seekor burung rajawali, mencelat ke
udara dan semua serangan pedang bersinar hijau
itu tidak mengenai sasaran, bahkan kini tubuhnya
dari atas meluncur ke bawah dengan gerakan yang
aneh dan cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai Mo-li yang selama ini memandang
rendah semua lawannya, terkejut bukan main dan
cepat ia menggerakkan pedang menyambut
bayangan yang meluncur dari atas itu. Akan tetapi,
sambaran angin dari atas membuat ia terhuyung
dan terpaksa ia melempar tubuhnya ke atas tanah
dan bergulingan. Ketika ia meloncat bangun, ia
mengebut-ngebutkan pakaiannya yang menjadi
kotor. Ia luput dari sambaran Si Naga Sungai
Kuning, akan tetapi pakaiannya menjadi kotor dan
ia tahu bahwa menghadapi suami isteri yang amat
lihai itu, ia dapat membahayakan dirinya sendiri.
Ia melihat pendekar itu sudah berdiri lagi dengan
sikap amat tenang, terlalu tenang sehingga ia tahu
bahwa orang ini memang benar-benar berbahaya
sekali.
"Mo-li, kenapa berhenti?" Bu Giok Cu mengejek.
"Belum lecet kulitmu, belum terluka dagingnya,
dan engkau sudah menghentikan pertandingan!”
Tung-hai Mo-li boleh jadi angkuh, akan tetapi ia
bukan seorang tolol. Ia tahu bahwa kalau ia
melayani, ia akan celaka di tangan suami isteri
yang kelihatan seperti sepasang petani dusun itu.
"Aku datang untuk berurusan dengan muridku,
bukan dengan kalian!" katanya ketus. "Lain kali
kalau aku ada urusan dengan kalian, aku akan
sengaja mendatangi kalian. Nah, Cin Cin, engkau
sudah gagal melaksanakan tugas. Engkau sudah
kehilangan tangan kiri, dibuntungi jahanam Cian
Bu Ong. Apakah engkau akan tinggal diam saja?
Dendam kita kepada Cian Bu Ong kini menjadi
semakin mendalam dengan buntungnya tanganmu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mari ikut aku pergi menemuinya dan
membunuhnya!"
"Nanti dulu, lo-cianpwe. Yang membuntungi
tangan kiri adik Kam Cin bukan Cian Bu Ong,
melainkan aku!"
Si Han Beng dan Bu Giok Cu sendiri terkejut
bukan main mendengar pengakuan itu, dan
mereka berdua hanya menonton dengan heran.
Tung-hai Mo-li yang mendengar pengakuan itu,
menjadi merah mukanya, dan semua kemarahan
kini ditujukan kepada pemuda itu.
"Siapa engkau?" bentaknya marah.
"Namaku Coa Thian Ki, masih saudara misan
adik Kam Cin."
"Kenapa engkau membuntungi tangan
muridku?"
"Maaf, lo-cianpwe, hal itu kulakukan untuk
menyelamatkan nyawanya karena tangannya telah
keracunan hebat."
Tung-hai Mo-li menoleh kepada muridnya dan
menyerahkan pedang telanjang di tangannya
kepada Cin Cin. "Cin Cin, cepat kau balas
perbuatannya, kau buntungi kedua tangannya! Dia
harus membayar hutang berikut bunganya. Cepat!"
Akan tetapi Cin Cin tidak mau menerima pedang
Koai-liong-kiam itu dan ia berkata, "Subo apa yang
dikatakannya benar. Thian Ki membuntungi
tangan kiri teecu untuk menyelamatkan teecu.
Kalau dia tidak melakukan itu, sekarang teecu
tentu sudah mati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, apapun alasannya, dia telah
membuntungi tanganmu. Katakan, kenapa
tanganmu sampai terkena racun?"
Cin Cin terpaksa berterus terang. "Ketika teecu
menyerang Cian Bu Ong untuk membunuhnya
seperti yang subo kehendaki, Thian Ki
mencegahku, sehingga aku berbalik
menyerangnya. Aku mencengkeram pundaknya
dan keracunan hebat."
"Keparat, engkau bukan saja membuntungi
tangan muridku, bahkan engkau membela
jahanam Cian Bu Ong, ya?" bentak Tung-hai Mo-li
sambil menghadapi Thian Ki dengan marah sekali.
"Tentu saja, lo-cianpwe karena Cian Bu Ong
adalah ayahku, juga guruku. Kuharap lo-cianpwe
dapat bersikap adil. Kalau lo-cianpwe mendendam
kepada bekas pangeran itu, bukankah hal itu
merupakan urusan pribadi? Urusan percintaan
antara lo-cianpwe dan Pangeran Cian Bu Ong
merupakan urusan yang sangat pribadi dan
rahasia, dan kalau lo-cianpwe hendak membalas
dendam, sudah sepatutnya kalau lo-cianpwe
melakukannya sendiri. Kenapa lo-cianpwe
menyuruh Cin Cin membunuhnya? Cin Cin bukan
lawannya, tidak akan berhasil. Apakah lo-cianpwe
sengaja membiarkan Cin Cin tewas di tangan
musuh yang lebih tangguh? Atau .......barangkali
lo-cianpwe sendiri takut menghadapi ayahku?
Harap lo-cianpwe tidak melibatkan Cin Cin dalam
urusan pribadi itu, agar lo-cianpwe tidak menjadi
bahan tertawaan dunia kangouw!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah wanita itu menjadi pucat saking
marahnya. "Kau.....kau......kau anak dan murid
Cian Bu Ong? Dan engkau membuntungi tangan
muridku? Bagus! Aku pasti akan membunuh Cian
Bu Ong, akan tetapi aku akan lebih dulu
membunuh muridnya!"
Thian Ki tersenyum. "Hemm, sekarang aku
mengerti kenapa ayahku dahulu tidak mau
menikah dengan lo-cianpwe, walaupun lo-cianpwe
seorang wanita yang cantik dan lihai. Watak locianpwe
itulah!"
"Jahanam busuk, anak setan! Aku tantang
engkau, hayo cabut pedangmu dan kuantar
engkau ke neraka!"
"Lo-cianpwe menantangku? Aku tidak akan
mundur atau lari," kata Thian Ki sambil meraba
pedangnya. "Cin Cin, maafkan aku kalau aku
melawan gurumu."
"Nanti dulu!" Bu Giok Cu berseru. Ia khawatir
sekali melihat Thian Ki hendak menyambut
tantangan datuk wanita itu. Ia tahu bahwa tingkat
kepandaian Tung-hai Mo-li tidak jauh selisihnya
dengan tingkatnya sendiri. Bagaimana mungkin
Thian Ki sanggup menandinginya? Pemuda itu
sama saja dengan membunuh diri.
"Tung-hai Mo-li, tidak malukah engkau?
Lawanmu adalah aku atau suamiku, bukan
seorang bocah! Hayo kau tantang aku atau
suamiku, bukan menantang seorang yang
pantasnya menjadi anakmu atau muridmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hem, kiranya pendekar besar Huang-ho Sinliong
dan isterinya hanyalah dua orang dusun yang
usil, yang suka mencampuri urusan orang lain
secara tidak tahu malu! Aku menantang murid
Cian Bu Ong, musuh besarku, aku hendak
membunuhnya karena dia putera dan murid Cian
Bu Ong, dan dia sudah membuntung tangan
muridku. Apakah kalian begitu tidak tahu malu
untuk mencampuri urusanku ini?"
Si Han Beng melangkah maju. "lsteriku,
mundurlah " Dia lalu memandang wajah Tung-hai
Mo-li, dengan sinar mata mencorong yang
demikian tajam sehingga datuk wanita itu sendiri
menjadi gentar. Mata pendekar itu seperti
sepasang mata seekor naga sakti, berapi!
"Tung-hai Mo-li, engkau berhak menantang
siapapun juga di dunia ini dan kalau yang kau
tantang sudah menyambut untuk bertanding
denganmu, kami tentu saja tidak akan
mencampuri. Akan tetapi kalau yang kau tantang
menolak lalu engkau memaksa dan hendak
membunuhnya, demi Tuhan, aku Si Han Beng
yang akan mencegahmu, mengerti? Thian Ki,
sebaiknya jangan kau sambut tantangannya. Ia
bukan lawanmu."
"Paman dan bibi, harap tidak khawatir. Aku
akan menyambut tantangannya, demi ayah dan
guruku, juga demi Cin Cin karena ia sejak kecil
diperalat oleh wanita iblis ini, dibesarkan dan
dilatih ilmu silat hanya untuk disuruh membunuh
bekas kekasihnya, karena ia sendiri tidak berani
maju. Juga demi paman dan bibi yang dipandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rendah dan demi aku sendiri yang ditantangnya.
Akan percuma saja kalau selama ini belajar ilmu,
kini ditantang oleh seorang wanita jahat aku tidak
berani menandinginya. Tung-hai Mo-li, aku sudah
siap, majulah!" berkata demikian, Thian Ki
mencabut pedangnya, pedang yang berwarna
hitam. Nampak sinar hitam yang mengerikan
ketika pedang itu dicabut, dan suami isteri
pendekar itu mengenal Cui-mo Hek-kiam (Pedang
Hitam Pengejar Iblis] yang dahulu merupakan
pedang milik Sim Lan Ci, ibu pemuda itu. Sebatang
pedang yang ampuh dan mengandung racun hebat
karena pedang itu telah ditangani oleh mendiang
Ban-tok Mo-li, nenek dari Thian Ki!
Diam-diam Tung-hai Mo-li juga terkejut melihat
pedang hitam di tangan pemuda itu. Akan tetapi,
sesuai dengan wataknya, tentu saja ia memandang
rendah kepada seorang pemuda. Betapapun
lihainya, kalau hanya seorang pemuda seperti itu,
biar maju sepuluh orangpun ia tidak akan gentar!
"Bocah setan, sambut ini dan mampuslah!"
bentaknya dan wanita itu sudah menerjang dengan
dahsyatnya. Sinar pedang kehijauan bergulunggulung
menyambar ke arah Thian Ki.
Pemuda ini dengan tenang menggerakkan
pedangnya dan nampak gulungan sinar hitam yang
mengeluarkan suara mengaung-ngaung, dan ketika
kedua pedang bertemu di udara, terdengar suara
nyaring dan nampak bunga api berpijar. Tung-hai
Mo-li merasa telapak tangan yang memegang
pedang tergetar hebat dan iapun terkejut, tidak
berani memandang rendah lagi dan ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan seluruh tenaganya, mengeluarkan
jurus-jurus terampuh untuk mendesak. Namun,
Thian Ki mampu mengimbanginya dengan baik.
Pemuda ini sudah menguasai semua ilmu yang
diajarkan Cian Bu Ong kepadanya, sehingga
melawan dia tidak ada bedanya dengan melawan
bekas pangeran itu sendiri. Bahkan pemuda ini
lebih hebat lagi karena tubuhnya beracun!
Si Han Beng dan Bu Giok Cu yang menonton
pertandingan itu, diam-diam merasa kagum bukan
main. Tak pernah mereka dapat membayangkan
betapa anak yang dahulu oleh orang tuanya
sengaja dijauhkan dari ilmu silat, kini telah
menjadi seorang pemuda yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi.! Jelas pemuda itu tidak akan
kalah menandingi Tung-hai Mo-li, bahkan
perlahan-lahan, setelah lewat tigapuluh jurus yang
penuh dengan penyerangan silih berganti dengan
serunya, Thian Ki mulai dapat mendesak
lawannya. Gulungan sinar hijau pedang Koai-liongkiam
mulai menyempit, sedangkan gulungan sinar
hitam pedang Cui-mo Hek-kiam menjadi semakin
melebar.
Tung-hai Mo-li menjadi panik juga. Seujung
rambutpun ia tidak pernah mengira bahwa ia
menemukan lawan yang amat tangguh dalam diri
pemuda itu! Demikian tangguhnya sehingga kini ia
malah terdesak hebat. Ternyata, baik dalam hal
kecepatan dan keringanan tubuh, maupun dalam
tenaga, pemuda itu lebih unggul darinya. Ia
semakin penasaran melihat Cin Cin diam saja,
tidak berusaha untuk membantunya. Akan tetapi,
hal itupun akan sia-sia karena di sana terdapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suami isteri pendekar yang tentu tidak akan tinggal
diam kalau Cin Cin bergerak membantunya.
Karena penasaran, tiba-tiba ia mengeluarkan
lengkingan panjang, tubuhnya membuat gerakan
memutar dan pedangnya menyambar dari samping
dengan pengerahan seluruh tenaganya. Itulah
jurus Loai-liong-tiauw-wi (Naga Siluman
Menyabetkan Ekornya) dari Koai-liong-kiam-sut
dan jurus ini menang berbahaya sekali. Putaran
tubuh itu menambah dahsyatnya tenaga dari
tangan yang menggerakkan pedang. Melihat ini,
Thian Ki menyambut dengan tangkisan pedangnya,
bukan menangkis langsung dari depan, melainkan
lebih condong menghantam dari atas ke bawah
sambil mengerahkan tenaga sin-kangnya.
"Trakk......!" Pedang Koai-liong-kiam yang
menjadi pedang pusaka andalan Tung-hai Mo-li itu
patah menjadi dua potong! Tentu saja wanita ini
terkejut bukan main, mukanya pucat memandang
kepada pedang sepotong yang masih berada di
tangannya. Pedang itu tinggal sepertiga lagi, yang
duapertiga sudah jatuh dan menancap ke atas
tanah.
"Setan.....!" Ia memaki dan ia membuang sisa
pedang itu ke atas tanah pula. Thian Ki juga
menyarungkan pedangnya. Dia merasa menyesal
telah merusak pedang lawan.
"Tung-hai Mo-li, maafkan aku telah mematahkan
pedangmu," katanya dengan suara yang jujur,
bukan untuk mengejek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh!" Tung-hai Mo-li membuang muka dan
menoleh kepada muridnya yang masih berdiri di
pinggir. "Cin Cin, hayo ikut denganku. Kita pergi!"
Cin Cin memandang kepada Thian Ki, meragu
dan merasa serba salah. "Subo...." Ia berkata lirih,
bimbang.
"Cin Cin, ingat! Kalau tidak ada subomu ini, apa
akan jadinya dengan dirimu belasan tahun yang
lalu? Aku menyelamatkanmu, merawatmu,
mendidikmu! Aku gurumu, pengganti orang
tuamu, dan sekarang aku perintahkan engkau
untuk ikut denganku!"
Cin Cin kembali menoleh kepada Thian Ki, akan
tetapi kakinya sudah melangkah ke arah subonya.
"Cin Cin, ingat, gurumu amat jahat, hanya ingin
mempergunakanmu demi kepentingannya sendiri,
tanpa memperdulikan keselamatanmu!" kata Thian
Ki garang. "Ia tidak perduli engkau akan mati atau
hidup. Ia seorang yang amat keji, dahulu merawat
dan mendidikmu hanya dengan tujuan
keuntungan dirinya sendiri. Cin Cin, engkau sudah
menemukan kembali ibumu, tinggalkan iblis betina
itu dan kembali kepada ibumu!"
"Coa Thian Ki, engkau tidak berhak mencampuri
urusan kami!" Tung-hai Mo-li membentak marah,
akan tetapi tidak berani bersikap galak lagi.
"Aku lebih berhak atas dirinya daripada engkau,
Tung-hai Mo-li. Engkau tidak menyayangnya,
melainkan hanya mempergunakannya. Akan tetapi
di sini terdapat ibunya yang menyayangnya, ayah
tirinya yang juga mengasihinya, dan di sini ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku, saudara misannya, akan tetapi juga laki-laki
yang mencintanya. Aku tidak akan membiarkan
engkau membawanya pergi, kalau perlu akan
kupertahankan dengan nyawaku!"
Wajah Cin Cin berubah pucat, matanya
terbelalak, lalu wajah itu menjadi merah sekali.
Thian Ki telah mengaku mencintanya di depan
subonya, di depan Huang-ho Sin-liong dan
isterinya secara terbuka!
"Cin Cin! Hayo ikut bersamaku!" bentak Tunghai
Mo-li, wajahnya merah sekali seperti udang
direbus saking marahnya.
"Jangan pergi, Cin Cin. Aku yang bertanggung
jawab!" kata Thian Ki.
"Subo......, teecu akan pergi.....bersama Thian
Ki......" kata Cin Cin, suaranya lirih dan mukanya
kemerahan.
Tung-hai Mo-li melangkah maju menghampiri
muridnya, akan tetapi bayangan Thian Ki
berkelebat dan dia sudah menghadang di depan
gadis itu.
"Tung-hai Mo-li, mulai sekarang, akulah yang
akan melindungi Cin Cin dari tekanan siapapun
juga!" katanya gagah.
"Kau.......kau .....!" Tiba-tiba Tung-hai Mo-li
menggerakkan tangannya menyerang,
mencengkeram dengan tangan kiri ke arah muka
Thian Ki dan tangan kanannya menghantam dada.
Namun, dengan tangkasnya Thian Ki melompat ke
samping sambil menangkis sehingga serangan
kedua tangan itu gagal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Subo, jangan........!!" Cin Cin berteriak.
Sebetulnya teriakan itu keluar dari hatinya yang
mengkhawatirkan subonya yang berani menyerang
dengan tangan kosong. Thian Ki adalah seorang
Tok-tong (anak beracun) dan tubuhnya penuh
hawa beracun. Ia sendiri kehilangan tangan kirinya
karena berani mencengkeram pundak Thian Ki.
Tung-hai Mo-li menyerang lagi, kedua tangannya
mencengkeram dengan gerakan cepat sekali. Ilmu
Liong-jiau-kun (silat cakar naga) memang
merupakan ilmu sillat tangan kosong yang khas
dari iblis betina itu, disamping ilmu pedang Koailiong-
kiam. Ketika menyerang dan mencengkeram
pundak Thian Ki, Cin Cin juga menggunakan ilmu
cengkeraman ini. Ilmu cengkeram dari Tung-hai
Mo-li memang hebat, gerakannya aneh dan
cepatnya luar biasa, membuat lawan tidak sempat
lagi untuk mengikuti perkembangan gerakan itu
tanpa membalas.
Kalau Thian Ki masih tidak mau membunuh
atau merobohkan Tung-hai Mo-li, hal itu karena
dia menjaga perasaan Cin Cin, yang dia tahu
merasa berhutang budi kepada gurunya itu. Tadi,
ketika bertanding pedang, diapun hanya
mematahkan pedang lawan tanpa melukainya.
Kini, melihat serangan yang bertubi-tubi, diapun
hanya mengelak dan menangkis, dan inilah
kesalahannya. Dia tidak tahu betapa hebatnya
ilmu cengkeraman Liong-jiau-kun itu, maka tibatiba
saja lengannya, di bawah siku, telah kena
dicengkeram tangan kanan Tung-hai Mo-li.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brett........!" Lengan baju kiri Thian Ki robek dan
kuku tangan wanita itu sudah mencengkeram
lengan Thian Ki. Akan tetapi, bukan Thian Ki yang
berteriak, melainkan wanita itu sendiri. Ia menjerit
dan terjengkang, lalu melompat bangun memegang
tangan kanannya yang telah berubah menghitam
pada ke lima jari tangannya!
"Kau......kau......beracun .. .."
"Subo, dia memang seorang tok-tong! Subo,
cepat buntungi tangan subo, racun itu akan
menjalar naik!" teriak Cin Cin. Akan tetapi Tunghai
Mo-li melotot kepadanya, lalu mendengus dan
sekali berkelebat iapun sudah meninggalkan
tempat itu.
"Subo......!!" Cin Cin berteriak memanggil dan
suaranya mengandung isak karena duka dan
penyesalan. Thian Ki menghampirinya.
"Cin Cin, maafkan aku. Aku tidak bermaksud...."
"Bukan salahmu, Thian Ki. Subo menjadi korban
karena kesalahannya sendiri, seperti juga aku."
Si Han Beng dan Bu Giok Cu juga terkejut
bukan main melihat betapa tangan Tung-hai Mo-li
menjadi keracunan hebat begitu mencengkeram
lengan Thian Ki. Apalagi mendengar teriakan Cin
Cin bahwa Thian Ki seorang tok-tong!
"Thian Ki! Benarkah engkau seorang tok-tong
dan tubuhmu mengandung racun?" tanya Si Han
Beng dengan alis berkerut. Mendengar pertanyaan
itu tiba-tiba Thian Ki menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki Si Han Beng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang benar, paman, dan karena itulah maka
aku datang menghadap paman dan bibi."
"Tapi, bagaimana mungkin itu? Ayah ibumu
dahulu bahkan menjauhkan dirimu dari ilmu
silat!" kata pula pendekar Naga Sakti Sungai
Kuning itu.
"Mari kita bicara di dalam agar Thian Ki dapat
menceritakan tentang dirinya. Engkau juga
masuklah, Cin Cin. Kami sungguh gembira sekali
melihat engkau tidak mengikut gurumu."
"Bibi saya......saya seorang murid murtad......"
kata gadis itu dengan sedih dan menundukkan
mukanya.
"Sama sekali tidak, Cin Cin!" kata Si Han Beng
dan suaranya tegas. "Justru karena engkau
menyadari keadaan gurumu yang jahat dan engkau
tidak mau mengikuti jejaknya, merupakan suatu
kebijaksanaan darimu. Jangankan seorang guru,
biar orang tua sendiri sekalipun, kalau melakukan
kejahatan, tidak pantas untuk dijadikan contoh.
Gurumu itu seorang datuk sesat, tentu saja semua
tindakannya hanya didasari kepentingan diri
pribadi, dan kalau engkau secara membuta
mentaatinya, berarti engkau bodoh dan ikut
terseret ke dalam kesesatan. Sungguh tidak sesuai
dengan watak ayah dan ibu kandungmu yang
menjadi pendekar!t"
"Terima kasih, paman," kata Cin Cin, agak lega
mendengar ucapan itu. Sebetulnya, kalau ia
berterus terang, yang membuat ia nekat
membelakangi gurunya adalah Thian Ki! Begitu
mendengar pengakuan cinta dari Thian Ki tadi, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengambil keputusan untuk menentang
siapa saja agar dapat hidup bersama Thian Ki
untuk selamanya!
Mereka memasuki rumah kembali, ke dalam
ruangan yang tadi. "Jadi kalau begitu, buntungnya
tangan kiri Cin Cin juga karena tubuhmu yang
beracun?" tanya Bu Giok Cu.
"Benar, bibi," kata Cin Cin, mendahului Thian Ki
karena ia tidak ingin pemuda itu dipersalahkan.
"Akan tetapi dia tidak bersalah, aku sendiri yang
bersalah, bibi. Ketika memenuhi perintah subo aku
menyerang Pangeran Cian Bu Ong. Thian Ki
membela pangeran itu dan aku menjadi marah.
Kami bertanding dan aku terdesak, lalu aku
mempergunakan cengkeraman tangan kiriku
melukai pundaknya, dan akibatnya tanganku
keracunan. Melihat tanganku menghitam, Thian Ki
cepat menggunakan pedang membuntungi tangan
kiriku, untuk menyelamatkan nyawaku."
"Perbuatan itu membuat aku merasa menyesal
untuk selamanya, paman dan bibi. Sebetulnya,
Pangeran Cian Bu Ong tidak kalah melawan Cin
Cin, tetapi dia mengalah dan aku tidak ingin
melihat Cin Cin membunuh suhu yang tidak
bersalah dan yang mengalah. Ketika mudanya,
memang suhu dan Bhok Sui Lan itu saling
mencinta. Akan tetapi, ketika mendapat kenyataan
bahwa Bhok Sui Lan seorang tokoh sesat, suhu
yang ketika itu seorang pangeran, menjaga nama
baik keluarga kerajaan dan memutuskan
hubungan. Ternyata perbuatan itu membuat Bhok
Sui Lan mendendam dan memperdalam ilmuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ilmunya sampai menjadi Tung-hai Mo-li, kemudian
ia mendidik Cin Cin untuk disuruh membunuh
Pangeran Cian Bu Ong yang telah menjadi suami
ibuku."
Suami isterl itu saling pandang dan Si Han Beng
menghela napas panjang. "Hemm, begitulah
perputaran nasib kehidupan manusia. Sekarang,
ceritakan bagaimana engkau sampai menjadi
seorang tok-tong, Thian Ki. Keadaan yang sungguh
berlawanan dengan cita-cita ayah dan ibu
kandungmu yang akan menjauhkan dirimu dari
ilmu silat dan kekerasan."
"Mendiang nenek yang membuat saya menjadi
tok-tong, paman dan bibi."
"Maksudmu, nenekmu Ban-tok Mo-li Phang Bi
Cu yang telah menjadi Lo-nikouw di kuil Thian-hotong
itu?"
"Benar, paman." Thian Ki lalu menceritakan
betapa dia dititipkan kepada neneknya dan
neneknyalah yang mengolah dirinya sehingga
menjadi tok tong. Tubuhnya menjadi beracunan,
sehingga ketika dia berusia lima tahunpun dia
sudah membuat orang-orang tangguh tewas karena
memukulnya. Kemudian diceritakannya semua
pengalamannya sebagai murid ayah tirinya dan
diapun akhirnya minta bantuan neneknya agar
diberi pelajaran ilmu yang dapat mengendalikan
hawa beracun dari tubuhnya.
"Akan tetapi mendiang nenek tidak mampu
membersihkan hawa beracun dari tubuhku,
paman. Menurut nenek, aku tidak boleh menikah
selama hidupku, karena kalau aku menikah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isteriku akan tewas keracunan, padahal aku....."
Dia menoleh dan saling pandang dengan Cin-Cin.
Suami isteri itupun saling pandang dan merasa
terharu. Si Han Beng menghela napas panjang.
"Kami dapat menyelami perasaan nenekmu, Thian
Ki. Memang ia dahulu terkenal dengan julukan
Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun), seorang
ahli racun yang tiada duanya di dunia persilatan.
Dan dia menjadikan engkau seorang tok-tong itu
bukan bermaksud membuatmu tersiksa,
melainkan ia ingin agar engkau menjadi orang yang
paling lihai dan tak terkalahkan."
Thian Ki menghela napas panjang. "Akupun
tidak menyalahkan mendiang nenek, paman.
Bagaimanapun juga, nenek telah berusaha
menebus semua dosanya dengan nyawanya."
Dia lalu menceritakan tentang pengeroyokan
yang dilakukan orang-orang kang-ouw terhadap
Lo-nikouw karena orang-orang kangouw itu
mengetahui bahwa nikouw itu adalah Ban-tok Moli
yang dianggap sebagai iblis betina.
"Nenek sama sekali tidak melakukan perlawanan
sehingga ia tewas dibawah hujan senjata orangorang
kang-ouw."
Kembali suami isteri itu saling pandang dan
menghela napas panjang. "Hemm, siapa bermain
air akan basah dan bermain api akan kepanasan,
sudah wajar sekali. Mendiang nenekmu sejak
mudanya berkecimpung di dunia kangouw dan
melakukan banyak sekali perbuatan yang
menimbulkan permusuhan. Karena itulah, maka
kami berduapun lebih suka tinggal di tempat sunyi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, sedapat mungkin menjauhkan diri dari
kekerasan dan permusuhan."
"Dan dahulu, ketika engkau masih kecil, kedua
orang tuamu yang sudah menyadari betapa
kehidupan orang-orang yang menguasai ilmu silat
adalah kehidupan penuh kekerasan dan
permusuhan, mereka sengaja tidak mau
mengajarkan ilmu silat kepadamu dan kamipun
sebenarnya menyetujui pendapat mereka. Akan
tetapi, siapa kira, engkau bukan menjadi seorang
yang lemah, bahkan kini menguasai ilmu silat
tinggi dan memiliki tubuh beracun yang amat
berbahaya bagi lawan." kata pula Bu Giok Cu.
Thian Ki menarik napas panjang dengan muka
muram. "Karena itulah, paman dan bibi, aku
menghadap paman berdua untuk mohon
pertolongan, karena mendiang nenek pernah
berpesan kepadaku, bahwa di dunia ini, hanya ada
dua orang yang kira-kira akan mampu
melenyapkan pengaruh hawa beracun dari
tubuhku dan membebaskan aku dari keadaan
menjadi manusia beracun, dan mereka itu adalah
yang terhormat lo-cianpwe Pek I Tojin guru paman
dan Lo-cianpwe Hek Bin Hwesio guru bibi. Dan
ibuku mengatakan bahwa kalau aku tidak dapat
menemukan kedua orang lo-cianpwe itu, mungkin
paman dan bibi akan dapat menolongku. Karena
itu, paman dan bibi yang budiman, tolonglah
karena seperti telah kukatakan kepada Tung-hai
Mo-li tadi, aku mencinta Cin Cin dan
mengharapkan ia menjadi isteriku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Cin Cin menundukkan mukanya yang
menjadi merah sekali. Jantungnya berdebar keras.
Sejak pertemuan yang pertama kali, walaupun
pertemuan itu dalam suasana yang aneh dan
mereka tidak saling mengenal, namun ia sudah
amat tertarik kepada Thian Ki dan dalam
pertemuan selanjutnya, walaupun pertemuan yang
lebih tidak menyenangkan karena ternyata Thian
Ki murid Cian Bu Ong dan memihak gurunya, ia
sudah jatuh cinta. Kemudian, terjadi
pembuntungan tangan kirinya itu oleh Thian Ki,
peristiwa yang amat menyedihkan hatinya. Ia tidak
akan pernah melupakan pemuda itu, dan kini,
dalam waktu singkat, Thian Ki secara terbuka, di
depan orang-orang lain, bukan saja telah mengaku
cinta kepadanya, bahkan juga menyatakan
harapannya untuk memperisterinya! Walaupun
tidak langsung kepadanya, namun baginya sama
saja, berarti pemuda itu telah menyatakan
cintanya dan telah meminangnya sebagai isteri.!
Dan tanpa menjawabpun ia dapat mendengar
sendiri jawaban hatinya, yaitu bahwa iapun
mencinta Thian Ki dan menerima pinangan itu
dengan hati penuh kebahagiaan.
Sementara itu, Si Han Beng dan Bu Giok saling
pandang. Mereka maklum bahwa memang tidak
mudah menghalau pergi hawa beracun yang telah
membuat Thian Ki menjadi seorang manusia
beracun. Akan tetapi, mengingat hubungan mereka
dengan mendiang Coa Siang Lee, ayah pemuda itu,
mereka merasa berkewajiban untuk mencobanya,
dengan penuh kesungguhan hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, Thian Ki. Kami akan mencobanya,
akan tetapi jangan mengharapkan terlalu banyak
karena benar seperti apa yang dikatakan mendiang
nenekmu, agaknya hanya orang-orang yang
memiliki kesaktian seperti kedua orang guru kami
itu saja yang akan cukup kuat untuk mengusir
hawa beracun dari tubuhmu yang sudah
ditanamkan ke dalam tubuhmu sejak engkau
masih kanak-kanak."
Tiba-tiba Thian Ki bangkit dari tempat
duduknya, lalu menjatuhkan diri berlutut
menghadap suami isteri itu. "Paman dan bibi
ternyata benar seperti dikatakan ibuku, paman
dan bibi adalah suami isteri pendekar yang
budiman, dan aku Coa Thian Ki merasa kagum
dan berterima kasih sekali."
"Hushh. bangkitlah, Thian Ki," kata Bu Giok Cu
sambil tersenyum. "Kita seperti orang lain saja!
Bukankah mendiang ayahmu adalah kakak angkat
pamanmu Si Han Beng? Di antara keluarga sendiri,
kenapa mesti banyak sungkan."
"Benar bibimu, Thian Ki. Bangkit dan duduklah,"
kata Si Han Beng.
Thian Ki duduk kembali, hatinya merasa amat
gembira dan penuh harapan. Akan tetapi dia ingat
akan sesuatu dan cepat berkata, "Maaf, paman dan
bibi. Betapa aku terlalu memikirkan diri sendiri
sehingga aku lupa akan sesuatu. Aku pernah
mendengar bahwa paman dan bibi mempunyai
seorang puteri, dimanakah puteri paman dan bibi
itu? Ingin sekali kami bertemu dan berkenalan."
-ooo0dw0oooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Jilid 29
Mendengar pertanyaan itu, Si Han Beng dan Bu
Giok Cu saling pandang dan Si Han Beng memberi
isyarat dengan anggukan kepala kepada isterinya,
tanda bahwa dia setuju kalau isterinya
menceritakan tentang keadaan puteri mereka
kepada Thian Ki dan Cin Cin.
"Malapetaka telah menimpa keluarga kami,
Thian Ki dan Cin Cin. Sejak anak kami berusia dua
tahun, ia telah diculik orang dan sampai sekarang
kami belum pernah melihat anak kami itu."
Biarpun ia seorang wanita gagah perkasa, namun
menceritakan tentang puterinya itu, mau tidak
mau Bu Giok Cu merasa berduka dan suaranya
terdengar agak gemetar.
Mendengar itu, Cin Cin menjadi penasaran
sekali. "Akan tetapi bagaimana mungkin hal itu
terjadi, bibi? Paman dan bibi adalah suami isteri
yang berkepandaian tinggi! Siapa orangnya berani
main-main seperti itu, berani menculik puteri
paman dan bibi? Katakan, siapa orangnya dan aku
akan membantu paman dan bibi mencari puteri
bibi itu sampai dapat!"
"Akupun siap untuk membantu paman dan bibi
mencari penculik itu!" kata Thian Ki.
"Penculiknya seorang wanita yang bernama Kwa
Bi Lan," kata Si Han Beng.
Cin Cin memandang heran. "Dan selama ini
paman dan bibi tidak pernah berhasil menemukan
kembali puteri paman itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Giok Cu yang menjawab setelah menghela
napas panjang. "Kami berdua memang tidak
pernah mencarinya."
"Tapi, kenapa, bibi? Dengan ilmu kepandaian
bibi yang tinggi, apalagi ada paman. Apa sukarnya
mencari penculik itu, membunuhnya dan
merampas kembali puteri bibi? Kenapa bibi dan
paman tidak pernah mencarinya?"
Thian Ki juga ikut menatap wajah suami isteri
itu bergantian dengan pandang mata penuh
keheranan dan pertanyaan.
Kembali suami isteri itu saling pandang,
kemudian Bu Giok Cu menghela napas panjang,
lalu berkata. "Baiklah, kalian berdua adalah
keluarga Hek-houw-pang, bukan orang luar dan
biar akan kuceritakan apa yang telah terjadi
belasan tahun yang lalu dan kenapa kami tidak
pernah mencari puteri kami."
Ia lalu menceritakan tentang Kwa Bi Lan yang
terhitung su-moi dari suaminya. Kemudian Kwa Bi
Lan menjadi isteri gurunya sendiri, mendiang Sintiauw
(Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki. Liu Bhok Ki
marah dan penasaran kepada Si Han Beng yang
mengecewakan hatinya, karena Si Han Beng yang
tadinya diharapkan menikah dengan Kwa Bi Lan
malah menikah dengan Bu Giok Cu tanpa memberi
tahu. Liu Bhok Ki berduka dan menjadi sakitsakitan
sampai meninggalnya, dan Kwa Bi Lan
merasa sakit hati kepada Si Han Beng.
"Nah, untuk membalas sakit hatinya itulah, Kwa
Bi Lan datang dan menculik Hong Lan, anak kami.
Kami tidak berani mengejar, karena ia mengancam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa kalau kami mengejar, ia akan membunuh
anak kami." Sampai di sini, nyonya itu tidak kuasa
lagi mencegah menetesnya beberapa butir air mata.
"Akan tetapi, tentu ada cara untuk merampas
kembali puteri bibi." kata Thian Ki. "Apalagi
sekarang tentu ia telah menjadi seorang gadis yang
dewasa."
"Jangan khawatir, paman dan bibi. Kalau Thian
Ki sudah mendapatkan kebebasan dari hawa
beracun di tubuhnya, kami berdua akan mencari
puteri bibi sampai dapat dan kami tidak akan
berhenti mencari sebelum kami berhasil!" kata Cin
Cin penuh semangat. Thian Ki membenarkan dan
diapun menyanggupi untuk mencari dan mengajak
kembali Si Hong Lan kepada orang tuanya.
"Aku khawatir ia tidak akan lagi mengenal
kami," kata Bu Giok Cu. "Mudah-mudahan saja
Kwa Bi Lan dapat menjadi pengganti ibu yang baik.
Ia bukan seorang jahat, bahkan ia seorang
pendekar wanita yang tangguh, murid Siauw-limpai.
..."
"Murid Siauw-lim-pai? Seperti ayah tiriku....."
kata Cin Cin.
Si Han Beng mengangguk. "Memang Kwa Bi Lan
adalah keponakan dari ayah tirimu yang bernama
Lie Koan Tek itu, Cin Cin."
"Ahh.......!" Gadis itu berteriak kaget.
"Kalau begitu, lebih mudah lagi! Aku akan
bertanya kepada ayah tiriku, tentu dia mengetahui
dimana adanya Kwa Bi Lan dan aku akan
mengambil puteri bibi darinya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Giok Cu tersenyum. "Terima kasih, Cin Cin.
Biarpun sejak lama engkau menjadi murid Tunghai
Mo-li, ternyata engkau tidak kehilangan watak
pendekar dari orang tuamu. Sukurlah, karena aku
sendiri dahulu juga menjadi murid seorang datuk
sesat, yaitu Ban-tok Mo-li mendiang nenek Thian
Ki. Akan tetapi, rasanya tidak begitu mudah bagi
kami untuk mendapatkan kembali anak kami,
karena sekarang tentu ia telah dewasa dan kalau ia
sudah menganggap Kwa Bi Lan sebagai ibunya, ia
tidak mengenal kami lagi."
"Akan tetapi hal itu dapat dijelaskan kepadanya,
bibi!" bantah Cin Cin.
"Sudahlah," kata Si Han Beng. "Hal itu tidak
perlu diributkan lagi. Kami memang amat rindu
kepada anak kami, akan tetapi kami sudah tidak
mengharapkan ia mengenal kami sebagai orang
tuanya. Kalau kami dapat melihat ia dalam
keadaan sehat dan selamat, juga berbahagia, kami
sudah ikut merasa berbahagia. Sekarang
sebaiknya kalian berdua beristirahat. Kami berdua
akan samadhi dan menghimpun tenaga sin-kang.
Malam nanti baru kami akan mencoba untuk
membantu Thian Ki mengusir hawa beracun dari
tubuhnya. Thian Ki, engkau tinggal di kamar tamu
di depan, dan Cin Cin di kamar anak kami yang
sampai sekarang masih kami pelihara baik-baik
dan kami persiapkan kalau-kalau anak kami itu
pulang."
Thian Ki dan Cin Cin merasa terharu sekali
mendengar ucapan pendekar itu karena dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ucapan itu terkandung harapan dan kedukaan
yang mendalam, namun sengaja ditekan.
Setelah suami isteri itu memasuki kamar mereka
untuk bersamadhi, Thian Ki tinggal berdua saja
dengan Cin Cin. "Mari kita keluar, di samping
rumah melihat taman yang indah dan hawanya
sejuk," kata Thian Ki.
Tanpa menjawab Cin Cin mengikutinya. Mereka
memasuki taman. Suasana sunyi dan taman itu
memang menyejukkan badan dan hati. Thian Ki
mengajak Cin Cin duduk di bangku dalam taman.
Keduanya duduk dan berdiam diri sampai lama.
Akhirnya Cin Cin yang bicara, suaranya lirih.
"Thian Ki, kenapa engkau lakukan itu?"
"Lakukan apa?" Thian Ki mengangkat muka
menengok dan karena gadis itu pun sedang
memandangnya , maka dua pasang mata bertemu
dan bertaut.
"Yang kau katakan kepada subo dan kepada
paman dan bibi tadi......"
"Ya.........?" Thian Ki mendukung.
".......bahwa engkau.......cinta padaku dan
mengharapkan akan menjadi ... isterimu...." gadis
itu tidak kuasa menahan debaran hatinya yang
tegang dan malu, dan ia menundukkan mukanya.
Padahal, Cin Cin adalah seorang gadis yang
biasanya lincah jenaka, periang dan gembira lagi
pandai bicara, walaupun semenjak tangan kirinya
buntung, ia menjadi lebih pendiam. Namun hal ini
bukan karena buntungnya tangan, melainkan
karena Thian Ki yang menyebabkan buntung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin, apakah ucapanku itu menyinggung
perasaan hatimu? Maafkan kalau aku
menyinggungmu............"
''Bukan begitu maksudku, akan tetapi kenapa
engkau lakukan itu? Kenapa engkau mengucapkan
k ta-kata itu?" sepasang matayang jeli dan tajam
sinarnya itu menatap wajah Thian Ki penuh
selidik. Akan tetapi Thian Ki menyambut tatapan
mata itu dengan tenang dan jujur.
"Kenapa, Cin Cin? Aku tidak mengerti mengapa
engkau masih bertanya kenapa."
"Thian Ki, berterus teranglah. Apakah engkau
mengatakan kepada subo bahwa engkau mencinta
ku, hanya untuk membela daku dari kemarahan
Subo? Kemudian engkau mengatakan kepada
paman dan bibi bahwa engkau mengharapkan aku
menjadi isterimu hanya agar mereka mau
membebaskanmu dari hawa beracun?"
Sepasang mata Thian Ki terbelalak lebar, ia
terkejut bukan main karena tidak menyangka
sama sekali bahwa ke sana arah pertanyaan Cin
Cin tadi. "Cin Cin! Seperti itukah buruknya
penilaianmu terhadap diriku? Engkau......tidak
percayakah engkau kepadaku?"
"Thian Ki, aku hanya menghendaki kepastian.
Jawablah pertanyaanku tadi."
"Demi Tuhan, Cin Cin. Aku memang cinta
padamu! Aku memang mengharapkan engkau
menjadi isteriku! Atau, engkau menghendaki aku
bersumpah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki, apakah perasaan cintamu itu
terdorong oleh perasaan iba dan menyesal karena
engkau telah nembuntungi tangan kiriku?"
Kembali sepasang mata itu memandang penuh
selidik. Thian Ki merasa hatinya perih sekali.
"Cin Cin, kenapa engkau begitu tega
mengajukan pertanyaan seperti itu? Ingatan bahwa
tangan kirimu buntung karena aku selama
hidupku akan mendatangkan perasaan sesal di
hatiku. Akan tetapi bukan karena itu aku
mencintamu dan ingin berjodoh denganmu.
Sebelum tangan kirimu buntungpun, ketika
pertama kali kita bertemu, aku sudah jatuh cinta
padamu. Justeru karena cintaku kepadamu maka
aku membuntungi tangan kirimu, untuk
menyelamatkan nyawamu. Setelah tanganmu
buntung perasaan duka dan sesal itu bahkan
memperdalam rasa cintaku. Cin
Cin, kalau engkau tidak menganggap aku terlalu
hina dan rendah, aku......, sekali lagi kepadamu
kunyatakan bahwa aku cinta padamu dan bahwa
aku ingin sekali berjodoh denganmu, menjadi
suamimu dan kita hidup bersama selamanya, Cin
Cin."
Sepasang mata yang jeli itu kini menjadi basah,
dan ketika ia membuka mulut bicara, suaranya
terdengar lirih dan gemetar. "Thian Ki, aku.....aku
yang hina dan rendah, aku tidak pantas menjadi
isterimu, aku......aku hanya seorang gadis
buntung......"
"Hushhh........" Thian Ki meraih dan memegang
tangan kanan gadis itu, lalu menutupkan tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kirinya ke depan mulut Cin Cin, mencegah gadis
itu bicara lebih banyak. "Anak bodoh, engkau
adalah gadis paling hebat, paling cantik, dan paling
kucinta di dunia ini."
"Thian Ki.......!" Kini Cin Cin menangis
sesenggukan di atas dada Thian Ki. Akan tetapi
hanya sebentar. Mereka berdua maklum bahwa di
taman itu, keadaan mereka akan mudah dilihat
orang lain. Juga Cin Cin menangis karena bahagia,
maka ia dapat menekan perasaannya dan kini
mereka duduk berdampingan. Tangan kiri Thian Ki
tak pernah melepaskan tangan kanan gadis itu
yang digenggamnya erat-erat dan telapak tangan
mereka yang saling genggam itu menyalurkan
getaran kasih yang hangat dan mesra, yang hanya
dapat dirasakan dan dimengerti oleh mereka
berdua.
Mereka berdua hening sampai lama, hanya
saling pandang dan saling lirik. Biarpun matanya
masih basah, kini Cin Cin sudah tersenyum manis.
"Cin Cin, engkau masih hutang kepadaku dan
harus kau bayar sekarang juga, tidak boleh
ditunda-tunda lagi agar hatiku tidak menjadi
gelisah "
Gadis itu membelalakkan matanya yang indah,
yang masih basah. "Hutang kepadamu? Aku
hutang? Hutang apa, Thian Ki?"
Thian Ki tersenyum. Betapa indahnya mata itu,
seperti telaga yang amat dalam penuh rahasia dan
bibir itu, betapa manisnya kalau sedang setengah
terbuka karena keheranan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin, aku sudah mengaku cinta dan ingin
memperisterimu, akan tetapi engkau sama sekali
belum menjawabku. Nah, itulah hutangmu
kepadaku, bayarlah sekarang juga!"
Wajah itu menjadi merah sekali, merah sampai
ke lehernya, dan mata itu nampak gugup dan salah
tingkah, bibir itu gemetar seolah sukar
mengeluarkan suara, dan Cin Cin yang biasanya
lincah jenaka, gembira dan tabah, kini nampak
seperti seorang gadis yang lemah, pemalu, dan
cengeng! "Aku......aku.... ah, Thian Ki, haruskah ..
.aku... .? Apakah......engkau tidak dapat
merasakan...........!?" Ia mencoba menghindari
jawaban yang dituntut Thian Ki itu.
"Ah, tidak bisa! Engkau harus menjawab, Cin
Cin. Akupun menghendaki kepastian. Bagaimana
kalau engkau sebenarnya tidak cinta padaku dan
tidak ingin menjadi isteriku, akan tetapi hanya
karena kasihan kepadaku dan sungkan untuk
menolak? Nah, kau tahu betapa pentingnya
jawabanmu bagiku"
"Jangan.....jangan pandang aku seperti itu,
sukar bagiku untuk menjawab kalau engkau
memandangku........ "
Thian Ki tersenyum. "Aku harus memandangmu
agar dapat melihat apakah jawabanmu sejujurnya
atau hanya berbohong!"
"Ihh! Engkau ... kejam sekali, engkau tega
membuat aku menjadi salah tingkah begini...?"
Thian Ki menggenggam tangan gadis itu.
"Jawablah, Cin Cin. Aku bahkan berani mengaku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cinta di depan orang-orang lain. Sekarang, hanya
ada kita berdua, pengakuanmu hanya akan
kudengar sendiri."
Cin Cin menyerah. Ia menundukkan mukanya
dan berkata lirih seperti hanya berbisik saja,
namun terdengar amat merdunya dalam telinga
Thian Ki. "Thian Ki, sejak pertemuan kita pertama,
akupun sudah jatuh cinta padamu. Aku cinta
padamu dan aku ingin menjadi isterimu......"
"Cin Cin....!" Kembali Thian Ki mendekapnya dan
sejenak mereka tenggelam ke dalam perasaan yang
menyatu. Tiba-tiba mereka saling melepaskan
rangkulan karena telinga mereka yang terlatih
mendengar langkah orang. Cepat mereka
menengok dan mereka melihat seorang pemuda
berjalan menghampiri mereka. Kalau Thian Ki
memandang heran karena tidak mengenal pemuda
itu. Cin Cin bangkit dengan cepat dan matanya
menyinarkan kemarahan. Sebaliknya, pemuda
itupun nampak terkejut bukan main ketika
mengenal Cin Cin.
"Cin Cin......!" Pemuda itu berseru kaget.
"Bagus engkau datang, The Siong Ki. Aku
memang mencarimu untuk menantangmu! Engkau
telah berani melukai ibuku dan menyerang ayah
tiriku. Nah, mari kita selesaikan urusan kita di
sini!" Cin Cin menantang dan melangkah maju
menghampiri.
Akan tetapi pemuda itu, Siong Ki memandang
bingung. Melihat di dalam taman ada seorang
pemuda dan seorang gadis duduk di bangku taman
dan berpelukan, dia yang baru saja datang menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran dan curiga, maka segera memasuki taman
untuk menegur. Tidak tahunya, gadis itu adalah
Cin Cin! Dia tidak ingin berkelahi dengan gadis
yang lihai itu, apalagi di situ terdapat suhu dan
subonya. Seperti kita ketahui, The Siong Ki yang
bekerja sama dengan Bi Tok Siocia Ouw Ling telah
gagal ketika membantu pemberontak dan
pengkhianat, yaitu Pangeran Li Seng Cun. Mereka
bukan saja gagal membunuh kaisar, bahkan Ouw
Ling tewas dalam usaha itu, dan Siong Ki berhasil
lolos dari istana dan melarikan diri, kembali ke
dusun Hong-cun, tempat tinggal suhu dan
subonya. Sungguh tidak disangkanya sama sekali
akan bertemu dengan Cin Cin di taman gurunya
itu.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru