Rabu, 25 April 2018

Cerita Komik Naga Sakti Sungai Kuning

--------
Pengemis ke dua yang bertubuh tinggi kurus dan agak
bongkok segera menjawab dengan suara memprotes.
"Nona, mengapa Nona hendak membela pengemis asing
ini? Siapa tahu dia ini seorang mata-mata, atau seorang jahat
yang hendak mengacaukan kotaraja dengan menyamar
sebagai pengemis.Hanya pengemis Ang-kin Kai-pang yang
boleh dipercaya!"
"Aku tidak membela siapa-siapa hanya menentang kalian
yang kurang ajar. Obat itu adalah milikku, akan kuberikan
kepada siapapun juga, kalian peduli apa? Bukan milik nenek
moyangmu! engkau sudah berani memukulnya hingga tiga
bungkusan itu terjatuh, ke atas tanah. Sekarang kuperintahkan
kalian untuk mengambilnya kembali dan menyerahkan
kepadaku, ataukah aku harus memaksa kalian?"
Diam-diam Han Beng terkejut dan dia siap siaga. Nona ini
memang amat baik dan gagah, akan tetapi juga sembrono
sekali. Dia dapat melihat bahwa tiga orang pengemis Ang-kin
Kai-pang ini sedikit banyak tentu pandai ilmu silat dan sudah
terbiasa memaksakan kehendak mereka dengan kekerasan.
Dan gadis itu berani menentang mereka!
Si Perut Gendut menjadi merah mukanya. Namun agaknya
dia masih menjaga gengsi, tidak ingin ribut dengan seorang
gadis cantik, maka dia masih menganggap bahwa gadis itu
tentu belum mengenal siapa mereka.
"Nona, dengar dan lihat baik-baik. Kami adalah tokoh-tokoh
Ang-kin Kai-pang," Dia menepuk pinggangnya
memperlihatkan sabuk merah cerah yang menjadi tanda
anggauta dan tingkat, "dan kami datang untuk menyelamatkan
Nona dari tipuan pengemis busuk ini. Semua pengemis di kota
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
raja adalah anggauta kami, Nona, dan orang ini adalah
penyelundup dari luar kota."
"Tidak peduli!" Gadis itu membentak "Biar kalian pengemis
dari neraka pun tidak berhak melarang aku menolong siapa
saja. Hayo cepat ambil bungkusan-bungkusan obat itu!"
Si Perut Gendut kini menjadi marah. Dia merasa ditantang
oleh seorang gadis muda! "Hem, bagaimana kalau kami tidak
mau, Nona?"
Gadis itu tersenyum dingin. "Terpaksa aku akan memaksa
kalian untuk melakukannya!"
Tiga orang pengemis itu saling pandang, lalu tertawa. Si
Tinggi Kurus bertanya, "Ha-ha-ha, bagaimana caranya Nona?"
"Caranya begini!" Tiba-tiba tubuh gadis itu menerjang ke
depan dan sebelum Si Tinggi Kurus itu sempat mengelak atau
menangkis, dua kali ujung sepatunya menendang lutut dan
tangannya mendorong. Tak dapat dihindarkan lagi tubuh Si
Kurus itu terjengkang, pantatnya yang tipis terbanting ke atas
tanah, sehingga dia meringis kesakitan Debu mengepul dan
gadis itu berkata, "Nah, ambillah bungkusan itu!"
Dua orang temannya menjadi terkejut bukan main.
Sungguh mereka tidak menyangka akan ada orang berani
menjatuhkan seorang di antara mereka dan yang berani
melakukan hal itu justeru seorang gadis muda!
Pengemis ke tiga yang mukanya hitam karena suatu
penyakit sehingga kulit muka itu tebal dan keras kasar,
menerjang ke depan dan kedua tangannya mencengkeram
untuk menangkap kedua pundak gadis itu. Namun, dengan
gerakan lincah sekali, gadis itu menggeserkan kaki
memiringkan tubuhnya. Dengan kecepatan luar biasa, sambil
memiringkan tubuh, pada saat tubuh pengemis itu lewat dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
luput menerkamnya, lututnya diangkat dengan tiba-tiba, tepat
menyambut perut lawan.
"Ngekkk!" perut itu dimakan lutut membuat Si Pengemis
membungkuk memegangi perut. Gadis itu melihat sasaran
lunak ketika tubuh itu membungkuk, yaitu tengkuk yang
telanjang, maka tangan kirinya cepat membacok ke arah
tengkuk.
"Kekkk!" tubuh orang itu pun terjungkal!
"Nona, engkau keterlaluan, berarti menentang kami!"
bentak Si Perut Gendut.
"Kalian yang kurang ajar dan patut diberi pelajaran agar
tidak mengganggu orang lain!"
Sementara itu, Han Beng memandang dengan hati lega
dan kagum. Kiranya nona itu lihai! Gerakannya begitu cepat
dan otomatis, juga pandai mengatur gerakan menggunakan
tenaga secara tepat sekali.
Akan tetapi kini Si Gendut sudah mengangkat tongkatnya,
sebatang tongkat hitam terbuat dari bambu yang ujungnya
dipasangi besi runcing! Dan dengan senjata ini, dia
menyerang gadis itu! Han Beng terkejut dan dia sudah siap
siaga untuk melindungi gadis itu. Akan tetapi segera dia tahu
bahwa gadis itu tidak memerlukan perlindungannya karena
dengan amat sigapnya, gadis sudah mengelak dengan
mudah. Dan kini, dua orang pengemis lainnya sudah la
menggunakan tongkat mereka untuk mengeroyok. Tiga batang
tongkat dengan ujung besi runcing menyambar-nyambar
kearah Si Gadis yang dengan lincahnya mengelak ke sanasini
bagaikan seekor burung walet saja. Kini gadis itu dengan
cepat mcnyambar sebatang kayu pengganjal pintu toko yang
panjangnya sekitar dua meteran yang besarnya sekepalan
tangan. Dengan senjata sederhana serupa toya ini, gadis itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menghadapi tiga batang tongkat lawan dan kini ia bersilat
dengan indah dan cepatnya. Han Beng terbelalak kagum
karena dia mengenal ilmu silat yang dasarnya tak salah lagi
tentu ilmu dari Siauw-lim-pai!
Karena toko obat itu terletak di jalan raya dekat pasar,
maka perkelahian depan toko itu menarik perhatian orang dan
sebentar saja tempat itu telah dilingkari banyak orang yang
menonton, mereka itu agaknya tadi mengira bahwa ada
serombongan pemain silat atau pedagang obat mengadakan
pertunjukan di situ. Akan tetapi ketika mereka mengenal tiga
orang anggauta Ang-ki Kai-pang, mereka menjadi terkejut.
Ada rasa girang di dalam hati mereka bahwa kini ada orang
berani menentang tiga tokoh Perkumpulan Jembel itu, dan
orang itu bahkan hanya seorang gadis muda!
Karena takut kalau tiga bungkusan obat itu terinjak mereka
yang sedang berkelahi, maka Han Beng sudah
memungutinya. Kalau saja dia tidak mengkhawatirkan akan
keselamatan gadis itu tentu dia sudah pergi, tidak ingin terlibat
dalam perkelahian. Akan tetapi di harus menjaga keselamatan
gadis yang telah menolongnya itu.
Permainan toya gadis itu memang hebat, dan Siauw-lim-pai
memang terkenal sekali dengan permainan toya ini. Hal ini
tidak mengherankan karena Siauw-lim-pai merupakan
perkumpulan yang dipimpin oleh para pendeta biara Siauwlim-
si, di mana para muridnya adalah para hwesio. Senjata
yang paling tepat bagi seorang hwesio untuk membela diri
kalau diserang musuh adalah toya yang dapat dipergunakan
pula sebagai sebatang tongkat atau untuk memukul barang
bawaan.
Han Beng memandang kagum. Gadis Itu memang lihai dan
begitu toyanya diputar dengan amat cepatnya, tiga orang
pengemis itu terdesak dan mundur. Tiba-tiba gadis itu
mengeluarkan bentakan melengking panjang dan ujung
toyanya tergetar keras, membuat gerakan melengkung dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
begitu gulungan sinar toya berkelebat, dua orang pengeroyok
roboh. Yang seorang lagi, Si Muka Hitam, terkejut dan dengan
nekat menghantamkan tongkatnya ke arah tengkuk gadis itu
dari belakang. Namun, tanpa kesukaran sedikit pun, gadis itu
membalikkan toyanya ke belakang, menangkis tongkat,
tubuhnya membuat gerakan memutar dan di lain saat toyanya
sudah menyodok ke arah dada orang itu sehingga dia pun
jatuh terjengkang!
Tiga orang pengemis Ang-kin Kai-pang itu terengah-engah,
Si Gendut Perut itu kepalanya benjol besar, Si Tinggi Kurus
meringis karena kaki kanannya terkena sambaran toya
sehingga tulang keringnya terasa seolah remuk, dan Si muka
Hitam dadanya sesak. Gadis itu menghentikan gerakannya,
berdiri dengan tangan kiri bertolak pinggang dan tang kanan
memegangi toya yang didirikan; sikapnya gagah, matanya
mencorong, tiga orang pengemis itu tahu diri. Mereka bangkit
dan tanpa banyak cakap lagi berjalan pergi terhuyung-huyung.
Semua orang memuji kehebatan gadis itu, akan tetapi mereka
yang mengenal kekuasaan Ang-kin Kai-pang merasa khawatir
akan keselamatan gadis pemilik toko obat. Para penonton itu
pun bubar dan dan Han Beng menjura dengan penuh hormat
kepada Si Gadis perkasa.
"Sungguh saya bersukur sekali bahwa Nona telah
menolong saya dan guru saya. Terima kasih, Nona."
"Ah, tidak mengapalah, Saudara. Engkau dan gurumu
adalah pengembara dan gurumu sakit, sudah sepatutnya
kalau aku memberi obat kepadamu. Dan mengenal tiga orang
tadi, mereka sendiri yang mencari penyakit dan memang perlu
dihajar."
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dandua orang laki-laki
menghentikan kuda mereka di depan toko itu. Han Beng
melihat seorang laki-laki berusia kurang lebih lima puluh
tahun, berpakaian sastrawan, dan seorang laki-laki berusia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
empat puluh tahun lebih berpakaian ringkas dan bersikap
gagah.
Ketika dua orang laki-laki itu berlompatan turun dari atas
kuda mereka, gadis itu cepat menghampiri laki-laki yang
berpakaian sastrawan.
"Ayah! Engkau baru pulang?"
Akan tetapi ayahnya memandangnya lengan wajah heran,
sama sekali tidak gembira, bahkan suaranya terdengar marah
ketika dia bertanya, "Hui Im, apa yang kudengar ketika
memasuki kota tadi? Engkau membela seorang pengemis
asing dan berkelahi dengan tiga orang anggauta Ang-kin Kaipang?"
Gadis itu menghadapi ayahnya dengan sikap tenang, tegas
dan bertanggung jawab. "Benar, Ayah. Dan dia inilah Saudara
yang telah kutolong itu katanya menunjuk kepada Han Beng
masih berdiri dengan hati tidak enak. Majikan toko obat itu
bernama Kun Tiong atau di kota raja terkenal dengan nama
Souw Sian-seng, seorang ahli obat atau seorang tabib yang
seringkali menerima undangan untuk mengobati orang sakit,
akan tetapi juga membuka toko obat yang diurusi puterinya.
Puterinya itu anak tunggal bernama Souw Hui Im. Ibu gadis ini,
telah lama meninggal dunia.
Souw KunTiong atau Souw Sian memandang sejenak
kepada Han Beng lalu dia membalik menghadapi puterinya
lagi, menuntut, "Apa yang telah terjadi? Dalam suaranya
masih terkandung rasa tidak senang. Dia menganggap
puterinya mencari gara-gara saja, karena dia tahu benar siapa
itu Ang-kin Kai-pang perkumpulan yang amat berpergaruh di
kota raja, bahkan mempunyai hubungan baik dengan para
pembesar yang kuasa.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sesungguhnya aku tidak bersalah.Ayah,” kata Hui Im yang
dapat melihat bahwa ayahnya marah. "Mula-mula Saudara ini
datang dan minta pertolongan , agar diberi obat untuk gurunya
yang sedang sakit panas demam dan batuk, karena kulihat dia
seorang pengembara yang sedang dirundung malang, maka
aku memberinya obat yang dimintanya. Tiba-tiba muncul tiga
orang pengemis Ang-Kai-pang itu yang bersikap sombong dan
melarang aku memberikan obat kepada Saudara ini. Tentu
saja aku marah, Ayah. Mereka tidak berhak melarangku
memberikan obat milikku sendiri kepada siapapun juga.
Mereka malah menghina saudara ini, mengusirnya dan
melarangku menyerahkan obat. Maka terjadilah perkelahian
itu dan mereka melarikan diri."
Dengan alis masih berkerut, Souw Han-seng menghadapi
Han Beng. Sejenak dia mengamati pemuda yang bertubuh
tinggi besar dan berwajah gagah itu, lalu karena
penyesalannya bahwa puterinya menanam permusuhan
dengan Ang-kin Kai-pang gara-gara pemuda ini, dia pun
berkata dengan suara penuh sesalan dan kemarahan.
"Orang muda, tidak malukah engkau Engkau masih muda
belia, bertubuh sehat dan kuat, akan tetapi ada orang-orang
menghinamu, engkau diam saja tidak membela diri sendiri,
bahkan mengandalkan seorang wanita untuk membelamu!
Tidak malukah engkau menjadi seorang pengecut?"
"Ayah !" Hui Im berseru.
"Diam kau!" bentak ayahnya yang masih menghadapi Han
Beng, melanjutkan kata-katanya. "Orang muda, gara-gara "
engkau, anakku menanam bibit permusuhan dengan Ang-kin
Kai-pang, berarti kami menghadapi kesulitan besar. Karena
engkau menjadi gara-gara, maka engkau perlu dihajar agar
semua orang tahu bahwa aku, Souw Kun Tiong, sebetulnya
tidak mau mencampuri urusan antara pengemis. Biarlah
engkau berhadapan sendiri dengan Ang-kin Kai-pang? Nah,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bersiaplah, orang muda, aku akan menghajarmu seperti tadi
anakku menghajar orang-orang Ang-kin Kai-pang!"
Han Beng terbelalak, kebingungan, tentu saja dia tidak
ingin berkelahi dengan orang lain, apalagi orang ini adalah
ayah kandung dari gadis yang telah menolongnya tadi. Akan
tetapi dia pun mengerti apa yang dimaksudkan orang tua ini.
Dia hendak menghajarnya di depan umum sehingga kalau
Ang-kin Kai-pang mendengar akan hal ini, mereka akan
menganggap bahwa keluarga Souw sebetulnya tidak membela
Han Benig, melainkan terjadi kesalahpahaman saja antara
Nona Souw dan tiga orang murid atau anggauta Ang-kin Kaipang.
Han Beng menjura kepada Souw Sian-Seng. "Tuan, harap
maafkan saya. Sesungguhnya saya datang ke toko ini tidak
ada maksud lain kecuali minta bantuan agar diberi obat untuk
guruku yang sedang sakit. Saya sama sekali tidak mencari
keributan atau perkelahian. Kalau memang Tuan tidak rela
memberi obat ini untuk guruku, biarlah saya kembalikan saja."
"Hemmm, puteriku telah memberi obat itu, tidak akan kami
tarik kembali akan tetapi untuk membuktikan bahwa kami tidak
berpihak dalam urusanmu dengan Ang-kin Kai-pang,” aku
harus menghajarmu!" Souw Sian-seng maklum bahwa di
tempat ramai itu tentu terdapat banyak mata-mata Ang-kin Kaipang
yang dapat mendengarkan semua ucapannya dan dapat
menyaksikan pula dia menghajar pemuda itu agar melaporkan
hal itu kepada pimpinan Ang-kir Kai-pang. Dia sudah
melangkah maju, siap untuk menghajar Han Beng.
"Suheng, tahan dulu……….!" tiba tiba orang yang tadi datang
bersama Souw Sian-seng, melompat maju dan memeggangi
lengan tabib itu. Orang berusia empat puluh tahun lebih ini
bernama Hui Siong dan dia adalah seorang di antara muridmurid
Siauw-lim-pai yang berhasil melarikan diri ketika Kuil
Siauw-Lim-si dibakar oleh pasukan pemerintah. Dalam
pelariannya, dengan aman dia bersembunyi dan mondok di
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
rumah tabib itu yang juga merupakan murid Siauw-lim-pai
akan tetapi merupakan 'murid luar" yang tidak tinggal di kuil. Di
sini dia hidup aman karena tentu saja para perwira pasukan
pemerintah tidak menyangka bahwa orang Siauw-lim-pai ada
yang berani tinggal di kota raja!
Melihat sutenya menahan dia yang hendak menghajar
pengemis muda itu, Souw Sian-seng merasa heran dan
memandang sutenya dengan alis berkerut, Gui Siong
mendekatkan mulutnya ketelinga suhengnya dan
membisikkan, "Dia adalah Naga Sakti seperti yang pernah
kuceritakan padamu, Suheng." Tentu saja Souw Sian-seng
terkejut bukan main dan hanya berdiri seperti patung
mengamati Han Beng yang tidak mengenal apa yang
dibicarakan kedua orang itu. Dia rasanya pernah melihat
orang yang datang bersama ayah kantung gadis itu, seorang
laki-laki berusia empat puluh tahun lebih yang bertubuh kurus,
wajahnya tampan, rambut penuh uban dan matanya lebar
sekali itu.
Cui Siong kini memberi hormat kepada Han Beng. "Taihiap,
apakah Tai-hap lupa kepadaku?"
Han Beng terkejut disebut tai-hiap (pendekar besar).Dia
mengerutkan alisnya. "Maaf, saya tidak mengenal………. Dan
perkenankan saya mengantarkan obat ini kepada guruku……… "
"Bukankah Tai-hiap yang bernama Han Beng?" Cui Siong
melanjutkan cepat-cepat dan lirih agar tidak terdengar orang
lain. Han Beng kembali terkejut.
"Tai-hiap tentu belum lupa, lima tahun yang lalu, di dusun
Ki-nyan-tung Bukankah kita pernah bekerja sama membela
rakyat dusun itu dari tekanan Hek-i-wi…… ?"
"Ohhh……….!" kini Han Beng teringat. Kiranya orang ini
adalah satu di antara lima orang murid Siauw lim-pai yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengamuk dan membela penduduk dusun itu "Kiranya Tuan
adalah………."
"Namaku Gui Siong, Tai-hiap. Dan kalau boleh saya
bertanya, siapakah yang sakit?"
"Guruku, dia Sin-ciang Kai-ong……"
"Ahhh! Jadi beliau itu menjadi guru Tai-hiap? Suheng,
dengarkah Suheng sekarang? Kita harus berkunjung dan
memberi hormat kepada Lo-cian-pwe itu, dan mengundang
mereka ke sini untuk beristirahat dan berobat, sambil
bercakap-cakap!"
Kini Souw Sian-seng baru yakin dan ia pun cepat memberi
hormat kepada Han Beng. "Maafkan kami, Tai-hiap. sudah
lama mendengar nama besar Tai-hiap dan Lo-cian-pwe Sianciang
Kai-ong. Marilah kami antar Tai-hiap menemui guru Taihiap."
Han Beng mengangguk, merasa tidak enak berada lebih
lama di tempat itu. Dia lalu menghadapi Souw Hui Im dan
menjura, "Sekali lagi, terima kasih, Nona." Dan pergilah dia
bersama dua orang itu menuju ke pintu gerbang kota raja
sebelah barat. Hui Im sejak tadi bengong saja seperti telah
berubah menjadi patung! Bahkan ketika Han Beng bicara
kepadanya, ia hanya dapat memandang kepada pemuda itu
seperti seorang yang melihat munculnya dewa di siang hari!
Tentu saja ia pun seperti ayahnya pernah mendengar cerita
susiok-nya Gui Siong tentang munculnya seorang pendekar
muda yang dijuluki Sin-Liong (Naga Sakti) bernama Si Han
Beng yang kabarnya memiliki ilmu kepandaian setinggi
gunung, juga ia pernah mendengar akan nama Sin-ciang Kaiong
yang namanya menjulang setinggi langit. Dan pada itu
kini, ia telah memberi sedekah obat kepada Sin-liong itu, untuk
mengobati gurunya yang ternyata adalah Sin-ciang Kai-ong!
Seperti seorang anak kecil, ia pun berlompatan masuk
kedalam tokonya, wajahnya riang gembira namun kadangKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
kadang jantungnya berdebar dan mukanya berubah merah
ketika teringat kepada wajah Han Beng!
oooOOOooo
Sin-ciang Kai-ong memang jatuh sakit. Tubuhnya seperti
menjadi medan perang antara panas dan dingin. Kadangkadang
dia merasa tubuhnya panas seperti dibakar, kadangkadang
dingin seperti akan membeku, dan kalau sudah datang
batuknya, maka batuknya itu susul menyusul dan terus
menerus membuat dadanya terasa sesak!
Akhirnya terpaksa dia dan muridnya yang tiba di kota raja,
menghentikan perantauan mereka dan Sin-ciang Kai-ong
tinggal di sebuah kuil tua yang tidak terpakai lagi, di sebuah
bukit di sebelah barat kota raja. Siang hari itu, terdengar dia
terbatuk-batuk sehingga dia tidak tahu bahwa muridnya dan
dua orang laki-laki memasuki kuil tua itu.
"Suhu...!" kata Han Beng sambil berlulut di depan suhunya
yang rebah miring menghadapi dinding.
"Ah, kau sudah datang, Han Beng……… ukh-ukh-uhh!"
"Suhu, teecu datang bersama dua orang yang ingin
menghadap Suhu." Sin-ciang Kai-ong bangkit dan memutar
tubuhnya, melihat dua orang yang lah duduk bersila di situ
dengan sikap hormat. Souw Sian-seng dan Gui Siong segera
memberi hormat kepada pengemis tua itu.
"Lo-cian-pwe, saya Souw Kun Tiong orang murid luar
Siauw-lim-pai."
"Saya sutenya, Lo-cian-pwe, bernama Gui Siong dan saya
pernah berjumpa dengan Lo-cian-pwe ketika bersama-sama
membela penduduk Ki-nyan-tung. Saya seorang murid Siauwlim-
pai."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sin-ciang Kai-ong, biarpun kelihatan bahwa dia sedang
menderita sakit wajahnya pucat dan mukanya penuh keringat,
nampak gembira ketika mendengar pengakuan mereka itu.
"Ah, kiranya orang-orang gagah dari Siauw-lim-pai yang
datang! Selamat datang, selamat datang! Hei Han Beng
bagaimana engkau sampai dapat bertemu mereka dan
membawa mereka ke tempat kita yang kotor ini?"
Han Beng lalu menceritakan tentang peristiwa ketika dia
minta obat kepada puteri Souw Sian-seng tadi selanjutnya
pertemuannya dengan So Sian-seng dan Gui Siong.
Mendengar ini, Sin-ciang Kai-ong mengerutkan alisnya.
"Ah, bagaimana mungkin itu? Ang-kin Kai-pang adalah
perkumpulan pengemis di kota raja yang dipimpin oleh Koaitung
Sin-kai, bukan?" Pertanyaan ini bukan oleh kakek jembel
itu kepada Han Beng dan dua orang murid Siauw-lim-pai.
"Benar sekali, Lo-cian-pwe. Koai Tung Sin-kai adalah ketua
dari "Ang-kin Kai-pang," kata Souw Sian-seng.
"Nahhh! Aku sudah mengenal baik orang itu! Dan dia bukan
orang jahat sama sekali, bahkan dia menjunjung tinggikebenaran
dan bahkan menentang kaitan dan penindasan.
Bagaimana seorang anak muridnya dapat bersikap seperti
itu?"
"Memang benar sekali apa yang Lo-cian-pwe katakan.
Memang dahulu Ang-kin Kai-pang terkenal sebagai
perkumpulan yang baik. Biarpun anggauta-anggotanya
mengemis, akan tetapi tidak pernah melakukan kejahatan,
bahkan suka membantu kalau rakyat diperas dan ditekan oleh
mereka yang berkuasa. Akan tapi akhir-akhir ini, sudah kurang
lebih setahun lamanya, anggauta Ang-kin Kai-pang berubah.
Banyak anggauta baru dan mereka ini bersikap tidak lagi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sebagai pengemis, melainkan lebih mirip penodong, perampok
dan tukang-tukang pukul. Tak ada yang berani menentang
karena selain di antara mereka terdapat banyak orang lihai,
juga mereka dekat dengan para pembesar yang berpangkat
tinggi."
Kemudian, Souw Sian-seng membujuk Sin-ciang Kai-ong
untuk beristirahat saja di rumahnya agar lebih terawat dan
dekat dengan ahli dan obat-obatannya. Setelah Gui Siong ikut
membujuk, akhirnya Sin-ciang Kai-ong menerima undangan ini
dan pergilah mereka berempat ke rumah Souw Sian-seng.
Rumahnya menjadi satu dengan toko obatnya, di bagian
belakang dan cukup luas.
Bukan main girangnya rasa hati Hui Im ketika menerima
dua orang tamunya itu. Sinar matanya yang bening itu kadangkadang
menyambar ke arah Han Beng, sinar matanya yang
tajam bersinar akan tetapi kalau bertemu pandang, ia pun
menunduk dan sikapnya malu-malu. Han Beng sendiri kagum
bukan main kepada gadis itu, kagum dan juga suka karena
gadis cantik itu selain gagah perkasa, lihai dan pemberani,
juga berhati lembut dan suka menolong.
Souw Sian-seng yang duda itu menjamu Sin-ciang Kai-ong
dan muridnya dengan hati gembira. Dia telah memeriksa
keadaan tubuh kakek jembel itu dan dengan lega
mendapatkan bahwa penyakitnya tidaklah berbahaya,
penyakit biasa yang suka mengganggu orang lanjut usia.
Dengan istirahat dan pengobatan yang cepat, dalam waktu
beberapa hari saja kakek itu akan pulih kembali kesehatannya,
apalagi dia memiliki tubuh yang amat kuat.
Akan tetapi, selagi pihak tuan rumah menjamu Han Beng
dan gurunya, tiba-tiba terdengar suara hiruk-pikuk di luar toko
yang sudah ditutup pada sore hari itu. Seorang pelayan berlari
memasuki ruangan makan dengan muka pucat dan melapor
kepada Souw Sian-seng dengan suara gagap.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Celaka, Loya ……. orang-orang Ang-Kin Kai-pang dan
sepasukan perajurit keamanan…… berada di depan rumah……!"
Mendengar ini, Souw Kun Tiong cepat keluar, diikuti oleh
Souw Hui Im juga Gui Siong. Han Beng dan gurunya saling
pandang, kemudian Sin-ciang Kai-ong yang sudah mendengar
keterangan muridnya tentang peristiwa dengan Ang-kin Kaipang
itu menyatakan kekhawatirannya.
"Aih, kalau sampai keluarga Souw tertimpa malapetaka
yang disebabkan oleh kita, sungguh membuat hatiku merasa
tidak enak sekali. Kita harus turun bertanggung jawab, Han
Beng. Mari kita keluar!"
Ketika guru dan murid ini keluar, ternyata bagian depan
rumah itu telah dikepung oleh belasan orang yang berpakaian
pengemis sabuk merah, juga ada dua puluh orang lebih
perajurit keamanan yang dipimpin seorang perwira. Mereka
mendengar perdebatan antara Souw Sian-seng dan para
pimpinan pengemis juga terdengar suara perwira itu
membentak-bentak.
"Orang she Souw! Engkau berani menyembunyikan matamata
pembcrontak! Hayo keluarkan orang itu dan berikan
kepada kami, dan kalian sekeluarga juga harus ikut ke
benteng untuk mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!"
Souw Sian-seng membantah dengan suara lantang.
"Ciangkun, harap tidak mendengarkan fitnah keji. Selama
bertahun-tahun, kami keluarga Souw tinggal dengan aman
dan damai di sini, tidak pernah membuat kekacauan dan
siapakah yang tidak mengenal kami sebagai ahli ngobatan
yang sudah banyak menolong orang sakit? Bahkan di antara
para perwira dalam benteng sudah banyak yang Kami
sembuhkan…….."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bohong, Ciangkun! Dia adalah serang murid Siauw-limpai!"
tiba-tiba seorang di antara para pimpinan pengemis itu
berseru. Kagetlah Souw Sian-eng. Dia tahu bahwa
keadaannya menjadi semakin gawat kalau orang-orang itu
sudah tahu bahwa dia seorang murid Siauw-lim-pai, apalagi
mengingat bahwa sutenya yang berada di sebelahnya itu
adalah seorang murid Siauw-lim-pai yang lolos dari kuil Siauwlim-
pai yang dibakar.
"Memang kuakui bahwa ilmu silatku bersumber dari ilmu
silat Siauw-lim-pai akan tetapi ilmu silat mana yang tidak
bersumber dari sana? Aku, bukan murid……."
"Ciangkun, orang kurus bermata lebar itu seorang di antara
murid Siau lim-pai yang memberontak! Aku ingat benar! Dia
seorang di antara lima murid Siauw-lim-pai yang mengamuk di
Ki-nyan-tung!"
Kini Gui Siong yang terkejut. Dia adalah seorang buruan,
dan dia tidak takut akan bahaya yang mengancam dirinya,
hanya dia menyesal sekali bahwa kini suhengnya yang hidup
aman di kota raja ini akan menanggung akibat dari
persembunyiannya di situ!
Pada saat itu, Han Beng dan Sin-ciang Kai-ong muncul.
Melihat mereka! perajurit yang tadi berteriak segera mengenal
mereka. "Nah, itu dia yang membantu para murid Siauw-limpai!
Pengemis tua itu yang menendang roboh padaku, dan
pemuda tinggi besar itu ikut mengamuk!"
Kini tidak ada jalan lain lagi untuk menyangkal. Souw Sianseng
memang sudah siap siaga menghadapi segala
kemungkinan semenjak Gui Siong berada tempat tinggalnya.
Kini, dia sudah meloncat ke depan sambil mencabut
pedangnya, langsung saja menyerang pengemis yang tadi
membocorkan rahasianya sebagai murid Siauw-lim-pai.
Pengemis itu menangkis dengan tongkatnya, akan tetapi
tongkat itu patah dan pedang di tangan Souw Sian-seng sudah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
melukai pundaknya sehingga dia jatuh terguling dan berteriak
kesakitan. Segera ada banyak sekali tongkat yang
mengeroyok tabib itu. Melihat suhengnya sudah mengamuk,
Gui Siong yang merasa betapa kehadirannya yang
menyebabkan keributan itu, segera mencabut pula pedangnya
dan mengamuk.
"Ayah, mari kita hajar anjing-anjing jahat ini!" Hui Im juga
membentak dan dia pun sudah melompat ke depan,
mengenakan pedang yang sudah dipersiapkannya untuk
membantu ayah dan susioknya. Memang sementara keributan
pagi tadi dengan orang-orang Ang-kin Kai-pang, keluarga ini
sudah mempersiapkan pedang agar setiap saat dapat
membela diri.
Melihat betapa pihak tuan rumah sudah terjun ke dalam
perkelahian dan dikeroyok banyak orang yang rata-rata lihai,
Han Beng menoleh kepada gurunya.
"Suhu, apa yang harus teecu lakukan?" Selama ini suhunya
itu selalu menekankan bahwa dia harus hidup sebagai
seorang pendekar yang menentang para penindas dan
penjahat, akan tetapi suhunya juga berpesan agar dia tidak
memusuhi pemerintah karena kalau dicap pemberontak maka
akan sukarlah mencari tempat yang aman bagi kehidupannya.
Sin-ciang Kai-ong menarik napas panjang. "Wah, agaknya
Ang-kin Kai-ong yang telah bersekutu dengan pasukan
keamanan dan kalau pembesar sudah bersekutu dengan
orang-orang yang jahat dan menyeleweng, sungguh tidak tahu
lagi aku apa yang harus kita akukan. Akan tetapi, jelas bahwa
keluarga Souw terancam maka kita harus menolong dan
Menyelamatkan mereka."
Pernyataan suhunya ini amat ditunggu-tunggu oleh Han
Beng, maka tanpa banyak cakap lagi dia pun lalu terjun
kedalam gelanggang perkelahian, dengan tamparan dan
tendangannya dia merobohkan tiga orang pengeroyok yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
membikin repot Hui Im. Selanjutnya ia melindungi gadis itu
dari pengeroyokan. Sin-ciang Kai-ong masih ragu-ragu. Dia
sudah tua dan sedang tidak sehat, menggunakan tenaga
untuk berkelahi dapat membahayakan nyawanya sendiri. Pula,
dia pun tahu bahwa kedaan amatlah berbahaya. Mereka itu
relawan pasukan pemerintah, berarti pemberontak, dan
perkelahian itu terjadi di kota raja! Dalam waktu singkat saja
tentu akan bermunculan ratusan atau mungkin ribuan pasukan
keamanan. Dan di kota raja menjadi gudang dari para perwira
tinggi yang memiliki kepandaian tinggi! Akan tetapi,
keraguannya lenyap ketika dia melihat betapa tubuh Souw
Sian-seng dan Cui Siong sudah berlumuran darah oleh lukaluka
yang mereka derita. Walaupun kedua suheng dan sute ini
mengamuk, namun para pengeroyok mereka itu pun rata-rata
memiliki ilmu silat yang lumayan, dan dikeroyok demikian
banyaknya, akhirnya mereka pasti luka-luka.
"Han Beng! Nona! Kalian tolong Souw enghiong dan Cuienghiong
melarikan diri, biar aku yang menahan mereka Tibatiba
kakek ini terjun ke dalam pertempuran dan dengan
gerakan kedua lengan bajunya yang tambal-tambalan dia
menyapu roboh beberapa orang. Gerakan kakek ini memang
hebat bukan main. Kedua lengan bajunya yang lebar itu
mengeluarkan angin yang bagaikan badai. Baru terkena
anginnya saja, orang-orang yang berada dekat dengannya
terpelanting roboh, apalagi yang sampai tercium ujung lengan
baju. Tenaga sakti yang keluar dari kedua lengannya amat
dahsyat.
Juga amukan Han Beng yang bertangan kosong itu hampir
sama dengan suhunya, kalau tidak malah lebih hebat lagi.
Pemuda ini selama lima tahun telah warisi ilmu kepandaian
Sin-ciang Kay-ong setelah dia mewarisi ilmu kepandaian Sintiauw
Liu Bhok Ki. Tamparan dan tendangannya pasti
merobohkan seorang lawan, walaupun mereka itu sudah
mencoba untuk mengelak dan menang¬kisnya. Tangkisan
senjata tajam tidak dipedulikan oleh Han Beng. Senjata yang
bertemu dengan lengan atau kakinya terpentai diikuti
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
robohnya pemilik senjata itu. Mendengar seruan gurunya, Han
Beng juga maklum. Kalau dilanjutkan, tentu akan datang bala
bantuan yang amat banyak karena mereka berada di kota raja.
Kalau sampai lambat melarikan diri, dapat berbahaya sekali.
"Nona, mari kita larikan Ayahmu dan paman Gurumu!"
katanya. Hui Im yang tadinya repot menghadapi pengeroyokan
banyak orang, kemudian keadaannya menjadi ringan setelah
pemuda perkasa itu mengamuk di sebelahnya dan
melindunginya, mengangguk karena ia pun melihat betapa
ayahnya dan susioknya telah menderita luka-luka berdarah.
Keduanya lalu cepat mengamuk mendekap dua orang yang
luka-luka itu. Ketika Han Beng tiba di situ, dia melihat keadaan
Souw Sian-seng sudah payah dan terhuyung-huyung. Maka
dia pun cepat menangkap tubuh orang tua itu, memanggulnya,
dan mempergunakan pedangnya untuk melindungi diri
mereka, juga melindungi Hui Im yang sudah menggandeng
tangan susioknya diajak lari. Jalan untuk lari sudah terbuka
karena Sin-ciang Kai-ong sudah mengamuk lebih dahulu
membuka jalan. Larilah mereka, Han Beng memondong tubuh
Souw Sian-sen dan Hui Im menggandeng dan menarik
susioknya yang juga sudah terhuyung huyung.
Sin-ciang Kai -ong menghalangi setiap orang yang hendak
melakukan pengejaran. Dengan kedua lengan bajunya dia
merobohkan lebih dari dua puluh orang, dan sisanya, yaitu
perwira pasukan dan beberapa orang pimpinan Ang kin Kai.-
pang masih mengepung dan mengeroyoknya. Tiba-tiba dia
mengeluarkan teriakan yang dahsyat, seperti harimau
mengancam, dan belasan orang yang mengeroyok itu terkejut,
merasa kaki mereka seperti mendadak lumpuh dan mereka
tidak mampu mempertahankan diri ketika kedua lengan baju
itu menyambar nyambar. Mereka berpelantingan dan
kesempatan ini dipergunakan oleh Sin ciang Kai -ong untuk
meloncat jauh dan pergi menyusul muridnya dan yang lain
lainnya. Dia tahu ke mana Han Beng membawa mereka. Tentu
ke hutan lebat di mana terdapat kuburan kuno yang pernah
menjadi tempat tinggal selama dua hari di luar kota raja.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Benar saja dugaannya.Han Beng, Hui Im, Souw Sian-seng
dan Gui Siong memang berada di tempat itu. Akan tetapi
ketika Sin-ciang Kai-ong tiba di situ, mendapatkan bahwa dua
orang yang terluka parah itu telah meninggal dunia dan Hui Im
memeluki jenazah ayahnya sambil menangis sedangkan Han
Beng duduk bersila termangu-mangu.Kakek ini menarik napas
panjang berulang-ulang lalu ikut bersila di dekat Han Beng
menghadapi dua jenazah yang rebah tentang. Melihat Sinciang
Kai-ong, Hui Im merintih dan berlutut di depan kakek itu.
"Lo-cian-pwe…….. Ayah dan Susiok tewas………!" Ia tidak
dapat melanjutkan kata-katanya karena tangisnya sudah
meledak-ledak, membuatnya sesenggukan.
"Tenanglah,Nona. Nyawa manusia berada di dalam tangan
Tuhan, maka setiap kematian memang sudah dikehenki oleh
Tuhan. Kita hanya dapat merima kenyataan ini, Nona."
"Nona, semua ini adalah karena kesalahanku!" kata Han
Beng penuh semangat.
"Akulah yang bersalah, kalau aku tidak minta bantuan,
mengemis obat kepada Nona, tentu tidak akan terjadi semua
ini………." Han Beng merasa menyesal bukan main.
"Tidak, Tai-hiap.Engkau tidak bersalah. Bahkan engkau
telah membantu kami sehingga engkau dimusuhi oleh
pasukan keamanan."
"Sudahlah, tidak perlu mencari kambing hitam dalam suatu
peristiwa, yang penting kini kita harus cepat menyempurnakan
dua jenazah ini dan mengurus mereka baik-baik. Kebetulan di
sini adalah daerah pemakaman kuno. Kalau tidak cepat-cepat
dan kita terlambat mereka tentu akan melakukan pengejaran
sehingga kita tidak sempat lagi untuk mengurus jenazahjenazah
ini. Kita bicara nanti setelah pemakaman."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka bertiga lalu menggali dua buah lubang tak jauh dari
makam kuno itu untuk mengubur jenazah Souw Kun Tiong dan
Gui Siong. Sambil bekerja menggali tanah kemudian
mengubur jenazah ayahnya dan susioknya, tiada hentinya Hui
Im menangis, walaupun dara ini sudah menahan diri untuk
bersikap tenang. Air matanya tak pernah berhenti mengalir.
Setelah mereka berhasil mengubur kedua jenazah itu, Hui
Im berlutut depan makan ayahnya sambil menangis
sesenggukan. Han Beng menghiburnya.
"Sudahlah, Nona. Saya kira tidak perlu lagi Nona menyiksa
diri, karena Ayahmu dan Susiokmu sudah dipanggil kembali
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa."
Hui Im tetap saja menangis, hatinya seperti ditusuk-tusuk
rasanya.
"Nona Souw, yang kautangisi itu Ayahmu ataukan dirimu
sendiri?" tiba-tiba Sin-ciang Kai-ong bertanya, biarpun
mulutnya tersenyum-senyum namun bicaranya bersungguhsungguh.
Han Beng sendiri kaget mendengar pertanyaan yang
aneh dan dianggapnya menyinggung perasaan itu. Mendengar
pertanyaan ini, Hui Im menghentikan tangisnya, memandang
kepada kakek itu dengan mata merah agak membengkak.
"Bagaimana Lo-cian-pwe dapat ber¬tanya seperti itu?
Tentu saja saya menangisi Ayah………"
"Benarkah itu? Coba amati diri sendiri dan pikirkan baikbaik,
Nona. Bagaimana engkau dapat menangisi Ayahmu
yang sudah meninggal dunia? Dia telah terbebas dari segala
macam penderitaan hidup, sudah meninggalkan tubuh yang
selalu menjadi permainan suka dan duka, mengapa pula
engkau menangisinya? Bukankah engkau menangis karena
mengingat akan keadaanmu sendiri yang ditinggal pergi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
selamanya oleh Ayahmu yang kaucinta? Bukankah tangismu
itu timbul dari perasaan iba kepada dirimu sendiri?"
Han Beng yang mendengarkan itu merasa heran. Selama
lima tahun suhunya lebih banyak bersikap seperti orang yang
kurang waras, selalu bergurau dan kadang-kadang amat
nyaris Jarang sekali suhunya bersikap sungguh-sungguh
seperti sekarang ini, dan hal ini menimbulkan kekhawatiran
dari hatinya karena dianggapnya tidak wajar!
Sementara itu, Hui Im tadinya menjadi merah mukanya
karena penasaran akan tetapi ketika ia mengingatkan dan
mengamati diri sendiri, nampak lah olehnya betapa tepatnya
ucapan kekek itu. Memang ia menangisi diri sendiri yang
ditinggal ayahnya, sehinga kini ia hidup sebatangkara, dan
melihat keadaan, tentu ia tidak akan dapat kembali lagi ke
rumahnya yang akan disita oleh pasukan keamanan. Ia
kehilangan segala-galanya! Satu-satu keluarganya adalah
ayahnya. Ia kehilangan ayahnya, susioknya, dan seluruh harta
bendanya, bahkan rumahnya. Ia menjadi yatim piatu yang
sebatangkara, tidak memiliki lagi tempat tinggal dan harta
benda.
"Tapi saya merasa kasihan kepada Ayah. Gara-gara
perbuatan saya maka Ayah sampai menderita, dikeroyok
sehingga tewas "
"Ketika Ayahmu dikeroyok dan menderita luka-luka,
memang dia sengsara dan sepatutnya kalau engkau iba
kepadanya. Akan tetapi sekarang? Ayahmu sudah tidak
menderita apa-apa lagi, se¬tidaknya tubuhnya tidak lagi
merasakan apa-apa, tidak menderita. Tentang jiwanya, siapa
yang tahu? Kalau kita tidak tahu bagaimana keadaannya,
bagaimana mungkin kita merasa kasihan? Siapa tahu dia
sekarang berbahagia, mudah-mudahan saja begitu."
Hui Im yang mempergunakan pikiran untuk
mempertimbangkan ucapan kakek itu, tanpa disadarinya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri lah berhenti menangis! "Saya dapat mengerti apa yang
Lo-cian-pwe maksudkan sekarang. Memang saya menangisi
diri sendiri, akan tetapi apa salahnya Lo-cian-pwe? Baru saja
saya kehilangan segalanya. Ayah dan Susiok tewas, saya
tidak mungkin pulang ke rumah yang tentu disita pemerintah.
Saya kehilangan segala-galanya, hidup yatim piatu dan
sebatangkara tidak memiliki apa-apa. Siapakah orangnya
yang tidak akan berduka?"
Tiba-tiba kakek itu tertawa. Han Beng mengerutkan alisnya.
Wah, gurunya kini agaknya kambuh kembali, datang lagi
penyakit lamanya, dan dia takut kalau-kalau gadis itu akan
tersinggung. Hui Im tidak tersinggung melainkan heran
memandang kepada kakek yang tertawa-tawa itu. Pandang
matanya menegur dan bertanya mengapa kakek itu tertawa
seperti itu melihat ia sedang dilanda kesengsaraan!
"Ha-ha-ha-ha, Nona yang baik hati, ke mana perginya
kedukaanmu tadi? Engkau tidak menangis lagi, tidak ada lagi
kedukaan membayang di wajahmu! Mengapa? Heh-heh,
karena duka itu hanya permainan pikiranmu sendiri saja.
Pikiranmu itu mengingat-ingat akan keadaanmu, semua
kehilangan dan penderitaan, maka muncullah iba-diri dan
engkau pun menangis, merasa sengsara, begitu pikiranmu
beralih dan memperhatikan percakapan dengan aku, maka
hilang pula kedukaan itu tanpa bekas! Nanti kalau kauingat
lagi, engkau akan berduka lagi."
Hui Im mengerutkan alisnya, melihat kebenaran yang
tersembunyi dalam ucapan kakek itu. "Akan tetapi, Lo-cian-we,
apakah tidak boleh saya berduka?"
"Bukan tidak boleh, hanya apakah gunanya berduka,
Nona? Hidup penuh penderitaan kalau kita membiarkan
pikiran berkuasa. Segala yang terjadi adalah suatu kewajaran.
Ayahmu tewas, hartamu habis, semua itu wajar, karena semua
itu terjadi atas kehendak Tuhan! Dan semua kehendak Tuhan
terjadilah! Tidak ada kekuasaan apa pun yang akan mampu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mencegahnya. Dan Tuhan Maha Kasih Segala kehendakNya
yang terjadi adalah adil dan baik, demi kebaikan kita! hanya
kita tidak mengerti akan raba yang tersembunyidibalik semua
peristiwa itu. Percayalah kepada Tuhan anak baik, dan
serahkan segalanya kepada Tuhan. Apa yang nampak ini
semua hanya seperti mimpi belaka, seperti gelembunggelembung
sabun yang setiap saat akan meletus dan lenyap.
Semua tidak kekal, hanya sementara saja, maka jangan kaget
kalau sewaktu-waktu semua ini akan lenyap meninggalkan
kita. Bahkan tubuh ini pun tidak kekal, kita harus siap untuk
sewaktu-waktu meningalkannya! Jadi, apa yang perlu
disalahkan? Tidak ada! Ha-ha-ha, tidak ada yang patut
disusahkan, kita bahkan harus selalu gembira, melihat
tontonan yang amat menarik ini, tontonan kehidupan
manusia."
Han Beng menundukkan mukan Alangkah bijaksananya
gurunya itu, waIaupun sikapnya seperti orang sinting. Dia
dapat mengerti akan semua ucapan tadi, dan dia merasa
betapa kecilnya lirihnya, betapa lemah dan tidak berarti,
bahkan tidak berdaya dalam kekuasaan Alam Semesta.
"Lo-cian-pwe, apakah kalau sudah k-gitu, kalau kita sudah
percaya sepenuhnya kepada Tuhan, sudah pasrah segalanya
kepada Tuhan, kita akan selamat? Apa perlunya kita berobat
kalau sakit, menghindar kalau ada bahaya mengancam?
Bukankah kita lalu menjadi diam saja dan memasrahkan
segalanya kepada Tuhan?" Dalam pertanyaan ini terkandung
rasa penasaran. Maklum, seorang pdis muda seperti Hui Im,
tidak mudah menangkap inti dari semua ucapan kakek Itu
yang mengandung makna dalam sekali.
Mendengar pertanyaan gadis itu, Sin-Ciang Kai-ong
kembali tertawa.
"Ha-ha-ha, bukan begitu,Nona. Kita diciptakan sebagai
mahluk hidup yang tergerak, kita wajib untuk berikhtiar,
menjaga dan memelihara diri, namun dengan dasar iman
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalau kita sakit, sudah
menjadi kewajiban kita untuk berikhtiar mencari
penyembuhannya dengan pengobatan, namun dasarnya
harus iman penyerahan kepada Tuhan. Apa pun ya
ngditentukan Tuhan, tidak perlu diterima dengan penasaran!
Itulah iman! Dunia hanya permainan pikiran. Susah senang
hanya timbul karena pikiran ini menimbang-nimbang,
membanding-bandingkan memperhitungkan untung rugi yang
semuanya bersumber kepada si-aku! padahal, siapakah si-aku
ini? Siapakah aku ini? Pernahkah Nona mempertanyakan hal
ini kepada diri sendiri! Han Beng, pernahkah engkau bertanya
kepada diri sendiri siapakah dirimu dan siapakah engkau?"
Han Beng terbelalak memandang gurunya. Belum pernah
dia bertanya seperti itu, dan mengapa pula harus bertanya?
Apakah gurunya ini sudah kumat lagi sintingnya? Kenapa
orang harus bertanya siapa dirinya? Siapakah aku ini?
Karena dia dan Hui Im tidak menjawab pertanyaan itu, Sinciang
Kai ong yang agaknya juga tidak mengharapkan
jawaban, lalu bernyanyi!
"Siapakah aku ini?
aku bukanlah tubuh yang rapuh ini
aku bukanlah pikiran yang kacau ini
aku bukanlah perasaan yang berubah-ubah ini
aku bukanlah akal budi yang curang ini
semua itu hanyalah alat bagiku
sangkar rumah tempat tinggalku sementara
semua itu akan menjadi tua
lalu lemah tak berdaya
lalu mati, kembali pada debu hampa!
Siapakah aku ini?
Sepercik api yang merindukan Matahari
Setetes air yang merindukan samudera
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah menyanyikan sajak itu, Sin-Ciang Kai-ong lalu
tertawa terkekeh-kekeh seperti mendengar sesuatu yang amat
lucu. Akan tetapi pada saat itu pendengaran Han Beng yang
tajam dapat menangkap gerakan atau langkah kaki banyak
orang dari jauh, juga suara mereka bicara.
Tadinya Han Beng dan gurunya menasehati agar Hui Im
tinggal saja di tempat persembunyiannya, tidak ikut mereka
yang berkunjung ke sarang Ang-kin Kai-pang. Akan tetapi
gadis itu memaksa. "Aku kehilangan segala-galanya karena
Ang-kin Kai-pang, oleh karena itu, baik dibantu oleh Ji-wi
(Kalian) atau tidak, aku pasti akan menuntut balas dan
menyerbu sarang Ang-km Kai pang dengan taruhan nyawa!"
Guru dan murid itu terpaksa membiarkan Hui Im ikut,
walaupun hadirnya gadis itu menambah beban bagi mereka
yang harus melindunginya. Ketika mereka melihat bahwa
penjagaan di tempat, itu hanya dipusatkan di pintu depan, Sinciang
Kai-ong berbisik kepada muridnya dan Hui Im bahwa
mereka akan memasuki sarang itu dari tembok belakang.
Pagar tembok itu cukup tinggi dan Hui Im memandang dengan
ragu-ragu.
"Aku………. kukira ………… aku tidak mampu melompatinya"
katanya lirih kepada Han Beng.
"Mari kubantu, Nona. Peganglah tanganku erat-erat!" Han
Beng berkata kemudian memberi isarat agar mereka meloncat
berbareng. Dengan pengerahan tenaganya, mudah saja
baginya untuk menambah tenaga loncatan Hui lm sehingga
keduanya melayang ke atas pagaar tembok lalu turun ke
sebelah dalam.Akan tetapi, begitu tiba di dalam pagar tembok,
kakek jembel itu memberi isarat agar mereka tidak
mengeluarkan suara. Ternyata rumah itu dijaga ketat sekali,
bahkan dikepung penjaga. Tidak ada kesempatan sama sekali
bagi mereka untuk menyelinap masuk tanpa diketahui dan
kalau ketahuan tentu semua anggota Ang-kin Kai-pang akan
melakukan pengeroyokan sehingga mereka tidak sempat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
melakukan penyelidikan. Maka Sin-Ciang Kai-ong lalu
memberi isarat kepada muridnya dan Hui Im untuk keluar lagi.
"Kita datang saja dari pintu," katanya.
"Tapi, Suhu. Mereka sudah mengenal kita, tentu mereka
akan menyambut dengan pengeroyokan pula."
"Hemmm, andaikata dikeroyok pun kalau di luar kita lebih
leluasa dan tidak ada bahaya alat-alat jebakan. Sukur kalau
Koai-tung Sin-kai masih mengingat akan persahabatan antara
kami dan mau keluar menemuiku."
Dengan jantung berdebar penuh ketegangan, akan tetapi
sama sekali bukan karena takut, Han Beng dan Hui im
mengikuti jejak jembel itu yang berjalan menuju ke pintu
gerbang di mana terdapat banyak sekali anggauta Ang-kin
Kai-pang. Ketika mereka bertiga tiba di depan pintu gerbang
dan para pengemis itu melihat mereka, tentu saja para
anggauta Ang-kin Kai-pang itu menjadi geger. Mereka segera
mengenal tiga orang itu dan segera menghadapinya dengan
senjata tajam seperti golok, pedang, tombak dan lain-lain.
Sebagian pula memegang tongkat pengemis mereka dengan
sikap mengancam. Akan tetapi, Sin-ciang Kai-ong
menghadapi mereka sambil terkekeh-kekeh.
"Ha-ha-ha-ha, kalian jangan panik jangan ribut. Aku datang
untuk menemui sahabat baikku, Koai-tung Sin-kai, untuk
membicarakan kesalahpahaman antara kita tadi. Katakanlah
kepadanya bahwa sahabat baiknya yang bernama Sin-ciang
Kai-ong datang untuk bicara dengan dia!"
"Sin-ciang Kai-ong……..?" terdengar seruan-seruan di antara
mereka dengan kaget.
Tentu saja nama ini tidak asing bagi meeka, dan mereka pun
merasa jerih. Kiranya kakek jembel yang amat sakti dan yang
membuat mereka tadi kocar-kacir adalah Sin-ciang Kai-ong
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Raja Pengemis dari Propinsi Hok-kian itu! Pantas demikian
lihainya, pikir mereka, kini menjadi ragu-ragu untuk lancang
tangan.
"Hayo cepat kabarkan padanya, ataukah kalian mau mainmain
lagi dengan kami? Akan tetapi hati-hati, sekali ini aku
tidak akan menggunakan tangan lunak terhadap kalian!"
Dengan ancaman ini, Sin-ciang Kai-ong berhasil membuat
mereka semua menjadi jerih beberapa orang lalu lari ke dalam
membuat laporan.
Tak lama kemudian muncullah empat orang pengemis
setengah tua yang sabuknya berwarna merah tua, tanda
bahwa tingkatnya sudah tinggi. Meraka berempat itu
menghadapi Sin-ciang Kai-ong dengan sikap hormat, lalu
berkata, "Pangcu (Ketua) kami mempersilakan Sam-wi untuk
masuk dan menghadap beliau!"
"Heh-heh-heh, sejak kapan Koai-tu Sin-kai disebut beliau
seperti seorang bangsawan tinggi saja? Heh-heh-heh ingin
aku melihat mukanya kalau mendengar pertanyaanku ini."
Sambil terkekeh-kekeh kakek jembel itu jembel lalu mengajak
Han Beng dan Hui Im untuk memasuki sarang Ang-kin Kaipang.
Tentu saja diam-diam Han Beng bersiap siaga
menghadapi segala kemungkin karena siapa tahu, para
pengemis hanya menjebak saja, seperti menggiring harimau
ke dalam perangkap. Pemuda ini agak khawatir melihat
suhunya. Suhunya itu sakit, panas dan batuk dan baru sempat
makan obat satu kali saja di rumah keluarga Souw. Tentu
kesehatannya belum pulih benar dan sekarang memasuki
saraang harimau!
Empat orang pimpinan Ang-kin Kai-pang menjadi penunjuk
jalan dan tiga yang tamu itu mengikuti mereka, memasuki
sebuah ruangan besar di dalam bangunan. Ternyata isi
bangunan itu mewah sekali sehingga berulang kali Sin-Ciag
Kai-ong mengeluarkan suara pujian. "Wah, bukan main! Aku
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ini memasuki rumah para pengemis ataukah memasuki istana
raja?"
Ruangan yang mereka masuki itu luas,dua puluh lima
meter panjangnya lima belas meter lebarnya. Agaknya tempat
ini dipergunakan untuk keperluan kalau banyak orang
berkumpul, pesta, tempat atau juga berlatih silat. Di bagian
pinggirnya terdapat sebuah meja panjang di mana nampak
duduk lima belas orang, mengelilingi meja, dan di kepala meja
duduk seorang kakek berjenggot panjang yang sikapnya
berwibawa.
Begitu melihat kakek itu, Sin-ciang Kai-ong (Raja Pengemis
Bertangan Sakti) segera menegur dengan suara gembira
sekali, "Heiiiii! Sin-kai, sejak kapan engkau menjadi seorang
raja yang kaya raya?"
Kakek itu berjuluk Koai-tung Sin-kai (Pengemis Sakti
Bertongkat Setan) dan dia menyambut munculnya seorang
"rekan" ini dengan sikap dingin saja tanpa bangkit berdiri, akan
tetapi menjawab dengan cukup hormat, "Ah, kiranya Kai-ong
yang muncul. Silakan duduk, silakan duduk!"
Han Beng yang berpenglihatan tajam itu melihat betapa
sinar mata suhunya berkilat aneh mendengar sambutan itu,
namun suhunya yang agaknya melihat atau mendengar
sesuatu yang tidak wajar itu bersikap biasa saja, dengan
bebas dan tanpa sungkan-sungkan dia pun duduk di atas
sebuah kursi kosong dan memberi isarat kepada Han Beng
dan Hui Im untuk mengambil tempat duduk pula. Empat orang
pengawal tadi mengundurkan diri dan keluar dari ruangan luas
itu. Biarpun dalam ruangan itu hanya terdapat belasan orang
pimpinan Ang-kin Kai-pang yang dikepalai Koai-tung Sin-kai,
namun tiga orang tamu ini maklum bahwa di luar ruangan itu
sudah siap puluhan bahwa mungkin ratusan anggauta
perkumpulan itu yang Kalau perlu setiap saat dapat
diperintahkan menyerbu dan mengeroyok mereka.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Koai-tung, kami merasa menyesal sekali bahwa engkau
dan muridmu telah menimbulkan keributan di kota raja. Kalau
saja aku tidak ingat bahwa diantara kita masih ada hubungan
persahabatan dan kita sama-sama menjadi pimpinan
pengemis, tentu tadi kalian tidak kubiarkan masuk, dan sudah
kusuruh tangkap!"
Ditegur seperti itu, Kai-ong tertawa tergelak. "Ha-ha-ha-ha,
akal maling memang begitu, sebelum tertangkap lebih dulu
teriak maling agar tertutup kesalahannya. Sin-kai, justeru
kedatanganku ini untuk minta keterangan darimu! Muridku ini
minta obat kepada toko obat milik Nona Souw ini, untuk
mengobati aku yang sedang sakit. Akan tetapi muncul tiga
orang anak buahmu yang melarang. Nona Souw memberi
kepada muridku. Karena Nona Souw merasa terhina, maka ia
lalu melawan tiga orang anak buahmu itu melarikandiri.
Kemudian aku dan muridku diundang oleh keluarga Souw, dan
tiba-tiba saja para pembantumu muncul bersama pasukan
keamanan kota raja melakukan penyerbuan! Sekarang aku
datang untuk bertanya kepadamu Sin-kai, apa artinya semua
ini? Kenapa sikap anak buahmu jauh sekali dibandingkan
dahulu?”
"Hemmm, tidak ada yang berubah pihak kami, Kai-ong.
Engkaulah yang berubah karena engkau bersekutu dengan
para pemberontak Siauw-lim-pai untuk melawan pasukan
pemerintah! Sudah menjadi peraturan kami bahwa seluruh
kotaraja dan wilayahnya merupakan wilayah kami, dan
pengemis dari mana pun juga yang hendak mengemis disini
harus mendapatkan persetujuan kami lebih dulu! Hal ini untuk
mencegah terjadinya perebutan dan kesalahpahaman. Akan
tetapi muridmu mengemis tanpa lebih dulu memberitahukan
kepada kami, tentu saja dilarang oleh para anggauta kami."
"Aha, begitukah? Dan engkau bersekutu dengan pasukan
pemerintah untuk menindas rakyat?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kai-ong!" Tiba-tiba Koai-tung Sin-kai bangkit berdiri dan
belasan orang pembantunya juga bangkit berdiri, sikap
mereka mengancam. "Lancang engkau bicara! Kami adalah
golongan rakyat yang baik, bukan pemberontak, tentu saja
berbaik dengan pemerintah. Kami tidak menindas rakyat,
melainkan menentang para pemberontak. Aku masih
menganggap engkau rekan, sama-sama pengemis, dan
bahwa keributan itu kaulakukan tanpa sengaja dan karena
tidak mengerti. Mengingat itu, berjanjilah bahwa engkau
malam ini juga akan keluar dari kota raja dan tidak akan
kembali lagi, dan aku akan membebaskan engkau dan
muridmu."
Han Beng sudah merasa penasaran sekali, juga Hui Im
yang memandang pada para pimpinan pengemis itu penuh
kebencian mengingat bahwa merekalah yang menjadi
penyebab hancurnya keluarganya dan kematian ayahnya.
Akan tetapi, Kai-ong juga bangkit sambil tertawa bergelak.
"Bagus …….. , bagus …….. ! Ini adalah wilayahmu dan engkau
yang berkuasa, Sin-kai, maka biarlah aku mengalah dan akan
pergi dari kota raja ini. Nah, sampai jumpa!" Pengemis tua ini
lalu menbalikkan tubuhnya, memberi isarat kepada Han Beng
dan Hui Im yang masih penasaran untuk mengikutinya keluar
dari ruangan itu, langsung keluar dari dalam rumah besar itu.
Setelah keluar dan ruangan baru nampak oleh mereka bahwa
semua anggauta Kai-pang telah siap siaga dan jumlah mereka
banyak kali, mungkin ada seratus orang! Melihat ini, Han Beng
diam-diam memuji kecerdikan gurunya, karena kalau harus
berkelahi di dalam, di mana pihak tuan rumah sudah siap
siaga, mereka sendiri yang akan menderita kerugian.
Setelah keluar dari rumah itu, Kai-ong mengajak dua orang
muda itu pergi ke tempat yang sunyi. Sekarang Han Beng
memperoleh kesempatan untuk bertanya.
"Suhu, kenapa kita harus menuruti perintannya7"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Gurunya tertawa. "Ha-ha, itu bukan perintah dari Koai-tung
Sin-kai, Han Beng."
"Bukan dia? Bukankah yang berjenggot panjang tadi, yang
bicara dengan suhu, adalah Koai-tung dan Suhu juga
menyebutnya Sin-kai?"
"Justeru sebutan itulah yang meyakinkan hatiku bahwa dia
bukan Koai-tung Sin-kai dan aku sudah bersahabat erat sekali
sehingga sebutan-sebutan antara kita sudah amat bebas. Aku
menyebutnya Lo-koai (Setan Tua), bukan Sin-kai dan tadi
sengaja aku menyebutnya demikian untuk melihat
sambutannya. dan dia menyebut aku Kai-ong (Raja jembel)
padahal biasanya dia menyebutku Lo-kai (Jembel Tua). Nah,
bukankah itu merupakan bukti kuat bahwa bukan sahabatku
itu? Memang wajahnya mirip, jenggotnya juga mirip, akan
tetapi aku yakin bukan dia! Sinar matanya juga berbeda.
Orang dapat memulas dan mengubah muka untuk menyamar,
akan tetapi tidak mungkin mengubah sinar-mata."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 11
“Ah, begitukah?" Han Beng terkejut, dan Hui Im juga kaget
mendengar ini. "Lalu apa yang akan Suhu lakukan sekarang?"
"Aku yakin bahwa telah terjadi sesuatu di Ang-kin Kai-pang,
sesuatu yang yan amat dirahasiakan mengenai diri Koai tung
Sin-kai yang sesungguhnya. Ini tentu ada hubungannya
dengan perubahan sikap para anggauta Ang-kin Kai-pang
yang condong untuk menjadi sewenang-wenang. Malam ini
juga aku akan melakukan penyelidikan, apa yang terjadi
dengan Lo-koai dan di mana dia sekarang berada. Kalian
berdua menunggu saja di dalam hutan ini karena lebih leluasa
melakukan penyelidikan sendirian saja."
"Akan tetapi, Suhu sedang sakit, biarlah teecu saja yang
melakukan penyelidikan," kata Han Beng.
Kai-ong melirik ke arah Hui Im lalu menggelengkan
kepalanya. "Penyakitku tidak penting, akan tetapi karena aku
yang mengenal Lo-koai yang aseli, maka sebaiknya aku yang
pergi sendiri Engkau dan Nona Souw bersembunyi dalam
hutan ini dan engkau tentu dapat melindunginya kalau ada
bahaya mengancam. Nah, aku pergi sekarang juga'" Kakek itu
berkelebat dan lenyap dari situ, akan tetapi pendengarannya
yang tajam dari Han Beng membuat dia mampu mendengar
suara terbatuk-batuk itu dari jauh. Suhunya belum sembuh!
Setelah kakek itu pergi, Han Ben berdiri saling pandang
dengan Hui Im. Sinar bulan memungkinkan mereka saling
melihat wajah masing-masing, waalaupun hanya remangremang.
Han Beng melihat gadis itu menunduk dan menarik
napas panjang. Tentu teringat akan keadaannya dan duka
melanda hatinya la pikirnya. Untuk mengalihkan perhatian dia
lalu berkata, "Nona, untuk mengusir nyamuk dan dingin,
sebaiknya kita membuat api unggun."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah tidak berbahaya? Bagaimana kalau terlihat oleh
musuh?"
"Saya kira tidak, Nona. Kalau memang pihak Ang-kin Kaipang
hendak menyerang kita, tentu sudah dilakukan tadi
ketika kita berada di sana. Agaknya mereka itu ragu-ragu dan
jerih menghadapi Suhu yang namanya sudah terkenal sekali."
Han Beng mengumpulkan kayu kering lalu membuat api
unggun. Mereka duduk menghadapi api unggun."Engkau
mengaso dan tidurlah, Nona, biar aku yang berjaga di sini
sambil menanti kembalinya Suhu."
Gadis itu menggeleng kepala dan merenung memandangi
api yang merah.
"Bagaimana dalam keadaan seperti ini aku dapat tidur? Locian-
pwe sedang melakukan perjalanan berbahaya dan
engkau sendiri juga melakukan penjagaan. Kalau kuingat,
betapa bodohnya aku, Tai-hiap, mengira bahwa engkau
seorang pengemis biasa. Tidak tahunya gurumu adalah
seorang Lo-cian-pwe yang sakti dan engkau sendiri seorang
pendekar yang memiliki ilmu silat tinggi."
"Ah, engkau terlalu memuji-muji Nona. Buktinya, aku tidak
mampu melindungi Ayahmu dan Susiokmu sehingga mereka
menjadi korban"
"Jumlah musuh terlalu banyak, Tai-hiap, dan Ayah bersama
Susiok terlalu nekat. Mereka itu amat mendendam atas
terbakarnya kuil Siauw-lim-si."
Keduanya berdiam diri sampai berapa lamanya, termenung
memandang api unggun yang nyalanya merah keemasan.
Tiba-tiba gadis itu mengangkat mukanya memandang.
Mendengar gerak ini, Han Beng juga mengangkat muka
Mereka saling pandang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tai-hiap……."
"Nona, kuharap engkau jangan menyebut aku tai-hiap.
Sungguh tidak enak hati ini mendengarnya. Lihat, aku tidak
hanya seorang pemuda jembel, sungguh menggelikan dan
memalukan kalau terdengar orang lain seorang gadis seperti
engkau menyebutku tai-hiap." Dia berhenti dan menatap wajah
yang manis di bawah cahaya api unggun. "Namaku Han Beng,
Nona."
Hui Im kelihatannya kebingungan, dan dengan gugup,
seperti orang yang baru berkenalan dan saling
memperkenalkan diri, ia pun menjawab. "Namaku Souw Hui
Im ……… ah, lalu ……… aku harus menyebut apa?"
"Terserah, asal jangan tai-hiap saja!" jawab Han Beng
sambil tersenyum.
"Bolehkah aku menyebutmu Toako (Kakak Besar)?"
"Tentu saja boleh," kata Han Beng dengan wajah berseri,
"dan aku akan menyebutmu Siauw-moi (Adik Kecil)."
Sejenak mereka diam, hanya menunduk. Perubahan
panggilan itu saja amat terkesan di dalam hati masing-masing
dan membuat mereka merasa malu-malu dan sungkan.
Memang dua orang muda Ini memiliki watak yang sama, yaitu
pendiam sehingga sukarlah bagi mereka untuk memulai
bicara, tidak tahu apa vang harus mereka bicarakan. Akhirnya,
dengan menekan hatinya mengumpulkan keberanian, Hui Im
berkata dengan suara lirih.
"Twako, engkau telah mengetahui keadaan diriku. Aku kini
yatim piatu tidak mempunyai apa-apa lagi. Akan tetapi aku
belum mengetahui riwayatmu Twako. Sudikah engkau
menceritakannya kepadaku?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng menarik napas panjang, Riwayatnya amat tidak
menarik, akan tetapi dia teringat bahwa keadaannya yang
mirip dengan keadaan gadis tentu akan dapat menghibur hati
Hui membuka mata gadis itu bahwa ia tidak seorang diri saja
hidup sebatangkara dunia ini, tidak mempunyai apa-apa! lalu
dia memandang gadis itu dan tersenyum baru dia menjawab.
"Siauw-moi, keadaan diriku pun tidak banyak bedanya
denganmu. Ayah ibuku telah tiada, tewas di tangan orang
orang kang-ouw di Sungai Kuning ketika keluarga kami
melarikan diri dari kerja paksa. Aku sendiri tidak tahu si
pembunuh mereka, karena ketika itu terjadi keributan di antara
orang-orang kang-ouw yang memperebutkan anak naga di
Sungai Huang-ho. Aku tidak mempunyai keluarga lagi,
sebatangkara dan seperti kaulihat, aku hidup dengan guruku,
dan kami hanyalah pengemis-pengemis miskin yang tidak
mempunyai tempat tinggal."
"Ahhhhh……… kasihan sekali engkau, Twako," kata gadis itu
dengan tulus.
"Sudahlah, Siauw-moi, tidak ada gunanya kita memupuk
iba diri seperti katakan Suhu tadi. Iba diri hanya
menumbuhkan duka dan kecil hati. Bagaimanapun juga, kita
masih hidup dan dunia ini cukup luas, bukan? Matahari
beesok masih akan bersinar terang dan lihat, ...biairpun bulan
mulai tenggelam, sebagai gantinya nampak begitu banyaknya
bintang cemerlang di langit. Sesungguhnya kita tidak
sebatangkara di dunia ini, Siauw-moi. Bukankah banyak
terdapat manusia-manusia budiman di dunia ini yang dapat
kita harapkan menjadi keluarga kita?"
Gadis itu mengangguk. "Engkau benar, Twako. Ah, kalau
tidak bertemu dengan engkau dan Lo-cian-pwe, entah
bagaimana jadinya dengan diriku. Mungkin aku sudah putus
asa menghadapi keadaan seperti ini."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah, Siauw-moi, lebih baik engkau beristirahat.
Engkau perlu mengumpulkan tenaga. Siapa tahu, tenagamu
dibutuhkan besok. Tidurlah, biar aku yang berjaga di sini."
Karena merasa dirinya lelah sekali dan seluruh tubuh
terasa lemas karena duka, gadis itu mengangguk,
merebahkan diri miring dan sebentar saja pun napasannya
yang lembut menunjukkan bahwa ia telah jatuh tidur. Sampai
lama Han Beng mengamati wajah yang tidur pulas itu, wajah
manis yang seperti sinar api unggun dan hatinya terger. Dia
sendiri tidak mengerti mengapa sejak pertemuan pertama kali,
sejak di diberi obat oleh gadis itu, dia merasa tertarik sekali,
ada rasa suka dan kagum, dan kedua perasaan itu kini tambah
dengan rasa iba yang mendalam. Ada perasaan di dalam
hatinya untuk menghiburnya, untuk menyenangkan hatinya,
untuk membahagiakan hidupnya.
Apakah yang dinamakan cinta? Dia tidak mampu
menjawabnya.
Sementara itu, dengan cepat Sin-Ciang Kai-ong lari
meninggalkan muridnya, bukan karena tergesa-gesa,
melainkain karena dia tidak ingin kalau batuknya terdengar
oleh murid itu. Sejak tadi dia sudah menahan diri, menahan
agar tidak terbatuk, padahal kerongkongannya gatal sekali dan
napasnya sesak. Ia tahu bahwa kesehatannya memang belum
pulih. Dia harus bertindak cepat. Rahasia yang menyelimuti
Ang-kin Kai-Kai.pang dan yang agaknya membuat
perkumpulan itu berubah menjadi jahat, harus dapat
dibongkarnya. Setelah tiba diluar tembok yang mengelilingi
bangunan arang Ang-kin Kai-pang, dia lalu melakukan
pengintaian. Kebetulan sekali dia melihat seorang anggauta
perkumpulan itu yang bersabuk merah cerah, tanda bahwa dia
bertingkat dua, keluar dari pintu gerbang. Diam-diam dia
membayanginya dan pengemis yang usianya kurang lebih
empat puluh tahun itu menuju ke sebuah rumah tak jauh dari
sarang Ang-kin Kai-pang itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pengemis itu berperut gendut bertubuh agak pendek,
mukanya merah d hidungnya besar. Dia mengetuk dan jendela
rumah itu, bukan mengetuk pintu. Hal ini saja menimbulkan
kecurigaan di hati Sin-ciang Kai-ong dan dia melakukan
pengintaian tak jauh dari situ.
"Siapa?" terdengar suara wanita dari dalam, lirih.
"Aku, Hong-moi, bukalah dan biarkan aku masuk."
"Ihhh, kenapa baru sekarang kau datang? Begini larut?"
tegur suara warnita itu dan jendela belum juga dibuka.
"Gara-gara Sin-ciang Kai-ong keparat itu! Kami menjadi
sibuk dan melakukkan penjagaan. Baru sekarang aku dapat
meninggalkan gardu penjagaan, aku rindu kali padamu,
bukalah jendelanya "
"Sudah terlalu larut, sebentar lagi suamiku pulang."
"Aaahhh, jangan khawatir. Sebentar saja. Bukalah dan
biarkan aku masuk Manis………."
Daun jendela dibuka dari dalam dan biarpun tubuhnya
gemuk dengan perut gendut, laki-laki itu meloncat dengan
gesitnya bagaikan seekor burung saja meluncur ke dalam
melalui jendela yang segera ditutup kembali.
Akan tetapi, belum ada lima menit Si gendut itu memasuki
rumah itu, pintu depan diketuk orang dengan kerasnya.
Seorang pria mengetuk pintu rumahnya, berteriak kepada
penghuni rumah itu untuk membuka pintunya. Sin-ciang Kaiong
mengintai dari atas genteng dan mendengar suara wanita
tadi di dalam rumah.
"Celaka! Itu suamiku datang! Lekas kau pergi, aku akan
membuka pintunya."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm, jahanam itu! Berani dia mengganggu
kesenanganku? Biar kuhajar mampus dia!"
"Jangan…….. , jangan ……. , dia itu suamiku ………….”
"Hemmm, jangan cerewet! Buka pin¬tunya dan biarkan dia
masuk!" pengemis gendut itu membentak.
Sin-ciang Kai-ong sudah melayang turun dan mengintai
dekat pintu depan jika daun pintu dibuka dari dalam. tiba-tiba,
sesosok bayangan gendut melayang keluar dan
menghantamkan tongkatnya ke arah kepala suami wanita
yang baru datang itu.
"Trakkk!" bukan kepala suami itu yang remuk, melainkan
tongkat itu patah-patah ditangkis oleh tongkat di tangan Sinciang
Kaj-ong. Si Gendut terbelalak kaget, akan tetapi
sebelum dia dapat bergerak, tangan kiri Sin-ciang Kai-ong
sudah menyambar ke arah pundaknya dan dia pun terkulai
lemas. Tentunya suami wanita itu menjadi terkejut dan
terheran-heran. Sin-ciang Kai–ong menyeret pengemis gendut
itu dan berkata kepada suami yang keheranan itu. Sebaiknya
engkau jangan meninggalkan rumah di malam hari agar
rumahmu .tidak diganggu oleh orang-orang jahat. Berkata
demikian, dia melompat membawa tubuh gendut itu seolaholah
memanggul benda yang ringan saja. Suami Isteri itu
bengong karena dalam sekejap mata saja pengemis tua itu
lenyap dari depan mereka.
"Hayo katakan, di mana adanya Koai-tung Sin-kai'?" untuk
ke tiga kalinya Si ciang Kai-ong membentak. Pengemis gendut
itu rebah telentang di depan di tepi sebuah hutan di luar kota.
Pengemis gendut mencoba untuk menggerakkan tubuhnya,
akan tetapi tidak dapat dia bergerak karena tubuhnya sudah
lumpuh oleh totokan. Seperti tadi, dia menjawab, "Sudah
kukatakan bahwa Pangcu berada di Asrama! Buka kah tadi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
engkau datang berkunjung d melihat sendiri?" Sikap Si Gendut
itu masih angkuh karena dia mengira bahwa kakek jembel
yang disebut Sin-cia Kai-ong dan namanya amat terkenal ini
agaknya jerih terhadap ketuanya, Koai-tung Sin-kai.
"Engkau bohong!" Kakek itu membentak. "Dia bukan Koaitung
Sin-kai. Dia hanyalah ketua yang palsu! Ya kutanyakan,
di mana Koai-tung Sin-ka yang aseli?"
Si Gendut membelalakkan matanya jelas nampak bahwa
dia kaget bukan main. "Siapa bilang bahwa Pangcu kami
palsu?"
"Tak perlu kautahu siapa yang bilang, yang penting
kaukatakan di mana Pangcu yang aseli? Dan siapakah ketua
palsu itu sebenarnya?"
Si Gendut memandang dengan wajah berubah pucat, lalu
membuang muka kesamping dan berkata, "Aku tidak tahu!"
Sin-ciang Kai-ong menambah kayu kering pada api unggun di
dekat mereka sehingga api bernyala tinggi dan sinar-menimpa
Si Gendut yang pucat, kemudian, tiba-tiba tangan kiri kakek
jembel itu bergerak, cepat bukan main dan dia sudah menotok
dua kali, pertama ke arah leher, dan ke dua kalinya arah
pundak.
Si Gendut terbelalak, mulutnya terbuka seperti hendak
menjerit-jerit, akan tapi tidak ada suara keluar dari mulutnya,
dan mukanya kini penuh kerut-kerut tanda bahwa dia
menderita nyeri yang luar biasa hebatnya. Sin-ciang Kai-ong
membiarkan dia menderita bebepa menit lamanya, lalu
membebaskan totokannya sehingga rasa nyeri itu lenyap dan
Si Gendut mampu bicara kembali.
"Nah, jawablah pertanyaanku dengan baik-baik. Di mana
adanya pangcu yang aseli dan siapa pangcu yang palsu itu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Si Gendut itu kini menangis. Rasa nyeri dan tak berdaya
membuat dia dipenuhi rasa takut, sedih, dan penasaran.
"Aku………. aku tidak berani………. tidak berani menjawab …………"
Dia sudah mengatakan tidak berani, bukan tidak tahu lagi
dan ini merupakan kemajuan, pikir Sin-ciang K ong. Tiba-tiba
dia menyeret tubuh si Gendut, didekatkan pada api dan
menarik lengannya, lalu membakar tangan kiri Si Gendut itu
pada api unggun. Tercium bau sangit dan Si Gendut
mengerang kesakitan. Ketika Sin-ciang Ka ong menarik
kembali lengan itu, jari-jari tangan kiri Si Gendut melepuh
hangus!
"Engkau masih belum berani jawab? Akan kubakar
tubuhmu sedikit demi sedikit sampai habis terbakar!" kakek itu
mengancam.
Si Gendut menjadi ketakutan. Ancaman bahaya dari
ketuanya masih jauh, masih belum terasa, akan tetapi
ancaman Sin-ciang Kai-ong ini sudah di depan mata dan
sudah dirasakannya pula.
"Baiklah…….. aku …………. aku mengaku……… "
Dengan suara tersendat-sendat dia lalu menceritakan
keadaan Ang-kin Kai-pang yang aneh.Kiranya telah terjadi halhal
hebat di dalam asrama Ang-kin Kai-pang. Seorang musuh
besar dari Koai-tung Sin-kai, yaitu seorang datuk sesat dari
selatan yang berjuluk Lam-Sin Hui Houw (Harimau Terbang
dari Gunung Selatan), mendendam kepada Koai-tung Sin-kai
yang menjadi ketua Ang-kin Kai-pang di kota raja. Pernah Si
Harimau Terbang ini dihajar oleh Koai-tung Sin-kai dalam
suatu bentrokan ketika datuk ini melakukan kejahatan di kota
raja. Dengan hati penuh dendam, si Harimau Terbang
melarikan diri kembali ke selatan di mana dia menggembleng
diri dan memperdalam ilmu silatnya. Sepuluh tahun kemudian,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi seorang yang amat lihai dengan belasan orang anak
buahnya yang sudah terlatih dan masing-masing memiliki
kepandaian tinggi, kembalilah dia ke kota raja dan
mengunjungi Ang-Kin Kai-pang.
Dengan ilmu kepandaiannya yang tinggi, dia berhasil
membalas kekalahannya, bahkan dia merobohkan Koai- tung
Sin-kay, menangkapnya dan menawannya ke dalam tahanan
di bawah tanah. Dia sendiri, dengan ilmu penyamaran yang
telah dipelajarinya, lalu menyamar sebagai Koai-tung Sin-kai
menjadi orang yang berkuasa di perkumpulan Ang-kin Kaipang
itu. Mulanya memang para anggauta perkumpulan itu
merasa heran sekali akan perubahan sikap dan watak ketua
mereka. Akan tetapi karena ketua mereka bersikap keras
mereka pun tidak berani banyak bertanya. Apalagi ketua
mereka itu mempunyai pembantu-pembantu yang amat lihai.
Demikianlah, setahun yang lalu mulai terjadi perubahan besar
dari perkumpulan pengemis itu.
"Ketua kami yang sekarang, yang menyamar sebagai Koaitung
Sin-kai sesungguhnya adalah Lam-san Hui-houw si
Gendut mengakhiri ceritanya.
Sin-ciang Kai-ong mengangguk-angguk. Sudah diduganya
demikian.
"Akan tetapi di mana adanya Koay-tung Sin-kai yang aseli?
Ditawan di nana?"
"Di dalam kamar bawah tanah," kata Si Gendut yang sudah
terlanjur membuat pengakuan. Dia merasa kepalang tanggung
dan diceritakanlah tentang keadaan penjara bawah tanah itu.
Yang ditawan di situ selain Koai-tung Sin-kai, juga ada kurang
lebih sebelas orang pimpinan Ang-kin Kai-pang yang
megetahui rahasia itu dan yang memberontak terhadap ketua
palsu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah menguras pengakuan dari Si Gendut itu, Sin-ciang
Kai-ong lalu menotoknya lagi dan meninggalkan Si Gendut
dalam keadaan tak mampu bergerak itu di dalam hutan. Tentu
saja Si Gen¬dut ini ketakutan bukan main, bukan hanya takut
kepada Lam-san Hui-hou yang rahasianya sudah dia buka,
akan tetapi juga takut kalau-kalau muncul harimau atau
binatang buas lain da menerkam dia yang tidak mampu
bergerak karena tertotok itu. Rasa takutnya ini ternyata
kemudian menjadi kenyataan. Terdengar gerengan-gerengan
dalam hutan itu dan kalau orang melihat di mana Si Gendut itu
ditinggalkan, dan hanya akan menemukan sisa-sisa pakaian
dan potongan-potongan badan yang tidak sampai tertelan oleh
binatang buas dan kini potongan-potongan itu pun sedang
diperebutkan antara beberapa ekor anjing hutan dan burungburung
gagak dan pemakan bangkai yang lain.
Sin-ciang Kai-ong sendiri lalu lari cepat menuju ke asrama
Ang-Kin Kai-pang. Matahari pagi sudah mulai bersinar. Ketika
dia tiba di dekat pintu gerbang kota raja, sesosok bayangan
muncul dari balik pohon dan ternyata bayangan ini adalah Si
Han Beng.
"Eh, engkau di sini?" tanya Sin-cia Kai-ong. "Di mana Nona
Souw?"
"Setelah Suhu pergi, teecu mengkhawatirkan keselamatan
Suhu yang masih belum sehat benar. Nona Souw teecu suruh
menanti di dalam hutan itu dan teecu menyusul ke sini."
"Bagus kalau begitu. Memang aku membutuhkan
bantuanmu, Han Beng. Engkau tahu, sahabatku Koai-tung
Sin-kai benar-benar mereka tawan dan yang kini bertindak
sebagai Koai-tung Sin-kai adalah seorang datuk sesat dari
selatan berjuluk Lam-san Hui-houw." Kakek itu menceritakan
apa yang didengarnya dari kaki tangan ketua palsu itu. Han
Beng mendengarkan dengan heran dan juga kagum akan
kecerdikan gurunya yang ternyata telah menduga tepat sekali
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang, apa yang akan Suhu lakukan dan apa yang
harus teecu lakukan?"
"Aku akan mencoba untuk membebaskan sahabatku Koaitung
Sin-kai dan para pembantunya yang ditawan, dan engkau
dapat membantuku, Han Beng." Kakek itu lalu berunding
dengan muridnya dan mengatur siasat agar dia berhasil
membebaskan para tawanan itu dan membongkar rahasia
kejahatan Lam-sar Hui-houw.
Munculnya Han Beng di depan asrama Ang-kin Kai-pang
tentu saja menimbulkan keributan lagi pada perkumpulan itu.
Belasan orang anggauta Ang-kin Kai-pang sudah menyambut
dengan senjata di tangan, mengepung pemuda yang dianggap
sebagai musuh besar atau biang-keladi keributan yang terjadi
antara mereka dengan keluarga Souw. Mereka merasa heran
dan penasaran bagaimana pemuda ini berani muncul lagi
seorang diri!
Melihat mereka semua siap untul mengeroyoknya, Han
Beng mengangkat kedua tangan ke atas dan berkata lantang,
"Saudara-saudara, dengarlah baik baik. Aku, Si Han Beng,
datang untuk menantang ketua Ang-kin Kai-pang untuk keluar
dan mengadu kepandaian denganku! Aku merasa berdosa
kepada keluarg Souw karena aku yang menjadi biang keladi
sehingga keluarga itu dimusuhi dan diserbu oleh Ang-kin Kaipang.
Maka, aku ingin membalaskan penasaran mereka, dan
aku tantang ketua Ang-kin Kai-pang untuk keluar dan melawan
aku kalau memang dia seorang gagah!"
Akan tetapi, para pengemis Ang-kin Kai-pang tentu saja
memandang rendah kepadanya. Pemuda jembel dari luar kota
seperti itu menantang ketua mereka yang lihai? Merendahkan
sekali!
"Engkau tidak pantas dilayani ketua kami!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bunuh anjing busuk ini!"
"Keroyok dan bunuh dia!"
Belasan orang itu menyerbu dan mengeroyok Han Beng,
sedangkan dari dalam dan luar asrama itu datang berlarian
lebih banyak lagi para anggauta Ang-Kin Kai-pang. Selain
para pembantu ketua palsu itu yang memang terdiri dari
orang-orang sesat, para anggauta Ang-Kin Kai-pang adalah
orang-orang gagah. Akan tetapi selama satu tahun lebih
mereka dipimpin oleh seorang ketua yang sama sekali
berubah wataknya, yang mempunyai pembantu-pembantu
yang mengutamakan tindakan kekerasan kejahatan maka
sedikit banyak merekapun terpengaruh. Perbuatan buruk jahat
memang seperti penyakit menular mudah sekali menular
kepada orang lain. Sebaliknya, perbuatan baik sukar sekali
menjadi contoh dan tak banyak orang mau mengikutinya. Hal
ini adalah karena perbuatan buruk itu hampir selalu didorong
oleh pamrih demi kesenangan pribadi. Justeru kesenangan
pribadi inilah yang menarik hati setiap orang maka
berbondong-bondong mereka mengikuti contoh ini demi
menikmati kesenangan itulah. Sebaliknya, perbuatan baik
hampir selalu meniadakan atau mengurangi keinginan
menyenangkan diri pribadi yang berarti bahwa untuk
melakukan perbuatan baik orang hampir selalu menderita rugi,
baik rugi lahir maupun rugi batin. Maka sudah barang tentu
jarang ada yang mau melakukannya.
Melihat betapa belasan orang anggauta Ang-kin Kai-pang
itu, dengan segala macam senjata, menerjangnya berbagai
penjuru, Han Beng lalu mengamuk! Dia berhasil merampas
sebatang tombak, mematahkan ujungnya yang runcing
sehingga tombak itu berubah menjadi sebatang tongkat dan
dia pun mengamuk dengan memainkan ilmu tongkat yang
dipelajarinya dari Sin-ciang Kai-ong. Dan memang hebat
sekali ilmu tongkat ini. Dalam pandangan para
pengeroyoknya, tubuh Han Beng seolah-olah menjadi banyak,
dan tongkatnya pun menjadi puluhan banyaknya, menyambarKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
nyambar dan kadang-kadang berubah menjadi gulungan sinar
yang setiap kali menyambar senjata lawan tentu membuat
senjata itu terlepas dari tangan pemegangnya dan terpental
jauh. Melihat kehebatan gerakan pemuda ini, para anggauta
Ang-kin Kai-pang yang tadinya hanya menonton, segera terjun
ke dalam pertempuran dan semakin banyak yang kini
mengeroyok pemuda itu. Hal ini menyenangkan hati Han
Beng, karena memang sesuai dengan siasat gurunya, dia
ingin memancing keluar semua orang yang berada di dalam
asrama itu. Sambil terus memutar tongkatnya ke sana-sini,
merobohkan para pengeroyok dengan sapuan tongkatnya,
tamparan tangan kiri atau tendangan-tendangan kedua
kakinya, dia tiada hentinya berteriak menantang kepada ketua
Ang-kin Kai-pang
"Mana ketua Ang-kin Kai -pang? Hayo Pangcu, kalau
engkau memang bukan pengecut, keluarlah dan tandingilah
aku!" Teriaknya nyaring dan terdengar sampai ke dalam.
Teriakan bukan saja untuk mengejek sehingga ketua Ang-kin
Kai-pang itu akan keluar, akan tetapi juga untuk memberi
isarat kepada gurunya yang dia percaya sudah berada di
dalam, isarat bahwa agaknya para anggauta Ang-kin Kai-pang
telah keluar semua mengeroyoknya, kecuali ketuanya.
Tidak salah perhitungan Han Ben Ketua itu memang sejak
tadi mengintai dan diam-diam ketua palsu itu terkejut melihat
sepak terjang Han Beng. Tahulah dia bahwa para
pembantunya bukan tandingannya pemuda lihai itudan dia
sendiri yang harus turun tangan. Betapapun lihainya pemuda
itu, kalau dia turun tangan sendiri dibantu para jagoan dan
para anggautanya yang cukup banyak, tidak mungkin pemuda
itu tidak akan lapat dirobohkan!
"Pemuda sombong, mampuslah!" bentaknya dan dia pun
sudah meloncat keluar dari tempat pengintaiannya dan
dengan sebatang tongkat yang panjang dan bentuknya seperti
seekor ular, ketua Ang-kin Kai-pang menerjang Han Beng
dengan dahsyatnya!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tuk-tuk-desssss……!" Pertemuan tongkat ular dan tongkat
di tangan Han Beng mendatangkan getaran hebat, dan
keduanya merasakan betapa lengan mereka tergetar dan
tubuh terguncang. Han Beng terkejut dan memandang kakek
itu, diam-diam dia bersikap hati-hati karena ternyata, palsu
atau tidak, ketua Ang-kin Kai-pang ini sungguh lihai dan tidak
oleh dipandang ringan sama sekali. Sebaliknya, Koai-tung Sinkai
palsu itu pun memandang dengan mata terbelalak. dia tadi
telah mengerahkan tenaga sin-Kang pada ayunan tongkatnya,
namun selalu dapat ditangkis oleh tongkat pemuda itu dengan
kekuatan yang tidak kalah dahsyatnya. Dengan marah dan
penasaran, ketua Ang-kin Kai-pang itu memberi isarat kepada
para pembantunya untuk mengeroyok.
"Bunuh bocah sombong ini!" teriaknya dan ketika para
pembantunya sudah mengepung dan mengeroyok lagi, dia
pun menggerakkan tongkatnya dan ikut pula mengeroyok!
Kalau tadi dikeroyok oleh puluhan orang anggauta Ang-kin
Kai-pang masih dapat menahan diri dan mengamuk, kini
setelah ketuanya maju sendiri ikut mengeroyok, Han Beng mu
terdesak hebat. Ketua itu sendiri sua amat lihai, merupakan
seorang lawan yang harus dihadapinya dengan pengerahan
tenaga dan perhatian, maka pengeroyokan banyak sekali
lawan itu saja membuat perhatian dan tenaganya terbagi dan
beberapa kali serangan dahsyat yang dilakukan ketua Ang-kin
Kai-pang itu membuatnya terhuyung kebelakang. Namun,
dengan permainan tongkat yang dipelajarinya dari Sin-ciang
Kai-ong yaitu Ilmu Tongkat Dewa Mabuk, ditambah lagi
dengan gerakan Hui-tiauw kun (Silat Sakti Rajawali Terbang)
dari gurunya pertama, Sin-tiauw Lui Rhok Ki yang membuat
tubuhnya dapat ' beterbangan" di antara sambaran senjatasenjata
lawan, Han Beng mengamuk dan melakukan
perlawanan mati-matian. Akan tetapi, dia selalu berlompatan
menjauhi ketua Ang-kin Kai-pang yang amat lihai itu.
Akan tetapi, Koai-tung Sin-kai yang palsu terus
mengejarnya dan mendesaknya. Permainan tongkat dari KoaiKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
tung Sin-kai memang hebat dan diam-diam Han Beng harus
mengakui bahwa orang yang memalsukan Koai-tung Sin-kai
(Pengemis Sakti Tongkat Setan) itu memang tepat menjadi
Koai-tung Sin-kai palsu. Permainan tongkatnya benar-benar
amat hebat. Andaikata dia harus melawan kakek itu satu
lawan satu, dia merasa yakin takkan terdesak dan agaknya
masih mampu untuk mengalahkannya. Namun, dia dikeroyok
banyak sekali orang, dan belasan orang pembantu Koai-tung
Sin-kai juga rata-rata miliki ilmu kepandaian yang cukup tinggi
sedangkan puluhan anggauta perkumpulan pengemis itu pun
semua masing-masing memiliki kepandaian silat.
Pengeroyokan yang ketat itu membuat Han Beng lelah dan
beberapa kali tubuhnya telah menerima hantaman tongkat dan
bacokan golok yang membuat pakaiannya robek-robek dan
sedikit kulit tubuhnya lecet karena dia sudah melindungi tubuh
dengan tenaga sin-kang yang membuat kebal.
Betapapun juga, Han Beng mengerti bahwa kalau
pengeroyokan itu dilanjutkan, akhirnya dia akan roboh juga.
utung bahwa selama ini, dia selalu dapat menghindarkan diri
dari serangan tongkat ketua Ang-kin Kai-pang yang terus
mendesaknya, dan hanya pukulan-pukulanpara anggauta
perkumpulan itu saja yang sempat mengenai tubuhnya. Kalau
tongkat kakek ketua itu yang mengenai tubuhnya, sungguh
berbahaya karena belum tentu kekebalannya mampu
melindungi tubuhnya.
oooOOOooo
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat itu, terdengar teriakan Melengking nyaring yang
mengejutkan semua orang. "Tahan, semua senjata! Saudarasaudara
para
anggauta
Ang-kin Kaipang,
tahan
senjata dan
dengarkan
kata-kataku!"
Semua
orang terkejut
karena suara
itu
mengandung
getaran kuat
dan mereka
semua
menengok ke
arah suara
itu. Kiranya
seorang
kakek telah berdiri diatas wuwungan sehingga nampak oleh
mereka semua. Para anggauta Ang-kin Kai-pang yang lama
tentu saja mengenal Sin-ciang Kai-ong dan mereka memang
tadinya sudah merasa terheran-heran mendengar akan
kunjungan Sin-ciang Kai-ong yang agaknya menentang
kebijaksanaan ketua mereka. Padahal, dahulu Sin-ciang Kaiong
adalah sahabat baik ketua mereka.
Sin-ciang Kai-ong berdiri di atas wuwungan itu dan kini dia
memandang kepada ketua Ang-kin Kai-pang yang nampak
marah. "Jangan dengarkan jembel tua busuk itu!" teriaknya
kepada anak buahnya. "Bunuh pemuda sombong ini, dan
bunuh pula Sin-ciang Kai-ong yang jelas ingin memusuhi kita!"
Mendengar ini, para pengemis sudah menggerakkan senjata
lagi hendak melanjutkan pertempuran.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tahan dulu dan biarkan aku bicara Sin-ciang Kai-ong
membentak, suaranya mengatasi suara gaduh para pengemis
itu. "Saudara-saudara para anggauta Ang-kin Kai-pang tentu
merasa betapa dalam setahun ini telah terjadi perubahan
besar dalam sikap ketua kalian! Dengarlah baik-baik dan lihat!
betul-betul bahwa ketua kalian ini adalah seorang ketua palsu,
dia sama sekali bukan Koai-tung Sin-kai! Dia adalah orang
luar yang menyamar menjadi ketua kalian dan menyeret kalian
ke jalan jahat!"
Tentu saja ucapan ini disambut dengan seruan-seruan
kaget, heran tidak percaya. Para pengemis itu memandang
kepada ketua mereka dan tak seorang pun di antara mereka
meragukan bahwa ketua mereka itu masih tetap Koal-tung
Sin-kai!
"Bohong!" teriak ketua Ang-kin Kai-Pang itu. "Dia bohong!
Aku adalah Koai-Tung Sin-kai!"
"Bohong…….. ! Bohong……..!" teriak pula para pembantu
ketua itu dan banyak mulut anak buah perkumpulan itu pun
berteriak bohong karena mereka sama kali tidak melihat
kelainan pada ketua mereka.
"Aku tidak bohong! Dia bukan sahabatku Koai-tung Sin-kai,
akan tetapi ia adalah Lam-san Hui-houw seorang Datuk sesat
dari selatan!" Kembali teriakan ini membuat semua orang
tertegun, dan diam-diam ketua Ang-kin Kai-pang terkejut
bukan Main, bahkan dia tidak dapat mencegah wajahnya yang
berubah pucat. Akan tetapi cepat dia memutar tongkatnya dan
seru, "Bohong! Jembel busuk itu menyebar fitnah, dia bohong
besar!" Berkata demikian, sekali meloncat tubuhnya telah
mencelat ke atas wuwungan dan dengan beringas dia
menyerang Sin-ciang Kai-ong dengan tongkatnya.
"Dukkk!" Sebatang tongkat lain menangkisnya dan tiba-tiba
saja di atas wuwungan itu, di dekat Sin-ciang Kai-ong, berdiri
seorang kakek lain yang bukan lain adalah Koai-tung Sin-Kai
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri! Semua orang mengeluarkan seruan kaget melihat
munculnya seorang kakek lain yang wajah dan tubuhnya
persis sekali dengan ketua mereka! Hanya bedanya, kalau
ketua mereka mengenakan pakaian tambal tambalan yang
bersih dan indah, sebaliknya kakek yang baru muncul itu
pakaiannya compang-camping dan butut, juga rambut
brewoknya tidak terawat, berbeda dengan rambut dan brewok
ketua mereka yang mengkilat oleh minyak! Tangkisan itu
membuat ketua Ang-kin Kai-pang loncat turun lagi dari atas
genteng, sedangkan Sin-ciang Kai-ong dan kakek yang baru
muncul itu masih berdiri atas genteng.
"Nah, Saudara-saudara para anggota Ang-kin Kai-pang.
Inilah Koai-tung Sin-kai yang aseli, ketua kalian yang sejati!
Selama ini dia ditangkap oleh Lam-san Hui-houw dan belasan
orang anak buahnya itu, ditawan didalam kamar bawah tanah
sedangkan dia sendiri menyamar sebagai ketua kalian dan
menyeret kalian ke dalam lembah kejahatan!" Sin-ciang Kaiong
berseru nyaring.
"Saudara-saudara sekalian, harap kalian mundur dan
biarlah kami yang akan menangkap penjahat-penjahat ini!"
terdengar suara Koai-tung Sin-kai yang aseli dan kini para
anggauta Ang-kin Kai-pang menjadi semakin ragu. Suara
kakek yang baru muncul itu memang suara khas dari ketua
mereka yang dahulu! Maka, para anggauta Ang-kin Kai-pang
lalu mundur dan membentuk lingkaran besar. Yang tidak
mundur hanyalah ketua Ang-kin Kai-pang dan lima belas
orang pembantunya, juga Han Beng yang masih berdiri di situ,
kagum melihat sepak terjang gurunya yang ternyata telah
berhasil membebaskan Koai-tung Sin-kai yang aseli. Kini dua
orang kekek itu melayang turun dari atas genteng dan dengan
ringan mereka hinggap di atas tanah. Han Beng segera
bergabung dengan mereka.
Melihat betapa rahasianya telah terbuka, diam-diam Lamsan
Hui-houw menjadi menyesal dan juga baru dia tahu bahwa
sikap pemuda yang mengamuk tadi merupakan siasat untuk
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memancing dia dan semua pembantunya keluar, sementara
itu, Sin-ciang Kai-ong agaknya menyelinap ke bawah tanah
dan membebaskan Koai -tung Sin-kai dan para pembantunya!
Karena rahasianya telah bocor dan dia merasa terdesak ke
sudut, Lam-san Hui-houw menjadi marah dan nekat.
"Bunuh mereka!" teriaknya kepada lima belas orang
pembantunya. Akan tetapi pada saat itu, dari atas genteng
berlompatan sembilan orang pengemis yang pakaiannya
compang-camping. Mereka ini adalah para pembantu Koaitung
Sin-kai yang aseli, yang sudah dibebaskan pula oleh Sinciang
Kai-ong.
Melihat betapa pihak lawan sudah bergerak, Sin-ciang Kaiong
berkata kepada pada sahabatnya, "Lo-koai, engkau dan
para pembantumu basmi saja anak buah penjahat itu,
serahkan Macan Terbang ini kepada muridku dan aku!"
"Baiklah, Lo-kai, akan tetapi sebaiknya jangan bunuh dia.
Ingin aku menyerahkan dia kepada Phoa Tai-jin, sahabatku
dan pejabat yang jujur dan adil di kota raja ini!" jawab Koaitung
Sin-kay.
"Han Beng, tangkap ketua palsu itu!" Mendengar perintah
gurunya, Han Reng lalu maju menyambut Lam-san Hui-houw
yang sudah memutar tongkat ularnya.
Terjadilah perkelahian yang seru antara mereka. Kini
barulah Han Beng mencurahkan seluruh kepandaian dan
perhatiannya kepada ketua palsu ini sehingga lambat laun dia
mulai mendesak ketua palsu itu yang selalu main mu¬dur.
Sementara itu, Koai -tung Sin-kai yang aseli dibantu
sembilan orang pembantunya, dengan mudah saja membabat
lima belas orang pembantu penjahat sehingga mereka roboh
malang melintang terkena hantaman tongkat-tongkat para
pimpinan Ang-kin Kat-pang yang aseli. Kalau dulu Koai-tung
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sin-kai sampai dapat ditawan adalah karena dia diserang
secara tiba-tiba oleh Lam-san Hui-ho yang menjadi tamunya,
lalu dikeroyok pula. Dan setelah dia ditawan, tentu saja para
pembantunya dengan mudah dan ditangkapi. Andaikata Lamsan
Hui-ho yang datang sebagai tamu itu tidak
mempergunakan siasat busuk, belum tentu dia akan mampu
menangkap Koai- tung Sin-kai yang mempunyai banyak anak
buah dan dia sendiri pun memiliki ilmu kepandaian tinggi dan
belum terima dia kalah oleh Lam-san Hui-houw.
Melihat betapa para pembantu penjahat itu telah roboh
semua, sedangkan muridnya sudah mendesak hebat kepada
Lam-san Hui-houw, Sin-ciang Kai-ong lalu melompat ke depan
dan dengan tangan kirinya dia mengirim tampar kepada Lamsan
Hui-houw yang sudah repot menahan desakan Han Beng.
Lam-san Hui-houw cepat melempar tubuhnya belakang dan
memutar tongkatnya, akan tetapi sinar hitam dari tongkat butut
tangan kanan Sin-ciang Kai-ong menyambar dan di lain saat,
datuk sesat terguling dan tidak mampu melawan lagi. Dia
maklum bahwa dia takkan mampu nelawan lagi, maka dia pun
segera bangkit dan melempar tongkatnya.
"Aku menyerah kalah!"
Melihat sikap ini, Sin-ciang Kai-ong menyuruh muridnya
mundur dan dia pun tertawa. "Bagus, orang yang tahu diri,
tahu pula akan kesalahannya, masih ada kemungkinan
kembali ke jalan benar."
Akan tetapi, Lam-san Hui-houw tidak menjawab, hanya
memandang dengan mata muram.
"Bagaimanapun juga, dia telah merusak rumah baik Ang-kin
Kai-pang. Tidak akan mudah mengangkat kembali nama Angkin
Kai-pang setelah dibikin cemar olehnya untuk dosa itu, dia
harus mempertanggungjawabkannya dan aku akan
menyeretnya ke depan kaki Phoa-taijin agar dia dihukum
sesuai dengan dosa-dosanya!" kata Koai-tung Sin-kai,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sementara itu, para anggauta Ang-kin Kai-pang kini sudah
Menjatuhkan diri berlutut menghadap ketua mereka yang
aseli.
"Kami telah berbuat dosa, mentaati perintah ketua palsu
yang mengubah jalan hidup kami, kami mohon ampun kepada
Pangcu, dan kami siap menerima hukuman!" kata seorang
anggauta pengemis tua, mewakili kawan-kawannya.
Koai-tung Sin-kai menarik napas panjang. "Sudahlah,
kalian telah tertipu tidak tahu bahwa dia bukan aku. Akan
tetapi, biarlah semua itu menjadi pengalaman dan pelajaran
bagi kalian dan jangan mudah diselewengkan orang kemudian
hari!"
Pada saat itu, tiba-tiba Lam-san houw bergerak secepat
kilat menyerang kepada Koai-tung Sin-kai dengan sebatang
pisau yang tadi disembunyikan diikat pinggangnya. Serangan
kilat ini tentu akan menewaskan Koai-tung Sin-kai kalau saja
Han Beng tidak segera bertindak. Pemuda ini memang sejak
tadi bersikap waspada. Dia selalu memperhatikan Lam-san
houw yang berwajah muram dan dia melihat pula kilatan
cahaya pada sepasang mata itu, kilatan sinar penuh
kebencian dan kekejaman yang ditujukan kepada gurunya dan
ketua Ang-kin Kai-pang. Pemuda ini memang sudah
mengkhawatirkan kalau-kalau datuk sesat yang sudah
tersudut itu akan menjadi nekat. Oleh karena itu, begitu tangan
Lam-san Hui-houw bergerak dan nampak sinar pisau
berkilauan dan penjahat itu menyerang kepada Koai-tung Sinkai,
Han Beng sudah meloncat ke depan dan tongkatnya
sudah menghantam ke arah pergelangan tangan yang
menyerang dengan pisau itu.
"Takk!" Pukulan itu keras sekali sehingga lengan Lam-san
Hui-houw patah, pisaunya terpental. Melihat ini, Koai-Tung
Sin-kai cepat menggerakkan tongkatnya dan dia pun sudah
menotok roboh jahat itu!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, terima kasih Tai-hiap. Kalau tidak ada Tai-hiap yang
mencegah, tentu aku sekarang telah tewas di tangan penjahat
itu," kata Koai-tung Sin-kai kepada Han Beng, lalu menoleh
kepada Sin-Ciang Kai-ong. "Lo-kai, muridmu memang hebat
sekali!"
Sin-ciang Kai-ong tertawa. "Aku sendiri tidak menduga akan
gerakan jahanam itu, masih untung muridku tidak lengah.
Akan tetapi, kami tidak ingin terlibat lebih mendalam, Lo-koai,
maka perkenankan kami pergi. Mari, Han Beng kita pergi
karena ada yang menunggu kita."
Han Beng teringat akan Souw Hui Im yang menanti di
dalam hutan, maka dia pun mengangguk.
"Lo-kai, mengapa tergesa-gesa? Aku masih belum sempat
membalas budimu, Dan masih kangen untuk bercakap-cakap
denganmu!" Koai-tung Sin-kai mencoba untuk menahan.
"Engkau masih banyak urusan, Lo-koai, mengurus
penjahat-penjahat ini dan memulihkan nama baik
perkumpulanmu. Biarlah lain kali kita berjumpa lagi. Mari, Han
Beng." Guru dan murid ini lalu meninggalkan kota raja dan
memasuki hutan di mana Hui Im menanti dengan sabar. Ia
menyambut dengan sinar mata penuh harapan ketika dua
orang penolongnya itu muncul kembali di hadapannya.
"Bagaimana, Twako? Apakah Twako dan Lo-Cian pwe
berhasil membasmi para pengemis jahat itu?” Tentu saja gadis
ini mengharapkan agar kematian ayahnya dan susioknya
(paman gurunya) dapat terbalas. Guru dan murid itu mengajak
Hui duduk di atas rumput, kemudian Sin-cia Kai-ong menyuruh
muridnya untuk menceritakan apa yang telah terjadi. Hui Im
terkejut dan terheran-heran mendengar cerita itu, dan akhirnya
dara itu menarik napas panjang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, kiranya mereka itu pimpinan Ang-kin Kai-pang yang
palsu! Pantas telah terjadi perubahan besar dalam sikap para
anggautanya selama setahun ini Kini Ji-wi telah dapat
membongkar rahasia itu dan mengembalikan Ang-ki Kat-pang
ke jalan yang benar seperi dahulu. Akan tetapi …….. Ayah dan
Susiok telah berkorban nyawa……"
"Ha, anak baik. Ketahuilah bahwa kalau Thian sudah
menghendaki seseorang itu harus mati, tidak perlu dia itu anak
kecil atau orang tua, sehat atau sakit, dia sudah pasti akan
tewas! Sebab kematiannya hanyalah menjadi jembatan saja,
dan jembatan itu dapat berupa penyakit, kecelakaan,
perkelahian dan sebagainya lagi. Ayahmu dan Susiokmu
memang sudah seharusnya mati, sudah dikehendaki Thian,
maka tidak perlu engkau merasa penasaran lagi. Setidaknya,
engkau boleh berbesar hati bahwa Ayah dan Susioknya tewas
sebagai orang-orang gagah!"
"Siauw-moi, apa yang dikatakan Suhu memang benar
sekali. Kita boleh saja berusaha sekuat tenaga untuk menjaga
diri ini, namun kalau Thian sudah menghendaki kita
meninggalkan dunia ini, ada saja yang menjadi penyebabnya
dan kita tidak perlu merasa penasaran lagi, Siauw-moi."
Gadis itu menyusut air matanya dan mengangguk. "Aku
dapat mengerti, dan terima kasih kepada Lo-cian-pwe dan
kepadamu, Beng-twako. Aku akan berusaha untuk
melenyapkan atau setidaknya melupakan kedukaan ini."
Tiba-tiba Sin-ciang Kai-ong tertawa. Watak aneh dari
pengemis tua ini sudah diketahui Hui Im, apalagi Han Beng
maka mereka tidak merasa heran lagi dan mereka
memandang kepada kakek itu.
"Kedukaan tidak dapat dilupaka Yang dapat dilupakan itu
tentu akan teringat kembali. Kita tidak mungkin dapat lari dari
duka, karena yang berduka itu adalah kita sendiri, batin kita
sendiri. Bagaimana mungkin kita dapat lari dari diri kita
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sendiri? Duka bukan sesuatu yang terpisah dari kita. Duka
adalah suatu kenyataan yang harus kita hadapi, kalau kita
ingin agar kita dapat bebas seluruhnya daripada duka, bukan
bebas dari duka yang ini atau yang itu. Duka adalah suatu
keadaan dari batin kita sendiri, disebabkan oleh pikiran kita
sendiri, ditimbulkan oleh perasaan iba diri yang berlebihan."
"Lalu bagaimana kita harus berbuat agar terlepas daripada
duka, Lo-cian-pwe?" tanya Hui Im.
"Duka adalah kita, maka tidak mungkin kita, yang terdiri
daridarahdan daging dan pikiran ini, yang menginginkan ini
dan itu, termasuk keinginan bebas dari duka, dapat
membebaskan diri sendiri dari duka. Kita harus menghadapi
duka itu, menerimanya sementara memuji atau mencelanya,
menerimanya sebagai suatu kewajaran, mengamatinya
dengan penuh kewaspadaan dan terutama sekali, kita
menyerahkan segalanya kepada Thian! Sikap menyerah
dengan penuh kepercayaan akan kekuasaan Thian inilah yang
akan memberi kekuatan kepada kita untuk menerima
kenyataan seperti apa adanya, termasuk menerima apa yang
kita namakan duka seperti sesuatu yang nyata dalam diri kita.
Tanpa mengeluh, tanpa menolak, tanpa mengejar. Kekuasaan
Thian akan membuka mata kita, mendatangkan kewaspadaan
bahwa duka dan suka itu sama, saja! Itu hanya merupakan
permainan si-aku, pikiran yang selalu mendambakan
kesenangan dan menjauhi kesusahan. Pikiran kita selalu
dijadikan medan perang sementara pencarian kesenangan
dan penghindaran kesusahan, maka kita terombang-ambing
antara susah senang, suka duka yang tiada hentinya
sepanjang hidup! Mengertikah engkau, Nona?"
Hui Im hanya mengerti sedikit! "Aku akan mencoba untuk
merenungkannya dan mudah-mudahan Thian akan memberi
kewaspadaan itu kepadaku, Lo-cian-pwe.”
"Bagus, nah sekarang bagaimana dengan engkau, Nona?
Keluargamu sudah binasa, akan tetapi karena kini Koai-tung
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sin-kai sedang berusaha memperbaiki Ang-kin Kai-pang,
kuyakin bahwa rumah orang tuamu akan dapat diperbaiki dan
dikembalikan kepadamu. Nah, langkah apa yang akan
kaulakukan sekarang?"
Mendengar pertanyaan kakek pengemis yang aneh itu, Hui
Im menarik napas panjang. "Lo-cian-pwe, aku sudah tidak
ingin kembali lagi ke rumah ayahku, karena hal itu hanya akan
mendatangkan kenang-kenangan pahit saja.”
"Siauw-moi, kalau engkau tidak kembali ke rumahmu, lalu
engkau akan pergi kemana?" Han Beng bertanya namun
suaranya mengandung penuh perasaan iba.
Gadis itu memandang wajah Han Beng "Twako, aku ingin
mencari Pamanku, adalah kakak dari mendiang Ibuku,
namanya Tang Gu It dan dia tinggal di Kota Pei-shen, di
Propinsi Shantung di lembah Huang-ho."
"Tempat yang cukup jauh dari sini," tata Han Beng.
"Han Beng, engkau antar Nona ini mencari Pamannya
sampai dapat ia temukan," tiba-tiba Sin-ciang Kai-ong berkata.
"Memang sudah tiba saatnya engkau berpisah dariku. Aku
sendiri akan kembali ke Hok-kian mencari para sahabatku……..
"
"Akan tetapi, Suhu belum sehat benar! Suhu membutuhkan
teman untuk merawat Suhu!" kata Han Beng, terkejut dan baru
ingat dia bahwa sudah lima tahun dia berguru kepada raja
pengemis itu.
Kakek itu tertawa. "Ha-ha-ha, Han Beng. Engkau hanya
membuat aku menjadi manja dan malas saja. Selama lima
tahun ini aku hidup enak-enakan saja dan mengandalkan
engkau. Padahal sebelumnya aku pun biasa berkelana
seorang diri. Tidak, sekarang ini yang lebih membutuhkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
engkau adalah Nona Souw Hui, bukan aku. Nah, kalian
berangkatlah dan ini……. engkau perlu bekal dalam pengawalan
Nona Souw. Kaubawalah ini untuk keperluan dan biaya di
dalam perjalanan." Kakek itu mengeluarkan sebuah kantung
dari dalam bajunya dan ternyata kantung itu terisi beberapa
potong emas murni yang amat berharga Han Beng terkejut
sekali. Selama ini dia dan gurunya mencukupi kebutuhan
hidup mereka dengan jalan mengemis. Kiranya diam-diam
suhunya menyimpaf emas sekian banyaknya!
"Tapi, Suhu. Bukankah untuk keperluan itu kami dapat……….
"
"Hushhh! Kau mau mengajak Nona Souw mengemis? Tak
tahu malu kau Sudahlah, cepat pergi dan mulai saat in engkau
pun tidak perlu lagi berpakaian pengemis seperti aku!" Berkata
demikian, kakek itu menggerakkan tubuhnya dan seketika
lenyap di balik pohon-pohon dalam hutan itu. Souw Hui Im
menghela napas panjang dan memandang wajah Han Beng.
"Aih, Twako. Aku hanya menjadi seorang pengganggu saja.
Bukan hanya aku merepotkan engkau, juga menjadi penyebab
perpisahan antara engkau dan gurumu."
"Sama sekali tidak, Siauw-moi. Engkau sama sekali tidak
merepotkan, karena memang sudah menjadi tugasku untuk
membantu sesama hidup sekuasaku, dan tentang
perpisahanku dengan Suhu, hal itu memang sudah tiba
saatnya seperti dikatakan Suhu. Sudah lima tahun aku belajar
ilmu dari Suhu, dan memang menurut perjanjian, aku hanya
belajar lama lima tahun."
"Engkau hebat, Twako. Belajar ilmu silat hanya lima tahun
akan tetapi sudah dapat menjadi seorang pendekar yang
memiliki ilmu kepandaian sedemikian hebatnya!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, tidak semudah itu, Im-moi. Sebelum belajar dari Suhu
Sin-ciang Kai-Ong, aku telah mempelajari ilmu silat Hari
guruku yang pertama."
"Ah, begitukah? Dan kalau boleh aku mengetahui, siapa
gerangan gurumu yang pertama itu?"
"Dia berjuluk Sin-tiauw dan namanya Liu Bhok Ki. Aku
belajar lima tahun dari suhu pertama itu. Mari, kita mulai
dengan perjalanan kita, Im-moi. Perjalanan cukup jauh dan
harus dilakukan dengan cepat. Mudah-mudahan saja aku
akan berhasil mengantar engkau sampai bertemu dengan
Pamanmu itu."
Mereka pun mulai dengan perjalana mereka yang cukup
jauh. Tanpa mereka sadari, keduanya saling tertarik. Han
Beng memang sejak semula amat tertarik kepada gadis itu.
Dalam pertemuan pertama saja gadis itu telah memperlihatkan
kebaikan budinya, disamping kegagahannya yang
menimbulkan rasa kagum dalam hatinya. Kini, setelah
melakukan perjalanan bersama, makin, jelaslah bahwa Hui Im
memang seorang gadis yang luar biasa. Dia sendiri seorang
pemuda yang berpakaian tambal-tambalan seperti seorang
pengemis. Biar pun gadis itu sudah mengetahui bahwadia
bukanlah seorang pengemis hina yan sembarangan saja,
namun orang lain tentu tidak mengetahuinya. Biarpun
demikian, gadis itu sama sekali tidak kelihatan canggung atau
malu-malu melakukan perjalanan dengan seorang pemuda
jembel dan miskin!
Ketika mereka memasuki sebuah kota yang pertama, Hui
Im berkata kepada Han Beng, "Beng-twako, tunggu sebentar,
ya? Aku ingin sekali memasuki toko itu." Tanpa memberi
kesempatan kepada Han Beng, gadis itu sudah melangkah me
masuki sebuah toko yang menjual pakaian. Melihat ini, Han
Beng menahan senyumnya. Bagaimanapun juga, temannya
itu hanya seorang wanita! Agaknya me mang wanita suka
berbelanja. Hanya dia merasa heran bahwa gadis itu berani
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berbelanja, yang berarti gadis itu mempunyai uang, padahal
gadis itu terpaksa meninggalkan rumah secara mendadak.
Ternyata tidak berapa lama Hui Im memasuki toko. Dari
luar toko, agak jauh karena dia tidak ingin disangka hendak
mengemis, Han Beng menunggu dan dia melihat gadis itu
keluar dari toko membawa sebuah buntalan dan Hui lm
menghampirinya sambil tersenyum. Memang Hui Im memiliki
watak yang periang sehingga agaknya ia sudah dimengusir
kedukaannya dan kini ia lalu memperlihatkan wajah cerah.
"Wah, engkau memborong pakaian Im-moi?"
Gadis itu hanya mengangguk, kita cepat keluar kota, aku
ingin segera mencoba pakaian ini!" katanya. Kembal Han
Beng tersenyum. Agaknya memang semua wanita suka akan
pakaian indah, pikirnya dan mereka lalu cepat keluar dari kota
itu. Setelah mereka tiba di tempat sunyi di mana tidak nampak
ada seorang pun yang lewat, Hui mengajak Han Beng berhenti
di dekat sebuah gubuk di tengah sawah tepi jalan.
"Berhenti dulu, Twako. Di sini engkau dapat mencoba
pakaian ini. Nah, kaugantilah pakaianmu, aku sudah ingin
sekali melihat engkau mengenakan pakaian ini!"
Han Beng tertegun ketika gadis itu mendorongkan buntalan
ke dalam kedua lengannya yang terpaksa menerimanya Dia
merasa bingung, dan sejenak di hatinya bengong, tidak tahu
apa yang dimaksudkan gadis itu karena dia tadinya
membayangkan bahwa Hui Im akan segera berganti pakaian
indah!
"Apa…….. apa ini……….? Apa maksudmu, Im-moi?"
Gadis itu tersenyum, agak lebar sehingga deretan gigi putih
nampak sedikit. "Aku tadi masuk toko untuk membeli pakaian,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Twako. Pakaian untukmu, dua stel. Lihat, pakaianmu robekrobek
dan sudah kumal, perlu diganti, bukan?"
Gadis itu kini mendorong-dorong Han Beng untuk
memasuki gubuk itu. Biarpun wajahnya berubah merah,
namun sambil tersenyum Han Beng terpaksa masuki gubuk
itu. Hui Im tinggal di luar. Ternyata, setelah membuka buntalan
Han Beng melihat dua stel pakaian sederhana namun kuat
dan berwarna biru polos. Dia menanggalkan pakaian
jembelnya dan memakai pakaian baru. Alisnya agak berkerut.
Mengapa gadis itu membeli pakaian untuknya? Kelirukah
dugaannya dan sesungguhnya gadis itu merasa malu berjalan
dengan seorang pengemis?
Ketika dia keluar dari gubuk itu, Hui Im memandang
kepadanya dan wajah gadis itu berseri, sepasang matanya
menyinarkan kekaguman. "Aih, Twako, engkau kelihatan
tampan dan gagah sekali serunya gembira. Akan tetapi Han
Beng tidak nampak gembira, sebaliknya mengamati wajah
gadis itu
.
"Siauw-moi," katanya dengan si agak kaku. "Katakanlah,
mengapa engkau memberi pakaian kepadaku? Kenapa
engkau membelinya untukku? Apakah engkau merasa malu
berjalan bersama seorang yang berpakaian seperti seorang
jembel?"
Sepasang mata yang tadinya bersih? sinar penuh
kegembiraan itu terbelalak dan wajah yang tadinya berseri
gembira dan kemerahan itu kini tiba-tiba berubah pucat.
"Ah, tidak…………, tidak………… harap jangan salahduga, Twako.
Ah, kau maafkanlah aku, sama sekali bukan maksudku
membelikan pakaian karena aku malu berjalan denganmu.
Hanya ……… kukira…….... pakaianmu sudah begitu kotor dan
tidak pantas………."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat kegugupan gadis itu, Han Beng merasa kasihan
dandia sesalkan kecurigaannya sendiri. "Sudahlah, Siauw-si,
aku pun percaya bahwa engkau tidak melakukannya karena
malu. Akan tetapi …....... bagaimana engkau dapat
membelinya? Bukankah engkau tidak sempat membawa uang
ketika meninggalkan rumah orang tuamu?"
Hui Im mengeluarkan segenggam uang dari saku bajunya
dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya meraba leher
sendiri. "Aku tadi……… menjual kalung emasku pada pemilik
toko, Twako dan ini kelebihan uangnya."
Han Beng merasa terharu sekali. Gadis ini menjual
kalungnya untuk membelikan pakaian untuknya! Di samping
keharuan itu, juga dia merasa malu. Bukankah dia membawa
bekal emas dari gurunya? Cukup untuk pembeli keperluan apa
pun juga, dan dia melihat bahwa gadis itu tidak mempunyai
bekal pakaian kecuali yang dikenakan pada tubuhnya.
Sungguh kasihan. Kadang-kadang, hampir sehari penuh gadis
itu "bersembunyi" kalau bertemu sungai di dalam tempat sunyi,
selain mandi juga untuk mencuci pakaian satu-satunya itu
kemudian menanti sampai kering, baru dipakainya kembali
dan berani muncul di depannya. Dan gadis yang telah menjual
kalungnya itu hanya membeli pakaian untuk dia sama sekali
tidak membeli untuk dir sendiril
"Im-moi………"
"Ya………? Engkau tidak marah, Twako?" tanya Si Gadis
khawatir.
Han Beng tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Tidak,
kenapa marah? Akal tetapi sekarang mari kita kembali ki kota
itu, Siauw-moi."
"Eh? Kembali ke sana? Untuk apa Twako?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hayolah, aku ada keperluan penting di sana, tadi aku
lupa." ajak Han Beng dan seperti biasa, Hui Im hanya
menyetujui dan tanpa banyak cakap lagi ia mengikuti Han
Beng memasuki kota tadi. Akan tetapi, ia merasa heran dan
khawatir ketika Han Beng mengajaknya memasuki toko di
mana ia membeli pakaian untuk Han Beng tadi! Janganjangan
pemuda itu hendak mengembalikan pakaian yang
dibelinya? Akan tetapi tidak! Han Beng menarik tangannya
dan menunjuk ke arah beberapa stel pakaian wanita yang
digantung di sudut.
"Siauw-moi, yang berwarna hijau muda dan biru-kuning itu
tentu pantas sekali untukmu!"
Barulah Hui Im merasa lega, wajahnya kemerahan dan ia
pun tersenyum-senyum malu. 'Terserah kepadamu saja,
Twako," katanya dan ia pun pergi ke sudut lain di mana dijual
segala keperluan pakaian pria. Dengan jantung berdebar dan
perasaan bahagia bukan main, Hui Im lalu memilih sepatu,
kaus kaki, pakaian dalam, saputangan dan segala keperluan
pakaian pria untuk dibelinya.Uang sisa penjualan kalung tadi
masih cukup banyak dan pemilik toko yang mengenal Hui Im
yang tadi menjual kalung, segera menghampirinya. Dia tadi
melihat betapa Hui Im masuk bersama seorang pemuda
ganteng, maka sambil tersenyum-senyum pemilik toko yang
sudah setengah tua itu cepat menghampiri Hui Im.
"Nona, kalau Nona hendak memilihkan pakaian suami
Nona itu……….”
Hui Im mengerutkan alisnya, aku tetapi tidak marah. "Aku
belum bersuami dia itu sahabatku!" katanya singkat.
"Aih, maafkan saya, Nona. Saya kira sahabatmu ganteng
itu akan pantas sekali kalau memakai pakaian ini, dan yang
ini………, dan sabuk ini tentu menarik sekali…… " Sebagai
seorang pedagang yang luwes, pemilik toko itu berhasil
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menarik hati Hui Im sehingga gadis itu memborongkan semua
sisa uangnya untuk bermacam pakaian pria.
Di bagian lain, Han Beng juga membeli banyak pakaian
untuk Hui Im, dan pengurus toko yang juga amat cerdik
banyak membantunya memilih segala macam pakaian. Dia
sama sekali tidak mengerti tentang pakaian wanita, apalagi
pakaian dalam, maka pengurus toko itulah yang
membantunya.
Ketika keduanya keluar dari toko masing-masing membawa
sebuah buntalan besar dan keduanya saling pandang sambil
tersenyum-senyum! Dan tak lama kemudian, di dalam sebuah
hutan sunyi, bagaikan dua orang anak kecil baru saja
menerima hadiah dan kini membuka buntalan dan mengagumi
semua hadiah pakaian itu, Han Beng dan Hui Im tertawa-tawa
gembira sambil mengagumi pakaian mereka
"Aih, tentu banyak sekali uang yang kaukeluarkan untuk
membeli semua ini, Twako!"
"Tidak lebih banyak daripada yang kau keluarkan, Siauwmoi!"
"Aduh, indah sekali celana dan baju ini! Engkau pandai
sekali memilih untukku, Twako.Terima kasih banyak!"
"Engkau pun pandai memilih untukku siauw-moi………. heiii,
kenapa engkau?" Han Beng terkejut melihat betapa Hui Im
tiba-tiba menangis, duduk di atas tanah sambil menutupi
mukanya dengan kedua tangan dan terisak-isak. "Kenapa
engkau menangis, Siauw-moi …….. ?" Han Beng berlutut di
dekatnya, khawatir kalau-kalau dia telah menyinggung
perasaan gadis itu.
Sampai beberapa lamanya Hui Im tidak mampu menjawab,
hanya sesenggukan dan Han Beng membiarkannya saja,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menanti sampai gadis itu menjadi tenang kembali. Setelah Hui
Im dapat menguasai dirinya, Han Beng berkata dengan suara
lembut, "Siauw-moi, sekarang ceritakanlah kepadaku apa
yang menyusahkah, hatimu sehingga engkau menangis tadi."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 12
Sepasang mata yang bening itu agak memerah ketika
memandang pada Han Beng. "Maafkan aku, Twako. Akan
tetapi semua kebaikanmu membuat aku teringat bahwa hanya
engkaulah satu-satunya erang yang baik kepadaku,
mengingatkan aku bahwa aku tidak memiliki siapa-siapa lagi di
dunia ini."
Han Beng tersenyum. "Jangan lupa, Siauw-moi, bahwa
engkau masih mempunyai seorang Pamanmu yang kini
sedang kita cari. Dia adalah anggauta keluargamu yang
terdekat, dan tentu di samping Pamanmu masih ada
keluarganya yang juga merupakan sanakmu. Tak lama lagi
engkau akan mempunyai banyak orang yang menyayangmu."
Hui Im menarik napas panjang. "Mudah-mudahan begitu,
Twako. Sesungguhnya, Paman Tang Gu It itu bukan hanya
kakakmu dari mendiang Ibuku, akan tetapi juga.... calon Ayah
Mertuaku
……"
"Hem
mm……….b
egitukah?
" Han
Beng
menahan
kejutan
dalam
hatinya
mendeng
ar bahwa
gadis itu
telah
menjadi
calon
mantu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
orang! Justeru kenyataan inilah yang membuat Hui lm tadi
menangis.Gadis ini teringat bahwa ia tidak bebas lagi, ia
adalah tunangan orang calon isteri dari seorang yang baru
dijumpainya dua kali ketika ia masih kecil berusia kurang dari
sepuluh tahun! Ia tidak tahu lagi bagaimana sekarang wajah
dari Tang Ciok An, tunangannya itu
Membayangkan bahwa ia tidak mengenal tunangannya,
tidak tahu apakah tunangannya itu sebaik dan selembut Han
Beng, inilah yang membuat ia tadi menangis.
"Kami ditunangkan sejak aku usia tujuh atau delapan tahun,
Twako. Dan sejak sepuluh tahun yang lalu aku tidak pernah
lagi bertemu dengan ' putera Pamanku itu."
Han Beng sudah dapat menguasai perasaan hatinya yang
tadi terasa tidak enak, bahkan pedih. Dia memaksa diri
tersenyum dan matanya mengeluarkan siinar gembira. "Wah,
kalau begitu, engkau tentu akan disambut dengan penuh
kebahagiaan oleh mereka, Siauw-moi! Kalau mereka itu
mendengar akan nasibmu yang buruk, tentu keluarga
tunanganmu itu akan merasa kasihan dan semakin sayang
padamu. Hayo, kita percepat perjalanan ini. Aku ingin sekali
melihat engkau disambut dengan bahagia oleh mereka!"
Kini, dengan mengenakan pakaian baru yang bersih, dua
orang muda itu melanjutkan perjalanan. Hubungan mereka
semakin akrab dan keduanya saling ocok, menemukan
kebaikan-kebaikan baru pada diri masing-masing, dan mereka
saling mengagumi, saling suka, merasa senasib
sependeritaan. Han Beng merasa kasihan sekali kepada Hui
Im, juga mendapat kenyataan betapa gadis ini memang
berwatak baik, ramah dan menyenangkan. Sebaliknya, Hui Ini
juga amat kagum kepada Han Beng, merasa berhutang budi,
bukan saja karena pemuda ini pernah menolong dan
menyelamatkannya, juga budi Han Beng ketika mengantarnya
mencari pamannya merupakan budi yang amat besar karena
pemuda itu di sepanjang perjalanan mem¬perlihatkan sikap
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang amat ramah, sopan dan baik sekali. Seorang kakak
kandung belum tentu akan sebaik ini sikapnya. Diam-diam Hui
Im merasa suka dan tertarik sekali, akan tetapi setiap kali ia
teringat bahwa dirinya sudah ada yang punya, bahwa ia telah
terikat perjodohan dengan pemuda lain, ia menahan diri dan
hendak melupakan perasaannya yang sedang tumbuh
terhadap Han Beng. Tidak, bantahnya pada diri sendiri, ia
tidak boleh mengharapkan yang tidak-tidak! Ia adalah seorang
calon isteri pemuda Iain. Akan tetapi, kadang-kadang di waktu
malam, kalau mereka berdua tidur di dalam hutan, di kuil tua
ataupun rumah penginapan dimana Han Beng lalu menyewa
dua buah kamar yang berdampingan, Hui Im suka menangis
seorang diri. Ia merasa khawatir sekali. Khawatir kalau-kalau
tunangannya merupakan seorang pemuda yang tidak
menyenangkan, tidak sebaik Han Beng, atau kalau-kalau ia
akan kehilangan Han Beng!
Kelopak Cinta takkan berbunga
oleh sekadar tarikan daya
kemilaunya emas permata
mulianya kedudukan dan nama
tampan dan cantiknya rupa
halusnya tutur sapa
baiknya budi bahasa!
Cinta adalah sinar matahari
harumnya bunga setaman-sari
embun lembut di pagi hari
Cinta itu Keindahan
Cinta itu Kebenaran
Cinta itu Kenyataan
Cinta itu TUHAN!!!
oooOOooo
Kita tinggalkan dulu Han Beng yang dengantar Hui Im
mencari paman atau calon ayah mertuanya di kota Pei-Shen
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang cukup jauh, dan mari kita tengok keadaan Bu Giok Cu,
dara lincah jenaka dan nakal manja yang jatuh ke tangan
seorang iblis betina seperti Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu dan
menjadi murid kesayangannya itu.
Seperti telah diceritakan di bagian depan, Giok Cu hampir
saja men jadi korban kecabulan dua orang murl datuk dari
Liong-san yang bernama Oui Kok Sian. Untung bahwa muncul
Ban tok Mo-li menyelamatkannya. Ban-tok Mo-li membunuh
Gak Su dan setelah Ouw Kok Sian mintakan ampun untuk
muridnya yang ke dua, yaitu Ji Ban To, Ban-tok Mo-li
mengampuni dan memberi obat untuk menyembuhkan luka
yang di derita Ji Ban To akibat pukulannya. Dan setelah
peristiwa itu, Giok Cu yang berusia lima belas tahun berlatih
silat ini makin tekun karena ia tahu bahwa untuk dapat hidup
aman, ia harus meniliki ilmu setinggi-tingginya untuk
melindung diri sendiri.
Akan tetapi ada satu hal yang membuat hati Giok Cu
merasa tidak suka sekali, bahkan ia membenci orang yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehidupannya
bersama subonya. Orang itu adalah Lui Seng Cu yang berjuluk
Hok-ouw Toa-to itu, bekas perampok tung¬gal yang kini
menjadi penyembah Thian-te Kwi-ong dan yang sudah
mempengaruhi hati Ban-tok Mo-li sehingga subonya itu kini
ikut pula menjadi penyembah patung Thian-te Kwi-ong untuk
mencari ilmu awet muda dan panjang umur! Dan agaknya,
Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini. Dia menempel" Ban-tok Mo-li dan kini senang
sekali pria itu datang bertamu dan kalau datang, tinggal di situ
sedikitnya sepekan, dan jelas bahwa dia menjadi kekasih baru
dari Ban-tok Mo-li yang amat percaya dan amat memanjakan
tamunya atau kekasihnya ini! Ban-tok Mo-li adalah seorang
wanita yang walaupun usianya sudah lima puluh tahun namun
masih cantik pesolek, mewah dan kaya raya. Tentu saja Lui
Seng Cu merasa betah tinggal di rumah iblis betina ini karena
dia bisa memperoleh segala-galanya untuk memuaskan nafsunafsunya.
Di lain pihak, Ban-tok Mo-li juga rupanya sudah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tergila-gila kepada pria Hok-houw Lui Seng Cu memang
seorang yang berpengalaman, biarpun usianya sudah lima
puluh tahun lebih, namun berwajah ganteng, dengan tubuh
yang tinggi tegap dan nampak jauh lebih muda daripada usia
sebenarnya. Yang membuat Giok Cu merasa tidak senang
adalah karena sikap Lui Seng Cu terhadap dirinya. Kurang
ajar! Hanya itulah menurut anggapannya. Sepasang mata itu
memandang dengan cabul, senyumn juga dimaksudkan untuk
memikat, kata-katanya selalu mengandung sindiran kotor dan
sinar mata orang itu kadang-kadang aneh dan menakutkan,
bahkan kadang-kadang melalui sinar matanya, beberapa kali
ia masih seperti tertarik dan seperti dipaksa untuk bertekuk
lutut kepada pria itul
Yang membuat hati Giok Cu menj makin tidak senang
adalah peristiwa mengerikan yang beberapa kali terjadi sejak
Lui Seng Cu sering datang dan berdiam di rumah gurunya.
Agaknya tidak cukup satu kali saja pemimpin agama baru itu
mengharuskan Ban-tok Mo-li mengorbankan nyawa sepasang
orang muda. Semenjak itu, sudah dua kali gurunya dan Lui
Seng Cu menculik seorang muda dan seorang gadis, dan
kemudian, pada keesokan harinya, Giok Cu melihat pasang
orang muda itu telah menjadi mayat dan diam-diam dikubur di
kebun belakang oleh para pelayan subonya yang selalu
mentaati perintah subonya. Para pelayan wanita itu pun
menimbulkan perasaan tidak suka dan jijik di dalam hati Giok
Cu. Mereka itu, biarpun masih muda dan cantik-cantik, namun
telah menjadi hamba-hamba nafsu sehingga mereka itu
bersedia dengan penuh kegembiraan untuk melayani para
tamu ia yang bermalam di rumah Ban-tok Mo-li, tentu saja atas
persetujuan, bah¬ankan perintah Ban-tok Mo-li. Gadis ini
sama sekali tidak tahu bahwa memang demikianlah watak
gurunya. Segala macam kecabulan yang dilakukan gurunya
dan para pelayannya, bagi gurunya merupakan hal biasa saja,
pengisi waktu senggang atau semacam iseng-iseng untuk
mencari kesenangan!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat semua itu, sudah lama kali tumbuh kebencian di
dalam Giok Cu. la memang membutuhkan bimbingan subonya
dalam ilmu silat, melihat betapa subonya sayang kepadanya,
ada pula rasa sayang di dalam hatinya terhadap wanita iblis
itu. Akan tetapi, sepak terjang subonya sungguh
mendatangkan rasa muak dan benci di dalan hatinya.
Kini, hati Giok Cu kembali merasa penasaran dan juga
gemas sekali. Lu Seng Cu kembali datang bertamu dan seperti
biasa, pria itu selalu berada di dalam kamar subonya. Kalau
ada tamu Ini, subonya juga jarang keluar sehingga, tidak
memberi petunjuk lebih lanjut dalam ilmu silat yang sedang
dilatihnya Dan yang lebih menjengkelkan hatinya, malam itu
kembali subonya dan Lui Seng Cu menculik sepasang orang
muda yang mereka bawa masuk ke dalam kamar!
la harus menyelamatkan dua orang muda itu, tekad hatinya.
Akan tetapi, bagaimana? Kalau dia mempergunakan
kekerasan, bagaimana mungkin akan berhasil? Ia tidak akan
mampu melawan subonya, juga tidak akan menang melawan
Lui Seng Cu! Membujuk subonya dengan halus? Hasilnya
hanya dampratan dan makian yang hanya akan lebih
menyakitkan hatinya. Akan tetapi, ia tahu bahwa sepasang
orang muda itu tentu akan menjadi mayat pada keesokan
harinya dan akan dikubur di dalam kebun belakang yang luas
itu! Tidak, ia harus mencegah terjadinya pembunuhan lagi,
pembunuhan sepasang orang muda yang sama sekali tidak
berdosa! Ia harus men¬cari akal dan mencegah pembunuhan
itu, apapun resikonya.
Malam itu sunyi dan menyeramkan. Udara dingin sehingga
para pelayan w¬nita yang belasan orang banyaknya, yang
juga bertugas sebagai penjaga, malam itu agak malas untuk
meronda. Apalagi, siapa yang akan berani mengganggu
rumah kediaman majikan mereka? Yang berjaga hanya dua
orang wanita, dan mereka pun sudah duduk melenggut di
ruangan depan, di serambi depan yang mereka jadikan
sebagai pusat penjagaan di waktu malam.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh nyala api yang cukup
besar, di sebelah kanan bangunan. Gudang telah terbakar dan
api sudah bernyala tinggi!
"Kebakaran! Kebakaran……!" Mereka berteriak-teriak sambil
membangunkan teman-teman mereka, menggedur kamar
mereka di belakang. Para wanita itu menjadi gugup dan panik,
segera mencari air untuk memadamkan kebakaran yang
sudah membesar itu.
Keributan itu pun membuat Ban-tok Mo-li dan tamunya,
Hok-houw Toa-to Lu Seng Cu, berlarian keluar dari dalam
kamar. Mereka menduga bahwa tentu ada musuh yang
menyerbu dan membakar gudang. Mereka sama sekali tidak
tahu betapa ketika mereka berlarian keluar kamar, ada
bayangan hitam menyelinap masuk ke dalam kamar itu
dengan gerakan yang cekatan sekali. Bayangan ini bukan lain
adalah Giok Cu yang telah menggunakan akal membakar
gudang untuk menolong dua orang muda yang diculik gurunya
dan tamu gurunya.
Ketika berada di dalam kamar gurunya, kamar yang sudah
dikenalnya, dengan pembaringan yang lebar dan
perlengkapan yang mewah itu, Giok Cu terbelalak mukanya
berubah merah. Hampir ia tidak dapat melihat keadaan itu
lebih lama lagi dan meninggalkan kamar, kalau saja ia tidak
ingat bahwa ia masuk kamar ini untuk menyelamatkan orang.
Ia melihat betapa dua orang muda itu, yang usianya masih
muda sekali kurang lebih enam belas tahun, berada di atas
pembaringan dalam keadaan telanjang bulat dan tidak mampu
bergerak karena tertotok. Gadis remaja itu hanya memandang
dengan mata terbelalak dan air mata bercucuran, sedangkan
pemudanya memandang dengan muka pucat dan mata
terbelalak ketakutan!
Giok Cu cepat menotok mereka, membebaskan mereka
dari pengaruh totokan sehingga keduanya mampu bergerak
kembali.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sssttt, jangan berisik. Cepat pakai pakaian kalian dan ikuti
aku. Aku akan membebaskan kalian dari sini!" bisik Gi Cu.
Dua orang muda itu tentu saja menjadi gugup dan secepatnya
mereka mengenakan pakaian mereka dan tak lama kemudian
mereka sudah mengikuti Gi Cu keluar dari dalam kamar, lalu
melarikan diri melalui kebun belakang yai sunyi. Mereka
melihat betapa orang-orang sedang sibuk memadamkan
kebakaran besar di samping rumah.
Karena tidak sabar lagi melihat betapa gadis remaja itu
sukar berlari karena tubuhnya menggigil ketakutan, Gi Cu
menggendongnya, dan berlarilah sambil menarik tangan
pemuda itu yang juga ketakutan. Mereka menghilang ditelan
kegelapan malam.
Giok Cu tidak memberi kesempa kepada pemuda itu untuk
beristirahat sejenak pun. Biarpun pemuda itu sudah terengahengah,
ia memaksanya berlari terus. Kini ia menurunkan gadis
yang digendongnya dan mengajak mereka berdua lari
memasuki hutan kemudian, di dalam kegelapan yang
membuta, Giok Cu terus menarik tangan mereka untuk pergi
semakin jauh. Ia sendiri sudah halal akan jalan setapak di
hutan itu, maka ia mampu menjadi petunjuk jalan dalam cuaca
yang gelap itu, hanya diterangi bintang-bintang di langit, itu
pun masih dihalangi oleh daun-daun pohon yang lebat.
Baru pada keesokan harinya, ketika matahari pagi mulai
mengirim sinarnya untuk mengusir kegelapan malam, terpaksa
Giok Cu berhenti karena gadis dan pemuda remaja itu sudah
tidak kuat lagi dan mereka berdua sudah menjatuhkan diri di
atas rumput. Gadis remaja it menangis dan pemuda itu pun
merintih! ketika keduanya berlutut di depan Giok Cu.
"Terima kasih atas pertolongan Li-hiap (Pendekar Wanita)
yang telah menyelamatkan nyawa saya……….." kata muda itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Li-hiap, engkau telah membebas kan saya dari ancaman
maut yang amat mengerikan, sampai mati saya tidak akan
melupakan budi ini " kata gadis itu.
Giok Cu mengangkat kedua tangan-ya dengan tidak sabar.
"Sudahlah, tidak ada gunanya semua ini. Aku tidak minta
terima kasih, akan tetapi aku minta agar kalian berdua bangkit
lagi dan melanjutkan pelarian ini. Kita masih harus lari jauh
untuk benar-benar dapat bebas dari ancaman maut ini!" Giok
Cu sama sekali tidak takut akan keselamatan diri sendiri. Yang
ditakutinya adalah kalau sampai gurunya dan Lui Seng Cu
dapat menyusul mereka, tentu kedua orang muda ini akan
ditangkap kembali dan ia sama sekali tidak akan mampu
melindungi mereka.
"Tapi, kaki saya……… lecet-lecet dan nyeri…….." keluh pemuda
itu.
"Dan saya sudah tidak kuat lagi, Li-hiap……….." kata yang
gadis.
"Kalian harus kuat! Hayo, kita lari lagi!" kata Giok Cu
menyambar lengan mereka untuk melarikan diri. Dua orang
muda itu merintih, mengeluh, tersaruk-saruk dan jatuh bangun,
akan tetapi Ciok Cu tidak peduli dan terus menyeret tubuh
mereka.
Tiba-tiba ada sebatang tongkat menyelonong dan
menghalang di depan Giok Cu. Ketika Giok Cu mengangkat
muka memandang, kiranya yang memegang tongkat itu
adalah hwesio yang tua renta usianya tentu lebih dari tujuh
puluh tahun. Hwesio ini kulitnya hitam sekali seperti pantat
kwali hangus, perutnya gendut bukan main seperti kerbau
hamil, akan tetapi muka yang hitam itu memiliki sepasang
mata yang ramah " mencorong, dan mulutnya selalu
tersenyum-senyum.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Omitohud………..! Seorang gadis remaja yang begini manis
dan gagahnya, ternyata memiliki watak yang amat jahat suka
menyiksa orang lain! Nona, sungguh amat tidak baik kalau
kaulanjutkan menyiksa dua orang ini yang sudah kehabisan
tenaga, kaupaksa dan kau seret untuk berjalan, bahkan
berlari. Dimana prikemanusiaanmu?"
Giok Cu adalah seorang yang galak, apalagi sekarang ia
merasa tidak bersalah, disangka yang bukan-bukan oleh
seorang kakek tua renta berkepala gundut yang perutnya
gendut. Ia membe¬lalakkan matanya, memandang penuh
kemarahan dan ia menudingkan telunjuknya ke arah perut
yang gendut itu.
"Hwesio tua! Apa kau kira prikemanusiaan sudah diborong
semua oleh hwesio-hwesio gendut seperti engkau? Apa
kaukira perutmu yang gendut itu terlalu penuh oleh kebaikan
dan prikemanusiaan sehingga manusia macam aku tidak
mengenalnya lagi? Hayo minggir dan jangan menghalang di
tengah jalan!"
Mulut itu tersenyum semakin lebar. "Ha-ha-ha, bukan main
galaknya! Pantas sekali, wataknya galak dan perbuat¬annya
pun kejam. Kenapa sih engkau menyeret-nyeret kedua orang
muda ini. Nona? Apa kesalahan mereka?"
Giok Cu semakin mendongkol. "Hwesio tua, buka telingamu
baik-baik dan dengar omonganku! Semua urusan kami bertiga
ini tidak ada sangkut pautnya dengan seorang tua renta
seperti engkau! Minggir atau terpaksa aku tidak akan sungkan
lagi terhadap seorang tua renta!"
"Sian-cai…….., seorang anak perempuan yang berjantung
naga! Eh, Nona Kecil, kalau pinceng (aku) tidak mau minggir,
lalu apa yang akan kaulaku kepada pinceng?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku akan mendorongmu sampai engkau jatuh!" Giok Cu
mengancam.
"Ho-ho-ho, bagus sekali. Pinceng tidak mau minggir
sebelum engkau melepaskan dan membebaskan kedua orang
anak yang sudah kehabisan tenaga itu!"
Kini Giok Cu benar-benar marah tidak dapat menahan
dirinya lagi. melepaskan lengan kedua orang remaja itu, lalu
mengerahkan tenaga sin-kang dan mendorongkan kedua
tangannya ! arah perut yang gendut itu. Kakek gendut itu tidak
mengelak atau menang bahkan mendorong perutnya yang
gendut ke depan, seperti sengaja menyerahkan perutnya
untuk dipukul atau didorong.
"Plukkk!" Kedua telapak tangan Giok Cu mengenai perut itu
dan ia terkejut bukan main. Ia merasa seolah-olah mencorong
agar-agar yang lunak dan yang menyedot semua tenaga
dorongnya sehingga tenaganya lenyap dan sama sekali tidak
berhasil, seperti mendorong air saja!
Akan tetapi, Giok Cu adalah seorang dia yang keras hati. la
masih belum mau menerima kenyataan bahwa ia berhadapan
dengan orang pandai, melainkan mengira bahwa hwesio itu
memang emiliki perut yang luar biasa sehingga tidak dapat
diserang dengan dorongan tenaga sin-kang.
"Hemmm, engkau mencari penyakit sendiri!" katanya dan
kini tangan kirinya memukul dengan telapak tangannya yang
berubah menjadi kehitaman! Itulah tamparan yang
mengandung hawa beracun! Memang inilah satu di antara
watak yang mewarisi Giok Cu dari gurunya, yaitu ganas
terhadap lawan! Tamparan itu merupakan ilmu pukulan
beracun yang berbahaya. Melihat ini, kakek gundul itu
agaknya tidak mengetahuinya, hanya mulutnya saja yang
menyeringai dan matanya terbelalak kaget.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Omitohud……….. sungguh tak terkira kekejiannya…………!"
"Dukkk!" Tangan yang menampar itu bertemu dada yang
banyak dagingnya, akan tetapi sama sekali tidak lunak seperti
perut tadi, melainkan keras seperi baja sehingga Giok Cu
merasa telapak tangannya nyeri dan panas, sebaliknya, kakek
itu seperti tidak merasakan pukulan beracun itu!
Kini Giok Cu menjadi marah sekali, dan ia mulai menduga
bahwa ia berhadapan dengan seorang kakek yang pandai.
Akan tetapi, kakek atau nenek, karena menentangnya, berarti
musuhnya yang harus dirobohkan agar ia dapat melanjutkan
pelariannya bersama dua orang muda itu. Siapa tahu kakek ini
mempunyai niat yang jahat! Tanpa banyak cakap lagi, ia pun
lalu menyerang! dengan dahsyatnya, tangan kanan mencakar
ke arah kedua mata lawan, tangan kiri mencengkeram ke arah
lambung!
"Omitohud ………., seperti harimau muda yang ganas…………!"
Kakek itu menjyjerakkan tongkatnya, mendorong kearah
kedua kaki Giok Cu dan..... tubuh gadis itu terpelanting dan
terbanting keras ke atas tanah! Giok Cu terbelalak seperti
dalam mimpi saja ia tadi terpelanting. Karena kepalanya
terasa pening, ia mengguncang-guncang kepalanya mengusir
kepeningan sebelum bangkit berdiri lagi.
Sementara itu, dua orang muda yang melihat betapa
penolong mereka itu berkelahi dan dibuat jatuh bangun oleh
hwesio tua, cepat mereka menjatuhkan diri berlutut di depan
hwesio itu.
"Lo-suhu, harap jangan ganggu penolong kami………..!" kata
yang pria.
"Lo-suhu, Li-hiap itu mengajak kami dari dari ancaman
bahaya maut. Ia menolong kami, bukan menyiksa!" kata yang
wanita.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ahhh? Ehhh?" Hwesio tua muka hitam itu terbelalak.
"Omitohud…….. apa yang telah pinceng lakukan ini…………?"
Kepeningan sudah meninggalkan kepala Giok Cu dan ia
sudah melangkah maju untuk melawan kakek itu lagi. Akan
tetapi pada saat itu, nampak dua bayangan berkelebat dan
disusul bentakan nyaring, "Giok Cu……… !!"
Gadis itu terkejut setengah mati ketika mengenal suara
subonya. Ia menoleh dan ternyata Ban-tok Mo-li dan Hok
houw Toa-to Lui Seng Cu sudah berdiri situ dengan mata
menyinarkan marahan. Sementara itu, dua orang muda yang
masih berlutut, kini terbelalak dan memandang dengan muka
pucat dan tubuh menggigil. Gadis itu malah sudah mulai
menangis sesenggukan saking ketakutan Hwesio tua bermuka
hitam memandangi semua ini dengan alis terangkat dan sinar
mata melirik ke sana-sini penuh selidik.
Ban-tok Mo-li marah bukan main, Ketika semalam terjadi
kebakaran besar pada gudang di samping rumahnya, ia
mengira ada penyerbuan musuh, maka bersama Lui Seng Cu
ia keluar dai membantu para pelayan memadamkan api yang
berkobar besar. Untung api dapat dipadamkan sebelum
melahap bangunan induk. Akan tetapi tidak nampak tandatanda
adanya penyerbuan musuh sehingga Ban-tok Mo-li
merasa terheran-heran. Juga ia merasa heran mengapa
muridnya, Bu Giok Cu, tidak muncul membantu orang-orang
memadamkan api. Setelah ia dan Lui Seng Cu kembali ke
kamar, barulah ia tahu! Dua orang muda yang mereka culik
telah lenyap dan juga Giok Cu tidak berada di dalam
kamarnya! Ia pun teringat ketika muridnya itu pernah
menentang akan dikorbankannya dua orang muda, maka
siapa lagi kalau bukan muridnya yang kini menghalangi
hendaknya dan membebaskan dua orang muda itu?
Malam tadi ia pun sudah melakukan pengejaran, akan
tetapi karena malam gelap, ia pun menunda pengejarannya
sampai keesokan harinya. Bersama Lui Seng Cu ia melakukan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pengejaran secepatnya. Tidak sukar bagi dua orang datuk
yang berpengalaman ini untuk menemukan jejak langkah tiga
orang itu dan mengejar secepatnya sehingga akhirnya mereka
dapat menyusul Giok Cu bersama dua orang muda yang
hendak dibebaskannya.
"Giok Cu, apakah engkau hendak lawan dan memusuhi
aku, gurumu diri? Engkau membakar gudang dan membawa
lari dua orang tawananku! yang menjadi, kehendakmu?
Engkau hendak menentang aku, ya?" bentak Ba tok Mo-li
marah sekali dan pandang matanya kepada muridnya yang
biasanya penuh kasih sayang itu kini panas membakar, penuh
kebencian.
Giok Cu maklum bahwa ia tidak berdaya. Yang
dikhawatirkannya terjadi dan ia menyesal sekali mengapa dua
orang yang coba ditolongnya itu demikian lemah sehingga
tidak mampu berlari cepat, dan ia pun melirik ke arah hwesio
gendut itu penuh sesal, seolah-olah sinar matanya
menyalahkan hwesio itu yang menghambat pelariannya.
Kemudian ia menghadapi subonya, sikapnya sama sekali tidak
takut-takut, bahkan ia seperti orang nekat, siap untuk
menerima hukuman apapun juga tanpa takut.
"Aku tidak menentang Subo, akan tetapi aku menentang
tindakan Subo yang terbujuk orang jahat dan kejam, yaitu dia
itu!" Dia menuding kepada Lui Seng Cu. "Subo membunuhi
orang-orang muda tanpa dosa secara tidak tahu malu. Aku
hanya ingin mencegah Subo melakukan kekejian seperti itu,
maka aku sengaja membakar gudang dan mencoba melarikan
korban-korban ini. Habis, kalau membujuk Subo dengan katakata
halus tentu akan percuma saja!"
"Giok Cu! Selama lima tahun lebih aku mendidikmu,
merawatmu seperti anak sendiri, dan inikah balasanmu
kepadaku? Apakah engkau sudah bosan hidup? Kau ingin
melihat aku membunuhmu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wah, jangan dibunuh, Mo-li. Sayang kalau dibunuh.
Serahkan saja padaku dan aku dapat menjinakkan anak manis
inil" kata Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu sambil menyeringai
dan memandang Giok Cu dengan sinar mata yang amat
dibenci gadis itu. Sinar mata penuh kecabulan dan teringat
akan keadaan dua orang muda tadi di dalam kamar subonya,
ia bergidik.
"Subo, aku lebih suka seratus kali kaubunuh daripada
menyerah kepada iblis busuk itu!" bentak Giok Cu sambil
memandang kepada Lui Seng Cu dengan mata penuh
kebencian. Ia amat membenci orang itu karena orang itulah
yang telah merusak gurunya, membuat gurunya menjadi
seorang yang amat kejam. Memang tadinya ia pun tidak dapat
mengatakan bahwa gurunya seorang baik baik, akan tetapi
setelah subonya menjadi pengikut Lui Seng Cu, menjadi
penyembah Thian-te Kwi-ong, gurunya menjadi semakin
kejam luar biasa!
"Keparat!" Ban-tok Mo-li memaksa muridnya. "Seekor
anjing pun akan memiliki kesetiaan kalau diberi makan setiap
hari, akan tetapi engkau, yang kuperlakukan sebagai anak
sendiri dan murid, kini malah hendak menentang aku. Engkau
lebih rendah daripada seekor anjing! Lui Seng Cu, kuserahkan
ia padamu!"
Mendengar ucapan gurunya itu, Giok Cu menjadi marah
bukan main. Bukan marah oleh makian itu, melainkan marah
karena ia diserahkan kepada pria yang amat dibencinya itu.
"Orang she Lui keparat jahanam!" teriaknya. "Engkau hanya
akan dapat menjamahku setelah aku menjadi mayat!" Dan ia
pun memasang kuda-kuda, siap untuk melawan mati-matian.
Lui Seng Cu tersenyum gembira. Hatinya girang bukan
main. Sudah lama dia tergila-gila kepada gadis remaja yang
bagaikan setangkai bunga sedang mulai mekar ini. Akan
tetapi, dia tidak berani karena gadis itu murid Ban-tok Mo-li.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sekarang, dalam kemarahannya, Ban-tok Mo-li menyerahkan
gadis itu kepadanya!
"Bu Giok Cu, engkau cantik dan segar bagaikan seekor
kuda betina liar yang amat berharga untuk ditundukkan!
Engkau akan menjadi kudaku yang cantik yang jinak, yang
penurut akan tetapi juga kudaku yang kuat dan liar! Ha-ha-ha,
manis lihatlah, pandanglah aku. Aku bukan musuhmu, aku
sahabat baikmu dengan niat hati yang baik. Senyumlah
padaku dan jangan memusuhi aku, sayang …….. " Suaranya
mengandung getaran aneh dan sungguh luar biasa sekali.
Tarikan wajah yang penuh kebencian itu perlahan-lahan
lenyap dari muka Giok Cu. Pandang matanya berubah sedikit
demi sedikit, menjadi redup seperti api mulai kehabisan
minyak, dan mulutnya mulai tersenyum!
Pada saat itu terdengar seruan lembut, "Omitohud ……….,
kekuasaan iblis selalu ada saja di mana-mana mengganggu
kehidupan manusia. Nona Kecil, mundur lah!"
Tiba-tiba saja, seolah-olah kepalanya disiram air dingin,
Giok Cu sadar akan keadaannya dan ia terkejut sekali. Pada
saat itu, tangan Lui Seng Cu sudah dijulurkan untuk
menangkapnya akan tetapi mendadak tubuh Giok Cu tertarik
kebelakang. Kiranya tangan hwesio bermuka hitam telah
mencengkeram leher bajunya dan menarik tubuh Giok Cu
kebelakang.
"Nona, engkau jagalah baik-baik ke dua orang muda itu,
dan biarkan pinceng menghadapi mereka yang sesat ini!”
Giok Cu bukan seorang gadis remaja yang bodoh. Ia tahu
bahwa hwesio muka itam itu tentu seorang yang sakti, dan Ia
sadar pula bahwa kalau ia maju serang diri, ia tidak akan
mampu menandingi gurunya sendiri dan Lui Seng Cu. Tentu
saja, secara aneh ia sudah hampir tertawan! Maka, ia pun
cepat menghampiri dua orang muda yang masih berlutut, dan
ia pun berdiri di bela¬kang mereka, siap melindungi mereka!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Matanya memandang ke arah hwesio muka hitam dan dua
orang calon lawannya dengan hati berdebar tegang. Ia
maklum benar betapa lihainya gurunya, juga betapa lihainya
Lui Seng Cu. Akan mampukah hwesio tua renta muka hitam
.itu menandingi mereka?
Melihat betapa hwesio tua renta bermuka hitam itu berani
melindungi Giok Cu dan menentang mereka, Lui Seng Cu
mengerutkan alisnya. Dia lalu melangkah maju menghadapi
hwesio itu, dan Ban-tok Mo-li mendiamkannya saja, he¬dak
melihat dulu sampai di mana kekuatan hwesio tua renta itu.
Hok-houw Toa-to Lui SengCu juga ingin menghadapi hwesio
itu dengan perbantahan dan ilmu sihir, maka begitu
berhadapan dekat dengan hwesio itu dia lalu menegur dengan
suara lantang.
"Dengan pendeta dari kuil manakah, dan dengan siapakah
kami berdua, Lui Seng Cu dan Phang Bi Cu, berhadapan?
Harap Lo-suhu suka memperkenalkan diri kepada kami."
Hwesio berperut gendut itu terkekeh, matanya berseri.
"Omitohud……, kiranya engkau pun dapat bersikap lembut,
walau sikapmu itu meliputi lahir batin. Alangkah baiknya dan
tentu tidak aka mudah menyeleweng, ha-ha-ha! Nama
pinceng? Lihat muka pinceng yang, buruk dan hitam dan
engkau akan mengenal nama pin-ceng. Orang menyebut Pinceng
Hek-bin Hwesio (Pendeta Muka litam)."
Hwesio ini adalah seorang yang sakti, akan tetapi dia tidak
pernah mencampuri urusan duniawi, maka namanya tidak
dikenal di dunia persilatan Seperti telah kita ketahui, Hek-bin
Hwe sio ini adalah suheng dari mendiang Thian Cu Hwesio,
ketua Siauw-lim-si yang membakar diri ketika kuil itu di¬serbu
pasukan pemerintah. Karena tidak mengenal nama ini, Lui
Seng Cu tentu saja memandang rendah. Dia adalah seorang
datuk sesat yang terkenal dan juga mengenal nama-nama
orang sakti di dunia persilatan. Akan tetapi tentu saja dia tidak
mengenal Hek-bin Hwesio yang merupakan seorang pertapa
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang suka merantau di Pegunungan Himalaya dan negaranegara
bagian barat.
oooOOooo
"Hek-bin Hwesio? Hem, biarpun mukamu hitam dan
mungkin hatimu juga hitam, akan tetapi engkau mencukur
rambut
dan
menge
nakan
jubah
pendet
a.
Setidak
nya
engkau
tentu
tahu
akan
peratur
an,
tahu
pula
bahwa
menca
mpuri
urusan
orang
lain
merupa
kan hal yang amat tercela dan tentu tidak akan dilakukan oleh
seorang yang sudah berani menjadi pendeta! Akan tetapi
mengapa engkau, yang sudah tua dan tentu berpengalaman
ini, sekarang lancang mencampuri urusan kami? Kami
berurusan dengan seorang murid kami, dan dua orang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
anggauta perkumpulan kami sendiri, harap engkau orang tua
tidak mencampurinya!"
Sepasang mata itu terbelalak dari mulutnya tertawa lebar.
"Ha-ha-ha-ha ha! Sungguh lucu sekali, lucu bukan main!
Bagaimana mungkin seorang murid berani menentang
gurunya? Hal ini hanya ada dua kemungkinan! Si murid itu
meinjadi jahat dan tidak mentaati perintah gurunya yang baik!
Atau, si guru itu jahat akan tetapi muridnya tetap menjaga diri
dan berpihak kepada yang benar, sehingga terpaksa ia
menentang gurunya yang jahat. Nah, di antara dua
kemungkinan ini, mana yang benar? Pin-ceng tadi mendengar
bahwa Nona Cilik itu menentang gurunya yang hendak
membunuh dua orang yang tidak berdosa! Berarti bahwa Nona
itu, biarpun bergaul dengan para tokoh sesat, tetap ia bersih
dan murni seperti setangkai bunga teratai di antara
pecomberan, tetap bersih! Karena itu, apa anehnya kalau pinceng
membelanya?"
Lui Seng Cu menjadi marah. Kiranya hwesio tua renta ini
berbeda dengan para hwesio lainnya. Para hwesio biasanya
pendiam dan suka mengalah, tidak pandai bicara. Akan tetapi
hwesio tua muka hitam ini ternyata tukang ngobrol dan pandai
berdebat! Baru beberapa kali tukar bicara saja dia sudah
terdesak dan sukar untuk menjawab.
"Hek-bin Hwesio! Engkau tidak tahu siapa aku? Aku adalah
Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu, pemimpin penganut
penyembah Thian-te Kwi-ong! Lihat aku, pandang mataku,
dan berlututlah engkau! Aku perintahkan engkau, demi nama
Thian-te Kwi-ong yang sakti, berlututlah engkau wahai
hwesio!!" Dalam suara itu terkandung getaran yang amat
hebat dan kuat, yang membuat Giok Cu merasa betapa
lututnya gemetar. Tadi, dengan tenaga setengahnya saja, Lui
Seng Cu hampir berhasil menyuruh Giok Cu tunduk dan
menuruti kehendaknya. Kini dia mempergunakan hampir
seluruh kekuatan sihirnya, bahkan menggunakan nama Thiante
Kwi-ong sebagai ilmu hitam, untuk menyerang dan
menundukkan hwesio tua muka hitam!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi, Hek-bin Hwesio yang, diserang dengan ilmu
hitam itu yang hanya terkekeh saja, lalu berkata dengan suara
lantang sambil tertawa. "Ha-ha-ha! Omitohud………… pinceng
tidak memerintah, akan tetapi kalau engkau memang ingin
berlutut, silakan, Hok-houw Tofw to!"
Sungguh aneh karena tiba-tiba saja Lui Seng Cu lalu
menjatuhkan diri berlutut menghadap hwesio itu! Melihat ini
tentu saja Giok Cu menjadi terheran-heran. Penglihatan itu
sedemikian lucunya sehingga mau tidak mau ia pun tertawa.
Mendengar gadis itu tertawa Hek-bin Hwesio menengok
sambil tertawa pula, senang karena gadis yang tak
disangkanya jahat akan tetapi yang ternyata gagah perkasa
dan berbudi mulia itu ternyata juga memiliki watak periang.
Karena dia menengok, maka Lui Seng Cu yang tadinya
terpukul oleh kekuatan sihirnya sendiri yang membali menjadi
sadar, apalagi karena Ban-to Mo-li sudah mengguncang
pundaknya dengan mendongkol.
"Engkau ini apa-apaan sih?" bentak Ban-tok Mo-li yang ikut
merasa malu melihat kawannya bertindak seperti seorang
badut. Lui Seng Cu meloncat berdiri dan dia sudah mencabut
golok besarnya, mukanya berubah merah karena marahnya.
Ban-tok Mo-li juga sudah mencabut senjata yang ampuh, yaitu
sebuah kipas di tangan kiri dan sebatang pedang di tangan
kanan. Tanpa banyak cakap lagi dua orang ini sudah maju
menyerang Hek-bin Hwesio dengan ganas sekali. Ban-tok Moli
menggerakkan kipasnya dan dari kedua ujung gagang
kipasnya meluncur jarum-jarum beracun yang amat
berbahaya, yang mendahului serangan totokannya dengan
gagang kipas, disusul tusukan-tusukan pedangnya. Juga Lui
Seng Cu sudah memutar goloknya sehingga nampak sinar
golok bergulung-gulung. Dia memang dijuluki Hok houw Toato
(Golok Besar Penaluk Harimau), tentu saja dia seorang ahli
sila golok yang pandai, maka goloknya mengeluarkan suara
berdesing-desing ketik menyambar-nyambar dalam gulungan
sinar yang menyilaukan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Losuhu, awas senjata rahasia jarum beracun!" Tiba-tiba
Giok Cu berseru. Ia tentu saja mengenal kipas dari subonya
dan tahu betapa berbahayanya jarum-jarum kipas itu yang
dilepas dari jarak dekat dan tidak nampak saking lembut dan
cepatnya.
"Ha-ha-ha, ia yang menabur benih, ia yang menuai!"
Berkata demikian, hwesio tua itu mengebutkan lengan bajunya
dan jarum-jarum halus itu disambar angin dan membalik, kini
menyerang ke arah pemiliknya! Tentu saja Ban-tok Mo-li
terkejut bukan main. Cepat ia melempar diri ke belakang dan
bergulingan di atas tanah, tidak peduli betapa perbuatan itu
membuat pakaiannya menjadi kotor! Ia bergidik dan tidak
berani lagi mempergunakan senjata rahasia yang dapat
membalik dan "makan nyonya" itu. Ia menyerang dengan
gagang kipas dan pedangnya, membantu Lui Seng Cu
mengeroyok hwesio tua muka hitam.
Terjadilah perkelahian yang seru dan menegangkan hati
Giok Cu. Inilah saat yang ditakutinya. Mampukah hwesio tua
itu menahan dua orang lawan yang demikian tangguhnya?
Akan tetapi, terjadi hal yang lucu. Hwesio tua itu hanya
memegang sebatang tongkat yang butut dan rapuh, sebatang
dahan atau ranting pohon yang sudah rapuh, dan selanjutnya
hanya menjaga diri dengan kebutan lengan bajunya yang
lebar. Akan tetapi, tiga macam senjata lawan itu sama sekali
tidak mampu menyentuhnya, selalu menyeleweng, atau
bahkan membalik kena sambaran angin kebutan ujung lengan
baju, sedangkan tongkat bututnya beberapa kali hampir
menusuk hidung Lui Seng Cu dan mata Ban-tok Mo-li. Tentu
saja Giok Cu menjadi kagum bukan main dan juga hatinya
girang karena kini ia tidak khawatir lagi. Dua orang muda itu
tentu akan dapat bebas dari ancaman maut di tangan subonya
dan Lui Seng Cu.
Dugaan Giok Cu memang tidak keliru. Hek-bin Hwesio
memang memiliki tingkat kepandaian yang jauh lebih tinggi
daripada dua orang lawannya. Biarpun senjatanya hanya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ujung lengan jubah yang lebar dan sebatang tongkat butut,
namun dua orang lawannya tidak mampu berbuat sesuatu.
Semua serangan mereka bertemu dengan ujung lengan baju,
bahkan kalau ujung lengan baju itu bertemu langsung dengan
pedang atau golok, maka dua senjata itu hampir terlepas dari
pegangan tangan pemiliknya! Karena itu, baik Ban-tok Mo-li
maupun Lui Seng Cu tidak berani lagi mengadu senjata
mereka secara langsung dengan ujung lengan jubah yang
lebar itu, dan mereka pun terdesak oleh tongkat butut.
"Omitohud ……….! Kalian sungguh jahat, akan tetapi masih
untung karena pinceng lihat belum tiba saatnya kalian mati,
dan pinceng seorang yang pantang membunuh. Nah, pergilah
kalian dari sini dan jangan ulangi lagi kejahatan kalian kalau
ingin selamat!" Berkata demikian, tiba-tiba kedua lengan
bajunya mengebut keras dan ujung tongkatnya menusuknusuk.
Kedua orang itu terkejut, terhuyung dan pada saat itu,
kaki Hek-bin Hwesio menendang. Dua kali berturut-turut dai
menendang.
"Desss!!! Desssss!!" Tendangannya itu kuat bukan main
dan tubuh kedua orang itu seperti dua butir bola yang
ditendang, melambung ke atas dan melayang sampai jauh,
kemudian jatuh ke atas tanah. Biarpun keduanya sudah
mengerahkan gin-kang, tetap saja tubuh mereka terbanting
dan terguling-guling.
Keduanya terkejut setengah mati. Belum pernah selama
hidup mereka bertemu dengan lawan yang begini tangguhnya.
Maka, seperti dikomando saja, begitu mereka mampu bangkit
berdiri, keduanya sudah lari tunggang langgang tanpa
menoleh lagi, ketakutan seperti melihat setan!
Dengan gembira sekali Giok Cu menghampiri kakek itu,
memandang dengan penuh kagum kepada wajah yang tua
dan hitam namun selalu tersenyum itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wah, engkau sungguh hebat sekali, Kek! Engkau sakti dan
pandai bukan main sampai dua orang seperti Subo dan iblis
She Lui itu lari tunggang-langgang! Kalau saja aku dapat
menjadi muridmu, Kakek yang baik, aku akan merasa
berbahagia sekali!”
Hek-bin Hwesio
Bakat yang amat baik, watak yang baik pula dan walaupun
selama ini agaknya menjadi murid iblis betina, namun buktinya
ia malah menentang guru sendiri, menyelamatkan calon
korban gurunya, hal ini saja membuktikan bahwa pada
dasarnya, gadis remaja ini memiliki watak pendekar yang
gagah. Apalagi wajah yang cerah dan sepasang mata yang
penuh semangat, cerah dan periang itu sungguh cocok sekali
dengan wataknya sendiri, maka hati Hek-bin Hwesio tertarik
sekali. Dia sudah amat tua, tak lama lagi tentu mati, lalu untuk
apa semua ilmu yang pernah dipelajarinya selama puluhan
tahun itu? Dia belum pernah mengangkat murid, dan
bukankah pertemuannya dengan gadis remaja ini merupakan
suatu jodoh yang sudah ditentukan oleh Tuhan?
"Heh-heh-heh, Nona Kecil. Beginikah sikap orang yang
ingin menjadi murid?"
Mendengar ucapan itu, sepasang mata Giok Cu terbelalak
dan ia mengeluarkan teriakan seperti bersorak girang. Tadinya
ia hanya iseng-iseng saja berkata demikian, sama sekali tidak
mengira bahwa kakek itu suka menerimanya sebagai murid.
Maka, setelah mengeluarkan teriakan bersorak, ia lalu
menjatuhkan diri berlutut di depan kaki ka kek muka hitam itu,
dekat sekali sehingga hidungnya hampir mencium jari kaki.
"Suhu, teecu menghaturkan terima kasih dan
menghaturkan hormat!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat sikap ini dan mendengar ucapan yang amat
menghormat itu, Hek-bin Hwesio tertawa bergelak. Perutnya!
yang gendut itu terguncang-guncang dan bergerak-gerak
seperti bayi tua dalam kandungan! "Hua-ha-ha-ha, anak baik,
pinceng tidak mengajarkan seorang murid untuk menjadi
penjilat! Bersikaplah biasa saja, jangan berlebihan. Dalam
hidup ini, kita harus bersikap wajar, tidak pura-pura, tidak
berlebihan karena berlebihan ini menyeret kita ke dalam
ketidakwajaran! Kalau sudah tidak wajar, berarti
menyembunyikan pamrih dan pinceng tidak ingin melihat
murid pinceng menjadi penjilat!"
Giok Cu terkejut sekali dan seperti disengat kelabang ia
pun meloncat bangun dan berdiri dengan sikap masih hormat.
"Teecu akan mentaati semua perintah dan petunjuk Suhu!"
Bukan main girangnya hati Hek-bin Hwesio. Anak
perempuan ini memang hebat, pikirnya. Sayang ia telah
mempelajari ilmu-ilmu sesat yang ganas. Maka, diam-diam dia
mengambil keputusan untuk memperbaiki ilmu-ilmu itu
sehingga menjadi ilmu yang kuat dan hebat, akan tetapi
berkurang sifat ganas dan kejamnya.
"Sekarang ceritakan apa yang terjadi, siapa kedua orang
muda ini dan mengapa pula engkau menentang Subomu
sendiri!" kata Hek-bin Hwesio.Giok Cu lalu bercerita, singkat
dan jelas tentang subonya yang terbujuk oleh Liu Seng Cu
menjadi penyembah Thian Kwi-ong dan sudah beberapa kali
mengorbankan beberapa orang muda laki-laki dan
perempuan.
"Teecu tidak tahan melihat hal itu, maka malam tadi ketika
Subo dan orang she Lui itu kembali menculik sepasang orang
muda, teecu lalu membakar gudang dan selagi semua orang
memadamkan api, teecu membawa lari mereka, berdua ini.
Akan tetapi, ternyata teecu dapat disusul Subo dan tentu teecu
dan kedua orang muda itu akan celaka kalau saja Suhu tidak
muncul menyelamatkan kami."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sekarang, apa yang akan kaulakukan terhadap mereka
itu?"
"Teecu akan mengantar mereka pulang."
Hwesio itu mengangguk-angguk dam dia duduk bersila di
bawah pohon, berkata sambil tersenyum ramah. "Baik, kau
lakukan tugasmu itu, pinceng akan menantimu di sini."
Giok Cu lalu mengajak muda mudi itu untuk kembali ke
dusun mereka. Melihat sikap muridnya yang wajar saja, sama
sekali tidak memperlihatkan kekhawatiran, diam-diam Hek-bin
Hwesio semakin kagum. Muridnya itu sungguh memiliki hati
yang luar biasa tabahnya. Ia tidak takut kalau kalau tugasnya
mengantar pulang muda-mudi itu akan dihadang oleh subonya
dan Lui Seng Cu! Tentu saja dia tidak tega begitu saja dan
diam-diam kakek ini membayangi perjalanan Giok Cu dari
jauh. Sebetulnya, Giok Cu bukan hanya tabah tanpa
perhitungan. Ia cerdik sekali. Kalau ia berani mengantar dua
orang muda itu kembali ke dusun tanpa khawatir akan
dihadang oleh subonya, bukan karena ia berani menghadapi
ancaman bahaya itu, melainkan karena ia sudah
memperhitungkan bahwa subonya dan Lui Seng Cu yang baru
saja menerima hajaran hebat dari Hek-bin Hwesio, sudah pasti
tidak akan berani sembarang-an keluar dan melakukan
kejahatan lagi untuk sementara waktu ini. Mereka tentu
menjadi jerih, maklum bahwa kepandaian mereka sama sekali
tidak mampu m nandingi kesaktian Hek-bin Hwesio. Selain ini,
juga gadis cerdik ini memperhitungkan bahwa tidak mungkin
suhunya yang baru itu akan membiarkan saja ia terancam
bahaya, la sudah hampir merasa yakin bahwa suhunya tentu
akan membayanginya dan melindunginya!
Giok Cu disambut dengan gembira oleh para penduduk
dusun ketika ia mengiringkan dua orang muda yang lenyap
diculik "iblis" seperti yang dipercaya oleh para penduduk
dusun itu. Giok Cu menasehatkan mereka agar bekerja sama
dan bersatu padu untuk menghadapi ancaman bahaya dari
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
orang-orang jahat. Setelah itu, ia pun meninggalkan mereka
dan kembali ke dalam hutan di mana ia mendapatkan suhunya
masih duduk bersila dalam samadhi! Anehnya, biar dalam
samadhi, tetap saja mulut gurunya itu tersenyum lebar! Ia tidak
berani mengganggu suhunya, melainkan seger duduk bersila
tak jauh dari situ dan ikut bersamadhi.
la bersamadhi seperti biasa, seperti diajarkan oleh
subonya. Bersamadhi dengan satu tujuan tertentu, yaitu untuk
menghimpun kekuatan batin dan membangkitkan tenaga sakti
dari pusar. Akan tetapi, tiba-tiba saja, selagi ia hampir
tenggelam dalam samadhi, ia mendengar suara yang besar
dan dalam dari Hek-Bin Hwesio.
"Samadhi berarti memasuki keheningan jiwa raga. Buang
semua pamrih dan tujuan, biarkan diri kosong dan curahkan
semua kesadaran kepada penyerahan diri lahir batin kepada
Tuhan, Kekuasaan yang terdapat di luar dan di dalam dirimu.
Kosong tenang hening……… " Giok Cu mentaati petunjuk ini,
membuang semua keinginan mencapai suatu tujuan dan ia
tenggelam ke dalam keheningan, membiarkan dirinya diseret
arus yang amat halus, yang menghanyutkannya dan ia
membiarkan dirinya dengan pasrah, pasrah kepada Tuhan
dan andaikata pada saat itu nyawanya dicabut sekalipun,
karena ia sudah menyerahkan diri, maka ia pun tidak merasa
takut.
Kurang lebih sejam kemudian, suara panggilan yang lapatlapat
menyadarkan Giok Cu dari samadhinya. Masih suara
Hek-bin Hwesio berkata dengar lembut.
"Tenaga sakti dari pusar selalu dihamburkan keluar melalui
sembilan lubang dalam tubuh kita. Karena itu, perlu kita
melatih diri untuk menutup lubang-lubang itu dari dalam.
Sekarang kita melatih diri untuk menutup lubang yang paling
bawah, lubang dubur. Tarik napas sedalam mungkin, sampai
sepenuhnya, lalu tahan sekuatnya, tanpa paksaan, sesudah
itu, keluarkan napas perlahan-lahan dan pada saat keluarkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
napas, tutuplah lubang dubur, pertahankan dan tutup terus
sampai napas habis dikeluarkan, lalu tahan dalam keadaan
tanpa napas, lubang dubur terus ditutup rapat-rapat. Setelah
bernapas kembali, baru buka lubang dubur dan ulangi seperti
tadi. Cukup tujuh kali setiap kali latihan." Giok Cu mentaati
semua petunjuk gurunya dan mulailah ia menerima latihan
pernapasan dan semadhi yang jauh berbeda dengan latihan
yang diterima dari subonya.
Matahari sudah condong ke barat ketika Hek-bin Hwesio
mengajak muridnya meninggalkan tempat itu. Mulai hari itu,
Giok Cu menjadi murid Hek-bin Hwesio, meninggalkan rumah
Ban-tok Mo-li berikut seluruh pakaiannya. Ia mengembara
bersama Hek-bin Hwesio, mempelajari ilmu-ilmu, hidup
sederhana seperti pertapa, mengunjungi Himalaya dan
tempat-tempat lain yang selama ini hanya didengarnya
sebagai dongeng saja.
Selama lima tahun kurang lebih ia menerima gemblengan
Hek-bin Hwesio dan kini Giok Cu telah berubah sama sekali.
Bukan lagi gadis remaja yang berwatak keras dan ganas,
bahkan dapat bersikap kejam terhadap musuh-musuhnya,
tidak mengenal ampun. Kini ia telah menjadi seorang gadis
dewasa, berusia kurang lebih dua puluh tahun yang cantik
manis namun sederhana dan yang masih tinggal hanyalah
sikapnya yang riang gembira dan jenaka walaupun di balik
kejenakaannya itu terdapat watak yaraj mendalam dan seperti
watak orang yang telah matang dalam gemblengan
pengalaman hidup.
Pada suatu pagi, Giok Cu yang sudah dewasa turun
gunung sebagai se¬rang gadis yang berpakaian sederhana
tanpa membawa senjata, nampaknya lemah lembut dan hanya
sinar matanya yang mencorong itu saja yang menunjukkan
bahwa ia bukanlah seorang gadis "biasa". Gurunya yang
sudah amat tua itu menyatakan bahwa sudah tiba saatnya
Giok Cu turun gunung dan tiba saatnya mereka berpisahan
karena Hek-bin Hwesio ingin bertapa sampai maut da tang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjemputnya. Nampaknya saja gadis cantik manis ini tidak
bersenjata, akan tetapi sesungguhnya, di balik bajunya,
terselip dipinggangnya, ia mempunyai sebatang pedang.
Pedang yang amat aneh! Sarung dan gagang itu cukupi indah,
dengan ukir-ukiran burung Hong, dengan ronce-ronce merah.
Akan tetapi kalau pedang itu dicabut dari sarungnya, orang
tentu akan mentertawakannya. Pedang itu buruk sekali!
Terbuat dari baja yang warnanya kelabu dan kotor
nampaknya, buatannya pun pletat-pletot tidak halus, dan yang
lebih jelek lagi, pedang itu tumpul, tidak runcing dan tidak
tajam!
Pedang itu pemberian Hek-bin Hwesio kepada muridnya!
"Jagalah baik-baik pedang ini, Giok Cu. Namanya Hongpokiam,
dan memang sengaja dibuat tidak tajam dan tidak
tumpul untuk mengingatkan pemakainya bahwa senjata ini
bukan dibuat untuk membunuh orang. Gagang dan sarungnya
indah akan tetapi terbuat dari tembaga disepuh emas,
pedangnya sendiri jelek sekali namun terbuat dari baja yang
sukar dicari bandingnya. Ini untuk mengingatkan bahwa yang
amat indah di luar itu hanyalah palsu, yang terpenting adalah
dalamnya. Lebih baik jelek sederhana namun bermanfaat
daripada gemilang dan mewah namun tidak ada gunanya."
Ketika suhunya menyatakan agar ia turun gunung, Giok Cu
berlutut di depan kaki suhunya. Ia memang telah berubah
sama sekali, bukan hanya karena gemblengan ilmu-ilmu silat
yang tinggi melainkan terutama sekali gemblengan batin dari
suhunya.
"Suhu, mengapa teecu tidak boleh tinggal bertapa di sini
atau menjadi seorang nikouw (pendeta wanita) dan hidup di
kuil? Teecu melihat betapa dunia ini penuh dengan dosa.
Kalau teecu me¬masuki dunia ramai, bagaimana teecu dapat
mencegah terjadinya perbuatan dosa? Teecu tentu akan
terseret hanyut dalam arus pertentangan antara baik buruk,
dan kalau teecu berpihak kepada yang baik, dengan
sendirinya teecu akan menentang dan berlawanan dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang jahat. Teecu ingin membaktikan diri kepada Tuhan dan
hidup tenang tentram di pegunungan, dalam sebuah kuil atau
gua."
Gurunya tertawa bcrgelak. "Itu akan menyalahi garis
hidupmu, Giok Cu. Tidak, engkau tidak berbakat menjadi
nikouw. Tugasmu sebagai orang yang memiliki ilmu silat
amatlah banyaknya dan juga amat penting. Kini, kejahatan
merajalela, rakyat hidup sengsara karena pemerintah yang
lemah tidak mampu melindungi mereka. Bahkan kaki tangan
pemerintah sendiri yang melakukan penyelewengan
menambah beban rakyat dengan adanya kerja paksa dan
korupsi. Banyak pejabat bersekutu dengan penjahat, banyak
pemuka agama bahkan tidak segan menumpuk dosa demi
menari kemuliaan melalui kedudukan dan harta. Tidak,
muridku. Engkau harus terjun ke dunia ramai dan engkau
harus melaksanakan tugas sebagai seorang pendekar,
melindungi mereka yang terancam bahaya, membela mereka
yang lemah tertindas, menentang mereka yang dikuasai nafsu
iblis untuk menyebar kejahatan. Pesan pinceng, kalau engkau
bertemu dengan para murid Siauw-Iim-pai, bantulah mereka.
Biarpun mereka memusuhi pemerintah, akan tetapi pinceng
tahu bahwa para murid Siauw-lim-pai adalah pendekarpendekar
yang gagah perkasa dan pembela rakyat tertindas."
Demikianlah, akhirnya Giok Cu turun gunung seorang diri,
meninggalkan gurunya dengan siapa ia telah hidup selama
hampir lima tahun.
oooOOooo
Kota Pei-shen terletak di Lembah Sungai Kuning, di
Propinsi Shantung. Kota ini cukup besar dan ramai, bahkan
terkenal sebagai kota yang banyak menjual rempah-rempah.
Banyak pedagang rempah-rempah yang kaya di kota ini dan
satu di antara pedagang rempah-rempah yang juga memiliki
sebuah toko cita di sebelah toko rempah-rempah, adalah Tang
Gu it, seorang pedagang berusia lima puluh tahun.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tang Gu it bukan hanya dikenal sebagai seorang pedagang
yang hidup kaya raya, akan tetapi dia dikenal sebag seorang
ahli silat yang pandai. Oleh karena itu, di kota Pei-shen, dia
disegani karena dua hal, pertama karena dia kaya raya dan
juga dermawan, dan kedua karena dia lihai dalam ilmu silat.
Pernah seorang diri pedagang ini melumpuhkan
segerombolan perampok terdiri dari belasan orang yang
berani mengacau di pinggiran kota, dan sejak itu namanya
semakin terkenal dan keamanan kota Pei-shen, sebagian
disebabkan oleh nama besarnya sebagai seorang jago silai
yang tangguh.
Karena dia memiliki dua buah toko vang cukup besar dan
sibuk, maka Tang Gu It mempunyai belasan orang pegawai
yang bekerja di kedua toko itu. Rumah keluarganya yang
cukup besar berada di belakang kedua toko itu. Di sini hanya
tinggal dia, isterinya dan putera tunggalnya yang bernama
Tang Ciok An, seorang pemuda yang usianya sudah dua
puluh lima tahun akan tetapi belum me¬nikah. Tentu saja ada
beberapa orang pelayan keluarga itu yang juga tinggal di situ,
di beberapa buah kamar di bagian belakang bangunan.
Sebuah taman yang luas dan penuh bunga indah dan kolam
ikan penuh teratai berada di belakang rumah. Pendeknya,
keluarga itu hidup serba kecukupan dan nampaknya
berbahagia.
Memang sesungguhnya demikian, aka tetapi ada satu hal
yang menjadi pikiran bagi Tang Gu It, yaitu tentang pernikahan
puteranya. Puteranya itu, Tan Ciok An, sejak kecil sudah ia
tunangkan dengan puteri tunggal adik perempuannya, Souw
Hui Im yang kini sudah berusia delapan belas tahun dan
tinggal bersama ayahnya yang sudah menjadi duda di kota
raja.
Karena dia merasa bahwa usia ke dua orang muda itu
sudah lebih dari cukup, yaitu puteranya sendiri berusi dua
puluh lima tahun sedangkan calon mantunya itu sudah
delapan belas tahun, maka beberapa hari yang lalu, dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bersama beberapa orang pengikutnya membawa kereta
berkunjung ke kota raja untuk menentukan hari pernikahan
mereka. Tentu saja dia membawa segala macam hadiah yang
cukup mewah sebagaimana mestinya, hampir sekereta penuh!
Akan tetapi, setelah tiba di rumah adik iparnya itu, yaitu Souw
Ku Tiong yang membuka toko obat di kota raja, dia mendengar
malapetaka yang menimpa keluarga adik iparnya. Adik iparnya
itu bersama seorang sutenya telah tewas ketika rumah itu
diserbu pasukan pemerintah dengan tuduhan pem¬berontak!
Sedangkan puterinya, Souw Hui Im, dikabarkan orang hilang
tak tentu rimbanya!
Tentu saja Tang Gu It menjadi terkejut setengah mati, akan
tetapi dia tidak berani banyak bertanya, bahkan tidak berani
lama-lama tinggal di kota raja, takut kalau-kalau dia akan
tersangkut. Bagaimanapun juga, dia mengenal adik iparnya
dan tahu bahwa Souw Kun Tiong memang seorang murid
Siauw-lim-pai yang oleh pemerintah dianggap sebagai
pemberontak! Adik iparnya itu dituduh pemberontak tentu ada
hubungannya dengan Siauw-lim-pai, pikirnya dengan hati tidak
enak. Bagaimana tidak kalau dia sendiri pun pernah menjadi
murid di kuil Siauw-lim-pai, walaupun hanya untuk dua tahun
saja. Kalau ini diketahui oleh mereka yang membasmi
keluarga Souw, tentu keluarganya sendiri akan terancam
bahaya maut!
Dengan hati yang gelisah Tang Gu It pulang ke Pei-shen,
membawa kembali barang-barang hadiah yang tadinya akan
diserahkan kepada adik iparnya. Dia merasa amat gelisah
memikirkan nasib Souw Hui lm, calon mantunya. Kemanakah
perginya gadis itu? Pergi melarikan diri ataukah ditangkap
musuh? Dilarikan orang? Tidak ada yang mampu
memberitahu karena dia tidak berani banyak bertanya di kota
raja. Setelah tiba di rumah, dia pun menceritakan tentang
pengalamannya di kota raja kepada isteri dan puteranya.
Mendengar berita ini, Tang Ciok An seorang pemuda yang
berwajah tampan dan bersikap gagah dan tinggi hati, segera
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata, "Ayah, kalau begitu, biarlah aku pergi mencari Piauwmoi
(Adik Misan) Souw Hui Im!" Pemuda ini pun sejak kecil
mempelajari ilmu silat dari ayahnya dan dia menganggap
ayahnya dan dirinya sebagai pendekar-pendekar yang
disegani di kota Pei-shen.
"Jangan lakukan itu, Ciok An!" cegah ayahnya. "Kalau
engkau pergi sendiri, atau aku, hal itu berbahaya sekali.
Mereka itu dibasmi pemerintah karena menjadi anggauta atau
murid Siauw-lim-pai! Jangan mengkhawatirkan nasib calon
istermu, aku tidak akan tinggal diam dan akan menyebar
orang-orang untuk mencari dan menyelidiki ke mana ia pergi."
"Ayah aku ingin mencari Piauw-moi bukan kaiena ia calon
isteriku saja. Terutama sekali karena bagaimanapun juga, ia
itu adik misanku, puteri mendiang Bibiku. Tentang
perjodohanku dengannya, andaikata tidak jadi pun tidak
mengapa, Ayah. Masih banyak gadis yang akan suka menjadi
isteriku."
"Benar sekali!" kata Ibunya. "Memang sejak dulu aku pun
kurang setuju dia menikah cengan adik misan sendiri. Kata
orang tua, hal ini hanya akan mendatangkan bencana. Dan
lihat saja, bencana telah menimpa keluarga Souw!"
Mendengar ucapan putera dan isterinya, Tang Gu It
mengibaskan tangannya dan berkata dengan nada suara
jengkel, "Sudahlah, sudahlah, jangin ribut. Urusan ini gawat
sekali, dan dapat saja kita tersangkut. Kalian diam saja dan
menanti, aku akan menyuruh orang un¬tuk melakukan
penyelidikan ke kota raja.”
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 13
Apa yang dikhawatirkan Tang Gu It memang terjadi. Dua
hari kemudian, pada suat u hari di tokonya muncul orang lakilaki
tinggi kurus, berusia kurang lebih enam puluh tahun.
Pakaiannya ringkas seperti pakaian orang di dunia kang-ouw,
apalagi di punggungnya terdapat sebatang pecut ekor
sembilan dan sikapnya serius sekali. Dia membawa sebuah
guci dari besi yang bermulut lebar dan guci yang cukup besar
itu ditempelkan tulisan bahwa dia adalah seorang pengumpul
derma! Biasanya, yang mengumpulkan derma seperti itu
hayalah para pendeta dan pengurus perkumpulan sosial, akan
tetapi laki-laki ini tidak memperlihatkan bahwa dia seorang
pendeta, juga tidak ada tanda-tanda bahwa dia seorang
pengurus perkumpul tertentu yang mengharapkan bantuan
sukarela dan para hartawan.
"Krekkkkk!" Kaki meja di toko itu mengeluarkan bunyi
hampir patah-patah ketika dia meletakan guci itu di atas meja.
"Heiiiii, jangan taruh benda berat itu di situ!" teriak seorang
pegawai toko. "Turunkan saja!"
Melihat betapa laki-laki tinggi kurus itu sama sekali tidak
bergerak un¬tuk menurunkan gucinya, hanya berdiri seperti
patung membisu, Si Pegawai toko lalu menghampiri dan
mencoba untuk menurunkan guci itu. Akan tetapi, benda itu
sama sekali tidak bergerak saking beratnya! Beberapa kali dia
mengerahkan tenaga namun sia-sia belaka.
"A-kiu, bantu aku menurunkan benda ini. Meja kita bisa
runtuh kalau tidak diturunkan!" teriaknya kepada .seorang
temannya. Dua orang pegawai itu mengerahkan tenaga dan
mencoba, akan tetapi tetap saja benda itu tidak bergerak!
Bukan main beratnya benda itu!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pengurus toko, seorang laki-laki ber¬usia enam puluhan,
kepercayaan Tang Gu It, segera menghampiri dan memberi
isarat kepada dua orang bawahannya untuk mundur. Dia tahu
bahwa laki-laki tinggi kurus ini tentu seorang kang-ouw yang
hendak minta derma, maka dia pun merangkap kedua tangan
ke depan dada memberi hormat.
"Harap maafkan dua orang pembantu kami. Tidak tahu
siapakah Ho-han (Pendekar) dan apa puia keperluan Ho-han
berkunjung ke toko kami? Harap jelaskan agar kami dapat
menyampaikan kepada majikan kami."
Orang itu agaknya senang disebut ho-han (sebutan
pendekar atau patriot) akan tetapi masih bersikap angkuh.
"Hemmm, di mana Tang Gu It? Suruh dia keluar bicara
dengan aku!"
Melihat sikap ini, tentu saja para pegawai di toko itu
menjadi tidak senang. Akan tetapi, pengurus itu menyabarkan
mereka dan dia pun tidak ingin majikannya harus turun tangan
sendiri menghadapi peristiwa yang dianggapnya hanya
gangguan kecil ini. Dia akan mengatasinya sendiri.
"Ho-han datang membawa guci untuk minta derma?
Baiklah, kami akan menderma. Nah, ini sumbangan kami,
kiranya cukup banyak dan tidak kalah dibandingkan
sumbangan para pemilik toko lainnya." Dia mengeluarkan dua
potong uang perak dan memasukkannya ke dalam guci. Suara
nyaring dari dua potong perak itu menunjukkan bahwa guci itu
masih kosong!
Laki-laki tinggi kurus itu mengerutkan alis, matanya
memandang beringas dan dia mengeluarkan dua potong
perak itu dari dalam guci, mengamatinya dan berkata, "Kalian
kira aku Kiu-bwe-houw (Harimau Ekor Sembilan) datang untuk
mengemis? Aku bukan mengemis!" Dia lalu menekan dua
potong perak itu ke atas meja kayu tebal dan potongan perak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu melesak masuk ke dalam kayu sampai rata dengan
permukaan meja!
Melihat ini, para pegawai menjadi panik dan pengurus toko
menjadi pucat mukanya. Akan tetapi, bagaimanapun juga,
mereka adalah pegawai-pegawai dari seorang ahli silat yang
terkenal, maka biarpun mereka tidak pandai silat, hati mereka
cukup besar. Pengurus itu lalu memberi hormat pula.
"Aih, Sobat yang baik. Kalau memang kurang, biarlah kami
tambah lagi. Berapa yang kau butuhkan, Ho-han?"
"Penuhi guci ini dengan perak!" kata orang yang berjuluk
Kiu-bwe-houw itu. Para pembaca tentu masih ingat kepada
orang ini. Dia adalah Kiu-bwe-houw Can Lok, seorang jagoan
besar dari Taigoan yang amat terkenal di dunia kang-ouw,
terutama sekali senjatanya berupa cambuk ekor sembilan dan
cakar harimaunya. Dialah seorang di antara mereka yang
pernah memperebutkan anak naga di pusaran maut Sungai
Kuning (Huang-ho) akan tetapi telah gagal karena "anak naga"
itu jatuh ke tangan Si Han Beng, Bu Giok Cu, dan Liu Bhok Ki.
Sebagian besar darah anak naga itu disedot dan diminum oleh
Han Beng, sebagian lagi oleh Giok Cu, dan kepalanya
dimakan oleh Liu Bhok Ki sehingga menyembuhkan luka
beracun yang dideritanya.
Kiu-bwe-houw Gan Lok adalah seorang jagoan, sebetulnya
bukan seorang yang pekerjaannya merampok atau mencuri.
Sama sekali tidak. Dia menganggap dirinya seorang datuk
yang ditakuti dan dia tidak mau melakukan pekerjaan rendah
sehingga dia akan dicap perampok, pencuri atau penjahat.
Akan tetapi, kalau dia membutuhkan uang, dia datangi saja
orang-orang kaya dan dia minta begitu saja dengan ancaman!
Sekarang ini, dia membutuhkan banyak uang karena dia
sudah merasa tua dan, ingin mengundurkan diri, hidup
berkecukupan dengan uang yang besar jumlahnya. Selagi dia
mencari jalan bagaimana untuk memperoleh uang banyak
tanpa sukar, tiba-tiba saja dia mendengar bahwa hartawan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tang Gu It adalah masih terhitung ipar bahkan calon besan
dari Souw Kun Tiong di kota raja, yang dicap pemberontak dan
kaki tangan Siauw-lim-pai oleh pemerintah. Kesempatan baik
ini tidak disia-siakan dan pada pagi hari itu dia pun muncul di
toko milik keluarga Tang dan menuntut uang sumbangan yang
amat banyak!
Mendengar bahwa orang itu menuntut sumbangan perak
seguci penuh, semua pegawai di toko itu terbelalak. Pengurus
itu pun menjadi pucat wajahnya, dan maklumlah dia bahwa
orang ini memang datang untuk mencari gara-gara!
Bagaimana mungkin memenuhi guci besar itu dengan perak?
Mungkin kalau separuh isi toko dijual, belum tentu bisa
memenuhi guci itu dengan perak' Jumlah yang amat besar,
cukup untuk modal berdagang sedikitnya tentu akan muat lima
ratus tail!
"Aih, Sobat yang baik! Harap jangan main-main! Mana
mungkin kami memberi sedekah sebanyak itu? Kami tidak
mempunyai perak sebanyak itu!" katanya. Kiu-bwe houw
mengerutkan alisnya dan suaranya terdengar marah penuh
ancaman. "Kalian ini pegawai-pegawai yang tidak tahu apaapa,
jangan banyak cerewet lagi. Penuhi guci ini dengan
perak. Kalau kalian tidak memilikinya, panggil keluar Tang Cu
It. Dia harus memenuhi guci ini dengan perak murni, atau
kalau tidak, keluarga ini akan kuhancurkan!"
Mendengar ucapan ini, seorang pegawai muda yang
pernah belajar silat menjadi marah. Dia berusia dua puluh lima
tahun, tubuhnya tinggi besar dan dia memiliki tenaga tiga kali
orang biasa. Dia baru saja datang melaksanakan tugas luar
dan mendengan ucapan itu, dia men¬adi marah sekali.
"Hem, engkau ini sungguh kurang ajar! Mana ada aturan
orang minta-minta sumbangan melebihi rampok seperti itu?
Hayo pergi kau!"
Kiu-bwe houw mengerutkan alisnya dan suaranya
terdengar marah penuh ancaman. "Kalian ini pegawai-pegawai
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tidak tahu apa-apa, jangan banyak cerewet lagi. Penuhi
guci ini dengan perak. Kalau kalian tidak memilikinya, panggil
keluar Tang Cu It. Dia harus memenuhi guci ini dengan perak
murni, atau kalau tidak, keluarga ini akan kuhancurkan!"
Mendengar ucapan ini, seorang pegawai muda yang
pernah belajar silat menjadi marah. Dia berusia dua puluh lima
tahun, tubuhnya tinggi besar dan dia memiliki tenaga tiga kali
orang biasa. Dia baru saja datang melaksanakan tugas luar
dan mendengan ucapan itu, dia menjadi marah sekali.
"Hem, engkau ini sungguh kurang ajar! Mana ada aturan
orang minta-minta sumbangan melebihi rampok seperti itu?
Hayo pergi kau!"
Melihat pemuda tinggi besar itu, Kiu-bwe-houw Gan L ok
tersenyum mengejek, memperlihatkan giginya yang sudah -
anyak rusak. "Hemmm, kalau aku tidak mau pergi sebelum
guci ini dipenuhi I erak, kau mau apa?"
"Aku akan melemparkanmu keluar seperti ini!" Pemuda itu
menggerakkan dua lengannya yang besar dan berotot untuk
menangkap pundak laki-laki tua yang tinggi kurus itu. Gan Lok
tidak mengelak sehingga kedua pundaknya dicengkeram
pemuda itu yang mengerahkan tenaga untuk mengangkat
tubuhnya dan dilemparkan keluar. Akan tetapi, terjadi
keanehan! Sedikit pun tubuh yang tinggi kurus itu tidak
bergerak walaupun Si Pemuda Tinggi Besar sudah
mengerahkan semua tenaganya.
"Hemmm, tikus sombong, pergilah kau!" terdengar Kiu-bwehouw
Gan Lok berseru, kedua tangannya yang kecil bergerak
cepat, menepuk punggung pemuda itu yang menjadi lemas
seketika dan tiba-tiba saja jagoan dari Tai-goan itu telah
mengangkat Si Pemuda dan melemparkannya keluar toko.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Brukkkkk!" Tubuh pemuda tinggi besar itu terbanting keluar
toko! Ancaman pemuda itu kini berbalik, bukan Kiu-bwe-houw
Gan Lok yang dilempar keluar, melainkan dia sendiri!
Gegerlah di toko itu. Semua pegawai berlari keluar, bukan
hanya untuk mej nolong pemuda tadi, melainkan untuk
menjauhi Si Tinggi Kurus yang ternyat amat lihai itu. Sang
Pengurus toko sudah lari menyelinap ke dalam rumah
belakang toko memberi laporan.
Kiu-bwe-houw Gan Lok masih berdiri di dekat meja di mana
berdiri pula gucinya yang tinggi besar dan berat ketika Tang
Gu It memasuki tokonya. Tang Gu It tadi terkejut mendengar
peristiwa di dalam tokonya, apalagi ketika mendengar bahwa
perusuh itu mengaku berjuluk Kiu-bwe-houw! Sebagai seorang
ahli silat yang banyak mengenal tokoh-tokoh dunia kang-ouw,
tentu saja dia pernah mendengar nama jagoan Tai-goan ini
walaupun belum pernah melihat orangnya. Dia pun merasa
heran mengapa tiada hujan tiada angin, tokoh kang-ouw itu
mengganggu dia, padahal di antara mereka tidak ada
hubungan atau urusan apa pun juga. Dengan hati-hati dia pun
memasuki tokonya.
Kini kedua orang itu saling berhadapan dan saling pandang
sejenak, sementara itu para pegawai toko hanya melihat dari
kejauhan. Tentu saja mereka semua mengharapkan majikan
mereka yang terkenal lihai akan memberi hajaran kepada
pemungut derma yang kurang ajar itu.
Biarpun tubuh tinggi kurus dari Gan Lok itu tidak
mengesankan, kecuali sinar matanya yang menyeramkan dan
wajahnya yang bengis, namun Tang Gu It tidak berani
memandang rendah. Sebaliknya, melihat munculnya seorang
laki-laki berusia lima puluhan tahun yang berpakaian ringkas,
dengan tubuh yang tegap dan wajah yang berwibawa, Kiubwe-
houw Gan Lok memandang rendah.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkaukah yang bernama Tang Gu It, pemilik toko ini?"
tanyanya sambil lalu, sikapnya memandang rendah sekali.
Tadi Tang Gu It sudah mendengar akan guci yang berat itu,
dan mendengar betapa dalam segebrakan saja orang ini telah
melempar keluar seorang pegawainya yang muda dan kuat.
Biarpun dia tidak merasa jerih, akan tetapi dia harus berhatihati.
Dengan sikap hormat dia pun mengangkat kedua tangan
ke depan dada.
"Maaf, karena belum pernah berjumpa, maka kami tidak
melakukan penyambutan sebagaimana mestinya. Kami telah
lama mendengar nama besar Kiu-bwe-houw dari Tai-goan dan
kunjungan ini merupakan kehormatan bagi kami. Silahkan
Sobat yang gagah masuk saja ke rumah kami di mana kita
dapat bicara dengan baik."
Kiu-bwe-houw Gan Lok mengerutkan alisnya. "Aku bukan
datang untuk mengobrol atau berkenalan denganmu. Aku
datang untuk minta agar guciku ini kau penuhi dengan perak,
baru aku akan pergi dengan damai!"
Tentu saja Tang Gu lt merasa penasaran. Sikap orang ini
sungguh keterlaluan. "Sobat yang baik, dengan alasan apakah
kami harus memenuhi guci ini dengan uang perak? Kami ingin
menerimamu sebagai seorang tamu baik-baik, akan tetapi
engkau menolak. Nah, kalau begitu, kami persilakan engkau
keluar dari toko kami karena kami tidak mempunyai urusan
apa pun denganmu!" Sikap Tang tiu It berwibawa sekali dan
mau tidak mau Kiu-bwe-houw Gan Lok agak berkurang
kecongkakannya. Dia melihat betapa ruangan di toko itu
sempit, penuh dengan barang dagangan, maka kalau sampai
dia dikeroyok, akan merugikan dirinya. Sambil menyeringai dia
pun melangkah keluar.
"Ha-ha, engkau ingin bicara di luar? Baik, mari kalau engkau
ingin tahu mengapa aku datang minta derma seguci uang
perak!" Dengan langkah lebar Si Harimau Ekor Sembilan
keluar dari toko. Di luar toko sudah berkumpul banyak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
penonton yang tertarik melihat ribut-ribut di dalam toko itu.
Ketika melihat Si Pengacau itu keluar, para penonton segera
menjauh. Di antara para penonton itu Han Beng dan Hui Im.
Mereka, baru tiba, akan tetapi begitu melihat ada keributan di
toko yang menurut keterangan orang-orang adalah milik Tang
Cu It, keduanya tidak masuk dan hanya menonton di luar.
Kini Gan Lok sudah berhadapan dengan Tang Gu It di luar
toko. Memang Tang Gu It juga menghendaki agar keributan
tidak terjadi di dalam toko. Kalau sampai terjadi' perkelahian di
dalam toko, tentu hanya akan merugikan dirinya, barangbarang
di tokonya dapat menjadi rusak.
"Nah, Sobat. Sekarang katakan mengapa engkau datang
memaksa kami untuk memberi sumbangan seguci uang
perak!" Tang Gu It menegur pengacau itu.
Gan Lok tidak segera menjawab, melainkan menoleh ke
kanan kiri seolah-olah endak menyatakan kepada tuan rumah
bahwa amat tidak baik kalau percakapan tu didengarkan orang
lain. "Tang Gu It, erlukah kujelaskan itu? Sebaiknya kalau
gkau memenuhi guciku dengan perak, an aku akan pergi
tanpa banyak rewel lagi. Kalau kuberitahu sebabnya, engkau
sekeluarga akan celaka! Ingat akan apa yang terjadi di kota
raja, yang menimpa keluarga Souw!" berkata demikian, an Lok
memberi isarat dengan kedipan mata. Mendengar itu, berubah
wajah Tang Gu It. Apa yang dikhawatirkannya terjadi! Ada
orang yang hendak memerasnya karena pembasmian
keluarga Souw di kota raja yang dituduh pemberontak. Timbul
kemarahan di dalam hatinya. Orang ini adalah seorang
penjahat, seorang pemeras tak tahu malu.
"Kiu-bwe-houw, sungguh tidak kusangka bahwa orang yang
sudah memiliki nama besar seperti engkau, tiada lain
hanyalah seorang pemeras yang tak tahu malu!" bentaknya.
Kiu-bwe-houw Gan Lok tertegun. Tak disangkanya bahwa
orang she Tang itu demikian beraninya. Dia sudah
memperhitungkan bahwa Tang Gu It tentu akan ketakutan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau dia menyebut tentang peristiwa yang menimpa keluarga
Souw. Tak tahunya, orang she Tang itu malah memakinya!
Sementara itu, Souw Hui Im terkejut mendengar ucapan
orang tinggi kurus yang membawa pecut ekor sembilan di
punggungnya itu, yang menyinggung tentang keluarga Souw
di kota rajai Ia memegang lengan Han Beng, akan tetapi
pemuda ini memberi isarat agar ia diam saja dan hanya
mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Tang Gu It! Masih berani engkau membuka mulut besar?
Apakah engkav menghendaki aku membuka rahasia bahwa
engkau adalah keluarga dari pemberontak yang ditumpas
pemerintah?"
Tang Gu It menjadi marah. Dia bertolak pinggang lalu
menudingkan telunjuknya ke arah muka Kiu-bwe-houw Gan
Lok. "Kiu-bwe-houw Gan Lok! Tidak perlu dirahasiakan lagi.
Memang orang she Souw di kota raja adalah iparku! Akan
tetapi apakah dia pemberontak tau bukan, bukan urusanku
dan aku sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan
urusan itu! Dia tinggal di kota raja dan aku tinggal di kota ini!
Tidak perlu engkau memeras dan mengancam, dan kalau
engkau tidak cepat pergi mem¬bawa gucimu itu, terpaksa aku
akan menghajarmu sebagai seorang pengacau!"
"Ayah, serahkan saja babi tua ini kepadaku!" Tiba-tiba
terdengar bentakan nyaring dan dari dalam rumah muncul lah
seorang pemuda yang tampan dan gagah. Pemuda itu tinggi
tegap dan wajahnya jantan. Itulah Tang Ciok An, putra tunggal
dari Tang Gu It, seorang pemuda yang tampan dan gagah,
dengan kaian yang serba bersih dan rapi, terbuat dari kain
sutera yang mahal. Tang Ciok An sudah mewarisi hampir
seluruh ilmu kepandaian ayahnya dan di kota Pei-shen dia
terkenal sebagai seorang pemuda yang gagah perkasa dan
sukat dicari tandingnya. Sekali melompat, Ciok An yang
usianya sudah dua puluh lima tahun itu telah berada di depan
Kiu-bwe-houw Gan Lok. Sikapnya angkuh dar memandang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
rendah lawan, pandang matanya penuh wibawa ketika
pemuda perkasa ini menghadapi orang tinggi kuru itu.
"Hemmm, engkaukah yang berjuluk Kiu-bwe-houw Gan
Lok? Kudengar tadjj engkau mengancam dan memeras Ayahlj
Sungguh engkau seperti orang yang buta tuli, tidak mendengar
siapa Ayahku dan tidak melihat bahwa kami adalah orang
baik-baik dan kami bukanlah pengecut yang mudah kau
gertak! Hayo kau cepat pergi dari sini!"
Melihat munculnya pemuda itu, berdebar rasa jantung
dalam dada Hui Ini Ia pernah satu kali melihat Ciok
tunangannya dan ia tidak lupa. Itu! tunangannya! Sekarang dia
telah menjadi seorang pemuda dewasa yang matang, yang
gagah perkasa dan ganteng! Tidak kalah ganteng dan
gagahnya dibandingkan Han Beng! Bahkan pakaiannya jauh
lebih mewah dan rapi. Sementara itu, Han Beng juga sudah
dapat menduga bahwa tentu pemuda itulah tunangan Hui Im.
Diam-diam dia merasa kagum dan bersukur. Hui Im
mempunyai seorang tunangan yang demikian tampan dan
gagah perkasa! Dibandingkan dengan dirinya sendiri, kalau
pemuda itu dapat diumpamakan seekor merak, dia sendiri
hanyalah seekor burung gagak!
"Dia meninggalkan guci kosong di dalam toko!" kata Tang
Gu It sambil memandang kepada puteranya dengan bangga.
"Ah, begitukah? Biar kuambil barangnya itu!" kata Ciok An,
melangkah ke dalam toko. Semua orang memandangnya,
apalagi para pegawai toko yang tadi sudah merasakan sendiri
betapa beratnya guci kosong itu.
Melihat bentuk guci, Ciok An dapat menduga bahwa guci itu
tentu berat sekali. Maka dia pun sudah siap sedia,
Mengerahkan tenaga di dalam kedua tangannya, lalu sekali
tarik, dia berhasil mengangkat guci itu. Memang terasa berat
sekali olehnya, namun dia mengerahkan tenaga, menahan
napas dan mengangkat guci itu tinggi-tinggi, membawanya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
keluar. Para pegawai toko bersorak dan bertepuk tangan
memujinya,
"Nih barangmu, ambillah!" bentak Ciok An sambil
melemparkan guci yang berat itu kepada pemiliknya. Kiu-bwehouw
Gan Lok menerima guci kosong itu yang dilontarkan oleh
Ciok An. Melihat cara dia menyambut guci berat itu, diam-diam
Han Beng mengkhawatirkan keselamatan tunangan Hui Im itu,
karena dia dapat mengukur dan menduga bahwa orang tinggi
kurus itu memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan
tunanga Hui Im.
Biarpun hatinya agak gentar melihat betapa pihak tuan
rumah ayah dan anak tidak merasa takut akan ancaman dari
usahanya melakukan pemerasan, namun Gan Lok tidak mau
mundur begitu saja. Dia sudah terlanjur menjual lagak, kini
banyak orang menyaksikan di depan toko, walaupun dalam
jarak yang aman dan cukup jauh. Setidaknya, dia harus
mampu mengalahkan pemuda sombong ini, pikirnya.
"Hemmm, agaknya keluarga Tang sudah nekat!" katanya
lantang. "Tunggu saja kalau pasukan pemerintah datang dan
membasmi kalian sebagai keluarga pemberontak!"
"Manusia busuk!" bentak Ciok An arah sambil melangkah
maju. "Tidak perlu banyak cerewet. Kalau memang engkau
berani, tidak perlu mengancam kami dengan fitnah dan
pemerasan! Hayo hadapi aku sebagai laki-laki, kalau memang
engkau benar Harimau Berekor Sembilan! Kalau tidak berani,
lebih baik kaugulung ekor-ekormu itu dan berjuluk Harimau
Ompong dan Buntung!"
Ucapan Ciok An ini memancing gelak tawa orang-orang
yang mendengarnya. Diam-diam Han Beng mengerutkan
alisnya. Hemmm, pemuda ini agak terlalu mengangkat diri
sendiri dan merendahkan orang lain. Sikap angkuh itu
sungguh tidak akan menguntungkan dirinya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm !" la mengeluarkan suara tak puas.
"Apa, Twako? Ada apakah?"
Pertanyaan Hui Im itu menyadarkan Han Beng dan
mukanya berubah merah. Ih, kenapa dia merasa tidak senang
dan mencela pemuda yang menjadi tunangan Hui Im itu?
Cemburukah? Iri hatikah?
"Uhhh, tidak apa-apa, Siauw-moi, hanya lihat...........itu
tentu tunanganmu, dia sungguh gagah perkasa!"
Hui Im diam saja, hanya menundukkan mukanya yang
berubah merah. Ia sendiri tidak tahu apakah ia harus gembira
ataukah berduka mendengar pujian pemuda itu kepada
tunangannya.
Sementara itu, ketika mendengar tantangan pemuda itu
yang disusul suara tertawa para penonton, Kiu-bwe-houw Gan
Lok menjadi merah mukanya dan dia sudah marah sekali.
Dicabutnya pecut berekor sembilan dari punggungnya dan
begitu pecut itu dia gerak-gerakkan ke udara, terdengar suara
meledak-ledak nyaring. Sembilan ujung pecut itu bagaikan
ular-ular hidup menyambar-nyambar. Melihat ini, semakin
besar rasa khawatir di hati Han Beng. Orang ini memang lihai,
pikirnya, dan memiliki pandang mata kejam. Orang seperti ini
amat berbahaya, tidak akan pantang untuk membunuh tanpa
sebab. Diam-diam ia memungut beberapa butir kerikil dan
menggenggamnya dalam persiapannya ntuk melindungi
tunangan Hui Im. Biarpun dia tidak mempunyai hubungan apa
pun dengan keluarga Tang, akan tetapi mendengarkan
percakapan mereka tadi, dia pun tahu bahwa orang kurus
tinggi pemegang cambuk berekor sembilan itu adalah seorang
pemeras. Hal ini saja sudah membuat hatinya condong
berpihak kepada keluarga Tang, apalagi mengingat bahwa
pemuda itu adalah tunangan Hui Im. Kini dia pun tahu bahwa
berita tentang dibasminya keluarga Souw di kota raja dengan
tuduhan pemberontak telah tersiar dan agaknya dipergunakan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
oleh orang berjuluk Harimau Ekor Sembilan itu untuk memeras
keluarga Tang.
Melihat betapa lawannya sudah mengeluarkan senjata
pecut, Tang Ciok An lalu mencabut pula pedang yang tadi
tergantung di pinggangnya. Dia pun bukan seorang bodoh
walaupun wataknya agak tinggi hati. Pemuda ini sejak kecil
digembleng oleh ayahnya dan dia pun cukup awas untuk
melihat bahwa lawannya adalah seorang yang lihai dan
berbahaya maka melihat lawan memegang senjata aneh, dia
pun mengeluarkan senjatanya.
"Bocah sombong, majulah kalau engkau ingin dihajar oleh
cambukku!" bentak Gan Lok.
"Engkau yang datang mencari perkara, maka engkaulah
yang lebih dulu maju menyerang," kata pemuda itu dan sikap
ini diam-diam dipuji Han Beng. Cerdik juga pemuda itu,
walaupun berwatak tinggi hati. Namun sudah sepatutnya kalau
tinggi hati. Bukankah dia seorang pemuda yang tampan, kaya
raya, gagah perkasa dan berkedudukan baik dan terpandang
di kota itu?
"Bocah sombong, sambutlah cambukku!" Bentak Gan Lok
dan dia sudah menyerang dengan sambaran cambuknya dari
atas. Sedikitnya empat dari sembilan ekor ujung cambuk itu
menyambar dan menyerang dan atas, datang dari berbagai
penjuru ke arah kepala, leher dan pundak pemuda itu.
Berbahaya sekali serangan itu, akan tetapi Tang Ciok An
masih dapat mengelak dengan loncatan ke belakang sambil
memutar pedangnya sehingga empat ekor cambuk yang
menyambar itu tidak mengenai sasaran. Secepat kilat, Ciok An
sudah membalas dengan terjangan ke depan sambil
menusukkan pedangnya ke arah perut lawan. Namun,
serangan ini dapat pula digagalkan oleh Gan Lok yang
meloncat ke samping dan kini pecutnya yang tadi sudah
diputarnya ke belakang, sudah menyambar lagi ke depan.
Sekarang bukan hanya ada empat ekor yang menyambar,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
melainkan tujuh ekor ujung cambuk itu menyambar cepat dan
ganas, yang diarah adalah bagian-bagian tubuh yang lemah
dan ubun-ubun kepala sampai ke pusar!
Pemuda itu terkejut bukan main. Biarpun dia sudah
memutar pedangnya dan kembali meloncat ke belakang,
namun nyaris lehernya terkena ujung cambuk. Kemudian, Gan
Lok terus menyerang bertubi-tubi dan pemuda itu hanya
mampu mengelak sambil menangkis saja. Dia merasa seperti
dikeroyok oleh sembilan orang lawan. Ujung-ujung cambuk itu
memang lihai sekali, menyerangnya bertubi-tubi dari sudutsudut
yang tidak terduga sehingga Ciok An sama sekali tidak
mendapatkan kesempatan untuk membalas. Pemuda ini
hanya mampu melindungi tubuhnya saja dan terus main
mundur. Jelas bahwa dia terancam ba haya dan sewaktuwaktu
tentu akan dapat dirobohkan lawan!
Melihat ini, Tang Gu It merasa khawatir sekali. Dia pun
dapat melihat betapa puteranya terdesak dan diam-diam dia
terkejut. Puteranya sudah memilik kepandaian yang cukup
tinggi, hanya sedikit selisihnya dengan tingkatnya sendiri.
Kalau Ciok An sama sekali tidak mampu membalas serangan
lawan itu, berarti bahwa dia sendiri pun tidak akan dapat
menandingi Kiu-bwe-houw Gan Lok!
Akan tetapi, tiba-tiba dia terbelalak! Terjadilah perubahan
pada perkelahian itu! Kini bukan Ciok An yang terdesak hebat,
melainkan keadaannya berbalik dan Gan Lok yang terdesak
oleh pedang di tangan Ciok An! Permainan cambuk ekor
sembilan yang tadi demikian lihainya, kini kacau balau dan
bahkan beberapa kali ada ujung cambuk yong saling belit dan
menjadi ruwet! Apakah yang sesungguhnya terjadi? Tidak ada
yang tahu kecuali Han Beng sendiri, Bahkan Gan Lok sendiri
pun hanya dapat merasa terkejut dan terheran-heran. Dia
hanya merasa betapa beberapa kali pangkal lengannya terasa
nyeri, kesemutan hampir lumpuh seperti terkena totokan, dan
permainan cambuknya menjadi kacau, bukan hanya karena
lengannya setengah lumpuh, akan tetapi juga beberapa kali
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ekor ujung cambuknya seperti tidak mau menuruti gerakan
tangannya, melainkan menyeleweng dan saling libat sampai
menjadi ruwet. Tentu saja dia terkejut sekali dan bingung
sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dirinya.
Yang mengetahi presis hanyalah Han Beng karena hal itu
terjadi akibat ulah pemuda ini. Meliha betapa pemuda
tunangan Hui Im terancam bahaya sehingga Hui Im sendiri
dapat melihat ini dan gadis itu tampak gelisah, diam-diam Han
Beng mempergunakan jari telunjuknya untuk menyentil
sebuah kerikil yang menyambar dengan amat cepatnya dan
menotok pang kal lengan Kiu-bwe houw Gan Lok dai membuat
lengan itu setengah lumpuh. Kemudian, beberapa kali Han
Beng me nyentil kerikil lain yang tepat mengenal ekor-ekor
ujung cambuk yang menjadi kacau dan saling belit!
Setelah Gan Lok menjadi bingung permainan cambuknya
menjadi kacau balau, kini Ciok An mendesak dengan
pedangnya dan akhirnya dia berhasil melukai pundak kiri dan
paha kanan lawan.
Gan Lok meloncat ke belakang, lalu menghentikan
permainan cambuknya, menjura kepada pemuda itu.
"Baiklah, hari ini aku mengaku kalah. Akan tetapi hari-hari
masih banyak dan kelak aku akan menembus kekalahan hari
ini!" berkata demikian, dia lalu mengambil gucinya yang masih
kosong dan meninggalkan tempat itu.
Tentu saja semua orang bertepuk tangan memuji dan
saking gembiranya melihat betapa perkelahian itu berubah
dengan kemenangan di tangan puteranya, Tang Gu It gembira
bukan main.
"Kiu-bwe-houw, tunggu dulu !" teriaknya sambil meloncat ke
dekat orang yang mau pergi itu dan dia mengeluarkan
sepotong perak. "Aku bukan seorang yang pelit dan setiap ada
orang yang datang minta sumbangan, sudah pasti kuberi. Nah,
inilah sepotong besar perak kuberikan untuk sumbangan!" Dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
melemparkan potongan perak itu yang dengan cepat masuk
ke dalam guci yang dipangku! Gan Lok.
oooOOooo
Gan Lok melotot. Pemberian itu dirasakan sebagai
penghinaan dan mukanya menjadi merah. Akan tetapi dia
mengangguk tanpa berkata sesuatu pun, lalu pergi dengan
tergesa-gesa, mukanya merah padam karena malu,
penasaran dan marah. Diam-diam Kiu-bwe-houw Can Lok
masih merasa bingung dan heran. Jelas bahwa dia tadi hampir
memperoleh kemenangan dan pemuda itu didesaknya
sehingga tidak mampu membalas serangannya. Akan tetapi,
mengapa lengan kanannya tiba-tiba menjadi setengah lumpuh
dan ekor-ekor cambuknya menjadi kacau balau? Kemudian
menyadari. Ah, tentu ada orang pandai diam-diam membantu
pemuda itu. Kalau yang membantu itu adalah Tang Gu It
sendiri, maka betapa hebat kepandaian orang itu! Dia pun
menjadi jerih sekali.
Ciok An sendiri merasa bangga bukan main. Matanya
bersinar-sinar wajahnya yang tampan itu berseri ketika dia
memasukkan pedangnya ke sarung pedang yang tergantung
dipinggangnya. Bibirnya tersenyum manis dan dengan
congkak dia memandang ke sekeliling, menikmati pandang
mata orang banyak yang ditujukan kepadanya dengan kagum.
Para penonton itu segera bubaran dan tentu saja menjadi jurujuru
warta yang amat baik sehingga nama Tang Ciok An
disanung-sanjung dan dipuji-puji.
Hanya dua orang yang tidak meninggalkan tempat
itu.mereka adalah Han Beng dan Hui Im. Setelah semua orang
pergi, Hui Im lalu menghampiri Tang Gu It dan Ciok An yang
sudah bergerak hendak memasuki toko mereka, dan Han
Beng hanya mengikuti gadis itu.
“Paman ........!” Hui Im berkata sambil memberi hormat
ketika ia berhadapan dengan Tang Gu It. Pria berusia lima
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
puluh tahun yang berperawakan gagah dan berwibawa itu,
dengan pakaian yang jelas menunjukkan bahwa dia seorang
hartawan, menjadi heran mendengar sebutan itu. Dia
memandang kepada Hui m dan juga kepada Han Beng.
Agaknya dia sudah lupa sama sekali kepada keponakan yang
juga menjadi calon mantunya ini, apalagi karena dia sama
sekali tidak menyangka bahwa gadis itu akan muncul di situ
.
"Maaf, siapakah Nona.......... ?" tanyanya sambil mengerutkan
alisnya dan memandang tajam. Juga Ciok An memandang
kepada gadis itu, lalu kepada Ha Beng yang mendampinginya.
"Paman, lupakah Paman kepada saya? Saya Souw Hui
Im............."
"Ahhh!" Tang Cu It berseru kaget dan kini baru dia
mengenal keponakannya itu. Juga Ciok An tertegun dan
mengamati gadis yang cantik itu dengan jantung berdebar,
akan tetapi alisnya berkerut ketika dia melihat ada seorang
pemuda sederhana namun tampan, seperti seorang pemuda
dusun, yang menemani tunangannya itu.
"Mari, mari kita masuk dan bicara di dalam.......!" kata Tang
Gu It sambil memandang ke kanan kiri. Tentu saja timbul
kekhawatiran di dalam hatinya kalau-kalau ada yang
mengetahui bahwa gadis ini adalah puteri Souw Kun Tiong
yang dituduh memberontak.
Hui Im mengangguk dan menoleh pada Han Beng. Pemuda
itu nampak ragu untuk ikut masuk, akan tetapi gadis itu
berkata, "Marilah, Toako."
Mereka memasuki pekarangan rumah sete!ah menembus
toko ke belakang, dan Ciok An yang sejak tadi merasa tidak
senang dengan kehadiran Han Beng segera bertanya, "Akan
tetapi, siapakah dia Ini?" Dia menuding ke arah Han Beng.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia ah, sebaiknya kalau kita bicarakan semua di dalam.
Bagaimana, Paman?" kata Hui Im.
Pamannya mengangguk. "Baik, memang seharusnya
begitu. Mari kita masuk ke dalam saja. Engkau juga, orang
muda," ajaknya kepada Han Beng yang kembali bersikap
ragu-ragu ketika mendengar pertanyaan tunangan Hui Im tadi.
Tuan rumah membawa dua orang tamu muda itu ke
ruangan dalam dan mereka disambut pula oleh isteri Tang Gu
It yang tentu saja merasa terkejut akan tetapi juga girang
melihat betapa keponakan suaminya atau juga calon
mantunya itu berada dalam keadaan selamat, walaupun
seperti juga puteranya, wanita ini mengerutkan alisnya ketika
melihat bahwa gadis calon mantunya itu datang bersama
seorang pemuda yang tidak mereka kenal sama sekali.
"Paman Tang Gu it, dan Bibi, perkenankan saya lebih dulu
memperkenalkan Saudara ini. Dia bernama Si Han Beng, dan
Toako inilah yang telah mengantar saya sampai ke sini.
Toako, mereka inilah keluarga Tang seperti yang saya
ceritakan kepadamu. Ini adalah Paman Tang Gu it dan
isterinya, dan dia...........dia adalah Kanda Tang Ciok An.”
Han Beng bangkit berdiri dan menberi hormat kepada tiga
orang itu yang disambut dengan dingin saja oleh mereka
bertiga, terutama sekali oleh Ciok An dan ibunya. Dua orang
ini tetap merasa tidak suka melihat gadis itu diantar oleh
seorang pemuda asing dalam melakukan perjalanan yang
demikian jauhnya.
"Nah, sekarang ceritakan apa yang telah terjadi dengan
Ayahmu. Ketahuilah, Hui Im. Baru-baru ini aku sendiri pergi ke
kota raja berkunjung ke rumah keluargamu. Akan tetapi yang
kudapat hanyalah berita yang mengejutkan itu. Aku
mendengar pula bahwa engkau lolos dan tidak ada seorang
pun tahu ke mana engkau pergi. Bagaimana kini tiba-tiba
dapat muncul di sini?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hui Im lalu bercerita tentang pertentangan antara
keluarganya dengan Ang-kin Kai-pang, dan tentang fitnah
yang dilontarkan Ang-kin Kai-pang kepada ayahnya sehingga
ayahnya dituduh pemberontak.
"Kalau tidak ada Toako Si Han Beng dan gurunya, kiranya
saya pun tak mungkin dapat selamat. Bahkan Ayah dan
Susiok juga diselamatkan oleh Toako Han Beng dan gurunya,
akan tetapi mereka berdua tewas karena luka-luka mereka.
Karena saya tidak mempunyai tempat tinggal lagi, tidak
mempunyai keluarga, maka satu-satunya tujuan adalah
datang kepada Paman dan Toako Han Beng demikian baiknya
untuk mengantar saya sampai ke sini."
Suara Hui Im mengandung kedukaan, akan tetapi ia tidak
lagi menangis. Sejak melakukan perjalanan dengan Han
Beng, ia banyak mendengar tentang isi kehidupan dan ia pun
telah pandai mengubah sikap yang keliru.
"Hemmm, engkau melakukan perjalanan sejauh itu, selama
berhari-hari, berdua saja dengan pemuda ini, Hui Im? Itu
namanya tidak sopan dan tidak pantas!" isteri Tang Gu It
berkata dengan alis berkerut dan mulutnya meruncing tanda
bahwa hatinya tidak senang.
"Benar, Bibi.Habis dengan siapa? Toako Han Beng ini
penolong saya dan dia suka mengantar......"
"Memang kurang pantas kalau seorang gadis melakukan
perjalanan jauh yang berhari-hari lamanya bersama seorang
pemuda bukan sanak keluarga," kata pula Ciok An.
Mendengar ucapan calon ibu mertua dan calon suami itu, Hui
im tidak mau membantah, hanya menundukkan mukanya
dengan alis berkerut.
"Sudahlah! Biarpun tidak pantas, akan tetapi kalau keadaan
memaksa, mau bagaimana lagi? Apakah kalian menganggap
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa lebih baik Hui Im melakukan perjalanan seorang diri?
Lebih tidak pantas lagi, juga tidak aman," kata Tang Gu It. "Hui
Im, sukurlah kalau engkau selamat. Tidak perlu engkau
bersedih. Tinggallah di sini dan setengah tahun kemudian,
pernikahan antara engkau dan Ciok An kami rayakan di sini."
"Aih, kalau saja aku berada di sana, Im-moi, tentu tidak
akan terjadi malapetaka menimpa keluarga Ayahmu. Aku akan
lebih dulu membasmi perkumpulan pengemis-pengemis hina
itu sebelum mereka dapat bertindak jahat!" kata Ciok n kepada
tunangannya. "Jaman sekarang ini memang kita tidak boleh
percaya kepada sembarang orang, Moi-moi. Lihat saja tadi, Si
Kiu-bwe-houw Gan Lok. Namanya saja besar, akan tetapi dia
bukan lain hanyalah seorang pemeras. Untung ada aku!
Benarkah engkau tidak menemui halangan sesuatu ketika
engkau pergi meninggalkan kota raja kesini, Moi-moi. Tidak
ada yang berbuat jahat kepadamu?"
Hui Im memandang kepada tunangannya, dan menggeleng
kepala. "Tidak terjadi apa-apa................... "
"Benarkah? Tidak ada misalnya laki-laki yang mengganggu
dan menggodamu?" Ciok An melirik ke arah Han Beng.
"Engkau seorang gadis muda yang cantik menarik, Moi-moi.
Aku tidak akan merasa heran kalau banyak pria tergila-gila
kepadamu dan mencoba untuk ber¬buat kurang ajar
kepadamu!"
Hui Im maklum bahwa tunangannya itu diam-diam secara
tidak langsung merasa cemburu kepada Han Beng. la
mengerutkan alisnya dan kini mengangkat muka memandang
tajam kepada Ciok An.
"Koko! Apakah engkau menuduh aku berbuat yang tidaktidak,
melakukan hal yang tidak sopan dan tidak tahu malu
dalam perjalananku ke sini?" Ia mengajukan pertanyaan ini
dengan pandang mata tajam dan suara meninggi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, tentu saja, Moi-mol. Tentu saja engkau tidak
melakukan sesuatu yang tidak baik. Akan tetapi, biasanya lakilaki
yang suka kurang ajar kepada wanita. Dan engkau
melakukan perjalanan berhari-hari bersama seorang laki-laki
asing............."
"Koko! Toako ini adalah Si Han Beng, seorang pendekar
sejati! Dia adalah murid dari Sin-tiauw Liu Bhok Ki dan Sin-
Ciang Kai-ong! Sedikit. pun dia tidak pernah memperlihatkan
sikap yang buruk kepadaku!"
"Hemmm, seorang pendekar sejati, ya?" Ciok An
memandang kepada Han Beng dengan mata dipicingkan
"Ciok An!" kini Tang Gu It membentak puteranya.
"Bersikaplah wajar dan hormat kepada tamu! Bagaimanapun
juga, Si - taihiap (Pendekar Besar Si) telah menyelamatkan
calon isterimu! Si-taihiap, harap maafkan kami dan kami
berterima asih sekali kepadamu."
Sejak tadi Han Beng telah merasa marah sekali. Hatinya
terasa panas bukan main. Dia memang sudah merasa terpukul
batinnya ketika melihat Hui Im bertemu dengan tunangannya,
biarpun Dihiburnya perasaannya sendiri bahwa gadis itu
memiliki seorang calon suami mg amat baik, tampan kaya
raya, dan gagah perkasa. Karena itulah, maka tadi diam-diam
membantu Ciok An megalahkan Gan Lok. Akan tetapi kini, dia
hanya mendengar kata-kata yang amat tidak enak dan melihat
sikap yang amat memandang rendah kepadanya. Dan sikap
Tang Gu It yang merendah itu pun amat yang merendah itu
pun amat dibuat-buat, atau mungkin karena mendengar nama
kedua orang gurunya. Hatinya terasa panas sekali dan kalau
bukan untuk Hui Im, tentu sudah sejak tadi dia pergi
.
Ibu Ciok An agaknya juga menyadari bahwa suaminya marah
dan menegur puteranya, maka ia pun hendak bersikap baik.
"Benar, Ciok An. Pemuda ini sudah mengantar calon isterimu
sampai ke sini dengan selamat. Sebaiknya engkau cepat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengambil perak beberapa puluh tail untuk diberikan
kepadanya sebagai imbalan dan uang lelah!"
Han Beng tidak dapat menahan lagi. Dia bangkit berdiri
dengan kedua telapak tangan masih berada di atas meja, lalu
memandang kepada Hui Im tanpa menjawab semua kata-kata
dari keluarga tuan rumah itu. "Siauw-moi, engkau tahu benar
bahwa aku mengantarmu sampai kesini tanpa pamrih apa pun.
Aku sudah merasa berbahagia sekali bahwa engkau telah
bertemu dengan keluarga calon suamimu dengan selamat.
Aku tidak minta imbalan upah apa pun, akan tetapi aku pun
tidak sudi untuk dipandang rendah oleh siapa pun! Nah,
engkau sudah tiba di tempat tujuan, Siauw-moi, maka
perkenankan aku pergi sekarang."
"Nanti dulu, Toako! Ah, jangan engkau pergi dengan
perasaan tidak enak seperti itu. Kau kaumaafkanlah
semuanya, Toako. Semua ini hanya kesalah pahaman belaka.
Toako, aku minta, dengan hormat dan sangat, sudilah engkau
hadir pada perayaan pernikahanku tengah tahun mendatang."
Mereka berdiri dan saling pandang. Han Beng melihat
betapa sepasang mata yang indah itu memandang kepada
penuh permohonan, bahkan kedua mata itu basah dengan air
mata. Hanya terasa lemas dan dia pun mengangguk. "Kalau
Tuhan memperkenan aku tentu akan datang. Nah, selamat
tinggal, Adik Souw Hui Im!"
Setelah berkata demikian, semua orang yang duduk di situ
hanya melihat bayangan berkelebat dan tahu-tahu tubuh
pemuda itu sudah lenyap dari situ! Tentu saja Tang Gu It,
isterinya dan Ciok An, terkejut bukan main. Mereka
memandang ke arah pintu depan, namun tidak nampak lagi
bayangan Han Beng dan tiba-tiba Tang Gu It menuding kearah
meja yang tadi dihadapi Han Beng dengan telunjuk gemetar.
Ciok An dan ibunya memandang, juga Hui Im. Dan meja di
mana tadi ditekan oleh kedua telapak tangan Han Beng,
nampak ada tanda dua telapak tangan dan papan meja itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hangus dan masih mengepulkan sedikit asap! Agaknya,
saking marahnya dan menahan perasaannya, Han Beng
menyalurkan kekuatannya melalui kedua telapak tangan dan
sin-kang itu mendatangkan hawa panas yang sampai
membakar papan meja!
"Ahhhhh.......!" Ciok An berseru dan wajahnya berubah
pucat. Dia memandang kepada tunangannya. "Im-moi........
dia.............. dia begitu saktikah............?"
Gadis itu menundukkan mukanya agar jangan nampak
kedukaan membayangkandiwajahnya dan dengan perlahan ia
mengangguk, "la memang seorang pendekar sakti, seperti
seekor naga sakti............. "
Tang Gu It menarik napas panjang "Nah, sekarang
terbukalah matamu, Ciok An. Jangan mudah memandang
rendah orang lain. Tadi pun aku sudah terkejut mendengar
bahwa dia murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki dan Sin-ciang Kai-ong!
Tahukah engkau siapa kedua orang sakti itu? Mereka adalah
dua orang sakti yang amat terkenal di dunia kang-ouw, karena
itu tadi pun aku segera menyebutnya taihiap. Akan tetapi
engkau sudah tidak tahu diri, masih saja merendahkannya.
Bahkan ingin memberi hadiah uang kepada seorang pendekar
sakti! Sungguh menggelikan dan memalukan sekali!"
Keluarga itu masih belum hilang kagetnya dan sejak hari
itu, mereka tidak pernah lagi menyebut nama Han Beng,
apalagi membicarakan persangkaan buruk kepada pendekar
itu. Sikap mereka terhadap Hui Im juga menjadi baik dan hal
ini sedikit banyak menghibur hati gadis itu yang merasa
kehilangan sekali setelah Han Beng pergi. Baru ia yakin benar
bahwa sesungguhnya ia telah jatuh cinta kepada pendekar itu.
Akan tetapi apa daya? Sejak kecil ia sudahditunangkan
denganTang Ciok An dan tidak mungkin ia mengubah
kenyataan ini. Pertama, ia harus mentaati keputusan ayahnya,
apalagi setelah ayahnya meninggal dunia, ia harus lebih
mentaatinya lagi. Pesan seorang yang sudah meninggal dunia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
adalah pesanan yang suci dan harus ditaati. Kedua, ia sudah
ditampung oleh keluarga tunangannya, dan bagaimanapun
juga, calon ayah mertuanya adalah pamannya sendiri pula. Ia
tidak mempunyai tempat lain atau keluarga lain yang dapat
ditumpangi. Dan ke tiga, harus diakuinya bahwa pilihan orang
tuanya itu pun tidak keliru, tidak mengecewakan. Ia sudah
harus merasa beruntung mendapatkan seorang calon suami
seperti Tang Ciok An, Dia ganteng, tampan, gagah perkasa,
kaya raya. Mau apa lagi?
Kehidupan ini akan terisi penuh konflik kalau kita
membiarkan diri kita dicengkeram oleh pikiran yang sudah
bergelimang nafsu. Nafsu selalu melahiran keinginankeinginan
akan hal-hal buruk! Yang baik dan menyenangkan
hanyalah apa yang diinginkan itu! Mempunyai ini, ingin yang
itu sehingga yang ini nampak tidak ada daya tariknya;
Mendapatkan yang itu, menginginkan yang ini, dan demikian
selanjutnya. Hanya orang yang menyerahkan segala-galanya
kepada kekuasaan Tuhan sajalah yang akan dapat menerima
apa yang ada tanpa penilaian! Apa pun yang datang menimpa
dirinya, apa pun yang didapatkan; dari hasil usahanya,
dianggapnya sebagai suatu anugerah dari Tuhan, sebagai
suatu kemurahan dari Tuhan sehingga diterima dengan hati
penuh keikhlasan, penuh penyerahan diri dan penuh
ketawakalan. Biasanya, setiap mulut mengatakan bahwa dia
ber-Tuhan, bahwa dia percaya kepada Tuhan. Akan tetapi
buktinya? Kalau orang benar-benar ber-Tuhan hanya mulut
saja yang mengakuinya, melainkan jauh di lubuk hatinya,
didalam dasar batinnya, harus ada kepercayaan itu.
Kepercayaan yang mendalam ini yang akan mendatangkan
peyerahan, keikhlasan, dan kalau apa pun yang menimpa diri
dianggap sebagai pelaksanaan kehendak Tuhan, maka
senyum ini takkan pernah meninggalkan mulut. Yang ada
hanya rasa terima kasih dan syukur Tuhan Yang Maha Kasih.
Dan kalau sudah begitu penderitaan lain tidak ada lagidan
penderitaan batin tidak ada lagi dan penderitaan lahir pun
tidak meninggalkan bekas, seperti awan lalu. Kepercayaan
yang mendalam ini yang akan mendatangkan kekuasaan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tuhan bekerja di luar dan di dalam diri karena kekuasaan
Tuhan meliputi seluruh alam, yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, yang paling kecil sampai yang paling besar,
paling rendah sampai paling tinggi, yang paling dalam dan
paling luar, pendeknya tidak ada apa pun di alam mayapada
ini yang tidak diliputi kekuasaan Tuhan Yang Maha Kasih! Dan
kalau kekuasaan Tuhan yang bekerja, maka segalanya akan
wajai dan sempurna! Yang menimbulkan baik buruk, suka
duka dan segala macam pertentangan adalah penilaian yang
timbul dari nafsu.
Dan hanya kekuasaan Tuhan ini sajalah yang akan mampu
menundukkan nafsu sehingga menjadi jinak dan berman faat
bagi kehidupan manusia, bukan lagi sebagai perusak,
melainkan sebagai pembantu dan alat mempertahankan
hidup.
oooOOooo
"Omitohud, sejak dahulu, para to-su memang berhati palsu.
Pada lahirnya saja kelihatan halus dan baik budi, akan tetapi
di sebelah dalamnya kotor dan curang!" Seorang di antara
sepuluh orang hwesio yang berada di puncak itu berseru,
sedangkan sembilan orang hwesio lainnya menganggukangguk
menyetujui.
"Sian-cai.........! Para hwesio seharusnya dapat mengekang
musuh yang paling besar dalam kehidupan ini, yaitu nafsu
amarah. Kenapa sudah mencukur gundul rambutnya dan
sudah mengenakan jubah kuning masih mudah dikuasai nafsu
amarah sehingga menyebar fitnah buruk kepada orang atau
pihak lain?" seorang di antara sembilan orang tosu itu pun
membantah dan kini delapan orang rekannya yang
mengangguk-angguk membenarkan.
Puncak bukit itu datar dan ditumbuhi rumput yang subur.
Mereka, sepuluh orang hwesio dan sembilan orang tosu itu
duduk saling berhadapan, pihak hwesio satu garis dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berhadapan dengan mereka, pihak tosu juga satu garis.
Mereka terdiri dari orang-orang yang sudah tua, sedikitnya
berusia enam puluh tahun. Para hwesio itu mengenakan jubah
kuning dan berkepala gundul, sedangkan para tosu
mengenakan jubah putih dengan rambut diikat ke atas. Jelas
dari sikap mereka bahwa kedua pihak saling mencela dan
dalam pandangan mata mereka nampak api kemarah yang
menjurus kepada kebencian.
"Siapa yang marah dan siapa yai menyebar fitnah?" bentak
seorang antara para hwesio itu sebagai law an. "Kami tidak
menuruti nafsu amarah dan tidak menyebar fitnah, melainkan
bicara seperti apa adanya saja! Golongan kalian para tosulah
yang tukang sebar fitnah! Kalau tidak karena fitnah seorang
tosu, yaitu Cun Bin Tosu, apakah kuil Siauw-lim-si sampai
terbakar dan banyak jatuh korban yang tidak berdosa? Nah,
apakah kini kalian para tosu masih mencoba untuk
menyangkal kenyataan itu?"
"Siancai........., kami tidak menyangka adanya orang seperti
Cun Bin Tosu. seperti juga kami tidak menyangkal adanya
banyak tosu yang melakukan perbuatan yang sesat. Akan
tetapi, apa hubungannya hal itu dengan kami? Apakah
kesalahan seorang tosu harus dipikul dosanya oleh seluruh
tosu di permukaan bumi ini? Apakah di dunia ini tidak ada
seorang pun hwesio yang menyeleweng? Dan kalau ada,
apakah juga kesalahan seorang hwesio itu harus ditanggung
oleh seluruh hwesio di permukaan bumi? Kalau begitu halnya,
maka kesalahan tiap orang manusia juga harus ditanggung
dosanya oleh kita semua, karena bukankah kita semua ini juga
manusia! Jadi, kesalahan Cun Bin Tosu itu juga harus
ditanggung oleh kita semua, juga oleh kalian para hwesio
karena Cun Bin Tosu seorang manusia, seperti kita semua,
termasuk kalian juga."
"Omitohud! Sejak dahulu para tosu memang pandai bicara,
seperti perempuan, pandai memutarbalikkan kenyataan.
Sekarang tidak perlu banyak cakap lagi. Kita adalah orangKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
orang yang sejak kecil sudah mempelajari ilmu, oleh Karena
itu, daripada mengadu lemasnya lidah palsunya kata-kata,
mari kita buktikan siapa di antara kita yang lebih jantan dan
lebih gagah!" berkata demikian, hwesio yang jadi juru bicara
itu bangkit berdiri, diikuti oleh sembilan orang temannya.
Melihat ini, sembilan orang tosu juga serentak bangkit dan
kedua pihak sudah siap untuk saling hantam dan saling serang
untuk menyudahi percekcokan tadi.
Sudah lama sekali terjadi permusuhan antara hwesio dan
para tosu. Hal ini terjadi semenjak kuil Siauw-lim-si dibakar
oleh pasukan pemerintah. Pihak para hwesio selalu
menyesalkan peristiwa itu dan karena memang seorang tosu
yang menjadi mata-mata pasukan pemerintah, yaitu Cun Bin
Tosu yang akhirnya tewas dalam pertempuran para hwesio
dan murid Siauw-lim-si, maka di dalam hati para hwesio
terkandung dendam kepada para tosu. permusuhan ini
semakin lama semakin menjadi sehingga menjadi
permusuhan terbuka di mana setiap perjumpaan antara
seorang hwesio dengan seorang tosu pasti menimbulkan
percekcokan, saling mengejek sehingga berakhir dengan
perkelahian. Sudah ada beberapa orang jatuh menjadi korban
dalam permusuhan itu.
Akhirnya, para pimpinan hwesio dan para pimpinan tosu
mengadakan keputusan untuk mengakhiri permusuhan itu
dengan jalan mengadakan pertemuan antara para pimpinan di
puncak bukit Kijang itu. Kedua pihak, yaitu para pimpinan yang
sudah lebih luas pandangannya dan lebih matang menyerap
pelajaran agama masing-masing melihat betapa tidak
benarnya permusuhan itu, dan mereka bermufakat untuk
mengadakan peremuan di puncak itu. Akan tetapi, kembali
mereka dikuasai nafsu dan pertemuan yang dimaksudkan
untuk mencari perdamaian itu berakhir dengan percekcokan
yang semakin memanas dan akhirnya kedua pihak siap untuk
saling serang dan saling bunuh! Betapapun pandainya
seseorang, betapapun tinggi ilmunya, pada saat nafsu
mencengkeram dan menguasainya, maka akan hilanglah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
semua pertimbangannya, lenyap semua kebijaksanaannya.
Yang ada hanyalah menyalanya nafsu jalang yang menuntut
pemuasan melalui kemenangan dan tercapainya keinginan.
Nafsu memang terbawa sejak lahir dan nafsu merupakan alat
yang amat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya
dunia ini. Karena itu, usaha manusia yang melihat betapa
berbahayanya nafsu, bermacam-macam. Ada yang berusaha
menundukkan nafsu melalui tapa, melalui latihan-latihan
pernapasan, samadhi, melalui penyiksaan diri, pengurangan
makanan dan sebagainya lagi. Namun, semua, itu masih tidak
keluar dari lingkaran nafsu, karena semua usaha itu
mengandung suatu keinginan. Hasilnya hanya pengurangan
saja, itu pun hanya sementara. Merupakan pengekangan saja
terhadap nafsu. Pengekangan ini buka berarti sudah dapat
menguasai nafsu sepenuhnya. Usaha melenyapkan nafsu
Tidak mungkin! Nafsu tak mungkin dilenyapkan dari kehidupan
kita, karena kehidupan ini ada karena nafsu, bagaikan nyala
api membutuhkan bahan bakar. Melenyapkan nafsu berarti
melenyapkap keadaan badan dan berarti mati! Selama masih
hidup, manusia tidak mungkin dapat meninggalkan nafsu.
Nafsu itu suatu keperluan untuk hidup. Namun, kalau nafsu
dibiarkan menguasai batin, maka dia akan menyeret kita ke
dalam penyelewengan. Nafsu adalah anugerah Tuhan, ciptaan
Tuhan dan satu-satunya yang dapat mengatur agar nafsu
dapat sesuai dengan kehidupan kita, dapat menjadi alat yang
baik dan bukan menjadi majikan yang merajalela, yang dapat
menundukkannya hanyalah kekuasaan Tuhan! Dan
kekuasaan Tuhan dalam diri akan bekerja dengan sempurna
kalau kita dengan sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada
Tuhan, menyerahkan diri de¬ngan ikhlas, dengan penuh
ketawakal. Kalau kita membiasakan diri setiap saat teringat
akan kekuasaan Tuhan, maka kita pun akan terbimbing oleh
kekuasaan yang maha hebat itu. Dan nafsu-nafsu akan
menyingkir dan menduduki tempat masing-masing dengan
teratur. Tanpa kekuasaan Tuhan, betapapun kita berusaha,
maka hasilnya pun hanya akan tipis sekali dan hanya untuk
sementara karena usaha kita itu pun hanya di dalam
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
lingkungan akal budi, dan pikiran padahal pikiran dan akal budi
sudah bergelimangan dengan nafsu!
Ketika sepuluh orang hwesio dan sembilan orang tosu
sudah bangkit diri, kesemuanya sudah dikuasai nafsu amarah
dan siap untuk saling serang dan saling membunuh, seorang
di antara para hwesio itu berseru dengan suaranya yang
lantang.
"Saudara semua, tahan dulu senjata Pinceng hendak
bicara!"
Suaranya lantang dan berwibawa, semua hwesio yang
melihat siapa yang akan bicara, merangkap kedua tangan
depan dada dan berseru. "Omitohud........! dan mereka pun
mundur. Yang bicara itu adalah Thian Gi Hwesio, seorang
hwesio yang bertubuh tinggi besar berusia tujuh puluh tahun,
dan dia ter kenal dengan wataknya yang terbuka jujur dan
galak. Thian Gi Hwesio tentu saja amat terkenal dan disegani
oleh para rekannya karena dia adalah wakil ketua dari kuil
Siauw-lim-si yang terbakar itu. Juga para tosu mengenalnya,
maka merekapun mendengarkan dengan penuh perhatian,
ingin tahu apa yang akan dikatakan hwesio yang Jangkung
menjadi korban dalam peristiwa kebakaran Siauw-lim-si itu.
Thian Gi Hwesio melintangkan senjata toyanya dan dia
memandang kepada para tosu di depannya. "Para To-yu
(Sobat) sekalian. Kita semua sudah melihat bahwa tidak
mungkin diadakan perdamaian tanpa adu kepandaian di
antara para hwesio dan tosu. Akan tetapi kita pun tahu betapa
kelirunya hal ini. Tidak ada permusuhan di antara para tosu
dan para hwesio. Mereka itu hanya terseret oleh setia
kawanan belaka. Oleh karena itu, kita sebagai golongan lebih
tua, sebaiknya tidak membiarkan para murid kita saling
hantam dan saling serang tanpa alasan yang sehat. Maka,
sekarang pin-ceng maju mewakili para hwesio untuk
menyelesaikan urusan pertikaian yang berkepanjangan ini
melalui adu kepandaian yang sehat dan adil, seperti yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah sepatutnya dilakukan oleh orang-orang yang
menjunjung keadilan dan kebenaran. Harap para To-yu
mengajuk seorang wakil dari para tosu dan biarlah
pertandingan ini akan menentukan siapa di antara kedua
golongan yang benar dan lebih kuat. Yang kalah tidak
diperbolehkan menuntut balas atau mendendam!"
"Siancai..............! Ucapan Thian Gi Hwesio memang tepat,
akan tetapi siapa yang dapat menanggung kalau sesudah ada
pertadingan adu kepandaian antara dua orang wakil ini lalu
tidak ada lagi murid yang saling berkelahi?" tentu dengan
seruan seorang di antara para tosu.
"Bagi pinceng, sekali sudah berjanji akan dipegang sampai
mati!" Thian Hwesio berseru.
"Andaikata ada murid atau hwesio yang kelak melanggar
janji, pinceng sendiri yang akan menghajarnya!"
"Sian-cai.............! Kami semua percaya akan kejujuran dan
kegagahan bekas wakil ketua Siauw-lim-si! Akan tetapi
ucapan itu lebih mudah dikeluarkan mulut daripada
dilaksanakan. Bagaimana seorang saja akan mampu menjaga
agar janji itu dilaksanakan di seluruh negeri?" Ucapan ini
disambut dengan suara setuju oleh semua tosu, bahkan
diantara para hwesio sendiri juga melihat betapa sukarnya
janji itu dipenuhi kelak. Bagaimana mungkin Thian Gi iHwesio
atau dibantu oleh mereka semua, sepuluh orang hwesio akan
mampu menjaga seluruh hwesio yang jumlahnya ratusan ribu
itu agar menepati janji yang dadakan hari ini? Pula, apakah
seluruh hwesio telah menyatakan persetujuannya atas janji
yang dikeluarkan oleh Thian Gi Hwesio?
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara orang, "Harap para
Locianpwe menyadari akan buruknya permusuhan dan dapat
menghabiskan sampai di sini saja"'
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan yang nyaring itu, para hwesio dan para
tosu menoleh dan Mereka melihat munculnya seorang
pemuda dari balik batang pohon yang tumbuh tidak jauh dari
padang rumput itu. mereka semua heran. Mereka sembilan
belas orang adalah orang-orang yang sudah memiliki tingkat
kepandaian tinggi akan tetapi bagaimana tidak ada
seorangpun yang tahu akan kehadiran pemuda Itu? Apakah
karena mereka semua terlalu tegang dan mencurahkan
seluruh perhatian kepada urusan mereka, ataukah memang
pemuda itu memiliki tingkat kepandaian yang tinggi? Pemuda
itu tidak terlalu mengesankan. Pemuda berusia dua puluh dua
tahun, bertubuh tinggi besar dan berwajah tampan, nampak
sederhana sekali, dengan pakaian seperti seorang pemuda
petani saja.
"Siancai..........! Darimanakah datangnya seorang pemuda
yang begini la berani mencampuri urusan gawat orang-orang
tua?" bentak seorang di antara para tosu.
Akan tetapi Thian Gi Hwesio yang tadi pun nampak raguragu
setelah usulnya dibantah, memandang tajam.
"Omitohud............! Orang muda yang gagah. Siapakah
engkau dan apa maksud ucapanmu tadi?"
Han Beng, pemuda itu, memberi hormat kepada semua
pendeta itu, lalu berkata dengan sikap sungguh-sungguh.
"Saya hanyalah seorang pemuda biasa yang lebetulan lewat di
sini dan melihat, juga mendengar semua perbantahan antara
Cu-wi Locianpwe (Para Orang Tua Gagah Sekalian). Saya
merasa ikut prihatin, akan tetapi, semua pendapat dari para locianpwe
itu menurut saya, tidak akan dapat membuka jalan
keluar. Bahkan akan semakin membesarkan nyala api
permusuhan dan dendam."
Thian Gi Hwesio mengerutkan alisnya yang tebal dan
melintangkan toyanya. "Hemmm, orang muda yang lancang
mulut! Agaknya engkau berani mencela kami tentu sudah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mempunyai kebijaksanaan yang lebih patut. Nah, katakanlah
bagaimana cara yang baik menurut pendapatmu?"
"Cu-wi Lo-cian-pwe bukan orang-orang muda dan
merupakan orang-orang yag dipenuhi kebijaksanaan.
Sepatutnya Cu-wi sudah mengetahui bahwa semua
permusuhan, dendam kebencian, bukan datang dari luar
melainkan datang dari dalam batin masing-masing. Oleh
karena itu, melenyapkan permusuhan tidak mungkin dilakukan
dengan cara menundukkan musuh yang berada di luar. Yang
penting adalah mengalahkan musuh yang berada di dalam diri
sendiri! Cu-wi Lo-cian-pwe dan sekalian pengikutnya, para
hwesio dan para tosu yar terhormat, seyogianya mawas diri
masirng-masing dan mengenyahkan semua dendam
kebencian dari hati masing-masing, kalau sudah begitu,
dengan sendirinya dak mungkin ada permusuhan. Kalau di
dalam sudah padam, tidak mungkin menjalar dan membakar
keluar. Nah, sukarnya kalau mulai detik ini juga Cu-wi masingmasing
memadamkan api dalam itu dan dengan demikian
tiada lagi permusuhan dan dendam?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 14
Amitohud...............! Enak saja memang kalau bicara, orang
muda!" kata Thian di Hwesio. "Tidak ada kebakaran tanpa
sebab, tidak ada dendam tanpa sebab! Bagaimana pinceng
dan kawan-kawan mampu meniadakan dendam kalau teringat
akan pembasmian kuil Siauw-lim-si?”
"Siancai......... omonganmu memang tepat sekali, orang
muda. Akan tetapi tanpa adanya penyelesaian sekarang,
bagaimana mungkin kita merasa aman dan tenteram di masa
mendatang? Pertikaian ini memang sudah seharusnya
diselesaikan sekarang juga, kalau perlu melalui pengorbanan!"
kata seorang tosu.
Han Beng tersenyum. Sudah baik kalau kedua pihak dari
orang-orang tua yang kaku itu mau mendengarkan ucapannya,
setidaknya dia telah memberi bahan renungan untuk mereka
yang sedang dikuasai nafsu dendam dan amarah
"Maafkan saya yang muda dan bodoh, Cu-wi Lo-cian-pwe.
Bukankah hidup ini sekarang? Kemarin dan masa lalu
hanyalah hal-hal yang lewat, sudah lapuk dan sudah mati,
perlu apa dipikirkan dan dikenang lagi? Adapun masa depan
dan hari esok adalah hal-hal yang belum akan hanya khayalan
dan gambaran pikiran, perlu apa dibayangkan? Yang penting
adalah sekarang ini, saat ini. Memang, tidak ada perubahan
tanpa pengorbanan dan dalam hal ini, yang menjadi korban
adalah perasaan sendiri, bukan mengorbankan orang lain."
"Omitohud.............! Agaknya orang muda ini diam-diam
memang berpihak kepada para tosu maka dia menghendaki
agar kita melupakan semua urusan yang lalu. Kalau kita
teringat betapa mendiang Thian Cu Hwesio, ketua Siauw-lirn
terpaksa membakar diri sampai mati gara-gara pengkhianatan
mendiang Cun Bin Tosu, hati siapa tidak akan terbakar karena
kejahatan tosu itu?" demikian seorang hwesio berseru marah.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian Gi Hwesio lalu berkata kepada Han Beng. "Sudah,
minggirlah, orang muda dan jangan mencampuri urusan kami.
Maksudmu baik, akan tetapi tidak tepat. Pergilah engkau!"
Berkata demikian, Thian Gi Hwesio menggerakkan tangan
kirinya mendorong, tentu saja sambil mengerahkan sin-kang
agar pemuda itu terkejut dan menyingkir. Akan tetapi, biarpun
dari ujung lengan bajunya yang lebar itu menyambar angin
yang kuat ke arah pemuda itu, ternyata sama sekali tidak
membuat pemuda itu bergoyang, apalagi mundur dan terkejut!
Pemuda itu tetap tenang saja, bahkan ujung lengan baju itu
yang balik seperti bertemu dengan benda kuat yang
menghalang tiupan angin dorongan tadi.
"Omitohud.............! Kiranya engkau memiliki kepandaian
juga? Pantas saja berani mencampuri urusan kami!" bentak
Thia Gi Hwesio yang berhati keras dan galak. "Nah, majulah
orang muda. Kalau memang engkau hendak memamerkan
kepandaian, maju dan lawanlah pincei sebelum engkau
melanjutkan kelancanganmu!"
Melihat sikap itu, Han Beng terkejut tak disangkanya bahwa
usahanya mendamaikan kedua pihak yang bermusuhan itu
diterima salah oleh kedua pihak pula. Bahkan kini ia ditantang
oleh seorang hwesio yang kelihatannya galak dan lihai.
"Maaf, Lo-cian-pwe. Saya bermaksud untuk melerai,
mendamaikan dan melenyapkan permusuhan, bukan
menanambah permusuhan baru!"
"Kalau engkau tidak berani melawan pinceng, hayo cepat
pergi dari sini!"
Pada saat itu, terdengar suara ketawa halus dan tiba-tiba
saja munculah seorang kakek tua renta yang usianya sudah
tujuh puluh tahun lebih, pakainnya sederhana sekali dari kain
putih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siancai..........., ini namanya orang-orang tua yang
sepatutnya berguru kepada orang muda, akan tetapi merasa
malu untuk mengakuinya!"
Para tosu yang tadinya sudah bediri dan siap untuk
berkelahi, begitu Melihat tosu ini, cepat mereka lalu memberi
hormat dengan membongkok, bahkan ada yang segera
berlutut kembali. Juga Thian Gi Hwesio dan para hwesio lain
ketika melihat tosu tua renta ini, mereka terkejut dan cepat
memberi hormat dengan merangkapkan kedua tangan di
depan dada.
Akan tetapi, Thian Gi Hwesio mengepulkan alisnya karena
ada rasa khawatir juga penasaran dalam hatinya melihat
munculnya kakek ini. Biarpun kakek ini, yang terkenal dengan
nama Pek I Tojin, merupakan seorang pertapa suci dari Thaisan
yang agaknya tidak mungkin mau mencampuri urusan
dunia akan tetapi bagaimanapun juga, dia adalah seorang
tosu dan tentu akan berpihak kepada para tosu! Dan kalau
kakek ini campur tangan, maka keadaan pihaknya akan
menjadi gawat.
Siapa yang tidak mengenal Pek I-Tojin, yang kabarnya
memiliki kesaktian seperti dewa saja? Bahkan suhengnya
sendiri, mendiang Thian Cu Hwesio, pernah mengatakan
kepadanya bah untuk jaman itu, sukar dicari orang yang
memiliki tingkat kepandaian seperti Pek I Tojin. Mungkin
hanya Hek Bin Hwesio saja, suheng dari Thian Cu Hwesio da
lam perguruan kebatinan di Himalaya yang mampu mencapai
tingkat itu.
Setelah memberi hormat, Thian Hwesio mewakili temantemannya.
"Omitohud, kiranya Lo-cian-pwe Pek I Tojin yang
datang. Tidak tahu apakah kedatangan Lo-cian-pwe ini untuk
membesarkan hati para tosu dan memberi pelajaran kepada
kami?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek I Tojin tertawa lembut mendengar ucapan itu. Dia
bersikap lembut dan tenang. "Siancai, Thian Gi Hwesio
sungguh masih saja penuh semangat. Apakah engkau sudah
lupa ketika pinto datang bersama Hek Bin Hwesio melerai
keributan antara hwesio dan para tosu? Pinto tidak berpihak
siapa pun seperti juga Hek Bin Hwesio tidak berpihak siapa
pun. Masing-masing melerai dan menahan golongan sendiri,
itu baru benar, sesuai dengan petunjuk pemuda bijaksana ini
bahwa perdamaian dimulai dari keadaan hati sendiri. Diri
sendiri yang harus ditundukkan, bukan orang lain.”
Melihat munculnya Pek I Tojin, seorang datuk yang amat
mereka hormati, para tosu tadinya berbesar hati. Akan tetapi
mereka pun teringat betapa tokoh besar yang satu ini tidak
suka akan pertentangan, maka tentu kedatangannya ini akan
berakibat teguran bagi golongan sendiri. Oleh karena itu,
seorang di antara paru tosu sudah cepat memberi hormat dan
berkata, "Lo-cian-pwe, kami ini para tosu mohon petunjuk
karena kami didesak dan dimusuhi para hwesio yang marahmarah!"
"Siancai, tidak ada kemarahan tanpa sebab dan tidak ada
perselisihan timbul kalau kedua pihak tidak saling serang. Tak
mungkin bertepuk tangan sebelah! Tak mungkin terjadi
kebakaran kalau api tidak bertemu dengan bahan bakar. Para
To-yu (sahabat), setelah pinto datang kalian minta petunjuk.
Apakah benar kalian akan mentaati apa yang kunasihatkan?"
"Kami taat!" Serentak para tosu itu menjawab karena
mereka percaya sepenuhnya kepada datuk besar itu.
"Nah, kalau kalian taat, sekarang juga kalian duduk bersila
dan pasrah sepenuhnya. Kalau ada yang menyerang kalian,
sampai membunuh kalian pun, kalian jangan bergerak dan
jangan melawan!"
Tentu saja para tosu terbelalak. Mereka berhadapan
dengan para hwesio yang sedang marah besar dan sudah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
siap untuk menyerang, bagaimana mungkin mereka harus
berdiam diri, menyerang tanpa perlawanan biar dibunuh
sekalipun?
"Akan tetapi bagaimana kalau para hwesio itu menyerang
kami dan membunuhi kami, Lo-cian-pwe?"
Pek I Tojin tersenyum. "Adakah manusia membunuh
manusia lain kalau Tuhan tidak menghendaki? Kalau sampai
kalian mati terbunuh, anggap saja sebagai penebusan dosa
yang dilakukan oleh kawan-kawan terdahulu. Biar pinto yang
duduk terdepan!" Berkata demikian Pek I lojin juga duduk
bersila di depan para tosu lainnya dan dia pun berkata kepada
para hwesio dengan lembut dan senyum ramah. "Nah,
Saudara-saudara para hwesio, sekarang para tosu sudah
menyerah dan tidak akan melawan sedikitpun juga. Terserah
kepada kalian apa yang akan kalian lakukan kepada diri kami,"
berkata demikian Pek I Tojin lalu memejamkan mata dengan
mulut tersenyum dan agaknya sudah pulas dalam samadhi.
Para tosu lainnya juga meniru perbuatan ini.
Para hwesio saling pandang dengan bingung. Jelas bahwa
para tosu itu tidak lagi mau mengadakan perlawanan dengan
kekerasan. Betapa mudahnya untuk melampiaskan nafsu
amarah dan dendam. Tinggal menghajar saja mereka!
Agaknya ada dua orang hwesio yang suah tidak sabar lagi.
Melihat kesempatan baik itu terbuka, dua orang hwesio itu
sudah bergerak dan melakukan serangan ke arah dua orang
tosu yang bersila paling pinggir. Melihat gerakan dua orang
hwesio ini, tiba-tiba toya di tangan Thian Gi Hwesio bergerak
dan menyelonong ke depan, mendahului dua orang hwesio itu
yang terdorong da mereka terjengkang! Tentu saja dua orang
hwesio itu terkejut, heran dan penasaran melihat betapa bekas
wakil ketua Siauw-lim-si itu bahkan menyerang mereka untuk
mencegah mereka menyerang musuh.
"Apa............ apa artinya ini!" mereka berseru.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Wajah Thian Gi Hwesio menjadi merah sekali. "Tidak
malukah kalian menyerang orang yang sudah tidak mau
melawan? Sungguh perbuatan itu merupakan perbuatan
pengecut dan tidak tahu malu! Kalau para tosu sudah tidak
mau melawan, berarti mereka itu mengalah dan mengakui
kesalahan rekan mereka. Kalau kita menyerang orang yang
sudah tidak melawan, maka pihak kitalah yang menjadi
sejahat-jahatnya orang! Pinceng melarang rekan-rekan kita
untuk turun tangan terhadap para tosu yang tidak melawan.
Mulai sekarang, kalau para Tosu tidak menggunakan
kekerasan, kita tidak boleh menggunakan kekerasan! Lo-cianpwe
Pek I Tojin hendak menggunakan siasat yang lemah
menundukkan yang keras, maka kita pun harus menggunakan
kelemahan, bukan kekerasan dan menjadi kalah tanpa
bertanding!" Setelah berkata demikian, Thian Gi Hwesio
memberi hormat kepada Pek I Tojin dan para tosu lainnya,
kemudian membalikkan tubuhnya dan melangkah lebar
meninggalkan tempat itu. Sembilan orang hwesio lainnya juga
mengikuti langkahnya itu sebentar saja mereka sudah
meninggalkan puncak itu.
Setelah para hwesio pergi, Pek I Tojin membuka matanya.
"Siancai............! Bagaimanapun juga, Thian Gi Hwesio Jelas
berwatak keras itu masih memiliki kebijaksanaan." Para tosu
lainnya juga membuka mata mereka dan mereka itu merasa
lega bahwa semua hwesio telah pergi. "Nah, kalian melihat
sendiri buktinya bahwa kekerasaan hanya dapat ditundukkan
oleh kelunakan. Apakah kalian masih meragukan hukum
Tuhan yang mutlak ini?" Setelah berkata demikian Pek I Tojin
kembali tersenyum dan ketika dia menggerakkan tubuhnya,
nampak bayangan berkelebat dan dia pun lenyap dari situ.
Para tosu memberi hormat ke arah lenyapnya Pek I Tojin
kemudian mereka memandang kepada Han Beng yang sejak
tadi menonton saja. Seorang di antara mereka menjura.
"Orang muda, terima kasih atas bijaksanaanmu
tadi."Setelah berkata demikian, para tosu juga pergi,
mengambil arah lain dari arah yang diambil para hwesio.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun, didalan hatinya, Han Beng masih menaruh
curiga.Tadi, sikap para hwesio masih penasaran, apalagi
orang yang ditangkis oleh Thian Ci Hwesio. Siapa tahu mereka
itu masih belum dapat melenyapkan dendam. Maka, dengan
perasaan tidak enak, Han Beng la berlari menuruni puncak,
membayangi para hwesio yang turun menuju ke arah barat.
Para hwesio itu berjalan dengan langkah lebar, akan tetapi
dengan mudah Han Beng dapat menyusul dan membayangi
mereka. Mereka berjalan tanpa bicara. Ketika mereka tiba di
tepi sebelah hutan dan Han Beng sudah mulai saja bosan
membayangi mereka karena selain mereka tidak bicara, juga
agaknya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai, tiba-tiba dari
dalam hutan muncul kurang lebih dua puluh orang tosu yang
memegang senjata dan tanpa banyak cakap lagi dua puluh
orang tosu itu telah menyerang sepuluh orang hwesio itu.
Tentu saja para hwesio menjadi marah. Mereka tadi memang
hanya karena terpaksa oleh sikap Pek I Tojin saja menahan
diri dan tidak menyerang para tosu yang tidak mau melawan.
Kini, melihat dua puluh orang tosu muncul dari dalam hutan
dan agaknya memang sengaja menghadang mereka dan
menyerang dengan senjata pedang dan golok, sepuluh orang
hwesio itu menjadi marah dan mereka pun mengantuk,
dipimpin oleh 'lhian Gi Hwesio yang bersenjatakan toya!
Han Beng yang menjadi penonton sambil bersembunyi
dibalik batang pohon, menjadi bingung. Tentu saja tidak dapat
menjadi pemisah setelah kedua pihak saling serang seperti itu.
Akan tetapi dia melihat bahwa tak seorang pun di antara
sembilan tosu yang tadi berada di antara para penyerbu itu
Para tosu ini merupakan wajah-wajah baru! Juga melihat
gerakan mereka, biarpun kesemuanya pandai ilmu silat namun
dibandingkan dengan para hwesio yang rata-rata memiliki
tingkat tinggi itu, mereka bukan merupakan lawan yang perlu
dikhawatirkan. Dugaannya Beng Han belum ada sepuluh
menit dua puluh orang tosu itu melakukan penyerbuan mereka
sudah dapat dipukul mundur akhirnya mereka melarikan diri
menuju hutan!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika ada hwesio yang hendak mengejar, Thian Gi Hwesio
berseru, "Jangan kejar! Mengejar musuh di dalam hutan lebat
amat berbahaya. Pula, kita harus setia kepada janji dalam
sendiri. Mulai sekarang, kita tidak menjadi pihak menyerang.
Kalau tosu menggunakan kekerasan, barulah kita membalas.
Kalau mereka menggunakan kelembutan dan tidak
menyerang, kita pun tidak boleh menyerang mereka. Kini,
gerombolan tlosu yang menyerang kita sudah melarikan diri,
tidak perlu dikejar lagi."
Akan tetapi Han Beng sudah menyelinap dan berlari-lari di
antara pohon-pohon dalam hutan. Dia membayangi para tosu
yang melarikan diri karena dia menaruh hati curiga. Para tosu
itu sudah menanti dan menghadang di tempat itu agaknya.
Tentu mereka sudah tahu para Hwesio macam apa yang akan
lewat dan mereka hadapi. Akan tetapi mereka itu tidak
melakukan persiapan matang, dan mengajukan tosu-tosu
yang tidak berapa tinggi kepandaiannya! Dan setelah
menyerang belum berapa lama, belum ada diantara mereka
yang terluka parah, tiba-tiba mereka melarikan diri! Sungguh
gerakan ini mencurigakan sekali!
Ternyata para tosu itu melarikan sampai menembus hutan
dan keluar dari sisi lain, kemudian mereka mendaki sebuah
bukit! Ini pun mencurigakan Jelas bahwa mereka hendak
menghilarngkan jejak dengan melalui hutan itu. Orang akan
menyangka bahwa mereka berkumpul di hutan itu, padahal
hutan itu hanya sekedar untuk lewat saja!
Setelah mendaki bukit yang penuh dengan hutan dan
jurang yang curam itu, dan tiba di sebuah lereng di mana
terdapat semacam perkampungan, mereka berhenti. Han
Beng cepat menyelinap dekat untuk mendengarkan
percakapancmereka. Seorang tosu yang tinggi kurus berkata
kepada kawan-kawannya. "Kalian semua sudah tahu bahwa
untuk bebera hari lamanya, sebelum ada perintah, kalian tidak
boleh meninggalkan perkampungan. Kami bertiga akan
melaporkan kepada Beng-cu (Pemimpin)."Setelah berkata
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
demikian, tosu tinggi kurus dan dua orang lainnya melanjutkan
perjalan menuju ke puncak, sedangkan tujuh belas orang tosu
yang lain memasuki perkampungan itu. Sebagian dari mereka
ketika memasuki pintu gerbang perkampungan yang terjaga
itu, sudah menanggal jubah tosu dan di sebelah dalam jubah
itu ternyata mereka mengenakan pakaian ringkas! Hemmmn,
kiranya hanya tosu-tosu palsu, pikir Han Beng yang menjadi
semakin curiga. Dia pun segera membayangi tiga orang tosu
yang mendaki puncak, ingin tahu siapa yang mereka sebut
Beng-cu itu dan apa yang akan mereka laporkan.
Tiga orang itu kini dipuncak dan ternyata bahwa di puncak
itu, tertutup oleh hutan yang mengelilingi puncak, terdapat
sebuah bangunan besar dan baru.
Ketika Han Beng menyelinap dan mengintai, dia melihat
tiga orang tosu palsu itu langsung menuju ke pintu gerbang
yang terjaga ketat dan pada saat itu, terdengar derap kaki
kuda dan muncullah seorang perwira pasukan pemerintah,
menunggang kuda dan dikawal oleh dua losin tentara. Melihat
perwira ini, para penjaga pintu gerbang segera memberi jalan
dengan sikap hormat.
Han Beng termenung dan kecurigaannya semakin
menebal. Melihat pakaian penjaga pintu gerbang itu, jelas
bahwa mereka bukan tentara. Akan tetapi perwira dan para
pengawalnya itu pasti pasukan pemerintah. Apa maksudnya
berkunjung ke tempat aneh di puncak bukit ini? Dan para tosu
palsu itu pun ke situ untuk bertemu dengan bengcu atau
pimpinan mereka! Tentu ada kaitannya antara pimpinan para
tosu palsu dan perwira pasukan pemerintah!
Tak lama kemudian, menggunakan ilmu kepandaiannya,
Han Beng berhasil melompati pagar tembok tanpa diketahui
para penjaga dan dia pun sudah menyelinap diantara pohonpohon
di taman bunga, mendekati bangunan dan dengan
gerakan bagaikan seekor burung walet dia sudah meloncat ke
atas genteng bersembunyi di balik wuwungan dan merayap
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti seekor kucing tanpa mengeluarkan suara untuk
mengintai ke dalam.
Akhirnya dia tiba diatas sebuah ruangan yang luas di mana
terdapat berapa orang sedang duduk menghadapi meja besar
dan bercakap-cakap. Han Beng yang mengintai dari atas,
mengenal tiga orang tosu yang dipimpin tosu kurus tadi, juga
melihat perwira yang tadi menunggang kuda berada pula di
situ. Di kepala meja duduk seorang laki-laki berusia enam
puluh tahun lebih dan melihat orang ini, Han Beng terkejut.
Sungguh seorang laki-laki yang menyeramkan. rambut, kumis
dan jenggotnya masih hitam, tebal dan lebat, tidak terawat
sehingga awut-awutan. Rambutnya keriting dan tebal sekali
sehingga kepala itu seperti mengenakan topi bulu yang aneh.
Mukanya persegi empat, dan muka itu sipenuhi brewok
sehingga mirip muka seekor singa atau harimau.Tubuhnya
tinggi besar dan nampak kokoh kuat, sepasang matanya juga
mencorong seperti mata harimau. Kuku-kuku jari tangannya
panjang meruncing. Mengesankan sekali orang ini dan
menakutkan. Baru melihat keadaan tubuhnya saja mudah
diduga bahwa ia tentu seorang yang memilliki tenaga kuat
sekali dan tentu pandai pula, memiliki ilmu silat yang tinggi,
Memang dugaannya ini tidak meleset dari kenyataan. Raksasa
kulit hitam itu adalah seorang datuk sesat yang selama hampir
dua puluh tahun ini menghilang di dunia kang-ouw. Ketika dia
muncul kembali, dunia kang-ouw geger karena ia memiliki
kesaktian yang tidak lumrah manusia. Munculnya
menundukkan para datuk sesat sehingga sebentar namanya
terkenal sekali dan dia diakui sebagai seorang datuk besar
dunia hitam.
Apalagi, disamping ilmu silatnya yang tinggi juga dia
memiliki ilmu sihir dan kemunculannya membawa pula suatu
aliran kepercayaan baru, yaitu penyembah Raja Setan yang
disebut Thian-te Kwi-ong! Hebatnya, Cui-beng Sai-kong,
demikianlah nama datuk ini, mampu mendatangkan Raja
Setan yang disembah-sembah itu! Karena dia dapat
membuktikan hal-hal yang aneh, disamping dia yang memiliki
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kepandaian silat dan sihir yang ampuh, sebentar saja banyak
orang yang terdiri dari para datuk sesat yang takluk kepadanya
dan menjadi pengikut atau anggauta perkumpulan atau aliran
kepercayaan itu! Aliran kepercayaan yang menyembah dan
memuja Raja setan.”
Seperti kita ketahui, Hok-houw To to Lui Seng Cu juga
seorang penyembah Thian-te Kwi-ong dan orang itu adalah
murid pertama atau pembantu pertama dari Cui-beng Saikong!
Dari raksasa hitam inilah Lui Seng Cu menerima aliran
kepercayaan baru itu dan dia pun bertugas untuk menyebarluaskan
kepercayaan itu dan akhirnya, seperti kita ketahui, Lui
Seng Cu berhasil mengait Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu menjadi
anggautanya!
Di dekat kursi Cui-beng Sai-kong yang disebut beng-cu
(pemimpin) oleh para tokoh sesat itu, duduk pula seorang
kakek yang lebih tua. Usia kakek itu tentu sudah lebih dari
tujuh puluh, dan pakaiannya seperti seorang tosu. Tubuhnya
pendek, dengan kaki dan tangan yang pendek. Akan tetapi
pedang yang tergantung dipunggung belakang itu panjang dan
melengkung, semacam pedang Samurai dari Jepang.
Jubahnya berwarna kuning dan rambutnya yang sudah putih
digelung keatas. Dia ini bukan lain adalah Tung-hai Cin-jin,
seorang tosu perantau yang berasal dari pantai timur. Tunghai
Cin-jin tadinya penasaran dengan munculnya Cui-beng
Sai-kong dan dia pernah mencoba kepandaian datuk sesat itu.
Akan tetapi dia kalah jauh dan tosu perantau ini tunduk dan
suka ditarik menjadi pembantu beng-cu itu. Apalagi karena
Tung-hai Cin-jin juga tertarik kepada aliran kepercayaan itu
yang menjanjikan kesaktian dan juga usia panjang!
Han Beng mendengarkan percakapan lima orang-orang itu
dengan hati terarik. Ketika itu, perwira yang agaknya menjadi
tamu itu menepuk meja dengan wajah gembira.
"Bagus! Jadi berhasil baik rencana kita, Beng-cu? Ah,
harap ceritakan bagaimana hasilnya!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tadinya memang mengkhawatirkan sekali, Ciangkun,"
kata Tung-hai Cin-jin yang duduk di sebelah pemimpinnya,
pinto bertugas untuk mengamati pertemuan antara rombongan
hwesio dan tosu di puncak Bukit Kijang. Mereka sudah saling
siap untuk bertempur ketikaa tiba-tiba muncul seorang
pemuda seorang pertapa yang berhasil melerai sehingga dua
pihak tidak jadi berkelahi.”
"Wah, sungguh sayang sekali kalau begitu!" kata perwira itu
kecewa.
"Akan tetapi, rombongan tosu palsu yang kita buat telah
berhasil meny ergap para hwesio itu di luar hutan!" kata Cuibeng
Sai-kong dengan bangga. kita sekarang tinggal menanti
hasil penyergapan para hwesio palsu buatan yang bertugas
untuk menyerang rombongan tosu itu."
Perwira itu mengangguk-angguk, sukurlah kalau berhasil.
Para hwesio dan tosu itu merupakan orang-orang yang keras
kepala. Merekalah yang merupakan golongan yang
menentang kebijaksanaan pemerintah. Karena pengaruh mer
eka maka rakyat juga menentang pembuatan terusan dan
mereka kurang semangat Padahal, pembangunan terusan itu
membutuhkan biaya yang amat banyak, teruutama tenaga
manusia yang besar jumlahnya. Para hwesio dan tosu itu,
terutama para hwesio Siauw-lim-si, merupakan penghambat
besar. Karena itulah maka kita mengadakan siasat mengadu
domba antara mereka agar mereka sibuk dengan permusuhan
mereka sendiri dan tidak ada lagi waktu untuk mengganggu
lancarnya pembangunan terusan."
Cui-beng Sai-kong tertawa. "Serahkan saja kepada kami,
Ciangkun. Asal Ciangkun tidak lupa memberi laporan yang
baik buat kami ke atasan Ciang-kun.”
Perwira itu tertawa pula. "Jangan khawatir, Bengcu.
Bukankah selama ini kami dari pihak pasukan pemerintah
telah bekerja sama dengan baik sekali denganmu? Bukankah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kami juga mengakui kedaulatan dan kekuasaanmu di antara
para tokoh kang-ouw?"
Para pelayan wanita datang membawa hidangan dan
mereka pun makan minnum dengan gembira. Tak lama
kemudian, muncullah tiga orang hwesio palsu, kepala mereka
memang tidak berambut, akan tetapi pakaian mereka telah
menjadi pakaian yang ringkas karena mereka telah
menanggalkan jubah pendeta mereka seperti yang dilakukan
para tosu tadi sebelum mereka memasuki ruangi itu. Setelah
memberi hormat kepada pimpinan mereka dan orang-orang
lain dan dipersilakan duduk, seorang di antara tiga orang
"hwesio" ini lalu membuat laporan.
Seperti juga rombongan tosu palsu yang menghadang para
hwesio, juga tiga orang hwesio palsu itu melaporkan tapa
mereka dengan rombongan hwesio palsu telah berhasil
menghadang dan menyerang para tosu yang meninggal
puncak Bukit Kijang. Mereka pun dipukul mundur, akan tetapi
mereka berhasil membuat para tosu yang mereka serang itu
tentu saja menjadi marah dan permusuhan di antara kedua
pihak kobar lagi
"Ha-ha-ha, bagus sekali! Beng-cu kami akan melaporkan
hasil ini kepa atasan kami dan tentu Bengcu dan kawan-kawan
akan menerima balas jas kata perwira itu.
Han Beng sejak tadi mendengarku mengepal tinju.
Sungguh licik dan jahat orang-orang ini, pikirnya. Kini, tanpa
ragu lagi dia dapat membayangkan mengapa permusuhan
antara para tosu dan para hwesio semakin meluas sejak
Siauw-lim-si dibakar. Tentu juga atas usaha orang-orang
seperti inilah maka kedua pihak itu semakin mendendam dan
saling membenci.Tentu ada di antara mereka ini yang
membunuh tosu dengan menyamar sebagai hwesio atau
sebaliknya. Dia bergidik membayangkan betapa luasnya
akibat yang disebabkan oleh usaha yang amat jahat itu. Tentu
para hwesio dan para tosu menjadi semakin saling membenci.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Apalagi dilandasi perbeda agama, maka permusuhan itu akan
jadi malapetaka yang mengerikan.
"Sungguh keji sekali kalian ini orang-orang jahat!"
bentaknya dan di lain saat, tubuhnya sudah melayang turun ke
dalam ruangan itu. Tentu saja semua yang menjadi terkejut
bukan main ketika melihat seorang pemuda bertubuh tinggi
besar dan bersikap gagah telah berdiri disitu, menentang
mereka dengan pandangan mata mencorong penuh
kemarahan.
Cui-beng Sai-kong adalah seorang datuk besar yang sadar
akan kemampuannya, maka biarpun diam-diam dia terkejut
melihat munculnya seorang pemuda tanpa dia ketahui
kehadirannya tadi, namun dia bersikap tenang saja.
Perwira itulah yang terkejut dan marah. "Wah, ada matamata
musuh kesini! Dia harus ditangkap!" Perwira itu
mengeluarkan teriakannya sebagai aba-aba dan dari luar
ruangan yang luas iti berhamburan masuk dua lusin perajurit
pengawalnya! Atas isarat yang diberikan oleh perwira itu
sendiri yang sudah mencabut pedang dan memimpim
langsung pasukannya, Han Beng segera dikepung.
"Hemmm, mata-mata keparat! Menyerahlah engkau
sebelum kami melakukan kekerasan! Menyerahlah untuk kami
tangkap!"
Han Beng bersikap tenang. "Ciangkun, aku tidak dapat
menyalahkan engkau karena bagaimanapun juga, engkau
adalah seorang perwira yang melaksanakan tugas untuk
atasanmu. Akan tetapi, mereka ini adalah orang-orang jahat
yang ingin mengadu domba dan mencelakakan orang lain
hanya untuk mendapatkan imbalan jasa. Merekalah yang
kutentang bukan engkau, Ciangkun!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi perwira itu tidak peduli dan memberi aba-aba
untuk menyerang pemuda itu. "Tangkap dia dan bunuh kalau
melawan!" bentaknya. Dua lusin perajurit itu bergerak dan
banyak sekali tangan dijulurkan untuk mencengkeram dan
menangkap Han Beng. Akan tetapi pemuda ini meloncat dan
mereka semua hanya mencengkeram udara kosang. Tahutahu
pemuda itu telah berada di luar kepungan. Mereka
membalik dan kembali mengepung, sekali ini mereka
mempergunakan senjata untuk menyerang. Han Beng
menggerakkan kaki tangannya dan segera terdengar para
pengepungnya berrteriak kesakitan, pedang, dan golok
beterbangan dan lima orang roboh susul-menyusul oleh
dorongan tangan, tamparan atau tendangan kakinya. Namun,
Han Keng membatasi tenaganya karena dia tidak ingin
membunuh orang.
Perwira itu marah sekali. Dia meloncat, menubruk dengan
pedangnya yang menyambar ganas kearah leher Han Beng.
"Aku tidak mau bermusuhan dengan pasukan pemerintah!"
kata Han Beng dan tangan kirinya menyambar, menangkap
pedang itu. Perwira itu membetot sekuat tenaga, namun
pedang seperti terjepit jari-jari baja saja. mengerahkan tenaga
sekuatnya, menarik lagi dan tiba-tiba saja dia terjengkang
dengan pedang yang tinggal sepotong karena yang sepotong
lagi tertinggal tangan Han Beng!
Melihat kehebatan pemuda ini, yang begitu saja
menangkap pedang telanjang komandan mereka, apalagi
kemudian mematahkannya, para perajurit menjadi gentar dan
ragu-ragu untuk melanjutkan pengeroyokan mereka. Sebelum
perwira itu dapat memberi aba-aba baru karena dia sendiri
masih terkejut melihat kelihaian pemuda itu, tiba-tiba terdengar
bentakan nyaring.
oooOOooo
"Saudara-saudara mundurlah semua. Biarkan pinto yang
menghadapi bocah sombong ini!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Yang berteriak ini adalah Tung-hai Sin-jin, tosu tua renta
yang usianya sudah tujuh puluh tahun lebih itu. Melihat
majunya pembantu utama dari Bengcu, perwira itu yang
merasa jerih kepada Han Beng memberi isarat kepada anak
buahnya dan pasukan itu pun memundurkan diri dan keluar
dari ruangan itu. Kini,kakek pendek itu sudah berhadapan
dengan Han Beng. Melihat kakek ini, Han Beng merasa seperti
sudah pernah melihatnya, akan tetapi dia lupa lagi entah
kapan dan di mana.
"Orang muda," kata Tung-hai Cin-Jin dengan sikap penuh
wibawa. "Engkau ini orang yang masih muda sekali akan
tetapi berani lancang mencampuri urusan orang lain! Siapakah
namamu dan siapa yang menyuruhmu menjadi mata-mata di
sini?"
"Totiang, sungguh aku merasa heran sekali. Engkau juga
seorang tosu, tetapi setidaknya berpakaian sebagai seorang
tosu. Akan tetapi mengapa engkau ikut pula mengotorkan
tanganmu mengatur rencana permusuhan antara para hwesio
dan para tosu sendiri? Tidak ada yang menyuruh aku, akan
tetapi aku tadi melihat ketika para tosu palsu menghadang
para hwesio, maka aku mengikuti tosu-tosu palsu itu kesini.”
"Siancai, pemuda yang besar mulut. Engkau tidak tahu
bahwa engkau berhadapan dengan Tung-hai Cin-jin! Hayo
cepat engkau berlutut dan minta ampun baru mungkin aku
dapat mintakan ampun untukmu kepada Beng-cu!"
Kini Han Beng teringat. Pernah gurunya yang pertama,
yaitu Sin-tiauw Liu Bhok Ki, menceritakan kepadanya siapasiapa
saja para tokoh kang-ouw yang ikut memperebutkan
anak naga di kedung maut Sungai Huang-ho, bahkan
kemudian memperebutkan dia dan Giok Cu karena dia dan
Giok Cu telah menghisap darah anak naga. Dan menurut guru
yang pertama itu, di antara para to kang-ouw itu terdapat yang
bernama Tung-hai Cin-jin dan kini dia pun teringat.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, kiranya Totiang adalah petualang yang dimana pun
selalu mengejar keuntungan itu! Pernah kita saling bertemu,
Totiang, kurang lebih sepuluh atau sebelas tahun yang lalu, di
tepi pusaran maut Sungai Huang-ho!"
Tosu itu mengerutkan alisnya dan ia memandang dengan
sinar mata penuh perhatian. Lalu dia menuding dengan
telunjuk kirinya, sedangkan tangan kanan meraba gagang
samurainya. "Bagus! Kiranya engkau bocah penghisap darah
naga Ho-ho, sungguh kebetulan sekali, pinto semakin tua dan
membutuhkan sekali darahmu untuk obat kuat dan panjang
umur!"
"Aha, jadi itukah bocah yang pernah kau ceritakan
kepadaku, Tung-hai Cin-jin? Kalau begitu, tangkaplah dia
untukku!" tiba-tiba Cui-beng Sai-kong berseru gembira. Dia
sudah mendengar cerita pembantunya itu tentang perebutan
mustika dan darah naga di Sungai Huang-ho, maka
mendengar bahwa pemuda itu adalah anak yang menghisap
darah naga, tentu saja dia tertarik sekali.
Tung-hai Cin-jin mengerutkan alisnya dan ingin dia
menampar mulut sendiri. Kenapa dia membuka rahasia itu di
depan bengcu! "Beng-cu, pin-to............ pinto sudah tua dan
loyo, amat membutuhkan darahnya................"
"Bodoh! Darah itu kini telah menjadi banyak setelah dia
dewasa, lebih dari cukup untuk kita berdua!"
Tung-hai Cin-jin merasa terhibur juga. Ucapan itu
menyatakan bahwa dia tentu akan mendapat bagian dari
darah pemuda ini yang amat dia butuhkan. Maka terdengar
suara berdesing dibarengi sinar berkilat menyilaukan mata
ketika dia mencabut pedang samurai dari belakang
punggungnya. Han Beng melihat i ni maklum bahwa tosu tua
itu ahli bermain pedang dan bahwa pedang yang panjang
melengkung itu tajam bukan main. Dia sejak tadi sudah
menyadari sepenuhnya bahwa dia memasuki tempat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berbahaya, gua harimau dan akan menghadapi orang-orang
berbahaya. Oleh karena itu, ketika dia masuk tadi, dia sudah
mematahkan sepotong dahan pohon sebagai tongkat untuk
dipakai sebagai senjata.
Kini, dengan potongan kayu sebesar lengan itu di tangan,
dia bersikap tenang. "Hemmm, kiranya engkau pun hanya
seorang tosu yang palsu saja, Tung-Hai Cin-jin. Seorang tosu
yang tulen tentu telah dapat menguasai nafsu-nafsunya dan
hidup selaras dengan To, tidak seperti engkau yang masih
diperbudak oleh nafsu-nafsu sendiri."
"Bocah sombong, pinto membutuhkan darahmu!" Berkata
demikian, kakek itu lalu menggerakkan pedangnya. Pedang itu
panjang dan melengkung, berat dan Tung-Hai Cin-jin
mempergunakan kedua tangan untuk memegang gagangnya
dan menyerang. Serangannya itu cepat dan kuat bukan main.
Sungguh aneh permainan pedangnya itu, menggunakan
kedua tangan! Akan tetapi, ketika Han Beng mengelak,
pedang itu sudah datang lagi menyambar dari arah yang
berlawanan! Ternyata biarpun dia mempergunakan dua
tangan, namun gerakan pedang itu tidak kalah cepatnya
seperti kalau digerakkan oleh satu tangan saja.
Han Beng segera mengelak lagi sambil mulai memainkan
tongkatnya. Dia telah mempelajari ilmu tongkat dari Sin-ciang
Kay-ong, ilmu tongkat yang menjadi andalan guru ke dua itu,
yang dinamakan "Tongkat Dewa Mabuk"! Tongkat di
tangannya menyambar kacau, ringan gerakan miring dan
kadang-kadang seperti tidak akan mengenai sasaran akan
tetapi dengan gerakan menyerong itu ujung tongkat
mengancam jalan darah yang berbahaya di tubuh lawan!
Tung-hai Cin-jin terkejut dan cepat memutar pedangnya
untuk membabat tongkat yang hanya terbuat dari dahan pohon
itu agar patah-patah. Namun, gerakan tongkat itu aneh sekali
dan selain dapat menghindarkan setiap bacokan untuk disusul
dengan pukulan atau totokan tongkat.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tung-hai Cin-jin merasa penasaran dan dia memutar
pedang semakin cepat sehingga nampaklah gulungan sinar
pedang yang putih kemilauan, menyambar-nyambar dengan
bunyi berdesing-desing Namun, Han Beng selalu dapat
mengelak dan tongkatnya yang sederhana berubah menjadi
gulungan sinar hijau. Tadinya, pada dahan itu masih
menempel beberapa lembar daun. Kini, daun-daun itu sudah
rontok, akan tetapi sebelum rontok, sudah berkesempatan
untuk lebih dulu menyambar kearah tubuh Tung-hai Cin-|in.
Dua helai daun tadi telah menyambar dan menampar kedua
pipi kakek itu. Hanya daun terbang, akan tetapi karena
mengandung tenaga kuat, maka kedua pipi itu menjadi merah
sekali!
Kakek itu memang amat hebat dengan pedang samurainya.
Namun, dia sudah terlalu tua untuk berkelahi dalam waktu
lama. Sebentar saja, tubuhnya sudah basah dengan keringat
dan napasnya mulai terengah-engah. Melihat keadaan
pembantunya itu, diam-diam Cui-beng Sai-kong terkejut juga.
Dia mengenal kepandaian kakek pendek itu yang cukup lihai.
Akan tetapi melawan pemuda ini, belum juga dua puluh jurus
lamanya, Tung-hai Cin-jin sudah terdesak dan terengahengah.
"Bocah sombong, lihat seranganku!"
Dia membentak dan kakek tinggi besar hitam seperti
raksasa itu sudah meloncat kedalam medan pertempuran,
kedua lengannya diayun dan angin menyambar ke arah Han
Beng yang pada saat itu sedang menahan pedang samurai
lawan dengan tongkatnya. Cepat dia melepaskan pedang itu
dari tempelan tongkatnya sambil melompat kebelakang.
Namun, angin pukulan itu tetap saja masih membuat dia
terhuyung kebelakang. Dari belakang, ada beberapa orang
pembantu beng-cu itu menyambutnya dengan serangan golok
dan tombak. Akan tetapi Han Beng melempar tubuh ke bawah
menggelinding ke arah mereka dan begitu tongkatnya
bergerak, dua orang pengeroyok telah roboh tertotok
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sambungan lutut mereka! Dia meloncat bangun kembali dan
kini bersikap hati-hati, karena dia maklum betapa lihainya
beng-cu itu.
Cui-beng Sai-kong yang melihat betapa pemuda itu bukan
saja berhasil menghindarkan diri dari serangannya, bahkan
sambil menggelundung tadi tadi merobohkan pula dua orang
pembantunya yang cukup lihai, menjadi marah dan
penasaran. Kalau dia tidak cepat merobohkan pemuda itu,
tentu kebesarannya akan tercemar! Sekali menggerakkan
tubuhnya, dia telah meloncat ke depan Han Beng. Dan
mulailah dia menyerang dengan gerakan aneh dan cepat, juga
kedua tangannya yang menyambar-nyambar itu mengeluarkan
suara berkerotokan seolah-olah semua tulangnya Itu saling
beradu, dibarengi menyambarnya angin dahsyat. Serangkaian
serangan terdiri dari sembilan pukulan dan cengkeraman yang
bertubi-tubi datangnya dapat dihindarkan oleh Han Beng
dengan elakan dan loncatan kesana-kemari. Gerakan
tubuhnya lincah sekali sehingga dia berhasil lolos. Namun,
kembali dia terhuyung karena serangan-serangan itu
mendatangkan angin pukulan yang mendorong dengan
kuatnya. Sebagai balasan, ketika dia melihat kesempatan
setelah lewatnya serangkaian serangan itu, ujung tongkatnya
bergerak lengan ujungnya berputaran kedepan muka lawan.
Kalau lawannya tidak lihai sekali, tentu akan bingung dan
pandang matanya kabur melihat ujung torgkat berputaran
didepan mata seperti itu. Namun tidak demikian dengan Cuiben
Sai-kong yang selain memiliki ilmu kepandaian tinggi, juga
memiliki pengalaman yang matang dalam soal perkelahian.
Sudah banyak dia menghadapi lawan-lawan tangguh, maka
biarpun ilmu tong kat yang dimainkan pemuda itu aneh dan
membingungkan, namun dia tidak menjadi gentar dan tiba-tiba
saja tangan kanannya menyambar kedepan, mencengkeram
ke arah pusar lawan sedangkan tangan kirinya diputar
sedemikian rupa untuk menangkap ujung tongkat itu! Tentu
saja Han Beng tidak mau tongkatnya tertangkap lawan. Dia
menarik tongkatnya dan menghindarkan cengkeraman itu
dengan memiringkan tubuh ke kanan. Akan tetapi, dari atas,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kiri yang diputar tadi telah menyambar, mencengkeram
ke arah ubun-ubun kepalanya dan tangan kanan yang luput
mencengkeram tadi pun sudah menyambar dari samping
dengan pukulan tangan terbuka yang dasyat sekali!
Han Beng terkejut, cepat dia mengelak lagi sambil
melompat ke atas, kini menggunakan gerakan dari Hui-tiauw
Sin-kun (Silat Sakti Rajawali Terbang) yang dipelajarinya dari
Sin-tiauw Liu Bhok Ki. Gerakannya cepat dan tubuhnya
bagaikan bersayap saja. Dari atas, tongkatnya kembali
menyambar ke bawah, kearah tengah kepala lawan. Kini
kakek itu yang terkejut.
"Aihhhhh.............!" Dia mendengus, akan tetapi biarpun dia
sudah mengelak sambil menggunakan kedua tangan untuk
melindungi kepala, berusaha menangkap tongkat, namun
tongkat itu menyeleweng ke samping dan berhasil mencium
pundaknya.
"Tukkk!" Pundak itu dilindungi kekebalan yang luar biasa
sehingga ujung tongkat terpental. Keduanya terkejut. Han
Beng terkejut karena hampir saja tongkat yang berhasil
menotok pundak Itu patah, sudah melengkung, dan sebaliknya
kakek itupun terkejut karena biarpun dia mampu
menyelamatkan pundaknya dengan perlindungan kekebalan,
namun tetap saja pundaknya terasa nyeri, tanda bahwa
tenaga di dalam tongkat itu sungguh amat kuatnya! Mau tidak
mau, Cui-beng Sai-kong terhuyung. Akan tetapi pada saat itu,
Tung-hai Cin-jin sudah menyerang lagi dengan samurainya
disabetkan dari kanan ke kiri membabat pinggang Han Beng.
Kalau mengenai sasaran, agaknya pemuda itu akan sukar
menyelamatkan diri dan tubuhnya tentu akan buntung menjadi
dua potong! Dia melempar tubuh ke belakang, tongkatnya
diputar di sebelah kirinya menyambut pedang itu yang begitu
bertemu tongkat Ialu ikut terputar dan hampir terlepas dari
tangan kakek tua renta itu. Tung-hai-Cin-jin terkejut, cepat
menarik kembali samurainya dan melompat ke belakang
dengan muka pucat. Akan tetapi, kini Cui-beng Sai-kong
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah mengerahkan tenaga dalam dan menggunakan ilmu
hitamnya. Dia mengeluarkan suara menggereng seperti
auman singa marah dan se galanya tergetar hebat oleh auman
itu. Inilah semacam ilmu Sai-cu Ho-kang (Tenaga Auman
Singa) yang amat ampuh dapat menggetarkan dan
melumpuhkan lawan. Ilmu ini memang diambil pengaruh dari
auman singa. Seekor singa harimau atau binatang buas lain,
serta mempergunakan kekuatan auman ini untuk
melumpuhkan lawan.
Han Beng terkejut sekali. Banyak orang di situ roboh
bergelimpangan, pemuda itu pun merasa betapa kedua
kakinya lemas! Pada saat itu, Cui-Sai-kong sudah menubruk
dengan kedua lengannya mencengkeram ke arah leher dan
dada!
Han Beng teringat akan nasihat kedua orang gurunya kalau
menghadapi serangan yang mengandalkan kekuatan suara
atau ilmu hitam. Dia mengerahkan Sin-kang di tubuhnya,
dihalau ke seluruh tubuh sampai menembus ke otak pada saat
serangan datang, dia sudah pulih kembali, tidak lagi merasa
Iumpuh dan dia dapat membuang tubuhnya kiri sehingga
cengkeraman kedua tangan lawan itu luput dan dari kiri, Han
Beng sudah mengirim tusukan dengan tongkatnya ke arah
lambung lawan!
“Tukkk!" Totokan itu tak mengenai sasaran, meleset dan
pada saat itu, dalam keadaan terhuyung, Cui-beng Sai-kong
yang lihai itu telah mengirim tendangan dengan kakinya yang
panjang dan besar.
"Desss........!" Tendangan itu mengenai paha Han Beng dan
tubuh pemuda ini terlempar jauh ke atas! Dan tubuh itu tidak
turun kembali! Semua orang terbalak memandang ke atas.
Kiranya, Tubuh pemuda itu disambar oleh seorang kakek yang
pakaiannya serba putih. Kakek itu menarik tubuh Han Beng
melalui atap yang sudah berlubang dan mereka pun lenyap.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
”Kejar!" teriak Cui-beng Sai-kong sambil bersama Tung-hai
Cin-jin mendahului melompat ke atas genteng. Namun sia-sia.
Kakek itu bersama Han Beng telah lenyap entah ke mana.
Kakek yang melarikan Han Beng itu bukan lain adalah Pek I
Tojin! Han Beng tidak terluka. Tadi ketika terkena tendangan,
karena sudah tidak mampu menghindarkannya lagi, dia
melindungi tubuh dengan sin-kang, bahkan membiarkan
tubuhnya ringan sehingga ketika terkena tendangan yang
amat kuat itu, tubuhnya seperti sebutir bola melambung ke
atas. Tahu-tahu ada orang menyambarnya. Beng hendak
meronta, akan tetapi ketika mengenal kakek yang pernah
dilihatnya ketika melerai pertikaian antara para hwesio dan
tosu, dia pun diam saja, bahkan membiarkan dirinya dibawa
lari sampai jauh.
Di dalam hutan yang sunyi Pek I Tojin melepaskan tubuh
Han Beng dia memandang heran melihat betapa pemuda itu
sama sekali tidak terluka dan berlutut di depannya memberi
homat.
"Eh, kau tidak............. terluka ?"
"Tidak, Lo-cian-pwe."
Kakek itu mengangguk-angguk. "Bagus! Kiranya engkau
telah menerima gemblengan orang pandai. Tidak tahu
siapakah gurumu ?"
"Teecu (Murid) pernah dibimbing Suhu Sin-tiauw Liu Bhok
Ki dan kemudian oleh Suhu Sin-ciang Kai-ong."
"Siancai.............! Pantas kalau begitu. Dan Engkau telah
mewarisi ilmu-ilmu mereka dengan baik. Akan tetapi engkau
masih terlalu hijau, tidak mengukur kekuatan lawan.
Ketahuilah bahwa Cui-beng Sai-kong itu selain lihai sekali,
juga memiliki banyak anak buah. Untung engkau tadi belum
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dikeroyok oleh seluruh anak Buahnya. Hemmm, kenapa
engkau dapat berada di sarang mereka itu?"
Han Beng menceritakan tentang penyerbuan tosu-tosu
palsu yang diatur oleh gerombolan itu untuk mengadu domba
antara para hwesio dan tosu. Mendengar ini, Pek I Tojin
tersenyum. "Sudah pinto duga begitu. Pinto juga melihat dua
puluh orang hwesio palsu menyergap para tosu, maka pinto
juga membayangi paru hwesio palsu itu dan tiba di sarang
mereka."
“Ah, kalau begitu, usaha Lo-cian-pwe melerai dan
mendamaikan para tosu dan para hwesio akan menjadi sia-sia
saja mereka tentu sudah terpengaruh oleh siasat busuk
mengadu domba itu."
"Tidak, orang muda. Bahkan pinto melihat jalan yang baik
untuk mendamaikan antara mereka, mungkin untuk
selamanya. Mari kita membagi pekerjaan. Kau pergilah ke
barat. Di luar hutan terdapat sebuah kuil tua dan pinto kira
disana engkau akan dapat menemukan sepuluh hwesio
pimpinan itu. Ceritakan apa yang kau lihat tentang tosu tosu
palsu itu, kemudian ajak mereka ke sini. Katakan bahwa pinto
menanti disini bersama para tosu pimpinan. Kemudian kita
bersama-sama menyerbu sarang Cui-be Sai-kong dan anak
buahnya. Dengan terbongkarnya kepalsuan dan fitnah adu
domba itu, kiranya para hwesio dan tosu akan benar-benar
insaf betapa bodohnya sikap mereka selama ini dan bahwa
permusuhan hanya akan memancing datangnya malapetaka
bagi diri sendiri."
Han Beng dapat mengerti apa yang dimaksudkan kakek itu.
Dia lalu berlari cepat menuju ke barat sedangkan kakek itu pun
berkelebat menuju ke timur.
Benar saja, Han Beng dapat menjumpai para hwesio yang
dipimpin oleh Thian Gi Hwesio itu di dalam sebuah kuil.
Mereka sedang berdoa ketika dia tiba di situ. Ketika para
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hwesio mendengar keterangannya tentang para tosu palsu
yang menyerbu mereka, para hwesio itu menjadi marah.
"Omitohud............! Kiranya begitu? Kami sudah merasa
bingung dan heran sekali......! Mari kita serbu ke sarang
mereka!" Thian Gi Hwesio berkata dan para hwesio lainnya
menyambut penuh semangat.
"Nanti dulu, Lo-suhu. Saya disuruh oleh Lo-cian-pwe Pek I
Tojin agar mengajak Cu-wi ke dalam hutan. Di sana dia akan
menanti bersama para tosu yang juga disergap oleh
segerombolan hwesio palsu."
Berangkatlah para hwesio itu dan Han Beng menjadi
petunjuk jalan. Ketika mereka tiba di dalam hutan, ternyata
Pek I Tojin dan sembilan orang tosu pimpinan sudah berada di
situ. Ketika para hwesio dan para tosu mendengarkan siasat
yang dijalankan pemerintah dengan bantuan tokoh-tokoh
sesat untuk mengadu domba antara para hwesio dan para
tosu, tentu saja mereka menjadi penasaran dan marah sekali.
Pek I Tojin tersenyum, diam-diam girang melihat sikap
mereka. "Nah, sekarang kalian dapat melihat sendiri betapa
ruginya kalau antara kedua pihak selalu bermusuhan. Dapat
dipergunakan oleh golongan ke tiga untuk mengadu domba
kalian sehingga memperlemah diri sendiri. Tahukah kalian
mengapa pemerintah memusuhi golongan pendeta, banyak
para hwesio maupun para tosu, dan tidak segan-segan
mempergunakan tokoh-tokoh sesat untuk memusuhi kalian?
Bukan lain karena di samping para pendekar, kedua golongan
hwesio dan tosu yang melindungi rakyat dan menyatakan tidak
setuju dan menentang pelaksanaan penggalian terusan yang
memakan korban banyak sekali nyawa rakyat. Kalau kalian
ditentang pemerintah yang tidak segan bersekongkol dengan
kaum sesat, maka hal itu berarti bahwa perjuangan kalian
sudah benar. Nah, sekarang hendaklah pengalaman ini
menjadi pelajaran dan kalian dapat menyebarluaskan kepada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
saudara-saudara golongan masing-masing betapa bodoh dan
kelirunya untuk saling bermusuhan."
Setelah mendengarkan nasihat itu, mereka semua
berangkat menuju ke Sarang Cui-beng Sai-kong di puncak
bukit, Ketika tiba di lereng bukit dan Han Beng mengajak
mereka lebih dulu menyerbu markas di mana tinggal para
anak buah datuk sesat itu, ternyata markas telah kosong dan
semua anggauta-anggauta gerombolan telah dikerahkan oleh
Cui-Beng Sai-kong, melakukan penjagaan di Puncak! Mereka
telah memusatkan kekuatan di puncak. Bahkan perwira itu
telah mengutus anak buahnya untuk mendatangkan pasukan
sebanyak seratus orang!
Ketika rombongan tosu dan hwesio tiba di sarang
gerombolan itu, mereka disambut dengan serangan oleh para
anak buah gerombolan. Dapat dibayangkan betapa marahnya
hati para tosu dan Hwesio ketika melihat bahwa di antara para
penyambut itu terdapat hwesio-hwesio dan tosu-tosu palsu
yang tadi telah menyergap mereka!
Matahari mulai turun ke barat cuaca menjadi gelap ketika
terjadi pertempuran yang amat seru. Para hwesio dan tosu itu
adalah para pimpinan rata-rata mereka memiliki kepandandian
tinggi sehingga banyak anak buah gerombolan dan juga
anggauta pasukan pemerintah yang roboh, luka atau tewas.
Cui-beng Sai-kong sendiri dengan marah sudah keluar
dibantu oleh Tu hai Cin-jin dan beberapa orang pembantu
yang cukup lihai. Tung-hai Cin-jin dengan samurainya segera
disambut oleh Han Beng. Pemuda ini dikepung dan dikeroyok
oleh Tung-hai Cin-jin yang bantu oleh tiga orang tokoh sesat,
namun, Han Beng dapat menandingi mereka dengan baik,
menggunakan sebatang tongkat yang sudah dipersiapkan
sebelumnya. Ketika dia mengeluarkan sebuah sabuk dan
memegang sabuk dengan tangan kirinya, dia bahkan segera
dapat mendesak empat orang pengeroyoknya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, Cui-beng Sai-kong dihadapi oleh Pek I Tojin
sendiri! Tosu tua ini tersenyum dan bersikap tenang sekali
ketika kakek raksasa itu dengan muka semakin hitam karena
masih menghadapi dan memandang kepadanya dengan sinar
mata mencorong.
"Hemmm, kiranya Pek I Tojin yang berdiri di belakang
pemberontakan terhadap pemerintah!" kata Cui-beng Sai-
Kong dengan nada suara mengejek. "Bagus! Seorang pertapa
yang mengaku dirinya suci, tidak pernah mencampuri urusan
dunia, sekarang begitu muncul menjadi pentolan
pemberontak!"
Pek I Tojin tidak menjadi marah mendengar ejekan itu. Dia
memandang seperti seorang tua memandang tingkah laku
seorang anak-anak nakal.
Cui-beng Sai-kong dua puluh tahun yang lalu ketika engkau
mengundurkan diri ke pegunungan sunyi, semua orang
mengira dan mengharapkan bahwa engkau mau
meninggalkan jalan sesat, memulihkan diri dan menebus
dosa. Tidak tahunya sekarang engkau muncul kembali lebih
jahat daripada sebelumnya Engkau mengumpulkan tokohtokoh
sesat bersekongkol dengan pemerintah dan mengadu
domba antara para tosu dan para hwesio. Mereka bukan
pemberontak engkau pun tahu akan hal ini, dan pinto sendiri
yang tidak lagi membutuhkan apa-apa, untuk apa
memberontak? Para hwesio dan tosu yang berjiwa pendekar
itu tidak rela melihat rakyat jelata dikorbankan, yang ditentang
adalah aturan yang menindas rakyat, bukan pemerintah!"
"Ahhh, banyak omong tidak akan menyelamatkan dirimu,
Pek I Tojin! Lihat naga hitamku akan menelanmu bulat-bulat!"
Cui-beng Sai-kong membungkuk mencengkeram segenggam
tanah dan dilontarkan tanah itu ke udara dan berbareng
dengan meledaknya asap hitam nampak seekor naga yang
dahsyat mengerikan hendak mencengkeram ke Pek I Tojin!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek I Tojin tetap berdiri tegak, tersenyum lembut dan
matanya memandang kepada naga ciptaan yang
menyeramkan Itu. Kemudian dia berkata lembut, "Cui-beng
Sai-kong, tidak perlu bermain-main seperti anak kecil! Apa pun
yang berasal dari tanah pasti kembali menjadi tanah!" berkata
demikian, kakek pakaian putih ini menggunakan ujung
tongkatnya mencokel tanah di depannya. Segumpal kecil
tanah melayang dan nyambar ke arah "naga" itu dan asap
hitam mengepul tebal, naga itu pun lenyap dan udara kembali
terang di bawah sinar lampu-lampu yang digantung sekitar
tempat itu.
Cui-beng Sai-kong marah sekali, mengeluarkan suara
aumannya yang amat berbahaya itu. Namun, juga auman
sama sekali tidak mempengaruhi Pek I Tojin, dan dia tetap
berdiri tegak dengan penuh kewaspadaan. Maklum akan
lihainya kakek berpakaian putih ini, beng Sai-kong lalu
mencabut sebatang pedang dan menyerang dengan gencar
dan dahsyat. Namun, semua sambaran sinar pedangnya
membalik ketika bertemu dengan tongkat di tangan Pek I
Tojin.
Sementara itu, Han Beng yang mengamuk dengan
tongkatnya, berhasil merobohkan Tung-hai Cin-jin dan tiga
orang kawannya. Nyaris pundak Han Beng terluka ketika
Tung-hai Cin-jin, dengan sisa tenaga yang ada karena kakek
ini sudah merasa lelah sekali, mengayun pedang samurainya.
Pedang itu berat dan cara kakek itu bermain pedang,
menguras banyak tenaganya, padahal lawannya Han Beng,
memiliki gerakan yang lincah sekali sehingga semua
serangannya tak pernah menyentuh lawan. Ketika pedang
samurai itu terayun, Han Beng sedang menendang roboh
seorang pengeroyok terakhir, maka kakinya sedang terangkat
dan tepat pada saat itulah pedang samurai datang menyambar
lehernya. Dia cepat menekuk lututnya dan samurai itu
menyambar lewat, dekat sekali dengan pundaknya sehingga
terasa dingin sambaran pedang itu. Dia cepat meluncurkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tongkatnya ke samping, tepat ujung tongkatnya menotok
pinggul dari kakek itu.
"Ahhh!" Seketika kaki kiri Tung-hai Cin-jin terasa lumpuh
dan dia pun roboh, tangan yang memegang pedang samurai
itu sudah lemas dan pedang yang berat itu pun meluncur ke
bawah, hampir tak terkendalikan tangannya dan tahu-tahu
pedang itu meluncur dan menusuk lehernya sendiri! Kakek itu
berkelojotan dengan leher yang hampir putus!
Han Beng terbelalak ngeri. Sama sekali dia tidak
bermaksud membunuh Tung-hai Cin-jin seperti itu. Dia cepat
membuang muka dan pada saat itu, melihat betapa tongkat
Pek I Tojin memukuli punggung dan pinggul Cui-be Sai-kong.
Dia menjadi kagum bukan main. Dia sudah merasakan
kelihaian Cui-beng Sai-kong yang bertangan kosong kini datuk
sesat itu memegang pedang. Namun ternyata Pek I Tojin
mampu mempermainkannya dan memukuli pinggang dan
punggungnya seperti seorang guru memberi hukuman kepada
seorang murid yang nakal!
Cui-beng Sai-kong melihat betapa pembantu utamanya,
Tung-hai Cin-Jin telah roboh tewas dan para pembantunya
juga banyak yang sudah roboh, Bahkan anak buahnya mulai
kocar-kacir dihajar para hwesio dan tosu. Pasukan pemerintan
itu pun tidak banyak dapat membantu karena mereka sendiri
pun kewalahan menghadapi pengamukan para hwesio dan
tosu. Karena itu, dia lalu melompat jauh meninggalkan Pek I
Tojin dan melarikan diri.
Melihat betapa datuk sesat itu telah larikan diri dan anak
buahnya sudah dihajar, Pek I Tojin lalu berseru dengan suara
nyaring."Para hwesio dan tosu, kita tidak memusuhi
pemerintah. Biang keladinya sudah melarikan diri! Mari kita
tinggalkan tempat ini!"
Para hwesio dan tosu itu maklum bahwa tidak ada
untungnya kalau mereka terus mengamuk dan membunuh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak prajurit pasukan pemerintah. Tadi pun dalam
pertempuran, mereka menjaga diri dan tidak ingin membunuh
para perajurit. Kini mendengar seruan Pek I Tojin, mereka pun
berloncatan meninggalkan tempat itu dan menghilang di dalam
kegelapan malam. Perwira yang menjadi komandan pasukan,
berlari memberi aba-aba kepada pasukan untuk melakukan
pengejaran. Akan tapi tentu saja hal ini tidak ada gunanya
karena selain para penyerbu itu dapat berlari cepat sekali, juga
para prajunt sudah merasa gentar dan tak berani mengejar
tanpa mengandal banyak teman.
Peristiwa itu benar saja, seperti harapan Pek I Tojin,
menjadi obat mujarab yang menyembuhkan dendam
kebencian antara para hwesio dan para tosu. Sejak terjadinya
peristiwa itu, para hwesio dan para tosu itu menyebarkan
berita itu dengan luas di antara golongan masing-masing
sehingga kedua pihak membuang jauh-jauh perasaan
bermusuhan itu. Bahkan tidak jarang mereka itu bekerja sama
untuk membela rakyat jelata yang tertindas oleh oknum-oknum
yang mempergunakan kesempatan dalam pelaksanaan
pekerjaan besar menggali terusan itu untuk mengeduk
keuntungan sebesarnya dengan memaksa rakyat bekerja
tanpa upah!
Sementara itu, jauh di luar hutan di tempat terbuka yang
sunyi, dan diterangi oleh sinar bulan yang baru muncul. Han
Beng berlutut di depan Pek I Tojin.
"Orang muda, pinto melihat bahwa ilmu silatmu sudah
cukup tinggi dan engkau telah mewarisi inti sari dari ilmu
kepandaian Liu Bhok Ki dan Sin-ciang Kai-ong. Mengapa pula
engkau kini mohon untuk menjadi murid pinto?" tanya Kakek
itu dengan suara yang lembut, sama sekali dia tidak
memperlihatkan perasaan gembiranya yang timbul ketika
melihat pemuda ini menyatakan hendak menjadi muridnya.
Dia sendiri kagum kepada pemuda ini, maklum bahwa
pemuda ini selain memiliki tenaga sin-kang yang luar biasa
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali kuatnya, juga memiliki bakat yang baik dan watak yang
tidak tercela.
"Maaf, Lo-cian-pwe. Sama sekali bukan berarti bahwa
teecu meremehkan kedua ajaran dari kedua Suhu yang telah
teecu terima. Akan tetapi ketika teecu bertanding melawan
Cui-beng Sai-kong, terasa benar oleh teecu betapa
pengetahuan teecu masih dangkal sekali. Kemudian teecu
melihat betapa Lo-cian-pwe dengan amat mudahnya mampu
menundukkan datuk sesat itu. Oleh karena itulah, teecu
bertekad untuk memperdalam ilmu di bawah pimpinan Locian-
pwe, tentu saja kalau Lo-cian pwe sudi menerima teecu
sebagai murid.”
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 15
Kakek itu tersenyum. "Dunia menghadapi masa suram dan
memang amat dibutuhkan orang-orang muda seperti engkau,
Si Han Beng. Baiklah, dalam usia pinto yang sudah tua ini,
pinto akan mencoba untuk menambah bimbingan sedapatnya
kepadamu. Mari, engkau ikutlah aku ke Thai-san."
Dengan girang Han Beng lalu memberi hormat delapan kali
sebagai tanda pengangkatan guru dan malam itu juga guru
dan murid ini melanjutkan perjalanan menuju ke Thai-san.
oooOOooo
Pemuda itu menangis sambil berlutut di depan kakek
raksasa hitam yang duduk bersila di depannya, dalam sebuah
gua. Pemuda itu berusia kurang lebih dua puluh lima tahun.
Tubuhnya sedang dadanya bidang dan wajahnya yang putih
itu nampak tampan dan lembut. Rambutnya disisir rapi, dan
pakaian yang seperti seorang pelajar itu pun terbuat dari
sutera halus, rapi dan mewah, seperti seorang pelajar dari
kota putera seorang hartawan atau seorang bangsawan.
Melihat rambutnya yang rapi, pakaian yang bersih, sepatu
yang mengkilap, dapat dilihat bahwa dia seorang pemuda
yang pesolek. Sikap lemah lembut, dan hidungnya yang besar
mancung, bibirnya yang merah penuh gairah, matanya yang
dapat memandang dengan sayu, sungguh pemuda ini memiliki
daya tarik yang amat kuat bagi wanita pada umumnya.
"Suhu.......... ah, Suhu .......... kenapa suhu begitu begitu
tega menyuruh teecu pergi dari sini? Semua perintah Suhu
telah teecu lakukan. Latihan-latihan yang teramat berat,
mempertaruhkan nyawa sudah teecu laksanakan dengan baik,
akan yang terakhir, Suhu menyuiuh teecu bertapa seperti
mayat di dalam kuburan, diantara makam orang mati, sampai
sebulan lamanya. Teecu merasa seram dan takut setengah
mati, akan tetapi sudah teecu lakukan juga ........... semua itu
untuk mentaati perintah Suhu. Dan sekarang............ sekarang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Suhu menyuruh teecu pergi..........." Pemuda itu menangis.
Sungguh mengherankan sekali. Pemuda itu demikian gagah
perkasa, akan tetapi kini dapat menangis seperti seorang anak
kecil. Begitu cengengnya!
"Hong San, hentikan tangismu itu!" kata Kakek Raksasa
yang bersila di depannya.
"Engkau tahu, semua yang kaulakukan itu bukan hanya
untuk mentaati perintahku, melainkan demi kepentinganmu
sendiri! Selama ini engkau kugembleng sampai habis semua
ilmuku kuberikan kepadamu, bahkan kubuka rahasia
menghimpun tenaga rahasia dengan jalan bertapa, semua itu
untukmu! Kini engkau miliki tingkat kepandaian yang tidak
kalah olehku!"
Mendengar ini, seketika pemuda itu menghentikan
tangisnya dan dia memandang kepada gurunya sambil
tersenyum! Dan senyumnya sungguh manis sekali! Kalau ada
yang melihatnya, tentu orang itu akan tcrtegun. Baru saja
menangis begitu sedihnya, kini suddh dapat tersenyum manis!
”Benarkah Suhu? Benarkah., bahwa tingkat kepandaian
teecu kini tidak kalah oleh Suhu?'' katanya dengan sikap
manja seperti anak kecil.Akan tetapi harus diakui bahwa kini
wajahnya tampan sekali, berseri-seri, mulutnya tersenyum dan
bibir merah itu Penuh gairah, sepasang matanya indah
cemerlang.
Kakek itu berusia enam puluh tahun. Tinggi besar seperti
raksasa. Tubuh yang kokoh kuat itu berkulit hitam,
rambutyabrewok di mukanya yang tebal dan awut-awutan,
masih hitam, mukanya seperti singa persegi empat, dan
matanya mencorong. Kakek ini bukan lain adalah Cu-beng
Sai-kong! Setelah dikalahkan oleh Pek I Tojin dan anak
buahnya dibasmi, kakek ini merasa kecewa, penasaran dan
sakit hati sekali, akan tetapi, dia pun harus mengakui bahwa
dia tidak akan mampu mengalahkan Pek I Tojin. Maka untuk
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menghilang rasa malunya, dia melarikan diri dan bersembunyi
di dalam sebuah gua di Penungan Himalaya. Di tempat ini, dia
bertemu dengan muridnya yang memang di suruh berlatih
seorang diri di tempat sunyi itu.
Pemuda itu bernama Can Hong San. sendiri tidak tahu
siapa ayah ibunya karena semenjak dia dapat mengingat
tentang dirinya, dia sudah menjadi murid Cui-beng Sai-kong.
Gurunya itu hanya dikenalnya sebagai seorang kakek sakti
yang berjuluk Cui-beng Sai-kong, tanpa dia ketahui siapa
namanya yang sesungguhnya. Tadinya, dia dan gurunya
tinggal di gua besar itu dan dia gembleng dengan berbagai
ilmu. Guruya demikian sayang kepadanya sehingga bukan
saja dia digembleng dengan ilmu silat, bahkan ketika dia
berumur sepuluh tahun, dia diajak pergi ke sebuah dusun di
kaki pegunungan, gurunya menyuruh dia mempelajari
kesusastraan dari seorang sastrawan yang mengasingkan diri.
Sastrawan ini berbangsa peranakan Han dan Tibet, lama lebih
dari lima tahun Hong belajar membaca dan menulis, juga
kesusastraan Han dipelajarinya. Bukan saja, juga suhunya
memanggil seorang ahli lukis dan main suling, sehingga
muridnya itu mempelajari pula dua macam kesenian ini.
Untuk keperluan muridnya, Cui-beg Sai-kong
mendatangkan banyak orang pandai yang mengajar muridnya.
Sejak kecil pun muridnya itu disuruh menggunakan pakaian
serba indah, pakaian pelajar dan sastrawan dan diajar pula
berdandan diri sehingga selalu kelihatan gagah dan tampan
seperti seorang putera bangsawan!
"Engkau berdarah bangsawan, Hong San." hanya itulah
keterangan yang, lalu diberikan kepada muridnya kalau murid
itu bertanya siapa orang tua. Ucapan ini mendatangkan kesan
mendalam sehingga setelah dewasa, Hong San merasa
bahwa dia seorang pemuda bangsawan, maka dia pun selalu
ingin menyesuaikan diri dengan derajatnya dan lagaknya dia
atur sehingga dia pantas menjadi seorang putera bangsawan
seper¬ti yang dia kenal dari bacaan kitab-kitab kesusastraan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah, setelah Hong San berusia dua puluh tiga
tahun, dia telah menjadi seorang pemuda yang tampan dan
gagah, memiliki banyak ilmu kepandaian, baik bu (silat)
maupun bun (sastra). Akan tetapi, kehidupan di dusun itu,
ketika dia belajar kesusastraan, mengakibatkan dia mengenal
pergaulan masyarakat luas. Dan karena gurunya selalu
memanjakannya memberi uang berlebihan, emas dan perak
tak pernah kosong dari sakunya, maka banyak orang-orang
muda yang suka berkawan dengan Hong San. Dan dari
hubungan ini, Hong San mulai mengenal bermacam
kesenangan, di antaranya kesenangan hubungan dengan
wanita. Mulai usia belasan tahun saja dia telah diajak oleh
teman-temannya untuk mendatangi wanita-wanita pelacur dan
kesenangan ini kemudian menjadi kelemahan bagi Hong San.
Dia, setelah dewasa, selain tumbuh menjadi seorang pemuda
yang tampan dan gagah, juga menjadi seorang laki-laki
pesolek dan cabul yang senang menghambakan kepada nafsu
berahi secara berlebih-lebihan! Dia menjadi seorang mata
ranjang yang tidak ketulungan lagi. setiap melihat wanita
cantik yang agak lebih dari wanita biasa, berahinya timbul dan
dia belum merasa puas kalau belum menundukkan wanita itu
dan menyeretnya ke dalam pelukannya, jarang ada wanita
yang mampu menolaknya. Dia seorang pemuda yang tampan
gagah perkasa, jantan, dan pandai sajak, pandai bernyanyi,
pandai pula meniup suling, ahli merayu dan yang terakhir,
royal dan banyak uang!
Cui-beng Sai-kong tentu saja mengetahui akan kesukaan
muridnya itu. Akan tetapi, dia sendiri seorang datuk ssesat dan
kesenangan seperti itu dianggapnya lumrah, bahkan dia
merasa senang dan bangga mendengar betapa muridnya
menjadi rebutan para perawan dusun dan kota. Kesenangan
seperti itu dianggapnya "menyehatkan" dan membuktikan
bahwa Hong San benar-benar seorang 'laki-laki jantan! Dia
tidak melarang atau menegur, bahkan tanpa malu-malu lagi
dia mengajarkan semacam ilmu untuk menundukkan hati
wanita! Dalam bidang itu pun bagi Cui-beng Sai-kong terdapat
ilmunya! Tentu saja Hong San menjadi semakin gila!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua tahun yang lalu, yaitu ketika Hong San berusia dua
puluh tiga tahun, gurunya pergi meninggalkannya dan
meninggalkan setumpuk latihan untuknya, latihan aneh-aneh
untuk menghimpun kekuatan dan kesaktian. Hong San yang
memiliki kemauan keras dan keinginan uuk menjadi jagoan
tanpa tanding, mlaksanakan semua petunjuk suhunya dan
berlatih dengan amat tekunnya. Latihan yangmendekati ilmu
hitam, yang amnt menyeramkan, seperti bertapa dalam tanah
seperti mayat, di tanah kuburan, juga dilaksanakan sampai
berhasil. Maka ketika suhunya akhirnya muncul kembali, dua
tahun kemudian, dia sudah menjadi seorang yang benar-benar
lihai bukan main.
Akan tetapi, begitu datang, uhu itu memanggilnya dan
mengatakan bahwa sudah tiba saatnya bagi Hong San untuk
meninggalkan tempat pertapa meninggalkan gurunya!
Pemuda yang wataknya aneh, mudah sekali bergembira akan
tetapi juga mudah menangis, menandakan bahwa batinnya
sesungguhn amat lemah dan tidak berdaya dipermainkan oleh
nafsu-nafsunya, mula-mula menangis akan tetapi ketika
mendeng dari suhunya bahwa tingkat kepandaia nya sudah
menyamai suhunya, dia tersenyum gembira dan bangga!
"Hong San, sekarang dengarlah baik-baik, aku akan
bercerita kepadamu." kata Kakek Tinggi Besar berkulit hitam
itu Hong San yang kini sudah duduk bersila, berhadapan
dengan gurunya, mengangguk dan mendengarkan penuh
perhatian. Dia memang selama ini menjadi murid yang amat
taat dan baik sekali. Kakek raksasa hitam itu lalu bercerita.
Kurang lebih dua puluh enam tahun yang lalu, serombongan
bangsawan Nepal bertamasya di dekat perbatasan Nepal dan
Tibet. Perwira bersama isteri dan puterinya, berburu binatang
sambil berpesiar di daerah pegunungan yang kaya akan
binatang buruan itu. Tentu saja perwira itu tidak takut karena
ada pasukan pengawal yang dua losin banyaknya menjaga
keselamatan dia dan anak isterinya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi, pada malam harinya, ketika rombongan itu
berhenti dan membuat perkemahan di luar hutan, membuat
api unggun dan dijaga oleh pasukan pengawal, tiba-tiba
mereka diserang oleh segerombolan perampok yang
melepaskan panah api. Tentu saja para pengawal menjadi
panik. Terjadilah pertempuran di malam gelap, diterangi oleh
sinar api unggun dan api yang membakar perkemahan. Dalam
kekacauan itu, para pengawal yang dipimpin oleh perwira itu
mengadakan perlawanan mati-matian dan akhirnya
gerombolan perampok itu dapat dihalau dan mereka melarikan
diri dalam hutan. Akan tetapi dapat dibayangkan betapa
kagetnya perwira itu ketika mendapat kenyataan bahwa dalam
keributan itu, anak perempuannya sedang dewasa telah
lenyap! Dia mengerahkan pasukan pengawalnya untuk
mencari, akan tetapi sia-sia saja karena hutan itu amat
luasnya. Isterinya juga tidak dapat mengatakan ke mana
adanya anak gadisnya. Dalam keributan itu isteri perwira
ketakutan dan bersembunyi saja di dalam tenda. Sebaliknya,
gadis itu ingin membantu ayahnya, membawa pedang dan
keluar dari tenda. Lalu lenyap tanpa meninggalkan jejak.
Kiranya gadis itu dilarikan oleh pala perampok! Dan
ternyata bahwa gerombolan perampok itu menyerang
rombongan perwira Nepal bukan untuk merampok harta
benda, melainkan memang untuk menculik gadis itu. Sudah
sejak memasuki hutan, rombongan itu di ikuti oleh sepasang
mata kepala perampok yang tergila-gila melihat kecantikan
gadis Nepal itu. Gadis itu meronta dan melawan mati-matian,
namun apa dayanya menghadapi para perampok yang
bertubuh raksasa ? Akhirnya ia menerima nasib dan menjadi
isteri kepala perampok dengan terpaksa.
"Wah, gadis itu memang cantik manis bukan main. Belum
pernah selama hidupnya kepala perampok itu bertemu dengan
gadis seperti itu. Bagaikan setangkai mawar indah ..........
penuh kelembutan, penuh kehangatan, penuh keharuman
memikat, akan tetapi juga banyak durinya, bebas, liar dan
mempesona...........” Cui-beng Sai-kong mengakhiri ceritanya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan puji-pujian kepada gadis yang diculik kepala perampok
itu.
Hong San yang sejak tadi mendengarkan penuh perhatian,
merasa kecewa, kiranya suhunya hanya menceritakan sebuah
dongeng sederhana! Tentang seorang gadis Nepal yang
diculik kepala rampok dan dipaksa menjadi isterinya! Akan
tetapi dia seorang murid yang baik, tidak mau mengecewakan
hati gurunya dan dia berlagak amat tertarik oleh cerita itu.
"Aduh, betapa senangnya kepala rampok itu, Suhu! Gadis
cantik jelita memang tentu saja jauh lebih "berharga daripada
segala macam harta. Lalu bagaimana, Suhu? Apakah gadis itu
akhirnya mau menjadi seorang isteri yang membalas cinta
suaminya?"
Cui-beng Sai-kong tertawa bergelak sehingga tubuhnya
yang tinggi besar terguncang, mukanya yang seperti singa
nampak menyeramkan sekali.
"Ha-ha-ha-ha, aku Cui-beng Sai-kong memang bukan
seorang laki-laki yang haus wanita, akan tetapi sekali aku
jatuh cinta dan menundukkan seorang wanita tentu bertekuk
lutut dan menyerah sebulatnya, Ha-ha!"
Pemuda itu tertarik sekali sekarang, bukan pura-pura.
"Wah, kiranya Suhu sendirikah kepala perampok itu?"
Cui-beng Sai-kong tersenyum lebar "Dua puluh enam tahun
yang lalu masih muda, seorang laki-laki yang gagah dan
menarik walaupun ilmu kepandaianku belum berapa tinggi.
Puteri bangsawan Nepal itu menyerah, menjadi istriku. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya, ia pun agaknya dapat
membalas cintaku, akan tetapi........" Dan tiba-tiba saja kakek
raksasa bermuka singa itu menangis menggerung-gerung
seperti orang gila! Hong San hanya memandang saja dan
tidak menegur, akan tetapi dia merasa semakin tertarik.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah yang telah terjadi, Suhu? Dimana Subo
sekarang?" tanyanya walaupun dia sudah dapat menduga
bahwa tentu subonya (ibu gurunya) itu agaknya sudah
meninggal dunia sehingga kini terkenang akan isteri tercinta
itu gurunya menangis. Kalau masih hidup tentu dia pernah
bertemu dengan wanita itu.
Seperti juga ketika mulai, secara tiba-tiba saja Cui-beng
Sai-kong menghentikan tangisnya dan kini sepasang mata
yang lebar dan besar itu melototinya memandang kepada
muridnya dengan sinar mata penuh kemarahan mencorong
dari sepasang mata yang kemerahan itu
"la sudah mati! Ahhh, ia sudah mati ketika melahirkan
engkau, keparat! Karena itu aku harus membunuhmu untuk
menebus dosamu yang menyebabkan kematian orang yang
kukasihi!" Dan tiba-tiba saja Cui-beng Sai-kong menyerang
dengan terkaman seperti seekor singa yang marah!
Pemuda itu merasa sangat terkejut. Pertama karena
mendengar bahwa dia adalah putera wanita bangsawan Nepal
yang menjadi isteri suhunya itu, berarti adalah putera suhunya,
dan kedua karena tiba-tiba orang yang selama ini dianggap
guru dan ternyata ayah kandungnya itu telah menyerangnya
dengan amat dahsyat! Cepat dia melempar tubuh ke belakang
dan tubuhnya berjung balik membuat salto sampai lima kali
barulah dia berhasil melepaskan diri serangkaian serangan
yang dilakukan gurunya dengan dahsyat. Serangan kakek
raksasa itu merupakan serangan maut yang mengarah
nyawanya! Dengan muka agak pucat dan mata mencorong
marah Hong San berseru.
"Suhu, apakah Suhu sudah gila?"
Akan tetapi, jawaban kakek itu adalah serangan yang lebih
hebat lagi! Tubuhnya meliuk-liuk, kedua tangannya
membentuk cakar naga, matanya seperti bernyala dan
mulutnya yang terbuka itu mengeluarkan suara mendesis
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
panjang dan ada uap tipis keluar dari mulutnya, yang
mengandung hawa panas! Kemudian, dia mengeluarkan suara
parau seperti suara burung gagak dan tubuhnya condong
kedepan, kedua tangan yang membentuk cakar itu bergerakgerak
seperti menggaruk-garuk atau mencakar ke depan.
Hong San mengerutkan alisnya. Itulah Koai-liong-kun (Silat
Naga Setan), yang merupakan ilmu silat tangan kosong yang
paling dahsyat dari gurunya! dia maklum bahwa dia tidak akan
mungkin dapat menyelamatkan diri kalau menggunakan ilmu
silat lain, maka dia meniru gerakan gurunya, tubuhnya meliukliuk
dan kedua tangannya membenntuk cakar naga, mulutnya
mendesir mengeluarkan hawa panas. Dia pun mu bersiap
dengan ilmu Koai-liong-kun pula
"Keparat? Pembunuh isteriku tercinta. Sudah lama
kutunggu saat ini. Kau harus mampus di tanganku!" bentak
Cui-be Sai-kong dengan suara menggeledek.
Hong San tersenyum mengejek, matanya berkilat.
"Hemmm, coba saja kalau kau mampu!" Diam-diam dia pun
merasa penasaran bukan main. Orang ini adalah gurunya,
bahkan mengaku sebagai ayah kandung, akan tetapi kini
bersikeras hendak membunuhnya! Karena merasa disudutkan,
dihimpit dan direndahkan bangkit kemarahan dalam hati
pemuda yang wataknya juga amat aneh ini. tahu betapa
lihainya orang yang selama ini dianggap gurunya, dan dia
harus me ngerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannnya
untuk melawan. Dia harus dapat membunuhnya lebih dulu
sebelum dibunuh!
Cui-beng Sai-kong sudah menerjang lagi, dahsyat bagaikan
seekor naga mengamuk. Akan tetapi sekali ini Hong San tidak
hanya menghindar, melainkan mengelak lalu langsung
membalas dan di lain saat, guru dan murid itu telah saling
serang dengan hebatnya. Karena ilmu silat yang mereka
pergunakan dalam pertandingan ini sama, maka dipandang
sepintas lalu mereka itu seperti sedang berlatih saja. Akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi,sesungguh tidak demikian karena keduanya
mengerahkan seluruh tenaga mereka dan perkelahian itu.
Setiap jurus yang digerakkan mempunyai tujuan membunuh!
Dari mulut mereka kini menyembur uap putih kemerahan yang
amat panas, dan cengkeraman mereka semakin dahsyat,
tendangan yang berupa jurus naga menyabetkan ekor itu pun
kalau mengenai tubuh lawan tentu akan berakibat hebat!
Beberapa batang pohon yang tumbuh di kanan kiri gua itu
seperti dilanda angin badai, dan karena mereka berkelahi di
depan gua, maka suara angin pukulan mereka memasuki gua
dan menimbulkan gema suara mengaung yang
mengerikan.Tanah dan debu beterbangan di bawah kaki
mereka.
Bagaimanapun juga, tentu saja ilmu yang dimiliki Cui-beng
Sai-kong lebih matang dibandingkan Hong San, maka setelah
lewat puluhan jurus, pemuda itu terdesak dan lebih banyak
mengelak dan menangkis daripada menyerang. Namun
pemuda ini mewarisi seluruh ilmu gurunya dan karena dia
memang berbakat baik, maka dia telah mengusai ilmu-ilmu itu.
Dan untuk menebus kekalahannya dalam pengalaman,
pemuda ini lebih menang dalam hal napas tenaga. Gurunya
sudah mulai berkerinngat dan napasnya memburu, sedangkan
dia sendiri masih segar bugar! Hal ini agaknya disadari pula
oleh Cui-beng Si kong, maka agar jangan sampai akhirnya
kalah, dia mengeluarkan suara melengking panjang dan
nampak sinar berkilauan ketika dia mencabut pedangnya!
Melihat ini, Hong San berseru, "Bagus, mari kita mengadu
nyawa!" sambil membentak, dia pun mencabut pedangnya.
"Cring-tranggggg............!" Bunga api berpijar dan suara
nyaring bergema kedalam gua ketika beberapa kali pedangpedang
itu saling bertemu. Kini mereka saling serang dengan
pedang dan beberapa kali pedang mereka saling bertemu
dengan amat kuatnya. Namun, setiap kali pedang bertemu,
nampak tubuh Cui-beng Sai-kong tergetar!'
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wuuuuuttttt .........singgggg.........!" Hong San terkejut
bukan main. Serangan gurunya tadi amat dahsyatnya
sehingga nyaris lehernya terbabat putus! Untung dia masih
sempat merendahkan tubuhnya sehingga hanya segumpal
rambut saja yang terbabat dan rambut itu pun berhamburan.
Pedang di tangan Cui-beng-kong itu masih meluncur terus
kebelakangnya. "Crokkkkk!!" Batang pohon di bela¬ng
pemuda itu terbabat dan tumbang! Demikian hebatnya
sambaran pedang ditangan kakek raksasa itu.
"Singgggg.....!" Hong San tidak mau membuang
kesempatan itu dan pedangnya sudah meluncur ke depan,
menusuk ke bawah pangkal lengan mengarah dada kanan
gurunya.
"Tranggggg............!" Cui-beng Sai-kong masih mampu
menangkis, akan tetapi tangkisan pedang itu yang agak
lambat membuat dia terhuyung ke belakang. Hong San terus
mendesak dan terjadilah lanjutan perkelahian yang lebih seru
lagi. Dan karena ilmu pedang mereka pun sama, maka
perkelahian seperti latihan saja, walaupun setiap pedang
menyambar, selalu merupakan serangan maut. Namun bagi
Hong San pertandingan itu sama sekali bukan merupakan
latihan, karena dia tahu bahwa kakek yang selama ini
dianggap guru itu benar-benar berusaha keras hendak
membunuhnya. Dia pun mengerahkan seluruh tenaga dan
kepandaiannya untuk melawan dan juga berusaha untuk
merobohkan gurunya, kalau perlu membunuhnya!
Pertandingan berlangsung seru setelah lewat seratus jurus,
mulai gerakan Cui-beng Sai-kong mengendur bukan hanya dia
kehabisan tenaga, akan tetapi juga napasnya terengah-engah.
Tubuhnya sudah basah oleh keringat dan gerakan kaki
maupun tangannya sudah tidak mantap lagi. Melihat ini, Hong
San bukan mengalah, bahkan dia mempercepat dan
memperkuat serangan-serangan-sehingga kakek itu benarbenar
terdesak hebat!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Cringgg.............. tanggggg.............Ceppp!" Dua kali
sepasang pedang itu bertemu de¬gan amat kerasnya dan
pedang di tangan kakek itu terpental, disusul masuknya
pedang di tangan Hong San yang menusuk ke depan dan
memasuki dada gurunya, hampir menembus punggung.
Peristiwa ini hampir tidak nampak saking cepatnya gerakan
pedang dan juga kakek itu nampak hanya berdiri mematung,
pedangnya masih berada di tangan kanan sedangkan tangan
kiri mendekap dada, matanya mendelik me¬mandang ke arah
Hong San, dan tiba-tiba saja dia tertawa bergelak!
"Bagus, ha-ha-ha-ha, bagus sekali! Engkau telah dapat
mengalahkan aku, ha-ha-ha! Engkau telah dapat
membunuhku, berarti engkau telah mewarisi seluruh
kepandaianku dan engkau telah siap untuk menjadi jagoan tak
terkalahkan di dunia ............ ha-ha-ha !"
Mendengar ucapan ini dan melihat kakek itu terhuyung,
pedangnya terlempar lalu roboh terguling, barulah Hong sadar
bahwa gurunya tadi memang sengaja mengujinya sampai
akhir, den taruhan nyawa! Dia pun cepat berlutut dekat tubuh
suhunya.
"Suhu ............., benarkah Suhu juga.......... Ayah kandungku
sendiri?"
Darah itu mengalir melalui celah-celah antara jari tangan
kiri yang mendekap luka di dada. Wajah singa itu tersenyum
lebar. "Kenapa tidak benar? Dulu sekali namaku adalah Can
Siok, maka engkau she Can. Ibumu adalah puteri bangsawan
Nepal itu. Aku....... ah, aku menderita bertahun-tahun karena
kehilangan wanita yang kucinta. Segala perbuatan kulakukan
untuk menghibur diri dan melupakannya. Akan tetapi gagal
aku setiap malam bermimpi dan setiap siang terkenang.
Hanya karena engkau lah aku hidup sampai sekarang. Engkau
mirip sekali Ibumu, maka aku mengemblengmu sampai tamat.
Dan ujian hari ini........... berarti engkau lulus dan engkau yang
mengantar aku menyusul Ibumu .......... ha-ha-ha!" Kakek itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tertawa
terus sampai akhirnya suara ketawanya makin lemah, lalu
diam tak terdengar lagi juga tubuhnya terkulai lemas. Ke¬tika
Hong San merabanya, tahulah dia hahwa gurunya, juga
ayahnya, telah tewas! Dan tiba-tiba pemuda itu menangis
menggerung-gerung memeluk mayat ayah kandungnya! Dia
menangis bukan karena menyesalan, melainkan karena
merasa sengsara, sebatang kara di dunia.
Akan tetapi tidak lama dia menangis. Di lain saat dia sudah
bangkit berdiri, memandang mayat ayahnya yang telentang
itu. Sepasang mata yang lebar Itu masih terbuka, mendelik,
mulut itu agak ternganga dan bagian depan tubuh mayat itu
berlepotan darah. Dan dia merasa bangga!
"Ha-ha-ha," dia tertawa, tidak senyaring ketawa ayahnya,
melainkan suara Ketawa yang ditahan-tahan dan terdengar
menyeramkan, "aku telah dapat mengalahkan Cui-beng Salkong!
Guruku dan Ayahku sendiri telah tewas di ujung
pedangku. Apalagi orang lain! Terma kasih, Suhu! Terima
kasih, Ayah! Bukan hanya untuk ilmu-ilmu yang kupelajari
darimu, juga karena engkau mati ditanganku! Lebih baik
engkau mati agar aku tidak usah mengaku engkau yang buruk
sebagai ayah kandungku!"
Setelah berkata demikian, Hong memasuki gua,
mengemasi semua barangnya dan tak lama kemudian dia
keluar menggendong buntalan pakaian, kantung emas
simpanan ayahnya, meninggalkan gua, membiarkan mayat
ayahnya menggeletak telentang di depan gua begitu saja!
Sebuah caping lebar yang bercat merah memayungi
kepalanya dan dengan lenggang seenaknya pun menuruni
bukit itu.
Hong San memang memiliki watak yang aneh, mungkin
watak ini dia war isi pula dari gurunya yang ternyata juga ayah
kandungnya. Biarpun dia tahu bahwa gurunya adalah ayahnya
sendiri, sedikit pun dia tidak merasa menyesal bahwa dia telah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sebab kematan ayahnya! Dia sama sekali tidak
memedulikan mayat ayahnya itu, bahkan begitu turun dari
bukit, dia memasuki buah kota dan pertama yang dicarinya
adalah seorang pelacur langganannya. Dia bermalam di
tempat pelesir itu sampai tiga malam dan dia bersenangsenang
dengan pelacur itu. Setelah puas, baru dia
meninggalkan tempat itu, untuk mulai dengan perantauannya
karena dia bercita-cita untuk menaklukkan semua tokoh dunia
persilatan dan mengangkat diri sendiri menjadi seorang tokoh
besar, menggantikan gurunya atau juga ayahnya! Dia akan
menyusuri sepanjang Su-gai Huang-ho (Kuning) untuk
kemudian menuju ke kota raja!
ooOOOoo
Mereka bertiga nampak bahagia sekali. Anak laki-laki
berusia tiga tahun itu berlari-larian mengejar kupu-kupu di
antara bunga-bunga yang sedang mekar indah. Ayah ibunya
duduk di atas bangku, nampak mesra dan saling mencinta.
"Lihat, betapa gembiranya Thian Ki kata Sang Isteri.
Suaminya mengangguk-angguk.
"Kalau dia memiliki gemblengan silat sejak bayi, tentu dia
akan mudah menangkap kupu-kupu itu........." kata suaminya.
"Dan meremasnya hancur? Ihhh, mengerikan! Untung kita
sudah mengambil keputusan untuk menjadikan dia seorang
manusia yang berbudi baik, yang tidak mengenal kekerasan,
tidak suka berkelahi."
Suami itu menggenggam tangan isterinya yang membalas
genggaman itu. Dari getaran tangan mereka, keduanya
maklum akan isi hati masing-masing merasa setuju. Memang,
mereka telah mengambil keputusan, bahkan keduanya telah
bersumpah ketika anak itu masih berada di dalam kandungan
bahwa mereka berdua akan menjaga agar anak mereka kelak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak menjadi seorang yang seperti mereka, yaitu orang yang
pandai ilmu silat seperti mereka. Mereka bersumpah bahwa
anak mereka akan menjadi seorang terpelajar yang halus dan
Yang sama sekali tidak mengenal dunia persilatan, tidak
mengenal kekerasaan! Maka, setelah anak itu terlahir,
seorang anak laki-laki yang sehat, mereka berdua menjaga
agar anak itu sama sekali tidak mengenal ilmu silat.
Memang aneh sekali kalau diingat akan keadaan suami
isteri ini. Mereka masih muda. Usia mereka baru tiga puluh
tahun lebih sedikit. Pria itu tampan, biasa mengenakan
pakaian putih, nampak gagah dan sikapnya jelas menunjukkan
bahwa dia seorang ahli silat yang pandai. Memang tidak salah.
Dia adalah Coa Siang Lee, keturunan pemimpin perkumpulan
Hek-houw-pang, perkumpulan orang gagah yang pandai silat
dan sejak kecil Coa Siang Lee telah digembleng dengan ilmu
silat. Adapun isterinya itu juga bukan orang sembarangan,
bahkan memiliki ilmu silat yang lebih hebat daripada
suaminya! Ia adalah Sim Lan Ci,seorang wanita cantik yang
berpakaian serba hitam, la bukan lain ad lah puteri dari Bantok
Mo-li, dan sesat itu yang berjuluk Iblis Betina.
Seperti kita ketahui di bagian depan kisah ini, Coa Siang
Lee dan Sim Lan Ci menjadi suami isteri sebagai akibat dari
perbuatan Sin-tiauw Liu Bhok Ki. Coa Sia Lee berusaha
membalas dendam atas kematian Coa Kun Tian, ayah
kandungnya dibunuh oleh Liu Bhok K i. Adapun Sim Lan Ci
juga berusaha membalas dendam kepada Sin-tiauw Liu Bhok
Ki atas kematian Phang Hui Cu, bibinya yang menjadi isteri Liu
Bhok Ki kemudian dibunuh sendiri oleh pendekar itu karena
isteri itu berjina dengan Coa Kun Tian. Akan tetapi, usaha
mereka yang kebetulan bersama-sama tidak di rumah
kediaman Liu Bhok Ki, juga sama sekali karena bukan Liu
Bhok Ki yang terbunuh oleh mereka, sebaliknya mereka
berdua yang roboh dan menjadi tawanan Sin-tiauw Liu Bhok Ki
yang perkasa itu! Liu Bhok Ki tidak membunuh mereka.
Pendekar aneh ini mempunyai cara yang aneh tersendiri untuk
“menghukum" dua orang keturunan dari mendiang isteri dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pacar isterinya itu, yaitu dia membius mereka, memberi
minuman yang mengandung obat perangsang berahi dan
membiarkan Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci melakukan
hubungan badan. Akan tetapi, kedua orang muda yang di
bawah pengaruh obat perangsang itu setelah melakukan
hubungan badan di luar kesadaran masing-masing, saling
jatuh cinta dan mengambil keputusan untuk melanjutkan
hubungan itu dengan menjadi suami isteri. Justeru inilah yang
dikehendaki Liu Bhok Ki agar kelak dia memperoleh
kesempatan membalas dendam, yaitu merusak hubungan
suami isteri itu dan menghancurkan kebahagiaan mereka
seperti yang telah menimpa dirinya.
Seperti diceritakan di bagian depan, Coa Siang Lee dan
Sim Lan Ci yang telah bersepakat untuk menjadi suami Isteri,
menghadap keluarga Coa Siang Lee. Namun, keluarga Coa
yang menjadi , pimpinan Hek-houw-pang menjadi marah dan
sama sekali tidak setuju kalau Siang Lee menjadi suami puteri
Ban-Tok Mo-li! Sepasang orang muda itu lalu pergi menemui
Ban-tok Mo-li, namun datuk sesat, iblis betina yang kejam dan
aneh ini pun marah-marah, bahkan hampir membunuh Siang
Lee, kemudian mengusir puterinya bersama pria yang dipilih
puterinya itu.
Demikianlah, Coa Siang Lee dan Lan Ci lalu pergi. Mereka
berdua tentu saja merasa menyesal sekali melihat sikap
keluarga masing-masing dan mereka pergi ke daerah yang
asing sama sekali di mana mereka hidup baru sebagai suami
isteri yang saling mencinta, akan tetapi mereka
menyembunyikan kepandaian dan hidup sebagai sepasang
suami isteri petani biasa! Mereka bahkan mulai membenci ilmu
silat. Bukan karena keluarga mereka itu tokoh-tokoh persilatan
maka membenci perjodohan itu? Masing-masing
mempertahankan nama dan saling bermusuhan!
Setelah sepuluh tahun menjadi suami isteri, barulah Sim
Lan Ci mengandung. Mereka tentu saja merasa berbahagia
sekali akan tetapi juga merasa khawatir kalau-kalau anak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka kelak akan penjadi korban kekerasaan kehidupan
kaum persilatan. Maka mereka lalu bersumpah untuk tidak
memperkenalkan anak mereka pada dunia persilatan, sama
sekali tidak ingin anak mereka mempelajari ilmu silat!
Kegembiraan mereka menjadi semakin besar ketika
kandungan itu kemudian melahirkan seorang anak laki-laki
yang sehat sekali!
Demikianlah, pada sore hari itu, setelah sehari tadi sibuk
memimpin buruh tani menuai padi gandum mereka yang
subur, suami isteri ini mengaso di miman sebelah kanan
rumah mereka, melihat Thian Ki, putera mereka yang berusia
tiga tahun itu berlari-larian mengejar kupu-kupu.
Biarpun suami isteri itu keturunan orang-orang pandai,
bahkan mereka berdua telah memiliki ilmu silat yang tinggi,
namun mereka berdua yang sudah kurang lebih dua belas
tahun tidak pernah lagi berurusan dengan dunia kang-ouw,
mereka menjadi lengah. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa
sejak tadi ada seorang laki-laki muda yang pakaiannya indah
pesolek, mengenakan sebuah topi caping lebar yang sama
sekali nyembunyikan wajahnya yang tampan beberapa kali
lewat di depan rumah mereka. Wajah tampan itu selalu
mengintai dari balik capingnya kalau lewat dari rumah itu, dan
sepasang mata yang tajam mencorong mengintai ke arah Sim
Lan Ci, ibu muda yang cantik dan miliki bentuk tubuh yang
masih nampak padat menggairahkan itu. Memang Lan Ci
memiliki wajah yang cantik jelita dan menarik sekali.
Laki-laki muda bercaping lebar itu bukan lain adalah Can
Hong San. wajahnya yang tampan berseri dan biasanya dihias
senyuman ketika akhirnya dia lewat lagi lalu meninggalkan
tempat itu, tangan kanan dikepal dan dipukul-pukulkan
perlahan pada telapak tangan kiri. Di dalam hatinya, dia sudah
mengambil keputusan untuk mendapatkan, wanita yang amat
menarik hatinya itu malam ini! Dia sedang mencari Lui Seng
cu yang berjuluk Hek-houw Tao-to. Lui Seng Cu itu adalah
murid mendiang gurunya atau ayah kandungnya, bahkan Lui
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
seng Cu merupakan murid yang ditugaskan untuk
menyebarkan aliran baru yang dirintis gurunya, yaitu
pemujaan Thian-Te Kwi-ong. Dari suhengnya inilah dia kan
mencari tahu tentang kegiatan guruya atau ayahnya akhirakhir
ini. Dan dalam perjalanannya mencari jejak suhengnya
itulah Hong San tiba di dusun itu dan kebetulan melihat Sim
Lan Ci, ibu muda yang telah menggerakkan hatinya dan
membangkitkan gairah berahinya.
Juga suami isteri yang sedang gembira melihat tingkah
anak mereka yang mungil itu sama sekali tidak tahu bahwa
ada pula sepasang mata yang sejak di mengintai mereka dari
balik sebatang pohon, tak jauh dari situ pula. sepasang mata
yang kadang-kadang lembut, kadang-kadang mencorong
dahsyat, Mata dari seorang pemuda berusia kurang lebih dua
puluh lima tahun, bertubuh tinggi besar, berwajah tampan dan
gagah. Itulah wajah pendekar muda yang mulai terkenal
namanya dengan julukan Sin-Iiong, bahkan akhir-akhir ini
menjadi Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)
karena dia sering muncul sepanjang Sungai Huang-ho dan
seringkali dia muncul, tentu ada saja penjahat yang terjungkal
dan dihajar bahkan banyak gerombolan penjahat dibasminya.
Sepak terjangnya sebagai seekor naga sakti saja. Dia adalah
Si Han Beng. Seperti kita ketahui, setelah bersama Pek I Tojin
dia membasmi gerombolan yang diketuai "bengcu" Cui beng
Sai-kong, Han Beng lalu ikut Pek I Tojin ke Thai-san untuk
menerima geimblengan kakek sakti itu. Selama kurang lebih
setahun dia digembleng kakek itu dan karena dia memang
telah memiliki ilmu-ilmu silat tinggi dari dua orang gurunya
terdahulu, yaitu Liu Bhok Ki dan Sin-ciang Kai-ong, maka oleh
kakek sakti itu dia hanya dilatih untuk memperdalam dan
mematangkan ilmu-ilmunya, juga untuk mempelajari sin-kang
yang lebih mendalam dan kuat. Setelah lewat setahun, dia
turun gunung dan teringat akan pesan gurunya yang pertama,
yaitu Sin-tiauw Liu Bhok Ki. Dia telah berjanji kepada gurunya
itu mtuk membalaskan dendam gurunya kepada dua orang
suami isteri yang bernama Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci.
Tidak mudah baginya untuk mencari jejak suami isteri itu, akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi akhirnya, setelah dia berkunjung ke perkumpulan Hekhouw-
pang mencari keterangan, dengan mengaku sebagai
seorang kenalan Coa Siang Lee, dia berhasil memperoleh
keterangan di mana kiranya suami isteri itu berada. Ternyata
bahwa diam-diam keluarga Coa selalu menyelidiki dan
mengikuti keadaan kehidupan Coa Siang Lee.
Biarpun Coa Song, ketua Hek-houw-ang, kakek Coa Siang
Lee, masih marah melihat cucunya itu menikah dengan puteri
Ban-tok Mo-li, namun dia merasa girang bahwa menurut
penyelidikan para anak buahnya, Coa Siang Lee tidak terseret
keluarga isterinya menjadi penjahat, melainkan hidup dengan
tenang dan damai di dusun, menjadi petani. Namun, dia masih
belum menghubungi cucunya itu, walaupun diam-diam
mencalonkan cucunya sebagai penggantinya kelak memimpin
Hek-houw-pang.
Setelah memperoleh keterangan dari Hek-houw-pang, Han
Beng lalu pergi berkunjung ke dusun itu dan menemukan
suami isteri itu yang pada sore hari itu sedang bergembira
bersama putera mereka di dalam taman.
Sejak tadi Han Beng melakukan pengintaian dan terjadilah
keraguan di dalam hatinya. Mereka adalah sepasang suami
isteri yang demikian berbahagia dengan putera mereka, hidup
tenteram penuh damai di dusun kecil itu! suhunya memberi
tugas kepadanya untuk menghancurkan kebahagiaan rumah
tangga mereka! Bahkan suhunya memesan agar dia
menghancurkan cinta kasih antara suamiisteri ini,dengan cara
apapun, kalau perlu dia boleh merayu agar isteri atau bahkan
memperkosanya! Gila, Suhunya memang sudah menjadi
seperti gila oleh dendam! Suhunya, seorang pendekar sakti
yang gagah perkasa, menjadi lemah dan gila oleh duka dan
den¬dam. Bagaimana mungkin dia melakukan perbuatan yang
demikian keji? Andaikata dia menemukan suami isteri ini
sebagai orang-orang jahat, masih mudah baginya untuk
membalaskan dendam suhunya, walaupun tentu saja bukan
dengan cara yang dikehendaki suhunya. Dia dapat membasmi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
suami isteri ini sebagai penjahat-penjahat yang layak dibasmi.
Tapi, mereka berdua hidup be¬gini tenteram dan penuh
damai, berbahagia dengan putera mereka. Akan tetapi, siapa
tahu, pikirnya. Banyak penjahat yang dari luar nampaknya
hidup damai dan tenteram. Pikiran terakhir ini membuat Han
Beng mengambil keputusan untuk terus membayangi mereka,
agar dia dapat yakin bagaimana sesungguhnya keadaan
suami isteri yang agaknya amat dibenci suhunya itu. Dia
menyelinap semakin dekat untuk mendengarkan prrcakapan
antara mereka.
"Betapa indahnya hari ini,............" kata Sim Lan Ci sambil
memegang tangan suaminya penuh kasih sayang.
Coa Siang Lee menggenggam tangan isterinya, lalu
menengok ke arah barat "Memang indah sekali. Lihat langit di
barat itu, berwarna-warni demikian indahnya, seolah di balik
sanalah terdapat sorga seperti dalam dongeng itu."
"Sungguh berbahagia sekali hatiku. Memiliki engkau
sebagai suami dan Thian Ki sebagai anak........ ahhh, aku
merasa sebagai orang yang paling kaya di dunia ini, paling
berbahagia................!"
Coa Siang Lee tersenyum dan mengelus rambut kepala
isterinya yang kini bersandar di dadanya. "Perasaan bahagia
dalam hati selalu membuat segala suatu nampak indah, Cimoi.
Dan mudah-mudahan saja anak kita akan selalu dapat
hidup berbahagia seperti ini, penuh damai, tenteram, dan tidak
pernah mengenal permusuhan, kebencian dan kerasan seperti
yang pernah kita alami dahulu."
"Engkau benar, Lee-ko. Aku pun akan pun menentang
keras kalau Thian Ki dipernalkan dengan dunia kita dahulu.
Engkau masih mending, karena engkau terlahir di dalam
keluarga pendekar. Walaupun engkau juga bergelimang
dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
linu silat dan kekerasan, namun setidaknya untuk menentang
kejahatan, sebaliknya aku....................."
"Sudahlah, kenangan masa lalu hanya akn mendatangkan
sesal dan duka saja. yang penting, sekarang kita hidup
sebagai petani-petani yang berbahagia, dan yang lebih
penting lagi, kita akan mendidik putera kita menjadi seorang
yang terpelajar, bijaksana, dan dia hanya akan mengenal cinta
kasih, tidak mengenal kebencian, tidak mengenal silat dan
tidak mengenal kekerasan dan bermusuhan."
Han Beng meninggalkan suami isteri itu, menjauhkan diri
dengan hati semakin dipenuhi keraguan. Suami isteri itu kini
telah menjadi sepasang suami isteri yang hidup berbahagia,
juga memiliki pandangan hidup yang demikian baik! Mereka
berdua bahkan ingin menghapus semua kenangan masa lalu,
menjadi petani-petani sederhana, bahkan merencanakan
untuk mendidik putera mereka menjadi orang yang jauh ilmu
silat! Dan dia harus menghancurkan kebahagiaan dua orang
itu? Bahkan tiga orang bersama putera mereka? Sungguh gila!
Tidak, dia tidak akan melakukan hal yang keji itu. Akan tetapi
bagaimana dengan janjinya terhadap gurunya? dia teringat
akan sikap gurunya yang amat keji terhadap dua buah kepala
manusia itu dan dia bergidik. Gurunya su guh gila karena
dendam. Dan guru itu mengambilnya sebagai murid hanya
agar dia suka membalaskan dendam kepada keturunan dua
orang yang pernah menghancurkan kebahagiaan hidupnya,
yaitu suami isteri yang sekarang berada di taman itu.
Keraguan yang membuat hati Han Beng merasa bimbang
ini akhirnya membuat dia khawatir untuk mengintai terus,
bayangan suhunya, yang telah demikian baik kepadanya,
semua budi yang dilimpahkan suhunya kepadanya, sejak
suhunya menyelamatkannya dari ancaman maut di Sungai
Huang-ho, lalu betapa suhunya mendidik dan
menggemblengnya dengan kesungguhan hati selama lima
tahun dan suhunya tidak pernah minta belas jasa. Suhunya
hanya membuat dia berjanji untuk memenuhi pesannya itu,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya satu saja permintaannya, yaitu membalas dendam
kepada suami isteri Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci, dan kini
dia ragu-ragu, bahkan condong untuk tidak memenuhi pesan
suhunya. Kalau dia berada di situ lebih lama lagi, dia
kha¬watir kalau pikirannya akan berubah lagi. Tanpa diketahui
suami isteri dan anak tereka, diapun meninggalkan tempat
pengintaiannya.
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci membawa anak mereka
memasuki rumah selelah senja melarut dan malam hampir
tiba. Mereka hidup bertiga saja, tanpa Pembantu di dalam
rumah mereka yang tidak berapa besar namun yang bersih
dan rapi. Hanya ada dua buah kamar dalam rumah itu, kamar
suami isteri dan kamar untuk anak mereka den pintu tembusan
antara dua kamar. Mereka lalu makan malam dan setelah
selesai makan malam, Sim Lan Ci membersikan meja makan
dan mencuci mangkok, piring, sedangkan Coa Siang Lee
mengajak Thian Ki bermain-main di ruang tengah. Sehabis
makan malam tadi, mereka membersihkan mulut dan gigi,
suatu kebiasaan yang dipakai oleh Sim Lan Ci sejak ia masih
kecil. Ibu kandung Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, biarpun usianya
sudah setengah abad lebih, masih nampak cantik dengan gigi
yang putih rapi karena ibunya juga mempunyai kebiasaan
membersihkan mulut dan gigi setiap kali mau tidur dan
kebiasaan menurun kepada Sim Lan Ci. Nyonya muda itu kini
menularkan kebiasaan yang amat baik kepada suaminya dan
juga kepada anaknya.
Malam itu hawa udara amat dinginnya. Biarpun bulan
sedang purnama sehingga dunia diluar rumah amatlah indah
dan romantisnya, namun jarang ada penghuni dusun yang
mau keluar meninggalkan kamar mereka yang hangat karena
diluar, hawa dingin menusuk tulang, bahkan mereka itu tidur
sore-sore. Demikian pula dengan keluarga Coa Siang .
Mereka berdua sudah berada di kamar putera mereka, dan
keduanya meninabobok putera tersayang itu dengan nyanyian
dan dongeng.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah Thian Ki akhirnya tidur pulas ayah ibunya
menyelimutinya, meniggalkan kamar putera mereka itu
dengan membiarkan sebuah pelita kecil bernyala di sudut
kamar, lalu mereka sambil bergandengan tangan lalu
memasuki kamar mereka sendiri yang bersambung dengan
kamar putera mereka.
Akan tetapi, begitu tiba di dalam kamar mereka, suami isteri
itu terbelalak dan muka mereka berubah pucat karena mereka
melihat bahwa di atas pembaringan mereka telah duduk
seorang laki-laki muda yang mengenakan caping lebar!
Pemuda itu menurunkan capingnya ke belakang dan kini dia
memandang kepada suami isteri itu sambil terseny um. Wajah
pemuda itu sungguh tampan ketika tersenyum, dia nampak
semakin ganteng dan melihat pakaiannya, mudah diduga
bahwa dia seorang sastrawan atau setidaknya seorang
pelajar! Sebuah buntalan berada di atas meja.
"Siapa engkau?" Coa Siang Lee tanya dengan suara kaku
dan alis berkerut. "Dan mau apa engkau datangi kamar kami?"
"Bagaimana engkau dapat masuk sini?" Sim Lan Ci juga
bertanya. Wajah pemuda ini tadi mengerling ke kanan dan
melihat betapa jendela dan pintu masih tertutup, lalu
bagaimana orang muda ini dapat berada di dalam kamarnya
tanpa ia dan suaminya mendengar, suara sedikit pun?
Pemuda itu tersenyum makin lebar sepasang matanya
berbinar-binar penuh kegembiraan, mata yang sejak tadi
ditujukan kepada Sim Lan Ci sedemikian rupa sehingga ibu
muda ini merasa seolah sinar mata itu menggerayangi seluruh
tubuhnya, membuatnya bergidik, akan tetapi juga marah.
"Manis, aku datang karena aku jatuh cinta padamu ketika
melihat engkau di taman tadi." katanya dengan sikap biasa
saja seolah-olah dia mengeluarkan ucapan yang wajar.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tentu saja seketika wajah suami isteri itu menjadi merah
padam. Coa Siang Lee melangkah maju dan membentak,
"Engkau ini seorang yang gila atau memang sengaja hendak
mengganggu kami! ayo katakan siapa engkau dan apa
maksudmu datang seperti ini?"
Kini sepasang mata itu ditujukan kepada Siang Lee yang
menjadi terkejut melihat mata itu mencorong. "Aku tidak butuh
denganmu!" kata pemuda itu degan sikap yang angkuh sekali.
"Keluarlah engkau dari kamar ini, aku hanya ingin meminjam
isterimu untuk malam ini!"
Coa Siang Lee terbelalak dan Lan Ci bahkan mengeluarkan
jerit kecil. Kemarahan mereka tidaklah sebesar keheranan
mereka mendengar ucapan seperti itu. Kiranya hanya orang
yang berotak miring saja yang mampu bicara seperti itu,
hendak meminjam isteri orang dan menyuruh suaminya keluar
dari kamarnya sendiri! Akan tetapi, setelah keheranan itu
lewat, kemarahan membawa wajah Siang Lee merah sekali
dan matanya mengeluarkan sinar berapi. Selama dua belas
tahun mereka tinggal di dalam dusun itu, tidak pernah satu kali
mereka terlibat urusan kekerasan, dan mereka sama sekali
tidak pernah mempergunakan ilmu silat mereka, bahkan untuk
berkelahi maupun hanya sebagai latihan. Dan malam ini,
muncul seorang pemuda yang demikian beraninya melakukan
penghinaan secara luar biasa sekali. Sikap pemuda itu
membuat mereka dua saling pandang dan merasa curiga.
"Sobat, katakan siapa engkau mengapa engkau sengaja
datang untuk mengganggu kami yang tidak mengenalmu!
Siapakah yang menyuruh engkau bersikap seperti ini terhadap
kami?" Sim Lan Ci kini bicara dan sikapnya tidak lagi seperti
seorang wanita biasa, melainkan ia sudah kembali bersikap
seperti dulu, seorang wanita gemblengan yang sudah biasa
menghadapi kekerasan.
Sikap ini membuat pemuda yang bukan lain adalah Can
Hong San itu berdiri dan memandang heran. Mana mungkinn
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ada seorang wanita dusun bersikap gagah ini? Akan tetapi,
melihat wanita yang digilainya itu dapat bersikap segagah itu,
dia menjadi semakin tertarik dan kembali dia tersenyum.
"Manis, engkaulah yang menyuruh aku datang malam ini.
Sore tadi aku kebetulan lewat di luar taman dan melihat
engkau demikian cantik jelita dan manis............. hmmmmm,
aku merasa seperti ditarik besi semberani dan di sinilah aku
sekarang! Mari, Manis, mari kaulayanilah gairahku ............."
Dia mengembangkan kedua lengan seperti hendak memeluk!
Suami isteri itu tidak dapat menahan kesabaran mereka
lebih lama lagi. manusia gila! Engkau sungguh kurang ajar dan
patut dihajar!" bentak Coa Siang Lee yang sudah mengirim
tamparan keras kearah mulut pemuda itu.
Tamparan Coa Siang Lee bukan tamparan biasa,
melainkan tamparan yang amat kuat karena biarpun selama
belasan tahun pria ini tidak pernah berlatih, namun dia
memiliki tenaga sin-kang yang kuat dan memang ilmunya
sudah mendarah daging dalam dirinya.
Diam-diam Can Hong San terkejut bukan main. Tadinya dia
mengira bahwa suami isteri itu hanyalah orang-orang dusun
biasa. Sungguh tidak disangkanya bahwa "petani" itu mampu
menamparnya dengan kekuatan sedahsyat itu! Tahulah dia
bahwa dia menghadapi lawan lihai. Akan tetapi, dengan
tenang saja dia sengaja mengangkat lengan untuk menangkis,
tentu saja diam-diam mengerahkan pula tenaga sin-kangnya.
"Dukkk.......!!" Akibat tangkisan ini, tubuh Coa Siang Lee
terpelanting! Bukan main heran dan kagetnya Siang Lee.
sungguh tak disangkanya bahwa orang yang amat kurang ajar
dan mendekati gila ini memiliki tenaga yang sedemikian
hebatnya! Maka, tanpa banyak cakap lagi karena dia kini
maklum bahwa orang itu memang sengaja datang untuk
mencari keributan, dia lalu maju menerjang dengan pukulanpukulan
dahsyat dari ilmu silat Hek-houw-pang. Kedua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya membentuk cakar harimau dan gerakannya selain
cepat, juga penuh tenaga dasyat, mencengkeram kesana-sini
dibagian tubuh berbahaya dari lawan.
"Aha, kiranya engkau bukan petani dusun biasa, melainkan
seorang ahli silat yang agaknya menyembunyikan diri di sini!"
Hong San berseru heran, akan tetapi dia pun cepat
menggerakkan tubuhnya dengan amat lincahnya, mengelak,
menangkis dan membalas serangan lawan. Terjadilah
perkelahian yang seru di dalam kamar itu. Namun, Siang Lee
merasa semakin kaget khawatir karena dia mendapat
kenyataan betapa lihainya pemuda bercaping lebar ini!
Sim Lan Ci juga melihat betapa suaminya tidak akan
menang menghadapi lawan yang amat tangguh itu. Diam-diam
ia menduga-duga siapa gerangan pemuda yang luar biasa
lihainya itu! Tentu senngaja datang mencari mereka untuk
membunuh! Tidak banyak terdapat orang selihai ini di dunia
kang-ouw, pikirnya dan tidak mungkin hanya kebetulan saja
datang di tempat itu, melihatnya tergila-gila kepadanya. Diamdiam
nyonya ini lalu menuju ke sebuah almari mana ia masih
menyimpan beberapa buah senjata rahasianya yang sudah
belasan tahun tidak pernah dipergunakannya. Untung bahwa
di dalam kantung itu masih terdapat empat batang Toat-beng
tok-piauw (Piauw Beracun Pencabut Nyawa). Cepat ia
mengambilnya dan menyambit-nyambitkan empat batang
piauw itu dengan hati-hati agar jangan mengenai suaminya
sambil berteriak nyaring. "Lee-ko, mundur! Jahanam busuk,
makanlah piauw-ku!"
Terdengar suara bersiutan ketika empat batang piauw itu
menyambar, dan Siang Lee sudah melompat ke belakang,
empat batang senjata rahasia beracun itu menyambar dengan
cepat sekali ke arah tubuh Hong San, namun betapa kagetnya
hati nyonya muda itu ketika tiba-tiba saja tubuh pemuda
bercaping lebar itu berkelebat lenyap dan tahu-tahu telah
berada di belakangnya, menyentuh pinggulnya dengan jari
tangan, mencubit pinggul itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
“Lhhh!" la membalik dan seperti se¬kor singa betina
mengamuk ia pun me¬nyerang dengan ilmu silat Ban-tok-hwaim
yang amat dahsyat! Diam-diam Hong San semakin kagum
dan terkejut. Kiranya wanita ini memiliki ilmu silat yang leih
lihai daripada suaminya! Juga Siang Lee sudah maju
menerjang dan Hong San dikeroyok suami isteri itu di dalam
kamar yang tidak begitu luas.
Barulah Hong San merasa kecelik terkejut. Dia maklum
bahwa kalau menandingi suami isteri itu sa.tu demi sa tu dia
masih sanggup untuk menang. Akan tetapi dikeroyok dua oleh
suami isteri yang lihai ini, sungguh amat berbahaya baginya.
Namun, dia bukan orang yang suka mengaku kalah. Apalagi,
hasratnya menjadi semakin bernyala-nyala setelah kini dia
melihat bahwa wanita yang membuatnya tergila-gila itu bukan
sekedar cantik manis saja, melainkan juga amat lihai! Dia
semakin tergila-gila dan mengambil keputusan bahwa harus
memiliki wanita itu.
Coa Siang Lee dan Si m Lan Ci mengeroyok pemuda itu,
kini menjadi yakin bahwa pemuda ini memang datang bukan
sekedar tertarik oleh kecanti Lan Ci, melainkan tentu
mempunyai tujuan yang sudah direncanakan untuk
mencelakan mereka. Mereka merasa menyesal sekali
mengapa selama ini mereka lengah sehingga bukan saja
mereka tidak pernah berlatih silat sehingga tentu saja gerakan
mereka tidaklah selincah dahulu, akan tetapi juga mereka
telah menyimpan pedang mereka dan sudah lupa lagi dimana
mereka menyimpan senjata mereka itu. Kalau mereka kini
dapat me¬megang senjata pedang mereka, kiranya mereka
akan dapat mengalahkan musuhnya dengan cepat.
Betapapun juga, suami isteri yang memang lihai itu mulai
dapat mendesak Hong San. Mereka berkelahi mati-matian
untuk mempertahankan kehormatan, sebaliknya, Hong San
hanya main-main saja karena memang maksudnya bukan
memusuhi suami isteri itu, melainkan "meminjam" sang isteri!
Biarpun tingkat kepandaiannya jauh lebih tinggi dari mereka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
namun dikeroyok dua oleh suami isteri yang nekat itu dia
menjadi ke¬walahan juga.
"Ayah........, Ibu...........!" Tiba-tiba terdengar suara anak
kecil ini dan yang muncul di pintu tembusan adalah Thian Ki,
anak laki-laki berusia tiga tahun itu. agaknya dia terbangun
karena suara ribut-ribut.
"Thian Ki..........! Kembali ke kamarmu......!" Sim Lan Ci
berseru kaget bukan main, namun terlambat. Melihat
munculnya anak itu, Hong San yang cerdik seperti setan itu
sudah menyanbut ke belakang dan tahu-tahu anak itu telah
berada dalampondongannya. Anak itu menjerit-jerit, akan
tetapi sekali Hong San menekan tengkuknya, anak itu terkulai
lemas, tertotok dan tak mampu bergerak atau berteriak lagi.
Melihat anak mereka berada dalam cengkeram penjahat
itu, suami isteri yang tadinya mengamuk itu, terpaksa
menahan gerakan mereka dan memandang dengan mata
terbelalak dan pucat.
"Kembalikan anakku.............!" Sim Lan berseru, siap untuk
menubruk maju.
"Heinttttt............ tenanglah, manis. Apakah kalian
menghendaki aku membanting anak ini di depan kaki kalian
sampai remuk, baru kemudian kubunuh kalian?” Hong San
mengancam dan mengarkat anak itu, siap untuk
membantingnya.
"Jangan..........., jangan lakukan itu......... Siang Lee berseru,
wajahnya semak pucat. "Apakah yang" kaukehendaki
benarnya? Siapakah engkau? Jangan membunuh anak kami
yang tidak berdosa!
"Aku tidak akan membunuh anak mungil ini kalau kalian
menurut kata-kataku. Akan tetapi, sedikit saja kalian membuat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
gerakan mencurigakan atau tidak menurut perintahku, tentu
aku akan membanting remuk anak mungil ini!"
"Jangan bunuh dia.........., katakan yang harus kami
lakukan!" kata Sim Lan Ci, juga merasa khawatir dan merasa
tidak berdaya sama sekali setelah, puteranya ditawan.
"Bagus, Manis. Nah, perintahku pertama, kautotok jalan
darah suami agar dia tidak mampu bergerak lagi kemudian ikat
kaki tangannya di tiang sudut kamar itu."
Sepasang mata Sim Lan Ci terbelalak, alisnya berkerut dan
tentu saja ia tidak setuju, akan tetapi tidak berani terangterangan
menolak. Melihat sikap ragu-ragu wanita itu, Hong
San mengancam, “Cepat lakukan perintahku, atau kau lebih
suka melihat anakmu ini kubanting?"
"Ci-moi, lakukanlah perintahnya." kataSiang Lee yang
merasa tidak berdaya dan amat mengkhawatirkan
keselamatan anaknya yang terjatuh ke tangan orang yang
agaknya sinting itu.
Lan Ci menghampiri suaminya, pandang matanya sayu dan
menderita sekali. “Maafkan aku..........." bisiknya dan ia pun
menotok jalan darah di pundak suaminya. Seketika tubuh itu
lemas dan tentu roboh kalau tidak cepat ditangkap 'oleh Lan Ci
yang memapahnya, menariknya ke tiang di sudut kamar.
Dengan iti tidak karuan rasanya, Lan Ci terpaksa mengikat
kaki tangan suaminya pada tiang itu, menghadap ke arah
kamar karena ia ingin suaminya tetap waspada walaupun
untuk sementara tidak mampu bergerak.
"Ha-ha, jangan mencoba menipu aku, Manis. Aku adalah
seorang ahli totok jalan darah, tahu? Hayo totok lagi jalan
darah thian hu-hiat agar dia tidak dapat lepas pula dari
totokan, lalu ikat dia!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Lan Ci terkejut. Akalnya ketahuan dan hal ini hanya
membuktikan betapa lihainya lawan itu. Memang tadi ia
menotok lemas suaminya, hanya totokan hanya sementara
saja, dan dalam beberapa menit suaminya akan pulih kembali.
Terpaksa ia melaksanakan perintah dan sekarang keadaan
suaminya benar-benar lemas dan tidak mampu bergerak untuk
waktu sedikitnya dua jam! Karena merasa percuma untuk
menipu, ia pun mengikat kaki tangan suaminya dengan sabuk
sutera yang kuat.
"Sudah kulaksanakan perintahmu, karang bebaskan
anakku!" kata Sim Ci.
Pemuda itu menyeringai dan bair pun dia tampan, namun
pada saat itu bagi Lan Ci dia kelihatan seperti iblis yang
menyeramkan. Sim Lan Ci sendiri adalah puteri Ban-tok Mo-li.
Sudah biasa melihat kekejaman-kekejaman walau pun ia
sendiri tidak berbakat untuk menjadi jahat. Namun karena
sekarang ia yang menjadi korbannya, maka ia merasa begitu
marahnya sehingga kalau saja bidak teringat akan
keselamatan puteranya, ingin rasanya ia menyerang dan
mengadu nyawa dengan pemuda itu.
"Heh-heh-heh, sudah kukatakan. Aku ldatang bukan untuk
membunuh kalian. Manis. Kalau aku ingin membunuh kalian,
apa sukarnya? Aku hanya tergila-gila kepadamu, Manis. Aku
tidak akan membunuh kalian bertiga kalau engkau sikap manis
padaku. Nah, sekarang perintahku ke dua. Tanggalkan semua
pakaianmu!"
Sepasang mata itu terbelalak dan kedua pipi Lan Ci
berubah merah lagi. Ada hawa keluar dari dadanya yang
membuat ia ingin sekali menerjang laki-laki yang menghinanya
itu. "Jahanam keparat! Engkau hendak menghinaku..........
memperkosaku di depan suamiku dan anakku? Keparat,
iblis.........!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ingat, aku banting anakmu kalau engkau bergerak
menyerang!" Hong San berseru dan mengangkat tubuh Thian
Ki "Aku tidak ingin memperkosamu, aku ingin engkau melayani
aku dengan penuh kemesraan dan kasih sayang!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 16
Aku tidak sudi...........!" Lan Ci berteriak. "Lebih baik aku
mati!"
"Engkau tidak akan mati, Manis. Akan tetapi anakmu ini
yang akan remuk kepalanya, dan engkau akhirnya akan jatuh
pula ke dalam pelukanku, walau untuk itu aku harus
melakukan paksaan. Nah, lihat kepala anakmu akan hancur
dan otaknya berantakan!"
"Tunggu.............. ! Jangan bunuh anakku !" siang Lee
berseru dengan lemah. "Ci-moi ............ lakukanlah apa yang
dikehendakinya" katanya dan suaranya mengandung isak
saking marah dan tidak berdaya.
Sim Lan Ci membelalakkan matanya kepada suaminya.
"Apa? Engkau suamiku sendiri, engkau satu-satunya pria varig
kucinta, engkau menyuruh aku membiarkan diriku dihinanya?
Kemudian, kalau dia sudah menggauli di depan matamu, ialu
kelak engkau memandang rendah padaku, ya? Engkau
menghinaku, engkau bahkan akan membenciku...........!"
"Tidak, isteriku! Sama sekali tidak. Kalau hanya untuk
keselamatan diriku sampai mati pun aku tidak rela melihat
engkau disentuhnya. Akan tetapi untuk Thian Ki......! Ingat
Thian Ki anak kita satu-satunya.........! Dia tidak boleh mati
konyol begitu saja!"
Sim Lan Ci menjadi lemas. Ia mandang ke kanan kiri
bagaikan seekor kelinci yang sudah disudutkan, siap diterkam
harimau. Ia tidak tahu harus berbuat apa, akan tetapi melihat
anaknya diangkat tinggi-tinggi itu, ia merasa hatinya seperti
hancur luluh.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah ......... baiklah...........!" Ia berbisik dan terdengar
isak tertahan. "Aku turut perintahmu, akan tetapi................
kaubebas dulu anakku......... , lepaskan dia ..........."
"Ha-ha-ha, kaukira aku ini anak kecil yang mudah kautipu
begitu saja? Namanya menjual barang, belum memberi dan
memperlihatkan barangnya sudah mau minta bayarannya!
Hayo kau tanggalkan dulu pakaian itu satu demi satu, dan aku
akan membebaskan anakmu!"
Sim Lan Ci merasa bahwa ia berada di dalam cengkeraman
seorang gila, atau seorang yang luar biasa jahatnya,
kejamnya, akan tetapi juga amat cerdiknya. Bicara dengan
orang seperti itu, tidak ada gunanya, juga akan menyakitkan
hati saja kalau mencoba untuk mengakalinya. Maka, dengan
hati penuh kemarahan sehingga tangannya gemetar, bukan
karena takut, melainkan karena arah, mulailah ia
menanggalkan pakaiannya, di depan penjahat muda yang gila
itu, juga di depan suaminya yang memandang tidak berdaya.
"Bagus......... bagus........... ah, sudah kuduga......... engkau
memiliki tubuh yang hebat sekali.........! Ah, engkau sungguh
manis......." Hong San terbelalak, matanya mengeluarkan sinar
aneh dan hidungnya mendengus seperti seekor kuda,
napasnya terengah. Lan Ci tidak peduli, menanggalkan
pakaian seolah-olah disitu tidak ada seorang pun yang
memandangnya, seperti kalau ia sedang hendak mandi saja.
"Sudah, kulaksanakan perintahmu, karang bebaskan
anakku, berikan kepadaku!" kata Sim Lan Ci.
Hong San tertawa. "Ha-ha-ha, aku masih belum selesai
denganmu, Manis, Masih belum selesai, bahkan baru
mulai........., akan tetapi aku pun bukan orang yang tidak
memegang janji. Nah, ini anakmu sudah kulepaskan, akan
tetapi engkau naiklah ke atas pembaringan itu. Engkau harus
melayani aku dengan suka rela, dengan mesra ........ ah, aku
sungguh semakin tergila-gila padamu, Manis.............!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San benar saja melepas Thian Ki yang tidak mampu
bergerak itu ke atas lantai, di mana anak itu menggeletak tak
mampu bergerak, hanya memandang dengan mata terbelalak
ketakutan. Kemudian, dia menghampiri Lan Ci. Wanita ini
maklum apa yang akan dilakukan penjahat yang seperti iblis
gila Itu. Kalau ia menolak, tetap saja anaknya berada dalam
bahaya. Ia harus pura-pura menurut, dan nanti di atas
pembaringan, masih ada kesempatan baginya untuk mengadu
nyawa! Yang penting, anaknya haruslah benar-benar bebas
dari ancaman maut lebih dulu. Maka, ia pun mundur dan
duduk di tepi pembaringan, seolah-olah menanti Hong San
yang bagaikan seekor harimau menghampiri seekor kelinci
gemuk yang sudah menyerah, dan gairah di dalam hati
penjahat muda Ini semakin bergelora karena dia pun mengira
bahwa sekali ini wanita manis itu telah benar-benar menyerah
dan takluk kepadanya.
Sementara itu, sejak tadi Coa Siang Lee menjadi penonton
yang tidak berdaya. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan
hatinya. Dia melihat puteranya terancam maut tanpa mampu
melindungi, kini dia bahkan disuruh melihat isterinya tercinta
akan diperkosa orang dan dia sama sekali tidak mampu
bergerak! Ingin dia memaki, ingin dia berteriak, ingin dia
menangis, namun dia tahu bahwa semua itu tidak ada
gunanya, balkan kalau penjahat itu marah jangan-jangan
Thian Ki akan dibunuhnya lebih dulu!
Hong San kini sudah tiba dekat sekali dengan Lan Ci, dan
napasnya semakin memburu dan seluruh tubuhnya seolaholah
kebakaran, bahkan Lan Ci dapat merasakan betapa hawa
panas keluar dari tubuh pemuda yang seperti iblis gila itu.
"Hemmm, aku tidak ingin menotokmu, aku ingin engkau
hidup dalam pelukanku, ingin engkau menyerahkan diri
dengan mesra, dengan suka rela. Aku cinta padamu, Manis
...................“
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat pemuda itu masih bicara dan berada dalam
keadaan penuh nafsu sehingga seperti sebuah balon akan
meledak itu, Lan Ci yang sudah siap si sejak tadi, tiba-tiba saja
mengirim pukulan ke arah perut Hong San sambil
mengerahkan seluruh tenaganya. Pukulan Itu adalah pukulan
beracun yang amat hebat dan sekali terkena pukulan itu biar
seorang yang bagaimanapun lihainyn, jangan harap akan
dapat hidup lagi. Isi perutnya tentu akan hangus dan
membusuk oleh hawa beracun yang amat hebat.
Namun, Hong San memang seorang yang amat cerdik.
Biarpun dia dikuasai nafsu berahi yang memuncak pada saat
itu, namun dia tidak pernah lengah dan tetap waspada. Hal ini
adalah karena dia pun telah maklum bahwa wanita itu amat
lihai. Andaikata dia tidak tahu akan hal ini, mungkin saja dia
telah terkena pukulan maut itu.
Dia tahu bahwa wanita itu lihai sekali, memiliki senjata
rahasia dan pukulan beracun yang bahkan lebih berbahaya
daripada suami wanita itu. Maka, biarpun seluruh tubuhnya
dikuasai hawa nafsu, tetap saja dia waspada dan begitu Lan
Ci menggerakan.tangan memukul, tubuhnya sudah berkelebat
ke kiri dan pukulan yang dahsyat itu tidak mengenai sasaran!
Tentu saja Lan Ci kaget bukan nain karena dia
mengkhawatirkan putranya. Pada saat itu, tiba-tiba daun
jendela diterobos tubuh orang dari luar, dan esosok bayangan
berkelebat ke dalam kamar.
"Selamatkan anak itu!" terdengar suara yang tenang dan
bayangan itu sudah menerjang kearah Hong San dengan
dorongan tangan kanan yang datangkan angin keras.
"Wuuuuuttttt.........!" Telapak tangan orang itu mendorong
dan Hong San terkejut sekali, merasa betapa ada angin
pukulan yang amat kuat menerjang Dia pun cepat
mengerahkan tenaga menangkis.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Desss............!!" Akibat benturan kedua lengan ini, Hong
San terhuyung dan hampir terpelanting! Akan tetapi,
penyerang itu, seorang pemuda tinggi besar gagah, juga
terhuyung. Hong San jadi gentar. Baru suami isteri itu kalau
mengeroyoknya, dia sudah kewalahan. Kalau kini muncul
seorang yang agaknya bahkan jauh lebih lihai dari mereka
berarti dia akan celaka. Maka, tanpa banyak cakap lagi,
tubuhnya sudah berkelebat lenyap. Dia meloncat keluar
melalui jendela yang sudah terbuka, tidak seperti ketika masuk
ke kamar itu dia tadi membongkar genteng.
"Hemmm, jahanam keparat, hemdak lari ke mana kau?"
Pemuda Tinggi Besar melompat pula menerobos jendela dan
mengejarnya.
Sementara itu, begitu mendengar suara pemuda tinggi
besar tadi, Lan Ci sudah melompat, tidak peduli akan keadaan
tubuhnya yang telanjang bulat, dan menyambar puteranya,
cepat membebaskan puteranya dari totokan. Anak itu segera
menangis dalam pondongannya. Lan Cl cepat menghampiri
suaminya, membebaskan totokan pada tubuh suaminya dan
membantunya melepaskan ikatan.
"Kaupondong dulu Thian Ki, aku akan mengenakan
pakaian!" kata Lan Ci. Cepat ia mengenakan pakaiannya
kembali, kemudian bersama suaminya, sambil menggendong
Thian Ki, dan kini masing-masing membawa pedang mereka,
suami isteri itu telah berloncatan keluar dan melakukan
pengejaran.
Sementara itu, ketika Hong San melihat bahwa pemuda
tinggi besar itu mengejar, dia merasa penasaran sekali. Kini
dia berada di luar rumah, di tempat yang luas, maka tidak
berbahaya sekali kalau dikeroyok. Dia penasaran belum dapat
menandingi pemuda tinggi besar yang telah mencampuri
urusannya dan telah mengganggu kesenangannya.
Bayangkan saja, tadi wanita manis sudah berada di depannya,
bagaikan potong daging sudah berada di bibir tinggal
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menelannya saja dan muncul orang usil itu yang
menggagalkan segalanya! Maka, dia pun segera
menghentikan larinya dan mempersiapkan pedang di tangan
kanan dan suling ditangan kiri. Dia memang suka bermain
suling, pandai meniup suling menyanyikan lagu-lagu yang
merdu, akan tetapi dia pandai pula mempergunakan musik
tiup itu untuk mengimbangi pemainan pedangnya!
Begitu pemuda itu muncul, Hong menyerangnya dengan
tusukan pedang diikuti sambaran suling yang mengeluarkan
suara melengking nyaring! Pemuda tinggi besar itu kagum
melihat gerakan lawan dan cepat dia menjatuhkan diri ke
belakang, bergulingan dan ketika dia meloncat bangun, dia
sudah memegang sepotong dahan pohon kering yang
dipungutnya ketika dia bergulingan tadi. Hong San tersenyum
menyeringai melihat lawannya memegang sebatang tongkat
sederhana sebagai senjata. Mampus kau, pikirnya. Sama
sekali dia tidak pernah mimpi bahwa yang dihadapinya
bukanlah seorang pendekar sembarangan saja. Dia
berhadapan dengan Huang-ho Sin-liong! Dan tongkat di
tangan pen¬dekar itu dapat menjadi senjata yang amat
ampuh, karena dia sudah mewarisi ilmu dari seorang di antara
guru-guruya, yaitu Sin-ciang Kai-ong dan ilmu itu adalah Ilmu
Tongkat Dewa Mabuk! Bukan itu saja, Huang-ho Sin-liong Si
Han Beng ini telah menerima gemblengan dari seorang kakek
sakti, yaitu Pek I Tojin. Biarpun gemblengan itu tidak lebih dari
satu tahun, namun gemblengan tu telah mematangkan ilmuilmu
yang diperolehnya dari dua orang gurunya, yaitu Sintiauw
Liu Bhok Ki dan Sin ciang Kai-ong, di samping tenaga
saktinya bertambah kuat bukan main.
Seperti kita ketahui, Han Beng telah menemukan rumah
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci. Sore tadi, seperti juga Hong
San, dia melihat betapa suami isteri itu bersama anak mereka
hidup berbahagia dan sedang bergembira dalam taman.
Keadaan suami isteri itu membuat dia menjadi bingung dan
ragu-ragu. Dia merasa tidak sanggup memenuhi janjinya
kepada gurunya untuk menghancurkan kebahagiaan suami
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
isteri itu, apalagi dengan cara mengusahakan agar isteri muda
itu melakukan penyelewengan dengannya! Dalam keadaan
ragu-ragu itulah dia meninggalkan rumah itu. Akan tetapi,
kalau dia tidak mau melaksanakan pesan dan perintah
gurunya, berarti dia telah mengingkari janji. Hal ini amat
menggelisahkan hatinya dan membuatnya tidak dapat tidur
malam itu. Dia bermalam di rumah seorang petani di luar
dusun.
Kemudian muncul pikiran. Siapa tahu kkalu-kalau suami
isteri yang menurut gurunya memiliki ilmu silat yang cukup
tinggi itu diam-diam melakukan perbuatan jahat. Kalau benar
demikian, berarti ada jalan baginya untuk menentang mereka.
Dan sebaiknya kalau malam itu dia melakukan penyelidikan.
Demikianlah, tanpa menyangka bahwa di rumah suami
isteri itu terjadi peristiwa yang hebat, dia pergi ke rumah itu,
baru setelah dia mengintai ke dalam, dia melihat dan
mendengar semuanya! Betapa suami isteri yang tadinya
mengeroyok seorang pemuda bercaping lebar yang amat lihai
itu menjadi tidak berdaya setelah pemuda bercaping lebar itu
menangkap anak mereka. Dari percakapan itu, diam-diam dia
merasa kagum. Suami itu adalah seorang yang gagah
perkasa, dan isterinya amat setia. Hanya mereka itu terpaksa
menyerah karena si penjahat kejam telah menguasai anak
mereka! Dan di saat terakhir, Han Beng melihat betapa isteri
yang setia itu tidak menyerah begitu saja, melainkan setelah
melihat anaknya dilepaskan dengan nekat dan mati-matian ia
pun melakukan perlawanan.
Melihat itu. Han Beng tidak dapat tinggal diam lagi. Dia
menerobos jendela lalu menyerang si penjahat yang ternyata
memang amat lihai, hal itu dibuktikannya dari benturan antara
tanngan mereka. Dan kini, ketika dia mengejar, penjahat itu
telah menantinya dan menyerangnya dengan pedang suling.
Gerakan serangannya juga a cepat dan dahsyat sekali. Jalan
satu-satunya bagi Han Beng untuk menyelamatkan diri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hanyalah membuang diri bergulingan, sambil menyambar
sebatang tongkat di atas tanah.
Kini mereka saling berhadapan. Hong San masih
menyeringai, tersenyum mengejek melihat lawan hanya
bersenjatakan tongkat butut. Sebaliknya, Han Beng
memandang kagum. Pemuda di depannya itu nampak gagah
perkasa. Biarpun wajah itu hanya diterangi sinar bulan
purnama, juga dibantu penerangan lampu gantung di luar
rumah, namun jelas nampak bahwa pemuda di depannya ini
orang yang ganteng, gerak-geriknya halus, wajah yang selalu
tersenyum dengan tarikan muka yang menarik. Tentu banyak
di antara para wanita yang jatuh hati kalau bertemu dengan
pemuda itu. Akan tetapi, mengapa wataknya demikian kotor
dan kejamnya ketika dia menginginkan Sim Lan Ci, wanita
yang sudah bersuami dan berputera itu? Diam-diam dia
bergidik membayangkan kekejaman yang diperlihatkan
pemuda ini tadi, memaksa seorang ibu untuk menyerahkan diri
dengan mengancam anaknya yang masih kecil, dan
membiarkan si suami dalam keadaan terikat menjadi
menonton pula! Hanya orang yang wataknya seperti iblis saja
yang memiliki kekejaman seperti itu.
Setelah saling pandang tanpa mengeluarkan kata-kata,
tiba-tiba saja Hong san menerjang ke depan lagi, kini
pedangnya diputar sangat cepat dan di seling tusukan
sulingnya yang melakukan totokan pada jalan darah di tubuh
lawan.
"Sing-sing-wuuuuuttttt...........!" Serangan bertubi-tubi itu
dielakkan dengan mudah oleh Han Beng. Kemudian, ketika
untuk kesekian kalinya pedang itu menyambar ke arah
lehernya, dia mengelak dengan menekuk lutut kirinya dalamdalam
saat itu juga, tongkatnya menyambar ke arah lutut kiri
lawan. kalau terkena sasaran, tentu sambungan lutut akan
terlepas! Namun, Hong San juga sudah mengelak dengan
meloncat ke atas dan kembali pedangnya menyambar kini
membacok dari atas mengarah kepala Han Beng, disusul
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tusukan suling ke arah leher. Kembali Han Beng mengelak
dengan loncatan ke belakang, lalu dengan gerakan berputar,
tongkatnya terayun-ayun hendak memukul lawan.
Melihat gerakan ini, Hong San yang tinggi hati itu tertawa.
Gerakan iti sungguh lucu dan buruk, seolah-olah di gerakkan
oleh orang sinting atau orang yang mabuk. Akan tetapi, baru
saja tertawa, suara ketawanya berubah menjadi seruan
tertahan karena kaget.
"Bukkk!" Pinggulnya terkena hantaman tongkat itu!
Sungguh aneh dan sukar dipercaya. Gerakan tadi demikian
canggung dan kaku, sehingga dia menjadi lengah, mengira
bahwa pukulan itu tentu tidak akan mengenai dirinya karena
dia sudah menggeser kaki ke kanan dan pedangnya sudah
menusuk lagi ke arah lambung lawan. Gerakan yang seperti
orang mabuk itu dilanjutkan. Lawannya yang tinggi besar
terhuyung, akan tetapi pedangnya tidak mengenai sasaran
dan sebaliknya, tongkat itu tahu-tahu menyeleweng dan
menggebuk pinggulnya! Tentu saja Hong San menjadi marah
bukan main. Dia tidak tahu bahwa memang yang dimainkan
oleh lawan adalah Ilmu Tongkat Dewa Mabuk. Justeru dalam
gerakan yang terhuyung, lucu dan buruk itulah letak
keampuhan ilmu dari Sin-Ciang Kai-ong itu. Gerakan yang
seperti orang mabuk itu membuat lawan menjadi lengah dan
memandang rendah! Akan tetapi di samping kemarahannya,
juga Hong San mulai merasa gentar. Apalagi ketika itu, dia
melihat suami isteri tadi sudah berlarian keluar membawa
pedang di tangan. Tahulah dia bahwa kalau dia melanjutkan
perlawanan, dia akan celaka di tempat itu. Maka, melihat
betapa lawan yang telah menggebuk pinggulnya itu tidak
mendesak, dia pun lalu meloncat jauh dan melarikan di
secepatnya.
"Jahanam busuk, kau hendak lari mana?" Coa Siang Lee
berseru dan mengejar.
"Kita kejar dan bunuh iblis itu!" ka pula Sim Lan Ci.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Harap Ji-wi (Kalian) tidak mengejarnya. Hal itu amat
berbahaya bagi Ji-wi, terutama bagi putera Ji-wi!" kata Han
Beng.
Mendengar itu, suami isteri itu menghentikan langkah
mereka dan kini mereka berdua menghampiri Han Beng penuh
kagum. Mereka tadi telah meliha betapa pemuda tinggi besar
ini telah menyelamatkan mereka dari keadaan yang amat
gawat, dari malapetaka yang mengerikan, yang mungkin bagi
seorang wanita lebih hebat daripada maut! Bahkan mungkin
akan menimbulkan kehancuran kebahagiaan keluarga itu. Dan
mereka pun melihat betapa hanya dengan sebatang tongkat
saja, pemuda tinggi besar itu mampu membuat penjahat tadi
melarikan diri. Padahal, penjahat tadi memiliki ilmu silat yang
amat hebat!
Saking terharu mengingat akan hebatnya ancaman bahaya
tadi, Coa Siang Lee lalu menuntun tangan isteri dan anaknya,
lalu mereka menjatuhkan diri berlutut di depan Han Beng!
"Tai-hiap, kami menghaturkan banyak terima kasih atas
budi pertolonganmu..........!"
Han Beng menjadi sungkan sekali dan cepat dia
membangunkan mereka dan berkata, "Harap Ji-wi tidak
melakukan sesungkanan seperti ini! Sudah semestinya kita
menentang orang-orang jahat. Mari kita bicara di dalam saja,
hawa udara terlalu dingin dan dapat membuat anak kalian
masuk angin."
Suami isteri itu nampak gembira bukan main karena Han
Beng sudi singgah di rumah mereka. Mereka memasuki rumah
dan duduklah Han Beng dan Siang Lee di ruangan dalam,
sedangkan Sim Lan Ci minta diri untuk menemani Thian Ki
tidur kembali.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat sikap kedua suami isteri itu demikian sopan dan
halus, kembali Han Beng condong merasa suka kepada
mereka dan merasa heran bagaimana suhunya yang gagah
perkasa menghendaki kehancuran kedua orang yang nampak
baik-baik ini.
"Apakah yang telah terjadi di sini dan siapa sebenarnya
pemuda bercaping lebar yarg amat lihai tadi itu?" Han Beng
segera mengajukan pertanyaan ini begi mereka duduk
menghadapi meja.
Siang Lee menarik napas panjang "Sungguh kami sendiri
tidak mengenalnya, Tai-hiap. Menurut pengakuannya,
kebetulan lewat saja.......... ah, sungguh aneh sekali peristiwa
malam ini, muncul penjahat yang kebetulan lewat, kemudian
muncul pula penolong yang kebetul lewat."
Han Beng tersenyum. "Juga amat kebetulan bahwa yang
diganggu penjahat Itu bukanlah suami isteri petani biasa
melainkan suami isteri yang memiliki Ilmu kepandaian tinggi."
"Tidak ada harganya untuk dipuji, Tai-hiap. Buktinya, kalau
tidak ada Tai-hiap, entah apa jadinya dengan kami. Kami akui
bahwa kami memang pernah mempelajari ilmu silat, cukup
mendalam, akan tetapi selama dua belas tahun ini kami tidak
pernah bersilat, baik berkelahi maupun latihan. Kami hidup
aman dan tenteram di tempat ini, siapa sangka malam ini
hampir terjadi malapetakan. Perkenalkan, Taihiap. Saya
bernama Coa Kiang Lee dan isteri saya tadi Sim Lan Ci. Anak
kami tadi bernama Coa Thian Ki. Seperti saya katakan tadi,
sejak dua belas tahun yang lalu kami berdua meninggalkan
dunia persilatan dan tidak mempunyai sedikit pun keinginan
untuk melibatkan diri dengan urusan kang-uuw. Kami tidak
ingin mengajarkan ilmu silat kepada anak tunggal kami, agar
dia tidak perlu melibatkan diri dalam kekerasaan dan
permusuhan. Maka, sungguh kami merasa penasaran sekali
melihat munculnya penjahat yang amat lihai tadi." Dia berhenti
sebentar, lalu memandang wajah Han Beng penuh kagum dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata, "Tai-hiap masih begini muda sudah memiliki ilmu
kepandaian yang amat hebat. Kalau boleh saya mengetahui
nama besar Tai-hiap "
"Namaku Si Han Beng dan harap Coa Toako tidak bersikap
sungkan dan menyebutku tai-hiap, membuat aku merasa
canggung dan tidak enak saja."
Coa Siang Lee makin kagum terhadap pemuda tinggi besar
dan gagah perkasa itu. Masih begitu muda bukan saja sudah
lihai bukan main, akan tetapi juga sudah pandai merendahkan
diri, tanda dari kerendahan hati. Dia pun merasa girang sekali
di balik kekhawatirannya karena peristiwa tadi.
"Baiklah, Siauw-te (Adik). Sebenarnya, seorang dengan
kepandaian sepertimu, sudah sepatutnya disebut tai-hiap
(pendekar besar), akan tetapi karena engkau merasa
canggung, biarlah kusebut Siauw-te. Terus terang saja, kami
sama sekali tidak pernah mengenal orang tadi, dan karena
sudah belas tahun kami menjauhkan diri dari dunia kang-ouw,
maka munculnya orang lihai itu pun kami tidak ketahui.
Engkau yang tentu sudah banyak mengenal tokoh kang-ouw,
barangkali mengenal dia, Siauw te?”
Han Beng menggeleng kepalanya, sedikit memincingkan
matanya suatu kebiasaan kalau dia berpikir-pikir. "Tidak, aku
pun tidak pernah melihatnya. Akan tapi jelas bahwa dia
seorang penjahat cabul!" sambungnya gemas.
"Kukira bukan hanya penjahat cabul, Siauw-te," Coa Siang
Lee membantah, Kami merasa curiga bahwa dia memang
datang dengan sengaja untuk memusuhi kami sekeluarga."
"Kurasa memang demikian, dan aku dapat menduga siapa
dia!" Tiba-tiba terdengar suara Sim Lan Ci yang muncul dari
kamar. Puteranya sudah tidur kembali dan ketika ia keluar, ia
mendengar ucapan suaminya, maka ia lalu menjawab,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengar ucapan itu, Han Beng dan Siang Lee cepat
memandang dengan mata bertanya.
Lan Ci duduk di dekat suaminya yang segera menegurnya.
"Bagaimana engkau bisa tahu siapa dia? Sedangkan Siauw-te
Si Han Beng ini saja yang amat ini tidak mengenalnya, apalagi
engkau yang selama belasan tahun tidak pernah
meninggalkan dusun ini?"
"Aku juga tidak tahu, akan tetapi dapat menduganya. Leekoko,
lupakah engkau kepada orang yang amat membenci
kita, yang ingin melihat kita lebih menderita daripada kematian
sendiri?"
"Kau maksudkan Sin-tiauw Liu Bhok Ki?" tanya suaminya,
kini nampak teringat dan terkejut pula. Mereka saling pandang
sehingga tidak melihat betapa wajah tamu mereka berubah
dan nampak kaget pula mendengar ucapan nyonya rumah itu.
"Siapa lagi kalau bukan Kakek Iblis yang jahat itu? Hanya
dialah seorang dunia ini yang amat membenci kita dan dia
akan girang sekali melihat kita hancur atau terbasmi, termasuk
anak kita. Aku hampir yakin bahwa pemuda bercaping itu
tentulah utusannya, entah pembantunya atau muridnya!"
"Ah, engkau benar, isteriku! Memang masuk akal sekali
pendapatmu itu. Melihat kelihaiannya, agaknya memang dia
itu orangnya kakek jahat Sin-tiauw Liu Bhok Ki!"
"Bukan! Dia sama sekali bukan murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki,
dan kakek yang gagah perkasa itu tidak membenci kalian,
tidak ingin membunuh kalian!"
Mendengar ucapan Han Beng itu, Siang Lee dan Lan Ci
cepat memandang kepadanya dan mereka merasa heran
sekali "Siauw-te, engkau tadi mengatakan bahwa engkau tidak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenal pemuda bercaping itu, bagaimana sekarang bisa
tahu bahwa dia bukan murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki?"
"Karena murid Sin-tiauw Liu Bhok Ki hanya ada seorang
saja, yaitu aku sendiri."
"Ahhh.........!" Suami isteri itu berseru kaget dan keduanya
bangkit dari tempat duduk mereka, memandang kepada Han
Beng dengan mata terbelalak. Akan tapi Han Beng tersenyum
dan menggerakkan tangan memberi isarat agar tereka tenang.
"Sekarang harap Ji-wi suka menceritakan, mengapa Ji-wi
menganggap bahwa orang tadi murid Suhu dan mengapa pula
Ji-wi agaknya membenci Suhu dan menyebutnya kakek iblis.
Aku sebagai muridnya berhak mengetahuinya, bukan?"
Siang Lee menarik napas panjang juga isterinya dan
mereka berdua lalu duduk kembali. "Maafkan kami, Siauw-te.
Bukan maksud kami menghina Suhumu, akan tetapi memang
sungguh orang tua itu bagi kami amatlah jahatnya bahkan
sebetulnya kamilah yang sepatutnya mendendam sakit hati
kepadanya. Akan tetapi karena kejahatannya terhadap kami
itu berakhir dengan baik dan membahagiakan bagi kami, maka
kami mencoba untuk melupakan dia, dan karena kami masih
takut terhadap dia, maka selama ini kami mengasingkan diri di
dusun sunyi ini."
Hati Han Beng semakin tertarik. "Ceritakanlah, Toako.
Ceritakan saja apa adanya dengan terus terang, tidak perlu
merasa sungkan kepadaku karena sudah dapat
mempertimbangkan mana benar dan mana salah. Kalau tidak
demikian, tentu aku tidak akan membantu kalian tadi, bukan?
Apalagi karena sebelumnya aku pun sudah tahu bahwa
kalianlah yang dicari oleh Suhu."
Kembali dua orang itu terkejut mendengar bahwa mereka
dicari oleh Sin-tiauw Liu Bhok Ki, akan tetapi karena sikap Han
Beng jelas baik, tidak memusuhi mereka bahkan telah
menyelamatkan mereka, maka mereka pun tidak merasa ragu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi untuk menceritakan semua yang mereka alami ketika
mereka menyerbu tempat tinggal Liu Bhok Ki, sekitar dua
belas tahun yang lalu.
"Mendiang Ayahku bernama Coa Kun Tian, putera Hekhouw-
pang di dusun Ta-bun-cung. Sungguh tidak beruntung
sekali Ayah jatuh cinta kepada isteri Liu Bhok Ki yang bernama
Phang Hui Cu. Mereka saling jatuh cinta dan melihat bahwa
isterinya dan Ayahku saling mencinta, Liu Bhok Ki marah
sekali, lalu dia membunuh Ayahku dan isterinya sendiri. Kalau
saja hal itu cukup sampai di situ, kiranya aku pun akan
memaklumi keadaan dan menyadari bahwa kematian Ayahku
adalah karena kesalahan sendiri. Akan tetapi, ternyata tidak
demikian Kakek yang kejam itu memenggal kepala Ayahku,
memberi obat pengawet menggantungkan kepala Ayahku itu
rumahnya! Mendengar ini, pada suatu hari, dua belas tahun
yang lalu, mendatangi rumahnya untuk membalas dendam
atas kematian dan penghinaan terhadap kepala jenazah
Ayahku. Dan pada waktu aku tiba di sana, aku ber temu
dengan isteriku ini."
"Aku pun hendak membalas dendam atas kematian Bibiku,
yaitu Phang Hui Cu. Kepala Bibiku juga diawetkan dalam
sebuah botol besar, direndam anggur seperti juga kepala
kekasih Bibiku iti Kuanggap perbuatannya itu amat keterlaluan
dan menghina sekali!" Siang Lee melanjutkan. "Kami berdua
mengeroyoknya, akan tetapi kami kalah d.an dia berhasil
merobohkan kami. Akan tetapi, kami tidak dibunuhnya! Dia
memiliki rencana yang lebih kejam lagi untuk memuaskan
hatinya. Kami diberi obat perangsang sehingga di luar
kesadaran kami, kami melakukan hubungan suami isteri!
Baiknya kami memang saling tertarik dan saling mencinta,
maka kami melanjutkan hubungan itu dengan ikatan suami
isteri. Akan tetapi akibatnya, aku diusir oleh Kakekku di Hekbouw-
pang, dan ketika kami berkunjung ke Ibu isteriku, kami
pun diusir. Maka, kami lalu menyembunyikan diri di sini dan
kini sudah mempunyai seorang anak laki-laki."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, kenapa Suhu melakukan hal itu? Kenapa
Suhu ingin melihat kalian menjadi suami isteri kalau memang
dia membenci kalian?" tanya Han teng, tidak mengerti.
"Hal itu hanya membuktikan betapa besarnya kebenciannya
terhadap kami. Dia ingin kami menjadi suami isteri untuk
kemudian dia dapat menghancurkannya, seperti rumah
tangganya sendiri yang hancur karena hubungan antara
mendiang Ayah dan mendiang isterinya sendiri."
"Tapi........, tapi, dua orang musuhnya itu sudah terbunuh.
Mengapa kalian yang harus dibalas seperti itu?"
Kini Lan Ci yang menjawab, "Karena wajah suamiku mirip
dengan mendiang, Ayahnya, dan wajahku mirip dengan
mendiang Bibiku. Dia seolah-olah ingin melihat Coa Kun Tian
dan Phang Hui Cu hidup kembali, menjadi suami isteri agar
dia dapat membalas dengan gangguan yang sama, yaitu
membikin pernikahan itu menjadi hancur berantakan."
Diam-diam Han Beng bergidik. Dan percaya akan
keterangan mereka karena dia sendiri melihat betapa dua
buah tengkorak manusia itu masih disimpan suhunya dan
akhirnya dia yang memintanya dan menguburkannya.
Suhunya memang telah menjadi seperti gila oleh rasa
cemburu yang berkobar menjadi dendam kebencian selebar
lautan!
Han Beng menarik napas panjang "Aihhh, sungguh aku
merasa menyesal Sekali Dan Suhu mengutus aku yang harus
menghancurkan rumah tangga dan kehahagiaan kalian! Mana
mungkin aku lakukan hal yang sekeji itu?"
Suami isteri itu saling pandang dan merasa betapa bulu
tengkuk mereka meremang. Kalau saja pemuda perkasa ini
melaksanakan perintah suhunya, bagaimana mereka akan
mampu menyelamatkan diri? Memang belum tentu pemuda mi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
akan mampu membujuk rayu dan menjatuhkan hati Lan Ci
yang mencinta suaminya dan memiliki kesetiaan, tidak seperti
mendiang bibinya. Akan tetapi kalau pemuda ini menggunakan
kekerasan, bagaimana mereka akan mampu menghindarkan
diri?
"Dan engkau tidak mengganggu kami sama sekali, bahkan
menyelamatkan kami dari malapetaka, Si-siauwte? Sungguh
untuk itu, kami merasa berterima kasih dan hutang budi kami
semakin mendalam."
"Tidak perlu berterima kasih, Toako. Aku hanya melakukan
hal yang wajar dan semestinya saja. Aku belajar silat bukan
untuk melakukan kejahatan, bahkan sebaliknya, aku harus
menentang kejahatan, dari mana pun juga datangnya!"
"Bagus! Omongan besar! Kiranya aku telah memelihara
anak harimau, setelah besar hendak menerkam aku sendiri!'
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan nampak
berkelebat bayangan orang.
"Suhu...............!"
"Liu Bhok Ki .................!" Suami isteri itu pun berseru kaget
setengah mati melihat munculnya kakek yang tinggi besar itu.
Akan tetapi kakek itu berdiri tegak dan memandang kepada
muridnya dengan sepasang mata terbelalak penuh
kemarahan. Han Beng bersikap tenang dan dengan hormat
dia pun lalu rnenjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu.
"Si Han Beng!" bentak Kakek itu dengan suara
menggeledek. "Tahukah engkau siapa aku?"
Sambil memberi hormat dan berlutut Han Beng menjawab,
"Suhu adalah Sin tiauw Liu Bhok Ki, guru tee-cu (murid) yang
bijaksana."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm, kalau engkau masih ingat apa pesanku
kepadamu terhadap dua orang suami isteri itu?"
"Teecu masih ingat, Suhu. Suhu mengutus teecu untuk
menghancurkan kebahagiaan keluarga ini."
"Murid gila! Lalu mengapa tidak segera kaulakukan itu?"
"Maaf, Suhu, teecu melihat bahwa mereka adalah orang
baik-baik, saling mencinta dan saling setia. Karena itu teecu
tidak dapat melaksanakan tugas yang Suhu berikan kepada
teecu." jawaban ini diucapkan dengan suara tenang sedikit
pun tidak memperlihatkan bahwa murid itu merasa takut.
Marahlah kakek gagah perkasa yan berwatak keras itu.
"Bagus! Kiranya engkau berubah menjadi seorang yang
berhati lemah dan lunak sekali! Kalau engkau tidak sanggup
menghancurkan mereka, biarlah aku yang akan membunuh
sendiri mereka!"
Setelah berkata demikian, tiba-tiba sekali tubuh kakek tinggi
besar itu meloncat ke atas dan bagaikan seekor burung
rajawali menyambar calon mangsanya, dia sudah menerkam
dan menyerang Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci. Serang-Itu
dahsyat bukan main karena dia sudah mengerahkan seluruh
tenaganya dalam jurus maut dari Hui-tiauw Sut-kun (Silat Sakti
Rajawali Terbang) itu. Betapapun lihainya suami isteri itu,
kiranya menghadapi jurus maut ini mereka akan sukar untuk
dapat menghindarkan diri. Dan menangkis serangan itu berarti
mereka harus menghadapi gelombang tenaga yang amat
dahsyat. Mereka tentu akan tewas atau setidaknya menderita
luka dalam yang parah kalau melakukan tangkisan.
"Wuuuuuttttt............... desssss.!!!"
Tubuh Sin-tiauw Liu Bhok Ki terpental dan hampir
terpelanting, namun Han Beng yang menangkis serangan itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pun terjengkang sampai terguling-guling karena memang dia
tadi tidak berani mengerahkan tenaga terlalu kuat agar tidak
melukai gurunya. Dia tidak rela melihat gurunya menyerang
suami isteri itu dengan jurus maut yang dia tahu amat
berbahaya, maka cepat dia menangkis serangan itu dari
samping.
Liu Bhok Ki sudah berdiri tegak lagi dan kini mukanya
berubah merah, matanya mengeluarkan sinar berapi ketika dia
memandang kepada muridnya yang kembali sudah berlutut di
depan kakinya.
"Si Han Beng! Apa yang kaulakukan ini? Engkau hendak
melawan aku dan melindungi dua orang musuhku ini?"
"Maaf, Suhu. Sama sekali teecu tidak berani melawan Suhu
dan teecu buta melindungi Coa-toako dan isterinya, melainkan
teecu harus mencegah Suhunya melakukan perbuatan yang
tidak benar. Suhu, mereka ini bukanlah musuh Suhu.
Bukankah dua orang musuh Suhu telah Suhu bunuh selama
bertahun-tahun, Suhu bahkan telah menyiksa tengkorak
mereka? Dua orang ini sama sekali tidak bersalah kepada
Suhu. Karena itu, Suhu teecu mohon agar Suhu menyadari
kekeliruan tindakan ini, agar Suhu dapat membuang jauh
cemburu dan dendam yang tidak pada tempatnya."
Sepasang mata itu semakin terbelalak marah. "Apa?
Engkau berani bicara seperti itu? Bagus! Engkau murid murtad
engkau sudah berpihak kepada musuh oleh karena itu, engkau
pun kini menjadi musuhku. Aku akan bunuh dulu engkau, baru
mereka!" Berkata demikian kaki kakek itu menendang.
"Desss......... !" Tubuh pemuda itu terpental dan terbanting
keras. Akan tetapi Han Beng yang sama sekali tidak melawan
itu, sudah bangkit duduk, lalu berlutut kembali ke arah
suhunya, memberi hormat tanpa mengusap darah yang keluar
dari ujung bibirnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat keadaan itu, Coa Siang Lee menggandeng tangan
isterinya dan cepat mereka berlutut di depan kaki Liu Bhok Ki,
menghalangi kakek itu menghajar muridnya.
"Lo-cian-pwe, dia adalah penyelamat nyawa kami. Jangan
Lo-cian-pwe membunuh dia. Kalau Lo-cian-pwe menghentikan
nyawa kami, silakan, kami menyerahkan nyawa kami
kepadamu!"
Melihat dua orang suami isteri itu berlutut di depan kakinya
dan minta dibunuh untuk menyelamatkan Han Beng, ! Liu
Bhok K i menjadi bengong. Pada saat itu, terdengar suara
anak kecil. "Ayah.......... Ibu..........!" dan muncullah Thian Ki.
Anak itu mencari-cari dengan pandang mata nya. Ketika
melihat mereka itu berlutut di depan kaki seorang kakek yang
tinggi besar, Thian Ki lalu berlari menghampiri mereka, dan dia
pun ikut-ikutan berlutut di depan kakek itu!
Melihat ini, Sin-tiauw Liu Bhok Ki menjadi semakin
bengong. Tadinya di melihat Coa Siang Lee sebagai Coa Ku
Tian dan Sim Lan Ci sebagai Phang Hui Cu, akan tetapi kini
dia melihat mereka sebagai sepasang suami isteri dengan
seorang anak mereka.
"Lo-cian-pwe, kami ibu ayah dan anak menyerah kepada
Lo-cian-pwe, dan mohon Lo-cian-pwe suka mengampuni Adik
Si Han Beng." kata Sim Lan Ci.
Hati kakek itu seperti ditusuk-tusuk rasanya. Dia menunduk
dan memandang mereka, dan kebetulan Thian K i
menengadah. Pandang mata mereka bertemu dan seketika
Sin-tiauw Liu Bhok Ki menjadi lemas. Entah daya kekuatan
apa yang terkandung dalam sepasang mata anak berusia tiga
tahun itu! Mata yang bebas dari perasaan hati dan akal pikiran,
sepasang mata yang menyinarkan suatu yang suci, seperti
mata malaikat, atau mata yang mengandung sinar mata kasih
dan kekuasaan Tuhan, yang ampuh melumpuhkan dan
mencairkan semua kekerasan yang menggumpal di dalam hati
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sin-tiauw Liu Bhok Ki! Pada saat pertemuan pandang mata itu,
seketika Liu Bhok Ki menyadari akan semua sepak terjangnya
yang dipenuhi nafsu dendam kebencian yang timbul dari
cemburu. Baru dia merasa betapa jahat dan kejamnya dia
selama ini dan tak dapat ditahannya lagi, kakek itu meringis
sampai mengguguk!
Melihat keadaan suhunya ini, Han Beng merasa terkejut,
heran dan juga terharu. Dia merasa bersalah, mengira ihwa
karena dia tidak mentaati gurunya maka orang tua itu kini
merasa menyesal dan menangis. Dia segera berlutut dan
menyentuh ujung sepatu gurunya.
"Suhu, ampunkan teecu...............!"
Liu Bhok Ki menangis semakin sedih, sampai terisak-isak
dan sesenggukan, kedua tangan menutupi mukanya. Air mata
mengalir keluar dengan derasnya melalui celah-celah jari
tangannya. Seolah-olah semua gumpalan yang tadinya
membeku di dalam dirinya telah mencair dan menjadi air mata,
kini tertumpah keluar semua. Dadanya terasa lapang dan dia
lalu menurunkan kedua tangannya, memegang kedua pundak
muridnya dan menariknya berdiri.
"Han Beng, kau maafkan Suhumu........ Kemudian dia
menyentuh kepala Sian Lee dan Lan Ci sambil berkata,
"Kalian.............. kalian maafkanlah semua perbuatanku yang
lalu............."
"Lo-cian-pwe.......... !" Sim Lan Ci kini menangis, tidak dapat
menahan keharuan hatinya mendengar betapa kakek yang
keras hati itu kini menangis dan minta maaf padanya.
Liu Bhok Ki kini membungkuk mengangkat Thian Ki dalam
pondongannya. Anak itu sama sekali tidak merasa takut,
merangkul leher kakek itu dan terdengar suaranya yang
merdu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kong-kong (Kakek), kenapa engkau menangis?"
Pertanyaan itu membuat air mata makin deras keluar dari
kedua mata Liu hok Ki, akan tetapi mulutnya tersenyum dan
dia mengejap-ngejapkan mata memandang wajah yang
mungil, tampan dan merah itu. Senyumnya makin melebar dan
akhirnya dia pun tertawa bergelak gelak. Suara ketawanya
menggetarkan keadaan sekitarnya dan belum pernah Han
Beng-mendengar gurunya tertawa seperti itu, bebas lepas dan
ini merupakan tanda bahwa orang tua itu telah benar-benar
terbebas dari siksaan batin berupa racun dendam kebencian.
"Ha-ha-ha............ Cucu yang baik, siapakah namamu?" Dia
mengakhiri tawanya dan menimang Thian Ki.
"Namaku Coa Thian Ki, Kong-kong." kata anak itu manja.
"Bagus! Terima kasih, Thian Ki, terima kasih Cucu yang
baik........!" Dia menurunkan anak itu, kemudian menoleh
kepada Han Beng.
"Han Beng, engkau benar, lanjutkan perjalanan dan
pertahankan sikapmu yang tadi. Aku bangga menjadi gurumu."
"Teecu akan mentaati pesan Suhu."
"Dan kalian, Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci, kalian jaga
baik-baik anak kalian ini, jangan biarkan dia menjadi hamba
kekerasan seperti kita. Kalian benar anak ini tidak perlu
diperkenalkan dengan ilmu silat dan kekerasan! Nah, selamat
tinggal semua. Han Beng, kalau engkau perlu bertemu
denganku, aku berada di Kim-hong-san!" Setelah berkati
demikian, kakek itu berkelebat dan lenyap dari situ.
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci saling pandang, maklum
bahwa tentu kakek itu sejak kemarin membayangi mereka
sehingga mendengar pula percakapan mereka tentang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
maksud mereka untuk tidak memperkenalkan Thian Ki dengan
ilmu silat dan kekerasan. Kemudian mereka teringat akan
keadaan mereka, lalu mereka berdua menghampiri Han Beng
yang juga sudah bangkit berdiri.
"Kami harap Si Siauw-te suka tinggal di sini bersama kami.
Kami sunggu berterima kasih sekali, Siauw-te. Ternysta
engkau seorang yang budiman, sampai rela hampir
mengorbankan nyawa demi keselamatan kami. Entah
bagaimana kami akan mampu membalas budimu." kata Siang
Lee, sedangkan Sim Lan Ci juga mengangguk-angguk
membenarkan dan memandang kepada pemuda perkasa itu
dengan sinar mata penuh kagum dan rasa sukur, sedangkan
Thian Ki berada dalam pondongan ibunya, matanya kini
nampak mengantuk karena beberapa kali tidurnya terganggu.
"Sudahlah, Toako. Tidak perlu bersungkan-sungkan. Kalian
sendiri tadi juga rela mengorbankan nyawa untuk menolongku.
Malam ini biar aku berada di sini, untuk menjaga kalau-kalau
pemuda bercaping itu datang kembali. Besok aku akan
melanjutkan perjalanan dan sebaiknya, menurut pendapatku,
kalau kalian pindah saja ke lain tempat. Aku khawatir kalau
pemuda jahat itu muncul kembali untuk mengganggu kalian."
Siang Lee dan isterinya saling pandang. "Kami tidak akan
pindah, Siauw-te.
Pengalaman ini menyadarkan kami bahwa demi melindungi
keluarga sendiri kami berdua harus selalu bersiap-siap. Kami
akan diam-diam berlatih dan selalu waspada dan
mempersiapkan senjata. Kalau kami maju berdua dengan
senjata di tangan, kiraku penjahat bercaping itu belum tentu
akan mampu mengalahkan kami." Isterinya mengangguk
membenarkan. Apa perlunya pindah? Kalau memang hendak
mengejar, tentu penjahat itu mampu mencari kami. Lebih baik
tetap tinggal disitu akan tetapi berhati-hati.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng mengangguk-angguk. Dia tadi juga sudah
menyaksikan kelihaian mereka. Kalau mereka berlatih dan
selalu mempersiapkan pedang, kiranya tidak akan mudah bagi
penjahat bercaping tadi untuk mengalahkan suami isteri ini.
"Baiklah, kalau begitu, aku akan meninggalkan semacam
latihan sin-kang untuk kalian, karena dengan sin-kang yang
agak lebih kuat, kiranya penjahat itu tidak akan mampu
menandingi kalian berdua."
Tentu saja suami isteri itu menjadi girang bukan main.
Setelah Thian Ki tidur kembali, Han Beng lalu malam itu juga
mengajarkan cara melatih dan memperkuat tenaga sakti
kepada suami isteri itu.
Pada keesokan harinya, setelah lewat tengah hari, barulah
Han Beng meninggalkan suami isteri yang amat berterima
kasih kepadanya itu. Bahkan Coa Siang Lee berhasil
membujuk Han Beng mau mengaku sebagai saudara angkat.
Upacara sederhana mereka lakukan di depan meja
sembahyang. Han Beng menyebut toako dan so-so (kakak
ipar perempuan) kepada suami isteri itu dan mereka
menyebutnya siauw-te. Thian Ki yang masih kecil itu pun
sebentar saja akrab dengan Han Beng dan menyebutnya
paman.
Ketika Han Beng pergi, suami isteri itu menjadi sedemikian
terharu sehingga keduanya mengantar sampai ke tepi dusun
dan ketika pemuda itu pergi, mereka tak dapat menahan
mengalirnya air mata keharuan. Mereka yang sudah belasan
tahun merasa terasing dan tidak pernah berhubungan dengan
keluarga, seolah-olah ditinggal pergi adik sendiri yang amat
berbudi dan berjasa, yang amat mereka kasihi.
ooOOoo
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kota Siong-an hari itu nampak ramai. Kota yang berada
dekat tepi Sunga Huang-ho ini memang merupakan kota yang
penting bagi para pedagang. Letaknya di daratan tinggi, lebih
tinggi dari sungai sehingga di waktu Sungai Kuning itu
mengamuk dengan banjirnya sekali pun, kota ini tidak pernah
terendam air Karena itu, banyak orang kaya dari daerah
pedusunan memiliki rumah di kota ini sebagai tempat
pengungsian kala musim hujan tiba. Selain itu, juga menjadi
penampung barang dagangan yang datang melalui sungai.
Sebagai kota dagang yang banya dikunjungi pedagang dari
kota lain, yan terutama sekali membutuhkan baha bangunan,
kayu yang baik, dan juga rempah-rempah, kota Siong-an cepat
berkembang dan di situ kini banyak terdapat rumah
penginapan dan rumah makan.
Rumah makan Hotin merupakan rumah makan terbesar di
kota Siong-an. Bukan hanya terbesar, melainkan juga terbaik
dan terkenal dengan hidangan yang lengkap dan lezat, dari
yang murah sampai yang termahal. Karena itu, hampir setiap
hari, bahkan sampai jauh malam, restoran ini dikunjungi
banyak orang dari segala golongan. Para pedagang besar
yang menjamu para tamunya, para pedagang dari lain kota,
tentu mempergunakan restoran itu sebagai tempat pesta dan
pertemuan. Juga mereka yang melancong ke kota Siong-an,
untuk berperahu di Sungai Huang-ho atau hanya berbelanja di
kota yang ramai dan penuh dengan toko itu, tidak lupa untuk
makan pagi, makan siang, atau makan malam di restoran
Hotin. Ruangannya luas, ada lotengnya, dapat menampung
tamu lebih dari seratus orang. Ada belasan orang pelayan
yang sigap dan trampil, seorang kasir yang ramah dan jurujuru
masak yang berpengalaman. Baru memasuki ruangan
restoran itu saja, para tamu sudah disambut aroma masakan
yang sedap dari dapur sehingga selera mereka segera timbul
dan perut mendadak terasa semakin lapar. Juga di restoran itu
dijual arak Hang-couw yang amat terkenal manis, harum, dan
daya mabuknya lembut.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hari itu, sejak pagi kota Siong-an sudah ramai sekali
karena hari itu orang orang sibuk mempersiapkan pesta
perayaan tahun baru Imlek! Seperti biasa jauh hari
sebelumnya, pasar mendadak menjadi lebih ramai, toko-toko
juga penuh dengan orang yang berbelanja untuk keperluan
sembahyang dan pakaian baru. Dan hari itu merupakan hari
terakhir karena besok adalah hari tahun baru.
Restoran Hotin, sejak pagi sudah kebanjiran tamu. Kurang
lebih jam delapan pagi, seorang gadis memasuki restoran
yang penuh tamu itu. Kemunculan gadis ini tentu saja menarik
perhatian bukan hanya karena ada seorang gadis muncul
seorang diri di rumah makan umum, melainkan terutama
sekali karena gadis itu bukan gadis sembarangan. wajahnya
cantik jelita dan manis sekali, bibirnya yang merah basah
tanpa gincu itu selalu tersenyum lucu, sikapnya lincah dan
matanya kocak jenaka. Pakaiannya indah walaupun tidak
mewah, dengan warna merah muda. Rambutnya yang
digelung ke atas itu dihias burung merak dari perak, dan
punggungnya nampak sebuah buntalan kain kuning. Ujung
kain itu diikatkan di dadanya.
Dari sikap, juga dari buntalan kain kuning di punggung,
mudah diketahui bahwa ia adalah seorang gadis kang-ouw
yang biasa melakukan perjalanan seorang diri. Akan tetapi
laki-laki mana yang tidak tertarik melihat wajah yang demikian
cantik jelita dan bentuk tubuh yang demikian indahnya?
Semua tamu yang melihatnya, tak mudah melepaskan
pandang mata mereka yang melekat pada wajah dan tubuh
itu. Namun, gadis berpakaian merah muda itu tidak peduli.
Agaknya sudah biasa ia menghadapi tatapan mata seperti itu
dan satu-satunya cara terbaik untuk menghadapi kegenitan
para pria yang memandangnya adalah pura-pura tidak melihat
kekaguman mereka dan tidak peduli. Ia tahu bahwa sekali
dilayani atau ditanggapi, kekurangajaran para pria itu akan
semakin melonjak. Bukan ia tidak berani menanggung
akibatnya, akan tetapi kalau ia harus menghajar setiap orang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pria yang bersikap kurang ajar, maka setiap langkah tentu ia
akan berurusan dengan seorang pria!
Ketika seorang pelayan restoran it menyambutnya dengan
sikap hormat da ramah, gadis itu pun mengikuti pelayan yang
mengantarnya ke sebuah meja yang masih kosong, agak di
pinggir. Meja itu kecil, diperuntukkan empat orang dengan
empat buah bangku. Gadis itu menurunkan buntalan kuning,
meletakkannya di atas meja dan dengan sikap gembira
seolah-olah di situ tidak ada puluhan pasang mata pria
menatapnya, ia memesan makanan kepada Si Pelayan.
"Masakan apa saja yang paling leza t di rumah makan ini?"
tanyanya kepada pelayan itu.
Pelayan itu mengerutkan alisnya, mengamati gadis itu
penuh perhatian. Bukan seorang gadis miskin, akan tetapi
juga tidak dapat dikatakan seorang gadis bangsawan atau
kaya raya, melihat pakaian dan perhiasan yang dipakainya.
Akan tetapi dia harus berhati-hati karena dia tahu bahwa dia
berhadapan dengan seorang gadis kang-ouw yang kadangkadang
dapat bersikap galak.
"Nona, restoran kami menyediakan segala macam
makanan, dari yang paling murah sampai yang paling lezat,
harganya amat mahal."
Gadis itu tersenyum dan banyak pria menelan ludah.
Senyum itu! Manisnya! Lesung pipit yang mungil dan lucu
muncul di kanan kiri mulut, dan sinar mata yang jeli itu seperti
menari-nari.
"Tentu saja, yang lezat itu mahal. Dan aku berani pesan
yang mahal tentu mampu pula membayarnya. Hayo katakan,
apa saja yang paling lezat?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pelayan itu mengangguk-angguk, takut gadis itu
tersinggung, lalu menghitung dengan jari tangannya. "Pertama
ada cakar daging burung Hong, ada goreng lidah ki-lin, ada
pula sup sirip raja hiu atau tim buntut badak, juga sup cakar
harimau atau sup daging naga."
Gadis itu bengong, lalu alisnya berkerut dan mukanya
berubah merah, karena ia merasa dipermainkan pelayan itu
"Apakah otakmu belum miring? Jangan kau main-main!"
Pelayan itu yang kini bengong karena dia sama sekali tidak
merasa bersalah tiba-tiba dimaki orang. Mukanya berubah
merah dan dia menjawab dengan sungguh-sungguh dan juga
dengan suara mengandung penasaran. "Aih, Nona. Siapa
yang main-main? Kalau tidak percaya lihat saja ini daftar
makanan, tentu saja kalau Nona pandai membaca!" Ucapan
terakhir itu untuk membalas karena biasanya, gadis kang-ouw
yang kasar mana dapat membaca tulisan? Akan tetapi, gadis
itu menyambar daftar makanan yang disodorkan,
membacanya lalu tersenyum. Manisnya!
"Wah, kaumaafkan aku, ya? Habis, siapa percaya ada
masakan cakar daging burung Hong, kiranya daging burung
ayam! Lidah ki-lin adalah lidah sapi, sirip raja hiu hanya sirip
hiu biasa, tim buntut badak hanyalah buntut kerbau, cakar
harimau hanya cakar domba dan daging naga hanya daging
ular, hi-hik!" Gadis itu tertawa tanpa menutupi mulutnya,
namun tidak nampak kasar karena tawanya tidak terbahak,
lebih mirip senyum lebar nampak deretan giginya yang putih
mengkilap. "Nah, kalau begitu, cepat hidangkan masakan
butir-butir mutiara sawah, otot-otot dewa digoreng basah, gule
daging singa, ditambah buah sian-to (buah to dewa) dan
minuman sorga!"
Pelayan itu bengong, sejenak tak mampu bicara dan
memandang kepada gadis itu, mulai curiga jangan-jangan
gadis itu yang miring otaknya. Melihat pelayan itu bengong,
gadis itu kembali tertawa. "Hi-hik, sekarang engkau yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bengong! Kenapa bengong dan bingung? Kutir mutiara sawah
adalah nasi putih, otot-otot dewa adalah bakmi, daging singa
adalah daging kambing. Buah sian-to adalah apel dan
minuman sorga adalah minuman anggur, tolol kau!"
Pelayan itu tertawa dan tersipu, dan beberapa orang tamu
yang mejanya berdekatan dan mendengar percakapan itu
tertawa. Setelah pelayan itu pergi untuk memesankan
makanan kepada koki, gadis itu duduk seorang diri dan tidak
mempedulikan pandang mata banyak pria yana ditujukan
kepadanya. Bahkan mereka yang duduk membelakanginya,
kini memutar leher seperti leher burung bangau, ada yang
memandang dari samping, melirik sampai matanya seperti
juling.
Tiba-tiba dua orang laki-laki muda, berusia kurang lebih dua
puluh tahun dan agaknya sudah setengah mabuk karena agak
terhuyung, menghampiri meja gadis itu sambil menyeringai.
Mereka harus diakui memiliki wajah yang cukup tampan dan
melihat pakaian mereka jelas bahwa mereka adalah pemuda
pemuda yang kaya.
"Nona, bolehkah kami menemanimu? Kasihan engkau
seorang diri saja makan minum, tentu kurang
menggembirakan, he-he!" kata yang seorang.
"Ha-ha, benar sekali, Nona. Jangan khawatir, semua
makanan dan minuman untukmu kami yang akan bayar!" kata
yang ke dua.
Gadis berpakaian merah muda itu mengangkat muka
memandang dan ia tersenyum, sama sekali tidak marah,
bahkan senyumannya manis dan penuh kesabaran. "Terima
kasih," katanya lem¬but. "Kalian baik sekali, akan tetapi
sayang, saat ini aku ingin makan seorang diri saja dan tidak
ingin diganggu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, Nona, kami tidak mengganggu, bahkan ingin
menggembirakan hati Nona!
Kami.........!
Belum habis seorang di antara dua pemuda itu bicara,
terdengar suara orang membentak, "Kalian ini tikus-tikus kecil
sungguh tak tahu diri! Nona kalian tidak mau diganggu,
mengerti?"
Dua orang pemuda setengah mabuk itu membalikkan
tubuhnya dan mereka hendak marah. Akan tetapi melihat
bahwa yang berada di belakang mereka dan menegur itu
adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahun yang
bertubuh! seperti raksasa, keduanya menjadi ke takutan.
"Maafkan, kami tidak ingin mengganggu.............."
Akan tetapi, sekali menggerakkan kedua lengannya yang
panjang dan besar itu, Si Raksasa sudah mencengkeram
tengkuk dua orang pemuda itu dan mengangkatnya, lalu
membawanya pergi, keluar dari ruangan itu! Kemudian dia
melemparkan dua orang pemuda itu keluar restoran, diiringi
suara ketawa di sana-sini. Melihat betapa raksasa itu mampu
mengangkat dua orang pemuda dan melemparkan mereka
seperti itu, dapat dilihat betapa kuat tenaganya. Si raksasa itu
kembali ke meja di mana tadi ia duduk bersama lima orang
temannya dan kini dia membungkuk kepada gadis in sambil
tersenyum.
Gadis itu pun tersenyum, hanya memandang. Kiranya
raksasa itu mempunya lima orang teman dan seorang di
antaranya berpakaian seperti seorang hartawan, usianya
kurang lebih tiga puluh tahun dan yang lain agaknya
merupakan pengawal, anak buah atau tukang pukulnya karena
mereka itu lagak dan pakaiannya sama dengan raksasa tadi.
Gadis itu melihat betapa pria yang berpakaian mewah itu
memandang kepadanya, lalu mengedipkan mata kanannya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan cara yang genit sekali, la pun tidak peduli dan
membuang muka.
Gadis itu berusia kurang lebih dua puluh dua tahun,
wajahnya yang cantik jelita dan manis itu hanya dipolesi bedak
tipis, dan ia memiliki senyum memikat. Siapakah ia? Bukan
lain adalah Bu Giok Cu! Seperti kita ketahui, Giok Cu pernah
menjadi murid Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, dan biarpun sejak
berusia sepuluh tahun ia hidup di antara golongan sesat
selama lima tahun lebih, namun bagaikan setangkai bunga
teratai yang hidup di lumpur, ia tetap bersih dan berjiwa gagah.
Akhirnya, ia bentrok dengan Ban-tok Mo-li karena melihat
Mibonya itu tergila-gila kepada Hok-houw liia to Lui Seng Cu
dan aliran agama barunya. Ia menentang subonya, yang
melakukan pembunuhan keji terhadap muda mudi tak berdosa
dan akhirnya ia bahkan dimusuhi gurunya dan hendak
dibunuh. Untung ia tertolong oleh Hek-bin Hwesio, seorang
pertapa sakti dari Himalaya dan ia lalu menjadi murid hwe¬sio
gendut berkulit hitam itu. Dan hampir lima tahun gadis ini
digembleng sehingga bukan saja ilmu silatnya yang sudah
lihai itu menjadi semakin tinggi juga ia semakin mendalami
soal-soal kebatinan atau rohaniah. Bahkan ia pernah
menyatakan keinginan hatinya kepada Hek-bin Hwesio untuk
menjadi nikouw (pendeta wanita), namun dilarang oleh
gurunya yang melihat bahwa ia tidak berbakat menjadi nikouw.
Demikianlah, Giok Cu kini merantau, usianya sudah dua
puluh dua, namun alam perantauannya itu ia belum pernah
nenemukan seorang pria yang menarik atinya. Pengalamanpengalaman
yang pahit ketika ia berusia lima belas tahun,
diganggu oleh pemuda-pemuda murid para tokoh sesat yang
menjadi tamu subonya, kemudian pengalaman sepanjang
perjalanan melihat betapa pria suka sekali mengganggunya,
membuat ia tidak pernah mengagumi pria!
Kalau saja ia belum menjadi murid Hek-bin Hwesio dan
tidak memiliki kesabaran besar, dan masih menjadi murid Ban
tok Mo-li, tentu tadi sudah dihajarnya dua orang pemuda itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetap setelah menjadi murid Hek-bin Hwesio ia menjadi
seorang gadis yang penyabar dan tidak mudah turun tangan
menggunakan kekerasan. Tentu saja hal ini bukan berarti
bahwa ia diam saja kalau ada yang berani mengganggunya.
Hanya ia tidaklah sekeras dan segalak sebelum men¬jadi
murid hwesio hitam itu. Bahkan ia mewarisi kejenakaan kakek
gendut itu, suka tertawa dan bergurau.
"Nona, Cukong (Majikan) kami hendak berkenalan
denganmu. Dia adalah seorang hartawan besar di kota Siongcu,
hanya tiga puluh li dari kota Siong-an tidak seperti dua ekor
tikus tadi, Nona. Cukong kami minta dengan hormat agar
Nona suka menerima undangannya untuk makan di mejanya."
Giok Cu kembali memandang kepada Pria yang tersenyum
penuh gaya itu. la tidak marah, hanya merasa jemu dengan
gangguan-gangguan, maka ia hanya menjawab, "Terima
kasih, aku ingin makan sendiri saja di mejaku sendiri."
"Boleh, boleh, Nona Manis," kata pria kaya itu, lalu berkata
kepada jagoannya yang seperti raksasa tadi, "A-lok, kita
pindahkan meja Nona itu bersambung dengan meja kita dan ia
boleh makan di mejanya sendiri, bukan?"
A-lek, Si Raksasa itu terkekeh dan sambil menyeringai, dia
menghampiri meja Giok Cu. Gadis itu diam-diam mendongkol
sekali, akan tetapi ia masih tersenyum manis dan meletakkan
tangan kirinya di atas meja. Ketika A-lok hendak mengangkat
meja itu, diam-diam ia mengerahkan sin-kang yang disalurkan
ke tangan kiri itu dan menekan meja. A-lok menggunakan
kedua tangan memegang meja dan mengerahkan tenaga
mengangkat. Akan tetapi, dia terkejut bukan main! Meja itu
sama sekali tidak dapat diangkatnya. Apalagi terangkat,
bergerak pun tidak, seolah-olah empat buah kaki meja itu
tertanam ke dalam lantai. Di menjadi penasaran. Kalau perlu,
andaikata benar empat kaki meja itu tertanam ke dalam lantai,
hendak dijebolnya! Kembali dia mengerahkan tenaganya,
namun tetap saja meja itu tidak bergerak.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 17
“ALOK, pindahkan meja itu ke sini!" teriak lagi cukongnya
karena seperti orang lain, dia belum tahu akan peristiwa aneh
itu. Hanya Alok sendiri yang merasakan keanehan itu. Dia,
yang dengan mudahnya mengangkat dua orang pemuda tadi
dan melemparkan mereka, kini tidak kuat mengangkat sebuah
meja kecil yang ringan! Siapa yang akan dapat percaya?
“Hei, kerbau gila! Jangan ganggu Nona itu!" Ucapan ini
keluar dari mulut seorang laki-laki yang duduk bersama dua
orang pria lain di meja sebelah kanan Giok Cu.
Mendengar dia dimaki kerbau gila, tentu saja Alok menjadi
marah bukan main. Dia adalah tukang pukul nomor itu dari
hartawan Teng dari kota Siong-cu, dan di kota itu dia terkenal
ditakuti orang, bahkan nama besarnya sudah banyak didengar
orang di Siong-an. Bagaikan seekor kerbau gila benar, dia
membalikkan tubuh meninggalkan meja depan Giok Cu dan
memandang ke arah tiga orang yang duduk makan minum di
meja itu. Mereka adalah tiga orang pria yang usianya antara
tiga puluh lima sampai empat puluh tahun. Wajah dan bentuk
badan mereka biasa saja, tidak mengesankan, akan tetapi
warna pakaian mereka yang menarik perhatian karena mereka
bertiga memakai pakaian yang berwarna kuning, seperti
pakaian seragam saja.
Melihat bahwa orang yang memakinya hanya orang
"biasa", kemarahan Alok memuncak. "Siapa di antara kalian
bertiga yang telah berani memaki aku tadi?"
"Memaki engkau apa?" Serentak tiga orang berpakaian
kuning itu bertanya.
"Memaki aku kerbau gila!" kata Alok dan tiga orang itu pun
tertawa bergelak, juga beberapa orang tamu yang
mendengarkan ikut tertawa. Tadinya Alok tidak menyadari,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
akan tetapi kemudian ia teringat bahwa jawabannya tadi
menjadi pengakuan bahwa dia kerbau gila! Dia telah dipancing
dan dipermainkan tiga orang berpakaian kuning itu.
"Keparat, kalau kalian memang laki-lakidan bukan
pengecut, hayo maju kesini!" tantang Alok dengan marah
sekali.
Orang termuda dari tiga orang pria berpakaian kuning itu
bangkit berdiri. Hemmm, kau ini kerbau gila hendak jual lagak
di sini, ya?" Tiba-tiba tangan kanannya bergerak dan
nampaklah sebuah cambuk berwarna kuning emas.
"Tar-tarrr-tarrrrr.........!" Cambuk itu mengeluarkan suara
meledak-ledak dan sinar kuning emas menyambar-nyambar
ke arah tubuh Alok. Raksasa itu terkejut dan mencoba
mengelak, akan tetapi te¬tap saja ujung cambuk itu mematukmatuk
dan pakaiannya robek di sana-sini ditambah kulit
tubuhnya nyeri seperti disengat lebah! Dia pun bergulingan ke
tas lantai dan ketika dia sudah meloncat bangun, dia sudah
mencabut golok besarnya. Dengan marah dia lalu menerjang
ke arah orang yang memegang cambuk dan yang berdiri
sambil tertaw tawa itu. Akan tetapi, sebelum tubuhnya
mendekat, Si Baju Kuning itu sudah menggerakkan
cambuknya lagi.
"Tar-tarr-tarrr....................!" Golok yang berada di tangan
Alok terbang dan terlepas dari pegangannya, dan kembali dia
menjadi bulan-bulanan lecutan cambuk itu
yang bertubi-tubi. Pakaian Alok kini sudah tidak karuan lagi
macamnya, dan mukanya bergaris-garis merah dan berdarah.
"Kim-bwe Sam-houw ......... (Tiga Harimau Ekor Emas)!”
Terdengar seorang di diantara lima tukang pukul hartawan
Teng dari Siong-Cu itu berseru dan barulah Alok sadar bahwa
yang dihadapinya adalah tiga orang tokoh besar yang terkenal
lihai dan ditakuti semua orang kang-ouw di daerah itu!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, kalian sudah mengenal kami! kata Si Baju Kuning
yang menghajar Alok tadi. "Hayo cepat kalian pergi!" Dan
cambuknya kembali menyambar-menyanbar, kali ini ke arah
hartawan Teng dari empat orang tukang pukulnya yang lain.
Mereka mengaduh-ngaduh dan setelah cambuk itu berhenti
menari-nari, lima orang itu masing-masing mendapat tanda
guratan melintang pada muka mereka, guratan yang cukup
dalam sehingga nampak merah dan ada pula yang berdarah!
Tanpa banyak cakap lagi hartawan Teng dan lima orang
tukang pukulnya meninggalkan restoran itu dan membayar
uang makanan di luar. Yang paling parah adalah Alok
sehingga dia harus dipapah oleh seorang rekannya.
Tadi, banyak diantara para tamu yang ketakutan. Akan
tetapi setelah enam orang itu pergi dan suasana kembali
tenang, mereka melanjutkan makan dengan tergesa-gesa dan
ada pula yang segera meninggalkan tempat itu. Akan tapi,
makanan yang dipesan Giok Cu baru tiba dan gadis itu pun
makan minum dengan tenangnya, seolah-olah tidak pernah
terjadi sesuatu di dekatnya. Hanya diam-diam ia
memperhatikan tiga orang berpakaian kuning yang disebut
Kim-bwe Sam-houw itu, dan merasa penasaran karena tidak
suka melihat kekejaman mereka ketika menghajar enam orang
tadi. Si raksasa tadi memang pantas dihajar, akan tetapi lima
orang lainnya tidak melakukan sesuatu yang pantas membuat
mereka menjadi korban cambuk. Juga ia melihat kesombongai
membayang di wajah tiga orang berpakaian kuning itu, apalagi
ketika mereka itu memandang kepadanya dengan senyum
yang angkuh namun tetap saja mengandung kegenitan.
"Hemmm, cantik dan manisnya memang mengagumkan.
Akan tetapi sayani sekali, orangnya begitu cantik namun tidak
mengenal budi orang!" Suara ini lirih akan tetapi terdengar
jelas oleh Giok Cu dan ia tahu bahwa yang bicara adalah
seorang di antara tiga pria berpakaian kuning itu, dan ia
merasa bahwa ialah yang dimaksudkan oleh orang yang
bicara itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang ia tidak sopan, padahal baru saja kami
membebaskannya dari cengkeraman sekelompok serigala."
suara kedua.
"Aihhhhh, mungkin ia malu. Sebaiknya malam nanti kita
berkunjung ke kamarnya." suara ke tiga menyusul dan ucapan
terakhir ira membuat muka Giok Cu menjadi agak kemerahan
karena ia tersinggung sekali.
"Memang sebaiknya begitu, akan tetapi sekarang juga kita
dapat memberinya peringatan agar malam nanti ia tidak
sombong dan tidak banyak rewel lagi, bersikap ramah kepada
kita," kata pula suara pertama.
Giok Cu semakin mendongkol, akan tetapi ia sudah banyak
menerima gemblengan batin dari Hek-bin Hwesio maka ia
mampu membiarkan kemarahannya lewat tanpa
mempengaruhinya. Ia tetap makan walaupun kini ia waspada
sekali terhadap tiga orang pria berpakaian kuning itu.
Tiga orang pria itu masing-masing menjumput sebutir
kacang goreng di atas meja mereka, kemudian mereka
mempergunakan telunjuk menyentil kacang itu ke arah Giok
Cu. Tentu saja mereka membidik sasaran bagian tubuh yang
tidak akan membahayakan, dan mengatur tenaga sentilan
mereka karena mereka hanya ingin memperingatkan gadis itu
bukan hendak menyerangnya. Begitu tiga butir kacang itu
meluncur, Giok Cu yang sudah mengetahuinya lalu
menggerakkan tangan kirinya, gerakan seperti orang mengusir
lalat dan mengomel, "Ihh begini banyak lalat di sini!"
Tiga orang yang terkenal dengan julukan Kim-bwe Samhouw
itu terkejut bukan main ketika melihat betapa tiga butir
kacang yang mereka sentil ke arah gadis itu tiba-tiba meluncur
kembali ke arah mereka dengan cepat sekali. Mereka terpaksa
merendahkan tubuh sehingga tiga butir kacang itu lewat di
atas kepala! Giok Cu melihat hal ini dan ia terkejut bukan main
melihat betapa tiga butir kacang itu kini meluncur ke arah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang pemuda yang mengenakan sebuah caping lebar dan
yang kebetulan duduk di meja sebelah tiga orang berpakaian
ku¬ning itu!
Lebih kaget dan kagum hatinya melihat betapa pemuda itu,
yang mukanya tersembunyi di balik caping lebar, tanpa
menggerakkan kepala sehingga tentu dia tidak melihat
datangnya tiga butir kacang yang menyambar, menjulurkan
tangan kirinya dan sekali tangan kiri itu menggapai, tiga butir
kacang itu telah ditangkapnya! Kini, caping itu merosot turun
ke punggung dan nampaklah wajah pemuda itu. Wajah yang
tampan dengan sepasang mata yang lincah jenaka dan tajam
sinarnya. Hidungnya besar mancung dan bibirnya merah
penuh gairah. Pakaian pemuda itu menunjukkan bahwa dia
seorang pelajar atau pakaian yang biasa dipakai para
sastrawan dan terpelajar. Pemuda itu memandang kearah
Giok Cu dan senyumnya amat menarik sehingga Giok Cu
memandang dengan kagum. Hanya sebentar saja pemuda itu
memandang Giok Cu. Lalu ia memandang kepada tiga orang
pria berpakaian kuning itu dan ia tersenyum lebar.
"Aha, memang banyak lalat, terutama tiga ekor lalat kuning
yang amat menjemukan harus diusir agar tidak mengurangi
selera makan!" berkata demikian, tiba-tiba tangannya bergerak
dan tiga butir kacang itu sudah meluncur dengan kecepatan
kilat kearah Kim bwe Sam-houw. Tiga orang ini sama sekali
tidak menduganya. Mereka tadi tidak melihat betapa pemuda
bercaping itu menangkap tiga butir kacang, maka begitu
mendengar ucapan pemuda itu, mereka menengok pada saat
tiga butir kacang itu meluncur. Mereka tidak mungkin
mengelak lagi dan tiga butir kacang itu dengan tepat mengenai
muka mereka! Seorang terkena hidungnya, seorang terkena
pipinya dan orang ke tiga terkena dahinya. Mereka menahan
teriakan karena biarpun hanya kacang goreng, akan tetapi
karena dilepas dengan kekuatan yang hebat, maka muka yang
terkena kacang itu terasa cukup nyeri, terutama dia yang
terkena hidungnya. Ada tanda merah pada hidung, dahi dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pipi itu. Serentak mereka bangkit berdiri dan memandang
kepada pemuda bercaping itu dengan marah.
"Jahanam! Apakah telingamu tuli matamu buta?" bentak
orang pertama dari Kim-bwe Sam-houw yang tadi terkena
lemparan karang pada hidungnya "Andaikata engkau tuli, tentu
engkau tidak buta dan dapat melihat dengan siapa engkau
berhadapan. Kami adalah Kim-bwe Sam-houw, dan berani
engkau mengganggu kami?"
Pemuda itu menyumpit sepotong daging dan
memasukkannya ke mulut, lalu mengunyahnya, agaknya tidak
tergesal gesa menjawab walaupun dia sudah memandang
kepada mereka bertiga. Setelah daging itu hancur lembut dan
ditelannya, barulah dia menjawab, "Tidak ada yang
mengganggu tiga ekor lalat kuning! Biasanya, lalat kuning
yang suka mengganggui orang!"
Jawaban itu membuat Giok Cu tersenyum. Pemuda itu
sungguh berani dan jenaka, dan melihat cara dia tadi
melempar tiga butir kacang, mudah diduga bahwa tentu
pemuda bercaping yang tampan itu memiliki ilmu kepaindaiain
yang lumayan. Betapapun juga, ia pun tahu betapa lihainya
cambuk emas dari tiga orang pria berpakaian kuning itu, maka
diam-diam Giok Cu mengambil keputusan untuk melindungi
pemuda bercaping kalau-kalau dia terancam bahaya.
Tiga orang Kim-bwe Sam-houw semakin marah. Mereka
ketiganya menjadi korban lemparan kacang, maka kini
ketiganya mengeluarkan cambuk emas mereka yang tadi
sudah memperlihatkan kelihaiannya ketika seorang di antara
mereka menghajar hartawan dari Siong-cu tadi bersama lima
orang tukang pukulnya. Melihat ini, para tamu yang masih
berada di situ, menjadi ketakutan dan mereka yang mejanya
berdekatan, segera meninggalkan meja walaupun makanan
mereka belum habis. Kini yang nampak di bagian ruangan itu
hanyalah Si Pemuda bercaping, Giok Cu, dan tiga orang pria
berpakaian kuning itu. Giok Cu masih tenang-tenang saja
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
makan nasi dan bakminya, seolah-olah tidak terjadi sesuatu di
depannya.
Tiga orang Kim-bwe Sam-houw sudah bangkit berdiri dan
berjajar menghadapi pemuda bercaping yang masih duduk
dengan tenangnya, biarnya terkesan mengejek dan matanya
yang jenaka memandang kepada tiga orang yang marahmarah
itu.
"Keparat! Bangkitlah dan lawanlah kami kalau engkau
memang laki-laki tantang seorang di antara Kim-bwe Samhouw.
Tiba-tiba, pemilik rumah makan itu datang berlari-lari,
lalu sambil membungkuk-bungkuk kepada Kim-bwe Samhouw,
dia berkata, suaranya jelas membayangkan ketakutan.
"Mohon dengan hormat agar Sam-wi (Tuan Bertiga)
menghentikan keributan ini."
Baru saja pemilik rumah makan bicara sampai di situ, orang
termuda dari Kim-bwe Sam-houw yang tadi terkena lemparan
kacang tepat pada hidungnya membentak, "Tutup mulutmu!
Apak engkau ingin pula merasakan kerasnya cambukku?"
Orang itu bertubuh tinggi kurus seperti pohon bambu, dan
hidungnya besar maka mudah menjadi sasaran lemparan
kacang tadi.
Akan tetapi pemilik rumah makan itu tidak mau pergi,
melainkan memberi hormat dan berkali-kali mengangkat
kedua tangan ke depan dada dan mengangguk-angguk.
"Harap Eng-hiong (Orang gagah) tidak marah dan dengarkan
dulu keterangan saya. Ruangan ini akan dilukai oleh
rombongan Cang Tai-jin, pesanan mendadak dan itu
rombongannya sudah hampir tiba di sini. Silakan Cu-wi (Anda
Sekalian) pindah ke ruangan samping dan harap jangan
membuat keributan."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar bahwa ruangan itu akan dipergunakan
rombongan Cang Tai-jin, sikap tiga orang jagoan itu berubah.
Mereka adalah tiga orang yang menjadi kaki tangan atau
pembantu utama dari pembesar itu, walaupun hanya sebagai
orang-orang sewaan apabila diperlukan, bukan pegawai resmi.
Maka, tentu saja mereka tidak berani membantah lagi dan
biarpun mereka bertiga melotot ke arah pemuda yang masih
mengenakan caping merahnya itu, namun mereka tidak berani
lagi membuat ribut, bahkan mereka ikut pula menyambut ke
luar rumah makan karena rombongan itu sudah datang
didahului oleh pasukan pengawal.
Pemuda bercaping merah itu hanya mengangguk ketika
pelayan menghampirinya dan minta dengan hormat agar di
suka pindah duduk di ruangan samping "Biarlah kami yang
akan memindahkan hidanganmu, Kongcu (Tuan Muda)," kata
para pelayan. Juga beberapa orang pelayan menghampiri
Giok Cu dan menawarkan hal yang sama. Melihat pemuda itu
mengangguk, Giok Cu yang masih ingin tahu kelanjutan dari
pertengkaran tadi, juga karena memang ia belum selesai
makan, mengangguk. Hatinya memang mendongkol terhadap
gangguan itu karena baginya tidak pada tempatnya kalau para
tamu rumah makan umum harus mengalah terhadap
pembesar yan manapun juga. Akari tetapi, ia tidak dapat
menyalahkan pemilik rumah makan yang tentu saja takut dan
tunduk terhadap pejabat setempat yang berkuasa penuh.
Kebetulan sekali, tanpa disengaja karena mereka berada
dalam keadaan panik dan tegang sehubungan dengan
peristiwa keributan tadi yang disusul Kunjungan rombongan
Cang Tai-jin yang tiba-tiba, para pelayan itu memindahkan
hidangan Giok Cu diatas sebuah meja yang bersebelahan
dengan meja pemuda bercaping merah itu. Dan agaknya
tanpa disengaja, mereka duduk saling berhadapan, terhalang
kedua buah meja.
Ketika Giok Cu mengangkat muka memandang, ia bertemu
pandang dengan sepasang mata yang amat tajam mencorong
dan bagian hitam mata itu amat hitam sehingga menambah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ketajaman pandang mata itu. Sejenak saja mereka saling
pandang, sinar mata mereka bertaut, kemudian pemuda
bercaping merah itu tersenyum dan bangkit berdiri sambil
mengangkat tangan ke depan dada dan menjura.
"Aku mohon maaf, Nona, bukan maksudku hendak bersikap
kurang ajar karena berani menyapamu, akan tetapi agaknya
memang nasib telah mempertemuan kita dengan peristiwa
tadi. Aku Can Hong San merasa berbahagia sekali dapat
bertemu dan berkenalan dengan Nona yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi.”
Kalau saja kata-kata dan sikap pemuda bercaping merah
itu menunjuk kekurangajaran, sudah pasti Giok Cu tidak akan
sudi melayaninya. Akan tetapi, pemuda bernama Can Hong
San itu bersikap amat sopan, bicaranya halus kata-katanya
indah menunjukkan bahwa dia terpelajar, maka iapun merasa
senang dan tidak enak kalau tidak melayani. Giok Cu bangkit
berdiri pula dan membalas penghormatan orang.
"Terima kasih, Saudara Can Ho San. Engkau terlalu
memuji. Namaku Giok Cu dan aku pun girang dapat
berkenalan dengan engkau."
Sepasang mata yang hitam tajam itu berkilat tanda bahwa
dia bergembir asekali. Hong San mengisi cawannya dengan
arak, kemudian mengangkat cawan Itu sambil memandang
kepada Giok Cu.
"Nona Bu Giok Cu, maukah engkau menghabiskan
secawan arak bersarnak untuk menghormati perkenalan kita
ini?"
Giok Cu tersenyum. Ia pun mengisi cawannya dengan
anggur dan mereka berdua mengangkat cawan masingmasing
sambil tersenyum dan minum isinya sampai habis.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah menurunkan kembali cawan kosong di atas meja,
Hong San mengangguk hormat.
"Terima kasih, Nona Bu. Engkau sungguh berbudi dan
ramah sekali, di samping gagah perkasa."
Giok Cu tersenyum, akan tetapi sama sekali tidak
memperlihatkan wajah girang mendengar pujian itu. "Harap
jangan terlalu memuji!"
Pada saat itu, terdengar canang dipukul dan nampaklah
serombongan pasukan pengawal memasuki pintu depan
rumah makan dan mereka berdiri berbaris disepanjang pintu
masuk. Kepala pasukan pengawal masuk dan berseru kepada
pemilik rumah makan yang menyambut tergopoh-gopoh.
"Apakah tempat pesta untuk Cang Tai-jin sudah
dipersiapkan?"
"Sudah............ sudah ............... ruangan ini telah
dikosongkan dan dibersihkan."
Komandan itu lalu memeriksa dengan pandang matanya
yang tajam. Dia mengerutkan alisnya melihat seorang pemuda
dan seorang gadis makan ruangan samping yang terhalang
tembok pendek. Melihat ini, pemilik rumah makan segera
menghampirinya.
"Mereka itu tamu-tamu dari luar kota yang sedang makan.
Akan tetapi sudah saya minta pindah ke ruangan samping
yang tidak terpakai. Ruangan ini saya kira sudah cukup luas
untuk rombongan Cang Tai-jin."
Karena pemuda dan gadis itu tidak mendatangkan kesan
berbahaya, komandan itu mengangguk, lalu keluar lagi. Tak
lama kemudian, terdengar bunyi kaki kuda dan roda kereta,
dan sebuah kereta besar berhenti di depan rumah makan HoKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
tin yang terkenal memiliki hidangan! lezat dan juga merupakan
rumah makan terbesar di kota Siong-an. Seorang pria gendut
berjenggot panjang turun dari kereta, dibantu oleh para
pengawal. Usianya sekitar lima puluh tahun, dari pakaiannya
mewah, pakaian seorang pembesar. Dia adalah Cang Tai-jin,
kepala daerah kota Siong-an yang berkuasa di kota itu dan
sekitarnya. Para pengawal Itu nampaknya amat hormat
kepadanya ketika membantunya turun dari kereta, bahkan ada
yang cepat berlutut membersihkan sepatu pembesar itu dari
debu, menggunakan lengan bajunya!
Akan tetapi pembesar itu sendiri agaknya tergesa-gesa,
mendorong para pengawal yang membantunya setelah dia
berada di bawah kereta, kemudian dia sendiri menyingkap tirai
kereta sambil membungkuk hormat dan berkata dengan suara
merendah, "Silakan, Tai-jin, silakan turun dari kereta. Mari,
pergunakan kedua tangan saya untuk berpijak." Cang Tai-jin
sudah merangkap kedua tangan agar menjadi tempat berpijak
bagi orang yang hendak turun, karena dari kereta ke atas
tanah memang agak tinggi sehingga tanpa pijakan perantara,
akan menyulitkan bagi seorang pembesar yang mengenakan
pakaian kebesaran.
Sebuah kepala menguak keluar dari tirai dan nampaklah
tubuh seorang pria berusia lima puluh lima tahun yang kurus
tinggi, wajahnya dingin berwibawa. Melihat sikap Cang Tai-jin
yang menjadi tuan rumahnya, pembesar tinggi kurus itu
menggeleng kepalanya.
"Harap Cang Tai-jin jangan repot-repot, biar pengawalku
saja yang mermbantuku turun." Dia lalu memberi isyarat
kepada seorang pengawal yang bersama dua belas orang
anak buahnya mengawal di belakang kereta itu. Komandan
pengawal itu cepat berlari menghampiri dan dia membantu
pembesar tinggi kurus itu turun dari kereta.
Sambil membungkuk-bungkuk penuh hormat, dengan mulut
menyeringai, kini pembesar setempat yang menjadi tua rumah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu mempersilakan tamunya untuk memasuki rumah makan.
Tamunya itu disebut Liu Tai-jin (Pembesar Liu) yan
berpangkat lebih tinggi dan datang dari kota raja, melakukan
tugasnya sebaga utusan jaksa Tinggi di kota raja untuk
melakukan inspeksi dan penyelidikan terhadap para pejabat di
daerah. Semua pejabat sudah mendengar bahwa Jaksa Tinggi
mengutus seorang petugas melakukan penyelidikan di
sepanjang Sungai Kuning, maka tentu saja setiap kali datangi
sebuah kota, dia disambut nn dielu-elukan oleh para pejabat
daerah. Apalagi tugasnya itu sungguh amat mendatangkan
rasa takut dalam hati para pejabat.
Ketika dua orang pembesar ini memasuki ambang pintu,
mereka disambut oleh pemilik rumah makan dan semua
karyawannya. Yang disambut adalah Cang Tai-jin, karena
mereka semua tentu saja ikut kepada kepala daerah ini.
"Selamat datang, Cang Tai-jin yang dia......... !" seru pemilik
rumah makan itu, diikuti oleh para karyawannya dan icreka
semua berlutut, seperti menghadap seorang kaisar saja
Melihat penyambutan ini, sejenak Cang Tai-jin tersenyum
menyeringai dengan girang, akan tetapi segera dia tergopohgopoh
berkata.
"Jangan memberi hormat kepadaku saja! Hayo cepat kalian
sambut dengan penuh kehormatan kepada Liu Tai-jin dari kota
raja ini!"
Melihat sikap pembesar setempat itu demikian hormatnya
kepada tamunya, pemilik rumah makan dan para karyawannya
terkejut, maklum bahwa tentu pembesar tinggi kurus yang
disebut Liu Tai-jin itu lebih tinggi pangkatnya.
"Selamat datang, Liu Tai-jin yang mulia............!" Mereka
berseru dan kini mereka memberi hormat kepada Liu T-jin.
Pembesar tinggi kurus itu menggerakkan tangan kanannya
dengan sikap tak sabar. "Sudahlah, kalian bangkitlah bekerja!"
katanya. Pemilik rumah makan dan para karyawannya segera
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bangkit dan dua orang tamu agung itu persilakan duduk di
tempat kehormatan. Sebuah kereta ke dua muncul dan
turunlah sepuluh orang gadis cantik dengan pakaian warnawarni,
mereka masuk diikuti oleh serombongan penabuh
musik.
Segera tempat itu penuh dengan bau harum yang keluar
dari pakaian para penari dan penyanyi itu, dan tak lama
kemudian, setelah semua pemain musik dan gadis penghibur
itu memberi hormat kepada dua orang pejabat tinggi,
terdengar suara musik mengiringi nyanyian dan tarian para
gadis itu.
Pesta pun dimulai, hidangan lezat yang masih mengepul
panas dikeluarkan dan dua orang pembesar itu mulai makan
minum sambil menoton tarian lemah gemulai dan nyanyian
yang merdu merayu. Suasana menjadi gembira sekali. Para
pasukan pengawal menjaga tempat itu dengan ketat, bahkan
orang-orang yang menonton di luar rumah makan, diusir pergi.
Tamu-tamu baru hanya diperkenankan masuk melalui pintu
samping yang langsung menuju ke ruangan samping di mana
Giok Cu dan Hong San masih duduk. Mereka sudah selesai
makan, akan tetapi memperpanjang waktu duduk mereka
dengan memesan tambahan minuman dan makanan kecil.
Sejak tadi, kedua orang muda ini nonton pertunjukan yang
mereka anggap amat menarik itu. Para penyanyi dan
penarinya, selain cantik-cantik, juga pandai. Mereka adalah
gadis-gadis penghibur yang paling terkenal, didatangkan Cang
Tai-jin dari lain kota dengan bayaran mahal.
Tiba-tiba pemuda bercaping lebar tertawa lirih sehingga
Giok Cu menengok dan memandang kepadanya. Pemuda itu
sedang memandang ke arah dua orang pembesar, dan
seolah-olah dia tahu bahwa suara tawanya itu menarik
perhatian Giok Cu, karena dia segera berkata "Nona Bu, lihat,
bukankah pembesar gendut itu sungguh merupakan seorang
penjilat besar? Orang sekitarnya bersikap hormat dan menjilat
kepadanya, dan lihai sikapnya ketika menemani dan melayani
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pejabat tinggi kurus itu. Menjilat-jilat yang berlebihan sekali!"
Kembali Ho San tertawa lirih dan melanjutkan. "Dia seperti
seekor babi gemuk yang mendengus-dengus, ha-ha!"
Giok Cu juga tersenyum geli. Mereka berani bicara lirih
karena kegaduhan dan nyanyian itu membuat mereka dapat
leluasa bicara tanpa khawatir terdengar dua orang pembesar
itu.
"Hemmm, orang yang suka menjilat ke atas biasanya suka
pula menginjak ke bawah. Contoh seorang pembesar yan
korup dan sewenang-wenang mengandalkan kekuasaannya!"
Giok Cu berkata dengan sikap muak membayangkan sikap
sebagian besar pembesar yang wataknya seperti itu.
"Aku ingin sekali melihat mereka semua itu telanjang!"
Hong San kembali tertawa. Giok Cu memandang kepadanya
dengan alis berkerut. "Telanjang? Apa maksudmu?" la curiga
kalau-kalau pemuda yang mendatangkan rasa kagum dalam
hatinya itu ternyata hanya seorang pemuda hidung belang dan
kata-katanya tadi dimaksudkan untuk melihat para gadis
penghibur itu telanjang!
"Ya, bertelanjang bulat! Ha-ha, tentu lucu sekali melihat
pembesar itu telanjang bersama pengawalnya dan para
karyawan rumah makan. Mereka hanya merupakan
sekumpulan orang telanjang, seperti babi-babi yang tidak ada
perbedaannya, hanya gemuk dan kurus tentu saja, akan tetapi
tak seorang pun tahu mana pembesarnya, mana pengawal
dan mana pula pelayan rumah makan! Aku berani bertaruh,
tak seorang pun yang akan tahu perbedaannya!"
Giok Cu tertawa. Kiranya itu yang dimaksudkan pemuda
yang gembira itu "Aku tahu perbedaan antara mereka kalau
mereka ditelanjangi!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San menghentikan tawanya tiba-tiba saja dan
mukanya berubah aneh seperti orang marah. "Eh? Engkau
tahu perbedaannya?" tanyanya, dan matanya penuh rasa
penasaran, Giok Cu tidak melihat perubahan ini dan ia pun
menjawab sambil tersenyum.
"Si Pejabat akan memaki-maki dan mengancam yang
menelanjangi, pengawalnya akan mencak-mencak dan
mengamuk, sedangkan karyawan itu hanya akan menangis
dan minta ampun."
Berubah pula pandang mata Hong San dan kini dia tertawa
bergelak sehingga Giok Cu menoleh ke ruangan tengah,
khawatir kalau suara ketawa itu akan mengganggu pesta
pembesar.
"Ha-ha-ha, engkau benar, Nona Bu, Akan tetapi itu pun
karena mereka masih mengenakan pakaian ke dua, yaitu!
kedudukan dan pangkat. Coba kalau pada suatu hari
pembesar itu dipecat dan seorang karyawan diangkat
menggantikan pangkatnya, tentu keadaannya menjadi terbalik
pula. Ha-ha-ha!"
Giok Cu tertawa pula dan mengangguk. la teringat akan
wejangan yang pernah di dengarnya dari gurunya yang ke
dua, yaitu Hek-bin Hwesio. Pendekar Sakti itu pernah bicara
tentang penghormatan yang dilakukan orang pada umumnya
dengan menceritakan sebuah peristiwa. Seorang pemuda
meninggalkan kampungnya sampai bertahun-tahun dan dia
berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Pada suatu hari, dia
pulang ke kampungnya dan sengaja mengenakan pakaian
biasa, pakaian petani sederhana eperti ketika dia berangkat
dan dikunjungilah seorang sahabatnya. Sahabat ini
menerimanya dengan acuh, bahkan sikapnya menghina
seolah kedatangannya itu hanya mengganggu saja, dan ada
kecurigaan kalau-kalau dia datang untuk berhutang! Sikap
sahabatnya ini membuat dia penasaran dan dia pun pergi.
Beberapa hari kemudian dia datang kembali, sekarang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenakan pakaian indah dan serba mahal, serba baru.
Seketika sikap sahabatnya itu berubah. Dia diterima dengan
ramah,dipersilakan duduk dan dijamu hidangan yang enak!
Pemuda itu lalu menanggalkan baju dan sepatunya,
menggantungkan baju di kursi, menaruh sepatu di meja dan
dia pun dengan sikap hormat mempersilakan baju dan sepatu
itu untuk makan minum. Sahabatnya menegur sikapnya yang
aneh ini dan dia menjawab, "Bukankah yang kauhormat itu
pakaian dan sepatuku? Bukan diriku yang kausuguh hidangan,
melainkan pa kaian dan sepatuku inilah!"
Demikianlah cerita gurunya itu dan ia pun mengerti.
Penghormatan yang kita lakukan ini, yang disebut kebiasaan
umum, sesungguhnya hanyalah merupakan pemujaan
terhadap benda, kekuasaan kedudukan mulia, kecantikan,
kepandaian dan sebagainya. Bukan manusianya yang
dihormati, melainkan yang melekat pada si manusia pada saat
itu. Seorang pembesar dihormat sampai berlebihan karena
kedudukannya yang tinggi, kekuasaannya yang besar, karena
si penghormat ini memiliki pamrih, karena si penghormat ini
dikuasai oleh daya rendah dan nafsu. Namun, begitu si
pembesar kehilangan kedudukan dan kekuasaannya, maka
penghormatan itu pun akan lenyap dengan sendirinya!
Karena itu, bagi seorang bijaksana, tidak akan silau oleh
segala kelebihan lahiriah itu, tidak akan menjilat dan memuja
orang yang kebetulan memiliki kelebihan lahiriah. Juga dia
tidak akan mabuk oleh kelebihan lahiriah kalau kebetulan dia
yang memiliki, karena semua itu hanya sementara saja, tidak
abadi. Kasih sayang antar manusia bukan kasih sayang yang
terdorong oleh kelebihan lahiriah, melainkan kasih sayang
antara manusia itu sendiri. Jauh lebih baik miskin lahiriah
namun kaya batiniah daripada miskin batiniah kaya lahiriah,
walaupun tentu saja sebaiknya adalah kaya akan keduaduanya.
Dalam arti kata, secara lahiriah, dia memiliki
kedudukan yang baik dan kehidupan yang serba cukup, juga
secara batiniah dia memiliki kasih sayang terhadap semua
manusia, berbudi baik dan selalu mentaati petunjuk Tuhan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Segala yang nampak gemerlapan, seperti kepandaian,
kecantikan, kekayaan atau kedudukan, semua itu dapat
lenyap. Pemujaan terhadap semua itu hanya menunjukkan
ketamakan karena dorongan nafsu. Pemujaan dari orang lain,
terhadap diri kita yang sedang ada kelebihan lahiriah adalah
palsu. Pemujaan dan penjilatan itu sewaktuk-waktu dapat
berubah menjadi kebencian. Oleh karena itu, siapa berpegang
kepada kelebihan lahiriah untuk mendapatkan kebahagiaan,
takkan pernah berhasil. Yang didapatkan melalui nafsu
hanyalah kesenangan, dan kesenangan adalah saudara
kembar kesusahan yang setiap waktu akan menggantikan
kedudukan saudara kembarnya.
Manusia itu sama, dalam arti kata sama-sama sempurna
sebagai ciptaan Tuhan, sama-sama menerima berkah
berlimpah dari Yang Maha Kasih. Yang berbeda itu hanyalah
pakaian, termasuk kebudayaan, tradisi, agama, pangkat
kedudukan, harta, kulit dan sebagainya. kalau kulit
pembungkus tubuh dan daging sudah rusak habis oleh
kematian, apa yang tinggal? Kerangka dan tengkorak. Sama
pula, tidak ada lagi yang cantik atau yang buruk, yang kaya
atau yang miskin. Yang tinggal berbeda mungkin hanya
bentuk nisan kuburannya!
Giok Cu semakin tertarik kepada pemuda yang selain
tampan dan memiliki ilmu kepandaian tinggi, ternyata juga
halus tutur sapanya dan luas pula pandangannya itu.
Sebaliknya, Hong San kini sudah tergila-gila benar kepada
Giok Cu. Belum pernah dia bertemu dengan seorang gadis
seperti Giok Cu. Biarpun dia hanya mencuri-curi pandang, dia
sudah melihat jelas betapa gadis itu lincah jenaka, gembira
dan penuh gairah hidup, wajahnya demikian cantik jelita dan
manis, dengan dandanan yang rapi dan pantas walaupun tidak
terlalu pesolek. Memang sejak menjadi murid Hek-bin Hwesio,
Giok Cu tidak begitu pesolek lagi seperti ketika ia masih
menjadi murid Ban tok Mo-li. Kini pakaian dan dandanan
rambutnya rapi dan segalanya nampak bersih, namun cukup
sederhana, tidak mewah.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
oooOOooo
Tiba-tiba Hong San memberi isyarat kepada Giok Cu untuk
mendengarkan. Mereka berdua mengerahkan tenaga kearah
pendengaran mereka yang menjadi peka sekali sehingga
mereka dapat mendengarkan percakapan antara kedua orang
pembesar itu.
"Ha-ha-ha, kami merasa terhormat dan gembira sekali
menerima kunjungan Liu Taijin. Seperti Tai-jin lihat, keadaan
di sini baik-baik saja, semua pekerjaan berjalan dengan lancar
dan kami selalu berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan
pemerintahan yang baik," antara lain Cang Tai-jin berkata
dengan menyeringai, sikapnya merendah dan menjilat.
Wajah yang dingin dari Liu Taijin tidak berubah, akan tetapi
matanya menatap tajam wajah tuan rumah, lalu terdengar dia
berkata, "Akan tetapi bagaimana dengan pelaksanaan
pengumpulan tenaga kerja untuk melancarkan jalannya
pembangunan terusan, Cang Tai-jin?"
"Ah, hal itu juga terjadi dengan lancar dan baik-baik saja.
Bukankah kami telah mengirim ribuan orang pekerja dari
daerah kami ini ke tempat pembangunan terusan? Kami sudah
membantu banyak..........."
"Lalu apa artinya berita yang kami terima tentang
pemaksaan tenaga kerja, penekanan dan uang tebusan bagi
mereka yang mampu membayar agar terbebas dari tenaga
paksaan?" Kini sepasang mata pembesar tinggi kurus dari
kota raja itu menatap wajah tuan rumah penuh selidik. Sejenak
wajah Si Pembesar Gendut itu berubah agak pucat, akan
tetapi dia lalu membungkuk-bungkuk dan menyeringai lebar,
lalu berkata lebih lirih.
"Aih, Liu Taijin yang mulia, tidak perlu mempercayai kabar
angin seperti itu! Tidak pernah terjadi hal demikian. Memang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ada beberapa orang yang kami hukum, akan tetapi mereka itu
memang membandel dan memberontakt menghasut
penduduk agar tidak membantu pemerintah. Padahal,
karmiselalu menyerahkan uang bagi mereka yang menjadi
sukarelawan membangun terusan, sesuai dengan perintah
atasan kami di kota raja."
"Hemmmmm............. mudah-mudahan saja benar apa yang
engkau katakan itu, Cang Taijin," kata Liu Taijin, sikapnya
tetap dingin seperti juga wajahnya.
"Aih, Liu Taijin tentu lebih percaya kepada laporan saya
daripada lapor an orang-orang yang tidak suka kepada saya
bukan? Kami percaya atas kebijaksanaan Liu Taijin agar kelak
melaporkan ke kota raja bahwa semua tugas sudah kami
laksanakan dengan sebaiknya. Untuk kebaikan hati Liu Taijin
ini, kami tentu tidak akan melupakannya. Liu Taijin, sekarang
juga kami telah menyediakan bekal untuk Taijin dalam
perjalanan pulang, disertai pula dua orang teman seperjalanan
yang masih gadis dan merupakan kembang dari seluruh gadis
penghibur di daerah kami. Silakan Taijin melihat dan
berkenalan dengan mereka!' Berkata demikian, Cang Taijin
lalu memberi isyarat kepada seorang pengawalnya. Pengawal
ini cepat keluar dari rumah makan dan tidak lama kemudian
dia pun kembali mengantar dua orang gadis yang berusia
antara lima belas dan delapan belas tahun, berwajah cantik
berkulit putih mulus. Selain dua orang gadis itu, ada empat
orang pengawal menggotong sebuah peti yang kelihatan
berat.
Cang Taijin menyuruh dua orang gadis itu duduk di atas
bangku di kanan kiri Liu Taijin. Sebagai dua orang gadis
hiburan yang terlatih baik, walaupun mereka masih gadis, dua
orang itu dapat menyuguhkan arak dan menyumpitkan daging
dengan gaya yang manis memikat. Kemudian, Cang Taijin
menyuruh Pengawal membuka tutup peti dan nampaklah
barang-barang yang amat berharga di dalam peti itu,
bongkahan-bongkahan emas dan perak, juga gulungan sutera
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dan perhiasan yang serba mahal, hanya sebentar saja peti itu
dibuka, lalu ditutup kembali.
Liu Taijin mengelus jenggotnya, tersenyum dingin biarpun
diapit dua orang gadis yang hangat. "Hemmm, apa artinya
pemberian ini, Cang Taijin? Apa yang telah kulakukan maka
engkau memberi hadiah sebanyak ini?"
Cang Taijin menyeringai. "Aih, Taijin yang mulia.
Sumbangan ini tidak ada harganya kalau dibanding dengan
jasa Taijin membuat laporan yang baik ke kota raja tentang
pekerjaan saya. Biarlah kelak saya berkesempatan untuk
dapat menghaturkan sumbangan yang lebih banyak."
Liu Taijin mengangguk-angguk para gadis penghibur
melanjutkan tarian dan nyanyian mereka, pesta pora
dilanjutkan. Karena merasa tidak enak kalau terlalu lama
duduk di ruangan samping akhirnya sebelum dua orang
pejabat tinggi itu mengakhiri pesta mereka, Giok Cu
memanggil pelayan untuk membayar harga makannya.
"Biarlah saya yang membayarnya sekalian, Nona, tentu
saja kalau Nona tidak berkeberatan, sebagai tanda perkelan
kita. Hei, pelayan, hitunglah semua harga hidangan kami
berdua!" kata Hong San.
Giok Cu tersenyum. "Hemm, agaknya engkau meniru
pembesar gendut itu!" Hong San juga tertawa, akan tetapi dia
membayar harga makanan dan minuman kedua meja itu
kepada pelayan, kemudian, seperti dengan sendirinya dan
sewajarnya, mereka keluar dari tempat itu bersama. Setelah
tiba di luar rumah makan, Hong San berkata lirih.
"Nona Bu, aku ingin menghadang kereta pembesar kurus
itu di luar kota dan menyerangnya. Bagaimana pikiranmu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu terkejut dan memandang kepada pemuda itu
dengan heran. "Sungguh aneh sekali! Aku pun mempunyai
niat demikian! Bagaimana jalan pikiran kita dapat sama?"
Hong San tersenyum gembira. "Ini namanya bahwa kita
memang berjodoh untuk menjadi sahabat baik dan
bekerjasama!"
Giok Cu merasa betapa jantungnya berdebar dan mukanya
terasa panas rnendengar ucapan itu, akan tetapi karena sikap
pemuda itu sopan, ia pun segera mengalihkan percakapan.
"Ingin aku mengetahui, untuk apa engkau menghadang dan
menyerangnya?"
Hong San adalah putera kandung di murid Cui-beng Saikong,
seorang datuk besar dunia hitam, namun dia Cerdik
bukan main dan dia tahu bahwa kepada seorang wanita
seperti Giok Cu yang agaknya seorang pendekar wanita dia
harus mampu menggunakan kedok seorang budiman. "Nona,
peti hadiah itu berisi emas, perak dan barang berharga. Tidak
pantas dan sayang sekali kalau barang berharga itu jatuh ke
tangan pembesar pemakan sogokan seperti dia! Itu tentulah
harta hasil korupsi, hasil pemerasan para pembesar itu dari
rakyat. Maka, aku akan merampas peti itu Nona."
Giok Cu mengangguk-angguk. "Akan tetapi aku hendak
menghadangnya untuk membebaskan dua orang gadis yang
di hadiahkan tadi."
"Tapi........., tapi gadis-gadis macam itu untuk apa
dibebaskan? Bukankah mereka tadi kelihatan begitu jinak dan
bahkan melayani pembesar kota raja itu dengan gembira?"
"Aih, engkau seorang laki-laki, tentu lak dapat melihat
dengan jelas. Biarpun mereka melayani, namun mereka itu
terpaksa dan takut kepada pembesar gendut. Aku melihat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
betapa mata dan bibir mereka menahan derita yang hebat.
Aku akan membebaskan mereka."
"Kalau begitu, kita dapat bekerjasama, Nona. Kita robohkan
dulu para pengawalnya, kemudian kita serbu kereta, engkau
membebaskan dua orang gadis itu dan aku merampas peti."
"Baiklah, akan tetapi, kalau boleh aku bertanya, mau
kaupakai apakah harta dalam peti itu?" Giok Cu bertanya
sambil lalu, padahal di dalam hatinya dara ini ingin sekali tahu
mengapa pemuda yang dikaguminya itu hendak merampas
peti berisi harta itu.
Dengan cerdik Hong San yang semakin yakin bahwa Giok
Cu adalah seorang pendekar wanita, menjawab seperti sudah
sewajarnya. "Untuk apa? Tentu saja untuk kukembalikan ke
rakyat jelata! Harta itu akan kubagikan kepada rakyat miskin di
dusun-dusun!"
Dengan hati girang sekali Hong melihat betapa gadis
perkasa yang cantik jelita dan manis itu memandang
kepadanya dengan sinar mata kagum, seperti sudah saling
bersepakat keduanya lalu menanti sambil bersembunyi, purapura
berjalan-jalan di sepanjang jalan raya itu, namun mereka
selalu memperhatikan ke arah kereta yang berhenti di depan
rumah makan.
Tak lama kemudian, saat yang mereka nanti-nantikan pun
tiba. Nampak Taijin yang kurus itu naik ke atas kereta bersama
dua orang gadis yang telah dihadiahkan kepadanya, dan peti
pun dinaikkan ke atas kereta. Cang Tai-jin yang gendut
menyeringai dan membungkuk-bungkuk mengantar tamunya
naik kereta, akan tetapi dia sendiri tidak naik kereta itu.
Pasukan pengawal yang tiga belas orang banyaknya,
pengawal dari Kota raja yang rata-rata nampak gagah-gagah
menjadi dua, sebagian mengawal di depan kereta, sebagian
lagi di belakang kereta. Mereka semua menunggang kuda
yang besar, dan kereta itu sendiri ditarik oleh empat ekor kuda.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Berangkatlah kereta yang dikawal ketat itu meninggalkan
rumah makan, diantar lambaian tangan Cang Tai-jin.
Melihat kereta itu menuju ke pintu gerbang kota sebelah
utara, Giok Cu dan Hong San lalu cepat mengambil jalan
memotong, mendahului rombongan itu keluar dari pintu
gerbang utara. Setelah tiba di luar kota dan melalui jalan raya
yang tidak begitu ramai, mereka lalu mengerahkan
kepandaian dan berlari cepat, mengambil jalan kecil melewati
sawah ladang agar tidak menarik perhatian orang yang
berlalu-lalang di jalan raya. Akan tetapi mereka menanti
sampai kereta itu muncul, dan dari jauh mereka membayangi
kereta yang dilarikan cepat menuju ke utara, memasuki daerah
berhutan dan lalu lintas jalan raya itu mulai sunyi.
Setelah rombongan pembesar itu mu masuki hutan, dua
orang muda itu pun berlari cepat melakukan pengejaran
mengambil keputusan untuk turun tangan setelah kereta tiba
di hutan, atau yang sudah agak jauh dari jalan yang ramai.
Tiba-tiba mereka berdua terkejut karena mendengar suara
pertempuran depan. Mereka segera mempercepat lari mereka
dan ternyata kereta itu telah dikepung oleh belasan orang dan
sudah terjadi pertempuran antara para pengepung yang
berpakaian macam-macam melawan tiga belas orang
pengawal. Sedangkan kusir kereta yang sudah turun,
berusaha menenangkan empat ekor kuda di depan mereka itu.
Tentu saja kedua orang muda itu menjadi terkejut dan juga
terheran-heran membuat mereka meragu karena mereka tidak
mengenal siapa belasan orang yang melakukan penyergapan
terhadap rombongan pembesar itu. Karena mereka tidak tahu
apa yang harus mereka lakukan, maka Giok Cu dan Hong San
hanya menonton saja. Kini mereka baru melihat bahwa
pembesar itu agaknya seorang yang amat penting, karena
pasukan pengawal yang berkuda itu sungguh tangguh. Mereka
itu pandai menunggang kuda, dan pandai pula menggerakkan
pedang mereka dari atas kuda sehingga beasan orang yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengepung itu menjadi kewalahan dan kocar kacir. Para
penyerang itu diterjang kuda yang besar, dan pedang yang
bergerak cepat lagi kuat. Namun, dua orang muda itu pun
dapat melihat bahwa belasan orang penyerang itu bukanlah
orang-orang biasa, melainkan rata-rata memiliki ilmu silat yang
baik.
"Ini kesempatan baik," tiba-tiba Hong San berkata kepada
Giok Cu. "Selagi para pengawal menghadapi orang-orang itu,
kita turun tangan. Kaubebaskan dua orang gadis itu dan aku
akan mengambil peti itu! Dan kita bunuh saja pembesar korup
tukang makan sogokan itu!"
"Jangan............!" Tiba-tiba Giok Cu berkata agak ketus
sehingga mengejutkan hati Hong San. "Tidak boleh
membunuhnya!" Memang semenjak menjadi murid Hek-bin
Hwesio selama lima tahun Giok Cu sudah mendapat
gembleng batin dari hwesio itu sehingga ia tid merasa tega
untuk membunuh orang. Gurunya itu menanamkan perasaan
kasih sayang di dalam hatinya terhadap semua orang, dan
yang ia tentang hanyalah perbuatan jahat, bukan orangnya.
Maka, ia mau memberi hajaran kepada orang jahat agar orang
itu bertobat dan tidak berani melakukan kejahatan lagi, bukan
membunuhnya karena benci kepada orangnya.
Hong San tersenyum, dan mengangguk. Dia mulai
mengenal watak gadis itu. Gagah perkasa, cantik jelita, riang
jenaka, pemberani akan tetapi juga berbudi luhur! "Mari kita
bergerak!" katanya setelah mengangguk menyetujui.
Bagaikan dua ekor burung garuda, Hong San dan Giok Cu
meloncat seperti melayang saja, menuju ke arah kereta yang
kini tidak terlindung karena tiga belas orang pengawal sibuk
menghadapi pengeroyokan belasan orang itu. Akan tetapi
pada saat itu, dari lain jurusan berkelebat pula bayangan
orang yang tidak kalah cepat dan ringannya dibandingkan dua
orang muda itu. Baru saja Giok Cu dan Hong San tiba di dekat
kereta, terdengar bentakan nyaring
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perampok-perampok jahat!" Dan muncullah seorang
pemuda yang bertubuh tinggi besar, kokoh kuat dan tampan
gagah. Mendengar bentakan ini dan melihat munculnya
seorang pemuda yang gagah perkasa, Giok Cu dan Hong San
terkejut. Saat itu dipergunakan oleh pemuda tinggi besar untuk
berseru kepada kusir kereta.
"Kenapa engkau tidak cepat melarikan kereta ini,
menyingkir dari sini, menyelamatkan majikanmu dan minta
bantuan pasukan? Hayo cepat larikan kereta, biar aku
menahan para perampok!"
Barulah kusir itu tergopoh-gopoh naik ke atas keretanya
dan melarikan empat ekor kuda yang menarik kereta. Kereta
bergerak ke depan dengan cepatnya.
"Heiii, tinggalkan peti itu!" Hong San berteriak dan hendak
mengejar, akan tetapi pemuda tinggi besar itu telah
menghadangnya dengan mata menyam tajam.
"Sayang, begini tampan dan gagah menjadi perampok!"
katanya. Melihat pemuda tinggi besar itu menghadang, dan
mengeluaran kata ejekan, mengatakan dia perampok, hati
Hong San menjadi panas sekali.
"Engkau penjilat pembesar korup bentaknya dan tangan
kanannya mengirim hantaman ke arah muka lawan dengan
pengerahan tenaga yang dahsyat. Karena dia dapat menduga
bahwa pemuda tinggi besar ini tentu lihai sekali, mungkin
seorang jagoan dari kota raja yang bertugas melindungi Liu
Tai-jin, maka dia pun begitu menyerang sudah mengerahkan
tenaga saktinya sehingga dalam hantamannya itu terkandung
kekuatan dasyat yang dapat menghancurkan batu padas!
Namun, pemuda yang diserangnya it sama sekali tidak
menjadi gugup, bahkan dia pun memutar lengan kirinya
menangkis. Melihat lawannya menangkis Hong San sudah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
merasa girang karena jarang ada yang mampu
mempertahankan tenaga pukulannya, maka lawan yang
menangkis itu tentu akan patah tulang tangannya atau
setidaknya akan terpental atau roboh terbanting. Akan tetapi,
tidak demikianlah dugaan Giok Cu. Gadis ini melihat betapa
kedudukan kaki pemuda tinggi besar itu kokoh kuat, dan
betapa sikapnya yang tenang itu membayangkan kekuatan
dahsyat, maka dengan hati berdebar ia menanti bagaimana
kelanlajutan adu tenaga antara Hong San yang juga belum
diketahuinya benar tingkat kepandaiannya, dengan pemuda
tinggi besar itu. Wajah pemuda tinggi besar yang tampan
gagah itu seperti wajah yang tidak asing baginya, namun ia
sama sekali tidak dapat mengingat di mana ia pernah bertemu
dengan pemuda itu. Mungkin seorang di antara tamu gurunya
yang pertama, yaitu Ban-tok Mo-li. Seorang teman Ban-tok
Mo-li sudah pasti bukan orang baik-baik, dan tidak aneh kalau
menjadi jagoan pengawal seorang pembesar koruptor besar
yang kaya raya.
"Dukkk!" Dua buah lengan bertemudan tubuh Hong San
terhuyung kebelakang, sedangkan tubuh pemuda tinggi besar
itu tetap kokoh, sama sekali tidak terguncang! Hal ini amat
mengejutkan Hong San. Dia tadi merasa betapa lengannya
bertemu dengan lengan yang bagaikan baja kuatnya, dan
tenaganya menyambut tenaga pukulannya juga amat dahsyat
sehingga dia tidak mampu la mempertahankan kedua kakinya
sehingga terhuyung ke belakang. Marahlah Hong San dan dia
pun mencabut pedang dengan tangan kanannya.
Giok Cu juga melihat adu tenaga itu dan ia hanya
menganggap bahwa mungkin tenaga Hong San belum begitu
kuat. Dan melihat betapa dalam adu tenaga itu Hong San
terhuyung ke belakang, ia pun menganggap bahwa lawan itu
agaknya lebih lihai dari Hong San. Akan tetapi masih ingin
melihat bagaimana kalau Hong San menyerang dengan
pedangnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Singgggg.............!" Pedang di tangan Hong San berubah
menjadi sinar menyambar dahsyat, lalu sinar pedang itu
bergulung-gulung bagaikan ombak samudera menerjang ke
arah lawannya. Barulah Giok diam-diam terkejut dan kagum.
Ilmu pedang Hong San ternyata amat hebat. Bukan
sembarang orang dapat men gerakkan pedang seperti itu, dan
tentu tadi pun Hong San telah mengerahkan sinkang yang
kuat. Mulailah Giok Cu menduga bahwa jagoan muda yang
melindungi pembesar korup itu tentu memiliki kepandaian
yang hebat pula.
Karena pemuda tinggi besar itu tidak memegang senjata,
maka dia lalu melolos sabuknya yang terbuat dari sutera putih.
Pada saat itu, setelah berloncatan dengan gerakan yang aneh
seperti gerakan orang mabuk terhuyung-huyung nampak
selalu dapat menghindarkan diri dari sambaran gulungan sinar
pedang, sinar pedang ditangan Hong San mencuat dengan
sinar menyilaukan mata mengejar tubuh lawan dan menusuk
ke arah perut. Pemuda tinggi besar itu meloncat kebelakang
dan ketika pedang itu mengejar cepat, tiba-tiba nampak sinar
putih meluncur ke depan menangkis pedang.
"Takkk.........!" Pedang itu pun terpental dan Hong San
membelalakkan matanya. Sabuk sutera putih itu tadi
menangkis pedangnya dan berubah menjadi keras seperti
logam yang kuat. Tanulah dia bahwa lawannya memang lihai
bukan main, merupakan seorang lawan yang memiliki tenaga
sin-kang yang amat kuat. Maka dia pun cepat mencabut
sulingnya dengan tangan kiri dan kini dia menyerang lawan
kalang kabut dengan pedang di tangan kanan dan suling di
tangan kiri!
Namun, sabuk sutera putih itu lihai bukan main gerakannya.
Kadang-kadang menjadi keras, kadang-kadang menjudi lemas
dan suatu saat, suling di tangan kiri Hong San hampir dapat
terampas karena sudah terlibat ujung sabuk yang imat kuat.
Terpaksa Hong San membacokkan pedangnya ke arah sabuk
yang nenegang itu dan dia berhasil melepaskan libatan sabuk
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dari sulingnya. Akan tetapi kini lawannya memutar sabuknya
dan sabuk itu bagaikan berubah menjadi seekor naga yang
melayang-layang dan menyambar-nyambar dari sega jurusan
ke arah Hong San. Pemuda itu menjadi sibuk sekali mengelak
atau menangkis dengan pedang dan sulingnya, dan dia pun
terdesak. Hong San semakin kaget dan juga penasaran sekali.
Dia memutar kedua senjatanya sehingga tidak lagi terdesak
walaupun dia jarang mendapat kesempatan untuk balas
menyerang walaupun senjatanya dua buah.
Melihat perkelahian itu, Giok Cu menjadi kagum bukan
main. Kiranya sahabat atau kenalan barunya itu lihai bukan
main dengan pedang dan sulingn Tingkat kenalan baru itu
agaknya tidak berada di sebelah bawah tingkat
kepandaiannya sendiri. Namun, lawannya yang tinggi besar itu
ternyata tidak kalah lihainya. Dengan sabuk suteranya,
pemuda tinggi besar itu merupakan seorang lawan yang amat
tangguh. Maka, tanpa banyak cakap lagi ia pun mencabut
senjatanya dan melompat ke dalam kalangan pertempuran itu
untuk membantu Hong San. Melihat gadis ini meloncat dekat,
Hong San berseru, "Jangan, dia lihai sekali, engkau dapat
celaka nanti!"
Seruan ini penuh ketulusan hati, tanda bahwa Hong San
amat menyayang Giok Cu, khawatir kalau gadis yang telah
menjatuhkan hatinya itu terluka oleh lawan yang lihai itu.
Mendengar seruan itu, untuk kedua kalinya jantung dalam
dada Giok Cu berdebar. Ia dapat menangkap apa yang
tersembunyi di balik ucapan itu. Hong San sendiri kewalahan
dan terdesak lawan, namun dia melarang ia maju. Hal ini
membuktikan betapa pemuda bercaping merah itu amat
memperhatikan dan mengkhawatirkan dirinya! Tanpa banyak
cakap lagi, tanpa menjawab ucapan Hong San, Giok Cu sudah
menerjang dengan pedangnya ke arah pemuda tinggi besar.
Pemuda itu sedang mendesak Hong San dan tiba-tiba dia
merasa ada angin dahsyat menyambar diikuti suara mencuit
nyaring dan melihat ada sebatang pedang mencuat dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
meluncur masuk di antara lingkaran sinar sabuknya! Ketika
sabuknya menyentuh pedang itu, sabuknya terpukul mundur,
seolah-olah seekor ular yang merasa ngeri berdekatan den
alat pemukul! Dia terkejut, apalagi ketika pedang yang tumpul,
tidak tajam tidak runcing itu meluncur ke arah lehernya!
Terpaksa dia melempar tubuh ke belakang, lalu melakukan
gerak bergulingan ke belakang. Ketika dia bangkit kembali, dia
sudah memegang sebatang kayu cabang pohon yang
didapatkan di atas tanah, dan sabuk itu sudah disimpannya
kembali. Kiranya, menghadapi dua orang lawan yang amat
lihai itu, pemuda tinggi besar ini telah mengganti sabuknya
dengan sebatang tongkat.
Hong San terkejut dan girang melihat kelihaian Giok Cu!
Semangatnya bangkit kembali. Dia tadi tahu bahwa seorang
diri saja, amat terlalu sukarlah, baginya untuk dapat
mengalahkan lawannya. Akan tetapi, melihat betapa serangan
pedang di tangan Giok Cu membuat lawan seperti terkejut dan
kewalahan, bahkan kini berganti senjata, dia menjadi gembira
sekali dan bersama Giok Cu, dia pun cepat mendesak ke
depan dan menghujankan serangan kepada lawannya.
Kini pemuda tinggi besar itu menggerakkan tongkatnya dan
sungguh aneh, gerakannya ganjil sekali, kacau balau dan
seperti orang mabuk saja. Tubuhnya terhuyung ke sana-sini,
bahkan seperti kadang-kadang hendak jatuh. Hebatnya,
semua gerakan aneh itu dapat membuat tubuhnya bukan saja
terhindar dari hujan serangan dua orang lawannya, bahkan
ujung tongkatnya masih sempat melakukan serangan balasan
yang cukup ampuh, membuat Hong San dan juga Giok Cu
terpaksa meloncat mundur dengan kaget.
Sementara itu, para penyerang tadi juga terdesak hebat
oleh tiga belas orang pengawal berkuda. Beberapa orang di
antara para penyerbu itu sudah roboh terluka. Akan tetapi tibatiba
terdengar sorak sorai dan muncullah sedikitnya lima puluh
orang, berlarian ke tempat itu dengan segala macam senjata
di tangan. Mereka adalah orang-orang yang pakaiannya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bermacam-macam, akan tetapi sebagian dari mereka, yang
terbanyak, dapat dikenal dari pakaiannya bahwa mereka
adalah suku bangsa Hui. Dengan senjata di tangan, mereka
menyerbu dan mengamuk sehingga tiga belas orang
pengawal itu tentu saja terkejut dan terdesak!
Melihat ini, pemuda tinggi besar yang tadi dikeroyok oleh
Giok Cu da Hong San, tiba-tiba membuat gerakai melompat
jauh meninggalkan dua orang lawannya, mendekati para
pengawal lalui berseru dengan suara nyaring. "Kalian tidak
lekas pergi mau tunggu mati? Cepat pergi susul majikan kalian
dan lindungi dia!"
Para pengawal itu seperti diingatkan bahwa kereta yang
membawa Liu Taijin sudah sejak tadi pergi maka kini
mendengar seruan pemuda tinggi besar itu, mereka lalu
membalikkan kuda dan melarikan diri. Tiga orang teman
mereka yang roboh dan tewas terpaksa mereka tinggalkan.
Para penyerbu itu tidak dapat melakukan pengejaran karena
mereka tidak mungkin dapat menyusul lawan yang berkuda.
Maka, kini semua kemarahan mereka tumpahkan kepada
pemuda tinggi besar yang lihai itu. Akan tetapi, di antara suara
riuh rendah mereka, tiba-tiba seorang di antara orang-orang
Hui itu berteriak.
"Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)!! Dia
Huang-ho Sin-liong..............!"
Teriakan ini membuat semua orang menghentikan gerakan
mereka yang hendak mengeroyok pemuda tinggi besar itu.
Mereka terkejut mendengar disebutnya nama julukan ini,
sebuah nama julukan yang baru muncul akan tetapi sudah
menggemparkan karena sepak terjang Huang-ho Sin-liong
amat mengejutkan bagaikan seekor naga sakti yang turun dari
angkasa untuk membersihkan segala bentuk kejahatan di
sepanjang Sungai Huang-ho!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San juga menahan serangannya dan dia berdiri
tertegun memandang pemuda tinggi besar itu. Kini dia
teringat. Biarpun malam itu tidak begitu terang, akan tetapi dia
ingat bahwa inilah orang yang pernah dilawannya, yaitu ketika
dia hendak memperkosa seorang wanita gagah dan pemuda
tinggi besar inilah yang menggagalkannya! Kini teringat,
terutama sekali permainan tongkatnya yang aneh itu! Jadi
orang yang telah dua kali ditempurnya ini berjul Huang-ho Sinliong?
Dia akan mencatat nama itu.
Mempergunakan kesempatan selagi semua orang tertegun
yang membuat dua orang pengeroyoknya yang lihai tadi pun
menghentikan serangan mereka, pemuda tinggi besar itu lalu
berloncatan cepat dan sebentar saja bayangannya sudah
lenyap di antara pohon-pohon. Kalau saja Giok Cu tahu siapa
pemuda itu, siapa Huang-ho Sin-liong itu! Pemuda tinggi besar
itu bukan lain adalah Si Han Beng, Tentu saja Giok Cu tidak
mengenalnya juga sebaliknya Han Beng tidak lagi mengenal
gadis yang kini menjadi seorang gadis dewasa yang cantik
jelita, manis dan lihai itu. Ketika mereka saling ber¬pisah, Han
Beng berusia dua belas tahun dan Giok Cu baru berusia
sepuluh tahun! Dan dua belas tahun telah lewat sejak mereka
saling bertemu dan menjadi sahabat.
Kini semua orang yang tadi menyerang kereta, juga
puluhan orang Hui yang datang membantu, memandang
kepada Giok Cu dan Hong San. Tiga orang diantara mereka,
yaitu seorang yang memimpin orang-orang Hui, dan dua orang
yang memimpin penyerangan pertama, sudah melangkah
maju menghampiri dua orang muda itu. Mereka memberi
hormat dan seorang di antara mereka berkata.
"Terima kasih atas bantuan Ji-wi yang gagah perkasa. Akan
tetapi sayang sekali bahwa sergapan kita terhadap pembesar
lalim penindas rakyat itu gagal karena Huang-ho Sin-liong
melindunginya!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapakah kalian dan mengapa kalian menyerang kereta
pembesar Liu itu?" Giok Cu bertanya sambil memandang
tajam kepada tiga orang itu.
Tiga orang itu saling pandang, lalu orang yang menjadi
wakil pembicara tadi tersenyum. "Kami adalah orang-orang
yang membenci para pembesar lalim dan agaknya tidak
berbeda dengan Ji-wi yang juga memusuhi mereka. Kami
mewakili rakyat yang menderita tekanan dan penindasan
sehubungan dengan pengerahan rakyat yang dipaksa untuk
bekerja membangun terusan! Kami dipaksa, kalau tidak dapat
menyogok, maka pemuda-pemuda kami dipaksa bekerja,
gadis-gadis kami dipaksa pula bekerja di dapr umum dan
untuk menghibur para mandor. Kami ingin memberontak
terhadap para pembesar lalim yang menindas rakyat! Dan
para kawan yang baik ltu adalah orang-orang suku Hui yang
juga membenci pemerintah karena banyak antara mereka
yangmenderita karena tanah hak milik mereka disepanjang
sungai dirampas."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 18
Hong San tertawa mengejek. "Wah, kiranya kalian adalah
pemberontak-pemberontak?"
"Kalian memang benar! Para pembesar lalim yang
melaksanakan pengumpulan tenaga pekerja terusan, memang
patut dibasmi!" tiba-tiba Giok Cu berkata dan hal ini diam-diam
mengejutkan hati Hong San. Kiranya gadis perkasa ini pun
setuju dengan para pemberontak itu! Dia sendiri sebetulnya
tidak perduli akan pemberontakan terhadap pemerintah. Dia
hanya akan bertindak demi keuntungan diri sendiri. Dan apa
untungnya menentang pemerintah? Akan tetapi karena dia
melihat betapa gadis itu membenarkan mereka yang
menentang pemerintah, dia pun pura-pura setuju.
"Memang, para pembesar itu menjemukan sekali, korup
dan tukang menerima sogokan, mereka menindas rakyat
untuk menggendutkan perut sendiri!"mengangguk-angguk,
walaupun dalam hatinya berbisik bahwa apa salahnya dengan
perbuatan seperti itu? Semua orang di dunia ini mencari
kesenangan bagi diri sendiri!
Mendengar ucapan dua orang muda yang tadi mereka
saksikan sendiri keIihaiannya, orang-orang yang menamai
dirinya pejuang rakyat itu merasa gembira sekali. Mereka lalu
mengundang Giok Cu dan Hong San untuk berkunjung ke
tempat tinggal pimpinan mereka untuk berkenalan.
"Beng-cu (Pimpinan Rakyat) akan merasa gembira sekali
kalau dapat bertemu dan berkenalan dengan Ji-wi yang gagah
perkasa, yang tadi telah membantu kami."
Sebetulnya Hong San tidak tertarik akan tetapi karena Giok
Cu ingin sekali tahu lebih banyak tentang orang-orang yang
dianggapnya gagah perkasa dan berjiwa patriot, pembela
rakyat tertidas itu, ia menerima undangan mereka dan dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sendirinya Hong San menerimanya. Pemuda ini tidak ingin
segera berpisah dari gadis yang membuatnya tergila-gila itu.
Maka, pergilah mereka berdua bersama tiga orang pimpinan
itu, menyusup-nyusup ke dalam hutan dan akhirnya mereka
tiba di dekat sebuah bangunan darurat yang berdiri di tengahtengah
hutan, di tempat yang amat liar dan tak pernah
didatangi, orang dari luar.
Bangunan darurat itu terjaga kuat dan di belakang
bangunan itu terdapat sebuah dataran luas dimana terdapat
banyak sekali pria yang sedang berlatih silat. Kiranya tempat
ini menjadi sarang para pemberontak yang menamakan diri
mereka pejuang rakyat itu. Dan memang harus diakui bahwa
banyak pula penduduk dusun, terutama mereka yang masih
muda, yang melarikan diri karena tidak mau dijadikan pekerja
paksa, di tampung oleh gerombolan ini dan menjadi anggauta
"pejuang". Dipandang sepintas lalu, memang mereka pantas
dinamakan pejuang yang hendak membela rakyat dari
penindasan para pembesar yang menyalahgunakan perintah
dari istana dalam hal pembuatan terusan itu. Giok Cu sendiri
tertarik dan merasa kaget kepada mereka, maka ia mau diajak
kesitu untuk bertemu dan berkenalan dengan orang yang
menjadi beng-cu (pemimpin rakyat), yaitu yang memimpin
gerakan membela rakyat tertindas itu.
Di dekat bangunan besar terdapat pula banyak pondok
yang didirikan oleh para anggauta pemberontak, bahkan
terdapat pula banyak wanita dan kakan-kanak, yaitu keluarga
dari mereka yang terpaksa melarikan diri, yang dikejar-kejar
petugas untuk menjadi pekerja paksa. Melihat ini, Giok Cu
merasa makin suka kepada mereka. Ia teringat akan keadaan
dirinya sendiri. Orang tuanya juga terpaksa melarikan diri
dusun mereka. Mendiang ayahnya, Hok Gi, adalah seorang
pejabat lurah Kiong-cung, di tepi Huang-ho. Karena ayahnya
itu dipaksa oleh pembesar atasan untuk mengumpulkan
semua pemuda dusun itu agar menjadi pekerja paksa,
ayahnya merasa tidak sanggup dan diam-diam melarikan diri
karena dia tahu akan kegagalan atau ketidaksanggupan itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tentu akan berakibat hukuman berat baginya. Dalam pelarian
ini, ayahnya dan ibunya tewas oleh........ Liu Bhok Ki! Sampai
sekarang, ia belum berhasil menemukan Liu Bhok Ki yang
membunuh ayah dan ibunya! Karena persamaan nasib itulah
maka diam-diam Giok Cu merasa suka kepada para
pemberontak ini.
Mereka memasuki rumah dan setelah tiga orang pimpinan
para penyerang kereta Liu Tai-jin tadi melaporkan ke dalam,
Giok Cu dan Hong San dipersilakan masuk ke dalam ruangan
belakang, sebuah ruangan yang luas dan di situ ketulan
sedang diadakan pertemuan tara para pimpinan pejuang dan
berapa orang suku bangsa Hui. Di atas meja panjang
sederhana terdapat hidangan sederhana dan arak, dan ada
sembilan orang duduk mengepung meja panjang, saling
berhadapan dan suasananya cukup gembira dan
bersemangat.
Ketika dua orang muda itu memasuki ruangan, sembilan
orang yang sudah menerima laporan itu segera bangkit berdiri
dengan sikap hormat. Seorang diantara mereka, seorang lakilaki
yang usianya kurang lebih enam puluh empat tahun,
segera berkata dengan suara nyaring.
"Selamat datang, dua orang Saudara Muda yang lihai. Kami
girang sekali mendengar bahwa Ji-wi (Anda Berdua) telah
membantu anak buah kami. Silakan Ji-wi mengambil tempat
duduk!"
Giok Cu dan Hong San mengangguk dan mengucapkan
terima kasih, lalu mereka mengambil tempat duduk yang
masih kosong, menghadapi kakek yang bicara tadi. Setelah
mereka duduk, sembilan orang itu pun duduk dan kakek tinggi
kurus yang wajahnya menyeramkan itu segera menuangkan
arak kedalam dua cawan bersih dan memberikannya kepada
dua orang tamu muda itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Saudara sekalian, mari kita memgucapkan selamat datang
kepada orang pendekar muda ini! Ji-wi, silakan minum dan
menerima ucapan selamat datang dari kami!" Berkata
demikian, dia berdiri mengangkat cawan arak, diturut oleh
delapan orang lain dan terpaksa Liok Cu dan Hong San juga
mengangkat cawan arak mereka dan meminumnya.
Giok Cu dan Hong San juga mem¬perkenalkan diri dan
Kim-bwe-eng Gan Lok berkata sambil tersenyum. "Kunjung Jiwi
sungguh menambah kegembiraan kami. Kami mendengar
bahwa Ji-wi memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali dan
.agaknya Ji-wi juga membenci para pembesar yang menindas
rakyat jelata. Kami akan menerima dengan penuh
kegembiraan kalau Ji-wi suka bekerja sama dengan kami."
Giok Cu mengerutkan alisnya. "Hem, untuk bekerja sama,
aku harus lebih dahulu mengetahui benar apa maksud tujuan
kalian, dan bagaimana pula kekuatan kalian yang berani
menentang para pembesar, berarti akan berhadapan dengan
pasukan pemerintah." Mendengar itu Hong San kagum dan
mengangguk-angguk. Gadis yang diam-diam dipujanya itu
ternyata juga amat cerdik.
Kim-bwe-eng Gan Lok tertawa bergerlak sehingga
wajahnya yang menyeramkan itu sejenak nampak lucu. "Haha-
ha , Nona tidak perlu khawatir. Biarpun kami hanya
kelihatan sebagai pelarian di hutan begini, namun
sesungguhnya kedudukan kami kuat sekali. Di mana-mana
kami mempunyai teman dan kalau dikumpulkan seluruhnya,
anak buah kami mendekati lima ratus orang! Kami sudah
berhasil merampas atau mencuri barang-barang berharga dari
para pembesar korup, kami kumpulkan dan jumlahnya cu¬kup
besar untuk membiayai ribuan orang pasukan yang akan kami
bentuk. Selain itu, ada pula para saudara suku bangsa Hui
yang mendukung gerakan perjuangan kami. Mereka sanggup
mengerahkan sedikitnya dua ribu orang, dan juga mereka
bersedia untuk menyumbangkan banyak emas yang mereka
miliki!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ini, diam-diam Hong San terkejut dan kagum.
Demikian banyaknya harta terkumpul dan dia mulai tertarik.
Ada harganya juga untuk dapat menjadi pimpinan dari gerakan
menguntungkan ini.
"Kalian memperkuat diri dan hendak membentuk pasukan,
bahkan dibantu oleh orang-orang suku bangsa Hui, apa
maksudnya? Apakah hendak memberontak terhadap
pemerintah, mengadakan perang melawan pemerintah?"
Menghadapi pertanyaan yang langsung dan berterang itu,
Kim-bwe-eng Gan Lok nampak tertegun. Akan tetapi Kimkauw
pang Pouw In Tiong tertawa.
"Ha-ha-ha, Nona yang baik! Kalau bukan kami para
pendekar yang turun tangan membela rakyat, siapa lagi yang
akan peduli? Kalau pemerintah sudah mulai menindas rakyat
jelata, jalan apalagi yang dapat kami tempuh selain
memberontak? Kalau perlu, pemerintah ini digulingkan, diganti
pemerintah baru yang tentu akan membahagiakan rakyat
"Hemmm, dan kalian yang akan jadi penguasa baru?" Giok
Cu mendesak dengan alis berkerut.
"Kalau perlu! Ya, kalau perlu, kami para pendekar yang
akan memimpin
pemerintahan yang bersih dan mendatangkan kemakmuran
bagi rakyat jelata!" Akhirnya Kim-bwe-eng Gan Lok dapat
bicara dengan suara lantang.
Giok Cu kini diam saja akan tetapi di alam hatinya timbul
keraguan. Ia memang condong untuk menentang para
penguasa setempat yang lalim, yang menyalahgunakan
kekuasaan, memaksa rakyat untuk menjadi pekerja paksa
membangun waduk dan terusan. Akan tetapi hal itu bukan
berarti harus memberontak dan mengobarkan perang
terhadap pemerintah. Perang berarti kesengsaraan baru bagi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
rakyat yang mungkin jauh lebih parah daripada kerja paksa itu
sendiri. Ia ragu dan sangsi. Kesempatan itu dipergunakan oleh
Hong San untuk bicara. Suaranya lembut dan halus, namun
lantang sehingga terdengar jelas oleh semua orang yang
berada di ruangan itu, bahkan para petugas jaga di luar
ruangan itu pun ikut mendengarkan.
"Aku dapat menghargai usaha kailan ntuk membebaskan
rakyat dari penindasan. Akan tetapi, untuk dapat melawan
pasukan pemerintah, selain harus me¬miliki modal emas yang
banyak untuk persiapan melatih pasukan, dan memiliki jumlah
pasukan yang kuat, juga harus pula memiliki pimpinan yang
cakap, Tidak tahu, syarat apa yang menentukan orang
diangkat menjadi pimpinan dari gerakan yang mulia ini?"
Berkata demikian, dengan sinar mata tajam menyelidik, Hong
San memandang bergantian kepada beng-cu dan wakilnya itu.
orang pimpinan itu saling pandang, terdengar suara Kim-bweeng
Gan tertawa disambung suaranya yang Lantang.
"Ha-ha-ha, pertanyaanmu sungguh lucu, orang muda yang
gagah perkasa. Syarat apa yang menentukan orang diangkat
menjadi pimpinan dalam perjuangan membela rakyat ini?
Tentu saja dia harus cerdik, bijaksana, gagah perkasa memiliki
pengalaman yang matang dan luas!"
"Hanya itu saja, Paman Gan Lok? engkau melupakan
syarat yang terutama dan mutlak penting!"
Ketua persekutuan pemberontak Itu mengerutkan alisnya.
Pemuda itu boleh jadi lihai ilmu silatnya, akan tetapi sikapnya
tidak menyenangkan, tidak mau Menghormati tuan rumah
dengan sebutan Beng-cu". "Hemmm, orang muda, apa
maksudmu dengan syarat yang terutama itu?”
"Untuk memimpin rakyat dalam masa damai, memang
dibutuhkan pemimpin yang sudah berusia lanjut karena orang
tua lebih teliti, sabar dan tekun. Akan tetapi, memimpin rakyat
dalam masa perang, dibutuhkan seorang pemimpin yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
masih muda, penuh semangat yang Menggebu, barulah
diharapkan perjuangan akan berhasil baik!"
"Orang muda she Gan, kata-katamu sayang sekali kurang
tepat!" bantah Kim-bwe-eng Gan Lok yang mulai merasa
panas perutnya. "Dalam perjuangan, semangat besar saja
tidak ada gunanya tanpa diimbangi kepandaian yang tinggi.
Seorang pemimpin muda, biarpun semangatnya menggebu,
jelas kepandaiannya belum matang dan pengalamannya
belum luas sehingga perjuangan itu akan gagal."
"Keliru sama sekali pendapat Paman Gan itu!" Hong San
membantah suaranya juga nyaring walaupun wajahnya masih
berseri Jenaka. "Biarpun berpengalaman, mana mungkin
seorang yang sudah tua dapat menjadi seorang yang gagah
perkasa dan kuat? Semangatnya juga pasti sudah layu dan
apa yang dapat diharapkan dari pimpinan yang tua loyo?
Tentang kepandaian, belum tentu yang muda kalah oleh yang
tua. Hal ini perlu dibuktikan. Aku yang masih muda ini, belum
tentu kalah melawan orang-orang tua seperti kedua Paman
yang menjadi ketua dan wakil ketua di sini!”
Mendengar ucapan yang mengandung tantangan ini, Kimkauw-
pang (Tongkat Monyet Emas) Pouw ln Tiong yang
wataknya angkuh itu menjadi marah dan tidak dapat menahan
kesabarannya lagi. Dia sudah bangkit berdiri dan tubuh yang
gendut pendek itu sama sekali tidak mengesankan ketika dia
marah. Namun suaranya menggeledek karena dalam
kemarahannya dia telah mengerahkan Khikang dari perutnya,
dan matanya melotot mengeluarkan sinar berapi.
"Bocah she Can! Sungguh engkau sombong dan suka
berlagak. Biarpun belum tentu aku Kim-kauw-pang Pouw In
Tiong dapat mengalahkanmu, akan tetapi jangan dikira aku
takut. Mari, coba bukti-bahwa omonganmu tadi bukan bual
belaka!" Berkata demikian, Si Pendek gendut ini sudah
melompat ke tengah dengan sambil memutar tongkatnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tongkatnya itu setinggi tubuhnya dan berlapis emas sehingga
ketika diputar berubah menjadi payung emas yang lebar.
Giok Cu mengerutkan alisnya. Sebetulnya ia tidak setuju
dengan sikap yang diperlihatkan Hong San tadi. Mereka
datang sebagai tamu yang dihormati, akan tetapi pemuda
bercaping lebar itu malah mengeluarkan kata-kata yang
mengandung celaan dan tantangan dengan sikap memandang
rendah terhadap tuan rumah. Akan tetapi karena ia pun tidak
mempunyai hubungan apa pun dengan Hong San, ia merasa
bahwa segala tingkah laku pemuda itu tidak ada sangkut
pautnya dengan dirinya. Ia lupa bahwa datang dan bergerak di
samping Hong San sehingga pihak tuan rumah
menganggapnya sebagai sekutu atau kawan baik pemuda itu.
Giok Cu diam dan ingin menyaksikan bagaimana
perkembangan selanjutnya setelah Hong San ditantang
mengadu ilmu oleh Kim-kauw pang Pouw In Tiong. Ia pun
ingin melihat bagaimana lihainya Hong San dan bagaimana
wakil ketua para pemberontak akan mempertahankan
kehormatan dirinya sebagai seorang tokoh yang dipilih
sebagai wakil ketua, la tidak akan mencampuri urusan
mereka.
Ditantang oleh wakil ketua itu, Hong San tersenyum.
Memang inilah yang kehendakinya. Begitu tadi mendapat
keterangan akan kekayaan yang dimiliki gerombolan
pemberontak ini, hatinya sudah merasa amat tertarik, apalagi
terdapat kemungkinan kemenangan besar dimana para
pemimpin mendapat kesempatan untuk merebut tahta
kerajaan. Betapa muluknya! Inilah yang dicarinya kekayaan
besar dan kedudukan tinggi, dua hal yang dahulu juga dikejarkejar
mendiang ayahnya. Dia tahu bahwa ayahnya tidak
pernah berhasil karena ayahnya mencarinya melalui jalan
yang biasa dilalui golongan sesat. Dia sendiri harus mengubah
siasat itu. Dia tidak ingin sekedar menjadi pimpinan golongan
hitam yang selalu dimusuhi pemerintah. Kalau saja dia
mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan! Maka,
melihat kemungkinan, betapapun kecilnya bsgi gerakan ini
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk merampas kedudukan dan kelak menjadi pemimpinpemimpin
yang menguasai pemerintahan, ia tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan sikap tenang sekali,
senyum tak pernah meninggalkan bibirnya, bangkit dan
menoleh ke arah Giok Cu, seolah hendak minta
persetujuannya atau hendak melihat bagaimana sikap gadis
yang amat menarik hatinya itu. Akan tetapi, Giok Cu bersikap
acuh saja, maka dia pun lalu melangkah dan menghsmpiri
orang yang menantangnya.
Hong San melihat betapa banyak anak buah gerombolan
pemberontak itu, juga orang-orang Hui yang puluhan orang
banyaknya berada di luar, demikian ia pula Yalami Cin kepala
suku Hui yang hadir di situ, kini menaruh perhatian. Mereka
menonton dengan sikap tegang dan tertarik. Dia pun
tersenyum, Inilah kesempatan baik baginya untuk
memperlihatkan kepandaian dan menciptakan kesan yang
baik, kalau dia ingin berhasil mendapatkan kedudukan seperti
yang dikehendakinya.
"Paman Pouw In Tiong, sama sekali aku bukan sombong
atau berlagak. Aku berbicara sejujurnya saja karena aku
merasa kagum kepada semua saudara, yang telah berani
melawan pemerintah yang menindas rakyat. Justeru karena
aku kagum dan suka, maka aku ingin melihat pasukan pejuang
yang kokoh kuat, dipimpin oleh orang-orang yang tepat, bukan
oleh orang-orang tua yang sepantasnya hanya menjadi
penasehat dibelakang saja. Kalau Paman masih penasaran
dan hendak membuktikan kebenaran omonganku, silakan!"
berkata demikian Hong San sudah mengeluarkan pedang dan
sulingnya. Dengan lagak seorang pendekar yang gagah
perkasa, dia pun memasang kuda-kuda, menyilangkan
pedang dan suling di depan dada, tersenyum dan nampak
tenang dan memandang rendah sekali.
Makin panas rasa hati Pouw In Tiong. adalah seorang
pendekar yang terkenal kelihaiannya, nama julukannya sudah
dikenal di dunia persilatan, terutama di sepanjang lembah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Huang-ho sebelah selatan. Jarang ada ahli silat yang akan
mampu menandingi tongkatnya yang berlapis emas itu.
Selama bertahun-tahun ini, hanya Kim-bwe-eng Gan Lok saja
yang mampu menandingi dan mengalahkannya ketika
kelompok pejuang itu mengadakan pemilihan ketua. Akhirnya,
Gan Lok yang terpandai dipilih menjadi ketua dan dia menjadi
orang nomor dua, di samping masih ada belasan orang
pembantu yang kesemuanya tidak ada yang dapat
mengungguli ilmu kcpandainnya. Dia dihormati oleh ratusan
orang anak buah persekutuan mereka, bahkan dihormati
Yalami Cin, ke suku Hui yang mempunyai anak buah ribuan
orang. Dan sekarang, seorang pemuda ingusan yang memiliki
sedikit ilmu silat saja berani menghina dan menantangnya,
mengatakan bahwa dia Gan Lok tidak tepat menjadi pemimpin
para pejuang!
"Bocah she Can! Kalian datang sama Nona ini sebagai
tamu dan kami hormati. Akan tetapi sekarang engkau
menantang kami. Aku peringatkan bahwa kalau aku sudah
menggerakkan Kim-kauw pang ini untuk menyerang orang
andai kata orang itu tidak mati pun, sedikitnya tentu akan
patah tulang dan terluka. Aku tidak ingin dikatakan sebagai
orang yang mencelakai tamunya!"
Mendengar ucapan wakil ketua dari persekutuan pejuang
itu, Giok Cu merasa tidak enak juga. Maka cepat ia berka
"Hendaknya semua orang mengetahui bahwa kedatanganku
bersama Saudara Can hanya kebetulan saja. Di antara kami
tidak ada hubungan persahabat kami pun merupakan orangorang
yang baru saja bertemu dan berkenalan, oleh karena itu,
apa yang dia lakukan bukanlah tanggung jawabku. Harap aku
tidak di ikut-ikutkan!" lalu cepat ia menambahkan, "Aku pun
bukan seorang tamu yang suka menghina tuan rumah yang
telah Menerimaku dengan baik. Pernyataanku ini sejujurnya,
bukan berarti aku takut menghadapi apa dan siapa pun."
Wajah Hong San menjadi agak kemerahan mendengar
ucapan gadis itu. Akan tetapi, karena memang kenyataannya
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
demikian, dia pun hanya tersenyum, lalu berkata halus, "Nona
Bu memang tidak ada sangkutannya dengan keinginanku
menguji kepandaian para pimpinan pejuang. Paman Pouw,
jangan khawatir, tidak akan ada yang menuduhmu tuan rumah
yang mencelakai tamunya, karena tongkatmu itu sama sekali
tidak akan mampu melukai aku, apalagi Menjatuhkan aku.
Majulah dan buktikan sendiri!"
Biarpun ucapan ini nadanya halus, namun tetap saja masih
mengandung ejekan yang memandang rendah. "Bagus, Can
Hong San, lihat tongkatku!" bentak Pouw In Tiong yang
memang wataknya angkuh dan keras. Tongkat yang diputarputar
seperti payung itu kini menjadi sinar bergulung-gulung
dan tiba-tiba mencuat ke arah Hong San dengan kecepatan
kilat dan terdengar suara mengaung tanda bahwa tongkat itu
memang berat dan berbahaya sekali.
Biarpun sikapnya memandang rendah kepada lawan,
namun Hong San yang cerdik sekali itu sama sekali tidak
memandang rendah, bahkan dia bersikap hati-hati dan tenang.
Sikapnya memandang rendah tadi hanya merupakan
pancingan agar dapat memperoleh jalan memperlihatkan
kepandaiannya dan menundukkan para pimpinan persekutuan
itu.
"Tranggggg.........!" Bunga api berpijar ketika ujung tongkat
bertemu pedang. Dalam pertempuran tenaga ini, Hong San
sengaja hendak mengukur sampai dimana kekuatan lawan,
maka dia hanya mengerahkan tiga perempat tenaganya saja.
Dan akibat benturan tenaga melalui senjata mereka, keduanya
terhuyung kebelakang. Melihat kenyataan ini, Pouw In Tiong
terkejut sekali. Dia telah menyerahkan semua tenaganya,
namun ketika pemuda itu menangkis, dia sampai terhuyung
dan telapak tangannya terasa panas. Walupun pemuda itu
juga terhuyung, namun hal ini sudah membuktikan bahwa
pemuda itu memang memiliki tenaga yang sama kuatnya
dengan dia. dilain pihak, Hong San tersenyum dan merasa
girang. Dia tahu bahwa tenaganya lebih kuat.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kembali Pouw In Tiong menyerang, sekali ini
menggerakkan tongkatnya dengan cepat dan dia memainkan
ilmu tongkat Kim-kauw-pang-hoat yang kabarnya merupakan
ilmu tongkat yang hebat, warisan dari ilmu tongkat yang
dimainkan oleh Sun Go Kong Si Raja Monyet! Di dalam cerita
dongeng See-yu terdapat seorang tokoh monyet dewa
bernama Go Kong yang amat sakti. Sun Go Kong ini memiliiki
tongkat emas yang disebut Kim-kauw-pang. Benar atau tidak
ilmu tongkat yang dimainkan Pouw In long itu warisan dari Sun
Go Kong, tidak ada yang tahu karena Sun Go Kong pun hanya
merupakan seorang tokoh dalam dongeng saja, dongeng
tentang perjalanan seorang pendeta Buddha melakukan
perjalanan dari Tiongkok ke India dan di sepanjang perjalanan
bertemu dengan siluman-siluman yang mengganggunya.
Dongeng tentang konflik antara kebaikan dan kejahatan,
tentang setan-setan dan dewa-dewa.
Namun, diam-diam Hong San harus mengakui bahwa
memang tongkat ditangan Si Gendut Pendek itu berbahaya
sekali. Ilmu tongkat yang dimainkann amat tangguh,
mempunyai gerakan yang kuat dan cepat. Bagaimanapun
juga, karena tingkat kepandaiannya lebih tinggi dengan
mudahnya dia mampu menghindarkan semua serangan
tongkat, bahkan melakukan pembalasan dengan pedang
diseling oleh totokan-totokan suling di tangan kiri.
Yang merasa terkejut sekali adalah Kim-kauw-pang Pouw
In Tiong. Setelah bertanding selama dua puluh lima jurus
belum juga dia mampu mengalahkan lawannya. Apalagi kini
dia merasakan betapa setiap kali tongkatnya bertemu pedang,
tangannya tergetar semakin keras beberapa kali hampir saja
ujung sulingberhasil menotok jalan darahnya sehingga dia
terpaksa melempar tubuh kebelakang untuk menyelamatkan
diri. Nafasnya sudah mulai memburu. Maklum, usianya yang
sudah enam puluh empat tahun itu tentu saja tidak dapat
disamakan dengan daya tahannya dua tiga puluh thun yang
lampau. Sedangkan lawannya Ialah seorang yang masih
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
muda belia, maka jelaslah kalau mengandalkan daya tahan
dan pernapasan, dia akan kalah!
"Singggggg ......... brettt........... !" Kim-kauw-Pang Pouw In
Tiong terkejut bukan main dan dia terhuyung. Ujung bajunya
terpotong oleh sambaran pedang! Dalam keadaan terhuyung,
dia masih dapat mengerakkan tongkatnya menyerang dengan
sambaran ke arah kepala lawan, serangan yang juga
dimaksudkan agar lawan tidak dapat mendesak dia yang
sedang terhuyung. Akan tetapi, Hong San sudah menyelipkan
suling di ikat pinggangnya dan dengan tangan kirinya, dia
menyambut tongkat yang gerakannya tidak begitu kuat lagi.
Dia berhasil menarik menangkap ujung tongkat, ditariknya
dengan pengerahan tenaga sehingga pemilik tongkat itu ikut
tertarik. Kalau Hong San menghendaki, dalam keadaan seperti
itu, sekali menggerakkan pedangnya tentu dia akan dapat
merobohkan lawan bahkan membunuhnya seketika, tetapi dia
terlalu cerdik untuk berbuat seceroboh itu. Pedangnya tidak
digerakkan, akan tetapi kakinya yang bergerak menyambar ke
depan dalam sebuah tendangan yang terarah.
"Desssss!!" Tubuh wakil ketua terlempar dan tongkatnya
berpindah tangan.
Kim-kauw-pang Pouw In Tiong meringis dan merangkak,
berusaha utuk bangun. Melihat ini, Kim-bwe-eng Lok menjadi
marah sekali. Melihat wakilnya dirobohkan tamu, tanpa alasan
dia merasa terhina dan dia pun sudah bangkit berdiri.
"Orang muda she Can, engkau sungguh keterlaluan.
Karena tamu sudah melakukan pelanggaran, aku sebagai tuan
rumah terpaksa harus memberi hajaran!" Dia sudah melolos
senjatanya yang ampuh, yaitu sebatang golok yang
gagangnya dipasangi rantai besi yang panjangnya ada dua
meter, rantai yang tadinya melilit pinggangnya. Juga dia
memasang¬kan sabuk tempat penyimpanan belasan batang
pisaunya. Ketua ini dijuluki Kim bwe-eng (Garuda Ekor Emas)
karena dia pandai mempergunakan senjata rahasia pisau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
terbang yang bentuknya seperti 4 ekor burung dan berwarna
merah. Pisau-pisau itu disimpan di sabuk dan dapat
pergunakan setiap saat dan kabarnya, ketua ini memiliki
kepandaian yang didisebut Pek-pouw-coan-yang (dalam jarak
seratus kaki mengenai sasaran), bahkan ada yang bilang
bahwa sambitan pisau terbang dari ketua ini tidak pernah tidak
mengenai sasaran!
Dengan sikap tenang, Hong San sudah siap menghadapi
lawan ke dua yang dia tahu tentu lebih kuat itu. Akan tetapi,
sebelum Kim-bwe-eng Gan Lok menghampiri lawan yang
berdiri di tengah ruangan, tiba-tiba muncul tiga orang
diambang pintu dan seorang di antara mereka berseru, "Tidak
perlu Gan Pan (Ketua Gan) sendiri yang turun tangan. Biarkan
kami memberi hajaran kepada bocah sombong yang masih
berhutang pukulan kepada kami!"
"Baik, Kim-bwe Sam-houw, kalau kalian hendak mewakili
aku menghajar bocah kurang ajar ini, silakan!" kata Sang
Ketua yang duduk kembali.
Hong San menengok dan melihat tiga orang berpakaian
kuning yang pernah ditemuinya di rumah makan Ho-tin,
tersenyum. "Wah, kiranya tiga ekor lalat dari rumah makan
telah terbang pula sini?"
Mendengar ini, terdengar suara ledakan-ledakan cambuk
dan tiga orang telah mencabut senjata cambuk mereka dan
mereka kini menghadapi Hong San. Mereka adalah Kim-bwe
Sam-houw Siong-an, tiga orang jagoan yang biasa menjadi
anak buah sewaan dari Can Taijin. Seorang di antara mereka,
yang termuda dan bernama Loa Pin berusia tiga puluh lima
tahun, sudah membentak marah.
"Orang muda yang sombong! Di rumah makan engkau
telah menghina kami dan sekarang engkau berani membuat
kacau sini? Engkau sungguh sudah bosan hidup!" katanya
dengan suara lantang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hemmm, perlu dibuktikan dulu siapa yang sombong dan
siapa yang menghina orang. Di rumah makan, kalian sudah
memperlihatkan tingkah sombong dan kurang ajar terhadap
Nona Bu yang duduk di sana itu! Dan sekarang mendengar
nama julukanmu, kembali kalian bersikap sombong terhadap
Ketua Gan. Kalian berani menggunakan julukan Kim-bwehouw
(Harimau Ekor Emas). Nah, siapa yang sombong
sekarang? Akan tetapi tidak mengapalah. Kalau kalian hendak
bertiga mengeroyok aku, aku pun tidak gentar sama sekali!"
Semua orang terkejut, kecuali Giok Cu tentu saja. Semua
orang tahu siapa adanya Kim-bwe Sam-houw dari Siong-ini.
Mereka adalah tiga jagoan yang lihai, yang menjadi orangorang
kepercayaan Cang Tai-jin kepala daerah Siog-an. Tiga
orang jagoan inilah yang menjadi utusan Cang Tai-jin kalau
mengadakan hubungan dengan persekutuan mereka. Kimbwe
Sam-houw diutus oleh Cang Tai-jin untuk mencari
keterangan kesitu ketika tadi mendengar bahwa usaha mereka
untuk merampok Liu Taijin itu mengalami kegagalan. Diamdiam
Cang Tai-jin mengadakan hubungan kerjasama dengan
gerombolan pemberontak, biarpun pembesar itu sama sekali
bukan seorang yang berjiwa patriot atau menderita karena
melihat kehidupan rakyat yang sengsara tertindas oleh
pemerintah yang mengerahkan tenaga rakyat untuk menjadi
pekerja pembuat Terusan Besar. Sama sekali tidak, bahkan
sebaliknya malah. Dia yang mendapat tugas untuk
mengumpulkan tenaga, bahkan memeras rakyat. Biaya yang
datang dari kotaraja masuk ke dalam gudang uangnya sendiri,
sedangkan dengan kekuasanya, dia memaksa rakyat untuk
menjadi pekerja paksa tanpa dibayar! Tidak, kala dia
bersekutu dengan perkumpulan yang menamakan diri pejuang
yang disebut Pauw-beng-pang (Perkumpulan Penjaga rakyat)
itu, adalah karena dia melihat keuntungan-keuntungan di
sana. Dia pun diam-diam menjadi sekutu perkumpulan itu.
Kalau perkumpulan itu berhasil kelak sehingga dapat merebut
kekuasaan, dia tentu akan kebagian kedudukan tinggi sebagai
sekutu! Andaikata gagal pun, dia sudah mendapat keuntungan
karena lain kedudukannya sekarang tidak akan diganggu, juga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dia masih memperoleh bagian kalau terjadi perampokan harta
para pembesar dan hartawan seperti mereka rencanakan
bersama tadi. Dia menyogok Liu Taijin dengan maksud agar
mendapatkan laporan baik ke atasan di kota raja, dan diamdiam
dia menghubungi Pouw-beng-pang agar harta itu
dirampok dan tentu dia pun akan memperoleh bagian.
Diam-diam Giok Cu mengerutkan alisnya dan merasa
heran melihat munculnya tiga orang dari Siong-an ini. Dari
sikap mereka ketika berada di rumah makan, yaitu selagi
mereka marah-marah dan hendak menyerang Hong San,
mereka seperti mati kutu dan tidak berani ribut-ribut karena
ruangan restoran akan dipergunakan oleh Cang Tai-jin, ia
sudah menduga bahwa tiga orang jagoan takut atau
setidaknya segan kepada pembesar-pembesar itu. Akan tetapi
bagaimana sekarang tahu-tahu mereka memiliki hubungan
baik dengan para pemberontak yang memusuhi para
pembesar? Apakah tiga orang jagoan memang merupakan
mata-mata pihak pemberontak untuk menyelidiki keadaan
para pembesar di kota-kota? Akan tetapi ia pun diam saja dan
hanya menonton. Kini ia pun sudah dapat melihat betapa
lihainya Can Hong San dan diam-diam, merasa kagum.
Pemuda itu selain me miliki kepandaian tinggi, juga amat
tabah dan berani. Di dalam sarang gerombolan yang demikian
kuatnya, di mana tidak saja terdapat banyak orang pandai,
akan tetapi juga memiliki anak buah yang amat banyak. Kalau
mereka itu mengerahkan orang-orangnya melakukan
pengeroyokan, sungguh amat berbahaya bagi keselamatan
Hong San. Akan tetapi, Hong San kelihatan tenang saja,
bahkan gembira seolah-olah dia sudah merasa yakin akan
hasil baik akibat ulahnya itu. Kini pemuda itu berhadapan
dengan Kim-bwe Sam-houw, dan Giok Cu diam-diam ingin
sekali melihat bagaimana kelanjutan ulah pemuda itu. Sekali
ini, setelah tadi menyaksikan kelihaian Hong San, diam-diam
ia memperhitungkan bahwa walaupun tiga orang itu juga
merupakan lawan berat, namun jelas bahwa pemuda itu akan
mampu membela diri dengan baik dan bukan tidak mungkin
akan dapat mengalahkan tiga orang lainnya itu pula.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ooOOoo
Semua orang merasa terkejut dan juga penasaran
mendengar pemuda itu menantang Kim-bwe Sam-houw untuk
maju mengeroyoknya, walaupun mereka itu banyak yang
merasa kagum kepada Hong San. Semua orang tahu bahwa
tingkat kepandaian Kim-bwe Sam-houw itu masing-masing
tidak jauh bedanya dengan tingkat kepandaian wakil ketua
yang tadi kalah. Kalau mereka maju bersama, arti merupakan
lawan yang tiga lebih berat daripada Kim-kauw-pang Pouw In
Tiong!
Kim-bwe Sam-houw juga merupa orang-orang yang angkuh
dan tinggi hati terlalu menghargai diri sendiri terlampau tinggi
hati sehingga biasanya mereka memandang rendah kepada
orang lain. Karena merasa diri sudah jarang ada yang dapat
melawan itu, mereka pun ham pir tidak pernah maju bersama.
Seorang saja dari mereka sudah jarang menemukan tanding.
Akan tetapi, tadi ketika mereka datang, mereka sempat
melihat betapa wakil ketua Pouw-beng-pang kalah oleh
pemuda itu. Maka, tentu mereka pun merasa gentar kalau
harus maju seorang demi seorang. Kini, mendengar pemuda
itu menantang mereka untuk maju bersama mengeroyok tentu
saja mereka menjadi girang. Mereka tidak perlu merasa
kehilangan muka sekarang kalau maju bersama, karena
mereka ditantang!
"Bagus! Orang muda yang sombong memang agaknya
sudah nasibmu untuk mampus di tangan kami. Kami
menerima tantanganmu untuk maju bersama'" Sambil berkata
demikian, Thio Kwan, orang tertua dari mereka sudah
menggerakkan cambuknya ke atas kepala, diikuti pula oleh
dua orang temannya.
"Tar-tarrr-tarrrrr.......!" Suara cambuk meledak-ledak di
udara dan nampak asap mengepul! Tiga orang yang
berpakaian serba kuning itu sudah berpencar mengepung
Hong San dari tiga penjuru, cambuk mereka meledak-ledak di
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
atas, seperti tiga ekor singa yang siap menubruk domba yang
berada di dalam kepungan mereka. Agaknya mereka seperti
mengambil ancang-ancang untuk berlumba, siapa yang lebih
dulu merobohkan lawan.
Hong San bersikap tenang namun penuh kewaspadaan.
Dia berdiri tegak, sama sekali tidak tegang dan bahkan
melemaskan seluruh tubuhnya, namun setiap lembar
syarafnya siap menghadapi serangan dari mana pun
datangnya. Pedang di tangan kanan dan suling di tangan kiri
seolah-olah tak terasa lagi oleh kedua tangannya, seolah-olah
kedua senjata itu telah menjadi bagian dari tangan. Tenaga
sakti berputar-putar dalam pusarnya, siap dikirim ke mana saja
bagian tubuh membutuhkan.
Tiba-tiba ada sinar emas menyambar dari arah kiri,
menyambar bagaikan kilat dari angkasa, mengarah kepala
Hong San. Pemuda yang sudah siap siaga memiringkan
tubuhnya dan cambuknya menyambar tanpa suara itu
memecut lewat. Akan tetapi segera disusul menyambarnya
cambuk dari kanan dan dari depan. Namun, dengan gerakan
yang amat gesit, Hong San dapat mengelak dari sambaran
dua batang cambuk itu. Sebelum dia sempat berbuat sesuatu
untuk membalas, cambuk pertama sudah menyambar lagi dan
kini, tiga batang cambuk itu sambung-menyambung,
menyerang bertubi-tubi tanpa memberi kesempatan kepada
Hong San untuk membalas sama sekali! Hong San
mempergunakan kesigapannya, dengan dasar gin- kang (ilmu
meringankan tubuh) yang tinggi, tubuhnya lenyap menjadi
bayangan yang berkelebatan di antara tiga gulungan sinar
cambuk. Diam-diam dia terkejut juga. Kiranya setelah bekerja
sama, tiga batang cambuk ini amat berbahaya, kalau
dilanjutkan begini, dia selalu akan diserang dan tidak ada
kesempatan lagi untuk membalas. Namun, Hong San adalah
seorang yang amat cerdik. Sebentar saja dia sudah mendapat
akal bagaimana agar dia dapat terlepas dari kepungan sinar
cambuk itu. Dia melihat bahwa cambuk-cambuk itu hanya
menyerang secara bergiliran dan dia tahu mengapa demikian.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau tiga batang cambuk yang panjang itu menyerang secara
berbarengan ada bahayanya ujung cambuk-cambuk itu akan
saling bertemu, bahkan saling belit sehingga akan merugikan
mereka sendiri. Jelaslah bahwa kalau yang satu menyerang,
yang dua lainnya hanya bersiap untuk menyusulkan serangan
berikutnya andaikata serangan pertama itu dapat dielakkan
oleh lawan. Dan ke mana pun Hong San mengelak, selalu
dalam pengawasan dua orang yang lain agar dapat
menyusulkan serangan berikutnya yang tepat.
Mula-mula Hong San mencoba untuk menggunakan
pedangnya menangkis serangan dengan maksud membabat
putus cambuk lawan. Akan tetapi, usahanya bukan saja gagal
karena cambuk itu terbuat dari bahan yang kuat dan lembek
tidak mungkin dibabat putus, bahkan hampir saja pedangnya
terampas karena ujung cambuk, bagaikan ekor ular, telah
membelit pedang itu dan baru setelah sulingnya digerakkan
menghantam kearah cambuk, pedangnya dapat terbebas.
Melihat betapa jalan satu-satunya hanyalah bahwa dia harus
balas menyerang seketika, Hong San lalu mengubah
siasatnya.
Begitu ada cambuk dari depan menyambar, Hong San
bukan hanya mengelak melainkan meloncat dengan
kecepatan kilat, tubuhnya mencelat ke atas dengan gerak tipu
jurus ilmu silat Koai liong-kun (Silat Naga Siluman), tubuh
yang mencelat ke atas itu tahu-tahu membalik dan menyerang
kearah Loa Pin yang berdiri di sebelah kirinya. Loa Pin terkejut
karena pada saat itu, yang mendapat giliran menyerang
sesudah Thio wan adalah Cio Ban Hok yang berada di kanan.
Disangkanya bahwa tadi pemuda itu meloncat ke atas untuk
mengelak, akan tetapi siapa kira tiba-tiba suah menyerang
kepadanya. Pada saat itu , cambuk di tangan Cio Ban Hok
memang sudah meledak dan menyerang, akan tetapi ujung
cambuk itu dapat tertangkis pedang Hong San, sedangkan
sulingnya tetap menyerang dengan hebatnya ke arah kepala
Loa Pin.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Loa Pin tidak sempat menggerakkan senjatanya yang
panjang, maka dia cepat pelempar tubuhnya ke samping untuk
Menghindarkan serangan suling.
"Plakkkkk!" tetap saja suling itu sempat menghantam
pangkal lengan kirinya dan dia pun roboh terbanting, lalu
bergulingan dan ketika dia meloncat bangkit, dia merasa
lengan kirinya nyeri bukan main dan sukar digerakkan!
Hong San juga sudah turun, dan pada saat itu, kembali
cambuk dari Thio Kwan sudah menyambar ke arah kepalanya
dengan amat cepat dan kuatnya. Seperti siasat yang berhasil
tadi, Hong San menggunakan suling di tangan kirinya untuk
menangkis, akan tetapi pada saat sulingnya dilibat ujung
cambuk, sudah membalik dan secepat kilat menyerang Cio
Ban Hok dengan pedangnya. Pedang menyambar ke arah
leher dengan tusukan yang dahsyat. Cio Ban Hok kejut, dia
yang sedang menanti saat untuk menyambung serangan Thio
Kwan tiba-tiba berhadapan dengan tusukan pedang yang
mengarah tenggorokannya. Cepat dia menggeser tubuh ke
samping dan pergelangan tangannya sudah siap
menggerakkan cambuk. Sementara dia belum mampu
menyerang karena lawan terlampau dekat. Saat itu, kaki Hong
San menendang ke arah perutnya Cio Ban Hok berusaha
mengelak lagi, namun tetap saja pahanya terkena tendangan
yang cukup keras.
"Bukkk!" Tubuhnya terpelanting dia cepat bergulingan agar
tidak disusul serangan lawan yang amat tangguh itu setelah
bergulingan lima meter lebih, baru dia meloncat bangun
dengan muka berubah merah. Akan tetapi, dia dan juga Loa
Pin sudah bersiap-siap lagi dan atas isyarat Thio Kwan,
mereka mundur agak jauh, tetap mengepung dan tiba-tiba
cambuk mereka meledak-ledak dan kini mereka menyerang
berbareng kearah Hong San yang berada di tengah-tengah.
Hong San memutar pedangnya melindungi tubuhnya.
Beberapa kali tiga batang cambuk yang menjadi keras oleh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
saluran tenaga sakti itu bertemu pedang dan membalik.
Namun dengan menyerangan jarak jauh seperti ini, Hong San
kembali menjadi tertekan karena dia tidak mempunyai
kesempatan sama sekali untuk membalas serangan lawan.
Pedang dan sulingnya tidak dapat mencapai tubuh lawan,
sebaliknya tiga orang pengeroyoknya dapat menghujankan
serangan dengan cambuk mereka yang panjang.
Kim-bwe Sam-houw juga merasa pe¬nasaran bukan main.
Tadi, dua orang diantara mereka telah merasakan hajaran dan
masih terasa nyeri oleh Cio Ban Hok dan Loa Pin, dan sampai
sekarang, cambuk mereka belum juga mampu mengenai
tubuh lawan. Apalagi melukainya, merobek baju pun tidak
pernah dapat. Bahkan setelah mengurung dengan jarak jauh
seperti itu, mereka tetap saja belum berhasil karena semua
serangan ujung cambuk itu membalik begitu bertemu dengan
pedang dan suling. Melihat ini tentu saja mereka bertiga
menjadi makin marah dan penasaran.
Sejak tadi Giok Cu mengikuti jalannya pertandingan dan
diam-diam ia merasa semakin kagum kepada Hong San.
Pemuda itu memang hebat, pikirnya. Melihat cara pemuda itu
mempergunakan sepasang senjatanya, dan caranya
menghadapi pengeroyokan tadi sehingga berhasil
mempergunakan siasat dan menghajar dua orang
pengeroyok, menunjukkan bahwa pemuda itu selain memiliki
ilmu silat yang tinggi, juga memiliki kecerdikan. Seorang lawan
yang tangguh. Akan tetapi, penglihatannya yang tajam juga
menemukan gaya silat golongan hitam dalam gerak silat Hong
San, maka ia pun bersikap waspada, la baru saja mengenal
Hong San, dan ia belum yakin benar bahwa pemuda itu
seorang pemuda yang berjiwa pendekar, la menonton
pertandingan itu juga untuk mengukur sampai di mana
kepandaian Hong San dan ia mendapat kenyataan bahwa ia
sendiri pun tidak akan mudah begitu saja dapat mengalahkan
pemuda yang bercaping lebar itu. Yang mengagumkan, dia
bertanding dengan caping bergantung di punggung dan
biarpun beberapa kali caping yang melindungi punggung itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tersentuh ujung cambuk, namun tidak rusak. Tahulah ia bahwa
caping itu pun bukan caping biasa, nielainkan merupakan
perisai yang cukup kokoh!
Kembali Thio Kwan memberi isyarat kepada dua orang
temannya dan mereka agaknya hendak mengubah siasat
penyerangan. Kini mereka, dalam jarak masih tetap agak jauh,
mulai berlari mengitari Hong San. Pemuda ini maklum bahwa
kalau dia ikut berputar-putar, maka dia akan menderita
kerugian. Kalau dia harus mengikuti dan mengimbangi
mereka, dia akan dapat diserang kepeningan. Maka, melihat
mereka itu lari-lari dan mengitari dirinya, dia berdiri tegak
dengan kokoh, tidak bergerak, hanya kedua matanya dan dua
telinganya saja dicurahkan utuk menghadapi segala
kemungkinan.
Tiba-tiba tiga orang itu berhenti lari dan sekali tangan
mereka bergerak tiga batang cambuk itu telah meluncur ke
arah Hong San dan sekali ini sama sekali tidak mengeluarkan
suara ledakan! Bagaikan tiga ekor ular panjang tiga batang
cambuk itu menyambar. Hong San terkejut. Jelas bahwa
cambuk-cambuk itu tidak menyerang dengan kekerasan dan
kalau dia berani menangkis tentu pedang dan sulingnya dapat
rampas dengan belitan yang sukar dilepaskan lagi. Dan
cambuk itu datang dari tiga jurusan, dari atas, tengah bawah,
sama sekali tidak memberi jalan keluar baginya. Melihat
betapa tiga batang cambuk itu semua menyambar lembut ke
arah pinggangnya, tahulah dia bahwa tiga orang
pengeroyoknya itu hendak menangkapnya dengan libatan
cambuk mereka pada pinggangnya, dan tentu ia ingin
membelenggu pula kedua lengannya. Kalau dia mencoba
mengelak, tentu satu di antara mereka tetap akan berhasil
melibat pinggangnya dan yang lain mungkin melibat lenganlengannya.
Dia dapat akal. Diangkatnya kedua lengan pada
saat ujung tiga batang cambuk itu menyambar dekat. Benar
saja, ujung tiga batang sabuk itu menyambar pinggangnya,
bagaikan tiga ekor ular yang panjang!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San yang amat cerdik itu memperlihatkan wajah
terkejut. Tiga orang pengeroyoknya lalu cepat menarik
cambuk masing-masing sehingga ujung cambuk-cambuk itu
seperti diikat dengan kuat di pinggang Hong San.
Melihat pemuda itu memperlihatkan wajah kaget dan
cemas, Thio Kwan pemimpin Kim-bwe Sam-houw yang
merasa bahwa sekali ini mereka telah berhasil menguasai
lawan, tertawa. "Ha ha ha, ah sombong. Engkau telah berada
dalam kekuasaan kami! Engkau tak dapat melepaskan diri dan
kalau kami menghendaki, cambuk kami akan dapat menyayat
pinggangmu sampai putus!"
Hong San juga dapat memperhitutungkan bahwa ucapan
itu bukan gertakan kosong belaka. Kalau mereka bertiga itu
melepas lilitan cambuk sambil menarik dengan tenaga sinkang
yang dipadukan maka ujung cambuk-cambuk itu akan
merupakan pedang tajam yang menyayat pinggangnya dan
belum tentu dia akan mampu mempertahankan diri. Dia akan
tewas, atau setidaknya, tentu akan menderita luka parah
andaikata sin-kang kekebalannya mampu melindungi
pinggangnya. Akan tetapi, siasatnya telah matang dan dia pun
tertawa pula.
"Ha-ha-ha, kalian kira aku tidak akan mampu melepaskan
diri?" Berkata demikian merupakan akal agar tiga orang
mencurahkan perhatian dan mengerahkan segala daya untuk
mencegah dia me lepaskan diri, dan belum akan timbul niat
untuk membunuhnya dengan menyayat pinggangnya! Sekali
kedua kakinya mengerahkan tenaga, tubuhnya lalu meloncat
ke atas. Loncatan itu tentu akan dapat membawa tubuhnya
tinggi sekali kalau saja tiga orang pengeroyoknya tidak cepat
menarik cambuk mereka sehingga loncatan itu tertahan di
udara dan saat inilah yang ditunggu oleh Hong San. Dia sudah
menyimpan sulingnya dan me'ngambil capingnya yang tadinya
tergantung di punggung. Kini, tangan kirinya meluncurkan
caping itu ke bawah, caping itu berpusing cepat sekali dan
meluncur ke arah Thio Kwan yang berada di depan Hong San.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Benda berpusing itu mengeluarkan suara mendengung
nyaring, menyambar ke arah leher Thio Kwan. Tentu saja dia
terkejut bukan main dan ketika dia merendahkan dirinya,
benda berpusing itu melewati atas kepalanya dan melayang
ke arah orang kedua, yaitu Cio Ban Hok! Dia pun
merendahkan tubuh dan benda itu terus melayang kearah Loa
Pin yang juga dapat mengelak, akan tetapi benda itu terus
melayang berputar-putar sambil berpusing cepat.
Pada saat itu, Hong San sudah menggerakkan pedangnya,
mengerahkan tenaganya membabat ke arah tiga batang
cambuk yang membelit pinggangnya selagi tubuhnya mulai
turun ke bawah.
"Brettttt........!" Tiga batang cambuk itu putus! Karena tadi
cambuk-cambuk itu meregang, dan pemegangnya sedang
terkejut dan menaruh perhatian terhadap caping terbang yang
berputaran menyerang mereka, maka Hong San dapat
membikin putus cambuk-cambuk itu dengan babatan pedang.
Setelah pedang itu membabat putus cambuk, barulah Kimbwe
Sam-houw terkejut dan sadar bahwa mereka telah
lengah. Sementara itu, caping yang mulai lemah terbangnya
itu ditangkap kembali oleh tangan Hong San dan telah
ddikalungkan lagi talinya di lehernya. Kim bwe Sam-houw
marah bukan main mereka kembali menyerang, akan tetapi
karena cambuk mereka sudah buntung setengahnya lebih,
cambuk itu tinggal pendek saja dan terpaksa mereka
menyerang dari jarak dekat. Ini tentu saja menyenangkan hati
Hong San, karena setelah senjata mereka itu menjadi pendek,
dia mendapatkan banyak kesempatan untuk membalas
dengan pedang dan sulingnya.
Giok Cu memandang kagum. Pemuda itu memang hebat
dan cerdik bukan main. Ia maklum bahwa setelah cambukcambuk
itu menjadi pendek, tiga orang berpakaian kuning itu
bukanlah tandingan yang terlalu berat lagi bagi Hong San.
pendapat ini ternyata benar karena tak lama kemudian, tiga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
orang pengeroyok itu telah berpelantingan. Seorang terkena
totokan suling pada dadanya, seorang tergores pedang pada
pahanya dan seorang lagi terkena tendangan pada perutnya.
Mereka tidak terluka parah, namun jelas bahwa mereka sudah
kalah. Dengan muka pucat Kim-bwe Sam-houw terpaksa
mundur.
Kini terpaksa ketua Pouw-beng-pang sendiri, yaitu Kimbwe-
eng Gan Lok bangkit dan maju menghadapi Hong San.
Diam-diam ketua ini maklum bahwa Hong San memang
seorang pemuda yang lihai. Melihat cara pemuda ini mengalah
wakil ketuanya, juga mengalahkan Kim bwe Sam-houw, dia
tahu bahwa tingkat kepandaian pemuda ini memang tinggi dan
bukan tak boleh jadi dia sendiri tidak akan mampu
mengalahkannya. Tingkat kepandaiannya sendiri hanya sedikit
di atas tingkat Kim-kauw-pang Pouw Tiong, dan kalau dia
harus menghadapi pengeroyokan Kim-bwe Sam-houw, tidak
akan sanggup menang! Akan tetapi dia adalah seorang ketua,
maka tidak boleh dia memperlihatkan rasa takut. Juga
memalukan sekali kalau dia hanya mengerahkan anak buah
untuk mengeroyok pemuda ini. Di samping itu, pada waktu itu
dia membutuhkan banyak orang-orang pandai untuk
membantu gerakannya, dan pemuda ini adalah seorang
pandai sekali. Setelah berhadapan dengan Hong San, dia lalu
berkata dengan suara yang nyaring berwibawa, akan tetapi
tidak mengandung kemarahan seperti tadi.
"Can Hong San, kami semua melihat bahwa engkau
memang seorang pemuda yang memiliki ilmu kepandaian
tinggi, akan tetapi, apa sesungguhnya yang menjadi dasar
sikapmu hendak mengalahkan kami? Apakah engkau
bermaksud untuk merampas kedudukan kami sebagai
pimpinan para pejuang melalui perkumpulan Pouw-bengpang?"
Can Hong San amat cerdik. Melihat sikap ketua ini, dia
berhati-hati. Kalau ketua itu marah-marah dan menantangnya,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hal itu bahkan dianggap tidak berbahaya. Kini, sikap pang-cu
itu lembut namun pertanyaannya menyudutkannya.
"Pang-cu, seperti kukatakan tadi, aku amat setuju dengan
gerakan Pouw-beng-pang dan bahkan aku bersedia untuk
membantu. Dan kukatakan tadi bahwa yang menjadi
pemimpin sebaiknya orang yang usianya masih muda agar
bersemangat, tentu saja orang muda yang memiki ilmu
kepandaian tinggi dan tidak kalah oleh yang tua. Bukan
maksudku menentang Pouw-beng-pang."
Mendengar ini, legalah hati ketua itu. kalau pemuda yang
berbahaya itu memperlihatkan sikap menentang, tentu dia
akan terpaksa mengerahkan para pembantu dan anak
buahnya untuk mengeroyok dan membunuhnya! Akan tetap
ternyata pemuda itu tidak bermaksud demikian, dan kalau
dapat ditarik sebagai pembantu, hal itu amat menguntungkan.
"Saudara Muda Can Hong San, jangan dikira bahwa
menjadi seorang ketua itu mudah, asal memiliki kepandai
tinggi dan keberanian besar seperti yang kau maksudkan.
Tanpa perjuangan semua anggauta yang akan dipimpin,
bagaimana mungkin orang menjadi ketua. Kalau engkau suka
membantu kami, tentu engkau akan mendapatkan kedudukan
yang sesuai dengan kepandaianmu dan mungkin dapat
menjadi pembantu utama. Kami membutuhkan orang-orang
yang berkepandaian tinggi, terutama orang muda seperti
engkau. Akan tetapi, kalau engkau ingin menjadi ketua,
engkau harus mendapat persetujuan dari seluruh anggauta
yang diwakili oleh mereka yang kini hadir di sini, terutama
sekali Saudara Yamali Cin karena suku bangsa Hui
merupakan peserta pejuang yang paling kuat dan paling besar
jumlahnya."
Mendengar ucapan itu, Hong San lalu memandang kepada
mereka semua yang hadir di situ. Tentu saja Kim-bwe im-houw
dan Kim-kauw-pang Pouw In Tiong yang telah dikalahkan itu
memandang kepadanya dengan sinar mata penuh rasa tidak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
suka. Akan tetapi yang lain pun biarpun ada yang memandang
kepadanya dengan kagum, tidak memperlihatkan sikap
tunduk. Jelaslah kalau dia merebut kedudukan ketua, biarpun
dia akan mampu mengalahkan para pimpinan, dia akan
menghadapi mereka semua sebagai musuh dan kalau mereka
itu maju bersama menentangnya karena dia dianggap musuh,
apalagi kalau mereka mengerahkan anak buah, tentu dia akan
mati konyol.
"Can Pang-cu, siapakah yang ingin menjadi ketua Pouwbeng-
pang? Aku baru saja datang dan belum mengenal
lapangan, bagaimana mungkin aku menjadi ketua? Aku hanya
merasa kagum dan suka akan perjuangan yang amat baik ini,
dan kalau aku dapat diterima sebagai seorang pembantu,
tentu aku akan mencurahkan semua kepandaian dan
semangatku untuk memajukan perkumpulan Pouw-beng-pang
dan akan membuat jasa sebanyaknya dan sebesarnya."
Mendengar ini, berubahlah sikap Ki bwe-eng Gan Lok,
bahkan kini Kim kauw-pang Pouw In Tiong juga terenyum. Dia
menghampiri Can Hong lalu berkata,"Kepandaian Saudara
Hong San memang hebat sekali. Aku mengaku kalah, dan aku
akan merasa beruntung sekali kalau dapat bekerjasama
denganmu."
"Silakan duduk, Saudara Can, mari kita bicara sebagai
rekan. Kuharap Nona Bu yang berkepandaian ting gi juga
sependapat dengan Saudara Can dan sudi mencurahkan
tenaga membantu perjuangan kami." kata ketua itu.
Bu Giok Cu merasa heran sekali me lihat betapa Hong San
menyatakan ingin membantu kelompok pejuang yang
bergabung dalam perkumpulan Pouw-beng pang itu. Akan
tetapi hal itu bukan urusannya dan ia pun hanya secara
kebetulan saja berada di situ bersama Hong San. Mendengar
ucapan ketua Pouw-beng-Pang, ia pun menggeleng kepala
sambil tersenyum.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu saja aku sependapat kalau kalian atau siapa saja
menentang para pejabat yang makan uang rakyat dan uang
negara, pejabat yang menindas rakyat jelata, memaksa rakyat
menjadi pekerja pembuatan terusan sebagai pekerja rodi
tanpa dibayar. Akan tetapi aku sendiri tidak mau terikat,
karena aku masih mempunyai tugas-tugas pribadi yang sangat
penting dan yang harus kulaksanakan," katanya halus namun
tegas, kemudian ia melirik ke arah Kim-bwe Sam-Houw
karena mendengar mereka itu me¬ngeluarkan suara tawa.
"Ha-ha-ha, kenapa Nona tidak sekalian membantu Pouwbeng-
pang? Dengan demikian, kami dapat mempererat
persahabatan antara kami dengan Nona.
Bukankah kita sudah saling berkenalan di rumah makan Ho
Tin, Nona?" Yang mengeluarkan kata-kata itu adalah Loa Pin,
si Tinggi Kurus Hidung Besar, orang termuda dari Kim-bwe
Sam-houw yang kenal mata keranjang.
"Benar sekali," sambung Thio Kwan "Setelah Can Tai-hiap
(Pendekar Besar) menjadi pembantu Gan Pangcu, berarti dia
juga sekutu kami, dan kami akan merasa gembira kalau dapat
bersekutu dengan Nona Bu."
Giok Cu tersenyum mengejek. Orang-orang macam ini
sungguh berbahaya untuk didekati. Belum apa-apa, setelah
mereka dikalahkan Hong San, kini sikap mereka sudah
berbalik sama sekali, dan dengan nada menjilat mereka
menyebut Hong San sebagai tai-hiap! Dan dia dapat
menangkap makna yang genit cabul dalam kata-kata Loa Pin
tadi.
"Hemmm, sungguh aku masih merasa terheran-heran
melihat kalian bertiga tiba-tiba saja dapat berada di sini
menjadi sekutu Pouw-beng-pang. tidak melihat kalian sebagai
orang-orang yang menentang kepala daerah Siong-an ketika
berada di rumah makan!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ini, ketua Pouw-beng segera menjelaskan.
"Hendaknya Nona mengetahui bahwa Kim-bwe Sam-houw ini
ialah orang-orang kepercayaan yang menjadi utusan dari
Cang Tai-jin yang menjadi sekutu kami."
Mendengar ini, sepasang mata Giok Cu terbelalak, bahkan
Hong San juga merasa heran. "Bagaimana ini?" Giok Cu
berseru. "Kalian adalah pejuang pembela rakyat yang
menentang pembesar yang menindas rakyat jelata dan kini
kalian bersekutu dengan Cang Tai-jin, seorang pembesar
yang korup dan penyogok atasan?"
Mendengar ini, Gan Lok tertawa, ha-ha-ha, inilah, Saudara
Can Hong San, merupakan hal-hal yang perlu dimiliki seorang
pemimpin di samping hanya berkepandaian silat saja. Nona
Bu, harap jangan heran mendengar ini. Kita menentang
pemerintah yang menindas rakyat, maka perlu sekali bagi kita
untuk bersekutu dengan beberapa orang pejabat yang dapat
menyetujui perjuangan kita, atas dasar keuntungan bersama.
Cang Taijin merupakan seorang pejabat yang dapat kami
percaya dan yang dapat diajak bekerjasama.”
Diam-diam Giok Cu terkejut. Ia pun seorang yang cerdik
dan tanpa banyak bertanya lagi ia pun dapat menilai macam
apa adanya orang-orang yang menyebut diri para pejuang ini.
Mereka tidak segan bersekutu dengan seorang pembesar atas
dasar keuntungan bersama! Jelas bahwa yang menjadi dasar
"perjuangan" mereka itu bukan demi rakyat, melainkan demi
keuntungan bersama itulah! la menoleh kepada Can Hong
San, dan pemuda itu kebetulan sedang memandang
kepadanya. Hong San lalu berkata kepadanya dengan
suaranya yang lembut.
"Nona Bu, memang baik sekali kala kita berdua membantu
rakyat jelata dan melaksanakan tugas sebagai pendekarpendekar
sejati!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu tersenyum, senyuman setengah mengejek.
"Membela rakyat atau mencari kedudukan dan keuntungan
pribadi?"
Wajah Hong San berubah agak kemerahan mendengar
ejekan ini. Kalau saja dia tidak tergila-gila kepada gadis ini,
tentu saja dia akan marah sekali. Akan tetapi dia memang
seorang pemuda yang aneh dan cerdik, biarpun hatinya
panas, dia mampu menahannya dan tetap tersenyum.
"Kedua-duanya, Nona Bu. Membela rakyat memang
penting, akan tetapi mencari kemajuan pribadi juga penting."
Giok Cu bangkit berdiri. "Hemmm, bagiku, kedua
kepentingan itu tidak mungkin dapat sejalan. Kalau sejalan,
tentu perjuangan itu akan diselewengkan dan tersesat.
Sudahlah, bukan urusanku, akan tetapi aku harus pergi
sekarang. Gan Pangcu dan Saudara sekalian, selamat tinggal,
aku harus pergi sekarang!" Berkata demikian, Giok Cu lalu
meninggalkan ruangan itu tanpa banyak cakap lagi. Para
pemimpin Pouw-beng-pang hanya memandang dengan heran.
Tadinya mereka mengira bahwa nona itu adalah rekan atau
teman baik Hong San, tidak tahunya agaknya di antara
mereka tidak ada hubungan sama sekali.
“Can-taihiap, kenapa engkau tidak menahannya? Apakah ia
bukan sahabat baikmu?" tanya Gan Lok yang kini juga
menyebut tai-hiap kepada Hong San karena selain dia tahu
bahwa pemuda itu pandai sekali dan berjiwa pendekar, juga
untuk menyenangkan hati pemuda yang hendak diikatnya
menjadi sekutu yang amat tangguh itu.
"Kami baru saja berkenalan," jawab Hong San sejujurnya
dan dia mengerutkan alisnya dengan kecewa. Dia tidak rela
membiarkan gadis itu pergi menin galkannya begitu saja.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, kalau begitu, berbahaya se kali. Jangan-jangan ia
akan menjadi mata-mata pemerintah dan membuka rahasia
kita," kata pula ketua itu.
Hong San bangkit berdiri, "Mari kalian membantuku. Kita
harus susul tangkap Bu Giok Cu itu kalau ia tidak mau
membantu gerakan kita'"
Tanpa menanti jawaban, Hong San segera melangkah
keluar setelah mengeluarkan ucapan yang bernada
memerintah itu. Dan seperti dengan sendirinya, sembilan
orang pimpinan persekutuan itu ditambah tiga orang Kim-bwe
kam-houw sudah bangkit dan mengikutinya. Di sini saja sudah
nampak pengaruh dan wibawa Can Hong San yang memiliki
suatu sikap aneh dan tegas di samping kelembutannya.
ooOOoo
Si Han Beng menahan langkahnya ketika mendengar derap
kaki kuda dari depan itu. Ternyata penunggang kuda itu orang
di antara belasan orang perajurit pengawal yang tadi matimatian
membela Liu Tai-jin, dan dia datang berkuda sambil
menuntun seekor kuda lain. begitu melihat Han Beng yang
berdiri di tepi jalan setapak itu, dia menahan kudanya dan
cepat meloncat turun, lalu memberi hormat kepada Han Beng.
"Tai-hiap, saya diutus oleh Liu Tai-Jin untuk mengundang
Tai-hiap agar menghadap beliau karena beliau ingin bicara
denganmu. Silakan, Tai-hiap, saya sudah membawa seekor
kuda untukmu."
Han Beng mengerutkan alisnya, tadi memang menolong
pembesar yang sedang dikepung dan diserang para penjahat
atau perampok itu, akan tetapi dia sesungguhnya tidak ingin
berkenalan dengan pembesar itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 19
Siapapun orangnya yang diserang perampok dan terancam
bahaya tentu akan dibelanya. Dia tidak mengharapkan jasa
atau imbalan. Akan tetapi, memang dia tadi sedang melamun
dan rasa ingin tahu sekali mengapa pembesar itu dimusuhi
orang-orang yang lihai tadi. Yang menarik hatinya adalah
bahwa di antara perampok itu terdapat orang-orang Hui yang
mengenalnya dan bahkan tidak mau menyerangnya. Agaknya
bukan perampok, akan tetapi mengapa orang-orang Hui
menyerang seorang pembesar? Dan siapa pula pemuda
bercaping dan gadis cantik yang amat lihai tadi? dia merasa
seperti pernah mengenal pemudanya, akan tetapi dia lupa
lagi, hal ini karena dia tidak dapat melihat wajahnya dengan
jelas, wajah yang banyak tutup caping lebar.
"Sebetulnya aku tidak mempunyai urusan dengan
majikanmu itu, akan tetapi karena dia sudah memerlukan
mengundangku, biarlah kutemui dia sebentar Han Beng lalu
meloncat ke atas punggung kuda dan bersama perajurit
pengawal itu dia pergi menuruni lereng. Yang penting baginya
bukan memenuhi panggilan pembesar itu, melainkan karena
ingin memperoleh keterangan tentang peristiwa tadi.
Pembesar Liu sudah menanti di depan kereta ketika Han
Beng tiba. Dan kini bukan hanya belasan orang perajurit
pengawal yang berjaga di situ melainkan ada kurang lebih
seratus orang perajuri Diam-diam Han Beng terkejut dan
kagum. Pembesar ini tentu orang penting pikirnya, kalau tidak
begitu, bagaima mungkin dia dapat dijaga oleh demikian
banyaknya perajurit yang melihat pakaiannya, juga bukan
perajurit penjaga keamanan biasa, melainkan seperti perajuritperajurit
dari kota raja. Pria ber usia lima puluh lima tahun
yang tinggi kurus itu bersikap agung dan sepasang matanya
mengeluarkan sinar yang dingin penuh wibawa.
Han Beng meloncat turun dari kudanya yang segera diurus
oleh seorang perajurit. Dia menghampiri pembesar itu dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memberi hormat, dibalas dengan hormat pula oleh pembesar
itu.
"Terima kasih, Huang-ho Sin-liong, bahwa engkau suka
memenuhi undangan kami," kata pembesar itu dengan ramah.
Han Beng terkejut dan mengangkat muka memandang.
"Maaf, Tai-jin, bagaimana Tai-jin dapat mengenal julukan
saya?"
Pembesar itu tersenyum. "Dari laporan para perajurit
pengawal kami. Orang-orang Hui itu mengenal dan
menyebutut jlukanmu. Mari kita duduk di dalam kereta, kami
ingin bicara denganmu, Tai-hiap."
Setelah duduk berhadapan di dalam kereta sedangkan para
perajurit menjaga di seputar kereta dalam keadaan siap siaga,
pembesar itu memperkenalkan diri.
"Tai-hiap, kami adalah seorang pejabat dari kota raja yang
melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengumpulan
tenaga kerja pembuatan terusan yang dilakukan oleh para
pejabat di sepanjang Sungai Huang-ho. Kami dikenal sebagai
Liu Tai-jin, dan kami menerima perintah langsung dari
Sribaginda Kaisar sebagai utusan istimewa yang membawa
kekuasaan penuh."
Mendengar ini, Han Beng terkejut cepat dia memberi
hormat lagi.
"Maafkan saya, Liu Tai-jin."
"Tidak perlu banyak sungkan. Engkau tadi telah
menyelamatkan kami dan telah
membuat jasa besar............."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Maaf, Tai-jin. Hal itu saya anggap sebagai suatu tugas dan
kewajaran, sama sekali bukan jasa!"
Pembesar itu mengangguk-angguk sambil tersenyum dan
mengelus jenggotnya. "Kami mengerti, kami banyak mengenal
pendekar yang berpendirian seperti itu. Agaknya engkau telah
banyak melakukan hal-hal yang baik sehingga orang-orang
Hui itu pun mengenalmu dan tidak melawanmu. Apakah
engkau mempunyai hubungan dengan orang-orang Hui itu?"
"Sama sekali tidak, Tai-jin. Saya pun tidak tahu siapa
mereka. Saya memang selalu membela siapa saja yang
tertindas dan menjadi korban kejahatan, tidak peduli dia itu
orang Hui atau bukan. Saya sendiri juga merasa heran,
mengapa Tai-jin yang merupakan seorang pejabat tinggi dari
kota raja, ada yang berani menghadang dan hendak
merampok? Dan mengapa pula suku bangsa Hui itu ikut pula
menyerang? Siapa pula pemuda dan gadis yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi itu? Saya ingin sekali mengetahui semua
itu, kalau saja Tai-jin dapat memberi penjelasan kepada saya."
"Memang engkau sengaja kuundang untuk kuberi
penjelasan, dan kami harapkan engkau akan suka membantu
pemerintah dalam tugas yang amat penting ini, Tai-hiap.
Bolehkah kami mengetahui namamu?"
"Saya bernama Si Han Beng, Tai-jin dan maaf.......... terus
terang saja, saya kehilangan Ayah Ibu dan keluarga karena
menjadi korban paksaan untuk dijadikan pekerja paksa
pembuat terusan. Orag tua saya melarikan diri dan celaka
dalam perjalanan .........."
Pembesar itu menarik napas panjang "Itulah........ ! Justeru
kenyataan itulah yang membuat kami dijadikan utusan oleh
Baginda Kaisar agar melakukan penelitian. Kenyataan itu
merupakan kejahatan besar yang dilakukan banyak pejabat
yang menyalahgunakan kekuasaan mereka, membikin
sengsara kepada rakyat. Ketahuilah bahwa pengumpulan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tenaga kerja itu sama sekali bukan paksaan. Rakyat diminta
pengertiannya betapa pentingnya pembuatan terusan itu, dan
dibuat justeru demi kepentingan rakyat. Dan rakyat yang mau
membantu pekerjaan itu, diberi upah sebagaimana pantasnya.
Namun sayang, banyak di antar para pejabat daerah yang
menyalah-gunakan wewenang mereka, biaya untuk
pembayaran para pekerja masuk ke dalam kantung mereka
sendiri sedangkan mereka mempergunakan kekuasaan
mereka untuk memaksa rakyat menjadi pekerja tanpa
bayaran! Kamiditugaskan untuk melakukan penyelidikan
tentang semua Itu, tentang penyelewengan yang dilakukan
para pejabat daerah."
Han Beng teringat akan makian pemuda bercaping lebar
kepadanya. Dia memaki penjilat pembesar korup!
"Jadi kalau begitu........... mereka yang menyerang Tai-jin
itu adalah mereka yang menentang pembesar yang
melakukan penyelewengan? Kalau begitu, mengapa mereka
menyerang Tai-jin?"
"Mungkin mereka mengira bahwa kami juga termasuk
pembesar yang melakukan penyelewengan. Begini
persoalannya Si-taihiap. Kami datang ke daerah Siong-an
karena mendengar bahwa Cang Tai-jin juga seorang
pembesar dan pejabat daerah yang melakukan penindasan
terhadap rakyat dan mempergunakan kekuasaan menangkapi
banyak rakyat untuk dijadikan pekerja paksa, sedangkan biaya
untuk itu dikantunginya sendiri. Kami datang dan melakukan
penelitian, dan apa yang dilakukannya? Dia telah menyogok
kami dengan dua orang gadis cantik dan seperti penuh barang
berharga yang dimaksudkan agar kami memberi laporan yang
baik-baik tentang dirinya ke kota raja! Untuk memperoleh
bukti, maka kami sengaja menerima pemberian itu. Dengan
adanya bukti itu, kelak tidak akan dapat menyangkal kalau
sudah dituntut di depan pengadilan. Akan tetapi, di dalam
hutan itu tiba-tiba kami diserang oleh segerombolan orang,
dibantu oleh orang-orang Hui. Kami menjadi curiga sekali,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Taihiap. Apakah benar para penyerang itu merupakan pendek
pendekar yang membela rakyat membenci pembesar yang
korup dan menindas rakyat? Ataukah ada sesuatu balik itu?
Siapa tahu kalau Cang Ta jin menaruh curiga kepada kami,
dan menghilangkan bukti! Setelah engkau? membantu dan
kami dapat lolos, kami segera menyembunyikan dua orang
gadis, dan peti harta itu untuk dijadikan bukti kelak."
Han Beng mengangguk-angguk. Dia kagum kepada pejabat
ini, seorang yang jujur dan tegas, namun yang melaksanakan
tugas amat beratnya.
"Kalau begitu, sangat boleh jadi bahwa para penyerang itu
adalah mereka yang membenci pejabat yang menyeleweng
dan menindas rakyat, kemudian karena Paduka menerima
pemberian sogokan dari Cang Tai-jin, mereka tentu saja
menganggap bahwa Paduka juga sama dengan Cang Tai-jin.
Bukankah begitu kiranya, Tai-jin?"
Pembesar itu menggeleng-geleng kepalanya. "Kalau
memang mereka itu benar orang-orang gagah yang
melindungi rakyat jelata dan membenci pembesar yang
menyeleweng dan menindas rakyat, tentu mereka sudah
mendengar siapa dan bagaimana watak kami. Di mana pun
juga kami selalu bertindak tegas terhadap para pejabat yang
menyeleweng. Tidak, Si-taihiap, ada sesuatu di balik ini semua
dan ketahuilah, kami percaya kepadamu maka kami berterus
terang bahwa bukan hanya penyelewengan Cang Tai-jin yang
kami dengar dari para penyelidik kami, akan tetapi bahwa di
samping itu juga ada kemungkinan besar Cang Tai-jin
mengadakan persekutuan dengan gerombolan yang diduga
kerena akan mengadakan pemberontakan."
"Ahhh! Pemberontak?" Han Beng terkejut karena hal ini
membuat urusan menjadi besar dan penting sekali.
"Nah, engkau lihat sendiri betapa gawatnya keadaan, di
daerah ini, Si Tai-hiap. Oleh karena itulah maka kami sengaja
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundangmu, karena kami mengharapkan bantuanmu
dalam hal ini."
"Bantuan bagaimana, Tai-jin? yang dapat saya lakukan
menghadapi usaha pemberontakan?"
"Untuk melakukan penyelidikan, kami membutuhkan
seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi seperti engkau,
Tai-hiap. Melihat betapa di antara mereka terdapat orangorang
lihai, maka tak mungkin kami mengutus para penyelidik
biasa."
"Maaf, Tai-jin. Saya mendengar bahkan di kota raja
terdapat banyak sekali jagoan-jagoan istana, orang-orang
dengan kepandaian tinggi. Tentu mereka itu dapat............“
"Hal itu memang benar, Tai-hiap. Akan teapi terlalu lama
kalau kami harus minta bantuan mereka yang jauh dari sini,
padahal keadaan di sini amat mendesak. Engkau tentu tahu
betapa parahnya keadaan kalau sampai terjadi
pemterontakan. Rakyat dan pemerintah akan menderita hebat.
Oleh karena itu, demi takyat dan pemerintah, maukah engkau
membantu kami untuk melakukan penyelidikan terhadap
mereka yang tadi menyerang kami?"
Sejak tadi Han Beng sudah mempertimbangkan hal itu dan
tanpa ragu lagi dia mengangguk. "Baiklah, Tai-jin. Tugas itu
saya terima, akan tetapi saya tidak mau terikat sebagai
seorang pekerja pemerintah, melainkan hanya membantu
demi kepentingan rakyat jelata."
"Bagus, kami mengerti pendirian pen¬dekar seperti engkau,
Tai-hiap. Nah, kami akan melanjutkan perjalanan dan tak lama
lagi setelah mendapatkan keterangan-keterangan darimu,
baru kami akan turun tangan menindak Cang Tai-jin.
Penindakan itu kami tangguhkan karena kami ingin
mendengar dulu hasil penyelidikanmu tentang pemberontak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, apakah dia terlibat ataukah tidak. Kalau hendak
menghubungi kami, dapat engkau berhubungan dengan
pedagang obat Kui Siong yang membuka kedai obat di kota
Siong-an. Dia adalah seorang petugas kami yang kami
percaya."
Han Beng mengangguk-angguk ketika pejabat itu hendak
memberikan uang emas sebagai bekal dia melakukan tugas
itu, Han Beng dengan halus menolak. Hal ini membuat Liu Taijin
menjadi semakin kagum dan mereka pun berpisah. Pejabat
itu naik kereta dikawal oleh seratus orang perajurit
meninggalkan tempat itu, sedangkan Han Beng juga cepat
pergi kembali ke tempat dimana dia tadi menolong rombongan
Liu Taijin.
ooOOoo
Giok Cu melakukan perjalanan perlahan-lahan
meninggalkan sarang perkumpulan Pouw-beng-pang itu.
Banyak hal yang membuat ia termenung. Pertama ia teringat
kepada Can Hong San. Seorang pemuda yang hebat, pikirnya.
Ilmu silatnya lihai bukan main, juga amat cerdik seperti telah
dilihatnya ketika melawan tokoh-tokoh Pouw-beng-pang.
Sayang bahwa pemuda seperti itu kini terlibat dalam kelompok
yang agaknya hendak memberontak terhadap pemerintah,
pikirnya, la merasa menyesal mengapa ia tidak dapat
mencegah pemuda itu melibatkan diri. Akan tetapi hal itu
bukan urusannya, pikirnya. Betapapun juga, ada perasaan
kecewa dan menyesal melihat pemuda itu kini bersekutu
dengan pemberontak, la sudah nulai tertarik kepada pemuda
yang tampan dan gagah perkasa itu.
Kemudian, peristiwa pertempuran dalam hutan itu
terbayang kembali dan teringatlah ia kepada lawan yang
tangguh itu. Seorang pemuda tinggi besar yang amat gagah
perkasa! Betapa lihainya pemuda itu, yang mampu menahan
pengeroyokan ia dan Hong San! Jelaslah bahwa pemuda
tinggi besar yang melindungi pembesar Liu itu adalah seorang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang benar-benar sakti! Bahkan Can Hong San sendiri
kewalahan menghadapinya. Padahal, pemuda tinggi besar itu
hanya mempergunakan senjata sabuk saja, bahkan kemudian
diganti sebatang ranting kayu sebagai tongkat. Ilmu tongkat
yang amat aneh akan tetapi juga lihai bukan main. Sayang
bahwa pemuda segagah itu hanya menjadi antek seorang
pembesar korup yang makan sogok; seperti Liu Tai-jin! Hal ini
mengingatkan ia akan dua orang gadis yang oleh Cang Tai-jin
diberikan sebagai suapan kepada Liu Tai-jin dan hati Giok Cu
menjadi panas sekali. Kalau tidak ada pemuda tinggi besar itu,
tentu ia sudah berhasil membebaskan dua orang gadis itu.
Sekarang entah bagaimana nasib dua orang gadis remaja
yang bernasib malang itu. Hemmm, kalau ia bertemu lagi
dengan pemuda tinggi besar yang meng gagalkan
pertolongannya kepada dua orang gadis itu, tentu akan
ditantang¬nya berkelahi sampai dia berhasil merobohkannya!
Kemudian ia teringat bahwa Orang-orang Hui menyebutnya
Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)! Sayang,
pikirnya dengan hati menyesal. Mengapa ketika berada di
perkumpulan Houw-beng-pang tadi ia tidak mencari
keterangan lebih jelas tentang Huang-ho Sin-liong itu?
Tiba-tiba gadis perkasa itu menahan langkah kakinya dan
memiringkan sedikit kepalanya karena ia mengerahkan
pendengarannya. Ada tertangkap oleh telinganya yang amat
peka itu suara kaki banyak orang berlari ke arahnya dari
belakang. Ia tidak menyangka buruk, akan tetapi sebagai
seorang gadis ahli silat yang berkelana di dunia kang-ouw
seorang diri, ia harus selalu berhati-hati. Melihat betapa ia
berada di tempat terbuka, tempat yang berbahaya bagi
seseorang kalau menghadapi pengeroyokan, dan melihat
betapa tak jauh di depan ada sebuah hutan kecil yang penuh
dengan pohon besar, ia pun lalu berloncatan lari ke depan,
memasuki hutan kecil lalu menanti di situ karena bukan
maksudnya untuk melarikan diri. Ia hanya ingin berhati-hati.
Kalau sampai bahaya dan ia dikeroyok banyak orang jauh
lebih baik kalau ia berada di antara pohon-pohon daripada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau ia berada tempat terbuka, di mana para pengeroyok
akan lebih leluasa.
Tak lama kemudian nampaklah serombongan orang,
belasan orang yang berlari cepat melalui tempat terbuka tadi.
memandang heran ketika melihat bahwa mereka itu bukan lain
adalah Can Hong San yang diikuti oleh para pimpin Pouwbeng-
pang dan sekutu mereka! Semua berjumlah tiga belas
orang. Can Hong San, Kim-bwe-eng Gan Lok ketua
perkumpulan itu, Kim-kauw-pang Pouw Tiong wakilnya, tiga
orang Kim-bwe Sam-houw, Yalami Cin, dan enam orang
lainnya. Dan melihat cara mereka berlari, jelas bahwa mereka
semua memiliki tingkat kepandaian silat yang tinggi. Karena
melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang baru saja
ditinggalkann dalam suasana yang bersahabat, tidak ada
kecurigaan dalam hati Giok Cu dan ia pun cepat bangkit dan
berdiri memandang mereka.
"Nona, Bu, tunggu dulu.........!" terdengar Can Hong San
berseru dan tiga belas orang itu segera berlarian
menghampirinya. Mendengar ucapan itu dan melihat sikap
mereka, diam-diam Giok Cu merasa heran. Kiranya mereka itu
agaknya memang sengaja mengejarnya!
"Ada keperluan apakah kalian menyusulku?" tanyanya
dengan sikap tenang, namun penuh waspada karena ia mulai
merasa curiga.
"Nona Bu Giok Cu, kami sengaja mengejarmu karena sekali
lagi kami mengharap agar engkau suka membantu perjuangan
kami. Nona, kami membutuhkan bantuanmu dan demi
kepentingan rakyat jelata, kuharap engkau suka menerima
uluran tanganku dan membantu kami, bekerja sama dengan
kami, Nona." Pemuda itu tersenyum manis dan pandang
matanya penuh gairah.
Giok Cu mengerutkan alisnya. Ia bukanlah gadis yang
masih hijau. Sama sekali tidak. Biarpun ia masih muda, namun
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ia adalah bekas murid Ban-tok Mo-li! Selama lima tahun ia
digembleng oleh datuk sesat itu dan ia hidup dikalangan
golongan hitam sehingga tentu saja ia sudah terbiasa oleh
sikap pura-pura dan palsu dan mudah saja ia mengenal sikap
pura-pura ini. Maka, melihat senyum dan pandang mata Hong
San, diam-diam ia terkejut dan muak. Kiranya pemuda ini
memiliki niat yang cabul terhadap dirinya! Hal itu mudah saja
dapat ia ketahui melalui pandangan mata dan senyum itu.
"Hemmm, Saudara Can Hong San, sungguh engkau aneh
sekali. Bukankah disana tadi sudah kukatakan dengan jelas
bahwa aku tidak mau terlibat dengan urusan kalian? Aku
mempunyai tugas pribadi yang penting, dan aku tidak mau
bekerja sama dengan kalian. Jelaskah? Gadis berwajah cantik
jelita yang miliki watak lincah itu, tersenyum mengejek sambil
menatap tajam wajah Hong San.
"Aih, Nona yang baik. Kenapa engkau berkeras menolak?
Ketahuilah, kalau engkau menolak, terpaksa kami menahan
engkau pergi meninggalkan tempat ini!"
Sepasang mata bintang itu terbelalak, namun sinarnya
seperti mencorong karena ia mulaimarah. "Alasannya?"
tanyanya singkat.
"Kami mencurigai bahwa tugas pribadimu itu bukan lain
adalah tugasmu bagai mata-mata pemerintah! Siapa tahu
engkau ini diam-diam merupakan kaki tangan para pembesar,
seperti pemuda tinggi besar yang melindungi Liu laijin itu."
Tiba-tiba Giok Cu tertawa, suara tawanya lirih dan sopan,
namun ia tertawa bebas, tidak malu-malu dan tertahan seperti
kebiasaan para gadis. Hal ini adalah karena ia pernah hidup
seperti liar bersama guru pertamanya, yaitu Ban-tok Mo-li.
Setelah tertawa, ia pun ".berkata dengan suara lantang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, bagus! Sungguh alasan yang dicari-cari. Katakan
saja, Can Hong San, bahwa engkau hendak menjual lagak
didepan orang-orang ini, dan katakan saja engkau menantang
aku! Hemmm, jangan kaukira aku takut menghadapi pedang,
suling, dan capingmu itu! Majulah!" Giok Cu sudah meloncat
ke belakang dan mencabut pedangnya. Melihat pedang gadis
itu, semua orang hampir mentertawakannya. Sebatang
pedang tumpul! Pedang yang kuno, buruk dan tumpul,
bagaimana pedang macam itu dapat diandalkan sebagai
senjata? Untuk mengiris mentimun pun agaknya tidak akan
tembus!
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru