Minggu, 22 April 2018

Pendekar Penyebar Nyawa 5

-------

Ternyata gerakan Souw Thian Hai yang mendadak itu
benar-benar tidak terduga oleh lelaki berkerudung. Ayunan
pisau yang mengarah jantung dan leher itu tak satu pun yang
mengenai sasarannya. Kedua-duanya menghantam batu
runcing yang tadi menahan punggung Souw Thian Hai !
“Traaang!” batu besar itu terbelah menjadi tiga bagian.
“Keparat busuuk…..!” lelaki berkerudung itu mengumpat.
Melihat tubuh Souw Thian Hai itu mengapung di atas
sungai dan hampir tenggelam, lelaki berkerudung itu cepat
melepaskan sisa-sisa kesempatannya dengan melemparkan
salah satu dari pisau yang dipegangnya! Dan sekali ini
serangannya berhasil mengenai tubuh Souw Thian Hai yang
telah pingsan, tepat pada pundaknya!
“Cuuuus!”
Begitu kuatnya lemparan pisau tersebut sehingga
menembus kulit dan daging, lalu jatuh ke dalam sungai
bersamaan dengan tubuh korbannya! Sebentar saja tubuh
Souw Thian Hai lenyap tergulung oleh derasnya arus sungai
itu.
Lelaki berkerudung itu tertawa puas, kemudian bergegas
mencebur ke dalam sungai untuk mengambil pisaunya.
Setelah pisau tersebut ia dapatkan, lelaki berkerudung itu
keluar dari dalam sungai, kemudian pergi meninggalkan
tempat tersebut sambil tertawa panjang.
"Kini akulah orang paling kuat dan paling sakti di dunia
persilatan, ha hahaha!"
Malam semakin kelam dan burung-burung malam telah
mulai keluar dari sarangnya. Suaranya yang serak terasa
menghentak-hentak kesunyian malam, sehingga malam yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
naas bagi lembah itu semakin terasa mengerikan. Angin
malam yang dingin itu bertiup keras menerobos daun-daun,
menimbulkan suara gemerisik yang mencekam jantung.
Langitpun tampak hitam kelam karena tertutup oleh awan
yang tebal, sehingga bulan muda yang seharusnya sudah
muncul di atas langit tidak tampak pula karenanya.
Sementara itu agak jauh dari lembah itu, seorang gadis
cantik berjalan tertatih-tatih antara gelapnya bayang-bayang
pohon dan semak-semak lebat yang memenuhi tempat
tersebut. Bayangan tubuhnya yang sebentar kelihatan dan
sebentar hilang itu bagaikan hantu wanita atau kuntilanak,
yang sedang keluar untuk mencari mangsa di antara gelapnya
bayang-bayang pohon besar yang hitam-hitam menakutkan
itu.
Bayangan yang tidak Iain adalah Chu Bwee Hong itu
sebentar-sebentar berhenti dan bersandar pada pohon, untuk
mencari kekuatan dan menyeka air matanya yang tak pernah
berhenti mengalir. Kadang-kadang kakinya terantuk batu atau
akar pohon yang melintang di depannya, sehingga tubuhnya
yang bergoyang-goyang mau roboh itu terjerembab ke atas
tanah untuk beberapa saat lamanya.
Beberapa ekor serigala hutan mulai tampak mendekati dan
mengikutinya. Matanya yang merah itu tampak mencorong di
dalam kegelapan, bagaikan mata iblis yang sedang mengintai
mangsanya. Sesekali terdengar suara lolongannya yang
panjang menguak kesunyian malam, seolah-olah suara hantu
yang merintih dalam kepedihan.
Dan ketika Chu Bwee Hong yang terlatih-tatih itu
terjerembab karena kakinya tersangkut akar pohon, serigalaserigala
itu bergegas mendekati dan berputar-putar di
sekitarnya. Taringnya yang runcing seolah-olah meneteskan
air liur saking laparnya, sementara lidahnya yang panjang itu
terjulur keluar dan bergetaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Chu Bwee Hong yang sedang berduka dan hatinya
diliputi oleh kesedihan itu tidak memperdulikan sama sekali
pada bahaya yang sedang mengintainya. Begitu hancurnya
perasaannya sehingga ia tidak bisa melihat dan memikirkan
lagi selain kepedihan dan kesengsaraannya. Bahkan gadis itu
sudah tidak memperduIikan lagi keadaan dirinya. Tidak peduli
lagi pada jiwanya, mati hidupnya ! Dalam hati gadis itu malah
lebih suka mati dari pada hidup dalam kekecewaan dan
penderitaan-penderitaan seperti itu. Rasanya tiada Iagi artinya
hidup ini bagi Chu Bwee Hong, hingga gadis itu seakan-akan
justru mempersiapkan diri agar dimakan oleh kawanan srigala
buas tersebut !
Sementara itu dari arah lembah, muncul pula sesosok
bayangan yang berlari menerobos hutan lebat tersebut
dengan langkah cepat. Sambil berjalan sesekali terdengar
suara tertawanya yang panjang.
"Kini terlaksana sudah semua rencanaku hahahaha.
Selanjutnya aku tinggal mempelajari ilmu warisan Bit-bo-ong
ini dengan sungguh-sungguh. Setelah itu aku akan menjadi
jago silat nomor satu di dunia dan tak seorangpun yang akan
mampu lagi mengalahkan aku…..” orang yang tidak lain
adalah lelaki berkerudung itu bergumam sendirian sambil
tertawa puas. “…..dan rencana selanjutnya adalah merebut
Cap Kerajaan yang disimpan oleh keluarga Chin (ayah Chin
Yang Kun) ! Setelah itu aku akan merebut singgasana yang
diduduki oleh Liu Pang itu, hahahaha........"
Orang itu berjalan sambil membayangkan rencanarencananya
yang besar, yang ia yakin akan terlaksana dengan
mudah setelah dia bisa mempelajari ilmu sakti warisan Bit-boong
itu ! Dan tanpa terasa dan disengaja orang itu melangkah
mendekati tempat di mana Chu Bwee Hong berbaring dalam
kepungan serigala-serigala buas itu. Lelaki berkerudung itu
menjadi kaget ketika tiba-tiba banyak serigala hutan yang
melintas di depannya! Apalagi ketika lapat-lapat ia mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara lolongan serigala di kejauhan yang seolah-olah sedang
memanggil kawan-kawannya.
"Hah, banyak benar serigala di hutan ini ..." lelaki
berkerudung itu berbisik seraya mengawasi kawanan serigala
yang berlari ke satu arah tanpa mempedulikan dirinya itu.
“Hmm….. agaknya kawan-kawan mereka ada yang
menemukan mangsa, dan kini serigala-serigala ini dipanggil
untuk ikut berpesta pora…..”
Tapi lelaki itu tiba-tiba tersentak dan tertegun. Seekor dari
kawanan serigala itu, yaitu yang berlari di belakang sendiri,
bentuk dan macamnya sedikit berbeda dengan kawankawannya
yang lain. Meskipun moncong mulut dan ekornya
sama dengan serigala lainnya, tetapi bentuk badannya tampak
jauh lebih besar serta tidak berbulu lebat seperti kawankawannya.
Bulunyapun tidak kemerah-merahan seperti
serigala-serigala lainnya, tetapi berwarna putih bersih seperti
anjing kampung. Dan serigala putih ini tampak berhenti
sebentar ketika melihat lelaki berkerudung tersebut,
moncongnya yang hitam berkilat itu menyalak beberapa kali
sebelum kemudian berlari kembali mengikuti kawankawannya.
“Heran! Itu anjing atau serigala ? Mengapa suaranya juga
berbeda dengan yang lain?” lelaki berkerudung itu bergumam
dengan kening berkerut. "Jangan-jangan serigala-serigala ini
ada yang......."
Belum juga orang itu menyelesaikan perkataannya tiba-tiba
sesosok bayangan melesat dari balik semak-semak dan berdiri
di depannya. Gerakannya gesit dan ringan bukan main,
kakinya hampir-hampir tidak mengeluarkan suara sama sekali
ketika mendarat di atas tanah.
Lelaki berkerudung itu segera bersiap-siaga.
Dicengkeramnya peti pusaka itu erat-erat. Melihat ginkangnya,
orang yang baru saja tiba itu tentulah seorang tokoh silat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkepandaian amat tinggi. Jangan-jangan orang itu adalah
kawan dari Souw Thian Hai yang ingin merebut kembali peti
yang dibawanya.
Sementara itu orang yang baru saja datang tersebut
tampak terheran-heran pula begitu melihat lelaki berkerudung
itu. Untuk beberapa saat lamanya dia hanya mengawasi topi
dan kerudung yang dipakai oleh lelaki berkerudung itu. Alis
matanya yang telah bercampur uban itu berkerut, seakanakan
ingin menjajagi, siapa sebenarnya lelaki bertopeng di
depannya ini. Mulutnya yang hampir tidak kelihatan karena
tertutup oleh kumis dan jenggot yang lebat itu juga terkatup
rapat, sementara badannya yang gendut itu tampak
bergetaran seperti sedang menggigil kedinginan.
"Hmm, siapakah tuan ? Mengapa menghadang langkahku
?" akhirnya lelaki berkerudung itu mendahului bertanya.
"Eh..... ohhh !" orang tua berbadan gemuk itu tergagap,
kemudian bernapas lega sekali.
''Maaf....... maaf, maafkanlah Lohu kalau kedatanganku ini
mengagetkan sicu. Sebenarnya..... sebenarnya lohu sendiri
juga kaget melihat pakaian yang sicu kenakan. Hampir
terbang semangat lohu tadi....... Ah, sungguh memalukan
sekali, setua ini masih juga takut akan hantu." orang tua itu
melanjutkan keterangannya.
Lelaki berkerudung itu tersenyum di balik kain
kerudungnya. "Ah....... tuan ini ada-ada saja. Siauw-te cuma
seorang manusia juga seperti tuan, hanya siauw-te harus
menutup mukaku ini karena........ karena muka ini lebih
menakutkan dari pada hantu !"
“Hah ?!?”
Lelaki berkerudung itu tertawa perlahan.
"Sudahlah, tuan........ siauw-te hendak meneruskan
perjalanan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hee.... anu ..... sebentar dulu!" orang tua berbadan gemuk
itu mencegah.
Suara tertawa itu hilang dengan tiba-tiba.
“A-apa maksud tuan........?" Lelaki berkerudung itu
bertanya dengan kaku.
"Ah, tidak apa-apa........ Si-cu jangan salah paham ! Lo-hu
hanya ingin menanyakan sesuatu kepada si-cu......."
"Tuan ingin bertanya tentang apa?"
"Ah, kedatangan lo-hu kemari ini cuma ingin mencari
anjingku yang hilang. Yaitu seekor anjing besar berbulu putih.
Apakah si-cu pernah melihat dia ?"
"Anjing putih yang moncong dan ekornya seperti moncong
dan ekor serigala hutan?"
"Benar ! Benar ! Adakah si-cu melihatnya?” orang tua itu
memekik gembira.
"Hmm, kulihat tadi ia bersama-sama dengan kawanan
serigala buas ke arah sana !" Ielaki berkerudung itu menunjuk
ke kanan.
Jilid 26
“TERIMA kasih........terima kasih !" orang tua itu
mengangguk-angguk, lalu mukanya mendongak ke atas dan
bersiul nyaring. "Tai-si-ong……!” serunya tak begitu keras.
"Apakah Song Cu-si (Pengurus Perkumpulan she Song)
telah menemukan anjing itu ?” tiba-tiba terdengar suara halus
di belakang mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki berkerudung itu membalikkan badannya dengan
cepat, dan hatinya segera menjadi berdebar-debar ! Hanya
setombak jauhnya dari tempat ia berdiri tampak seorang
kakek tinggi tegap mengenakan kain lebar berwarna kuning
seperti pendeta. Tapi bukannya wajah kakek yang berwibawa
itu yang membuat hati Ielaki berkerudung tersebut menjadi
berdebar-debar, tetapi kedatangannya yang sangat mendadak
dan tanpa menimbulkan suara itulah yang amat
mengejutkannya. Kakek itu seperti hantu yang muncul begitu
saja dari dalam tanah !
Lelaki berkerudung itu mulai mengkhawatirkan peti
pusakanya. Dua orang asing yang berada didepannya ini
tampaknya mempunyai kesaktian di atas dirinya, sehingga
kalau kedua orang itu memang berniat untuk merebut peti
pusakanya, dia takkan mungkin bisa mempertahankannya.
Jangankan harus melawan mereka semuanya, untuk melawan
seorang saja di antara mereka dia mungkin takkan mampu
melakukannya.
Seperti halnya orang tua berbadan gemuk tadi, kakek yang
baru saja muncul itu juga tertegun melihat topi dan kain yang
menutupi wajah Ielaki berkerudung tersebut. Hanya perasaan
kagetnya itu bukan disebabkan oleh ketakutan hatinya
terhadap hantu tetapi justru disebabkan oleh perasaan aneh
dan curiganya yang besar. Apalagi kedatangannya ke tempat
ini juga bukan atas prakarsanya sendiri tetapi atas undangan
seseorang yang menamakan dirinya Sang Putera Mahkota.
Oleh karena kakek itu belum pernah mengenal Sang Putera
Mahkota tersebut, maka hatinya segera menjadi curiga
terhadap lelaki berkerudung di depannya itu. Jangan-jangan
orang itulah yang mengundang dirinya dan menyebut nama
Sang Putera Mahkota sebagai nama samarannya.
Sementara itu orang tua berbadan gemuk itu segera
memberi hormat kepada kakek gagah tersebut. “Tai-si-ong
(Kepala Kuil Agung), saudara ini memberitahukan kepada kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa anjing putih itu menuju ke arah sana. Katanya anjing
itu sedang mengikuti kawanan serigala........"
Kakek gagah itu menatap Ielaki berkerudung itu sekali lagi,
lalu mengangguk memberi hormat. "Terima kasih atas
bantuan sicu ......" katanya dengan suara berat. “…..Hem,
bolehkah lo-hu mengenal nama si-cu yang mulia?"
Lelaki berkerudung itu tidak bisa menjawab dengan segera.
Sejak ia menutupi wajahnya dengan topi dan kain hitam itu ia
memang bermaksud merahasiakan siapa dirinya. la tak ingin
seorangpun mengenal namanya. Oleh karena itu sekarangpun
ia tak ingin menyebutkan namanya. Cuma ia harus berhatihati
mengatakannya agar kedua orang lihai itu tidak menjadi
tersinggung hatinya. Apafagi dua orang itu tampaknya tokohtokoh
dari sebuah perkumpulan atau aliran yang besar.
"Maaf, ji-wi lo-cianpwe........ siauw-te belum bisa
memperkenalkan diri di hadapan ji-wi sekarang, karena siauwte
kini harus mengemban sebuah tugas penting dan
rahasia…..”
“Rahasia? Apakah si-cu ini utusan dari orang yang
menyebut dirinya Sang Putera Mahkota?” kakek gagah yang
dipanggil Tai-si-ong itu mendesak.
"Sang Putera Mahkota.....? Siapa dia? Apa maksud Locianpwe.......?”
lelaki berkerudung itu berseru tak mengerti.
Benar-benar tak mengerti !
Kakek gagah itu mengerutkan keningnya, hatinya menjadi
bingung. Tampaknya orang berkerudung itu benar-benar tak
ada hubungannya dengan orang yang mengundangnya itu.
Lalu siapakah orang ini ? Mengapa gerak-geriknya
mencurigakan benar?
"Ah, tidak...... tidak ! Lo-hu cuma bertanya sambil lalu
saja......." akhirnya kakek itu tergagap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki berkerudung itu termangu-mangu beberapa saat
lamanya, agaknya juga berpikir tentang Sang Putera Mahkota
itu. Tapi sejenak kemudian orang itu segera menjadi sadar,
sehingga dengan tergesa-gesa dia meminta diri kepada orang
tua gagah tersebut.
"Kalau…. kalau begitu siauw-te minta diri dahulu untuk
meneruskan perjalanan.”
"Baiklah, silahkan......! Sekali lagi terimakasih atas petunjuk
si-cu......" kakek gagah yang tidak lain adalah ketua Im Yangkauw
itu terpaksa melepaskan. Sekejap matanya yang
mencorong dalam kegelapan itu melirik ke arah peti pusaka
yang dibawa oleh orang berkerudung itu dengan perasaan
curiga. Tapi oleh karena tidak ada masalah yang mesti
dipersoalkan lagi maka kakek gagah itu juga tak ingin
berurusan lebih lanjut.
Lelaki berkerudung itu menghela napas lega, kemudian
cepat-cepat meninggalkan tempat itu. "Wah, sungguh amat
berbahaya.....” desahnya di dalam hati.
Sepeninggal orang itu Tai-si-ong dan Pang Cu-si Song Kang
(Pengurus Perkumpulan) saling memandang dengan dahi
berkerut. "Apa pendapat Tai-si-ong tentang orang aneh itu?"
Song Cu-si bertanya kepada ketuanya.
"Agaknya dia baru saja melakukan sesuatu urusan yang
sangat penting dan rahasia. Tetapi urusan apakah itu, lo-hu
tak bisa menerkanya. Tadi lo-hu malah mencurigai dia sebagai
orang yang telah mengirimkan undangan kepada aliran kita,
tapi setelah kutanyakan ternyata bukan. Dia malah seperti
tidak tahu menahu tentang Sang Putera Mahkota itu. Hmmm,
tapi entahlah kalau dia berbohong.” Ketua aliran Im-Yangkauw
itu memberikan pendapatnya.
"Gerak-geriknya mencurigakan benar......memakai penutup
kepala, membawa peti besar…. hmm, seperti pencuri saja !”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Song Kang juga memberikan pendapatnya. "Apa sih isi peti itu
?"
Tai-si-ong tersenyum geli. "Ah, Song Cu-si ini sungguh
aneh. Mana dapat kita mengetahui isinya? Bukankah peti itu
selalu didekapnya dan tidak pernah dibuka di depan kita?
Hahaha........kalau Lo-jin-ong ada di sini kita bisa meminta
tolong kepadanya untuk menerka isi peti itu dengan ilmu Lincui
Sui-hoatnya.”
"Ah !" Song Kang Cu-si tersenyum pula dengan tersipusipu.
"Sudahlah, mari kita mengejar anjing putih itu! Jangan
sampai kita kehilangan arah lagi."
Mereka lalu melesat pergi ke arah kanan seperti yang
ditunjukkan oleh orang berkerudung itu. Mereka berkelebat
dengan cepat mengerahkan ilmu meringankan tubuh mereka
agar supaya tidak kehilangan jejak anjing putih itu lagi. Tanpa
anjing putih tersebut mereka tak mungkin bisa menemukan
tempat tinggal Sang Putera Mahkota, sebab dalam surat
undangan yang mereka peroleh telah disebutkan bahwa
mereka harus mengikuti seekor anjing berbulu putih apabila
telah berada di dalam hutan itu.
Kedua orang tokoh puncak aliran Im-yang-kauw itu benarbenar
tidak mengetahui bahwa bersamaan dengan langkah
mereka itu si anjing putih telah tiba di tempat Chu Bwee Hong
berbaring, dan kini anjing putih itu bersama kawan-kawannya
sedang bertempur dengan seru melawan kawanan serigala
yang mengganggu gadis tersebut.
Melihat Chu Bwee Hong jatuh dan tidak bangkit atau
bergerak lagi, kawanan serigala yang sejak tadi telah
mengincarnya segera menjadi buas ! Mereka saling
berdesakan dan rebut dahulu untuk segera menghunjamkan
taring mereka masing-masing. Seekor serigala yang bertubuh
lebih besar dari pada kawan-kawannya tampak meloncat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendahului, kemudian menggigit kain yang dikenakan oleh
Chu Bwee Hong dan menarik-nariknya.
Serigala yang lain segera menyerbu pula mengikuti serigala
tersebut. apalagi ketika tampak oleh mereka mangsa itu diam
saja tak bergerak ataupun mempertahankan diri. Mereka
mencakar, menggigit, mencabik dan menarik-narik, sehingga
tubuh Chu Bwee Hong yang halus lembut itu kini mulai terluka
dan mengeluarkan darah! Meskipun begitu gadis itu tetap
berdiam diri dan tidak berusaha melawan atau
mempertahankan diri sama sekali. Gadis itu seperti telah
mematikan perasaannya!
Sebentar saja gadis itu tentu akan mengalami peristiwa
yang sangat mengerikan apabila tiba-tiba tidak datang
sekawanan serigala lain yang dipimpin oleh anjing besar
berbulu putih! Anjing besar berbulu putih yang tadi dilihat oleh
orang berkerudung itu begitu datang langsung mengajak
kawan-kawannya untuk menyerang serigala-serigala yang
mengeroyok Chu Bwee Hong tersebut! Mereka segera terlibat
dalam pertempuran yang dahsyat dan menggiriskan. Mereka
bertempur dengan kasar dan tak beraturan, asal menyerang
dan menggigit saja lawan yang berada di dekatnya. Dan
semakin banyak darah yang menetes semakin buaslah
mereka! Mereka bertempur dengan hiruk-pikuk! Mereka
menyalak, menguik, menggonggong dan melolong! Suaranya
keras menggetarkan hutan!
Dan hiruk-pikuk itu ternyata sampai juga ke telinga dua
orang lelaki yang pada saat itu sedang menerobos hutan itu
pula dari arah timur. Kedua orang lelaki itu terdiri dari seorang
kakek tua berusia enampuluhan tahun dan seorang lelaki
muda berumur tigapuluhan tahun lebih sedikit. Mereka berdua
melesat dengan cepat menerobos lebatnya daun dan
pepohonan yang tumbuh dengan rapat di dalam hutan itu,
bagaikan dua ekor belalang malam yang terbang berlompatan
di antara dahan. Dan dilihat dari cara mereka bergerak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
enteng dan gesit Iuar biasa itu dapat diduga kalau mereka
adalah dua orang jago silat berkepandaian tinggi pula, seperti
halnya kedua tokoh lm-yang-kauw tadi.
Sebenarnyalah, kedua orang lelaki itu memang bukan
tokoh sembarangan di dunia persilatan! Si kakek yang rambut
kepalanya sudah penuh uban itu tidak lain adalah Put-ceng-li
Lojin, ketua Aliran Bing-kauw yang amat terkenal. Sama
terkenalnya dengan ketua lm-yang kauw maupun Mo kauw !
Sedangkan lelaki muda yang berjalan di belakangnya itu tidak
lain adalah muridnya sendiri, Put-sim-sian Si Dewa Tak
Berperasaan ! Lelaki muda ini juga tidak kalah terkenalnya dan
pada Put-ceng-li Lo-jin, karena sebagai murid pertama dari
ketua Aliran Bing kauw dia sudah menyerap seluruh ilmu
kepandaian gurunya yang hebat.
Seperti halnya kedua orang tokoh Im-yang kauw tadi,
kedatangan mereka berdua di hutan itu juga bermaksud untuk
memenuhi undangan Sang Putera Mahkota yang sangat
misterius itu. Sama juga dengan Tai-si-ong dari Im-yangkauw.
Put-ceng-li Lojin juga menerima sepucuk surat
undangan dari orang yang menyebut dirinya Sang Putera
Mahkota beberapa hari yang lalu !
"Hah, itu dia .......! Keparat benar anjing itu ! Baru
sekarang dia muncul." Put-ceng Ii Lo-jin bersorak gembira
sambil memasang telinganya.
"Tapi banyak benar suaranya, jangan-jangan itu bukan
suara anjing yang kita cari tapi suara........ kawanan serigala !"
Put-sim-sian menyahut dengan suara ragu.
"Alaaa........ apa bedanya serigala dan anjing dalam urusan
kita ini? Asalkan dia berbulu putih........ itulah yang kita ikuti!"
Put-ceng-li Lo jin berkata keras. "Ayoh......!"
Put-sim-sian mengangguk, kemudian meloncat ke depan
mendahului gurunya. Put-ceng-li Lo-jin segera mengejarnya
pula, sehingga kedua orang guru dan murid itu seperti mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlomba agar bisa tiba lebih dahulu di tempat hiruk-pikuk
tersebut.
Sekejap saja mereka telah sampai. Dan kedatangan mereka
itu benar-benar tepat pada waktunya!
Mereka melihat dua kelompok serigala sedang bertempur
dengan seru. Tapi kelompok pertama, yang dipimpin oleh
seekor serigala berbulu putih, kelihatan terdesak dengan
hebat ! Jumlah mereka yang tampak lebih sedikit dari pada
lawan mereka itu semakin lama semakin berkurang juga. Satu
persatu tewas dikeroyok oleh Iawan-lawannya. Sehingga
ketika Put-ceng-li Lo-jin dan muridnya datang, anjing atau
serigala putih itu terpaksa harus melayani keroyokan delapan
atau sepuluh ekor lawannya.
"Su-hu. lihat........ Ada dua kelompok serigala sedang
berkelahi !" begitu datang Put-sim-sian berseru. "........ Dan
seekor diantaranya berbulu putih !”
"Hei, benar...! lblis laknat, agaknya memang serigala itulah
yang dimaksudkan oleh orang yang menamakan dirinya Sang
Putera Mahkota itu !" Put-ceng-li Lo-jin ternganga.
"Su-hu!" tiba-tiba Put-Sim-sian berteriak keras sekali. "Di
sana ada sesosok mayat !”
"Heh? Apa katamu….? Ohhh........ benar !"
Sekali lagi dua orang guru dan murid itu seakan berlomba
menghampiri "mayat" Chu Bwee Hong! Dan mereka segera
menjadi terbelalak begitu melihat tubuh seorang gadis cantik,
tergolek dengan kelopak mata terbuka, serta kulit dan pakaian
terkoyak-koyak oleh taring serigala.
"Su-hu, dia masih hidup...." Put-sim-sian berbisik.
"Ya ! Kelihatannya dia tertotok lumpuh sehingga tidak bisa
menggerakkan tubuhnya. Untunglah serigala-serigala itu
belum sempat menghancurluluhkan kulit dan dagingnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Put-ceng Ii lo-jin berjongkok, kemudian memeriksa denyut
nadi dan pernapasan Chu Bwee Hong. Tapi ketua Aliran Bingkauw
itu cepat melepaskan lengan Chu Bwee Hong kembali!
"Ada apa, su-hu?" Put-sim-sian bertanya kaget.
Put-ceng li Lo-jin tidak segera menjawab. Keningnya yang
lebar itu berkerut-kerut, sementara kedua telapak tangannya
menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Beberapa kali
orang tua itu mengawasi wajah Chu Bwee Hong yang pucat,
kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sungguh aneh
.......!” gumamnya tak jelas.
Tentu saja Put-sim-sian semakin bingung dan tak mengerti.
"Su-hu...........?"
Tiba-tiba ketua Aliran Bing-kauw itu tersentak bagaikan
disengat lebah, sehingga Put-sim-sian yang berada di
belakangnya ikut-ikutan melompat ke samping dengan
sigapnya. Murid yang telah mendapatkan hampir semua dari
ilmu gurunya itu tampak berdiri dengan siap-siaga, seolaholah
sedang menghadapi situasi yang amat gawat !
Tanpa mempedulikan sikap muridnya Put-ceng-Ii Lo jin
berkata gagap, seakan-akan baru saja menyaksikan suatu hal
yang sangat menggoncangkan batinnya. “Put-sim-sian !
Gadis....... gadis ini agaknya memang berniat untuk bunuh diri
!"
"Hah ? Maksud su-hu ?"
"Gadis ini tidak mengalami cedera sama sekali !
Maksudku......... dia tidak tertotok atau pun terluka dalam
seperti dugaan kita. Dia sebenarnya bisa bergerak dan
melawan serigala-serigala itu kalau mau........"
"Jadi........?!?"
"Gadis ini tampaknya baru saja mengalami pukulan batin
yang amat hebat, sehingga ia menjadi putus asa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berniat........ bunuh diri !" Put-ceng li Lo-jin menerangkan hasil
pemeriksaannya.
"Maksud su-hu gadis itu telah mematikan seluruh
perasaannya dan membiarkan dirinya digigit serta dicabikcabik
oleh serigala-serigala buas itu ?"
"Benar ! Sebenarnya ia mampu membunuh semua serigala
itu kalau mau, sebab hanya orang yang mempunyai
kepandaian tinggi bisa benar-benar mematikan perasaannya
seperti ini. Lihatlah, sekarangpun dia tak melihat kedatangan
kita........ padahal matanya terbuka!"
Put-sim-sian mengerahkan Iwee-kangnya, agar dapat
melihat lebih jelas di dalam kegelapan malam. Tampak
olehnya gadis itu bernapas dengan teratur, sementara bola
matanya yang bulat lebar itu menatap kosong ke depan tanpa
bergoyah sama sekali.
"Lalu apa yang mesti kita kerjakan?" Put-Sim-sian bertanya
seraya mendekat.
"Kita membagi tugas. Kauselamatkanlah serigala putih itu
dan bunuh saja yang lain-lainnya bila mereka tak mau
melarikan diri! Aku akan mengobati gadis ini........"
"Baik !”
Put-sim-sian menggeram, lalu dikerahkannya seluruh
tenaga dalamnya. Jago muda dari Aliran Bing-kauw itu tak
ingin bertele-tele dalam melakukan tugasnya. Ia ingin
membereskan kawanan serigala itu dalam sekali gebrak.
Mula-mula tokoh muda itu menghantam ke arah serigalaserigala
yang mengeroyok anjing putih tersebut. Serangkum
angin yang amat kuat terasa menghembus ke depan dan
menerjang ke arah kawanan serigala yang mengeroyok anjing
putih itu. Sekejap saja ke delapan ekor serigala itu terlempar
dari arena. Mereka jatuh tunggang langgang, lalu melarikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri. Hanya anjing putih itu saja yang tetap tinggal berdiam diri
di tempatnya.
Melihat kawan-kawannya melarikan diri, kawanan serigala
yang lain segera mengikuti pula. Kini di dalam arena itu hanya
tinggal si anjing putih saja, karena semua lawan dan
kawannya telah pergi meninggalkan tempat itu. Mereka kaget
dan ketakutan melihat kehebatan pukulan Put-sim-sian !
"Aku telah mengusir mereka, su-hu. Bagaimana dengan
gadis itu?”
Put-ceng-li Lo-jin menghela napas dan menggelenggelengkan
kepalanya. Wajahnya sedikit murung karena belum
bisa menyadarkan Chu Bwee Hong yang telah mematikan
seluruh perasaannya itu.
"Gadis ini benar-benar telah bersiap untuk mati. Seluruh
panca-inderanya telah ditutupnya, sehingga lo-hu
mendapatkan kesukaran untuk menyadarkannya kembali.
Untuk membukanya lagi, kita harus sabar dan telaten. Lebih
dahulu kita harus membangunkan hati dan perasaannya, agar
supaya semangat hidupnya kembali berada di dalam getaran
darahnya. Untuk itu kita harus selalu menjaga kelancaran
peredaran darahnya, agar supaya jiwanya benar-benar tidak
padam.”
“Lalu......apa yang hendak su-hu lakukan?”
Put-ceng-li Lo-jin terdiam untuk beberapa saat lamanya.
Kelihatannya orang tua itu berpikir sebentar sebelum
mengatakan keputusannya.
"Gadis ini akan lo-hu bawa pulang," akhirnya orang tua itu
berkata. "Lo-hu menjadi sangat tertarik untuk mengetahui
sebab musababnya, kenapa dia sampai menjadi begini....”
"Oh.......?" Put-sim sian berdesah. "......Tetapi bagaimana
dengan maksud kita untuk menghadiri undangan itu? Apakah
su-hu hendak membawanya juga ke sana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memangnya kenapa? Apakah itu tidak boleh?" Put-ceng li
Lo-jin menoleh ke arah muridnya. "Huh! Iblis laknat.......! Apa
pedulimu jika lo-hu ingin membawa kucing, monyet atau
kerbau ke tempat mereka? Lo-hu mau datang itu sudah
untung bagi mereka. Setiap saatpun su-humu ini bisa saja
membatalkan niatnya untuk menemui mereka bila badut yang
menyebut dirinya Sang Putera Mahkota itu bertingkah........"
Put-sim-sian tertunduk, ia tidak berani menatap wajah
gurunya. Lelaki muda ini sungguh menyesal sekali telah
menyinggung perasaan gurunya. Ia benar-benar telah lupa
bahwa gurunya itu adalah orang yang paling tidak suka pada
segala macam aturan atau kebiasaan yang mengikat
kebebasannya.
"Maafkan aku, suhu......." Put-sim-sian meminta maaf.
"Hei ? Mengapakah kau ini?" Put-ceng li Lo-jin tersentak,
wajahnya semakin tampak gelap, sehingga sekali lagi Put-simsian
menyadari kesalahannya. Tak seharusnya ia bersikap
demikian canggung di hadapan gurunya.
Gurunya itu paling tidak suka disanjung mau pun dihormati
seperti guru-guru lain di dunia ini. Di dalam aliran mereka Putceng-
li Lo-jin selalu bersikap bebas dan tak pernah menuntut
perlakuan istimewa dari anggota perkumpulannya. Dari para
muridnyapun tidak! Mereka biasa bersikap seperti teman
akrab dari pada sebagai guru dan murid !
“Baiklah! Kalau begitu......marilah kita berangkat sekarang!”
akhirnya Put-sim-sian menemukan kembali adat kebiasaannya.
Sekali menghentak tanah tubuhnya telah melayang ke depan
mendahului su-hunya. Anjing putih itu menyalak dan
mengikutinya dari belakang.
"Hai, bangsaaaat ! Kaubawalah gadis ini! Masakan suhumu
yang harus menggendongnya?" Put ceng-li Lo jin berteriak.
"Nanti sajalah bergantian, su-hu ! Sekarang su-hu saja
dahulu yang membawanya ! Aku masih lelah karena baru saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur melawan serigala-serigala tadi........!" dari jauh Put
sim-sian berteriak menjawab.
"Keparat ! Iblis laknat.........! Murid goblog!" Put ceng-li Lojin
menggerutu, dan mengumpat-umpat.
Terpaksa dengan perasaan enggan orang tua itu
mengangkat tubuh Chu Bwee Hong dan kemudian
menaruhnya di atas pundaknya. "Bangsat, berat nian......!"
keluhnya lagi.
Dengan beban yang berat di atas pundaknya ketua Aliran
Bing-kauw itu melangkah dengan cepat mengejar muridnya.
Meski pun beberapa kali terdengar mulutnya mengumpat dan
menggerutu, tapi langkah kakinya ternyata cepat bukan main.
Dilihat dari kejauhan tubuhnya yang agak bungkuk itu seperti
seekor burung yang terbang rendah di atas tanah, cepat dan
gesit.
Tetapi belum juga seratus langkah orang tua itu berlari,
tiba-tiba langkahnya berhenti. Sambil membetulkan letak
tubuh Chu Bwee Hong orang tua itu melirik ke kanan dan ke
kiri. Sepasang matanya yang tajam mencorong itu seolah-olah
dapat menembus rimbunnya semak-perdu di sekelilingnya.
"Siapakah di situ........?" sapanya tiba-tiba.
Terdengar desir langkah kaki seseorang di balik semaksemak
sebelah kiri orang tua itu. Kemudian seorang kakek tua
berbadan tegap dan seorang kakek gemuk berkepala besar
tampak keluar dari kegelapan. Kedua orang yang tidak lain
adalah Tai-si-ong dan Pang Cu-si Song Kang itu segera
memberi hormat kepada Put-ceng-li Lo-jin.
"Selamat berjumpa, Bing Kauw-cu (Ketua Aliran Bingkauw)!
Sungguh tak terduga kita bisa saling berjumpa di
tempat ini. Angin apakah yang meniup Bing Kauw-cu hingga
malam-malam begini sampai datang ke hutan ini?” Tai-si-ong
dari Im-yang-kauw itu menyapa lebih dulu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghilangkan kekagetan hatinya melihat ketajaman pancaindera
Put-ceng-li Lo-jin.
"Hei ! Tai si-ong dan Pang Cu-si Song Kang rupanya.....!
Selamat bertemu! Selamat bertemu !" Put-ceng-li Lo jin yang
tidak menyangka akan berjumpa dengan ketua Aliran Imyang-
kauw itu membalas pula dengan hangatnya. "Bagaimana
khabarnya? Baik bukan?"
"Terima kasih ! Kami semua sehat-sehat saja selama
ini......." Pang Cu-si lekas-lekas menjawab.
"Hahaha......Tai-si ong....... Song Cu-si, hampir saja lo-hu
tidak mengenal kalian Iagi. Habis sudah lama benar kita tak
saling bertemu.......eh, sejak pibu besar itu, bukan....... ?" Putceng-
li Lo-jin yang tak pernah peduli akan perasaan orang lain
itu tertawa gembira. PadahaI kata-katanya yang ceplas-ceplos
tentang pi-bu besar itu membuat kedua tokoh Im-yang-kauw
tersebut menjadi kikuk dan tak enak hati. Mereka seperti
diingatkan kembali pada masa-masa kacau dan pertempuran
besar di antara kedua aliran mereka beberapa tahun yang lalu.
Sebuah pertempuran yang melibatkan pula diri mereka
masing-masing !
“Benar....... benar !” Pang Cu-si Song Kang terpaksa
menjawab pula dengan mulut meringis. "..... Malah....malah
pada perjumpaan kita yang terakhir, Bing Kauw-cu hampir
saja bertempur dengan aku........"
"Bertempur? Eh, benar........ benar, Song Cu-si benar.
Sayang pada saat itu su-hengku Put-chien-kang Cin-jin
mencegahnya. Buset. Kalau tidak........ heheh, salah satu dari
kita tentu tidak akan bisa menikmati hidup sampai hari ini,
hahahaha......."
Song Kang mengerutkan keningnya. Ditatapnya wajah
ketua Bing-kauw yang sedang tertawa gembira itu lekat-lekat.
Diperhatikannya dengan seksama kalau-kalau ketua Bingkauw
bermaksud menyinggung perasaannya. Tapi serentak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilihatnya orang tua itu tertawa lepas tanpa bermaksud apaapa,
iapun segera tertawa pula mengikutinya.
"Ah, misalkan pertempuran itu tetap berlangsung juga........
bisa dipastikan akulah yang tidak akan bisa hidup sampai hari
ini,” Katanya merendah.
"Hei, belum tentu! belum tentu!" Put-ceng li Lo-jin cepatcepat
menukas. "Di dalam Aliran Bing-kauw kepandaianku
memang tak ada yang bisa melawan. Tapi kesaktian Song Cusi
sendiri tentu juga luar biasa hebatnya ! Bila tidak demikian,
masakan Song Cu-si dipilih menjadi Pang Cu-si Im-yang-kauw
segala........"
“Ya.... tapi semuanya itu bila dibandingkan dengan
kesaktian Bing Kauw-cu akan tidak ada artinya lagi." Song
Kang tetap merendahkan diri.
"Wah, siapa bilang? Kita masing-masing mempunyai
keistimewaan dan kelebihan sendiri-sendiri dalam ilmu silat.
Kita tidak bisa mengatakan, siapa yang lebih baik dan siapa
yang lebih jelek, sebelum keduanya diadu satu sama
lain.............."
"Ya, tapi........."
"Wah, Song Cu-si ini sungguh menjengkelkan benar !
Masakan ilmu silat milik diri sendiri malah dipandang rendah
dan diremehkan begitu. Sungguh tidak baik! Bukankah
demikian, Tai-si-ong.......?" Put-ceng-Ii Lo-jin penasaran.
“Memang !" ketua Aliran lm yang-kauw itu terpaksa
mengangguk mengiyakan.
"Nah, itu lihat.......! Apa kataku? Tapi kalau Song Cu-si
masih tetap juga tak percaya, boleh kita mengadunya saja
sekarang....." Put-ceng li Lo-jin yang selalu berbicara ceplasceplos
itu menantang dengan enaknya, seolah-olah
pertempuran mengadu nyawa itu hanya merupakan sebuah
permainan ringan yang tak membahayakan jiwanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tantangan halus itu sungguh sangat mengagetkan dan
tidak diduga sama sekali oleh kedua tokoh lm-yang-kauw
tersebut. Terutama Pang Cu-si Song Kang yang langsung
menerima tantangan itu !
Tapi kekagetan mereka itu bukanlah disebabkan karena
mereka takut dan segan terhadap ilmu kepandaian Put ceng-li
Lojin. Bukan ! Mereka sama sekali tidak takut atau gentar
menghadapi ketua Aliran Bing kauw tersebut. Yang mereka
takutkan adalah akibat dari pertempuran itu! Siapapun pihak
yang kalah dalam perkelahian nanti tentu akan membawa
dendam di dalam hatinya. Dan hal itu sungguh berbahaya
sekali !
Baik Put-ceng-li Lo-jin maupun Tai-si-ong adalah ketua dari
sebuah aliran yang amat besar dan ternama. Dendam di
dalam hati mereka tentu akan berakibat buruk pada
kedamaian dan ketenteraman masyarakat umum seperti juga
yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu
tantangan tersebut sungguh amat mengagetkan kedua tokoh
Im-yang-kauw tersebut. Kaget, karena tantangan itu justru
keluar dari mulut Put ceng li Lo-jin, ketua Aliran Bing-kauw
yang besar itu.
Pang Cu-si Song Kang dan Tai-si-ong saIing pandang
dengan wajah tegang. Mereka menjadi serba salah. Melayani
tantangan itu berarti mereka menyulut api pertentangan yang
selama ini telah dapat didamaikan dengan susah payah oleh
bekas-bekas pimpinan mereka. Tapi kalau mereka tidak mau
melayani tantangan tersebut, mereka akan kehilangan harga
diri mereka di mata orang lain. Mereka akan dicap sebagai
penakut dan pengecut !
"Ahh, Bing Kauw-cu ini suka benar berkelakar........” Tai-siong
masih juga tersenyum untuk mendinginkan suasana yang
sangat berbahaya itu.
Tapi Put-ceng-li Lo-jin seperti tak melihatnya. Tokoh yang
selalu menurutkan selera hatinya sendiri itu malah meletakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh Chu Bwee Hong di tempat yang bersih dan aman, lalu
berdiri mempersiapkan diri untuk bertarung.
“Lo-hu tidak berkelakar......" katanya meyakinkan. "Lo-hu
malah ingin membuktikan kepada Song Cu-si, bahwa ilmu silat
itu harus diadu lebih dahulu untuk membuktikan kalah
menangnya."
Tiada pilihan lagi bagi Song Kang selain melayani tantangan
itu.
"Baiklah ...." akhirnya pengurus perkumpulan dari aliran
Im-yang-kauw itu mengangguk. "Bing Kauw-cu akan kulayani.
Marilah….!”
Tai-si-ong terpaksa tak bisa mencegahnya lagi. Dengan
perasaan berdebar-debar dia melangkah mundur, serta
membiarkan kedua jago silat berkepandaian tinggi itu saling
berhadapan. Dilihatnya Song Kang membuka pakaian luarnya
yang lebar, sementara Put-ceng li Lo-jin menantinya di
tengah-tengah arena.
"Bing Kauw-cu, maafkan........!" tiba-tiba Pang Cu-si Song
Kang mendahului menyerang. Pakaian luarnya yang lebar itu
diayunkan depan, tertebar bagaikan selembar jala ke arah
kepala Put-ceng li Lo-jin.
“Thian-kuan-pi-tee (Langit Menutupi Bumi)........" Tai-si-ong
berdesah melihat jurus yang dipergunakan oleh pembantunya
itu.
Thian-kuan-pi-tee adalah jurus pembuka dari Im-hongciang,
sebuah dari ilmu silat andalan Im-yang kauw. Ilmu silat
ini sangat mengandalkan Iwee-kang yang tinggi dan dapat
dimainkan dengan senjata apa saja, terutama dengan bendabenda
yang sifatnya lentur atau lemas. Dan seperti halnya
ilmu silat Aliran Im-yang-kauw lainnya, ilmu silat Im-hongciang
ini juga mempunyai ciri khas yang sama yaitu gerakangerakannya
amat halus dan rumit serta kaya akan gerak-gerak
tipuan. Maka untuk mempelajarinya dengan sempurna tiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggota Im-yang-kauw terpaksa menekuninya selama
bertahun-tahun.
"Setan belang ! Hei, Song Cu-si........! Lo-hu berani
bertaruh, ilmu silat yang kaupergunakan ini tentu ilmu Silat
Im-hong-ciang yang sangat terkenal itu! Betul tidak?" sambil
mengelak Put-ceng-li Lo-jin berteriak. Kakek tua ini mengelak
dengan cara yang sangat unik. Mula-mula orang tua ini
berjongkok dengan cepat, setelah itu meloncat ke samping
seperti seekor katak melompat.
Gagal menjaring tubuh lawannya Song Kang tidak
meneruskan serangannya. Orang tua yang lihai itu berdiri
diam saja di tempatnya seraya menggulung "jaringnya". Diamdiam
hatinya memuji ketajaman mata Put-ceng-li Lo-jin, bisa
mengenal ilmu silat yang ia keluarkan, meskipun baru melihat
satu jurus saja. Dan hal itu berarti dia harus lebih berhati-hati
lagi menghadapi ketua Bing-kauw itu.
"Dan aku juga berani bertaruh pula bahwa lompatan yang
Kauw-cu lakukan tadi tentu bahagian dari ilmu Chuo-mo-ciang
itu, bukan?" katanya pula agar tidak kalah gertak, padahal ia
cuma menduga-duga saja.
"Hahaha-hehe…..!?” Put-ceng-li Lo-jin yang memang telah
mempersiapkan Chuo-mo-ciang itu mulai kumat sintingnya.
Tubuhnya yang agak bungkuk itu masih tetap berjongkok,
sementara matanya yang kecil itu mulai kocak melirik kesana
kemari, "Hehehe........ setan belang! Setan Laut! Setan
Neraka! Setan .. heh, pokoknya segala setan bau busuk,
hehehehe........! Ternyata Song Cu-si sudah mengenal pula
ilmu setanku (Chuo-mo-ciang berarti Ilmu Menangkap
Setan)....."
Selesai berbicara Put-ceng li Lo-jin meloncat ke atas,
menubruk ke arah lawannya! Gayanya meloncat masih tetap
seperti tadi, yaitu dengan punggung membungkuk dan lutut
ditekuk menempel perut. Cuma sekarang, sambil meloncat
tubuh itu berputar-putar di udara. Persis seperti seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemain akrobat yang berjungkir-balik di udara. Dan sambil
meloncat orang tua itu mulai berceloteh tidak karuan.
"Song Cu-si, coba kautebak nama dari jurusku ini......."
katanya dengan nada bergurau.
“Tidak tahu, bukan? Nah, dengarlah ceritaku......!''
Tapi sebelum cerita itu sempat keluar dari mulutnya,
serangannya ternyata telah lebih dulu sampai di tempat Song
Kang. Sepasang kaki dan tangannya tampak mencuat keluar
bergantian, mencakar dan menendang bagian dada dan
kepala Pang Cu-si Song Kang. Suara pukulannya terdengar
gemuruh menderu seperti suara pohon besar yang tumbang
terkena angin ribut!
Song Kang terkejut. Tokoh kedua dari Im-yang-kauw
setelah Tai-si-ong dan Lo-jin-ong ini benar-benar terperanjat
melihat perubahan dari serangan tersebut. Serangan yang
semula tampak ringan dan tidak membahayakan itu tiba-tiba
berubah ganas dan mematikan setelah sampai di sasaran!
Kekuatan lawan yang semula dia perkirakan biasa-biasa saja
itu mendadak seperti bertambah menjadi berlipat ganda
jumlahnya.
Karena belum bisa menjajagi ilmu lawannya yang aneh dan
amat membahayakan itu, maka Song Kang terpaksa tidak
berani menyambut atau memapaki serangan tersebut. Tokoh
Im-yang-kauw itu memilih jalan menghindari serangan
tersebut daripada harus menyongsongnya. Sambil melangkah
mundur tiga tindak dia menyabetkan pakaian luarnya ke arah
Put-ceng li Lo-jin! Kali ini tokoh Im-yang-kauw itu tidak mau
bersikap segan-segan lagi. Dikerahkannya seluruh
kekuatannya sehingga kain baju yang dipegangnya itu
berubah menjadi keras dan kaku seperti besi baja.
Melihat lawannya melangkah mundur dan tidak berani
dengan langsung menyongsong serangannya, Put-ceng-li Lojin
segera mempersiapkan serangan berikutnya. Kedua belah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya cepat-cepat dilipat kembali di depan perutnya,
sementara sepasang lengannya juga segera dikembangkan di
samping tubuhnya. Semua gerakannya itu dilakukan dalam
keadaan masih melayang di udara!
“Jurus katak melompat ini terdiri dari delapanbelas
gerakan. Diciptakan oleh suhengku Put-chien-kang Cin-jin
tatkala dia bertapa di Telaga Hijau....” sambil menghindari
sabetan Song Kang, ketua Aliran Bing-kauw itu memulai
ceritanya. “Saat itu suheng sedang pepat pikirannya karena
sudah hampir setahun penuh dia belum dapat juga
menyelesaikan bahagian terakhir dari ilmu Chuo-mo-kang
ciptaannya. Padahal perselisihan antara aliran kami dan aliran
kalian sudah semakin meruncing, dimana setiap waktu dapat
saja meletus menjadi perang terbuka. Dan apabila semua itu
benar-benar terjadi, kaum kami tentu akan repot menghadapi
Ilmu Sakti Kulit Domba (Im-yang-kun) kalian.....”
Sambil tetap mendengarkan cerita Iawannya Song Kang
melongo menyaksikan cara Put-ceng li Lo-jin mengelakkan
sabetan kain bajunya. Dengan sangat enteng dan gesit ketua
Bing-kauw itu tampak menahan daya luncurnya lalu
menggeliat di udara beberapa kali, setelah itu melayang ke
samping dengan manisnya. Semua itu dilakukan orang tua
tersebut tanpa harus menginjakkan kakinya di atas tanah lebih
dahulu, sehingga dilihat dari bawah seperti seekor burung
yang sedang terbang zig-zag di udara.
“Orang tua ini memang tidak boleh dianggap enteng.
Salah-salah aku malah bisa kehilangan waktu kalau tak lekaslekas
menandinginya dengan ilmu pamungkasku (ilmu
andalan). Toh dia juga telah mengeluarkan Chuo-mociangnya.....”
Song Kang berdesah di dalam hati.
Maka jago Im-yang-kauw itupun lekas-lekas membuang
baju yang dipegangnya, kemudian mengerahkan Im-yang Sinkang
sebelum ia menyerbu dengan Im-yang-kun atau Ilmu
Silat Kulit Dombanya yang terkenal itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Put-ceng-li Lo-jin terus saja melanjutkan
ceritanya. Orang tua itu sama sekali tidak mengambil pusing
pada semua perubahan sikap lawannya. “Saking pepatnya
suhengku pergi bertapa menyendiri di Ceng-ouw (Telaga
Hijau). Berbulan-bulan dia hidup di sana bersama dengan
ribuan katak yang memenuhi telaga yang luas dan dalam itu.
Tanpa disengaja su-hengku selalu melihat dan memperhatikan
segala gerak-gerik ribuan katak itu setiap hari, sehingga
lambat-laun su-heng bisa melihat keanehan dan kehebatan
gerakan mereka. Su-heng seperti memperoleh ilham untuk
menyelesaikan ilmu ciptaannya itu. Maka dengan semangat
yang meluap-luap dia menyaring semua yang dilihatnya itu
dan mengambil inti-sarinya, lalu menuangkannya dalam
gerakan-gerakan ilmu silat yang hebat......”
"Jadi....... pada saat dilangsungkannya pi-bu besar itu Putchien-
kang Cin-jin baru saja dapat menyelesaikan Chuo-mokangnya
?” Song Kang bertanya dengan kening berkerut.
Put-ceng li Lo jin tertawa. "Benar!" katanya. "Untunglah
pada waktu itu su-hengku dengan akal muslihatnya dapat
menyeret Tai-si-ong kalian yang lama ke dalam arena pi-bu
satu lawan satu. Kalau tidak, wah.....,., kami tentu akan dapat
kalian gulung dengan mudahnya. Soalnya baru su-hengku saja
yang dapat memainkan Chuo-mo-kang itu. Lainnya belum
berkesempatan untuk mempelajarinya."
Selesai berbicara tiba-tiba Put-ceng li Lo jin menjauhkan
tubuhnya ke depan. Tapi sebelum tubuh itu menyentuh tanah,
mendadak tubuhnya tampak mental ke atas kembali dengan
cepat seperti sebuah bola yang membentur benda yang tak
kelihatan. "Awas serangan........!" teriaknya memperingatkan.
Sepasang kakinya meluncur lebih dahulu ke depan, menuju ke
arah kepala Song Kang.
Tapi Song Kang juga telah bersiap-siaga pula dengan iImu
Sakti Kulit Dombanya. Begitulah sepasang kaki lawannya
meluncur datang dengan maksud menggunting Iehernya dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera meliukkan badan seraya merendahkan tubuhnya ke
depan, sehingga kedua belah kaki Put ceng-li Lo-jin lewat di
atas kepalanya. Kemudian dengan badan yang masih dalam
keadaan meliuk itu Song Kang mencengkeram ke atas, ke
arah lutut Put-ceng-li Lojin. Dan jurus yang dia keluarkan ini
adalah jurus Meniti Pelangi Meraih Awan, yaitu baris ke dua
bait pertama dari pantun yang tertulis pada lembar ke tujuh
kulit domba itu.
Di dalam mempelajari Ilmu Sakti Kulit Domba Song Kang
telah mencapai tingkatan yang tidak rendah. Bersama dengan
Tai-si-ong, dia telah mencapai lembar yang ke sepuluh. Maka
dapat dibayangkan betapa hebat kepandaiannya. Kelihatannya
saja kesepuluh jari-jarinya itu hanya mengancam ke arah lutut
lawan, tapi di mata seorang ahli akan segera terlihat bahwa
setiap jari-jari itu ternyata telah mengancam semua titik jalan
darah mematikan di badan Put-ceng-li Lo-jin!
Ternyata Put-ceng-li Lo jin melihat bahaya itu pula.
Buktinya tubuhnya yang meluncur dengan kaki di depan itu
segera melengkung ke atas seperti batang bambu yang meliuk
tertiup angin, lalu sekejap kemudian melejit lagi ke atas
bagaikan seekor ulat daun ! Lagi-lagi semua gerakan itu
dilakukan oleh Put-ceng-li Lo-jin tanpa harus menyentuh tanah
lebih dahulu. Seolah ketua Bing kauw itu bukanlah manusia
tetapi seekor burung yang mampu bergerak seenaknya di
udara!
Memang, semua gerakan yang dilakukan oleh Put-ceng-li
Lo-jin itu tampaknya sangat tidak masuk akal dan mustahil
dilakukan. Tapi memang justru itulah yang menjadi
keistimewaan Chuo-mo-kang ! Semua gerakan-gerakan Chuomo-
kang memang terdiri dari gerakan-gerakan aneh yang
kadang-kadang tidak masuk akal !
Demikianlah, akhirnya kedua orang itu terlibat dalam
pertempuran yang amat dahsyat ! Masing-masing
mengeluarkan ilmu puncak dari aliran mereka, Chuo-mo-kang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan Im-yang sin-kun atau Ilmu Sakti Kulit Domba !
Begitu dahsyatnya pertempuran itu sehingga rasanya tidak
kalah seru dengan pertempuran put-chien-kang Cin-jin
melawan Tai-si-ong pada beberapa tahun berselang.
Pertempuran itu mengakibatkan beberapa batang pohon
tumbang dan beberapa rumpun semak perdu jebol dari
tempatnya. Angin pukulan mereka yang penuh Iwee-kang itu
menyambar-nyambar, membawa tiupan angin besar, sehingga
debu dan kerikil beterbangan menggelapkan arena
pertempuran itu.
Duapuluh lima jurus telah berlalu. Beberapa saat kemudian
tigapuluh juruspun telah terlampaui pula. Song Kang mulai
bergetar hatinya. Im-yang Sin-kun sudah hampir habis ia
mainkan, tapi lawannya masih tetap garang dan berbahaya.
Sedikitpun Put ceng-li Lo-jin tidak kelihatan kendor ataupun
menjadi berkurang kekuatannya. Orang tua itu masih tampak
gesit dan berbahaya. Tampaknya setiap saat kekuatannya
malah semakin bertambah besar saja ! Dan yang semakin
membuat dongkol dan gemas Song Kang, ketua Bing kauw itu
bertempur sambil berceloteh tidak keruan artinya.
“Setan alas ! Setan laut ! Setan laut mandi di sungai.
Sungainya kering karena kepanasan.......! Hahahaha.......!”
Song Kang mengerahkan kekuatannya, lalu menyerang
semakin cepat dan ganas. Kedua belah telapak tangannya
bergantian menyerbu ke depan, berusaha membungkam
mulut yang ceriwis itu.
Tapi Put ceng-li Lo-jin ternyata juga meningkatkan
kemampuannya. Orang tua itu bergerak semakin aneh dan
gila ! Meloncat, tiarap, berjongkok, terlentang dan lain
sebagainya. Pakaiannya yang semula bersih dan rapih itu
sudah tidak keruan lagi macamnya. Kotor, sobek dan tak
teratur lagi letaknya. Rambutnya yang tadi tersisir halus kini
telah menjadi acak-acakan dan berlepotan tanah serta pasir.
Sungguh orang takkan mengira lagi kalau orang tua itu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang ketua aliran yang amat terkenal. Put-ceng li Lo-jin
sekarang tak ubahnya seorang gila yang sedang kumat
penyakitnya.
Oleh karena itu meskipun Song Kang menambah
kekuatannya dan meningkatkan kecepatan geraknya, keadaan
tetap tidak berubah juga. Kedahsyatan ilmu lawannya yang
konyol serta gila-gilaan itu semakin terasa menggencet
ilmunya, sehingga lambat-laun Im-yang Sin-kun yang dia
mainkan menjadi seret dan tak bisa berkembang sebagaimana
biasanya. Jangankan mau membungkam mulut Put-ceng-li Lojin
yang ceriwis itu, untuk melindungi dirinya sendiri saja
tokoh Im-yang-kauw itu sudah mulai kewalahan!
Tentu saja Tai-si-ong yang melihatnya menjadi tegang dan
gelisah. Tanpa terasa peluhnya ikut bercucuran. Beberapa
saat lamanya pemimpin Aliran Im yang kauw itu berdiri gelisah
tak tahu apa yang mesti ia lakukan. Menolong salah, tidak
membantupun salah.
Sebenarnya bisa saja ketua lm-yang-kauw itu menolong
muka pembantunya dengan cara menggantikannya melawan
Put-ceng-li Lo-jin. Tapi celakanya kepandaian silat yang
dipunyainya juga tak berbeda jauh dengan tingkat kepandaian
Pang Cu-si Song Kang. Jadi apabila dia yang maju
menghadapi Put-ceng-li Lo-jin, keadaannya akan tetap sama
saja. Sama-sama celakanya. Malahan jika dia yang maju,
kekalahan itu justru akan membawa pengaruh dan akibat
yang lebih parah malah ! Karena sebagai seorang pemimpin
aliran, kekalahan yang dideritanya tentu akan menyangkut
pamor dan kehormatan perkumpulannya.
Sementara itu Put-ceng-li Lo-jin semakin mendesak Pang
Cu-si Song Kang. Gerakannya semakin meraja-lela menguasai
arena. Ilmu Sakti Kulit Domba yang dimainkan oleh Song Kang
sudah habis dikeluarkan semua. Meskipun begitu tetap saja
tidak bisa membendung amukan Chuo-mo-ciangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimanapun juga ketua Aliran Bing-kauw itu ternyata masih
lebih kuat dan lebih matang ilmunya.
Tiba-tiba terdengar suara anjing melolong keras sekali di
kejauhan. Suaranya mengalun tinggi menggetarkan hutan itu.
Begitu kuat dan kerasnya lolongan tersebut sehingga mampu
memecahkan perhatian kedua orang yang sedang adu tenaga
itu.
"Haaauuunnngg........!!!"
"Bangsat! Keparat! Anjing berkudis tak tahu diuntung….!
Hampir saja lo-hu melupakan sesuatu ! Huh ! Iblis.......!
Setannn......" ketua Aliran Bing-kauw yang telah berada di
atas angin itu mendadak mengumpat-umpat sambil meloncat
mundur. Kemudian dengan cekatan melesat ke tempat Chu
Bwee Hong dan membawanya pergi dan tempat tersebut.
"Tai-si-ong....... Pang Cu-si ! Maaf lo-hu masih ada urusan
penting sehingga tak bisa menemani kalian lebih lama lagi !
Lain waktu saja kalau ada kesempatan permainan ini kita
lanjutkan kembali.......!" teriaknya dari kejauhan.
Sesaat kemudian tempat itu telah menjadi sunyi kembali.
Tinggallah kini kedua tokoh aliran Im-yang-kauw itu
memandang kegelapan dengan wajah lesu. Mereka baru saja
dikalahkan oleh lawan bebuyutan mereka. Diam-diam mereka
menjadi sakit hati dan berjanji bahwa suatu saat mereka harus
bisa membalas kekalahan mereka ini. Demi kehormatan aliran
mereka, mereka harus belajar lebih keras lagi menekuni Ilmu
Sakti Kulit Domba. Sukur dapat menyelesaikannya sampai
pada lembar yang ke tigabelas.
Demikianlah, kedua orang tokoh pimpinan Im-yang-kauw
itu lalu melanjutkan perjalanan mereka kembali dengan
perasaan lesu. Dalam hati mereka sedikit menyesal, mengapa
Toat-beng-jin atau Kauw Cu-si Tong Ciak tidak pergi bersama
mereka. Apabila seorang saja di antara kedua orang itu
berada bersama mereka, mereka percaya kekalahan itu takkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin terjadi. Hanya kedua orang kawan mereka itulah
kiranya yang akan mampu menundukkan ketua Bing-kauw
yang sakti tersebut.
Begitu keluar dari hutan itu Put-ceng-li Lo-jin sudah
ditunggu oleh muridnya.
“apakah yang terjadi, su-hu? Kenapa lama sekali?” Put-simsian
bertanya dengan nada khawatir. Dipandangnya tubuh
gurunya yang kotor tidak keruan itu.
“Ahaa.....sepeninggalmu tadi lo-hu bermain-main sebentar
dengan orang-orang Im-yang-kauw,” Put-ceng-li Lo-jin
menjawab acuh tak acuh.
“Orang-orang Im-yang-kauw?” Put-sim-sian terkejut.
“Siapakah mereka, su-hu….?”
“Tai-si-ong dan Pang Cu-si Song Kang !”
“Ya ! memangnya kenapa ? Kaukira mereka dapat
mengalahkan gurumu?”
“Jadi.....?”
“Sudahlah, mari kita berangkat! Lihatlah puncak bukit itu!
Ada api unggun di sana.....mungkin disanalah tempat
pertemuan kita dengan Sang Putera Mahkota itu.”
Baru saja ketua Bing-kauw itu menutup mulutnya, dari
puncak bukit tiba-tiba terdengar lagi suara lolongan anjing itu.
Nadanya tinggi melengking dan mengalun panjang sekali,
bagaikan suara hantu yang memanggil-manggil mangsanya.
Sungguh seram dan mendirikan bulu roma.
"Itu dia suara anjing itu......." Put-ceng-li Lo-jin berdesah,
kemudian mempercepat langkahnya.
Bukit itu sangat terjal dan tak ada jalan setapak untuk naik
ke atas. Oleh karena itu Put-ceng li Lo-jin dan Put-sim-sian
terpaksa berloncatan di atas ujung-ujung batu yang
bertonjolan di sana-sini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-hu, berikanlah gadis itu kepadaku. Biarlah aku kini
yang membawanya......" Put-sim-sian menoleh ke arah
gurunya yang berloncatan sambil memanggul Chu Bwee Hong
di sampingnya.
"Tak usah ! Biarlah kubawanya sendiri !”
"Hei, su-hu marah kepadaku?"
"Keparat! Siapa yang marah kepadamu ?” Put-ceng-li Lo-jin
melotot. "Awas, jangan berkata yang bukan-bukan ! Kubunuh
kau nanti........!"
"Tapi kenapa sejak tadi su-hu diam saja?”
Tiba-tiba Put-ceng li Lo-jin menghentikan langkahnya, lalu
dengan kasar meletakkan tubuh Chu Bwee Hong di atas
tanah. Mereka telah berada di atas bukit.
"Bangsat keparat! Setan tetekan ! Kenapa sekarang kau
jadi mengurusi aku ? Ingin berkelahi, yaa? Ayoh........ kulayani
kau!" Put-ceng-li Lo-jin yang tidak pernah menghiraukan
peradatan itu berteriak-teriak dan menantang muridnya
sendiri, sementara Put-sim-sian yang tidak menyangka
gurunya akan menjadi marah begitu cuma berdiri saja
ketakutan.
"Hahahahaha........ apakah yang datang ini Put-ceng-li Lojin
dari Bing-kauw ? Selamat datang ! Selamat datang !
Terima kasih atas kesediaan Lo-jin memenuhi undangan
kami..." tiba-tiba seorang kakek tinggi tegap datang
menyongsong kedatangan mereka. Beberapa orang pengawal
tampak mengiringi kakek gagah itu dengan obor di tangan
masing-masing. Put-ceng li Lo-jin menoleh, keningnya
berkerut. Otomatis tangannya menyambar tubuh Chu Bwee
Hong kembali dan menaruh lagi di pundaknya.
"Eh ? Oh ? Beng Goan-swe ….?” ketua Aliran Bing-kauw itu
tergagap kaget. Orang tua ini benar-benar tak mengira kalau
bekas jenderal besar itu menyambutnya di tempat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapakah yang tak pernah mengenal dan mendengar nama
bekas jenderal besar Dinasti Chin yang sangat dihormati
rakyat itu ?
"Ah, aku sudah bukan seorang jenderal lagi, Lo-jin !
Sekarang aku sudah menjadi orang biasa seperti kalian.
Marilah ....!"
Tapi Put-ceng-li Lo-jin masih tetap termangu-mangu dan
tidak beranjak dari tempatnya. Hatinya masih diliputi perasaan
tidak percaya, bahwa bekas jendral yang amat dikagumi orang
itu kini berada di tempat ini dan sekarang malah sedang
menyambut kedatangannya. Berbagai macam pertanyaan
berkecamuk di dalam hatinya, jangan-jangan orang yang
mengirimkan surat undangan itu adalah bekas Jenderal Beng
Tian ini. Tapi apakah maksud dan tujuannya sehingga bekas
jenderal Dinasti Chin ini mengundang dia? Apakah bekas
jenderal ini bermaksud merebut takhta kembali ?
“Lo-jin, marilah.....! Kenapa termangu-mangu saja? Mari
kuperkenalkan dengan beberapa orang kawan!" Beng Tian
menjura.
"Eh! Oh! Bangsat! Setan! Keparat! Mengapa pula Io-hu ini?"
Put-ceng-li Lo-jin tersentak dari lamunannya, kemudian
mengumpat-umpat seperti biasanya. "Sungguh pikun......."
Beng Tian tertawa. "Ahaha, Lo-jin benar-benar tidak
berubah. Sejak dahulu selalu santai dan senang berkelakar."
Tapi Put-ceng-li Lo-jin tak mengacuhkan lagi komentar
Beng Tian itu. Ketua Aliran Bing kauw yang aneh itu sudah
kembali ke sifatnya yang asli, tidak pedulian dan seenaknya
sendiri. Sambil menggandeng lengan muridnya orang tua itu
melangkah ke tempat yang telah ditunjukkan oleh Beng Tian
tadi. "Goan-swe keliru. Lo-hu tidak berkelakar. Lo-hu kini
memang sudah pikun karena sakit gigi, hehehe........” katanya
sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di atas puncak bukit tersebut ada sebuah lapangan atau
dataran yang agak luas. Di tempat itu telah dipasang
beberapa buah obor sehingga tempat tersebut menjadi terang
benderang. Belasan orang lelaki dan wanita telah kelihatan
berkumpul di sana. Mereka duduk-duduk mengelilingi api
unggun yang dibakar di tengah-tengah lapangan itu.
Semuanya segera berdiri dan memberi salam kepada Putceng-
li Lo jin yang baru saja datang. Seorang kakek dan
nenek yang berwajah keras dan serius mcmpersilahkan ketua
Bing-kauw itu duduk di antara mereka.
Sekejap hati Put ceng-li Lo-jin menjadi tergetar kembali. Ia
mengenal beberapa orang yang duduk di tempat itu, termasuk
pula kakek dan nenek yang mcmpersilahkan dia duduk tadi.
Orang-orang itu bukanlah orang-orang sembarangan, karena
mereka adalah ketua-ketua persilatan yang terkenal.
Kakek dan nenek itu adaIah jago-jago tua di dalam dunia
persilatan. Mereka adalah suami isteri Yap Cu Kiat dan Sianghouw
Nio-nio, ayah-ibu dari Hong lui-kun dan Yap Taiciangkun
! Yap Cu Kiat adalah keturunan langsung dari Sinkun
Bu-tek, sementara Siang-houw Nio-nio adalah bekas
pengawal pribadi Kaisar Chin Si.
Di dekat mereka duduk pula sepasang lelaki dan wanita tua
yang wajahnya dingin menyeramkan. Seperti halnya Yap Cu
Kiat, kedua orang itu juga merupakan sepasang suami isteri
yang amat sangat terkenal di dunia kang ouw. Mungkin justru
lebih dikenal orang dari pada suami isteri Yap Cu Kiat
tersebut, karena mereka adalah suami-isteri Kwa Eng Ki, ketua
Tai-bong-pai !
Selanjutnya Put-ceng li Lo-jin melihat pula Pek-i Liong-ong
dan dua orang pembantu utamanya, Bhong Kim Cu dan Leng
Siau. Mereka bertiga duduk diam di tempat masing-masing.
Kemudian agak jauh dari tempat mereka tampak berkumpul
beberapa orang kepala suku dari daerah barat beserta para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawalnya. Mereka tampak kasar dan ganas, apalagi
dengan pakaian mereka yang terbuat dari kulit binatang itu.
"Hati-hatilah.......!” Put-ceng-li Lo-jin berbisik kepada
muridnya. Untuk pertama kalinya Put-sim-sian melihat
gurunya demikian serius.
"Hmm, mengapa tuan rumah belum juga menampakkan
diri ? Lo-hu tidak mempunyai banyak waktu, karena lo-hu
mempunyai urusan yang lain," tiba-tiba Kwa Eng Ki berdiri.
Yap Cu Kiat cepat berdiri dari tempat duduknya. "Maaf,
saudara Kwa. Sang Putera Mahkota sedang sibuk mengobati
luka seseorang, sehingga agak terlambat menemui cu-wi
semua......." katanya menerangkan.
"Luka? Siapakah yang terluka?" ketua Tai bong-pai itu
bertanya dengan kening berkerut.
"Salah seorang dari tokoh yang kita undang pula yaitu
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai !"
"Dia ? Siapakah yang melukai pendekar muda itu ?”
Kwa Eng Ki kaget. Semuanya juga kaget. Rata-rata semua
tokoh yang berada di tempat itu telah mengenal nama besar
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Meskipun masih muda tetapi
kepandaian pendekar itu telah diakui kehebatannya oleh
hampir setiap tokoh kang ouw. Oleh karena itu semuanya
menjadi heran, siapakah orangnya yang mampu melukai
pendekar muda itu?
"Entahlah. Yang terang anak muda itu terkena racun katak
api. Untunglah Sang Pangeran menyimpan obat pemunahnya,
yaitu darah ular salju."
"Ohhh ......... !"
Tiba-tiba di bawah terdengar lagi suara Beng Tian
mempersilahkan tamunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah! Itu mungkin Sang Pangeran sudah datang .....” Yap Cu
Kiat berdesah.
Semuanya berdiri kembali, lalu bersama-sama mereka
melongok ke bawah. Demikian juga dengan Put-ceng li Lo-jin.
Begitu inginnya orang tua itu melihat wajah Sang Pangeran
Mahkota sehingga ia ikut-ikutan pula berdiri diantara mereka.
Tetapi apa yang dilihatnya justru membuat hatinya menjadi
tegang malah !
Tampak Beng Tian naik ke atas mengiringkan Tai-si-ong
dan Pang Cu-si Song Kang dari Aliran Im-yang-kauw !
Sesaat para tamu yang berada di atas puncak itu berdesah
kecewa. Tapi oleh karena yang datang kali ini juga bukan
tokoh sembarangan di dunia persilatan, maka merekapun
terpaksa memberi salam pula. Hanya saja ketika semuanya
kembali ke tempai duduk masing-masing, Kwa Eng Ki tetap
berdiri di tempatnya. Ketua Tai-bong-pai yang amat sakti itu
menjura ke arah tuan rumah, kepada suami isteri Yap Cu Kiat
dan Beng Tian. "Maaf, saudara Yap ........ saudara Beng, aku
yang rendah terpaksa harus mengundur.....”
"Sang Pangeran telah tiba!" mendadak terdengar suara
teriakan pengawal yang berjaga di bawah, sehingga perkataan
yang diucapkan oleh Kwa Eng Ki terhenti di tengah jalan dan
menjadi urung untuk meminta diri.
Dua orang kakek berkepala gundul dengan kain kuning
dilampirkan di atas pundaknya memimpin para pengawal yang
mengiringkan seorang lelaki berpakaian mewah gemerlapan.
Para pengawal itu kemudian menyebar di pinggir arena
pertemuan, sementara dua orang berkepala gundul itu segera
mendekati lelaki berpakaian mewah tersebut dan
mengiringkannya ke kursi yang telah tersedia. Kemudian
seperti sepasang anjing penjaga yang setia, keduanya berdiri
di samping kursi itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran........" Yap Cu Kiat dan isterinya memberi hormat
kepada lelaki itu, yang kemudian diikuti pula oleh tamu-tamu
lainnya.
Pangeran Mahkota itu berdiri menyambut penghormatan
mereka, lalu mempersilahkan semuanya untuk duduk kembali.
Lalu dengan suara yang halus dan berwibawa pangeran itu
berkata kepada tamu-tamu yang diundangnya. Kata-katanya
lancar dan tegas, seolah-olah memang telah dipersiapkan
sebelumnya.
"Cu-wi sekalian........! Maafkanlah keterlambatan saya.
Salah seorang dari tamu yang kami undang telah dilukai
orang, sehingga saya terpaksa turun tangan mengurusnya.
Untunglah luka itu belum terlambat. Tapi pendekar muda itu
terpaksa harus beristirahat beberapa lamanya........"
Para tamu menghela napas.
"Mungkin ada beberapa orang dari tamu undangan kami
yang tidak menyukai berlangsungnya pertemuan ini, sehingga
mereka berusaha mengacaukannya." Pangeran itu berkata
lagi. "Tapi tak apalah........ Kami akan tetap meneruskan
pertemuan ini ! Apalagi kami menyadari, betapa sulit dan
sukarnya mempertemukan tokoh-tokoh persilatan seperti
tuan-tuan ini. Apabila hanya karena persoalan kecil seperti itu
kita lalu menjadi gagal, niscaya kita takkan mampu berbuat
yang besar lagi. Nah........ oleh karena itu marilah kita buka
saja pertemuan kita kali ini!”
"Hahahah........ bagus ....... bagus ! Itulah yang lo-hu
inginkan. Pegal rasanya kalau disuruh menunggu terus
menerus." Put-ceng-li Lo-jin yang tidak sabaran itu berseru
pula.
Semua yang hadir di tempat itu menoleh ke tempat Putceng-
li Lo-jin, tidak terkecuali Tai-si-ong dan Song Kang yang
baru datang. Kedua tokoh Aliran Im-yang kauw itu tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaget dan tegang melihat lawan mereka telah berada di
tempat itu pula.
"Sayangnya lo-hu benar-benar tak mengerti dan merasa
belum pernah mengenal dengan tuan yang menamakan diri
Sang Putera Mahkota ini. Bangsat...! Sejak dari rumah otakku
cuma dipenuhi dengan teka-teki tentang nama itu ! Sungguh
penasaran !" ketua Bing-kauw itu berteriak lagi.
Mendengar umpatan Put-ceng-li Lo-jin, kedua orang
pengawal berkepala gundul itu menjadi marah. Keduanya
beranjak dari tempatnya untuk melabrak mulut ketua Aliran
Bing-kauw tersebut. Tapi Sang Pangeran itu cepat-cepat
mencegahnya.
"Jangan berkelahi! Biarlah Yap Lo-enghiong saja yang
mengurusnya.......!" katanya.
Yap Cu Kiat berdiri dari tempat duduknya, setelah
menerima isyarat Sang Pangeran. Dengan suara kaku tokoh
dari Utara itu mengangguk ke arah Put-ceng-li Lo-jin. "Kauwcu
memang benar. Belum banyak orang yang mengenal
putera mahkota dari mendiang Kaisar Chin Si ini ! Hal itu
disebabkan karena pangeran ini jarang sekali pergi keluar dari
kota raja..."
Tiba-tiba Siang-houw Nio-nio yang berangasan itu ikut pula
berseru dari tempat duduknya. "Tapi bagi orang yang pernah
ikut berjuang melawan pemberontak Chu Siang Yu di daerah
perbatasan utara beberapa tahun yang lalu, tentu sudah
mengenal beliau beserta sepak-terjangnya di dalam melawan
pasukan asing! Meskipun keberangkatan beliau ke perbatasan
itu adalah hasil tipu daya mendiang Perdana Menteri Li Su,
tapi perjuangan beliau bersama Beng Tian Goan-swe di sana
takkan dapat dilupakan oleh rakyat banyak !
Beliaulah sebenarnya yang benar-benar berhak menduduki
singgasana kerajaan pada saat ini, karena beliaulah putera
mahkota satu-satunya dari mendiang Sri Baginda Kaisar Chin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si. Beliaulah yang paling berhak mewarisi tahta ayahandanya,
bukan Lui Pang bekas penyamun itu !"
Tempat itu menjadi hening untuk beberapa saat lamanya.
Semuanya termangu-mangu memandang ke arah Pangeran
Mahkota yang kehilangan kedudukannya itu.
Beng Tian tampak bergeser maju pula. "Sungguh betul apa
yang baru saja diucapkan oleh Siang-houw Nio-nio itu. Cu-wi
semua tentu telah mengenalku. Aku yang rendah ini adalah
bekas Panglima tentara Kerajaan Chin............"
Semua hadirin masih tampak berdiam diri.
Sang Pangeran bangkit dari tempat duduknya. Tangan
kanannya diangkat ke atas. "Cu-wi semua.......! Cu-wi telah
mendengarkan kata-kata para pembantuku tadi. Oleh karena
itu sekarang cu-wi tentu sudah meraba di dalam hati, apa
maksud kami mengundang cu-wi semua ke sini......”
“Pangeran bermaksud ..... mengajak kami melawan Kaisar
Han ?" Kwa Eng Ki bertanya lantang.
"Betul !” Sang Putera Mahkota menjawab tegas.
"Ah, maafkan kami kalau begitu.......!" Kwa Eng Ki cepatcepat
menjura. "Seperti yang telah diketahui oleh orang
banyak, selama ini Tai-bong-pai tak pernah melibatkan diri
ataupun ikut campur dalam urusan pemerintahan. Sejak
nenek moyang kami mendirikan perguruan Tai bong-pai
sampai sekarang, tak seorangpun ahli warisnya yang pernah
terlibat dalam urusan negara. Maka sungguh sangat menyesal
sekarangpun kami tak berani melanggar adat yang telah
digariskan oleh leluhur kami itu.
Tai-si-ong dari Im-yang-kauw tiba-tiba berdiri pula dari
tempat duduknya.
"Yap Eng-hiong (Pendekar Yap).......!" sapa ketua Aliran
Im-yang-kauw itu halus. "Bukannya kami mau mengekor atau
ikut-ikutan menolak ajakan yang sangat bersahabat ini, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti juga halnya dengan Ketua Tai-bong pai tadi, kamipun
tak ingin merusak anggapan masyarakat terhadap kami
selama ini. Perkumpulan kami adalah sebuah perkumpulan
yang bertumpu pada aliran kepercayaan, dimana maksud dan
tujuan utamanya, adalah demi perdamaian dan kebahagiaan
hidup manusia. Oleh karena itu apapun alasannya peperangan
merupakan sebuah pantangan bagi aliran kami. Sebab
peperangan itu hanya akan merusak kehidupan dan
kedamaian manusia........”
"Hahaha ! Saudara Kwa, Tai-si-ong.....kalian benar ! Lo-hu
juga sangat benci peperangan! Karena perang anak-isteriku
mati! Karena perang aku jadi begini..... hehehe.....! Bangsat!
Keparat!" Put-ceng li lo-jin tiba-tiba berteriak pula dengan
kerasnya.
Semuanya menjadi tegang. Orang-orang yang berada di
pihak Sang Pangeran itu telah menjadi merah mukanya. Para
kepala suku yang liar dan kasar itu mulai mencengkeram
senjata masing-masing.
Dan salah seorang dari kepala suku itu, bangkit dari tempat
duduknya. Tubuhnya yang tinggi besar tampak gemetaran
menahan marah. Orang itu melangkah ke depan sambil
menyeret ruyungnya (penggadanya) yang besar sekali,
sebesar paha orang itu.
"Picik! Pikiran kalian sungguh picik sekali !" orang itu juga
berteriak tak kalah lantangnya dengan Put-ceng-li Lo-jin.
"Kalian hanya berpikir dari sudut kepentingan kalian sendiri
saja, tanpa mempedulikan nasib orang lain yang menderita.
Kalian saling berlomba-lomba menyebarkan ajaran aliran
kepercayaan kalian yang cinta damai itu, sementara para
penyamun yang berkuda menindas dan merampok di
sekeliling kalian. Benarkah perbuatan kalian itu ? Begitukah
caranya engkau mendamaikan dan membahagiakan umat
manusia di dunia ini ?” Orang itu melanjutkan kata-katanya
dengan berapi-api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tai-si-ong dan Kwa Eng Ki terperangah. Begitu pula dengan
Put-ceng-li Lo-jin. Cuma karena pembawaan watak mereka
yang berlainan, maka cara mereka menanggapi dampratan
itupun juga berbeda pula.
Ketua Tai-bong-pai yang berwatak kaku dingin dan tak
kenal ampun itu tampak semakin pucat wajahnya. Matanya
yang bersinar dingin itu berkilat-kilat menyeramkan,
mengandung hawa pembunuhan. Mulutnya tetap terkatup
rapat, tapi setiap orang sudah merasakan bahwa setiap saat
tangannya bisa membunuh orang !
Berbeda dengan ketua Aliran Im-yang-kauw! Sebagai
seorang ketua dari sebuah aliran kepercayaan, yang setiap
harinya bergelut dengan ajaran-ajaran agama, maka
sikapnyapun kelihatan lebih lapang dan terkendali. Meskipun
perasaan dan hatinya juga sama-sama terbakar oleh ucapan
kepala suku liar tersebut, tapi dia lebih dapat menahan dan
menguasai kemarahannya. Hanya sesaat wajahnya menjadi
merah, tapi sebentar kemudian kembali biasa lagi. Cuma
mulutnya tampak meringis kikuk.
Lain pula dengan Put-ceng-li Lo-jin ! Orang tua itu hanya
mengerutkan keningnya sebentar, kemudian menoleh dan
tertawa kepada muridnya.
"Sim-sian, ke sini! Kau, bangsat!"
"Ada apa, suhu?" tergopoh-gopoh Put-sim sian menghadap
gurunya.
"Dengarlah, anak goblog ! Ternyata ada juga orang yang
mau berbantah dengan gurumu di sini. Kau heran tidak?"
Put-sim-sian menggeleng. "Apa yang mesti diherankan?
Toh, hampir setiap hari kulihat su-hu selalu bertengkar dan
berkelahi dengan orang? Apanya yang aneh?"
"Hei? Apa yang kaukatakan? Anak setan! Gila kau........!
Berani kau........?" suara Put-ceng-li Lo-jin meninggi. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesaat kemudian, bagaikan orang yang baru sadar dari
mimpinya, suaranya kembali menurun. "Ahh.......mungkin kau
memang benar juga. Kenyataannya memang demikian. Kalau
dihitung-hitung setiap harinya, lo-hu memang lebih banyak
berkelahinya dari pada tidaknya. Apalagi musim-musim panas
begini, mulut dan tangan ini rasanya selalu gatal dan ingin
berkelahi saja..."
"Tapi sekarang su-hu berada di tempat orang, su-hu tak
boleh berkelahi dan membunuh orang seenaknya sendiri,” Putsim-
sian memperingatkan gurunya.
"Yaa....... tapi tolong kauberitahukan kepadanya agar mau
menahan diri dan tidak mencari gara-gara kepadaku!"
Enak saja kedua orang guru dan murid itu membicarakan
kepala suku liar tersebut, seolah-olah keduanya tidak
memandang sebelah mata sama sekali. Tidak heran kalau ulah
mereka itu membuat kepala suku liar tersebut menjadi
tersinggung dan marah bukan buatan. Sambil memutarmutarkan
senjatanya di atas kepalanya orang itu menyerbu ke
tempat Put-ceng-li Lo-jin. Langkah kakinya yang besar-besar
itu berdebam di atas tanah bagaikan gajah berlari.
"Tahan !" tiba-tiba Yap Cu Kiat berseru. Tubuh orang tua
itu melesat dari tempat duduknya dan menghadang di depan
Put-ceng-li Lo-jin. Kedua belah lengannya tampak merentang
ke kanan dan ke kiri untuk mencegah agar kedua orang itu
tidak jadi berkelahi. Dan telapak tangannya menghembus
angin yang Iuar biasa kuatnya, sehingga kedua orang yang
dilerainya bagaikan tertahan oleh tenaga yang luar biasa
kuatnya. Kepala suku liar itu tampak berhenti dengan tiba-tiba
bagaikan menabrak sebuah tembok baja, sementara Put-ceng
li Lo-jin yang hendak bangkit berdiri itu tampak terduduk
kembali dengan paksa bagai didorong oleh tenaga raksasa.
Untuk sesaat wajah ketua Bing-kauw itu menjadi pucat,
matanya terbelalak ! Tapi sebentar kemudian wajahnya
berubah menjadi merah kembali. Bagaikan seorang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan benda kesayangannya orang tua itu berteriak
kegirangan.
"Ha! Ini baru sebuah kepandaian benar-benar.......!"
Tapi sebelum orang tua itu berbuat onar lebih Ianjut,
muridnya telah lebih dahulu memperingatkan, "Su-hu, ingat !
Kita sedang menjadi tamu di sini.....”
Put-ceng-li Lo-jin yang telah bersiap untuk berdiri kembali
itu menghela napas kecewa. Dengan lesu dia duduk kembali di
tempatnya. Sepasang matanya yang kecil berkilat sekejap ke
arah muridnya.
"Bangsat ! Setan kecil! Jaga mulutmu...!” bentaknya
gemas. "Tahu begini tak kuajak kau ke tempat ini ! Hmm,
awas kau! Akan kuhajar sendiri kau nanti untuk melemaskan
otot-ototku apabila malam ini tak ada orang yang mengajakku
berkelahi."
"Su-hu, kau gila........!" Put-sim-sian tersenyum.
Tentu saja adegan itu membuat orang-orang yang hadir di
dalam pertemuan itu menjadi heran. Belum pernah rasanya
selama ini mereka melihat watak-watak yang aneh dan sinting
seperti ketua Bing-kauw dan muridnya itu. Masakan ada
seorang murid dan guru saling memaki demikian enaknya
seperti kawan mainnya saja. Padahal mereka adalah tokohtokoh
puncak dari sebuah aliran terkenal yang amat disegani
orang !
"Sudahlah ! Sudahlah !" Beng Tian yang semula hanya
berdiri di pinggir arena itu ikut pula meloncat ke dalam
kalangan. "Marilah kita duduk kembali yang baik.......! Kita
berunding lagi secara baik-baik! Siapapun berhak untuk
mengemukakan pendapatnya. Pertemuan kita ini adalah
pertemuan yang bebas. Kita tidak akan memaksakan
kehendak kita kalau saudara-saudara yang lain tidak
menyetujuinya. Marilah..........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus ! Demikianlah seharusnya. Lo-hu setuju pendapat
Beng Goan-swe ini......” Pek-i Liong-ong dari Aliran Mo-kauw,
yang sejak tadi belum pernah membuka suara, ikut pula
menyatakan pendapatnya.
Akhirnya suasana yang panas itu dapat didinginkan
kembali. Semuanya duduk lagi di tempat masing-masing.
Kepala suku liar itu terpaksa diam saja ketika bekas jendral
Beng Tian itu menuntunnya kembali ke tempat duduknya.
"Sudahlah, saudara Kosang.........! Tak perlu saudara layani
kedua orang sinting itu. Demi Sang Putra Mahkota yang kita
junjung tinggi, biarlah kita mengalah sekali ini." salah seorang
kepala suku yang lain turut membujuk kepala suku yang
marah tersebut.
"Hmm, orang tua itu memang sinting dan patut dikasihani.
Mungkin dia terlalu mengandalkan kepandaiannya sehingga
dia lupa dengan siapa dia sedang berhadapan. Apa gunanya
kepandaiannya itu bila berhadapan dengan anak buah kita
yang beribu-ribu jumlahnya? Mungkin ia bisa membunuh
sepuluh atau duapuluh orang kita, tapi selanjutnya.....? Dia
akan dicacah menjadi bakso !" seorang kepala suku yang lain
lagi terdengar bergumam pula dengan geram.
Sang Putra Mahkota berdiri dari tempat duduknya. Tangan
kanannya diangkat tinggi-tinggi untuk meminta perhatian para
tamu yang hadir di dalam pertemuan tersebut. Kemudian
dengan suara jelas dan mantap ia berkata, "Cu wi
sekalian.......! Seperti yang telah dikatakan oleh Beng Locianpwe
tadi, pertemuan kita malam ini memang sebuah
pertemuan yang bebas. Tidak ada paksaan ataupun keharusan
untuk berbuat sesuatu yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak
yang tidak menyetujuinya. Semuanya bebas untuk
menyatakan pendapatnya atau pergi dari sini apabila dia tidak
menyukainya. Sekali lagi, saudara-saudara bebas untuk
menentukan sikap !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hening. Semuanya diam mendengarkan. Hanya Put-ceng-li
Lo-jin yang menoleh kesana kemari dengan meringis. Ketua
Aliran Bing-kauw itu hampir saja tertawa melihat wajah-wajah
yang tegang di sekelilingnya.
Yap Cu Kiat berdiri pula dari tempat duduknya. "....... Dan
maksud Pangeran mengadakan pertemuan ini adalah untuk
memberi keterangan kepada saudara-saudara tentang duduk
persoalan sebenarnya dari kemelut negeri kita sekarang ini.
Siapakah sebenarnya Sang Pangeran yang kini berada di
hadapan kita ini, dan siapakah sebenarnya Kaisar Han yang
bertahta itu? Dengan keterangan itu kita akan dapat
mengambil kesimpulan, siapakah sebenarnya yang berhak
duduk di atas singgasana kerajaan.........!"
"Dan apabila cu-wi telah mengetahui duduk persoalannya,
maka kami percaya cu-wi tentu takkan segan-segan lagi
membantu Sang Pangeran....!" Siang-houw Nio-nio
menyambung perkataan suaminya dengan penuh keyakinan.
Semuanya tetap terdiam mendengarkan. Tak seorangpun
yang berbicara ataupun menanggapi ajakan tersebut.
“Bagaimanakah pendapat saudara-saudara?” Beng Tian
bertanya sambil mengedarkan pandangannya.
"Aku dan seluruh rakyatku berdiri di belakang Sang Putera
Mahkota !" kepala suku yang bernama Kosang itu berteriak
sambil berdiri.
"Seluruh bala tentara suku Wei yang aku pimpin juga siap
di belakang Sang Putera Mahkota !" kepala suku yang ikut
menenteramkan hati Kosang juga berdiri.
"Bangsa Uighur juga siap untuk mengenyahkan Liu Pang!"
kepala suku yang menggeram ketika melihat kesintingan Putceng-
li Lo-jin tadi juga ikut berteriak pula.
"Kami juga !"
"Kami juga !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua kepala suku yang berada di tempat itu akhirnya
berdiri menyatakan kesediaan mereka untuk membantu
perjuangan Putera Mahkota dalam merebut kembali haknya.
Bersama-sama dengan anak buah yang mereka bawa para
kepala suku liar itu bersorak-sorak menyatakan dukungan
mereka.
Sang Putera Mahkota mengangkat tangannya ke atas dan
meminta kepada orang-orang itu agar tenang kembali. Setelah
itu Sang Pangeran dengan wajah gembira menyatakan
perasaan terima kasihnya.
Tapi suasana gembira itu ternyata tidak dapat mereka
nikmati dengan sepenuhnya. Mereka segera menyadari bahwa
beberapa orang di antara tamu-tamu itu hanya berdiri diam
dan tidak bergembira seperti mereka. Tamu-tamu tersebut,
yang tidak lain adalah suami-isteri Kwa Eng Ki, Pek-i Liongong,
Put ceng-li Lo-jin, Tai-si-ong dan yang lain lagi cuma
mengawasi kegembiraan mereka dengan kening berkerut.
Yap Cu Kiat cepat-cepat maju ke depan. Dengan suara
halus namun tegas orang tua itu bertanya kepada Pek-i Liongong,
sahabatnya sejak masih muda dulu. "Ouwyang Lo-heng
(nama Pek-i Liong-ong adalah Ouwyang Kwan Ek), kita masih
selalu bersahabat bukan ? Bagaimanakah pendapat Lo-heng
dalam hal ini?"
Ketua Aliran Mo-kauw itu berdesah dan tidak segera
menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Sekilas
matanya menatap Yap Cu Kiat, kemudian menunduk ke tanah,
"Saudara Yap, kukira persoalan ini bukanlah persoalan teman
atau pribadi antara kau dan aku. Yang kalian sodorkan
kepadaku ini adalah persoalan negara. Dan persoalan itu
bukanlah persoalan kecil, tapi sebuah persoalan yang amat
besar ! Dan . . . sesungguhnyalah aku tak berani turut campur
dalam urusan besar ini ......!"
"Jadi........?" Yap Cu Kiat mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kukira sudah jelas keteranganku. Apapun yang terjadi aku
masih tetap sahabatmu. Tapi ........ persoalan ini bukan
masalah sahabat atau bukan sahabat ! Persoalan ini adalah
persoalan negara, dan dalam hal ini aku tak bisa
membantumu. Maafkan aku ........ !”
"Nah... apa kataku?" tiba-tiba Siang-houw Nio-nio menjerit.
"Sejak dulu sudah kukatakan kepadamu ! Jangan bersahabat
dengan perantau yang tak punya guna itu! Tidak ada
manfaatnya! Nah, bagaimana sekarang ...? Begitukah yang
kaukatakan sahabat sejati itu ?”
Nenek yang berwatak keras dan berangasan itu berdiri
marah-marah di depan Yap Cu Kiat, suaminya. Kedua belah
tangannya berkacak pinggang dan menuding-nuding ke arah
Pek-i Liong-ong secara bergantian.
Tidak enak rasanya Pek-i Liong-ong melihat sahabatnya itu
berbantah dengan isterinya hanya karena persoalan dirinya.
Oleh karena itu dia segera mengajak kedua muridnya untuk
meninggalkan tempat itu.
"Maafkan aku, saudara Yap...." ketua Aliran Mo-kauw itu
menjura ke arah Yap Cu Kiat. Setelah itu lalu mengangguk ke
arah Putera Mahkota, Beng Tian dan yang lain-lain.
"Berhenti........! Huh, enaknya ! Jangan harap kau bisa
pergi dari tempat ini dengan selamat !" tiba-tiba Siang-houw
Nio-nio berteriak.
Suasana segera berubah menjadi tegang sekali. Mata Pek-i
Liong-ong dan kedua orang muridnya tampak berkilat-kilat,
suatu tanda bahwa mereka telah mempersiapkan seluruh
kesaktiannya.
"Hu-jin (isteriku), biarkan mereka pergi!" mendadak
terdengar suara Yap Cu Kiat membentak keras sekali,
sehingga puncak bukit itu seolah-olah bergetar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-houw Nio-nio terkejut sekali, sehingga kakinya
meloncat surut dengan tergesa-gesa. Mukanya yang
berkeriput itu tampak pucat ketika memandang suaminya.
Bibirnya gemetar melihat kemarahan suaminya.
"Apa ......... apa maksudmu ?" tanyanya gagap.
"Mengapa hu-jin masih belum tahu juga? Biarkanlah
saudara Ouwyang melakukan apa yang diinginkannya !
Bukankah di muka telah kita katakan bahwa setiap orang
bebas menyatakan pendapat menentukan sikapnya?"
“Tetapi.......”
“Tak ada tetapi lagi! Segala sesuatunya tetap berjalan
seperti yang telah ditetapkan !"
“Benar! Aku juga sependapat dengan Yap Eng-hiong….."
bekas Jendral Beng Tian mengangguk-anggukkan kepalanya,
menyetujui ucapan Yap Cu Kiat. ''Kita harus menghormati
ketentuan yang telah kita sepakati sendiri."
Siang-houw Nio-nio tampak kecewa sekali. Tapi dia sudah
tidak bisa berkutik lagi. Selain para kepala suku itu, semua
kawan-kawannya tampaknya juga setuju pada ucapan
suaminya tersebut. Oleh karena itu dengan lesu wanita tua itu
duduk kembali di tempatnya.
Hampir bersamaan Tai-si-ong, Put-ceng li Lo-jin dan Kwa
Eng Ki juga berdiri dari tempat duduknya dan menjura ke arah
Yap Cu Kiat dan Putera Mahkota. Satu persatu mereka
meminta diri dan menyatakan pendapatnya, bahwa mereka
tetap tidak ingin mencampuri urusan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 27
YANG terakhir, Pek-i Liong-ong juga berdiri dari tempatnya,
diikuti oleh kedua orang pembantunya. Sambil menghela
napas sesal orang tua itu berkata kepada Yap Cu Kiat,
sahabatnya. "Saudara Yap, maafkanlah aku.......! Kali ini
sahabatmu terpaksa mengecewakanmu. Tapi aku selalu tetap
mengharapkan pengertianmu, bahwa urusan seperti ini benarbenar
di luar jangkauanku. Percayalah, di luar urusan seperti
ini, aku tetap seorang sahabatmu yang siap berkorban apa
saja demi persahabatan kita.......!"
Yap Cu Kiat mengangguk. "Silahkan pergi, saudara
Ouwyang ...! Terima kasih atas kesediaanmu mendatangi
pertemuan ini."
Demikianlah satu-persatu tokoh-tokoh persilatan itu
meninggalkan tempat tersebut, sehingga akhirnya tinggal para
kepala suku liar itu saja yang berada di sana. Mereka segera
mengelilingi Sang Putera Mahkota dan berusaha membesarkan
hatinya.
"Sungguh membuang-buang waktu saja. Dari mula aku
sudah tidak setuju Pangeran mengundang orang-orang itu."
Kosang bersungut-sungut dengan suara keras.
"Benar. Orang-orang itu cuma hebat dalam pertempuran
seorang lawan seorang ! Dalam pertempuran besar di medan
laga, kesaktian mereka takkan begitu berarti lagi !" kepala
suku Wei yang berbadan pendek namun kekar itu ikut
memberi komentar.
"Yaaa! Tapi maksud Pangeran, kalau kita dapat menarik
mereka ke pihak kita, hal itu benar-benar sangat
menguntungkan kita. Bagaimanapun juga kita harus mengakui
bahwa orang-orang itu mempunyai kesaktian yang maha
hebat. Satu orang saja dari mereka sama dengan seratus
orang dari pasukan pilihan kita," Beng Tian menyahut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah ! Sejak semula Io-hu memang telah merasakan
bahwa pertemuan ini takkan membawa hasil seperti yang kita
harapkan." Yap Cu Kiat menghentikan gerutu mereka. "Tapi
karena Sang Pangeran masih tetap ingin mencobanya juga,
maka terpaksa kita laksanakan pula."
Siang-houw Nio-nio bergegas bangkit dari tempat
duduknya.
"Tetapi hal itu tak berarti kita akan mengurungkan rencana
perjuangan kita, bukan?" sergapnya.
Sang Pangeran cepat-cepat berdiri pula sambil
melambaikan kedua tangannya,"Ah, tentu saja tidak! Mengapa
pula kita harus mengurungkan rencana kita? Tanpa
merekapun kekuatan kita sungguh bukan main besarnya. Tak
kalah bila dibandingkan dengan kekuatan Liu Pang dahulu.
Betul tidak?"
"Benar! Sang Pangeran memang benar!" para kepala suku
itu berteriak berbareng.
"Nah, sudahlah! Kita tak perlu memikirkan lagi pertemuan
yang gagal ini ! Aku memang hanya mencoba saja, kalaukalau
mereka itu dapat kita tarik ke pihak kita. Kalau tidak
dapat.. juga tidak menjadi soal ! Toh kita telah mendapatkan
gantinya yang lebih hebat dari pada mereka!"
''Mendapatkan orang yang lebih hebat dari pada mereka?
Apakah maksud Pangeran......?” tukas Siang-houw Nio-nio tak
mengerti.
Sang Putera Mahkota itu tersenyum gembira. Suaranya
penuh keyakinan akan keberuntungan yang didapatnya ketika
ia menjawab pertanyaan pembantunya itu. "Ah ! Apakah Locianpwe
sudah lupa kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu?
Dia telah berada di dalam cengkeramanku sekarang !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Di dalam cengkeraman Pangeran........? Bagaimanakah
maksud Pangeran?" sekarang giliran Beng Tian yang bertanya
dengan bingung.
"Maksud Pangeran pendekar muda itu telah bersedia
membantu kita? Begitukah?" Yap Cu Kiat ikut menegaskan.
Pangeran itu mengangguk. "Di muka telah kukatakan
bahwa pendekar itu kutemukan terapung-apung di sungai
dalam keadaan terluka dan keracunan. Setelah saya periksa
ternyata pundaknya bengkak dan bernanah akibat terkena
senjata beracun. Dan racun itu bukanlah racun sembarangan,
sebab racun yang masuk ke dalam tubuhnya adalah racun
katak api yang......."
“Racun katak api?” para kepala suku liar itu berteriak
berbareng dengan wajah ngeri.
“Benar. untunglah aku menyimpan obat pemunahnya…..”
"Darah ular salju?” Yap Cu Kiat bertanya.
"Ya ! Tapi sebagai imbalan atau balas jasa dari pengobatan
itu Hong-gi hiap harus bersedia mengabdi kepada
keluargaku." Pangeran itu tersenyum sambil membelai-belai
kumisnya yang telah mulai ditumbuhi uban.
"Ohh !" Yap Cu Kiat dan Beng Tian menghela napas. Untuk
pertama kalinya kedua orang itu kelihatan kecewa dan tidak
senang hatinya. Bagaimanapun juga mereka adalah tokohtokoh
besar yang berjiwa ksatria, yang tidak menyukai hal-hal
yang bersifat licik,pengecut dan rendah budi. Apalagi memeras
orang yang lagi berada di dalam kesukaran! Demikianlah,
pertemuan itu akhirnya bubar. Pangeran itu minta kepada
para pembantu-pembantunya agar mereka segera bersiapsiap
untuk mengerahkan kekuatan mereka. Pangeran itu
menginginkan agar perjuangan mereka lekas-lekas dimulai.
-oo0dewikz-hendra0ooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Begitulah seluruh kejadian sebenarnya yang terjadi pada
diri Chu Bwee Hong, Souw Thian Hai dan yang lain-lain pada
dua tahun lalu. Tentu saja yang dituturkan oleh Chu Bwee
Hong kepada kakak dan teman-temannya tidaklah selengkap
dan sejelas itu. Yang ia ceritakan hanyalah sebagian kecil saja
dari seluruh cerita itu. Yaitu mulai saat dia masuk perangkap
orang berkerudung itu, sampai pada saat pertemuannya yang
amat pendek dan mengecewakan dengan Souw Thian Hai,
dan kemudian tahu-tahu telah berada di Pusat Aliran Bingkauw
di daerah Kosan.
“Ketua Aliran Bing-kauw yang telah tua itu katanya telah
menyelamatkan diriku dari kebuasan serigala yang hendak
memangsaku. Dibawanya aku ke pusat perkumpulannya dan
kemudian dirawatnya aku selama berbulan-bulan di sana.
Sebenarnya aku sudah tak ingin hidup lagi. Apalagi ketika
kusadari bahwa aku….aku berbadan dua! Tak tahan rasanya
aku menanggung beban seberat itu!” Chu Bwee Hong dengan
suara lemah dan tersendat-sendat meneruskan ceritanya.
Semua orang yang mendengarkan cerita itu ikut bersedih
dan meneteskan air matanya. Souw Lian Cu yang masih
merasa bersalah itu bahkan sudah tidak kuat lagi menahan
kesedihannya. Gadis itu langsung saja menubruk pangkuan
Chu Bwee Hong dan menangis tersedu-sedu. “Ciciii… kasihan
sekali kau!” ratapnya.
Chu Bwee Hong menunduk, lalu membelai rambut yang
hitam itu untuk beberapa saat lamanya. Pikirannya segera
tertuju kepada ayah dari gadis cantik berlengan buntung
sebelah itu. Tiba-tiba hatinya juga menjadi pilu bukan main!
“Thian Hai........!” desahnya hampir tak terdengar.
”Cici…..?” Ho Pek Lian menyentuh lengan Chu Bwee Hong
perlahan, sehingga wanita ayu itu segera menyadari bahwa
dia sedang bercerita tentang dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Oh?! Maafkan aku.......!” katanya kemudian dengan kikuk.
Lalu perlahan-lahan dilanjutkannya ceritanya. “Aku hampir tak
pernah mau makan dan minum. Yang kuinginkan setiap saat
hanyalah kedatangan Giam-lo-ong untuk menjemput nyawaku.
Beberapa kali aku mencoba mengakhiri hidupku, tapi Putceng-
li Lo-jin selalu mencegahnya. Bagaikan seekor anjing
penjaga yang setia orang tua itu tak pernah lekang dari
sampingku…..”
Chu Bwee Hong menghentikan sebentar ceritanya.
Wajahnya semakin menunduk.
“sambil menjaga segala gerak-gerik dan keselamatanku,
Put-ceng-li Lo-jin selalu membesarkan dan menasehati hatiku.
Dapat saja orang tua itu mengalihkan perhatianku, baik
dengan tingkah lakunya yang konyol maupun dengan ceritaceritanya
yang mengasyikkan. Kadang-kadang ia bercerita
tentang kejadian-kejadian di dunia kang-ouw, kadang-kadang
juga bercerita tentang keluarganya yang telah mati
meninggalkan dirinya. Setiap hari ada saja yang diperbuatnya
untuk menghibur kemurunganku. Malahan ia sempat pula
menciptakan sebuah ilmu silat yang aneh dan menggelikan
untukku….”
“Ilmu silat?” Kwa Siok Eng menyela dengan heran.
Chu Bwee Hong melirik ke arah calon iparnya itu, lalu
mengangguk. “Ya! Ilmu silat itu ia namakan Bidadari Bersedih.
Aneh sekali, bukan? Tapi justru ilmu silat itulah yang dapat
menggugah hatiku. Timbul semangatku untuk
mempelajarinya. Maka ketika Put-ceng-li Lo-jin mengajakku
untuk mempelajarinya, aku tidak menolaknya. Begitu
bersemangatnya aku sehingga aku bisa melupakan
kesedihanku….”
Chu Bwee Hong menghentikan lagi ceritanya. Dihelanya
napasnya dalam-dalam sambil memandang kawan-kawannya.
Lalu wajahnya kembali menunduk lagi dengan sedihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Kemudian tibalah saatnya aku harus melahirkan bayi
terkutuk itu. Ingin rasanya aku mencekik anak itu ! Ohh........!
Ternyata aku tak tega melakukannya. Anak itu begitu
mungilnya! Begitu tampan dan menyenangkan sehingga Putceng-
li Lo jin sendiri sampai jatuh hati terhadapnya. Anak itu
digendongnya, disayangnya bagai cucu atau anaknya
sendiri….”
Chu Bwee Hong terdiam kembali. Matanya yang bulat
bening itu tampak berkaca-kaca.
”Tapi di mana aku harus menyembunyikan mukaku?
Masakan seorang gadis yang belum kawin seperti aku telah
mempunyai anak? Bagaimana kalau aku berjumpa dengan
keluarga, sahabat atau handai-taulan nanti? Apa kata mereka
terhadapku?” Chu Bwee Hong melanjutkan kisahnya lagi.
“Maka ketika Put-ceng-li Lo-jin menyarankan agar aku kawin
saja dengan dia untuk menolong muka dan nasib anak haram
itu, aku segera menyetujuinya. Apalagi di dalam hati aku telah
bertekad untuk tidak kembali lagi ke dunia ramai. Aku ingin
hidup mengasingkan diri di tempat sunyi itu.”
“Cici…..” Souw Lian Cu menengadahkan mukanya dengan
sedih. Sedih sekali.
Chu Bwee Hong segera menunduk. Diraihnya kepala gadis
itu dan dibelainya bagai anaknya sendiri. “Begitulah.
Semuanya telah terjadi. Aku kini telah menjadi isteri ketua
Aliran Bing-kauw…..” wanita ayu itu mengakhiri kisahnya.
Kamar itu menjadi sunyi. Tak seorangpun mengeluarkan
suara. Semuanya bagaikan terbius oleh kisah pengalaman Chu
Bwee Hong dan ikut menjadi sedih dan pilu pula karenanya.
Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng beberapa kali tampak
mengusap air matanya yang mengalir di atas pipi mereka
masing-masing. Sementara Chu Seng Kun tampak menatap
wajah adiknya dengan hati tak karuan pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa kali pemuda itu tampak menghela napas
panjang. Wajahnyapun juga selalu tampak berubah-ubah.
Sesaat tampak seperti orang yang amat menyesal dan sedih,
tapi di lain saat berubah seperti orang yang sedang pepat,
marah dan penasaran!
“Hek-eng-cu…..Hek-eng-cu ! Iblis terkutuk kau!” akhirnya
pemuda itu menggeram penuh dendam.
Semuanya tersentak dari lamunan masing-masing. Mereka
menoleh ke arah Chu Seng Kun dengan hati berdebar. Wajah
pemuda itu tampak gelap dan kelam.
“Moi-moi, sudahlah....! Sekarang kita telah bersatu kembali,
maka kau tak perlu terlalu bersedih lagi.” Kwa Siok Eng cepatcepat
menghampiri Chu Bwee Hong dan membujuk untuk
mengalihkan suasana yang kaku itu.
“Benar, Hong-cici........ Marilah kau kami antar pulang
kembali ke rumah. Nanti kita merundingkan bersama-sama,
cara bagaimana mencari manusia keparat itu!” Ho Pek Lian
ikut membujuk pula.
Chu Seng Kun bangkit dari tempat duduknya. “Ya! Bwee
Hong, sebaiknya kita memang pulang saja dahulu. Nanti kita
pikirkan bersama cara yang lebih baik untuk membalas
dendam kepada iblis itu,” katanya berat.
Tapi Chu Bwee Hong cepat-cepat menggelengkan
kepalanya. Wajahnya yang ayu itu tampak sedih luar biasa. Air
matanya turun membasahi pipinya yang pucat.
“Maaf, cici....... ko-ko. Sekarang adikmu terpaksa tidak
dapat mengikutimu lagi.........” bisiknya pilu dengan kepala
tertunduk.
”Huh? Kenapa......?” Chu Seng Kun dan Kwa Siok Eng
berseru kaget.
Wajah yang pucat itu tertunduk semakin dalam. Suaranya
hampir tak terdengar ketika menjawab,” Maafkan aku,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
koko….aku kini sudah bukan seorang gadis yang masih
merdeka lagi. Aku kini telah menjadi isteri orang. Oleh karena
itu aku harus kembali ke tempat suamiku…..”
“Kau gila! Jangan…..! kau tidak boleh kembali ke tempat
Put-ceng-li Lo-jin! Perkawinan itu tidak sah! Bukankah engkau
tidak mempunyai perasaan cinta sama sekali terhadap orang
tua itu? Bukankah perkawinan itu terjadi karena terpaksa oleh
keadaan saja? Bukankah perkawinan kalian itu Cuma untuk
menolongmu dari kecemaran saja?” Chu Seng Kun melompat
dan berteriak keras sekali. Sepuluh jari-jarinya mencengkeram
lengan adiknya dengan sangat penasaran. Pemuda itu benarbenar
tidak rela adiknya kawin dengan ketua Aliran Bing-kauw
yang telah tua itu.
Hampir saja Chu Bwee Hong terjengkang. Wanita ayu itu
tidak bisa menjawab. Sekejap dia menatap kakaknya lalu
tertunduk kembali. Diraihnya kepala Souw Lian Cu yang
berada diatas pangkuannya. Air matanya semakin deras
mengalir di atas pipinya yang putih pucat.
“Cici.....!” gadis remaja itu ikut pula menangis, sehingga
kedua-duanya lalu bertangis-tangisan dengan sedihnya.
Chu Seng Kun sadar. Saking kaget, bingung dan tegangnya
ia sampai berteriak-teriak demikian kerasnya. Tentu saja gadis
yang sedang dirundung malang itu malah semakin bertambah
kacau pikirannya. Seharusnya ia bertindak lebih tenang
meskipun hatinya sedang gelisah sehingga adiknya itu tidak
menjadi semakin kaget dan bingung!
Maka Chu Seng Kun segera melepaskan tangannya dan
perlahan-lahan duduk di samping adiknya. ”Maafkan aku,
Bwee Hong...... Tapi aku benar-benar tidak rela kalau kau
kawin dengan orang tua itu.......” bisiknya dengan sedih dan
penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong semakin terisak-isak. ”Sekarang........
sekarang persoalannya bukan tentang soal rela atau….. atau
tidak rela,” gadis itu berkata di antara sedu-sedannya.
“.......Dan juga bukan tentang cinta atau tidak cinta.
Persoalan yang kuhadapi adalah soal nasib dan membalas
budi ! Agaknya nasib telah menggariskan demikian, sebab
tanpa kehadiran orang tua itu, aku tak mungkin bisa hidup
sampai sekarang. Oleh karena jasa orang tua itu saja kini
adikmu bisa bertemu dengan ko-ko dan sahabat-sahabat
semua......”
“Yah.....orang tua itu memang besar sekali jasanya. Tapi
hal itu bukan berarti engkau harus berkorban sebesar itu.”
Chu Seng Kun cepat-cepat menukas perkataan adiknya.
“Kau jangan lekas-lekas terjebak dalam persoalan nasib
dan membalas budi itu! Coba kaupikirkan dengan seksama
lebih dahulu….! Benarkah Thian telah menggariskan nasibmu
seperti itu? Dan apakah pertolongan yang diberikan oleh
orang tua itu mesti harus dianggap sebagai sebuah budi yang
harus dibayar? Hmm….semuanya itu belum tentu, adikku. Kita
harus mengkajinya terlebih dahulu sebelum kita
menganggapnya demikian…..”
Kwa Siok Eng memegang lengan calon iparnya. “Apa yang
dikatakan oleh kakakmu itu memang betul, Hong-moi…..
Pikirkanlah lagi dengan baik! Jangan gegabah dan
sembarangan…..!”
Chu Seng Kun melanjutkan perkataannya, “Bagi kita orang
Han, perkawinan itu benar-benar suci dan agung. Perkawinan
bukan hal yang remeh dan sepele, sehingga dapat dilakukan
begitu saja tanpa dipikirkan masak-masak terlebih dahulu.
Perkawinan adalah hal yang sangat besar, yang akan kaujalani
hampir sepanjang hidupmu. Di dalam perkawinan itu pula
engkau akan mempertaruhkan seluruh kebahagiaanmu nanti.
Oleh karena itu perkawinan itu harus dipikirkan dengan
matang sebelumnya. Masing-masing harus dilandasi cinta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih yang benar-benar tulus dan suci! Bukan hanya sekedar
karena terpaksa atau membalas budi saja! Jikalau dasar dari
perkawinan itu tidak kokoh, hemm........ apakah gunanya
hidup itu? Kelihatannya saja kau selamat dari kematian, tapi
jiwa dan perasaanmu sebenarnya tak bedanya dengan orang
mati. Apa gunanya itu ? Semakin menambah penderitaan dan
kesengsaraan, bukan?”
Chu Bwee Hong semakin tenggelam dalam kesedihannya.
Kini gadis itu tidak bisa menahan tangisnya. Sambil memeluk
kepala Souw Lian Cu dia menangis tersedu-sedu. Terlihat
benar betapa pilu dan sengsara hatinya.
“Ko-ko....... kau........ kau belum mengetahui se........
seluruhnya, uh-huuu.......kau salah sangka
terhadap.....terhadap Put-ceng-li Lo-jin. Kau tidak........ tidak
akan berkata demikian bila telah mengetahui yang...... yang
sebenarnya. Put-ceng-li Lo-jin benar-benar orang yang mulia.
Sungguh mulia. Dia tidak sejelek yang kausangka. Dia hanya
betul-betul ingin menolongku. Dia hanya ingin menganggap
anak haram itu sebagai anaknya. Sebenarnya tidak ada
niatnya untuk mengawini aku......uh-huuuu!”
“Lalu.....apa sebabnya kau ingin pulang kepadanya?” Chu
Seng Kun berseru tak mengerti.
“Ooooh......!” Chu Bwee Hong berdesah tak bisa menjawab.
Tiba-tiba terdengar suara langkah tergesa-gesa di luar
pintu, kemudian terdengar pintu kamar tersebut diketok
orang.
“Ci-ci......Hong ci-ci !” terdengar suara Put-sia Nio-cu di luar
pintu.
Chu Bwee Hong terkejut. Cepat-cepat dia berdiri dan
membersihkan air mata yang membasahi pipinya. Otomatis
semuanya kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
“Ci-ci……! Cepat bukakan pintunya! Su-hu datang…..!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua yang berada di dalam kamar itu tersentak kaget.
Wajah mereka menjadi tegang, terutama Chu Seng Kun!
Pemuda itu bagaikan seekor jago yang hendak dipertemukan
dengan lawannya!
Setelah berhasil membenahi dirinya Chu Bwee Hong
bergegas melangkah untuk membuka pintu, “Siau Put-sia,
bersabarlah…..!” katanya seraya membuka pintu.
Murid bungsu Put-ceng-li Lo-jin itu memandang Chu Bwee
Hong dan orang-orang yang berada di dalam kamar dengan
pandangan aneh. Gadis itu seperti melihat sesuatu yang aneh
pada wajah dan sinar mata mereka, sehingga gadis yang
berpembawaan lincah dan gesit itu mendadak terdiam tak bisa
berkata-kata.
“Put-sia, apa katamu? Su-humu datang kemari? Dimana
dia?” Chu Bwee Hong menepuk pundak gadis itu.
“anu....eh, anu.....su-hu berada di belakang rumah, sedang
bertengkar dengan Put....Put-ming-mo su-heng !” Put-sia Niocu
menjawab dengan gagap.
“Hei, apa-apaan itu? Ayoh kita lerai mereka!”
Chu Bwee Hong mengangguk ke arah kakak dan sahabatsahabatnya,
lalu bergegas pergi mengikuti Put-sia Nio-cu. Chu
Seng Kun dan kawan-kawannya menghela napas dan tak bisa
berbuat apa-apa. Apa mau dikata, gadis itu telah memilih jalan
hidupnya sendiri!
Belum juga hilang suatu langkah kaki Chu Bwee Hong di
belakang, tiba-tiba dari kamar depan terdengar pula suara
langkah kaki seseorang menuju kamar itu. Chu Seng Kun
cepat melangkah keluar, tapi di depan pintu hampir saja ia
bertabrakan dengan Hong-lui-kun dan adiknya Yap Taiciangkun.
“Ah, saudara Yap......ada apa?” Chu Seng Kun menyapa
lebih dahulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Saudara Chu, marilah cepat,.......! Hong-siang terluka!”
Yap Kiong Lee berseru seraya menarik lengan Chu Seng Kun.
”Heh? Hong-siang terluka? Di..., di mana…..?”
“Benar ! Sekarang ada di kamar depan ditunggui Pek-i
Liong-ong dan saudara Yang Kun.”
”Yang Kun........?”
”Ya ! Saudara Yang Kun tadi datang dengan membawa
tubuh Hong-siang yang terluka.”
”Ohhh !”
Seng Kun bergegas mengikuti kedua orang bersaudara itu,
meninggalkan Kwa Siok Eng, Ho Pek Lian dan Souw Lian Cu di
dalam kamar. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa
bagaikan dikejar setan. Peristiwa itu benar-benar amat
mengejutkan mereka. Hong-siang terluka di tempat yang
begini terpencil, tanpa sepengetahuan pengawal maupun
pasukannya. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Didepan pintu telah berderet-deret para perwira dan para
anggota sha-cap-mi-wi, Chin Yang Kun yang telah dikenal oleh
Chu Seng Kun itu telah berdiri pula diantara mereka. Pemuda
sakti itu tampak kurus badannya, tapi sinar matanya tampak
semakin mencorong menakutkan.
Chu Seng Kun mengangguk kepada Chin Yang Kun.
”Selamat bertemu kembali, saudara Yang Kun.......” sapanya
ketika melewati pemuda sakti tersebut.
Kaisar Han duduk bersandar di kursi panjang dikelilingi oleh
beberapa orang anggota Sha-cap-mi-wi dan Gui Goan-swe.
Mukanya yang penuh cambang dan jenggot iiu tampak pucat.
Meskipun begitu ketika melihat kedatangan Chu Seng Kun
mulutnya tertawa gembira seperti tidak ada terjadi apa-apa
pada dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hahaha........ selamat berjumpa lagi, saudara Chu! Apa
khabar?”
”Baik sekali, Hong-siang. Terima kasih ......! Dan.......
bagaimana dengan kesehatan Hong-siang?”
“Hahah.... jangan khawatir! Aku tidak apa-apa. Cuma luka
sedikit saja, hahaha.,...”
“Eh.....bolehkah hamba memeriksanya sebentar ?” dengan
hati-hati Chu Seng Kun menghampiri Kaisar Han.
”Hah.......?” Kaisar Han mengerutkan keningnya, lalu
katanya, ”....... Ah, kalian ini memang suka sekali merepotkan
diri. Aku benar-benar tidak apa-apa. Tapi kalau saudara Chu
ingin memeriksa juga....... silahkan !”
Chu Seng Kun membungkuk dan menyatakan terima
kasihnya, lalu bergegas menyingsingkan lengan baju Kaisar
Han dan memeriksa urat nadinya. Setelah itu dibukanya baju
di bagian dada untuk memeriksa denyut jantung dan
pernapasan baginda. Setelah itu dengan sangat teliti Chu Seng
Kun memeriksa seluruh bagian tubuh lainnya.
“Bagaimana Saudara Chu ? Ada sesuatu yang tidak beres di
dalam tubuhku ?” Kaisar Han bertanya dengan mulut
tersenyum.
Chu Seng Kun tersenyum pula seraya membenahi kembali
pakaian Kaisar Han. “Yah, memang Cuma luka kecil saja di
dalam dada akibat pukulan Iwee-kang tinggi,” jawab pemuda
itu memberi keterangan. “Dalam beberapa hari luka itu akan
sembuh dengan sendirinya.”
“Nah ! Apa kataku.......? Tidak apa-apa, bukan? Kalian
semua ini memang terlalu berprasangka saja.......!” Kaisar Han
menggerutu sambil memandang ke arah para perwira dan
para pengawal yang mengelilinginya.
“Maaf, Hong-siang........ luka itu memang tidak akan
berbahaya bagi kesehatan Hong-siang karena dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan Iwee-kang Hong-siang sendiri luka itu akan segera
sembuh. Tapi untuk menyingkat waktu, sebaiknya Hong-siang
minum obat yang akan hamba buat nanti............” Chu Seng
Kun cepat-cepat memotong perkataan Kaisar Han.
“Apa........? hahaha...... baiklah! Baiklah! Ternyata
engkaupun masih mengkhawatirkan luka kecil itu pula.”
Chu Seng Kun tersenyum dengan muka tertunduk, lalu
bergegas meminta diri untuk membuat obat yang ia janjikan
itu. Di luar pintu pemuda itu telah dinantikan oleh Chin Yang
Kun, Yap Kiong Lee dan para perwira lainnya. Dengan
tergesa-gesa mereka menanyakan keadaan kesehatan
baginda. Tentu saja Chu Seng Kun menjawab pula seperti apa
yang telah ia ucapkan di depan Kaisar Han tadi. Tetapi ketika
ia tinggal bertiga saja dengan Chin Yang Kun dan Yap Kiong
Lee, Chu Seng Kun mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Kelihatannya luka itu memang tidak berbahaya. Tapi kalau
kita tidak lekas-lekas mengobatinya, luka itu setiap saat akan
dapat membunuhnya.....!” pemuda itu berkata serius.
“Hah?” Yap Kiong Lee dan Chin Yang Kun tersentak kaget.
“Ya! Agaknya Hong-siang telah berkelahi dengan seseorang
yang amat lihai dan terkena pukulan pada dadanya. Pukulan
yang mengandung lwee-kang tinggi itu memang seperti tidak
berakibat apa-apa. Apalagi bekas pukulan itu juga tidak
tampak pada dada baginda. Tetapi luka itu sebenarnya sangat
berbahaya. Sewaktu-waktu dapat membunuh baginda. Sebab
jaringan daging di bawah kulit, yaitu di dekat jantung baginda,
telah rusak dan membusuk !”
Yap Kiong Lee meloncat dan menerkam lengan Chu Seng
Kun. “Jadi.........?” bisiknya dengan suara gemetar.
“Jangan khawatir! Masih belum terlambat! Aku akan
berusaha menyembuhkannya……”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Oh, terima kasih. Saudara Chu... Untunglah kau berada di
sini, kalau tidak........apa jadinya dengan Hong-siang itu.” Yap
Kiong Lee bernapas lega.
-oo0dewikz-hendra0oo-
Bagaimana Chin Yang Kun tiba-tiba berada di tempat yang
terpencil itu bersama Kaisar Han? Apakah sebenarnya yang
terjadi? Siapakah yang melukai Kaisar Han? Dan bagaimana
mereka berdua bisa bertemu dan sampai di tempat tersebut?
Untuk mengetahui kisahnya, marilah kita mundur kembali
mengikuti perjalanan Chin Yang Kun setelah pertemuannya
dengan Keh-sim Siau-hiap di rumah Pendekar Li beberapa hari
yang lalu.
Seperti telah kita ketahui, malam itu Chin Yang Kun
bergegas pergi ke kota Sin-yang untuk mencari Thio Lung.
Pemuda itu ingin bertanya kepada orang itu tentang kejadian
sebenarnya yang terjadi di rumah bergenting merah pada
malam naas itu.
Kota Sin-yang kira-kira ada limaratus li jauhnya dari Ho-macun.
Untuk mencapai tempat itu Chin Yang Kun harus mendaki
pinggiran bukit Tai-hang-san dan melalui kota-kota kecil
seperti Poh-yang, Ko-tien dan Yu-tai. Kalau malam ini Chin
Yang Kun bisa melintasi bukit Tai-hang-san itu, pagi hari
besok dia dapat makan pagi di kota Poh-yang. Dan apabila di
kota kecil itu ia bisa mendapatkan seekor kuda, maka sore
harinya ia akan bisa mencapai kota Sin-yang. Tapi kalau dia
tidak bisa memperoleh kuda di kota Poh-yang, ia harus
berjalan kaki lagi sejauh seratus lie untuk mencapai kota
berikutnya, Ko-tien. Kota ini agak lebih besar dari pada kota
Poh-yang, sehingga kesempatan untuk mendapatkan kuda
juga akan lebih besar pula. Cuma dengan begitu
kedatangannya di Sin-yang akan terlambat pula.
Karena ingin lekas-lekas sampai di tempat tujuannya, maka
Chin Yang Kun sengaja tidak beristirahat malam itu. Dia ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera berada di kota Poh-yang keesokan harinya. Lebih baik
ia mengaso dan beristirahat di kota tersebut sambil mencari
kuda tunggangan di sana.
Tetapi tiba-tiba Chin Yang Kun teringat bahwa ia tak
membawa uang sepeserpun. Jangankan untuk membeli kuda,
untuk membeli semangkuk bubur buat sarapan pagi besokpun
ia tak punya.
Chin Yang Kun mengendorkan langkahnya lalu berjalan
seenaknya. Mulutnya tersenyum kecut memikirkan
keadaannya. Sungguh celaka benar nasibnya, seorang cucu
bekas Kaisar Chin yang kaya-raya sampai jatuh miskin
demikian sengsaranya. Masakan membeli buburpun sudah tak
bisa lagi!
Embun malam semakin pekat menyelimuti bumi, membuat
Chin Yang Kun sebentar-sebentar harus membetulkan letak
bajunya. Dinginnya bukan kepalang! Ketika memandang ke
arah timur Chin Yang Kun melihat Bintang Pagi telah
memancarkan sinarnya yang gilang gemilang. Beberapa saat
lagi fajar akan segera tiba.
“Ah, hari telah menjelang pagi…..dan aku masih berada
disini. Padahal aku masih harus mendaki punggung bukit Taihang-
san.” Pemuda itu berkata di dalam hati. Lalu dengan
sedikit berat pemuda itu berlari kembali. Bukit yang
merupakan bagian dari Pegunungan Tai-hang-san yang amat
panjang dan luas itu telah tampak di depan matanya.
Untunglah tempat yang dilalui oleh Chin Yang Kun itu
merupakan sebuah tanah tinggi yang hanya terdiri dari tanah
berbatu dan rumput-rumput ilalang di sana-sini, sehingga
dengan mudah ia bisa mencari jalan lintas yang lebih dekat.
Beberapa kali tampak pemuda itu melompati jurang dan
tebing bagaikan seekor burung garuda mementang sayap.
Maka tidak heran kalau dalam waktu sekejap saja pemuda itu
telah berada di kaki bukit yang dituju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukit itu juga tidak begitu terjal dan sukar, sehingga
dengan mudah Chin Yang Kun dapat mendakinya sambil
berlari-lari kecil. Meskipun demikian ketika pemuda itu sampai
di atas, langit telah mulai memerah oleh sinar matahari yang
akan muncul. Sungguh suatu pemandangan yang amat
menakjubkan !
Chin Yang Kun berhenti beberapa saat lamanya di puncak
bukit. Dinikmatinya pemandangan indah yang terhampar di
bawah kakinya. Lembah yang dalam dikelilingi bukit-bukit,
dengan tebing-tebing tinggi yang ujungnya tampak memerah.
Jurang-jurang kecil yang berkelok-kelok kegelapan, sementara
lereng-lerengnya tampak berkilauan menerima pantulan sinar
mentari pagi.
Jauh di bawah, di tengah-tengah lembah tampak
bangunan-bangunan kecil yang berkelompok di tanah datar
yang luas. Itulah kota Poh-yang. Kota kecil yang berpenduduk
padat.
Selain beternak, penduduk kota Poh-yang rata-rata mencari
penghasilan dengan berdagang. Itulah sebabnya meskipun
masih pagi sekali, Chin Yang Kun telah melihat kesibukan yang
luar biasa di dalam kota itu.
Beberapa orang tampak telah mengeluarkan domba-domba
mereka dari kandangnya, dan membawa binatang-binatang itu
ke padang-padang rumput di kaki bukit. Pedagang-pedagang
sayur juga telah keluar membawa dagangannya. Mereka
mengangkat dagangannya di atas pedati-pedati kecil atau di
atas punggung-punggung keledai mereka.
Lalu tiba-tiba Chin Yang Kun teringat pada sebuah lembah
pula, tempat di mana dia dan seluruh keluarganya
menyembunyikan diri selama ini. Lembah itu juga sangat
indah pula seperti ini. Setiap pagi ia juga naik ke atas bukit
bersama paman bungsunya untuk berlatih silat dan melihat
panorama pagi. Kadang-kadang sampai siang dia dan paman
bungsunya baru pulang. Kalau mereka pulang tidak terlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siang, sering kali ia dan paman bungsunya ikut membantu
ayahnya, memberi latihan silat kepada para pelayan keluarga
mereka. Atau kadang-kadang ia biarkan saja paman
bungsunya membantu ayahnya sendirian, sementara ia sendiri
pergi ke belakang menolong ibunya menyiapkan makan
mereka.
Chin Yang Kun tiba-tiba menundukkan kepalanya dengan
sedih. Kini semua orang yang dicintainya itu telah tiada. Satupersatu
mereka meninggalkan dirinya sehingga kini ia menjadi
sebatangkara di dunia ini.
Tiba-tiba rindu sekali rasanya hati Chin Yang Kun pada
lembah yang menjadi tempat tinggalnya itu. Ingin sekali
rasanya dia melihat kembali dan mengenangkan masa-masa
bahagianya bersama keluarga dan paman bungsunya.
"Baiklah, setelah menyelesaikan semua urusan di Sin-yang,
aku akan singgah sebentar di lembah itu. Toh aku juga akan
melewatinya pula kalau aku pergi ke pantai timur nanti.....”
pemuda itu berdesah perlahan tatkala dia teringat pula akan
janjinya kepada Souw Lian Cu untuk datang ke Pulau Meng-to
pada tanggal lima nanti.
Teringat akan gadis itu Chin Yang Kun segera menjadi
bersemangat kembali. Entah mengapa wajah gadis cantik
berlengan buntung itu selalu melekat di pelupuk matanya.
Wajahnya yang selalu tampak sedih dan pilu itu rasa-rasanya
selalu mengundang perasaan simpatinya saja, seolah-olah dia
dan gadis itu memang telah ditakdirkan untuk sama-sama
menderita di dunia ini.
Sekali lagi Chin Yang Kun berdesah perlahan, lalu
selangkah demi selangkah kakinya mulai menuruni bukit yang
terjal itu ke kota Poh-yang. Di kaki bukit dia berpapasan
dengan beberapa orang penggembala yang berangkat menuju
ke padang rumput bersama-sama dengan ternak mereka.
Orang-orang itu menatap Chin Yang Kun dengan pandang
mata asing dan curiga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Chin Yang Kun tidak mempedulikannya. Perlahanlahan
pemuda itu tetap melangkahkan kakinya menuju kota
Poh-yang. Semakin dekat dengan kota Poh-yang semakin
banyak pula orang yang dijumpainya. Malahan ketika ia telah
menginjakkan kakinya di jalan besar yang menuju ke arah
kota, disana telah banyak para pejalan kaki yang lalu lalang
keluar masuk kota. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa
membawa dagangan atau hendak mengurus keperluan
mereka masing-masing.
Chin Yang Kun segera membaurkan diri di antara orangorang
itu. Ia berjalan di belakang dua orang penunggang kuda
yang menuju ke arah kota. Kedua orang itu membiarkan
kudanya berjalan perlahan-lahan di antara para pejalan kaki
yang banyak itu. Sebentar-sebentar mereka membunyikan
cambuk mereka untuk mencari jalan.
Matahari pagi tampak mulai memancarkan sinar sepenuhpenuhnya,
sehingga dari belakang Chin Yang Kun bisa lebih
jelas melihat potongan kedua orang penunggang kuda
tersebut. Mereka menutupi badan mereka dengan mantel
lebar untuk menahan hawa dingin. Agaknya mereka baru saja
datang dari perjalanan yang jauh.
"Semalam suntuk kita berada di punggung kuda. Hampir
patah rasanya pinggangku ini,” tiba-tiba salah seorang di
antara kedua penunggang kuda itu berkata sambil meliukkan
badannya ke kiri dan ke kanan.
"Yah, kalau tidak karena panggilan burung merpati itu
akupun enggan datang pula ke kota ini. Hmm, ada apa
rupanya.....? mungkinkah waktunya telah tiba?” yang lain
menyahut dengan suara bersungguh-sungguh.
“Entahlah. Kelihatannya memang demikian. Rasanya bosan
juga kalau mesti menunggu terus-menerus. Bisa rusak
semangat anak buah kita nanti.....”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka tiba di sebuah perempatan jalan. Tiba-tiba dari arah
kanan meluncur tiga orang penunggang kuda pula, yang
dengan tergesa-gesa membelokkan kuda mereka ke arah
kota. Debu mengepul tinggi, membuat para pejalan kaki
lainnya buru-buru menyingkir dengan mulut mengumpatumpat!
“Hei.....bukankah orang itu.....Keng Si Yu?” penunggang
kuda yang berada di depan Chin Yang Kun itu berdesah agak
keras.
“Kelihatannya memang Keng Si Yu dari kota Lok-yang dan
anak buahnya,” kawannya mengangguk-angguk mengiyakan.
“Ah, tampaknya semua pimpinan memang dipanggil
kemari.”
Chin Yang Kun berjalan dengan kening berkerut.
Perasaannya membisikkan bahwa pasti ada sesuatu yang akan
terjadi di kota Poh-yang. Tetapi dia tak bisa menebaknya,
apakah sesuatu yang akan terjadi itu.....
Mendadak mereka dikagetkan lagi oleh suara telapak kaki
kuda di belakang mereka. Lima orang penunggang kuda
berbondong-bondong mendahului mereka. Rata-rata wajah
mereka tampak kusut dan lelah pula. Mereka tidak tampak
tergesa-gesa seperti ketiga penunggang kuda tadi, tapi karena
kuda mereka melangkah dengan cepat maka sebentar saja
telah jauh meninggalkan tempat itu pula.
“Bukankah orang yang berpakaian biru tadi adalah
pemimpin dari Kang-lam? Masih ingatkah kau padanya?” sekali
lagi Chin Yang Kun mendengar orang yang berada di
depannya itu berbisik ke arah kawannya.
“Ya, aku masih ingat. Dan yang berada di sebelahnya tadi
kalau tak salah adalah pemimpin dari daerah Nam-keng.”
Chin Yang Kun semakin berdebar-debar hatinya. Pasti ada
pertemuan besar di kota Poh-yang. Pertemuan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melibatkan orang-orang penting dari seluruh pelosok negeri.
Mungkin pertemuan yang diadakan oleh orang-orang
persilatan, menilik yang datang itu adalah orang-orang yang
menyandang senjata semua.
Memperoleh dugaan demikian Chin Yang Kun menjadi
sangat tertarik. Sebagai orang yang sangat menyukai ilmu
silat dia ingin juga mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh
orang-orang itu. Maka dengan hati-hati ia mengikuti terus
kedua penunggang kuda di depannya.
Mereka masuk kota Poh-yang. Sebuah kota kecil yang
bukan main ramainya. Sepagi ini di jalan raya telah sibuk
dengan pedagang dan orang-orang yang lalu-lalang di
atasnya. Para pedagang itu menawarkan dagangannya
dengan suaranya yang keras, kadang-kadang disertai bunyibunyian
untuk menarik para pembeli sehingga suara-suara
mereka terdengar ribut sekali.
Kedua orang penunggang kuda itu meminggirkan kuda
mereka, kemudian berhenti di muka sebuah warung atau
restoran kecil sehingga Chin Yang Kun buru-buru menepi pula
sambil berpura-pura membetulkan letak tali sepatunya. Ketika
pemuda itu melirik dilihatnya dua orang penunggang kuda itu
menambatkan kudanya dan masuk ke dalam restoran.
Sebentar kemudian tercium bau masakan yang sedap ke
dalam hidung Chin Yang Kun, membuat pemuda itu merasa
lapar dengan mendadak.
"Busyet ! Aku tak mempunyai uang sama sekali. Bagaimana
aku bisa makan di restoran?" sungutnya dengan mulut
meringis.
"Hmm, engkau tak mempunyai uang untuk makan hari ini?
Mengapa engkau tak mau bekerja keras untuk
mendapatkannya?" tiba-tiba Chin Yang Kun dikejutkan oleh
suara orang di belakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun menoleh dengan cepat. Dilihatnya seorang
pemuda tampan dan halus berdiri tak jauh di belakangnya.
Pemuda tampan ini berdiri di samping sebuah pedati kecil
yang bermuatkan sebuah kotak kayu besar persegi empat.
Begitu tergesa-gesanya ia tadi sehingga ia tidak begitu
memperhatikan kalau ia berada di dekat pedati tersebut.
Tentu saja si pemuda tampan yang sejak semula memang
telah berada di tempat tersebut tahu belaka semua gerakgerik
yang dilakukannya.
"Maksud.......eh, apakah maksud saudara ?” Chin Yang Kun
tersipu-sipu seperti seorang gadis yang ketahuan rahasianya.
Apalagi dilihatnya pemuda tampan di depannya itu berpakaian
indah gemerlapan.
(Halaman 34 – 35 tidak ada neh..)
“Eh….aku? Ehm, namaku.... Yang Kun!” Chin Yang Kun
menjawab gagap.
“Yang Kun ?” pemuda tampan itu mengulang. "Kau tentu
bukan orang sembarangan sebenarnya....kulihat sinar matamu
sangat tajam, sikapmu juga halus.....kau seperti seorang
pendekar dari dunia persilatan. Mengapa kau mau menarik
pedatiku?”
Chin Yang Kun tersentak kaget. Hampir saja kakinya
terantuk batu. Otomatis ia menghentikan langkahnya, lalu
dengan wajah bingung ia menoleh. “Aa.....apa maksudmu?
Mengapa.....bertanya seaneh ini?”
“Ohh, maaf.....maaf! jangan melotot begitu!” pemuda
tampan itu buru-buru mengangkat tangannya ke depan.
“Aku....aku hanya menduga-duga saja. Kau jangan
marah.....!”
“Hmmh......!” Chin Yang Kun berdesah dan mengendorkan
otot-ototnya kembali. Lalu diambilnya tangkai pedatinya dan
ditariknya lagi. Sambil berjalan ia bertanya, “Mengapa saudara
berprasangka begitu?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda tampan itu mempercepat langkahnya dan berjalan
di samping Chin Yang Kun. “Maafkanlah aku, saudara
Yang…..” bisiknya perlahan. “Jelek-jelek aku ini pernah
juga….. mendalami ilmu silat. Oleh karena itu sedikit-sedikit
aku dapat juga melihat dan membedakan kepandaian orang.
Menurut aku….kau demikian tenang dan percaya pada diri
sendiri. Gerak-gerikmu juga amat lemas dan tangkas, apalagi
sinar matamu demikian terang dan tajam. Maka aku lantas
menduga bahwa kau tentu bukan orang sembarangan. Paling
tidak kepandaian silatmu tentu tinggi sekali.....”
Chin Yang Kun tertawa perlahan. Pemuda ini demikian
polos dan menyenangkan, membuat hatinya yang kaku itu
sedikit mencair. “Kau ini ada-ada saja, saudara......ah,
siapakah nama saudara ini?” tanyanya kepada pemuda
tampan itu.
Pemuda tampan itu tidak segera menjawab, sambil
menghela napas panjang pemuda itu mendongakkan
kepalanya ke langit. Dipandangnya burung-burung yang
beterbangan di udara.
“Ahh.....apalah artinya sebuah nama. Sudah lama aku tak
mengingatnya lagi,” katanya seperti berpantun. “Yang kuingat
sekarang hanyalah nama pemberian orang-orang kang-ouw
kepadaku, yaitu.....Toat-beng-jin!!”
“Grobyaaaag!”
Kali ini kaki Chin Yang Kun benar-benar terantuk batu
saking kagetnya. Pegangannya lepas sehingga ia hampir
terjatuh dan pedatinya hampir terjungkal.
(halaman 38 – 39 nggak ada juga neh)
Chin Yang Kun menghembuskan napasnya kuat-kuat,
seakan-akan ingin memuntahkan seluruh kekesalan hatinya
seketika itu juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Sudahlah! Kita tak usah berdebat tentang ini! Aku ini cuma
seorang pengembara yang sedang mencari upah karena
kehabisan bekal. Jadi tak ada gunanya kau bersitegang
denganku, membuang-buang waktu saja.....”
“Tapi......” pemuda tampan itu masih penasaran.
“Aah, sudahlah! Lihatlah itu kuilnya telah kelihatan....!”
Chin Yang Kun cepat-cepat memotong.
"Wah !" pemuda tampan itu bersungut-sungut.
“Lhoh ... Kenapa jadi kau kini yang marah?" Chin Yang Kun
menegur.
"Habis, engkau sih..... !"
Bagaikan seorang perawan yang sedang merajuk pemuda
tampan itu berjalan mendahului Chin Yang Kun. Mulutnya
masih mengoceh meskipun tak jelas.
“Pemuda ini sungguh aneh dan mencurigakan. Aku harus
berhati-hati menghadapinya.” Chin Yang Kun berkata di dalam
hatinya. “Pemuda ini tampaknya telah mengenal aku dan kini
sedang berusaha memancing-mancing sesuatu dariku…..”
Chin Yang Kun membelokkan pedatinya ke halaman kuil.
Tempat itu sangat sepi, seperti tiada penghuninya sama
sekali. Halamannya tampak kotor dan kurang terawat. Pohonpohonnya
yang rindang menyebarkan daun-daunnya yang
kering kemana-mana, memenuhi halaman, genting dan
pendapa yang terbuka itu.
“Nah, sudah sampai…..” Chin Yang Kun berdesah sambil
menaruh pedatinya di depan pendapa. Dikebut-kebutkannya
lengan bajunya sambil menanti upahnya. Rasa kikuk dan malu
kembali menggoda hatinya, tapi ditahan-tahannya juga.
Celakanya, pemuda tampan itu tidak segera membayar
upah yang telah dijanjikannya, tapi malah naik ke atas
pendapa dan duduk di kursi yang tersedia di sana. Tentu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun menjadi kelabakan. Mau menagih malu, tapi
kalau diam saja, berapa lama ia harus menanti lagi? Padahal
ia tak ingin kehilangan jejak kedua orang penunggang kuda
itu.
Chin Yang Kun menjadi serba salah. Hatinya mendongkol.
Ketika sekali lagi diliriknya pemuda itu tetap belum beranjak
dari kursinya, maka ia segera berbalik dan berjalan
meninggalkan tempat itu. Dibuangnya jauh-jauh bayangan
tentang upah itu dari benaknya!
Harga dirinya tersinggung dan ia menjadi sangat menyesal
sekali telah menerima tawaran pekerjaan itu. Hanya karena
ingin membeli makan saja ia harus merendahkan dirinya
sampai begitu rupa!
“Eeeee......mau kemana kau? Tunggu sebentar.....!”
pemuda tampan yang mengaku sebagai Toat-beng-jin itu
berteriak dan meloncat turun dari atas pendapa. Tergesa-gesa
pemuda itu mengejar Chin Yang Kun.
Tapi hati Yang Kun sudah terlanjur panas sehingga teriakan
itu tak diacuhkan sama sekali olehnya. Dan ketika pemuda
tampan itu mendahului dan menghadang jalannya, barulah
Chin Yang Kun menghentikan langkahnya.
"Apakah yang kaukehendaki lagi dariku?” Chin Yang Kun
bertanya ketus.
Wajah pemuda tampan itu tiba-tiba tampak gelisah dan
ketakutan. “Maaf, Saudara Yang........! Kau bersabarlah
dahulu.......! Kau jangan cepat-cepat marah! Dengarkanlah
dahulu perkataanku! Aku.................."
"Sudahlah! Aku telah menolongmu menarik pedati sampai
di sini. Sekarang.......”
Tiba-tiba Chin Yang Kun menghentikan kata-katanya.
Matanya dengan tajam mengawasi tiga orang penunggang
kuda yang datang memasuki halaman kuil itu. Tiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penunggang kuda yang tadi dilihatnya mengendarai kuda
mereka di perempatan jalan dengan kecepatan tinggi. “Keng
Si Yu dari kota Lok-yang……” Chin Yang Kun bergumam di
dalam hati, ingat pada nama yang disebutkan oleh dua orang
penunggang kuda di luar kota tadi.
Sementara itu si pemuda tampan ternyata mendengar pula
suara telapak kaki kuda mereka. Pemuda itu cepat berbalik
dan bergeser mundur ke samping Chin Yang Kun. Matanya
menatap orang-orang itu dengan tajamnya, seolah-olah ia
mau mengenali salah seorang dari mereka. Tapi setelah
ternyata tak seorangpun yang dikenalnya, ia
berseru,”Siapakah kalian?”
Ketiga orang penunggang kuda itu saling pandang satu
sama lain, kemudian menghentikan kuda mereka di depan
anak-anak muda itu. Tak seorangpun dari mereka yang mau
turun dari punggung kudanya. Mereka mengawasi Chin Yang
Kun dan si pemuda tampan dengan seksama. Beberapa waktu
lamanya mereka berdiam diri saja.
“Kurang ajar! Siapakah kalian? Apakah kalian tuli?'' pemuda
tampan yang mengaku sebagai Toat-beng-jin itu berteriak
mendongkol.
“Akulah yang seharusnya bertanya kepadamu, anak
muda........ Siapakah kalian ini? Dan apakah keperluan kalian
di tempat ini?” salah seorang diantara orang-orang itu
menjawab dengan sebuah pertanyaan pula.
"Bangsat ! Jawab dulu pertanyaanku, baru nanti aku jawab
pertanyaanmu.......!"
Orang itu terperangah, perasaannya tersinggung. Selama
hidupnya yang empatpuluh tahun ini rasa-rasanya belum
pernah dia dibentak-bentak orang begitu rupa.
“Gila! Tampaknya anak ini belum pernah dihajar orang
selama ini.......!" orang itu menggeram sambil menoleh ke
arah kawan-kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teman-temannya mengangguk. "Apakah twa-ko ingin
melihat kami menghajarnya?” kedua orang itu bertanya.
"Apa? Kalian mau menghajar aku? Kurang ajar......!
Kubunuh kalian!” pekik pemuda tampan itu marah sekali.
Tangan kanannya mencabut sesuatu dari balik bajunya,
kemudian…..wuuuut! dua buah benda mengkilat yang mirip
dengan pisau, melesat bagai kilat menghantam dada binatang
tunggangan mereka.
Serangan mendadak itu benar-benar di luar dugaan kedua
orang itu. Begitu terkejutnya mereka sehingga hampir-hampir
keduanya tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan
kuda tunggangan mereka. Dengan sekuat tenaga mereka
menyepak perut kuda masing-masing seraya mengayunkan
ujung cambuk mereka untuk menangkis pisau terbang itu.
Tapi..... tetap sia-sia! Senjata rahasia yang mirip pisau itu
tetap saja menghunjam ke dada binatang tunggangan
mereka. Tepat pada jantung binatang itu! Dengan meringkik
keras dua ekor kuda itu mengangkat kaki depannya tinggitinggi
ke atas, lalu terbanting keras ke tanah. Mati !
Kedua orang penunggang kuda itu cepat-cepat melompat
menyelamatkan diri sebelum tubuh mereka tergencet oleh
binatang tersebut. Dengan air muka merah padam kedua
orang itu mencabut golok mereka, sementara kawan mereka
yang mereka panggil twa-ko tadi juga cepat-cepat turun dari
atas kudanya dan bersiap-siap pula. Ketiga-tiganya berputar
mengepung Chin Yang Kun dan si pemuda tampan.
Tapi sebelum mereka menyerang, tiba-tiba dari luar masuk
lima orang penunggang kuda lagi ke halaman kuil itu. Dan
Chin Yang Kun segera mengenal juga siapakah mereka itu,
karena orang-orang itu tidak lain adalah lima orang
penunggang kuda yang mendahului dia di luar kota tadi.
“Hai....Keng si-cu, kalian sudah tiba lebih dahulu? Ada apa
ini…..?” begitu datang salah seorang yang berjenggot lebat
menegur orang yang dipanggil twa-ko tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keng Si Yu meloncat mundur, lalu menyalami orang
berjenggot lebat itu. “Hai, selamat bertemu Pouw-heng
(Saudara Pouw).... ini dia, ada pengacau yang hendak
merusak pertemuan kita!”
"Anak-anak muda ini? Mau mengacau pertemuan kita?"
orang she Pouw yang berjenggot lebat itu menegaskan.
Matanya yang bulat besar itu melotot mengawasi Chin Yang
Kun dan si pemuda tampan dan bangkai-bangkai kuda itu
berganti-ganti.
Sementara itu Chin Yang Kun telah mulai menyadari
keadaannya. Ternyata dia telah masuk ke dalam perangkap
pemuda tampan itu untuk membantu menghadapi musuhmusuhnya,
yaitu para penunggang kuda itu. Dan sekarang ia
tak mungkin bisa mundur lagi sebab orang-orang itu telah
men-cap dia sebagai kawan si pemuda tampan itu dan
dianggap sebagai perusuh yang hendak mengacaukan
pertemuan mereka. Alasan apapun yang dia berikan tentu
tidak akan mereka terima.
Dengan perasaan gemas dan mendongkol Chin Yang Kun
melirik ke arah kawannya itu. Tampak olehnya pemuda itu
juga mengawasi dirinya dengan mulut tersenyum seolah-olah
tak bersalah. Ingin sekali rasanya Chin Yang Kun menghajar
mulut yang pringas-pringis itu.
“Kurang ajar! Awas kau nanti......!” ancamnya di dalam
hati.
Kelima orang penunggang kuda yang baru datang itu telah
turun pula dari punggung kuda masing-masing. Bersama-sama
dengan rombongan Keng Si Yu mereka mengepung Chin Yang
Kun dan si pemuda tampan di tengah-tengah.
“Nah! Lekaslah kalian memilih! Menyerah untuk kami ikat
atau......melawan untuk kami bunuh! Cepat!” orang she Pouw
itu membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ah, repot-repot amat! Bunuh saja! Habis perkara.....!”
salah seorang dari kelima pendatang baru itu, yaitu yang
mengenakan baju biru, berteriak pula dengan kerasnya.
“Benar! Bunuh saja! Sangat berbahaya bagi kita kalau kita
lepaskan.....!” lainnya ikut berseru pula.
Chin Yang Kun menjadi tegang, demikian pula dengan
pemuda tampan itu! Tanpa disadari pemuda tampan itu
semakin merapat pada Chin Yang Kun, sehingga lengan
mereka saling bersinggungan. Pemuda itu menoleh, lalu
meringis kecut, sehingga Chin Yang Kun rasanya ingin
mengumpat-umpat saja!
“Nah, bagaimana kalau sudah begini? Apa yang hendak
kaulakukan? Mengupah seseorang untuk melindungimu?” Chin
Yang Kun berkata dongkol.
Pemuda tampan itu meringis lagi. “Maafkanlah aku,
Saudara Yang.....! aku memang jahat.....tapi ....tapi, apakah
engkau tidak kasihan kepadaku? Aku....eh, aku memang
bermaksud meminta pertolonganmu tadi, tapi bukan untuk
melawan mereka.”
“Lalu .....melawan siapa?” Chin Yang Kun mengeryitkan
keningnya.
“Orang yang jauh lebih lihai daripada orang-orang ini!
Kalau cecunguk-cecunguk ini sih.....mudah! aku tak perlu
harus mengundangmu. Aku sendiri bisa membabat mereka.”
“Hah? Kau jangan takabur......!” Chin Yang Kun tertegun.
"Sungguh! Aku tidak main-main!” pemuda tampan itu
menjawab mantap.
Dapat dibayangkan bagaimana marahnya orang-orang itu.
Saking marah dan bencinya mereka, melihat kecongkakan
anak muda itu mereka sampai lupa untuk lekas-lekas
melabraknya! Baru setelah pemuda itu mengeluarkan pisaupisaunya,
Keng Si Yu berteriak menggeledek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awas senjata pisau terbangnya !!!"
Seperti mendapatkan sebuah komando, delapan orang
penunggang kuda itu maju menyerang si pemuda tampan.
Masing-masing mempergunakan senjata andalan mereka. Ada
yang menggunakan pedang, golok, ruyung, tombak dan lainlain.
Mereka bersama-sama saling berebut untuk menghajar
pemuda itu!
Sambil menghindar pemuda tampan itu masih bisa
menyombongkan dirinya lagi. “Saudara Yang, kau minggirlah
dulu! Lihatlah sepak-terjangku.....! nanti pada saatnya ganti
aku yang akan menonton sepak-terjangmu.....”
Karena ingin membuktikan sendiri kehebatan pemuda
congkak itu, maka Chin Yang Kun menurut saja ketika disuruh
minggir. Dan hal itu mudah saja dilakukan oleh ahli waris
keluarga Chin itu. Hanya dengan melangkah ke samping
ketika orang yang berada di belakangnya menyerang,
kemudian dengan sebat menikam perut orang itu dengan
sikunya selagi dia kebingungan, maka Chin Yang Kun sudah
bisa meloloskan diri dari kepungan mereka!
"Huaaaak !”
Orang yang tersodok siku perutnya itu muntah-muntah.
Untunglah Chin Yang Kun tidak bermaksud membunuhnya.
Coba kalau pemuda itu mengerahkan sedikit saja tenaga
dalamnya, niscaya orang itu takkan bisa hidup lagi. Paling
tidak isi perutnya tentu akan hancur berantakan !
"Tapi…..siapakah lawanku nanti?" dari luar arena Chin Yang
Kun masih sempat berteriak.
"Tunggulah ! Sebentar juga ia akan datang karena aku dan
dia telah berjanji untuk bertemu di tempat ini !" dengan
enaknya si pemuda tampan itu menjawab di antara hujan
senjata yang menimpanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata pemuda tampan itu memang tidak hanya
membual. Sepak terjangnya memang hebat bukan main.
Gerakannya cepat dan tangkas, sementara ilmu silatnya yang
bersifat kasar dan ganas itu benar-benar mengerikan.
Beberapa buah pisau kecil yang ada di tangannya itu kadangkadang
dilontarkan, tapi kadang-kadang juga untuk senjata
menangkis dan menyerang lawan-lawannya.
Hebatnya lagi, pemuda itu kadang-kadang sengaja
membiarkan dirinya ditabas atau dihujam senjata lawan
apabila tidak ada kesempatan untuk mengelakkannya lagi.
Dan semuanya itu seperti tak dirasakannya sama sekali! Tentu
saja lawan-lawannya menjadi heran dan mulai gemetar di
dalam hati.
“Ah, sungguh hebat juga lwee-kang anak ini! Sudah berani
menangkis senjata tajam tanpa terluka….” Chin Yang Kun
berdesah kagum. ''Tak heran dia berani omong besar. Tapi
apa sebabnya ia masih ketakutan melawan orang yang
dijanjikannya itu ? Hmm, jangan-jangan orang yang akan
diadu denganku itu…..benar-benar hebat bukan kepalang.”
Sebenarnya bisa saja Chin Yang Kun meninggalkan tempat
itu sekarang. Tak ada orang yang akan menghalang-halangi
jalannya. Semuanya telah terlibat dalam pertempuran yang
seru dan dahsyat.
Tapi Chin Yang Kun tidak bermaksud untuk meninggalkan
tempat itu lagi. Selain ia tak ingin dianggap penakut oleh
pemuda tampan itu, ternyata tanpa sengaja dia telah
menemukan tempat pertemuan para penunggang kuda itu,
sehingga ia tak usah lagi memata-matai dua orang
penunggang kuda yang ada di restoran itu. Kedua orang
itupun nanti akan datang pula ke tempat ini.
Pikiran Chin Yang Kun menjadi tenang. Ketika sekali lagi
dilihatnya pemuda tampan itu terus berada di atas angin dan
selalu mencecar lawan-lawannya, maka ia segera berjalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjauhi mereka. Dicobanya untuk menyelidiki tempat itu,
tempat yang suasananya sangat aneh menurut penilaiannya.
Masakan kuil yang masih tampak terpelihara, meskipun
agak kotor itu tak ada penghuninya sama sekali?
Chin Yang Kun naik ke atas pendapa yang ada itu.
Dilihatnya semua perabot ruangan masih tampak utuh.
Sampai pada hiasan-hiasan dan gambar-gambarpun masih
terletak ditempatnya masing-masing. Beberapa buah kursi
malah kelihatan bekas diduduki orang.
Chin Yang Kun semakin merasa aneh hatinya. Bergegas dia
menuju ke pintu tengah yang menghubungkan pendapa
tersebut dengan ruangan dalam. Pintu itu tidak terkunci.
Perlahan-lahan Chin Yang Kun mendorongnya!
Gumpalan asap berbau wangi menerjang keluar bersamaan
dengan terbukanya pintu itu. Begitu banyaknya asap tersebut
sehingga seolah-olah ada kebakaran hebat di dalam ruangan
itu. Untunglah Chin Yang Kun cepat-cepat meloncat surut,
sehingga hembusan asap yang berbau wangi itu tidak sampai
menerjangnya. Meskipun demikian tak urung ia tersedak juga
hingga terbatuk-batuk.
Chin Yang Kun meningkatkan kewaspadaannya, hatinya
semakin bertambah yakin bahwa tentu ada sesuatu yang tidak
beres di dalam kuil itu. Tak mungkin rasanya kuil yang besar
dan terpelihara itu kosong tiada penghuninya. Mereka tentu
ada di dalam. Hanya masalahnya sekarang adalah mengapa
mereka tidak keluar mendengar suara-suara ribut di depan
pendapa mereka? Apakah telinga mereka tuli semuanya ?
Rasanya tentu tidak. Kalau demikian kemana saja mereka itu?
Hati Chin Yang Kun semakin tergelitik untuk menyelidiki
semua itu. Apalagi sekarang pemuda itu menemui sesuatu
yang aneh dan mencurigakan di ruang tengah kuil itu.
Ruangan itu penuh asap yang amat mencurigakan. Menilik
dari baunya, asap tersebut tentulah asap hio atau dupa wangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang biasa digunakan untuk sembahyang. Hanya anehnya
mengapa asap itu sedemikian banyaknya sehingga bergulunggulung
memadati kamar atau ruangan itu?
Apakah memang benar-benar ada kebakaran di dalam ?
Rasanya juga tidak! Tidak terlihat sama sekali sinar api atau
nyala api di dalam ruangan itu. Misalkan terjadi kebakaran di
dalam ruangan itu, hawa panasnya tentu telah menjalar
kemana-mana pula. Padahal Chin Yang Kun tidak
merasakannya sama sekali.
Chin Yang Kun menjadi ragu-ragu. Terus masuk ke dalam
ruangan yang penuh asap itu atau menunggu sampai asap
tersebut habis tertiup angin ?
Sekejap pemuda itu menjadi bingung juga. Kalau dia masuk
sekarang dan di dalam ternyata ada orang jahat, hal itu
sungguh sangat berbahaya. Tapi kalau harus menunggu
habisnya asap itu, sampai kapan dia harus menantinya?
Sungguh serba merepotkan !
Sekali lagi Chin Yang Kun menatap ruangan yang pengap
dan gelap itu. Tiba-tiba wajahnya tampak bersinar gembira.
Sekilas pemuda itu teringat pada kamar gelap di rumah Liu
twakonya dulu, yaitu ketika dia dirawat selama sebulan lebih
akibat racun yang mengeram di tubuhnya.
Tanpa sengaja di rumah itu ia mampu mengembangkan
daya konsentrasinya secara mentakjubkan, sehingga dia bisa
membaca seluruh keadaan di sekelilingnya tanpa harus
mempergunakan matanya. Atau dengan perkataan lain, dia
bisa melihat dan mengetahui apa yang ada di sekelilingnya
hanya dengan perasaan hatinya saja. Oleh Liu twakonya
kemampuannya itu disebut-sebut sebagai ilmu yang mirip
dengan Lin-cui Sui-hoat, yaitu semacam ilmu meramal yang
biasa dipelajari oleh para pertapa tingkat tinggi, untuk
mengetahui hal-hal yang tak bisa dijangkau oleh pandang
matanya atau hal-hal yang belum terjadi di dunia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini mendadak saja Chin Yang Kun ingin mengulangi atau
mencoba lagi kemampuannya tersebut. Sebelum dia masuk ke
dalam ruangan yang gelap penuh asap itu dia ingin
mengetahui atau menduga-duga lebih dahulu apa yang ada di
dalamnya, sehingga selanjutnya dia bisa bersiap-siap terlebih
dahulu.
Chin Yang Kun segera berkonsentrasi seperti yang pernah
dia lakukan di tempat twakonya dulu itu. Perlahan-lahan sinar
matanya yang mencorong seperti mata harimau atau mata
naga itu meredup. Dan sekejap kemudian pemuda itu sudah
tidak bisa melihat apa-apa, meskipun matanya tetap
terbelalak. Telinganya yang sangat terlatih, yang telah mampu
membedakan suara desing senjata pun perlahan-lahan juga
tak bisa mendengarkan apa-apa lagi.
Tapi sebaliknya sejalan dengan itu hati dan perasaannya
tumbuh dan berkembang semakin hidup, sehingga rasarasanya
semua kegelapan dan kesunyian yang melingkupi
dirinya itu perlahan-lahan berubah kembali menjadi terang
benderang. Begitu terangnya sehingga rasa-rasanya tiada
batasan yang mampu mencegah atau menutupi jangkauan
mata batinnya. Semuanya tampak terang dan jelas dari
tempatnya berdiri. Begitu pula keadaan di dalam ruangan
yang gelap oleh asap itu. Ruangan itu rasa-rasanya menjadi
terang benderang pula seperti keadaan di luar, sehingga dia
bisa melihatnya dengan jelas.
Yang mula-mula tampak terbayang di matanya adalah
sesosok mayat yang tergeletak di dekat pintu. Mayat itu
tergeletak di lantai dengan mulut terbuka, lehernya terdapat
bekas luka melintang yang amat lebar. Darah berceceran di
sekitarnya.
Kemudian agak ke dalam lagi dilihatnya tiga sosok mayat
bersandar pada tiang penyangga langit-langit. Mayat-mayat
itu bersandar dalam posisi berdesak-desakan, sementara pada
leher masing-masing juga terdapat luka pula seperti pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mayat pertama. Disinipun darah yang telah mengental tampak
berceceran dimana-mana.
Gambaran-gambaran yang diperoleh Chin Yang Kun itu
benar-benar amat mengejutkan pemuda itu sendiri.
Konsentrasinya buyar sehingga bayangan-bayangan itu
menjadi lenyap dan ruangan tersebut tampak gelap kembali
seperti sediakala.
Chin Yang Kun berdesah dengan air muka berubah pucat.
Benarkah apa yang dia lihat dalam bayangan tadi? Janganjangan
semuanya itu hanya bayangan yang tersembul dari
dalam alam bawah sadarnya saja. Jangan-jangan semua
gambaran tadi hanya timbul dari hatinya yang penuh dendam
akibat kematian ayah, ibu dan seluruh keluarganya saja,
sehingga otak yang penuh dendam itu selalu menciptakan
bayangan kengerian atau mayat-mayat yang berserakan.
Chin Yang Kun termangu-mangu. "Ah, aku akan masuk dan
membuktikannya......!" akhirnya pemuda itu menggeram.
Chin Yang Kun melangkah masuk. Tapi sebelumnya ia
menoleh ke arah pertempuran lebih dahulu. Ketika dilihatnya
pemuda tampan itu terus mendesak para pengeroyoknya,
hatinya menjadi semakin tenteram. Dia segera masuk ke
ruangan gelap itu dengan hati-hati.
Dan........ hampir saja Chin Yang Kun meloncat keluar
kembali ketika tiba-tiba kakinya menyentuh mayat ! Apalagi
ketika dia memperhatikannya terlebih teliti lagi ternyata
keadaan mayat tersebut persis sekali dengan bayangan yang
ia dapatkan tadi. Lehernya koyak dan darah kental berceceran
di sekitarnya.
"Gila ! Masakan bayangan yang kudapatkan itu memang
betul adanya ?" hatinya berseru. "Baik! Akan kulihat......!"
Chin Yang Kun mengerahkan Iwee-kangnya, sehingga
matanya semakin bersinar, seolah-olah dapat menembus
gelapnya asap yang menyelubungi ruangan itu. Kakinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah lagi ke depan, ke tengah-tengah ruangan.
Napasnya yang sesak oleh asap itu tak dihiraukannya.
Ketika dilihatnya sebuah tiang di mukanya Chin Yang Kun
berhenti. Perlahan-lahan matanya menatap ke bawah dan….
benarlah ! Di sana tampak tiga buah mayat bersandar saling
berdesakan. Darah menggenang di bawah mereka !
"Oohh....!” Chin Yang Kun berseru sambil menutupi
mukanya. Bayangan ayah, ibu dan paman-pamannya tiba-tiba
kembali menghantui jiwanya.
Chin Yang Kun bergegas membalikkan tubuhnya dan
bermaksud meloncat keluar kembali. Tetapi sebelum ia
sempat menjejakkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara dingin
menyeramkan di dekat telinganya. Nada suara itu terasa asing
dan mengerikan, seakan-akan suara hantu yang sedang
bangkit dari kuburnya. Meremang bulu kuduk Chin Yang Kun
suara itu seolah-olah mengandung daya magis yang
menakutkan !
“Bangkitlah….! Bangkitlah kalian dari…. dari kematian !
Basahilah dirimu dengan darah….darah yang masih hangat!"
Hampir pingsan rasanya Chin Yang Kun ketika mayat yang
berada di dekat pintu itu tiba-tiba bangkit dan melangkah
tertatih-tatih ke arahnya. Luka yang sangat lebar dan dalam
pada leher mayat itu menyebabkan mayat itu tidak bisa
mengangkat kepalanya. Kepala itu tergolek di atas pundaknya
seperti buah kelapa yang patah tangkainya.
Otomatis Chin Yang Kun melangkah mundur dengan
tergesa-gesa. Air mukanya tidak kalah pucatnya dengan wajah
mayat itu. Tapi langkahnya segera terhenti pula dengan
mendadak ketika di belakangnya juga terdengar suara desis
yang mendirikan bulu roma. Tubuhnya yang jangkung itu
segera melesat ke samping, lalu menoleh. Dan kembali
matanya terbelalak ngeri !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di depannya telah berdiri pula tiga sosok mayat yang tadi
bersandar di tiang rumah. Ketiga sosok mayat itu melangkah
terseok-seok dan terhuyung-huyung mendekatinya.
Gumpalan-gumpalan darah beku yang menempel pada
pakaian mereka tampak berjatuhan di atas lantai yang dilewati
oleh mereka.
Pemandangan itu benar-benar menggoncangkan batin Chin
Yang Kun. Pemuda pemberani dan berkepandaian tinggi itu
kini terpaksa gemetar juga melihat kejadian yang aneh dan
mengerikan itu. Belum pernah selama hidupnya Chin Yang
Kun mendengar dan melihat kejadian yang menyeramkan
seperti ini. Mayat yang sudah kaku dan rusak bisa bangkit dan
bergerak lagi, bagaimana hal seperti itu bisa terjadi? Apakah
dunia ini sudah mau kiamat?
Chin Yang Kun mundur terus karena selalu didesak oleh
empat sosok mayat itu, sehingga akhirnya punggungnya
menempel pada dinding ruangan dan tak bisa mundur lagi.
Pemuda itu menjadi ketakutan setengah mati, matanya melirik
kekiri dan kekanan, mencari jalan untuk melarikan diri.
Pemuda itu melihat sebuah pintu tertutup di sebelah
kirinya. Tampaknya pintu itu adalah pintu masuk ke sebuah
kamar. Chin Yang Kun cepat berlari ke sana. Lalu dengan
tergesa-gesa membuka pintu itu. Tapi untuk yang kedua
kalinya Chin Yang Kun tersentak mundur dengan wajah ngeri!
Ternyata di balik pintu tersebut telah menanti delapan atau
sepuluh sosok mayat pula! Dengan keadaan tubuh yang
sangat mengerikan mayat-mayat itu berdesakan dan
menggapai-gapaikan tangannya ke arah Chin Yang Kun!
Saking kagetnya pemuda itu seolah-olah telah menjadi
lumpuh. Tubuhnya seakan-akan menjadi dingin dan kaku
sehingga berat sekali untuk digerakkan. Maka ketika empat
sosok mayat yang mengejar di belakangnya itu datang, Chin
Yang Kun tak bisa menghindar lagi. Empat pasang lengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kuat meringkusnya dari belakang. Baunya jangan
ditanya lagi! Busuk dan amis bukan main!
Rasa takut dan ngeri membuat Chin Yang Kun berontak
untuk meloloskan diri. Otomatis tenaga dalamnya bergerak
keluar!
“Hhuah!”
Empat sosok mayat yang memeluk Chin Yang Kun
terpelanting kekanan dan kekiri, saking keras dan kuatnya
tenaga yang dikeluarkan oleh Chin Yang Kun, mengakibatkan
beberapa buah lengan mayat itu copot dan beterbangan
kemana-mana. Meskipun begitu ketika pemuda itu telah
berdiri tegak kembali, dilihatnya mayat-mayat itu juga telah
bangkit berdiri pula lagi. Seperti tidak merasakan kesakitan
sedikitpun mayat-mayat yang kehilangan lengan itu berjalan
tertatih-tatih ke arahnya.
Sebenarnya hati Chin Yang Kun masih merasa ngeri bukan
main. Tapi melihat kenyataan yang baru saja terjadi, dimana
mayat-mayat tersebut tidak kebal dan berbahaya seperti
layaknya hantu atau setan, maka keberaniannya mulai timbul
kembali. Toh kenyataannya mayat-mayat yang sangat
mengerikan itu dapat ia hancurkan dengan ilmu pukulannya.
Maka ketika mayat-mayat itu kembali mendekatinya, Chin
Yang Kun segera mempersiapkan Liong-cu-i-kangnya.
“Ayoh! Jangan takut…..! Bunuh pemuda itu! Makan
dagingnya…..isaplah darahnya! Kalian akan memperoleh
kenikmatan yang luar biasa…..” tiba-tiba suara yang
mempunyai daya magis itu terdengar lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 28
CHIN YANG KUN menoleh. Di antara remang-remang
gumpalan asap, dilihatnya seorang lelaki muda duduk di atas
meja sembahyang. Pemuda itu mengenakan kain serba putih.
Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai lepas menutupi
bahu dan punggungnya. Belasan atau bahkan puluhan ikat
dupa wangi tampak memenuhi meja yang didudukinya,
sehingga kepulan asapnya hampir menyelimuti seluruh
tubuhnya.
Lelaki itu duduk dalam sikap bersamadhi. Kedua kakinya
ditekuk dalam posisi bersila, sedang tangannya disilangkan di
depan dada. Matanya tampak berkilat-kilat mengerikan,
sementara bibirnya selalu berkomat-kamit seperti sedang
mengucapkan mantra.
Tetapi bukanlah keadaan orang itu yang menggoncangkan
hati Chin Yang Kun, sebab bagi seorang pemuda seperti dia
pemandangan seperti itu telah terbiasa untuknya. Hal-hal
yang lebih seram dan menakutkan telah sering ia jumpai
dalam pengembaraannya.
Yang sangat menggetarkan hati dan perasaan Chin Yang
Kun adalah pengaruh aneh orang itu terhadap mayat-mayat
yang kini berada di sekelilingnya. Kata-kata yang keluar dari
mulut orang itu seolah-olah merupakan aba-aba atau perintah
yang akan diturut dan diikuti oleh mayat-mayat tersebut.
Mendengar suara aba-aba dari lelaki itu mayat-mayat yang
mengepung Chin Yang Kun tersebut semakin tampak beringas
! Tubuh yang telah rusak itu tampak bergetaran bagai terkena
aliran listrik. Semuanya tampak bergegas mendekati Chin
Yang Kun.
Kali ini Chin Yang Kun tak memberi ampun lagi. Dalam
kengeriannya pemuda itu mengerahkan segala
kemampuannya dengan tidak tanggung-tanggung lagi. Sambil
mengeluarkan suara desis dari sela-sela bibirnya, tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terayun ke depan ke arah empat sosok mayat yang mendekati
dirinya.
"Bhuumm !!"
Empat sosok mayat itu terlempar beterbangan bagaikan
dihempas badai, lalu hancur berantakan ketika menghantam
dinding ruangan. Terdengar suara gemuruh ketika sebuah dari
dinding runtuh akibat terlalu keras pukulan Chin Yang Kun.
Tapi Chin Yang Kun menjadi terkejut sekali ketika dari
lobang dinding yang runtuh itu tiba-tiba menerobos belasan
sosok mayat lagi ke dalam ruangan tersebut! Kiranya dibalik
dinding itu adalah kamar untuk menyimpan mayat pula!
Rasa ngeri membuat Chin Yang Kun tidak bisa berpikir
panjang lagi. Keinginannya hanya satu, yaitu lekas-lekas
memusnahkan mayat-mayat yang mengerikan itu. Maka
serangan yang dilontarkannyapun benar-benar dahsyat bukan
main! Sepasang tangan dan kakinya dengan dilandasi tenaga
sakti Liong-cu-i-kang tampak berserabutan menghantam
kesana kemari. Terdengar suara gaduh dan hiruk-pikuk ketika
puluhan sosok mayat itu terlempar berjatuhan ke segala
penjuru. Mayat-mayat itu jatuh menimpa apa saja peralatan
yang berada di dalam ruangan sembahyang itu! Semuanya
hancur porak-poranda dengan mengeluarkan suara yang
memekakkan telinga.
“Hihihihi.....mayat yang telah mati takkan mungkin bisa
mati untuk kedua kalinya. Sekali mereka bangkit dari tidurnya,
mereka takkan berhenti bergerak meskipun tinggal sepotong
kepalanya saja.....! hihihi....ayoh, bangkitlah! Bangkitlah lagi!”
lelaki baju putih itu berseru menyeramkan.
Benar juga. Mayat-mayat yang telah lintang-pukang dan
sebagian malah telah hancur terpotong-potong badannya itu
telah perlahan-lahan tampak bangkit lagi dari puing-puing
reruntuhan itu. Ada yang terseok-seok jalannya karena
kakinya tinggal sebelah. Ada yang merangkak karena kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya telah hilang. Malah ada pula yang bergulung-gulung di
atas lantai karena seluruh anggota tubuhnya telah tiada lagi!
Mereka semua beringsut dan tertatih-tatih ke arah Chin Yang
Kun!
Chin Yang Kun mengobral kekuatannya sehingga ruangan
itu semakin hancur terkena tubuh-tubuh mayat yang
beterbangan kesana kemari. Segala kotoran, debu dan pasir
berhamburan kemana-mana, bercampur dengan asap,
membuat ruangan itu bertambah gelap dan menyesakkan
napas.
Selesai mengenyahkan semua mayat-mayat yang
mengancam dirinya Chin Yang Kun lantas mundur ke arah
dinding, menghindari kepulan asap, debu dan pasir yang
beterbangan. Dengan wajah yang masih diliputi kengerian
pemuda itu mengawasi seluruh ruangan. Diantara kegelapan
yang masih menyelimuti tempat itu tampak potonganpotongan
mayat yang sangat menyedihkan berceceran dengan
reruntuhan-reruntuhan yang porak-poranda.
Chin Yang Kun menghela napas lega. Sedikit demi sedikit
hatinya menjadi tenang kembali. Tapi ketika matanya
menatap ke tengah-tengah ruangan, tiba-tiba matanya
terbelalak kaget! Meja sembahyang itu ternyata masih tetap
berdiri di tempatnya!
Potongan-potongan mayat yang bercampur dengan segala
macam reruntuhan tampak menggunung di sekeliling meja itu,
tapi meja itu sendiri ternyata masih tampak bersih dan teratur.
Puluhan ikat dupa wangi yang memenuhi meja itu masih tetap
berdiri di tempatnya. Ujung-ujungnya yang terbakar itu masih
tetap mengepulkan asapnya pula. Dan ditengah-tengah meja
tersebut juga masih terlihat lelaki muda yang bisa
mengendalikan puluhan mayat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekejap Chin Yang Kun mengawasi orang yang sedang
duduk bersamadhi itu. Ketika kemudian orang itu membuka
matanya dan menatap kepadanya, tiba-tiba Chin Yang Kun
segera mengenalnya. "Kurang ajar! Bukankah orang ini adalah
pembantu Hek eng-cu yang bergelar Song-bun-kwi (Hantu
Berkabung) itu …. ?" desahnya di dalam hati.
Dendam yang tersekap di dalam hati Chin Yang Kun
bagaikan terbakar kembali. Bayangan siksaan yang pernah
dilakukan oleh orang itu kepadanya di gedung Si Ciang-kun
beberapa tahun yang lalu kembali terbayang di depan
matanya. Apalagi ketika diingat orang itu juga termasuk dalam
daftar orang-orang yang ia curigai membunuh keluarganya.
"Hihihi....... kau hebat juga, anak muda! Tetapi meskipun
demikian kau jangan lekas-lekas berbesar hati karenanya.
Seperti telah kujelaskan tadi, orang....... eh, mayat-mayat itu
takkan bisa mati untuk yang kedua kalinya. Mereka tetap akan
hidup meski hanya dengan tubuh atau kepalanya saja.
Lihatlah.......!"
"Hah???”
Hampir saja Chin Yang Kun terlonjak dan menjerit. Sebuah
kepala mayat yang telah terpisah dari tubuhnya, yang sejak
tadi berada di dekat kakinya, tanpa disangka-sangka
menggelundung mendekati dia dan tiba-tiba menggigit
celananya!
Saking kaget dan ngerinya Chin Yang Kun otomatis
meloncat ke atas, lalu dengan perasaan jijik ia mengayunkan
kakinya ke arah dinding. Praaak! Potongan kepala itu pecah
berantakan!
Tapi bersamaan dengan itu Chin Yang Kun melihat mayatmayat
yang lain bangkit dari tempatnya. Mereka bangkit dari
reruntuhan-reruntuhan dengan keadaan tidak kalah seramnya.
Ada yang sudah hancur tubuhnya. Ada pula yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbuka perutnya, sehingga ususnya berceceran keluar!
Baunya jangan ditanya lagi.
“Gila! Ilmu macam apa pula ini...... ?" Chin Yang Kun
berdesah dengan wajah pucat. Ingin benar rasanya dia
melarikan diri dari tempat yang menyeramkan itu.
Tapi sebelum tubuhnya bergerak, lelaki berbaju putih yang
tidak lain adalah Song-bun-kwi itu berteriak. Tampaknya Ielaki
itu dapat meraba maksud hati Chin Yang Kun tersebut.
“Jangan pergi! Tidak ada gunanya! Apakah engkau ingin
agar mayat itu mengejar-ngejarmu di tengah-tengah kota?
Bagaimanakah jadinya kota ini kalau mayat-mayat itu
berkeliaran di dalamnya? Hihihihi…..”
“Ohh!”
Tiba-tiba Chin Yang Kun seperti diingatkan tentang sesuatu
hal. Mayat-mayat itu bangkit karena mendapatkan perintah
dari orang itu. Nah, selama orang itu masih hidup, ia mampu
memberi perintah kepada mayat-mayat itu, maka mayatmayat
tersebut tetap takkan bisa mati. Satu-satunya cara
untuk menghentikan mayat-mayat tersebut hanyalah dengan
membungkam mulut orang yang menghidupkannya.
Setelah mendapatkan keputusan demikian maka Chin Yang
Kun lalu mempersiapkan dirinya. Mayat-mayat yang semula
sangat merisaukan hatinya itu kini tak dihiraukannya lagi.
Hatinya sudah bulat untuk menghancurkan pusat
penggeraknya, yaitu Song-bun-kwi Kwa Sun Tek!
Dengan berteriak nyaring Chin Yang Kun meloncat tinggi ke
atas, melampaui kepala-kepala mayat yang tersaruk-saruk
mendekati dirinya lalu meluncur ke arah Song-bun-kwi yang
duduk bersamadhi di meja sembahyang itu. Kedua belah
telapak tangan pemuda itu terjulur ke depan, mengarah ke
atas kepala dan dada lawannya. Sementara itu kedua kakinya
ditekuk ke belakang untuk sewaktu-waktu dapat digunakan
sebagai senjata menyapu lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat serangan tersebut Song-bun-kwi tertawa
menyeramkan. “Hihihahaha…..ternyata engkau mempunyai
otak juga, anak muda.....! Marilah......kita bermain-main
sejenak!”
Mendadak tokoh dari Tai-bong-pai berdiri di atas mejanya,
lalu dengan tergesa meloncat turun untuk menghindari
serangan Chin Yang Kun. Ternyata tokoh Tai-bong-pai yang
mahir ilmu hitam itu tidak berani mengadu tenaga dengan
Chin Yang Kun. Kehebatan tenaga dalam yang telah
diperlihatkan oleh Chin Yang Kun ketika melawan mayatmayat
tadi benar-benar menggetarkan hati tokoh hitam itu.
“Dhuaaar!’
Meja sembahyang yang penuh dengan saji-sajian dan dupa
wangi itu hancur berantakan. Ratusan batang hio yang
menyala itu bertaburan di dalam gelap, sehingga dari jauh
kelihatan seperti kembang api yang memercik kemana-mana.
Meja yang kokoh kuat itu pecah berkeping-keping dihajar Chin
Yang Kun!
Song-bun-kwi menepiskan beberapa potong kayu yang
melayang ke arahnya, kemudian melesat mendekati Chin Yang
Kun. Dan selagi pemuda itu sibuk dengan batang-batang hio
yang bertebaran di sekelilingnya Song-bun-kwi menyergapnya
dari belakang.
“Wusss! Plak! Plak! Wuuus!”
Dengan jari-jari renggang dan ditekuk seperti kuku harimau
Song-bun-kwi menyerang pusar dan pinggang Chin Yang Kun.
Geraknya tampak kaku dan canggung, namun pengaruhnya
ternyata bukan main hebatnya, dalam juga serangan itu
menyentuh kulit Chin Yang Kun. Chin Yang Kun telah
merasakan sengatnya yang menyakitkan! Kulit yang menjadi
sasaran serangan tersebut seolah-olah telah mengelupas
sebelum disentuh jari lawan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otomatis Chin Yang Kun mengelak dan menangkis,
sehingga dua tiga kali telapak tangan kedua orang itu
berbenturan di udara. Masing-masing mengerahkan seluruh
tenaganya. Akibatnya Song-bun-kwi tergetar mundur
beberapa langkah, sementara Chin Yang Kun yang berada
dalam posisi bertahan juga terdorong mundur dan hampir
terjatuh.
Dua-duanya terperanjat.
Chin Yang Kun tidak menyangka sama sekali bahwa
lawannya yang mahir ilmu hitam itu ternyata juga mempunyai
tenaga dalam yang sangat tinggi. Rasa-rasanya tenaga dalam
orang itu tidak kalah hebatnya dengan lwee-kang Keh-sim
Siauw-hiap. Untunglah sejak semula dia telah mengerahkan
Liong-cu-i-kangnya. Coba ayal sedikit saja jiwanya mungkin
sudah tak tertolong lagi.
Sebaliknya Song-bun-kwi juga tidak kalah kagetnya. Sejak
semula, begitu iblis itu mengenali siapa yang berada di
hadapannya, ia pun langsung mengerahkan ilmu puncak pula.
Meskipun dahulu ia pernah merasakan betapa hebatnya ilmu
pemuda itu, tapi sekarang setelah dia sendiri juga telah
menyempurnakan ilmunya, ia percaya bahwa pemuda itu
takkan sanggup mengelakkan serangan beruntunnya tadi.
Tapi kenyataannya malah lain. Pemuda itu ternyata tangkas
bukan main. Kecepatan geraknya ternyata sangat
menakjubkan. Tangkisan tangannya malah mampu
menggoyahkan kuda-kudanya.
Keduanya segera bersiap-siap kembali. Mereka berdiri
berhadapan dalam jarak dua tombak, berselimutkan asap hio
yang masih pekat menyelubungi ruangan itu. Kini mereka
benar-benar mempersiapkan seluruh kesaktian mereka.
Beberapa gebrakan yang mereka lakukan tadi sudah cukup
bagi mereka masing-masing untuk menilai kekuatan lawannya.
Sampai bergetar rasanya tubuh Song-bun-kwi ketika
mengerahkan Hio-yen Sin-kangnya yang ampuh. Hawa dingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesakkan terasa menebar ke sekeliling tubuhnya sejalan
dengan hembusan napas yang keluar dari hidungnya. Asap hio
yang menyelimuti tubuh tokoh Tai-bong-pai itu seolah-olah
juga tampak semakin menebal, sementara bau wangi yang
tersebar di dalam ruangan itu juga terasa semakin menyengat
hidung. Secara keseluruhan jago muda dari perguruan Taibong-
pai itu telah mempersiapkan ilmu andalannya, yaitu ilmu
silat Mayat Mabuk! Sementara itu Ilmu Memanggil Roh yang ia
gunakan untuk menguasai mayat-mayat itu juga belum ia
lepaskan pula!
Di pihak lain Chin Yang Kun juga tidak ingin berlaku
sungkan-sungkan lagi. Pemuda itu tidak mau mengambil
resiko termakan oleh keganjilan ilmu lawan sebelum dia nanti
sempat mengembangkan ilmu puncaknya sendiri. Oleh karena
itu begitu melihat musuhnya mempersiapkan diri, iapun
segera bersiap-siap pula dengan ilmu pamungkasnya, Liongcu-
i-kang dan Kim-coa-i-hoat!
“Hiyaaaat !!!”
Tiba-tiba Song-bun-kwi menerjang ke arah Chin Yang Kun!
Tubuhnya yang lurus kaku seperti mayat itu meluncur ke
depan bagaikan sebatang tongkat yang melesat di udara,
kepalanya yang berambut riap-riapan itu meluncur lebih
dahulu bagaikan anak panah ke arah dada Chin Yang Kun!
Cepatnya bukan kepalang!
Jurus yang dipergunakan oleh Song-bun-kwi tersebut
adalah jurus ke sembilan dari Ilmu Silat Mayat Mabuk, yang
dinamakan jurus Membentur Bong-pai Menanyakan Jalan !
Sepintas lalu jurus itu seperti tidak ada keistimewaannya.
Begitu kaku, canggung dan sangat sederhana ! Padahal jurus
itu selain amat sulit sebenarnya sangat kaya akan variasi dan
kejutan! Kedua lengan yang terlipat diatas dada itu setiap saat
dapat bergerak mencari kelemahan lawan, sementara kedua
belah kaki yang terbujur kaku itu setiap saat juga bisa
merenggut nyawa !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untunglah Chin Yang Kun pernah melihat kedahsyatan ilmu
tersebut ketika tokoh Tai-bong-pai itu bertempur dengan Chu
Seng Kun tempo hari. Maka dari itu untuk menghadapinya
Chin Yang Kun bertempur dengan sangat hati-hati sekali.
Pemuda itu tidak ingin hanya karena kesalahan atau
keteledoran kecil membuat dirinya terjeblos ke dalam lobang
kesukaran.
Oleh sebab itu serangan yang tertuju ke arah dadanya itu
tidak dilayani oleh Chin Yang Kun. Dengan jurus Ular Emas
Meninggalkan Sarang pemuda itu menggeliat ke samping lalu
melangkah tiga tindak ke depan. Dengan gerakannya ini Chin
Yang Kun menghindari serbuan lawannya. Otomatis serangan
Song-bun-kwi menemui tempat kosong, sementara Chin Yang
Kun sekarang justru berada di belakangnya malah.
Tapi telah dikatakan tadi bahwa jurus-jurus ilmu Silat Mayat
Mabuk itu sebenarnya tidak sesederhana dan secanggung
penampilannya. Tampaknya saja amat kaku dan jelek
gerakannya, tapi sesungguhnya mengandung berbagai macam
tipuan dan serangan yang berbahaya. Itulah sebabnya ilmu ini
sangat disegani kawan dan ditakuti lawan !
Buktinya gerakan Chin Yang Kun itu ternyata juga telah
diperhitungkan pula oleh Song-bun-kwi. Begitu lawannya
mengelak kesamping dan kini justru berada di belakangnya,
jago muda dari Tai-bong-pai itu segera mengurai tangan dan
kakinya. Gerakannya membuat tubuhnya jungkir balik dan
kehilangan daya luncurnya. Dan bersamaan dengan jatuhnya
kaki di atas lantai tokoh muda yang mahir ilmu hitam tersebut
cepat-cepat berbalik dan menghantam Chin Yang Kun dengan
kedua belah telapak tangannya. Gerakannya ini dia lakukan
sambil menjatuhkan tubuhnya ke lantai, seakan-akan seperti
sesosok mayat yang terhuyung-huyung jatuh karena tak tahan
berdiri terlalu lama. Dalam Ilmu Silat Mayat Mabuk jurus ini
dinamakan Mendorong Giam-lo-ong Memasuki Peti Mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Chin Yang Kun juga segera melepaskan
serangannya. Sambil membalikkan badannya pemuda itu
mengayunkan kaki kanannya ke belakang, ke arah kepala
lawan. Dari bawah kakinya berputar setengah lingkaran ke
atas dalam jurus Ular Emas Menyabetkan Ekornya. Suaranya
berdesing saking kuatnya dan batang kaki itu seperti
bertambah sejengkal panjangnya !
Maka tak dapat dicegah lagi kedua telapak tangan Songbun-
kwi berbenturan dengan kaki kanan Chin Yang Kun! Oleh
karena masing-masing telah melandasi serangannya dengan
kekuatan penuh maka benturan tersebut menimbulkan
getaran yang maha hebat dan mengeluarkan suara berdentam
bagai petir menyambar ! Dan akibatnya sungguh hebat!
Sepatu dan kain celana Chin Yang Kun sebelah kanan
hancur bertebaran ditiup angin, sementara pemuda itu sendiri
tetap bertahan untuk tidak terdorong jatuh. Meskipun
demikian karena kedudukan kakinya memang tidak begitu
kokoh, apalagi hanya bertumpu pada satu kaki, maka tubuh
pemuda itu terpaksa terhuyung-huyung juga menabrak tiang !
Sedangkan di pihak lain, akibat dari benturan tenaga itu
benar-benar hebat bagi Song-bun-kwi ! Tokoh Tai-bong-pai
yang sejak semula begitu mengagungkan kehebatan ilmunya
sendiri itu kini terpaksa harus melihat bahwa di dunia ini
ternyata masih ada ilmu lain yang lebih dahsyat dari pada
ilmunya. Meskipun telah mengerahkan segala kemampuannya
ternyata benturan tenaga itu membuat tokoh ilmu hitam
tersebut terlempar dan berguling-guling menabrak dinding.
Dari mulutnya menetes darah segar, sementara kedua belah
lengannya serasa berpatahan tulang-belulangnya !
Menyadari bahwa ilmunya tak mungkin bisa mengatasi
lawannya, Song-bun-kwi segera mencari jalan untuk
meninggalkan ruangan itu.
Mula-mula dia beringsut kembali ke tengah ruangan untuk
berlindung di tengah-tengah gumpalan asap hio yang masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat tebal di sana. Kemudian dari tempat itu ia berusaha
mencegah kejaran Chin Yang Kun dengan ilmu hitamnya.
Chin Yang Kun bersandar pada tiang yang ditabraknya.
Dengan mata sedikit nanar dicarinya Song-bun-kwi yang
terlempar oleh pukulannya tadi. Tetapi kepulan asap hio yang
amat tebal itu benar-benar sangat mengganggu
pandangannya.
Tiba-tiba sepasang lengan yang licin dan dingin menyergap
pemuda itu dari belakang. Begitu licinnya kulit itu sehingga
rasa-rasanya ada lendir yang mengucur dari pori-porinya.
Malah sesaat kemudian bagian punggung pemuda itu terasa
basah oleh lendir atau keringat orang yang menyergapnya.
Baunya jangan dikata lagi! Busuk dan amis!
Tetapi bukan lendir ataupun bau busuk yang mengejutkan
Chin Yang Kun ! Yang sangat mengagetkan pemuda itu adalah
gerakan yang dilakukan oleh penyergapnya tersebut. Dengan
Liong-cu-i-kangnya yang sangat hebat ternyata dia tidak bisa
menangkap gerak atau langkah kaki penyergapnya itu, tahutahu
orang itu telah memeluknya dari belakang.
Chin Yang Kun meronta. Tumitnya menghantam ke
belakang, ke arah lutut penyergapnya kemudian kedua
sikunya bergantian menghajar perut dan dada lawan !
Gerakan pemuda itu dilakukan dengan amat cepat dan penuh
tenaga, dengan maksud agar pelukan itu segera dilepaskan.
Tapi penyergapnya yang Iihai itu tampaknya tidak mau
mengelak ataupun melepaskan pelukannya. Dengan nekad
penyergap itu menerima hantaman dan hajaran tumit dan siku
Chin Yang Kun. Terdengar suara gedebas gedebus seperti
batang pisang busuk ketika siku Chin Yang Kun mengenai
perut dan dada lawannya. Saking kuatnya pukulan itu
membuat perut serta dada itu hancur bertaburan isinya !
Cairan hijau dan kuning muncrat membasahi pakaian Chin
Yang Kun. Baunya jangan ditanya lagi !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun meloncat ke depan dengan cepat, lalu
membalikkan tubuhnya. Dan….. pemuda itu tersedak mau
muntah ! Di hadapannya tampak sesosok mayat dengan perut
dan dada hancur bersandar pada tiang ! Tak ada perubahan
pada muka yang telah menjadi kaku dan beku itu. Malah
sesaat kemudian mayat itu melangkahkan kakinya, terseokseok
menyeret gulungan-gulungan usus yang tercecer di atas
lantai.
"Gila! Dunia benar-benar sudah gila!” Chin Yang Kun
mengumpat-umpat dengan perasaan jijik. Baju yang
berlepotan darah busuk itu segera dilepaskan, kemudian
dibuang jauh-jauh. Mulutnya meludah tak henti-hentinya.
Peristiwa itu sungguh amat mencengkam hati Chin Yang
Kun sehingga untuk sesaat pemuda itu sampai lupa kepada
musuhnya. Tentu saja Song-bun-kwi yang selalu mengintai
dari balik asap itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan
tersebut. Dengan sebat kedua tangan tokoh Tai-bong-pai itu
berkelebat melemparkan senjata rahasianya. Setelah itu
dengan telapak tangan terbuka iblis tersebut melancarkan
pukulan jarak jauhnya.
Senjata rahasia yang terdiri dari batang-batang hio itu
benar-benar sangat mengejutkan Chin Yang Kun ! Pemuda itu
jungkir balik menghindarinya, sehingga waktu pukulan jarak
jauh itu datang, ia tak mempunyai kesempatan untuk
mengelak lagi.
"Dheees !"
Dengan telak pukulan tersebut mengenai punggung Chin
Yang Kun. Pemuda itu terhuyung-huyung menahan sakit.
Kemudian sambil bersandar di atas pecahan meja pemuda itu
mengawasi sekitarnya. Dicarinya iblis Tai-bong-pai yang licik
itu, tapi tidak ketemu.
Gumpalan asap hio yang masih amat tebal itu menghalangi
pandangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba pemuda itu mengumpat lagi dengan keras. Sambil
mengumpat pemuda itu bergegas meloncat tinggi ke atas.
Kakinya terayun keras ke arah dinding dan......sesosok mayat
yang menggigit kakinya melayang membentur tembok!
Terdengar suara gemeretak ketika kepala mayat-mayat itu
hancur berantakan.
“Bangsat menjijikkan! Song-bun-kwi, dimana kau? Ayoh,
keluarlah! Jangan bersembunyi kau….!” Chin Yang Kun
berteriak marah. Sambil berteriak pemuda itu mengawasi
dengan waspada ke sekelilingnya, jangan-jangan ada mayat
lagi di dekatnya.
Tapi ternyata Song-bun-kwi sudah kapok untuk
meneruskan pertempuran itu. Kenyataan yang dilihatnya
membuat tokoh itu sangat yakin bahwa ia tak mungkin bisa
mengalahkan Chin Yang Kun. Oleh karena itu saat asap yang
menguntungkan dirinya itu terlanjur habis dan ia tak bisa
menyembunyikan diri lagi, maka dia lekas-lekas keluar dan
meloloskan diri. Sepeninggalnya tentu saja mayat-mayat yang
berada di ruangan itu kembali tergeletak tak berdaya seperti
keadaannya semula.
Beberapa saat lamanya Chin Yang Kun mencari lawannya di
antara asap dan puing-puing yang berserakan di tempat itu.
Tetapi sampai seluruh asap yang memenuhi ruangan itu hilang
ditiup angin Song-bun-kwi tetap tidak diketemukannya. Iblis
mengerikan itu telah pergi meninggalkan ruangan itu.
Yang sekarang tertinggal di tempat itu hanyalah mayatmayat
yang tadi mengeroyok dia. Dan dalam keadaan terang
kini dapat dilihat bahwa mayat-mayat tersebut adalah mayat
para pendeta yang tinggal di kuil itu. Hal itu kuat diduga
melalui pakaian yang mereka kenakan. Semua mayat itu
mengenakan pakaian pendeta yang amat sederhana dan
dibuat dari kain kasar.
“Uhh……! Uhhhh! Uhh!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba telinga Chin Yang Kun dikejutkan oleh suara
keluhan orang di atas kepalanya. Ketika pemuda itu
mendongak ke atas, matanya terbelalak kaget. Di atas
penglari ruangan itu terlihat empat orang pendeta meringkuk
dengan tubuh diikat erat-erat menjadi satu.
“Saudara, tolonglah kami.....” salah seorang dari pendeta
itu merintih.
“Hah? Mengapa kalian berada disitu? Dan....mengapa pula
dengan pendeta-pendeta itu?” Chin Yang Kun menunjuk
mayat-mayat pendeta yang bergelimpangan itu.
“Mereka…..mereka dibunuh oleh pemuda berbaju putih itu!
Saudara, tolonglah…..nanti kuceritakan semua yang telah
terjadi di kuil ini…..” pendeta itu merintih lagi.
Chin Yang Kun mengerahkan gin-kangnya. Tubuhnya yang
jangkung itu melenting tinggi kemudian hinggap di atas kayu
penglari dimana empat orang pendeta itu diikat. Dan dengan
cekatan jari-jarinya melepaskan ikatan mereka.
“Apakah kalian bisa ilmu silat?” Chin Yang Kun bertanya.
Empat orang pendeta itu saling pandang kemudian dengan
ragu-ragu mereka mengangguk. “Ya, sedikit….” Bisik mereka
perlahan.
“Kalau begitu marilah kita turun dan berbicara di bawah!”
Chin Yang Kun berkata.
Mereka lalu turun bersama-sama. Seorang pendeta itu
dengan sedih melihat mayat-mayat yang berserakan. Mayatmayat
kawan mereka yang secara tidak sengaja
dihancurleburkan oleh Chin Yang Kun.
“Nah, kalian tunggu disini sebentar, aku akan mencari iblis
keji itu dahulu…..” Chin Yang Kun berseru kepada para
pendeta itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Iblis berbaju putih itu? Ah, saudara sudah terlambat…..
Iblis itu telah meloloskan diri dari pintu belakang sejak tadi.
Dari tadi kami melihatnya…..” salah seorang dari pendeta itu
memberi tahu kepada Chin Yang Kun.
“Meloloskan diri melalui pintu belakang?” Chin Yang Kun
berteriak, lalu meloncat dan berlari ke arah pintu belakang.
Pintu itu memang telah terbuka. Chin Yang Kun menerobos
keluar, kemudian berlari-lari ke halaman belakang, mencari
iblis itu di antara bangunan-bangunan yang banyak terdapat di
sana.
Tapi iblis itu benar-benar telah menghilang. Semua
bangunan yang ada di halaman belakang itu sunyi sepi. Tak
seorangpun kelihatan, apalagi Song-bun-kwi yang dicari oleh
pemuda itu. Yang terdapat di tempat tersebut hanyalah
binatang piaraan seperti ayam dan kambing.
Tiba-tiba Chin Yang Kun teringat kepada kawannya, si
Pemuda Tampan yang berada di halaman depan. Hati Chin
Yang Kun menjadi berdebar-debar, telinganya seperti tidak
mendengar sama sekali suara pertempuran mereka. Janganjangan
telah terjadi sesuatu dengan temannya itu. Janganjangan
musuhnya yang lihai itu telah datang selagi ia berada
di dalam kuil.
Chin Yang Kun cepat berlari ke depan melalui halaman
samping. Dan kekhawatirannya benar juga!
Tempat itu telah sepi. Kawannya sudah tidak ada di tempat
itu, begitu pula dengan musuh-musuhnya. Hanya bekas-bekas
pertempuran mereka saja yang kelihatan di sana.
“Kemana bocah bengal itu? Dan….kemana pula orangorang
itu bersama dengannya?” Chin Yang Kun bertanya
dengan gelisah. “Mungkinkah mereka memasuki kuil selagi
aku berada di halaman belakang?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun bergegas meloncati tangga, lalu berlari
cepat melintasi lantai pendapa. Untuk kedua kalinya pemuda
itu memasuki ruangan sembahyang dari pintu depan. Matanya
nanar mengawasi ruangan yang kini telah terang benderang
itu. Lagi-lagi ia tak menemukan kawannya disana.
Pemuda itu hanya menjumpai keempat pendeta yang tadi
ditolongnya itu. Para pendeta itu telah mengumpulkan mayat
kawan-kawan mereka dan berdiri menyambut kedatangannya.
Wajah mereka tampak lesu dan pucat.
“Saudara bisa menemukan iblis itu?”
Chin Yang Kun tidak menjawab, kepalanya menggeleng,
sementara mulutnya balik bertanya kepada mereka. “Apakah
kalian melihat seorang pemuda tampan memasuki ruangan ini
sepeninggalku tadi?”
“Pemuda tampan…..?” empat orang pendeta itu berdesah
hampir berbareng. “Tidak ! kami tidak melihat pemuda itu.
Tak seorangpun memasuki ruang sembahyang ini sepeninggal
saudara tadi....”
Entah mengapa tiba-tiba Chin Yang Kun amat
mengkhawatirkan nasib kawannya itu. Jangan-jangan pemuda
bengal yang berwatak polos dan usianya masih sangat muda
itu telah terperangkap oleh jebakan atau tipu muslihat para
penunggang kuda tadi.
“Ohh.....!” Chin Yang Kun mengeluh dengan hati gelisah.
Perasaannya seperti telah mencium bahaya yang mengancam
kawannya. Bagaikan orang yang sedang bingung Chin Yang
Kun membalikkan tubuhnya, lalu melesat ke luar ruangan lagi.
Dari atas pendapa kuil pemuda itu sekali lagi mengawasi
halaman depan yang sepi. Tak ada petunjuk sama sekali
kemana perginya kawannya itu.
Tiba-tiba wajah yang kusut itu tampak bersinar-sinar penuh
harapan kembali. Mata yang sayu itu tampak bergairah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersemangat lagi. “Ah, roda pedati itu....!” bisiknya penuh
harapan.
Sekali berkelebat Chin Yang Kun telah berada di halaman.
Dengan mata nanar pemuda itu meneliti bekas roda pedati
yang ditarik menuju ke jalan raya. Alas dari roda pedati itu
terbuat dari besi baja, oleh karena itu bekas yang ditinggalkan
di atas tanah sungguh jelas sekali.
Tanpa berpamitan lebih dahulu kepada empat orang
pendeta yang menantinya di dalam kuil Chin Yang Kun pergi
meninggalkan tempat itu. Kakinya melangkah dengan cepat
mengikuti jejak roda pedati. Untunglah hari belum terlalu
siang sehingga jalan itu belum banyak dilalui orang, dan bekas
pedati itu masih tetap jelas serta belum terganggu dengan
jejak kaki yang lain.
Ternyata jejak itu berbelok ke arah jalan menuju ke luar
kota. Tapi di jalan besar menuju pintu gerbang kota sebelah
timur Chin Yang Kun kehilangan jejak roda itu. Di tempat itu
lalu lintas sangat ramai sehingga Chin Yang Kun tak bisa
membedakan lagi dengan bekas-bekas jejak roda yang lain.
Pemuda itu melangkah lebih cepat dengan harapan bisa
menyusul dan melihat yang diburunya. Tapi sampai di pos
penjaga pintu gerbang kota, pedati itu tetap tak ditemukannya
juga. Pedati itu seolah-olah lenyap begitu saja dari jalan raya.
"Hmm, jangan-jangan pedati itu menuju ke jalan kecil......."
pemuda itu berpikir dalam hati.
Seraya melihat ke sekelilingnya Chin Yang Kun berjalan
perlahan-lahan ke pintu gerbang. Dari jauh pemuda itu
melihat dua orang perajurit penjaga berdiri di bawah pintu
gerbang. Kedua orang perajurit tersebut tampak bersungguhsungguh
dalam menjalankan tugas mereka. Dengan tombak
panjang di tangan masing-masing mereka mengawasi orangorang
yang lewat di depan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Baiklah aku bertanya kepada perajurit itu," akhirnya Chin
Yang Kun memutuskan di dalam hati.
Kemudian pemuda itu bergegas mendekati kedua orang
penjaga tersebut. Lalu dengan hati-hati dia bertanya. "Maaf,
saya sedang mencari sebuah pedati dengan muatan sebuah
kotak persegi besar dari kayu....... Eh, apakah tuan melihatnya
?"
“Pedati.....?" salah seorang dari penjaga itu mengerutkan
dahinya, kemudian lanjutnya, “Saudara maksudkan sebuah
pedati kecil yang dibawa oleh sepuluh atau sebelas orang
berkuda?”
“Sepuluh atau sebelas orang berkuda? Eh, banyak
benar........!" Chin Yang Kun ragu.
“Ya, sebelas orang berkuda......! Kalau pedati itu yang
saudara maksudkan, mereka membawanya ke luar kota,"
penjaga pintu ini memberi keterangan sambil menatap wajah
Chin Yang Kun lekat-Iekat. "Ehm.... apakah engkau kehilangan
pedati itu?"
“Oh, tidak! Tidak!” Chin Yang Kun cepat-cepat menjawab.
“Mengapa tuan bisa berprasangka demikian…..?”
Kedua orang perajurit itu saling memandang dengan muka
cemberut. Nada suaranya terdengar penasaran ketika
memberi jawaban. “Kesebelas orang berkuda itu tampaknya
bukan orang baik- baik. Tingkah laku mereka seperti
perampok. Huh, mereka sampai berani pula mempermainkan
petugas negara….”
“Mempermainkan seorang petugas Negara? Apakah
maksud tuan .......?” Chin Yang Kun bertanya tak mengerti.
"Hmh, lihat........!” penjaga itu menggerutu seraya
memperlihatkan pakaian seragam yang kotor kepada Chin
Yang Kun. “Secara licik orang-orang itu memperdayakan kami,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga aku terjatuh ditertawakan orang padahal aku hanya
bertanya tentang pedati yang mereka bawa……”
“Hei? Seorang pemuda tampan yang kelihatan masih amat
muda? Pakaiannya bagus, mulutnya ceriwis?” Chin Yang Kun
tersentak kaget. Kaget bercampur gembira karena merasa
bahwa pemuda yang dimaksudkan penjaga itu tentulah
kawannya yang Bengal itu. Begitu gembiranya pemuda itu
sehingga ia lupa bahwa ia sedang berada di jalan raya.
Tentu saja tingkah laku pemuda itu tak luput dari perhatian
kedua penjaga tersebut. Dengan pandang mata bingung
mereka mengawasi Chin Yang Kun. “Apakah saudara
mengenal pemuda tampan yang dibawa oleh para
penunggang kuda itu? Siapakah mereka?” penjaga itu balik
bertanya kepada Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun tergagap. “Anu....eh, yaa.....ya! pemuda itu
memang saudaraku. Dia......dia telah diculik dan dibawa pergi
oleh orang-orang jahat itu,” Chin Yang Kun terpaksa
berbohong.
“Oh?! Jadi....... saudara ini sedang mengejar mereka?"
Penjaga itu menegaskan.
“Benar!”
“Hmm,kalau begitu......lekaslah! mereka baru saja lewat.
Mungkin belum ada lima lie dari sini. Tapi....hati-hatilah!
Tampaknya orang-orang jahat itu mempunyai kepandaian
yang tinggi.”
"Yaa.... ya, terima kasih........! Kalau begitu saya akan
berangkat saja sekarang."
Chin Yang Kun menganggukkan kepalanya lalu melesat
keluar pintu gerbang, menuju ke jembatan gantung yang
melintang di atas parit kota, yaitu parit dalam dan lebar yang
mengelilingi tembok kota. Gerakannya lincah dan cepat bukan
main, membuat dua orang penjaga pintu tersebut terlongongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
longong kagum. Dan kekaguman mereka semakin bertambah
lagi ketika menyaksikan Yang Kun mendemonstrasikan ginkangnya
di atas kereta, gerobak dan pedati, yang pada saat
itu secara kebetulan berjejal di atas jembatan.
Tanpa mempedulikan keheranan atau kekaguman orangorang
yang melihatnya Chin Yang Kun berlari bagai dikejar
setan. Kedua buah kakinya yang melangkah dengan cepat
sekali itu seperti tidak menyentuh tanah saking cepatnya.
Sepintas lalu pemuda itu seperti seekor burung besar yang
terbang rendah di atas tanah.
Satu lie....... dua lie...... akhirnya lima lie telah dilalui oleh
Chin Yang Kun! Tapi pemuda itu tetap tidak menjumpai iringiringan
para penunggang kuda yang menyandera kawannya
itu.
Chin Yang Kun telah mulai gelisah kembali, meskipun
demikian pemuda itu tetap berlari terus mencari orang-orang
itu. Dan ketika akhirnya pemuda itu telah mencapai jarak kirakira
sepuluh lie dari kota Sin-yang hatinya mulai ragu.
Bagaimanapun cepatnya mengendarai kuda, tak mungkin
rasanya dalam waktu singkat bisa mencapai jarak sedemikian
jauhnya. Apalagi tidak mungkin berjalan dengan cepat karena
harus menyeret pedati pula.
“Mungkin mereka telah meninggalkan pedati itu di suatu
tempat dan kemudian meneruskan perjalanan mereka melalui
jalan kecil yang tak biasa dilewati umum," pemuda itu
membatin.
Chin Yang Kun menghentikan langkahnya. Hari telah siang,
tapi oleh karena langit mendung maka suasana masih tetap
redup dan lembab. Dan tampaknya hari itu hujan akan turun.
Beberapa orang petani kelihatan pulang membawa
pacuInya. Mereka melangkah dengan tergesa-gesa seakanakan
takut hujan akan segera turun. Ketika lewat di dekat
Chin Yang Kun para petani itu menoleh dan mengerutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keningnya. Keadaan tubuh Chin Yang Kun yang sangat aneh
itu sungguh amat menarik perhatian mereka. Mereka
menyangka Chin Yang Kun yang hanya memakai celana
compang-camping dan sepatu sebelah itu adalah seorang
pemuda kampung yang tidak waras otaknya.
“Ah, agaknya perang besar beberapa tahun yang lalu telah
memusnahkan seluruh keluarganya, sehingga anak itu
menjadi sinting dan menderita hidupnya........" salah seorang
dari petani itu berbisik kepada rekannya.
"Kasihan....... Padahal wajahnya demikian tampan dan
bersih." yang Iain menyahut.
Para petani itu berjalan terus, meninggalkan Chin Yang Kun
yang merah padam mendengar kata-kata mereka. Tetapi katakata
petani itu sekaligus juga menyadarkan Chin Yang Kun,
bahwa pakaian yang melekat di badannya memang sungguh
tidak pantas. Masa di tempat umum begini tidak memakai
baju. Dan celana yang ia kenakan lebih tidak pantas lagi. Pipa
celananya tinggal sebelah karena yang sebelah telah hancur
dipukul Song-bun-kwi. Sementara sepatu yang melekat di
kakinyapun juga tinggal sebelah saja.
“Hmm, pakaianku memang tidak pantas. Wajar kalau
orang-orang menganggapku gila atau sinting. Aku harus lekaslekas
mencari pakaian yang baik......tapi kemana lagi, aku toh
tidak mempunyai uang sama sekali, sungguh repot......!”
pemuda itu bergumam dengan hati yang bingung.
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi tempat itu
dari arah kota. Chin Yang Kun buru-buru menepi. Hatinya
berdebar-debar. Kedua tangannya terkepal erat-erat, siap
untuk menghajar apabila yang datang ini benar-benar para
penunggang kuda yang menyandera kawannya.
Debu mengepul tinggi ke udara ketika sebuah kereta
penumpang datang berpacu ke tempat itu. Di antara kepulan
debu yang beterbangan di belakang kereta itu tampak empat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang penunggang kuda membuntuti. Mereka berpacu seolah
saling berkejaran atau takut akan turunnya hujan di tengah
jalan.
Chin Yang Kun tidak dapat segera mengenali kusir kereta
ataupun para penunggang kuda yang mengikutinya. Sukar
benar rasanya mengenali orang yang bergoncang di atas
kereta atau kuda yang sedang berpacu dengan cepat. Apalagi
debu selalu berhamburan menutupi sebagian besar dari tubuh
mereka. Yang mampu ditangkap oleh mata Chin Yang Kun
hanyalah perawakan dan dandanan mereka saja.
Chin Yang Kun tak ingin kehilangan orang yang dicarinya,
maka dengan tangkas tubuhnya melesat ke tengah-tengah
jalan dan berteriak menghentikannya. Pemuda itu berpikir,
lebih baik dia nanti meminta maaf bila perlu dari pada harus
kehilangan buruannya.
“Berhenti !!!”
Kuda itu meringkik dengan kuatnya dan tarikan kendalinya
membuat kuda itu melonjak ke atas bagaikan mau berdiri di
atas kaki belakangnya. Otomatis kereta itu berhenti dengan
suara derit yang gaduh. Dan suara itu makin bertambah ribut
ketika empat orang penunggang kuda lainnya ikut
menghentakkan kendali kudanya.
"Hei! Ada apa ini........? Mengapa saudara berdiri di tengah
jalan menghentikan kereta kami ?” empat orang penunggang
kuda itu maju mengepung Chin Yang Kun. Salah seorang di
antaranya yang berbadan tinggi tegap dan berkumis tebal
berteriak ke arah Chin Yang Kun. Suaranya Iantang dan keras,
suatu tanda bahwa tenaga dalamnya sangat tinggi.
Chin Yang Kun tidak segera menjawab pertanyaan itu.
Lebih dahulu pemuda itu menatap para penunggang kuda itu
satu-persatu, kalau-kalau dia bisa mengenali salah seorang di
antaranya. Tapi tak seorangpun dari ke-empat orang itu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya mirip dengan penunggang kuda yang menyandera
kawannya itu.
Sementara itu sejak menghentikan keretanya, si kusir yang
bertubuh besar dan berjenggot lebat itu tampak menatap
wajah Chin Yang Kun dengan mata terbelalak. Beberapa kali
orang itu mengusap-usap matanya seolah-olah tidak percaya
pada apa yang dilihatnya. Baru setelah Chin Yang Kun
menoleh ke kereta dan mereka saling berpandangan sejenak,
pengendara kereta itu tiba-tiba berteriak dan meloncat turun !
"Yang hian-te.......! Kaukah ini?"
"Hah? Liu-twa-ko.......?'' Chin Yang Kun berteriak pula
dengan kagetnya.
Pemuda itu menghambur ke arah pengendara kereta yang
tidak lain adalah penyamaran dari Baginda Kaisar Han itu !
Mereka berpelukan dengan erat, seakan-akan mereka betulbetul
saudara kandung yang telah lama tak berjumpa.
Tentu saja peristiwa yang tak disangka-sangka ini sangat
mengejutkan para pengawal Kaisar Han! Empat orang
penunggang kuda dan seorang lagi yang duduk di dalam
kereta, turun dari kendaraan mereka dengan mulut
terlongong-longong. Semuanya sibuk menduga-duga,
siapakah sebenarnya pemuda yang berpakaian seperti
gelandangan itu? Mengapa junjungan mereka yang kini
sedang menyaru sebagai kusir kereta itu tiba-tiba berpelukan
dengan pemuda tersebut ?
"Ah, Yang hian-te........ aku sungguh tak percaya bisa
bertemu lagi denganmu. Ternyata kau masih hidup.
Bagaimana hal ini bisa terjadi ? Kata para perajurit istana itu
kau jatuh ke dalam telaga di belakang istana dan kemudian
tenggelam tak timbul lagi. Lalu........lalu apa sebenarnya yang
terjadi padamu ?" dengan nada ingin tahu Kaisar Han
bertanya kepada Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua sahabat itu saling melepaskan pelukan mereka
masing-masing. Kaisar Han meletakkan tangan kanannya di
pundak Chin Yang Kun, sementara pemuda itu sendiri tampak
malu-malu mengawasi pakaiannya yang compang-camping.
“Wah, kalau diceritakan....... sungguh panjang sekali. Bisa
sehari semalam kita berdiri di sini......." Chin Yang Kun
menjawab.
"Ahaa....... kau benar, Yang hian-te. Kalau begitu, marilah
sekarang kau ikut aku saja ! Pengalamanmu tentu hebat
sekali. Lihat, kau sampai berpakaian begini rupa.......!
Hahahaa....... kakakmu ini sungguh ingin sekali mendengar
ceritamu."
Chin Yang Kun terpaksa tertawa juga meskipun agak malumalu.
Tapi sekejap kemudian wajah pemuda itu berubah
menjadi lesu kembali. "Ah, sungguh sayang sekali twa-ko. Kali
ini adikmu belum bisa memenuhi undanganmu. Masih banyak
urusan yang harus kuselesaikan."
"Ahhh......!" Kaisar Han tiba-tiba berdesah dengan kecewa
sekali. "Sungguh sayang sekali ...... Tapi apa sebenarnya
urusanmu itu? Bolehkah twa-komu ini membantu
menyelesaikannya ?"
"Terima kasih, twa-ko.......! Tidak usah ! Aku bisa
menyelesaikannya sendiri. Percayalah.....Dan begitu urusan itu
selesai....... aku tentu akan lekas-lekas mengunjungimu.
Bukankah twa-ko masih tinggal di istana Kaisar Han?"
Kaisar Han tergagap. Wajahnya tampak kikuk, apalagi
ketika beradu pandang dengan para pengawalnya yang
semakin tampak bingung mendengarkan percakapan mereka.
“Yaa....... yaa, tentu saja. Aku masih tinggal.... tinggal di
komplek istana seperti dulu. Cuma....... cuma, kalau engkau
hendak mengunjungi aku........ ha .... harap kau memberi tahu
aku lebih dahulu." Sukar benar rasanya bagi Kaisar Han untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbicara tentang dirinya kepada Chin Yang Kun karena sejak
semula baginda telah terlanjur berbohong kepada pemuda itu.
Chin Yang Kun menatap Kaisar Han sesaat, kemudian
mengangguk-anggukkan kepalanya dengan pandang mata
mengerti. "Tentu saja, twa-ko. Aku tahu kau sangat sibuk dan
jarang sekali berada di rumah, karena kau adalah perwira
kepercayaan baginda Kaisar Han yang sering diutus ke luar
daerah.”
"Ya....... ya......... ya!" Kaisar Han mengangguk-angguk
pula dengan mulut meringis.
"Lalu hari ini kau mendapat tugas ke mana, twa-ko?
Menyelidiki pemberontak-pemberontak itu?”
"Pemberontak-pemberontak ? Eh, kau tahu pula tentang
para pemberontak itu ?" Kaisar Han berseru kaget. Otomatis
jari-jari baginda yang berada di atas pundak Chin Yang Kun itu
mencengkeram dengan kuatnya.
Pemuda itu meringis sehingga Kaisar Han menjadi sadar.
"Eh-oh, maafkan.......!" baginda meminta maaf.
Chin Yang Kun tersenyum maklum. "Twa-ko, sebenarnya
akupun tidak tahu menahu pula tentang para pemberontak
itu. Aku hanya mendengar berita itu dari Chu Twa-ko dan dari
Yap Siauw-hiap..."
"Dari Chu Seng Kun dan Yap Kiong Lee maksudmu ?"
“Ya !"
"Ohh !" Kaisar Han menghembuskan napasnya kuat-kuat.
Lalu, "Begini, adikku, perjalananku ini selain untuk keperluan
pribadiku sendiri, aku memang bermaksud untuk
membuktikan sendiri kebenaran laporan Hong lui kun Yap
Kiong Lee tentang para pemberontak itu."
"Laporan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee? Eh, twa-ko..,,
apakah kedudukanmu itu lebih… lebih tinggi dari pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar ternama itu di istana ?" dengan sinar mata polos
Chin Yang Kun memandang kagum ke arah Liu twa-konya.
"Ehh-ooh-eeh…..yaa......ya!" Kaisar Han yang hampir saja
kelepasan omong itu tergagap hampir tersedak.
“Ohh, lalu urusan pribadi apakah yang hendak
kauselesaikan selain urusan para pemberontak itu?" Chin Yang
Kun bertanya lagi.
"Ah, cuma urusan kecil saja. Aku ingin mengunjungi desaku
lagi. Telah lama aku meninggalkannya, yaitu sejak aku
berangkat ke kota raja dan menjadi perwira di istana. Aku
kepingin melihat desaku dan mengenangkan kembali masamasa
kecilku di sana..........."
"Desa yang pernah kauceritakan kepadaku itu, twa-ko? Ah,
kau bohong......! Aku tahu kau bukannya mau melihat desamu
kembali, tapi kau sebenarnya hanya mau meIihat bekas anak
kepala desa itu, bukan ? Twa-ko masih penasaran karena
lamaranmu dahulu ditolak oleh ayahnya. Kini setelah twa-ko
memperoleh jabatan tinggi, twa-ko mau kembali ke desa itu
untuk membalas dendam kepada orang-orang yang pernah
menggagalkan pernikahanmu itu. Bukankah begitu, twa-ko?"
dengan tersenyum Chin Yang Kun menggoda Kaisar Han.
"Wah, mana aku berani........" Kaisar Han tersipu-sipu malu,
apalagi di hadapan para pengawalnya yang tak tahu menahu
tentang cerita itu.
"Hahaha..... twa-ko, kalau begitu…..silahkan ! Adikmu tidak
berani menahanmu lebih lama lagi. Twa-ko tentu sudah tidak
tahan lagi untuk lekas-lekas.... melihat desa itu.
Hahahah.........!" Chin Yang Kun meneruskan godaannya
seraya meloncat minggir.
"Ah, kau........!" Kaisar Han terpaksa mengumpat.
Chin Yang Kun tertawa lepas. "Sudahlah, twa-ko...... aku
pergi dulu. Besok saja kalau aku berkunjung ke tempatmu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau harus bercerita tentang perjalananmu ini kepadaku ! Aku
benar-benar ingin mendengarnya..."
"Hei, nanti dulu! Dimanakah pakaianmu? Apakah engkau
memang tidak mempunyai pakaian yang lain lagi ?” Kaisar
Han buru-buru berteriak ketika Chin Yang Kun mulai beranjak
untuk meninggalkan tempat itu.
Chin Yang Kun tidak jadi melangkahkan kakinya. Tiba-tiba
pemuda itu menjadi ingat akan keadaannya. Sesaat kemudian
hatinya menjadi ragu-ragu. Ingin benar mulutnya berkata
tentang kantongnya yang kosong, perutnya yang lapar dan
lain sebagainya. Tapi ketika matanya memandang para
pengawal twa-konya, keinginan itu segera menjadi surut
kembali.
Tapi keragu-raguan Chin Yang Kun itu tampaknya dapat
dirasakan juga oleh Kaisar Han. Orang tua itu seperti tahu
akan keseganan hati sahabat mudanya. "Yang-hian-te,
terimalah ini untukmu! Dan jangan lupa janjimu untuk
mengunjungi aku besok...... Awas kalau kau lupa !" Kaisar Han
berteriak sambil melemparkan sebuah pundi-pundi uang
kepada Chin Yang Kun. Dan sekejap kemudian Kaisar Han
telah meloncat ke atas keretanya dan mengajak para
pengawalnya pergi.
Chin Yang Kun justru menjadi termangu-mangu malah.
Beberapa saat lamanya pemuda itu hanya bisa mengawasi
kepergian Liu twa-konya. Baru beberapa saat kemudian
pemuda itu tersadar. Segera dibukanya pundi-pundi
pemberian twa-konya tadi.
"Hai.......??" pemuda itu berseru tanpa terasa. "Banyak
benar? Untuk apa uang sebanyak ini bagiku ? Masakan aku
harus memborong semua pakaian yang ada di dalam toko ?”
Pemuda itu ingin berteriak lagi untuk memanggil Liutwakonya,
tapi mereka telah jauh meninggalkan jalan itu. "Ah,
biarlah........! Besok juga uang kelebihannya akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kukembalikan......." akhirnya pemuda itu berkata di dalam
hati.
Chin Yang Kun berjalan kembali ke kota Poh-yang. la tetap
berniat untuk mencari kawannya yang hilang itu. Di tengah
jalan banyak orang yang memperhatikan dirinya, sehingga
lama-lama hatinya menjadi risih juga. Maka dari itu ia
mempercepat langkahnya, dengan harapan dapat lekas-lekas
mencapai kota Poh-yang kembali. Dan di sana ia akan segera
membeli pakaian yang bagus.
Ketika sampai di sebuah tikungan Chin Yang Kun melihat
beberapa orang petani yang tadi menyangka dia sebagai
gelandangan yang sinting. Mereka berjalan perlahan-lahan
beberapa puluh langkah di depannya. Tiba-tiba Chin Yang Kun
ingin menggoda mereka. Tapi niat tersebut segera
diurungkannya ketika dilihatnya salah seorang diantaranya
tidak berjalan seperti biasanya. Orang itu berjalan terpincangpincang
dan dibantu oleh dua orang temannya. Tampaknya
orang itu baru saja mendapatkan kecelakaan.
Tapi oleh karena langkah pemuda itu sudah terlanjur
mendekati mereka, maka pemuda itu terpaksa melanjutkan
langkahnya yang cepat, sehingga beberapa saat kemudian
petani itu telah dilaluinya.
Petani-petani itu menoleh, dan mengawasi Chin Yang Kun.
Dan begitu mereka tahu siapa yang lewat, mereka
menggerundel, "Ah, lagi-lagi si Sinting yang datang. Sungguh
menyebalkan dan membuat sial orang saja.....!" salah seorang
diantaranya berkata sedikit keras sehingga didengar oleh Chin
Yang Kun.
GataI juga telinga Chin Yang Kun mendengarnya. Pemuda
itu berhenti dengan tiba-tiba, kemudian membalikkan
tubuhnya. Matanya yang mencorong bagaikan mata harimau
itu menatap para petani itu.
"Siapakah yang berbicara tadi? Majulah.......!" gertaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata petani yang pincang itulah yang maju. Sambil
menepiskan lengan kedua orang kawan yang membantunya
petani itu bertolak pinggang di depan Chin Yang Kun. Kawankawannya
berusaha untuk menyabarkannya, tapi si Pincang
itu tetap tak mau mendengarkan nasehat mereka.
"A Yung, sudahlah........ tak perlu dilayani ! Tidak ada
gunanya ! Dengarlah, apa kata orang nanti terhadapmu ?"
"Persetan ! Karena berjumpa dengan bocah sinting ini nasib
kita menjadi sial. Karena nasib sial yang menempel pada kita
itu kita lalu memperoleh nasib yang jelek. Coba kalau kita
tidak ketularan nasib siaInya, masakan kita sampai dihajar
oleh para penunggang kuda itu ?" Si Pincang itu tetap ngotot
mau melayani Chin Yang Kun.
"Tapi......... apa hubungannya bocab ini dengan mereka ?
Bukankah kita sendiri yang bersikap kurang sopan terhadap
mereka tadi? Jadi.....” salah seorang kawan si Pincang masih
tetap berusaha menyadarkannya.
"Diam! Menyingkirlah kalau kau takut ! Ingatlah ! Kesialan
itu akan selalu membuntuti kita kalau kita tidak berusaha
menyingkirkan sumbernya.......!" Si Pincang berteriak.
Tetapi teriakan itu tiba-tiba terputus dan berubah menjadi
jeritan ketakutan ketika mendadak tubuh yang pincang
tersebut diangkat oleh Chin Yang Kun dan diputar-putar di
atas kepala. Gerakan Chin Yang Kun demikian cepatnya
sehingga tak seorangpun dari para petani itu yang mampu
melihat bagaimana hal itu bisa terjadi. Tahu-tahu pemuda
sinting itu telah berada di depan mereka dan....... Si Pincang
telah berputar cepat seperti baling-baling!
Kawau-kawan dari Si Pincang itu mundur ketakutan. Tubuh
mereka gemetar dan tak tahu apa yang harus mereka
kerjakan untuk menolong Si Pincang.
"Lekas katakan! Apakah penunggang kuda yang bertemu
dengan kalian itu membawa seorang pemuda tampan?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemanakah mereka sekarang pergi?" Chin Yang Kun
membentak keras sekali, sehingga para petani itu semakin
ketakutan.
Saking kaget dan takut, tak seorangpun yang bisa
menjawab malah !
"Lekas katakan ! Atau ........ kalian ingin melihat kawanmu
ini kubanting hancur?"
"Ja........ jangan ! Kasihanilah dia!"
"Kalau begitu cepat jawab pertanyaanku tadi !"
''Ba....... baik! Ka...... kami memang bertemu dengan para
penunggang kuda itu. Mereka........ mereka kami lihat
memang membawa se........seorang pemuda tampan. Pemuda
itu diikat kedua tangannya.......”
"Cepat ! Kemana mereka itu sekarang?" Chin Yang Kun
membentak tak sabar.
"Anu....... anu.....mereka pergi ke arah bukit itu !" petani
itu berkata seraya menunjuk ke arah bukit di sebelah kiri
mereka, yaitu sebuah bukit kecil yang diselimuti oleh hutan
lebat, jauhnya sekitar lima lie dari tempat itu.
"Ah ! Makanya aku tak bisa menemukan mereka, tak
tahunya mereka benar-benar membelok ke arah bukit itu,”
Chin Yang Kun berdesah sambil menurunkan korbannya. Lalu
bergegas meloncat pergi meninggalkan para petani itu.
Sebentar saja bayangannya telah hilang ditelan hutan yang
masih banyak terdapat di sekitar tempat tersebut.
Sepeninggal Chin Yang Kun para petani itu segera tersadar
dari keterkejutan mereka. Bergegas mereka menghampiri Si
Pincang dan menolongnya berdiri.
"Nah, apa kataku......? Sudah kukatakan agar kau tidak
terburu nafsu tadi....." petani yang tadi berusaha
menyabarkan hati Si Pincang menegur kawannya yang sial itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaaa, sungguh tidak kusangka kepandaiannya hebat
bukan main. Agaknya justeru lebih hebat dari pada para
penunggang kuda tadi," yang lain berkata pula.
“Untunglah A Yung tidak dibunuhnya ...." yang lain lagi ikut
menyahut. Sementara itu Chin Yang Kun dengan cepat telah
menerobos hutan tipis yang tumbuh di sekitar tempat itu. Dan
sebentar kemudian pemuda itu telah tiba di kaki bukit yang
tadi dikatakan oleh kawan Si Pincang.
Chin Yang Kun berdiri sejenak di bawah sebuah pohon
besar. Matanya memandang ke puncak bukit yang tertutup
oleh hutan lebat. Puncak itu sebenarnya tidak begitu tinggi,
tapi oleh karena dari atas sampai ke bawah bukit tersebut
dipenuhi dengan pohon-pohon besar, maka bukit itu tampak
angker dan menakutkan.
Tiba-tiba pemuda itu tersentak dari lamunannya. Lapatlapat
telinganya mendengar denting suara senjata beradu.
Menilik suaranya Chin Yang Kun bisa memastikan bahwa suara
itu tentu berasal dari sebuah pertempuran yang berlangsung
tidak jauh dari tempat itu. Oleh karena itu Chin Yang Kun
cepat-cepat berlari mendekati. Pemuda itu sudah tidak tahan
lagi untuk segera mengetahui nasib kawannya yang dibawa
oleh para penunggang kuda itu.
Di sebuah tempat yang lapang di lereng bukit itu Chin Yang
Kun melihat belasan orang lelaki bersenjata bertempur dengan
seru. Tidak jauh dari arena pertempuran tampak empat buah
kereta sorong yang biasa digunakan untuk mengangkat
barang. Dan diatas salah satu kereta itu tertancap sebuah
bendera besar, lambang dari sebuah perusahaan
pengangkutan barang atau piauw-kiok, yaitu seekor naga
berwarna kuning keemas-emasan di atas dasar kain merah
menyala.
"Kim-liong Piauw-kiok........'' Chin Yang Kun berdesah di
dalam hati. "Agaknya perusahaan angkutan barang itu sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu dengan perampok. Biarlah aku tak usah mencampuri
urusan mereka........ Eh? Siapa itu ?"
Chin Yang Kun mengerutkan dahinya. Setelah mendekati
pertempuran pemuda itu segera mengenal siapa yang sedang
berkelahi. Di antara belasan orang anggota Kim-Iiong Piauw
kiok itu Chin Yang Kun segera mengenal empat orang di
antaranya. Mereka adalah murid-murid ketua Kim-liong Piauwkiok
sendiri yang dahulu pernah ditolongnya ketika mereka
berselisih dengan anak buah Keh-sim Siauw-hiap.
Sedangkan lima orang lelaki yang bertempur dengan
mereka itu segera dikenal pula oleh Chin Yang Kun. Orangorang
itu tidak lain adalah Siauw Ong-ya dan anak buahnya,
yang dahulu juga pernah bertempur dengan Chin Yang Kun di
desa Hok-cung, yaitu ketika Siauw Ong-ya itu bersama ribuan
anak buahnya menyerang dan menduduki desa Hok-cung !
"Huh, pangeran palsu itu sekarang berada di sini pula. Apa
hubungannya dengan para penunggang kuda itu ? Kenapa dia
bertempur dengan rombongan Kim-liong Piauw kiok ? Di
manakah pengikutnya yang ribuan jumlahnya itu ? Dan........
di mana pula Si Pendekar Gila Souw Thian Hai?" Chin Yang
Kun yang segera mengenali orang itu cepat-cepat
menyembunyikan dirinya. Siapa tahu rombongan Siauw Ongya
itu berada di sekitar tempat ini juga sekarang.
Dari tempat persembunyiannya pemuda itu dapat
menyaksikan dengan jelas pertempuran mereka. Orang yang
disebut Siauw Ong-ya itu dikeroyok oleh empat orang murid
ketua Kim-liong Piauw-kiok, sementara empat orang anak
buah Siauw Ong-ya tersebut bertempur beramai-ramai
melawan sepuluh atau sebelas orang anggota Kim-liong Piauw
kiok. Semuanya bertempur mati-matian dengan
mempergunakan senjata andalan mereka masing-masing,
kecuali orang yang disebut Siauw Ong-ya oleh anak buahnya
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun dikeroyok empat orang, Siauw Ong-ya itu tidak
memegang senjata gendewa andalannya. Gendewa atau
busur panah itu masih tergantung di pinggangnya, lengkap
dengan anak panahnya. Biarpun demikian kedua belah
lengannya yang telanjang ini ternyata tidak kalah
berbahayanya dengan cambuk-cambuk empat orang
pengeroyoknya. Sabetan sisi tangannya ternyata juga sama
tajamnya dengan sabetan cambuk lawannya. Dan yang
semakin membuat lawan-lawannya gemetar ketakutan adalah
kemampuan Siauw Ong-ya itu membakar udara sekeliling
mereka. Kadang-kadang begitu panasnya udara yang keluar
dari tubuh Siauw Ong-ya itu sehingga para pengeroyoknya
merasa seperti sedang berada di dalam tungku yang
mendidih!
Dari tempat persembunyiannya Chin Yung Kun segera
dapat menebak apa yang telah terjadi karena pemuda itu juga
sudah pernah bertempur dengan Siauw Ong-ya tersebut.
"Tampaknya keempat orang jago muda Kim-liong Piauwkiok
itu takkan bisa bertahan lebih lama lagi. Kepandaian
mereka memang belum bisa disejajarkan dengan kepandaian
Siauw Ong-ya itu........"
Sebaliknya belasan anak buah Kim-liong Piauw-kiok yang
jauh lebih banyak jumlahnya itu ternyata dengan mudah dapat
menindih dan menguasai empat orang lawan mereka.
Keempat orang pengikut Siauw ong-ya itu benar-benar tak
berdaya melawan keroyokan orang-orang Kim-liong Piauwkiok,
sehingga beberapa saat kemudian mereka telah
sungguh-sungguh berada dalam kesulitan yang hebat.
Keempat orang itu sudah tidak dapat lagi berdiri berdekatan
satu sama lain, sehingga otomatis mereka sudah tidak bisa
lagi saling tolong menolong atau membentuk pertahanan
bersama. Kini mereka berempat telah tercerai-berai,
berjauhan dan harus bertempur sendiri-sendiri melawan
beberapa orang musuh mereka. Tentu saja akibatnya sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berat bagi mereka. Satu lawan satu saja belum tentu menang,
apalagi harus menghadapi banyak orang.
Ketika salah seorang dari pengikut Siauw Ong-ya itu
terjengkang ke belakang karena kakinya terperosok ke dalam
lobang, maka tiga orang pengeroyoknya segera
memanfaatkannya. Tiga bilah pedang secara bersamaan
segera menghunjam ke dalam tubuh pengikut Siauw Ong-ya
yang sial itu. Darah memercik berbareng dengan hilangnya
nyawa orang itu !
Dan kematian orang itu ternyata bagaikan sebuah sumbu
kematian yang telah disulut untuk mengawali kematiankematian
lainnya. Secara berurutan ketiga orang kawannya
menyusul pula dengan kematian yang tidak kalah ngerinya.
Mendengar jerit-jerit kematian para pengikutnya siauw
Ong-ya itu segera menyadari kecerobohannya. Tak
seharusnya ia membiarkan pengikutnya yang hanya berjumlah
empat orang itu menghadapi sekian banyak musuh. la lupa
bahwa pengawal setianya, Hong-gi-hiap Souw Thian Hai,
sedang ia suruh pergi ke kota Poh-yang.
Tapi rasa penyesalannya itu telah terlambat, sehingga sisasisa
pengikutnya yang tinggal empat orang saja itu kini juga
telah meninggalkan dirinya. Dan dengan tidak beradanya
Hong-gi hiap Souw Thian Hai di sisinya, berarti ia sekarang
menjadi sebatang kara.
"Kurang ajar ! Kalian memang sudah bosan hidup! Lihat
senjata........!" Siauw Ong-ya itu berteriak marah.
Ternyata rasa sesal itu mengakibatkan atau menimbulkan
kemarahan yang meluap-luap di hati pangeran tersebut.
Sambil menjerit marah orang itu mencabut busur dan panah
yang terselip di atas pinggangnya. Kemudian dengan
menghentakkan seluruh kekuatannya pangeran yang kini
sudah tak mempunyai pengikut lagi itu menyerbu ke arah
musuh-musuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mula-mula empat orang pengeroyoknya itu yang menjadi
korban amukannya. Begitu busur panahnya menyapu ke
depan dengan jurus Melihat Sasaran di Balik Lautan, anakanak
panah yang tergenggam di dalam tangan kanannya tibatiba
melesat cepat ke arah para pengeroyoknya. Semua itu
dilakukannya dengan sangat cepat dan dengan kekuatan yang
amat dahsyat.
Empat orang murid Ketua Kim-liong Piauw-kiok itu masih
berusaha untuk mengelakkan sapuan busur lawannya. Tapi
hawa panas yang bertiup dari tubuh Siauw Ong-ya itu
sungguh amat menyesakkan napas mereka, sehingga sangat
mengganggu juga gerakan mereka. Akibatnya salah seorang
diantaranya terpaksa terlambat menggerakkan badannya,
sehingga busur panah tersebut sempat menghantam remuk
kepalanya.
Tapi nasib ketiga orang lainnyapun ternyata juga tidak jauh
bedanya dengan kawan mereka itu. Mereka bertiga dengan
susah payah bisa meloloskan diri dari serangan tersebut,
tetapi melesatnya anak-anak panah itu benar-benar di luar
perhitungan mereka. Apalagi kematian saudara seperguruan
mereka masih sangat mencekam kesadaran mereka.
“Crep ! Crep ! Crep !"
"Aduh.......!”
"Aaaarrgh !"
"Ouwghh.....!"
Ketiga orang itu menggeliat kemudian jatuh terkapar di
tanah dengan anak-anak panah yang hampir menembus
tubuh mereka. Beberapa saat mereka masih tampak bergerakgerak
meregang nyawa. Tapi sebentar kemudian lalu diam.
Mati. Tapi mata Chin Yang Kun yang amat tajam segera
melihat bahwa salah seorang di antaranya, yang tertancap
anak panah di perutnya, sebenarnya belum mati. Orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpura-pura mati agar tidak dibunuh oleh musuh mereka
yang lihai itu.
Siauw Ong-ya itu tertawa dengan sombongnya. Tangannya
bertolak pinggang, matanya melotot, sehingga belasan orang
Kim-liong Piauw-kiok yang kini telah kehilangan para pimpinan
mereka itu menjadi gemetar ketakutan. Orang-orang yang
sebenarnya telah terbiasa hidup dalam dunia kekerasan itu
kini terpaksa harus menyaksikan kematian para pimpinan Kimliong
Piauw kiok. Hati belasan orang itu menjadi kecut dan
takut, karena selama ini mereka selalu mengandalkan kegagahan
dan kehebatan para pimpinan mereka itu. Selama ini
mereka selalu melihat para pimpinan mereka itu tak pernah
dikalahkan orang, sehingga kenyataan yang mereka hadapi
sekarang ini benar-benar sangat meruntuhkan keberanian dan
semangat mereka. Delapan orang itu benar-benar telah
menjadi ketakutan sebelum mereka maju bertempur.
Keadaan orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu bukannya
menyentuh hati atau perasaan kasihan dari Siauw Ong ya, tapi
sebaliknya justeru semakin membakar kemarahannya. Dengan
ganas dan kejam pangeran yang telah kehilangan seluruh
pengikutnya itu menyerang dan membunuh kesebelas anggota
Kim liong Piauw-kiok yang masih tertinggal itu. Busur dan
anak-anak panahnya berkelebatan kesana kemari mencari
mangsa. Sebentar saja semua musuhnya tidak ada yang
tersiksa. Semuanya mati dengan tubuh yang mengerikan.
Chin Yang Kun meloncat dari tempat persembunyiannya
tanpa terasa. Kekejaman pangeran itu sungguh amat
mengejutkannya. Maksud hatinya untuk tidak mencampuri
urusan mereka menjadi buyar seketika. Kekejaman pangeran
itu ternyata telah membakar hati mudanya.
Munculnya Chin Yang Kun dari dalam hutan itu ternyata
juga membakar hati Siauw Ong-ya pula. Siauw Ong ya itu
mengira bahwa Chin Yang Kun adalah orang Kim liong Piauwkiok
pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai! Berhenti......! Jangan lari!" pangeran itu berteriak
mengguntur.
Dengan gin-kangnya yang tinggi pangeran itu melesat
mengejar Chin Yang Kun. Tangan kanannya yang
menggenggam anak panah itu tampak terayun keras ke
depan, dan sekejap kemudian tiga batang anak panah
kelihatan melesat dengan derasnya ke tubuh Chin Yang Kun!
Dalam kemarahannya Chin Yang Kun tidak mau
mengelakkan serangan itu. Dengan mengerahkan Liong-cu-ikangnya
yang tinggi pemuda itu menangkis dan menghantam
runtuh ketiga anak panah tersebut. Begitu kuatnya pemuda itu
mengerahkan tenaga saktinya sehingga anak-anak panah itu
menjadi hancur berpatahan ketika tersentuh jarinya. Dan yang
benar-benar amat mengejutkan adalah potongan-potongan
anak panah itu masih mampu menghancurkan batu dan
amblas ke dalam tanah!
Tentu saja pangeran itu menjadi kaget sekali! Langkahnya
berhenti dengan tiba-tiba. Wajahnya yang tampan itu menjadi
pucat seketika. Apalagi begitu mengenal siapa yang ada di
hadapannya !
"Kau........?" pangeran itu berseru. Suaranya terdengar
sedikit gemetar. Sinar kekejaman yang tadi tampak pada air
mukanya kini mendadak hilang.
"Ya! Tak kusangka kita bisa bertemu lagi di sini. Hmm, di
mana pengawalmu yang lihai itu? Seharusnya kau jangan
terlalu jauh darinya, sebab tanpa dia jiwamu akan lekas
melayang ke akherat........” Chin Yang Kun menyahut dengan
kata-kata yang mengandung ancaman.
Pangeran yang garang itu semakin tampak ketakutan.
Berkali-kali matanya melirik kalau-kalau pengawalnya yang
sakti itu telah datang. Tapi ternyata Souw Thian Hai belum
juga kelihatan, sehingga pangeran itu tampak semakin
gelisah. Hilang seluruh keberanian dan kegarangannya tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya kedahsyatan ilmu Chin Yang Kun, yang di waktu yang
lalu hampir saja merenggut nyawanya, masih amat membekas
dalam ingatannya.
Sementara itu Chin Yang Kun tampaknya dapat membaca
pula semua kegelisahan lawannya itu. Dengan suara dingin
pemuda itu mendengus, "Bersiaplah ! Aku akan mulai….!"
Pangeran itu melangkah mundur. Wajahnya semakin pucat.
"Tahan dulu.......!" serunya gemetar.
"Aha, ada apa lagi?" Chin Yang Kun tetap bersiap-siap
untuk mengejar lawannya. "Kau mau mengulur-ulur waktu?
Kau ingin menantikan kedatangan pengawalmu itu ? Hmm,
jangan harap ! Aku akan membunuhmu terlebih dahulu. Aku
tidak perduIi kepadanya. Kalau dia datang........ akupun akan
membunuhnya juga!"
"Aku........" pangeran itu masih mencoba untuk mengulur
waktu.
"Tutup mulutmu ! Lihat serangan........."
Chin Yang Kun bergeser dengan cepat ke depan. Kedua
belah telapak tangannya terayun secara menyilang ke arah
kepala lawan, sementara lutut kanannya menghantam ke arah
dagu ! Ternyata dalam kemarahannya pemuda itu telah
langsung mengeluarkan ilmu silat andalan keluarganya, yaitu
Hok-te Ciang-hoat ! Dan gerakannya itu adalah gerakan dari
jurus Raja Chin Miu Mematahkan Kim-pai.
Dahulu, sebelum ilmu pemuda itu disempurnakan oleh
nenek buyutnya saja telah mampu menggoyahkan pertahanan
ilmu silat Souw Thian Hai, apalagi sekarang! Jurus Raja Chin
Miu Mematahkan Kim-pai itu perbawanya benar-benar hebat
bukan kepalang ! Angin pukulan menyilang yang keluar dari
kedua belah telapak tangan pemuda itu bagaikan tiupan badai
berpusing, yang dapat meremukkan segala benda yang
digilasnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak bisa tidak pangeran itu terpaksa harus melawan juga.
Bagaimanapun juga dia tak ingin kepalanya dipuntir hancur
oleh serangan lawannya. Oleh karena itu dengan gin-kangnya
yang tinggi ia melejit lagi ke belakang, lalu bergeser ke
samping tiga langkah. Busur panahnya yang terbuat dari baja
lentur itu tampak berputar di atas kepalanya, lalu dengan tibatiba
mencokel ke bawah ke arah selangkangan Chin Yang Kun.
Jurus ini disebut Menyibak Air Mendayung Perahu, salah
sebuah jurus kebanggaan Beng Tian yang diturunkan kepada
pangeran itu.
Sebenarnya jurus ini harus digunakan dengan senjata
tombak. Tapi karena pangeran itu telah terbiasa dengan
senjata busur, maka Beng Tian sengaja mengubahnya sedikit
agar bisa dipelajari oleh pangeran tersebut. Meskipun begitu
oleh karena ilmu silat itu memang bukan ilmu sembarangan,
maka perbawanyapun tetap sama saja dengan aslinya.
“Gila......!" Chin Yang Kun mengumpat ketika serangkum
hawa panas menjilat ke arah tubuhnya. Meskipun segera
menghindar pemuda itu merasakan tubuhnya seperti disengat
oleh panasnya api.
Melihat kehebatan ilmu silat lawan, Chin Yang Kun tak mau
mengulur-ulur waktu lagi. Pemuda itu tak mau kehilangan
banyak waktu, sehingga pengawal dari pangeran itu keburu
datang mengeroyok dirinya. Maka pemuda itu segera
mengerahkan ilmu pamungkasnya, Kim coa-ih-hoat dan Liongcu-
i-kang !
Begitu jurus Menyibak Air Mendayung Perahunya dapat
dielakkan lawannya, pangeran itu cepat menyusulnya dengan
jurus Meraih Bintang Menyodok Bulan. Kali ini adalah jurus
yang diwarisinya dari Siang-houw Nio-nio. Tangan kiri
mencengkeram ke arah ubun-ubun, sementara busur panah
yang berada di tangan kanan menusuk ke arah dada !
Chin Yang Kun berputar ke kiri, lalu menjatuhkan kedua
telapak tangannya ke tanah dalam posisi jurus Menatap Lantai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyembah Raja, jurus ke sebelas dari Hok-te Ciang-hoat.
Kemudian masih dengan posisi berlutut pemuda itu cepat
mengulurkan sepasang lengannya ke muka, ke arah kedua
kaki lawannya. Kini pemuda itu menyerang dengan iImu Kimcoa-
ih hoatnya yang dahsyat, sehingga tubuhnya yang
jangkung itu tiba-tiba bagaikan seekor ular sanca menggeliat
semakin panjang melebihi ukuran biasa!
Melihat sodokannya ke arah dada dapat dielakkan oleh Chin
Yang Kun, sebenarnya pangeran itu bermaksud memburu
lawannya dengan jurus-jurus berikutnya. Tapi gerakan Chin
Yang Kun ternyata lebih cepat dari yang ia duga. Belum juga
ia menyelesaikan jurus Meraih Bintang Menyodok Bulannya,
lawannya sudah lebih dulu memasukkan serangan ke arah dua
kakinya.
Terpaksa pangeran muda itu melangkah surut ke belakang
untuk menghindari serangan tersebut. Tapi untuk kesekian
kalinya pangeran itu menjadi pucat wajahnya. Meskipun telah
melangkah mundur ternyata serangan itu masih tetap saja
mengejarnya. Tubuh dan lengan lawannya bagaikan seekor
ular berbisa yang terus memanjang tak henti-hentinya !
“Ilmu setan........!" pangeran muda itu menjerit.
Karena bingungnya pangeran muda itu meloncat tinggi ke
atas, kemudian dengan gugup melemparkan semua anak
panah yang dipegangnya ke bawah, ke arah lawan yang
mempunyai ilmu silat mengerikan itu. Karena gugup dan takut
maka kekuatan yang ia gunakan untuk melemparkan anak
panah itu menjadi berlipat ganda besarnya.
Terdengar suara mengaung bagaikan ribuan lebah terbang
ketika belasan anak panah itu meluncur ke bawah,
menghujam badan Chin Yang Kun !
Kaget juga Chin Yang Kun melihat kegesitan dan kehebatan
ilmu lawannya. Untuk menangkis atau menepiskan anak-anak
panah itu seperti yang ia lakukan tadi rasanya tidak mungkin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selain anak panah itu sangat banyak serta diIemparkan dari
atas, kedudukan tubuhnya saat itu tak memungkinkan bagi
dirinya untuk mengerahkan seluruh kekuatan tenaga saktinya
! Apabila ia tetap memaksakannya juga, maka kemungkinan
untuk terluka sungguh sangat banyak.
Oleh karena itu Chin Yang Kun bergegas mengkerutkan
kembali tubuhnya, kemudian cepat-cepat berguling ke arah
kanan. Gerakan ini dilakukan oleh Chin Yang Kun dengan
cepat sekali, lebih cepat dari pada laju anak panah yang
menyerangnya, sehingga tubuhnya lolos dari rejaman anak
panah tersebut.
Jilid 29
KEDUANYA lalu berdiri berhadapan kembali. Masing-masing
saling mengagumi kegesitan dan kehebatan ilmu silat
lawannya. Chin Yang Kun benar-benar sangat kagum dan
tidak menduga lawannya yang masih muda itu mempunyai
demikian banyak macam ilmu silat pilihan. Sementara
lawannya, si pangeran itu juga tidak menduga bahwa dirinya
ternyata mampu melayani ilmu Chin Yang Kun yang
mengerikan itu.
Demikianlah, setelah mendapatkan kembali kepercayaan
dirinya, pangeran muda itu bertempur semakin mantap dan
garang. Dan keadaan ini tentu saja membuat lawannya, Chin
Yang Kun, semakin sukar untuk segera menghentikan
perlawanannya.
Tiba-tiba terdengar suara siulan nyaring dari atas puncak
bukit tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Siauw Ong-ya berubah menjadi gembira sekali,
sementara Chin Yang Kun menjadi berdebar-debar hatinya.
"Kaudengar suara itu? Hahaha, pengawalku itu telah
datang.........! Kini kau jangan mengharapkan bisa lolos dari
tempat ini !" Siauw Ong-ya itu tertawa senang.
"Persetan! Aku tidak peduli siapapun juga..... Panggillah
dia! Ajaklah ia mengeroyokku! Aku tidak takut! Aku akan
membunuh kalian berdua.....!" Chin Yang Kun berteriak marah
sekali.
Mendadak Chin Yang Kun melenting tinggi ke atas
melampaui kepala lawannya. Mulutnya yang terkatup rapat itu
mengeluarkan suara mendesis bagai ular marah. Kemudian
sebelum kedua buah kakinya meluncur turun, kesepuluh jarijari
tangannya mencengkeram ke bawah ke arah punggung
lawan yang tepat berada di bawahnya. Jurus ini adalah jurus
ke lima dari Kim coa-lh-hoat yang disebut Membelit Udara
Membentuk Huruf Goat. Sebuah jurus atau gerakan yang amat
indah untuk dilihat, yaitu badan membungkuk di udara dan
kedua tangan dengan jari-jari terbuka menerobos di antara
paha sendiri untuk mencengkeram punggung lawan yang
berada di bawahnya!
Siauw Ong-ya yang tak pernah mengendurkan kesiapsiagaannya
ini cepat bereaksi. Sambil berputar tubuhnya
membungkuk, lalu kedua telapak tangannya secara berbareng
menyabet ke samping untuk memotong cengkeraman
lawannya. Tangkisan ini ia lakukan karena ia sudah jera untuk
mengelakkan lagi serangan-serangan tangan Chin Yang Kun
yang selalu bertambah panjang dan berubah-ubah arah setiap
kali dielakkan itu.
Langkah yang diambil oleh Siauw Ong-ya itu sesungguhnya
sudah betul. Dengan seIaIu menahan dan memapaki setiap
pukulan atau serangan Chin Yang Kun itu sudah berarti
mengurangi kedahsyatan Ilmu Kim-coa-ih-hoat yang
mengerikan tersebut. Dan cara yang diambil untuk membentur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangan itupun juga sudah benar pula, yaitu tidak langsung
beradu dada untuk menentukan kalah menangnya, tapi
dengan cara mematahkan kekuatan lawan dari samping! Hal
ini dilakukan oleh pangeran itu karena menyadari bahwa
Iwee-kangnya masih jauh di bawah Chin Yang Kun.
Tetapi ternyata masih ada beberapa hal yang dilupakan
oleh Siauw Ong-ya itu. Meskipun apa yang dia lakukan itu
sudah betul, tapi dia lupa bahwa selain bisa memanjang dan
memendek Kim-coa-ih-hoat itu masih mempunyai satu
keanehan lagi, yaitu sendi-sendi tulang yang bisa bergerak
bebas ke mana saja.
Selain itu masih ada satu lagi yang dilupakan atau tidak
diperhitungkan oleh pangeran itu, yaitu hawa beracun yang
keluar dari tubuh Chin Yang Kun.
Maka benturan selanjutnya benar-benar hebat bukan
kepalang!
"Plakk! Plukk! Thaas........!”
"Croooot !"
"Aauuugh........!"
Tampak tubuh Chin Yang Kun yang jangkung itu
terpelanting ke kanan. Tapi bersamaan dengan itu tubuh
Siauw Ong-ya juga tampak terhempas ke tanah dengan
kerasnya. Untuk beberapa saat tubuh pangeran itu bergulingguling
kesana kemari, kedua tangannya menggaruk-garuk
perut seolah-olah perut itu menjadi gatal bukan main. Tapi
sekejap kemudian tubuh itu lalu meregang dan .. mati ! Baju
di bagian perutnya tampak terbuka dan penuh darah !
Chin Yang Kun berdiri tenang mengawasi mayat lawannya.
Kedua belah tangannya masih berlepotan darah. Darah
pangeran yang malang itu !
Apa sebenarnya yang terjadi ? Bagaimana Siauw Ong-ya
yang sakti itu sampai dapat menemui ajalnya seperti itu ?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semuanya memang berjalan dengan amat cepat, sehingga
seluruh gerakan mereka hampir-hampir tidak dapat diikuti
oleh mata. Keduanya tadi mengerahkan seluruh tenaga sakti
mereka. Oleh karena itu benturan yang tadipun sungguh
hebat bukan kepalang.
Ketika dengan kekuatan penuh kedua lengan Chin Yang
Kun dibentur oleh Siauw Ong ya, tepat pada siku tangan, tibatiba
tangan pemuda itu menekuk keluar. Suatu hal yang tak
mungkin bisa dilakukan oleh orang lain. Dan lengan yang
tertekuk secara mustahil itu mendadak bertambah panjang
sejengkal jauhnya sehingga dengan mudah dapat mencapai
perut Siauw Ong-ya.
Tentu saja hal itu benar-benar tidak diduga oleh pangeran
muda tersebut. Dengan air muka yang tiba-tiba menjadi pucat
pangeran itu berusaha menghindar. Tapi karena serangan
tersebut sungguh-sungguh amat sangat mendadak serta
dalam jarak yang begitu pendek, maka usaha pangeran itu
sia-sia saja. Sehingga tanpa ampun lagi jari-jari tangan Chin
Yang Kun itu mencengkeram dengan telak ulu hati pangeran
yang malang tersebut. Begitu dahsyatnya kekuatan Liong-cu-ikang
yang tersalur pada jari-jari itu sehingga jari-jari tersebut
mampu menembus kulit dan menghancurkan isi perut !
Demikianlah, Siauw Ong-ya itu terhempas ke tanah, dan
kematiannya semakin dipercepat oleh hawa beracun yang
keluar menyertai cengkeraman Chin Yang Kun tadi........
Chin Yang Kun itu membersihkan kedua tangannya yang
terkena darah lawannya. Setelah itu dengan tergesa-gesa dia
menghampiri jago Kim liong Piauw-kiok yang dilihatnya masih
hidup tadi.
Dengan hati-hati Chin Yang Kun memeriksa jago Kim-Liong
Piauw-kiok itu. Dan dugaan pemuda itu memang benar juga,
orang itu memang belum mati. Sambil mengerang orang itu
membuka matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima....... terima kasih ! Saudara telah....... telah
menolong kami......" orang itu berbisik menyatakan rasa
terima kasihnya. "Saudara, boleh....... bolehkah aku
mengetahui nama...nama besarmu?"
Sambil memeriksa anak panah yang terhunjam pada perut
orang itu, Chin Yang Kun menjawab, "Tampaknya saudara
telah lupa kepadaku.... Tapi tak mengapa. Yang perlu
sekarang adalah mengobati luka ini. Cobalah saudara
bertahan sedikit, aku akan mencabutnya!”
"Saudara....... kau? Kau....... oh, benar....aku ingat
sekarang. Saudara benar-benar merupakan malaikat penolong
bagi Kim-liong Piauw-kiok kami. Sudah dua kali ini saudara
menyelamatkan kami...... Ohh, bagaimana dengan saudarasaudaraku
yang lain?" orang itu berdesah dengan gembira
begitu mengenali wajah Chin Yang Kun kembali.
"Maaf, kedatanganku tadi telah terlambat sehingga tak bisa
menolong yang lain-lainnya. Tapi...... sudahlah, kau jangan
memikirkan yang lain dulu! Sekarang bersiaplah ! Aku akan
mencabut anak panah ini........"
"Ahhh.....!”
Dengan mudah Chin Yang Kun mencabut anak panah itu,
lalu membalutnya. "Untuk sementara darah yang keluar telah
dapat kita hentikan. Tapi untuk selanjutnya saudara harus
lekas-lekas pergi ke kota untuk berobat. Apakah saudara
sudah kuat untuk berjalan?"
Orang itu mencoba bangkit, tapi rasa sakit membuat dia
mengurungkan niatnya tersebut. "Ah, perutku masih terasa
sakit. BiarIah aku berbaring saja dahulu di sini. Sebentar juga
dua orang temanku akan kembali ke sini. Mereka sekarang
sedang pergi ke Poh-yang." orang itu berkata. "Eh, apakah
saudara hendak cepat-cepat meninggalkan tempat ini?”
"Ya! Temanku diculik orang dan dibawa ke puncak bukit
itu.” Chin Yang Kun mengiyakan. "Syukurlah kalau saudara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih mempunyai kawan yang dapat membawa saudara ke
kota…. tak enak hatiku sebenarnya untuk meninggalkan
saudara. Tapi urusanku itu juga tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Ehm, masih lama benarkah kedatangan teman saudara itu?"
"Tidak ! Sebentar lagi kukira mereka akan datang. Mereka
hanya kusuruh mencari berita di kuil dekat pintu kota
itu.........”
"Kuil dekat pintu kota ? Maksud saudara kuil yang berada di
dekat pintu gerbang kota sebelah timur itu?" Chin Yang Kun
terkejut. Orang Kim-liong Piauw-kiok itu mengkerutkan
keningnya. "Benar! Mengapa saudara kelihatan sangat kaget
mendengar aku menyebutkan tempat itu ?" tanyanya dengan
heran pula.
Chin Yang Kun menjadi tegang. “Maaf, bolehkah aku
bertanya..... apakah kepentingan saudara di sana....... eh,
maksudku .... kepentingan saudara di kuil itu ?"
Orang itu semakin menjadi bingung atas pertanyaan Chin
Yang Kun tersebut. "Kami mendapatkan pekerjaan dari
seseorang untuk mengirimkan barang ke kuil itu pada hari ini.
Tapi sebelum barang itu kami serah-terimakan kami harus
menghubungi seseorang lebih dahulu di kuil tersebut. Itulah
sebabnya kedua kawan kami itu kami kirimkan ke Poh-yang."
katanya memberi keterangan. Lalu lanjutnya. "Mengapa?
Apakah saudara melihat sesuatu yang tidak beres dalam hal
ini?"
Chin Yang Kun tidak mempedulikan pertanyaan itu. Dengan
air muka tetap tegang pemuda itu mencengkeram tangan
orang yang terluka itu. "Apakah orang yang harus kalian
hubungi itu, adalah penunggang-penunggang kuda yang
datang dari jauh ?"
"Penunggang-penunggang kuda? Ah, entahlah…..! Tapi
kukira bukan. Sebab yang harus kami hubungi itu cuma
seorang saja.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Cuma seorang.......? Eh, apakah orang itu mengenakan
pakaian serba putih dan rambutnya yang panjang dibiarkan
terjurai di atas punggungnya?" Chin Yang Kun dengan suara
keras menyebutkan ciri-ciri Song-bun-kwi Kwa Sun Tek.
“Hei! Ya........ ya....... benar! Apakah saudara
mengenalnya?" orang yang terluka itu bertanya dengan hati
yang berdebar-debar.
Tapi jawaban yang dia peroleh sungguh di luar dugaan !
“Ya! Orang itu hamper saja membunuhku dengan ilmunya
yang mengerikan!”
“Ahhh!” orang Kim-liong Piauw-kiok itu berdesah. “Sejak
semula kami memang telah bercuriga. Tapi karena orangorang
yang memberikan titipan itu berani membayar banyak
maka kami terpaksa menyanggupi juga......”
Keduanya lalu diam. Masing-masing berjalan dengan
pikirannya sendiri-sendiri. Beberapa saat kemudian barulah
Chin Yang Kun membuka suara kembali.
“Apakah sebenarnya isi kiriman itu?” Tanya Chin Yang Kun
sambil menoleh ke arah gerobag-gerobag pengangkut barang
itu.
“Itulah……! Selain memperoleh imbalan banyak, kami
mendapat pesan…..tidak boleh membuka kotak-kotak kiriman
tersebut. Maka sungguh menyesal aku juga tidak mengetahui
isinya,” orang yang terluka itu menghela napas sedih.
Chin Yang Kun terdiam kembali. Dahinya tampak berkerutmerut.
Kemudian perlahan-lahan dia berdiri. "Saudara,
bolehkah aku melihatnya?”
Orang itu tampaknya sangat berat untuk menjawab.
Kelihatannya dia masih berpegang teguh pada tugas dan
tanggung jawabnya. Tapi serentak melihat keadaan dirinya
yang payah orang itu menjadi lemas kembali. "Terserah !
biarpun masih hidup, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang. Dimisalkan ada seorang anak kecil yang ingin
membukanya, akupun sudah tidak bisa mencegahnya
juga……”
Chin Yang Kun mengangguk, laIu melangkah mendekati
gerobag-gerobag tersebut. Dengan tenaga saktinya yang
ampuh pemuda itu mencengkeram hancur pinggiran kotak
yang terbuat dari kayu pilihan tersebut, lalu membukanya
dengan paksa. Dan isinya membuat pemuda itu menjadi
tercengang.
“Tumpukan senjata !” gumamnya heran.
Pemuda itu cepat membuka kotak kotak yang lain. Tapi
seperti pada kotak yang pertama, isinya juga tumpukantumpukan
senjata tajam pula. Ada yang berisi tumpukan
senjata golok, ada pula yang berisi tumpukan senjata pedang.
Semuanya berjumlah lebih dari dua ribu batang.
“Gila! Orang itu benar-benar mau mempersenjatai orang
untuk memberontak......” Chin Yang Kun menggeram di dalam
hati dan tiba-tiba pikirannya melayang ke kotak yang dibawa
oleh si Pemuda Tampan itu. "Apakah kotak itu berisi senjata
pula?”
"Saudara........" jago Kim liong Piauw-kiok yang terluka itu
tiba-tiba memanggil.
Chin Yang Kun tersentak kaget. “Yaa...?” pemuda itu
dengan tergesa-gesa menjawab, "Saudara memanggil
sa.....?!”
Tapi pemuda itu menghentikan ucapannya dengan cepat.
Mukanya menjadi pucat dan matanya tertegun ketika
mendadak ia melihat seorang laki-laki duduk berjongkok di
samping mayat Siauw Ong-ya. Mayat itu terletak tidak jauh
dari tempat di mana orang Kim-liong Piauw-kiok itu berbaring,
dan tempat tersebut hanya sepuluh langkah saja dari tempat
ia berdiri. Meskipun demikian ternyata ia tak mendengar sama
sekali suara langkah orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Siapa kau?” Chin Yang Kun menggeram.
Orang itu menghela napas panjang, lalu perlahan-lahan
berdiri. Tubuhnya yang tegap dan tinggi perlahan-lahan
berbalik menghadap ke arah Chin Yang Kun. Meskipun
demikian kepalanya tetap tertunduk ketika menjawab Chin
Yang Kun.
“Aku terlambat datang.....tapi ini bukan salahku. Dia sendiri
yang menyuruh aku pergi ke kota Poh-yang.”
“Kau......?”
Tiba-tiba Chin Yang Kun berseru kaget. Otomatis kakinya
melangkah mundur setindak ke belakang sehingga
punggungnya menempel pada gerobag, ketika orang itu
mengangkat wajahnya! Chin Yang Kun tidak akan lupa pada
wajah yang amat sangat diingatnya itu ! wajah seorang lelaki
yang pada saat-saat pertama telah mendapatkan
kecurigaannya sebagai pembunuh keluarganya !
“Hong-gi-hiap Souw Thian Hai !” pemuda itu menggeram
lagi. Seluruh otot-ototnya menegang, siap untuk bertempur
mati-matian dengan jago pengawal Siauw Ong-ya itu.
Tapi Souw Thian Hai ternyata tidak meladeni sikap Chin
Yang Kun tersebut. Dengan tenang pendekar sakti itu
mengangkat tubuh Siauw Ong-ya, kemudian membawanya ke
pinggir hutan. Dibuatnya sebuah lobang dan dikuburkannya
mayat orang yang selama ini harus dilindunginya itu disana.
Sementara itu dari dalam hutan tampak dua orang lelaki
berlari keluar dengan tergesa-gesa. Dengan wajah kaget dan
pucat mereka bergegas menghampiri mayat-mayat anggauta
perkumpulan Kim-liong Piauw-kiok. Melihat semuanya mati
mereka menjadi bingung dan tak tahu apa yang harus mereka
kerjakan. Tiba-tiba mereka memandang kea rah Chin Yang
Kun dengan mata melotot. Mereka mengira bahwa pemuda
itulah yang bertanggung jawab atas kematian mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi anggota Kim-liong Piauw-kiok yang terluka itu segera
memanggil kedua orang itu. “Kiu Pok….! Kiu Jiang…..!
Kemarilah !”
“Ohh?” Kedua orang itu terkejut melihat temannya masih
ada yang hidup. Mereka bergegas menghampiri teman mereka
yang terluka itu. “Tuan Hua, kau masih hidup? Apa yang telah
terjadi dengan kawan-kawan kita di sini? Siapakah yang
membunuh mereka?”
Orang yang terluka, yang dipanggil dengan nama Tuan Hua
itu bangkit dan kemudian duduk dibantu oleh dua orang yang
baru datang itu. “Kita dirampok orang….” Ia menjelaskan.
“Sepeninggal kalian rombongan kita telah didatangi lima orang
lelaki yang ingin merampas barang bawaan kita. Kita dapat
membunuh empat orang diantara mereka, tapi yang seorang
ternyata lihai bukan main. Satu persatu kawan kita
dibunuhnya, termasuk pula aku. Untunglah malaikat penolong
kita datang…..”
"Malaikat penolong?" kedua orang itu menegaskan.
“Ya! Kalian ingat kepada malaikat penolong kita yang
dahulu pernah menolong rombongan kita ketika bentrok
dengan para pengemis Tiat-tung Kai-pang itu?” Tuan Hua itu
bertanya kepada dua orang temannya tersebut.
“Oh, ya…..ya! tentu saja kami ingat! Jadi pemuda ini……”
kedua orang itu menoleh ke arah Chin Yang Kun dengan
takut-takut. Mereka sekarang teringat kepada cerita temanteman
mereka tentang seorang pemuda sakti yang pernah
menolong mereka.
“Ya! Tuan penolong kita itu sekarang telah menolong kita
kembali. Perampok yang sangat lihai itu dapat dibunuhnya,”
Tuan Hua mengangguk.
“Oh, syukurlah.....” kedua orang itu berdesah lega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tapi kita belum benar-benar terlepas dari kesulitan ini.
Kalian jangan terburu-buru bergembira dahulu!”
“Hah? Maksudmu......?”
“Lihatlah di pinggir hutan itu!” Tuan Hua berbisik sambil
mengacungkan jari telunjuknya ke arah Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai. “Kalian tahu siapa dia.....?”
“Orang yang sedang mengubur mayat itu? Siapakah dia?”
dua orang anggota Kim-liong Piauw-kiok itu memandang ke
arah Souw Thian Hai, kemudian menggeleng-gelengkan
kepalanya.
Tuan Hua menghela napas panjang. “Orang itu adalah
teman para perampok itu pula. Dan kalau tak salah tuan
penolong kita tadi menyebut dia sebagai Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai.....!”
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai?" dua orang Kim-liong
Piauw-kiok ini terpekik kaget. "Benarkah..... benarkah i-itu.....?
Tapi…..tapi…. tapi.... bukankah pendekar sakti itu terkenal
akan kebaikan budinya? Me-mengapa…..??”
"Entalah! Aku sendiri juga belum pernah melihat wajah
pendekar yang sangat terkenal itu. Tapi yang terang….. tuan
penolong kita itu tentu tidak salah omong. Apa yang dia
katakan tentulah benar." Tuan Hua itu berbisik lagi sambil
melirik ke arah Chin Yang Kun yang masih berdiri tegang di
dekat gerobag.
Melihat Souw Thian Hai telah selesai menguburkan
mayatnya, Chin Yang Kun perlahan-lahan melangkah maju.
Dihampirinya orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu sebelum ia
melayani Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
"Pergilah kalian dari tempat ini ! Bawalah teman kalian
yang terluka ini ke kota agar lekas-lekas mendapatkan
pengobatan. Biarlah aku melayani yang seorang ini.......”
pemuda itu berkata kepada mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, mana bisa begitu? Apa kata orang nanti kepada Kimliong
Piauw-kiok kami? Masakan kami malah meninggalkan
orang yang sedang berusaha menolong kami? Di mana kami
akan menyembunyikan muka kami nanti? Tidak....! Kami tidak
akan meninggalkan saudara!" Tuan Hua menolak anjuran Chin
Yang Kun tersebut dengan bersemangat. "...... Selain itu,
apakah gunanya kami selamat kalau barang yang dititipkan
kepada kami itu lolos dari tangan kami ? Bagaimana
pertanggungan jawab kami terhadap guru kami nanti?"
"Kalian jangan khawatir tentang barang kalian yang berada
di dalam gerobag itu. Tak akan ada seorangpun yang mau
mencurinya. Kalian sudah tahu...... apa isinya ?”
Dengan cepat ketiga orang Kim-liong Piauw-kiok itu
menggeleng. "Belum....." jawab mereka serentak.
“Ketahuilah ! Kotak-kotak kalian itu hanya berisi senjatasenjata
saja, bukan benda-benda berharga seperti yang kalian
bayangkan."
"Benarkah…..?" dua orang anggota Kim-liong Piauw-kiok itu
tak percaya. Bergegas mereka berlari ke gerobag untuk
membuktikannya.
Tapi yang mereka lihat di dalam setiap kotak itu memang
hanya senjata saja. Biarpun mereka membolak-balik isi kotak
itu, isinya tetap senjata. Tak ada yang lain! Oleh karena itu
dengan wajah penasaran mereka menatap Tuan Hua.
“Apa maksud pengirim itu mengirimkan benda-benda
seperti ini? Mengapa dia membungkus barang-barang ini
demikian rapinya, seolah-olah benda ini sedemikian
berharganya?” mereka berteriak.
“Hah? Entahlah……! Aku juga tidak tahu. Yang terang orang
itu telah membayar banyak kepada kita untuk ongkos
pengiriman…..” Tuan Hua itu juga terkejut begitu tahu apa isi
barang bawaan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Sudahlah, kalian cepat-cepatlah pergi ke kota! Setelah
kalian berobat, kalian dapat mencari orang untuk mengambil
gerobag-gerobag ini. Lekaslah, sebelum kalian terlambat…..!
soalnya, terus terang saja……aku masih sangsi! Apakah aku
bisa menang melawan orang itu,” Chin Yang Kun mendesak
lagi.
“Tapi…..saudara bagaimana?” dengan terbata-bata Tuan
Hua mencoba untuk mengelak pula.
“Jangan pikirkan aku! Kalau aku tidak bisa mengatasi dia,
aku masih dapat melarikan diri. Lain halnya dengan kalian.
Bagaimana kalian akan lari kalau salah seorang dari kalian ada
yang terluka? Bukankah keadaan kalian justru akan lebih
buruk? Nah, jangan membuang-buang waktu! Pergilah…..!”
"Ba-baiklah kalau begitu ! Terima kasih atas pengorbanan
tuan…..!’ dua orang Kim-liong Piauw-kiok yang tidak terluka
itu buru-buru menyahut, kemudian menyambar Tuan Hua dan
membawanya pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi sebelum mereka pergi jauh, Tuan Hua berteriak ke
arah Chin Yang Kun. “Saudara, bolehkah aku mengetahui
namamu yang mulia? Katakanlah…..agar kami dapat
mencatatnya di dalam hati!”
Chin Yang Kun menoleh. Melihat langkah mereka yang
sedikit tertegun dan tidak segera pergi meninggalkan tempat
itu, Chin Yang Kun menjadi serba salah juga. “Baiklah! Sebut
saja aku Yang Kun! Nah, sekarang pergilah! Eh, nanti dulu……!
Aku lupa mengatakan…….ehm, apakah Saudara Thio Lung ada
di rumah sekarang?”
Kedua orang Kim-liong Piauw-kiok itu berhenti dengan tibatiba.
Sambil tetap menggendong Tuan Hua mereka
menghadap ke arah Chin Yang Kun. “Thio Lung su-heng? Ada,
dia ada di rumah sekarang. Dia sedang menunggui guru kami
yang baru menderita sakit. Apakah…..apakah saudara Yang
sudah mengenal Thio su-heng?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ya! Katakan kalau aku ingin berjumpa dengan dia!”
“Baik! Kami akan memberitahukan hal itu
kepadanya…..Nah, kami akan berangkat sekarang.”
Kedua orang itu segera meloncat pergi menerobos hutan,
meninggalkan Chin Yang Kun dan Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai sendirian.
Matahari telah mendaki hampir ke puncaknya, sehingga
udara menjadi bukan main panasnya. Meskipun demikian
karena angin berhembus sedikit kencang, maka udara di
sekitar hutan itu masih terasa segar dan nyaman.
Sementara itu Souw Thian Hai tampak berdoa sebentar di
depan makam yang baru saja ditimbunya. Setelah itu
perlahan-lahan tubuhnya berbalik dan menghadap ke arah
Chin Yang Kun. “Aku sangat berterima kasih sekali kepadamu,
karena kau telah melepaskan belenggu yang mengikat
kebebasan dan kemerdekaanku….” Katanya perlahan.
“Melepaskan belenggu? Huh! Apa maksudmu?” Chin Yang
Kun mendengus sambil melangkah maju.
Kini keduanya saling berhadapan dalam jarak dua setengah
tombak. Mereka saling bertatap mata bagaikan dua ekor ayam
jago yang hendak berlaga. Hanya bedanya, Chin Yang Kun
kelihatan seperti jago yang gelisah dan tegang, sementara
Souw Thian Hai tampak tenang serta acuh tak acuh saja.
“Karena kelalaianku sendiri aku telah terkena pisau Hekeng-
cu yang beracun. Tak ada yang mempunyai obat
pemunah racun tersebut selain pangeran itu tadi. Dan secara
kebetulan tubuhku yang keracunan itu diketemukan oleh
pangeran tersebut bersama ayahnya, yaitu bekas Pangeran
Mahkota Wangsa Chin. Kedua orang pangeran ayah dan anak
itu bersedia menyembuhkan lukaku asal aku mau berjanji
untuk mengabdi kepada mereka selamanya……” pendekar
sakti itu menghentikan sejenak keterangannya, kemudian
setelah menghela napas panjang berulang-ulang ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meneruskan kata-katanya. “…..sebenarnya berat sekali bagiku
untuk meluluskan permintaan atau syarat mereka itu,
tapi……akhirnya terpaksa kusetujui juga syarat tersebut. Aku
masih mempunyai banyak urusan yang harus kuselesaikan.
Aku akan mati dengan penasaran kalau aku belum dapat
menyelesaikan semua urusan tersebut. Oleh sebab itulah aku
terpaksa menerima juga syarat mereka. Meskipun demikian
syarat itu tidak kuterima semuanya begitu saja…. Aku juga
mengajukan syarat kepada mereka bahwa aku mau mengabdi
seperti yang mereka kehendaki, tetapi…..hanya kepada salah
seorang dari mereka! Sungguh tidak adil kalau selembar
jiwaku ini harus ditukar dengan melindungi dua lembar jiwa
mereka. Aku menghendaki satu jiwa ditukar dengan satu jiwa
pula……! Dan ternyata mereka setuju. Aku diharuskan
mengabdi kepada pangeran muda yang usianya jauh lebih
muda dari umurku. Dengan demikian mereka berharap dapat
mengikat aku sepanjang hidupku. Tapi nasib manusia ternyata
tidak dapat diduga, pangeran muda itu ternyata justru telah
pergi mendahului aku…….”
Pendekar sakti itu mengakhiri keterangannya yang panjang
lebar dengan menundukkan mukanya. Meskipun telah
terbebas dari belenggu yang mengikat dirinya, pendekar itu
tampaknya tidak merasa bergembira pula. Wajahnya yang
tampan dan ganteng itu tetap kelihatan pucat dan lesu.
Dahinya yang lebar selalu berkerut-merut, sementara matanya
kadang-kadang menatap jauh ke depan, seolah-olah banyak
sekali beban pikiran yang masih ditanggungnya.
Tetapi keadaan Souw Thian Hai tersebut tidak diacuhkan
sama sekali oleh Chin Yang Kun, bagaimanapun juga pemuda
itu masih menganggap bahwa Souw Thian Hai tentu
mempunyai hubungan dengan para pembunuh keluarganya.
Munculnya Souw Thian Hai di gubug kosong di tepi sungai
Huang-ho setahun yang lalu takkan pernah dilupakan oleh
Chin Yang Kun. Meskipun dalam penyelidikan selanjutnya
pemuda itu tidak pernah menemukan atau mencium
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keterlibatan tokoh sakti tersebut, tapi sampai sekarang
kecurigaannya tetap belum hilang juga.
"Huh! Tidak usah bercerita yang bukan-bukan di
hadapanku! Engkau tidak mungkin lagi bisa melunakkan
sikapku terhadapmu. Aku akan tetap menuntut balas
kepadamu…..” pemuda itu menggeram dengan keras.
Souw Thian Hai seperti dihentakkan dari lamunannya.
Keningnya semakin tampak berkerut, sementara matanya
dengan terbelalak menatap ke arah Chin Yang Kun. Sekejap
pendekar sakti itu seperti akan menjadi marah, tapi di Iain
saat ternyata sikapnya kembali mengendur. Dengan menghela
napas dalam pendekar itu berdesah. "Ahhhh....... ternyata
engkau masih mendendam juga kepadaku, padahal aku
sungguh-sungguh tak bermaksud melukaimu di desa Hokcung
dulu itu. Aku cuma bermaksud menyelamatkan jiwa
Siauw Ong-ya yang terancam pukulan mautmu…..”
"Bukan hal itu yang akan kupersoalkan sekarang!" Chin
Yang Kun berteriak marah karena merasa tersinggung telah
diingatkan luka-lukanya yang parah akibat pukulan pendekar
sakti itu. ".......Dan kau jangan terlalu berbangga karena dapat
melukaiku! Engkau pun telah menderita luka pula pada saat
itu!”
“Ah!”
kaget juga Souw Thian Hai mendengar kata-kata Chin Yang
Kun tersebut. Lalu persoalan apa sebenarnya yang membuat
pemuda itu mendendam kepadanya?
“Lalu persoalan apa lagi? Kukira kita tak pernah
berhubungan sebelumnya....” akhirnya Souw Thian Hai
bertanya dengan wajah bingung.
“Belum pernah berhubungan sebelumnya katamu? Kurang
ajar......! kau sudah tidak ingat lagi pada pertemuan kita yang
pertama kali itu? Pertemuan di gubug kosong di tepi sungai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Huang-ho itu? Engkau tidak ingat lagi.......?” Chin Yang Kun
berteriak semakin keras.
“Ohhh.......itu! Jadi engkau masih menuduh aku yang
membunuh keluargamu?”
"Tentu saja ! Siapa lagi kalau tidak kau.......? Kau telah
membunuh ibu, adik-adik, dan para pengawal, kemudian
menyelipkan secarik kertas di tangan ibuku. Di atas kertas
kecil itu engkau menulis agar ayah dan pamanku pergi ke
gubug kosong di pinggir Sungai Huang-ho untuk menemuimu.
Engkau menginginkan agar ayah menyerahkan Cap Kerajaan
yang dibawanya kepadamu di sana....nah, bagaimana? masih
mau mungkir juga?”
Souw Thian Hai mendengarkan semua tuduhan itu dengan
air muka bingung. Sebentar-sebentar ia menggaruk kepalanya
yang tidak gatal. "Jadi......, jadi itukah sebabnya kau dahulu
lantas menyerang aku dengan membabi-buta di gubug kosong
itu?" tanyanya dengan suara gemetar.
“Nah, sudah teringat lagi kau sekarang?” Chin Yang Kun
mengejek.
"Wah, kalau begitu engkau benar-benar salah sangka
dalam persoalan ini!” Souw Thian Hai cepat-cepat menukas.
“…….aku sama sekali tidak membunuh ibu dan adikmu,
apalagi meninggalkan surat seperti yang kaukatakan itu.
Aku…….”
“Bohong! Pengecut! Engkau mau mengingkari perbuatanmu
sendiri……..?”
“Kurang ajar ! Anak muda, kau jangan menuduh orang
sembarangan saja ! Dengar dulu keteranganku, setelah itu
baru kau boleh marah sesuka hatimu! Jangan main tuduh dan
main bunuh tanpa alasan atau bukti yang kuat. Bagaimana
kalau engkau sendiri yang dituduh orang seperti itu padahal
engkau sendiri merasa tidak melakukannya?" lambat laun
pendekar sakti itu marah juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun merasa pula bahwa perkataan lawannya itu
benar juga. “Kalau begitu........ lekaslah kau berbicara !”
bentaknya.
Souw Thian Hai berusaha menyabarkan hatinya, lalu
dengan hati-hati ia memberi keterangan. "Terus terang.,..,.
kedatanganku di gubug kosong itu memang bukan secara
kebetulan. Seperti telah kuceriterakan........ aku terpaksa
menjadi pengawal pribadi dari Siauw Ong-ya semenjak dia
bisa menyembuhkan lukaku. Dan pada waktu itu
kedatanganku disana memang dalam rangka mengawal
pangeran muda tersebut. Aku tidak tahu apa yang hendak
dikerjakan oleh pangeran itu bersama-sama anak buahnya di
daerah itu, tapi dari pembicaraan mereka aku dapat
mengetahui bahwa mereka sedang memburu buronan yang
membawa sebuah pusaka kerajaan. Karena aku tidak mau
campur tangan dengan urusan mereka selain menjaga
keselamatan pangeran itu, maka orang-orang itu juga tidak
pernah mempedulikan aku. Mereka membiarkan saja aku
berbuat semauku……”
Pendekar sakti itu berdiam diri sebentar untuk mengambil
napas. Matanya yang tajam itu mengerling sekejap untuk
mencari kesan di wajah Chin Yang Kun. Begitu melihat
pemuda tersebut mendengarkan ceritanya dengan serius
hatinya menjadi gembira. "Karena bosan semalaman hanya
melihat orang-orang yang saling mengintai saja, aku lalu pergi
ke tepi Sungai Huang-ho. Tapi tak kusangka di tepi sungai itu
aku bertemu dengan musuh besarku, Hek-eng-cu ! Dan
tampaknya orang itu juga ikut mengincar benda pusaka
tersebut. Dan kelihatannya orang itu juga telah lebih dahulu
datang di daerah tersebut, serta telah melihat pula
rombonganku. Buktinya iblis itu bersama-sama dengan
seorang kawannya telah mempersiapkan sebuah perangkap
untukku, agar aku tidak bisa menolong rombonganku apabila
sewaktu-waktu terjadi benturan di antara mereka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar itu menghentikan lagi ceritanya. Wajahnya
tampak sangat menyesal karena ternyata dia tak bisa
menghindari perangkap yang dipasang oleh Hek-eng-cu.
“Ketika sedang enak-enaknya aku berjalan di tepi sungai
Huang-ho itu, tiba-tiba mataku melihat sebuah perahu kecil
melintas di atas sungai tersebut. Perahu itu hanya dinaiki oleh
seorang nenek yang telah lanjut usianya, dan entah
bagaimana asal mulanya mendadak perahu tersebut terbalik
sehingga nenek tua itu tercebur ke dalam air yang ganas.
Sekejap aku mendengar nenek itu berteriak minta tolong
kepadaku. Maka tanpa pikir panjang lagi aku meloncat ke
dalam air dan berenang melawan arus sungai yang besar
untuk menolongnya. Untunglah aku belum terlambat sehingga
nenek itu dapat kuselamatkan. Dengan menggendong
tubuhnya yang berat aku kembali bergulat melawan arus
untuk mencapai tepian sungai…..”
Pendekar itu kembali menundukkan kepalanya, lalu sambil
menghembuskan napas panjang dia meneruskan ceritanya.
"Tapi aku benar-benar tidak menyangka sama sekali... selagi
aku lengah karena sedang bergulat dengan arus air itu, tibatiba
nenek yang berada di atas punggungku menyerang leher
dan ubun-ubunku secara ganas ! Tangan kirinya
mencengkeram leherku, sementara tangan kanannya yang
secara tiba-tiba telah memegang pisau itu menusuk ke arah
ubun-ubunku ! Sekilas aku mendengar suara ketawanya yang
seperti iblis, dan aku segera mengenalnya sebagai suara
ketawa Hek-eng-cu !"
Pendekar itu mengambil napas lagi, matanya menerawang
ke depan seolah-olah ingin mengumpulkan kembali
ingatannya tentang peristiwa yang sangat mendebarkan itu.
"Dalam keadaan yang sangat berbahaya itu tubuhku secara
otomatis bergerak untuk menyelamatkan diri. Cepat bagai kilat
aku menyelam sehingga ayunan tangan yang memegang
pisau itu tertahan dengan kuat oleh permukaan air. Dan waktu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hanya sekejap itu kupergunakan untuk melepaskan
leherku dari cengkeraman tangan kiri Hek-eng-cu. Tapi
cengkeraman itu ternyata amat kuat dan sukar sekali
kulepaskan. Memang selain mengerahkan seluruh tenaga
saktinya, Hek-eng-cu ternyata telah menggunakan Ilmu Samci
thiam-hwe-touw untuk mencengkeram urat-urat penting di
leherku. Tanpa kusadari jari-jarinya yang kuat itu telah
menekan urat gagu dan urat kelumpuhan yang
menghubungkan tan-tian dengan otak sehingga tak ampun
lagi tubuhku menjadi lemas dan tak bisa berbicara. Tapi
sebelum kelumpuhan itu benar-benar menyerang seluruh uraturat
di dalam tubuhku, aku secara mati-matian mengerahkan
Khong-sin-kang untuk menjaga diri........"
"Khong-sin-kang? Apakah itu?" untuk pertama kalinya Chin
Yang Kun menukas cerita lawannya.
"Ah, cuma ilmu kosong yang tiada artinya sesuai dengan
namanya....... Khong sin-kang berarti Ilmu Sakti Tenaga
Kosong !" Souw Thian Hai menjelaskan dengan sedikit jengah
takut dikatakan menyombongkan dirinya.
"Hmmh! Lalu bagaimana seterusnya…..?”
"Begitulah….. dalam saat-saat terakhir ilmu yang
kukerahkan itu ternyata dapat menyelamatkanku. Badanku
yang lumpuh akhirnya hanyut terbawa gelombang sungai dan
tersangkut di dekat gubug kecil itu. Beberapa saat lamanya
aku tergolek saja di tepian sungai. Baru beberapa waktu
kemudian, setelah kelumpuhan itu berangsur-angsur hilang
dari tubuhku, aku bangkit dan pergi menghampiri gubug kecil
itu. Aku harus segera mencari tempat berlindung untuk
memulihkan kembali tenagaku. Sebab meskipun aku sudah
tidak lumpuh lagi tapi aku ternyata belum bisa mengerahkan
lwee-kang seperti sedia kala. Beberapa buah jalan darahku
masih terpengaruh oleh Sam-ci Tiam-hwe-louw Hek-eng-cu.
Malah urat gaguku juga belum lepas pula dari pengaruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cengkeramannya. Nah, pada saat demikian itulah kau
datang........!"
Chin Yang Kun mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tahulah ia sekarang kenapa ilmu silat Souw Thian Hai yang
dahsyat itu dahulu seperti tidak punya tenaga sama sekali
ketika bertempur dengannya. Itulah juga sebabnya kenapa
pendekar sakti itu tidak mengeluarkan suara sama sekali
ketika mereka bertempur!
Hati Chin Yang Kun mulai ragu-ragu. Pemuda ini mulai
percaya pada kebenaran penuturan lawannya. Agaknya
pendekar sakti yang mempunyai nama harum di dunia kangouw
itu memang sungguh-sungguh tidak terlibat sama sekali
dalam peristiwa pembunuhan keluarganya itu. Kelihatannya
memang tak ada alasan yang kuat bagi pendekar sakti itu
untuk memusuhi apa lagi sampai berbuat begitu keji kepada
keluarganya.
Lalu, siapa sebenarnya yang menulis surat itu? Mengapa
orang itu tidak muncul di gubug kosong itu? Apakah orang itu
menjadi ketakutan dan tidak berani mendekati gubug tersebut
karena di sana ada Souw Thian Hai ?
"Eh, mengapa peristiwa kecil di gubug kosong itu
kelihatannya amat mengganggu pikiran saudara? Apakah aku
telah berbuat suatu kesalahan besar di tempat itu sehingga
engkau demikian mendendam kepadaku?" tiba-tiba Souw
Thian Hai mengajukan pertanyaan, sehingga Chin Yang Kun
yang sedang melamun itu menjadi kaget.
“Hmmh!" pemuda itu mendengus. "Kau tahu...... siapa
yang kaukatakan sebagai buronan itu? Mereka adalah
keluargaku! Seluruh keluargaku! Mereka diburu, dikejar-kejar,
disiksa…..kemudian dibunuh!”
“Haah?” Souw Thian Hai tersentak kaget. Lalu, “Sungguh
tak kusangka bila demikian halnya. Sekarang aku
tahu…..kenapa sikapmu demikian kerasnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi……percayalah engkau kepadaku, aku sungguh-sungguh
tidak tahu menahu tentang keluargamu!”
“Kalau begitu…….siapakah menurut pendapatmu?”
Souw Thian Hai bernapas dengan lega melihat gelagatnya
pemuda itu sudah tidak mencurigainya lagi. Tampaknya
pemuda itu dapat menerima seluruh keterangannya tadi.
“Kalau memang keluargamu itulah yang dicari dan dikejarkejar
oleh orang-orang itu aku hampir berani memastikan
bahwa mereka jugalah yang telah membunuhnya! Siapa lagi
kalau tidak orang-orang itu? Bukankah masalahnya hanya
pada Cap Kerajaan itu?”
“Kaumaksudkan Siauw Ong-ya dan anak buahnya?”
“Ah…….bukan! Bukan! Bukan mereka. Aku tahu dengan
pasti bahwa bukan mereka pelaku pembunuhan itu, karena
kalau mereka yang melakukan aku pasti mengetahuinya pula.”
“Lalu siapa kalau bukan mereka? Apakah rombongan Hekeng-
cu yang kaujumpai di sungai Huang-ho itu?”
“Entahlah……!” Souw Thian Hai menggeleng dengan raguragu.
“Kemungkinan juga memang merekalah
pelakunya…..tetapi kemungkinan juga bukan. Sebab selain
rombongan Siauw Ong-ya dan Hek-eng-cu, aku mencium pula
jejak-jejak yang lain, yang kalau tak salah adalah jejak para
iblis Ban-kwi-to dan jejak para petugas kerajaan.”
“Hek-eng-cu dan para iblis Ban-kwi-to itu adalah satu
rombongan…….” Chin Yang Kun cepat menukas karena ia
teringat waktu ditawan oleh rombongan itu di gedung Si
Ciang-kun setahun yang lalu.
“Begitukah? Jikalau demikian tinggal dua rombongan saja
yang pantas dicurigai, yaitu rombongan Hek-eng-cu dan para
petugas kerajaan!” Souw Thian Hai berkata tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Rombongan petugas kerajaan……?” Chin Yang Kun
menegaskan.
“Ya, para petugas kerajaan! Mereka dipimpin sendiri oleh
Yap Tai-ciangkun dan kakaknya Hong-lui-kun Yap Kiong Lee.”
“Ahhhh!” Chin Yang Kun berseru kaget. “…….tapi……tapi
tak mungkin rasanya kalau mereka itu yang berbuat keji.
Kedua orang kakak beradik itu selain mempunyai kedudukan
tinggi di kota raja, mereka juga merupakan pendekarpendekar
persilatan yang bernama harum dan berjiwa
kesatria. Tak mungkin rasanya mereka berbuat sekeji itu!”
“Engkau benar!” Souw Thian Hai mengiyakan perkataan
Chin Yang Kun tersebut. “Akupun telah mengenal dengan baik
kedua orang kakak beradik itu. Mereka tak mungkin
membunuh orang dengan cara yang begitu pengecut!
Kepandaian mereka sangat tinggi dan kekuasaannya sangat
besar……”
“Kalau begitu satu-satunya kecurigaan hanya tinggal
kepada rombongan Hek-eng-cu,” Chin Yang Kun menggeram.
“Ya! Akupun lebih mencurigai mereka dari pada yang
lainnya. Mereka terdiri dari penjahat-penjahat yang sudah
terbiasa berbuat kejam, curang dan licik!” Souw Thian Hai
mengangguk-anggukkan kepalanya. “Meskipun demikian kita
juga tidak boleh menuduhnya begitu saja tanpa bukti-bukti
yang jelas. Kau harus menyelidikinya terlebih dahulu…….”
“Tapi aku hampir yakin bahwa memang kelompok itulah
yang membunuh ibu, adik-adik dan para pengawalku. Hanya
para iblis Ban-kwi-to itu saja yang selalu membunuh orang
dengan racun…..”
“Agaknya memang benar demikian…….” Sekali lagi Souw
Thian Hai mengiyakan perkataan Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun menghela napas lega, hatinya terasa
lapang, seakan-akan tirai kegelapan yang menutupi peristiwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mengerikan itu kini telah terbuka, sehingga ia bisa
melihat dengan jelas siapa yang bertanggung jawab atas
pembunuhan ibu dan adik-adiknya itu. Dia tinggal mencari
saja, siapakah diantara iblis-iblis Ban-kwi-to itu yang sering
mempergunakan racun hijau. Racun yang mengakibatkan
korbannya mati dengan perasaan nikmat dan tenang, tapi
dengan warna kulit yang berubah menjadi kehijau-hijauan.
“Semuanya telah menjadi terang. Pembunuh-pembunuh itu
sebentar lagi akan dapat kubekuk. Aku tinggal pergi saja ke
Ban-kwi-to untuk mencari pembunuh ibu, sementara
pembunuh ayah dan paman juga tinggal menanyakan saja
kepada Thio Lung!” pemuda itu berkata di dalam hatinya.
“Maaf, kalau tidak salah ketika berada di desa Hok-cung itu
saudara bersama-sama dengan Chu Seng Kun……dimanakah
pemuda itu sekarang?” tiba-tiba Souw Thian Hai bertanya
kepada Chin Yang Kun.
“Eh, anu……entahlah! Kami telah bersimpang jalan ketika
secara mendadak desa itu diserang oleh tentara kerajaan,”
Chin Yang Kun yang sedang melamun itu menjawab dengan
suara gagap.
"Ohhh.......!" pendekar sakti itu berdesah dengan kecewa.
"Ada apa? Mengapa engkau bertanya tentang Chu Seng
Kun? Apakah engkau sudah mengenalnya ?" Chin Yang Kun
yang merasa heran atas sikap Souw Thian Hai itu segera
mendesak dengan pertanyaannya.
"Aku dan dia tidak hanya saling mengenal tetapi lebih dari
pada itu. Kami saling bersahabat. Malahan aku.........''
Tiba-tiba pendekar sakti itu menutup mulutnya. Hampir
saja ia berkata tentang hubungannya dengan Chu Bwee Hong,
adik Chu Seng Kun. Sekejap pendekar yang kesaktiannya
sangat dikagumi orang itu menjadi kikuk, tapi di lain saat
sikapnya segera berubah lesu dan sedih begitu mengingat
hubungannya yang kandas di tengah jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhhh, sudahlah.......!” akhirnya pendekar itu berdesah
getir. "Sebaiknya aku sekarang pergi saja. Mumpung aku
sudah bebas akan kuselesaikan semua urusan yang
terbengkalai itu. Terima kasih atas pengertianmu.......”
Pendekar itu mengangguk ke arah Chin Yang Kun, lalu
melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut. Jalannya
perlahan dan gontai seolah sedang menyangga beban yang
berat sekali di pundaknya.
Chin Yang Kun termangu-mangu di tempatnya. Bagaikan
seorang yang tiba-tiba kehilangan sahabat atau kawan
seperjalanannya, pemuda itu memandang punggung Souw
Thian Hai yang bidang. Entah bagaimana sikap dan
kepribadian pendekar sakti tersebut benar-benar amat
menarik perhatiannya. Tiba tiba saja hatinya terasa dekat dan
menyukainya.
“Kau........ kau mau pergi ke mana?" tak terasa mulut
pemuda itu berteriak.
Pendekar sakti itu menoleh dan bibirnya tampak tersenyum
pedih. "Entahlah, aku tak tahu....... Tapi yang terang aku
hendak mencari dulu puteriku yang hilang,” jawabnya.
"Puterimu yang hilang ?" Chin Yang Kun yang tidak
menyangka bahwa pendekar sakti itu telah mempunyai anak,
bertanya seolah tak percaya. "Di mana dia hilang ? Bagaimana
itu bisa terjadi? Siapa yang telah mencurinya?"
Souw Thian Hai menghentikan Iangkahnya. Wajahnya yang
pucat itu mendadak tersenyum, meskipun senyumnya tampak
kaku dan tak bergairah. "Yang mencurinya........? Ahh, kau
sangka umur berapa puteriku itu?" tanyanya sedikit geli. ".......
Puteriku itu bukan lagi seorang bayi atau anak-anak yang
mudah dibawa orang. Usianya mungkin hampir sebanyak
umurmu......."
Chin Yang Kun tersentak kaget tak percaya. Tapi sebelum
pemuda itu bertanya lebih lanjut, Souw Thian Hai telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah pergi meninggalkannya. Pendekar sakti itu telah
lenyap menerobos hutan.
Sambil berdesah Chin Yang Kun juga pergi meninggalkan
tempat itu. Sesekali pemuda itu menoleh, mengawasi mayatmayat
yang berserakan di tempat tersebut. Tetapi karena
telah yakin bahwa orang-orang Kim liong Piauw kiok itu pasti
akan datang kembali untuk mengurus mayat mayat tersebut,
maka ia tetap meneruskan langkahnya. "Ah, tak kusangka
pendekar Souw Thian Hai yang ternama itu telah mempunyai
anak sebesar aku, padahal umurnya tidak lebih tua dari pada
Chu Seng Kun ataupun Hong-Iui kun Yap Kiong Lee….. Kalau
begitu usia puteri Souw Thian Hai tersebut tentu sama dengan
Tiau Li Ing atau Souw Lian Cu ..... eh !"
Tiba-tiba pemuda itu berhenti melangkah, wajahnya
menjadi pucat seketika. "Souw Thian Hai… Souw Lian Cu !
Souw Lian Cu....Souw Thian Hai ! Hah! Apakah ...... apakah
me-mereka.......?”
Bagai kilat cepatnya Chin Yang Kun melesat memburu
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Saking tegangnya pemuda itu
mengerahkan seluruh kekuatan gin-kangnya! Oleh karena itu
dapat dibayangkan bagaimana cepatnya pemuda itu berlari.
Tapi pemuda itu segera menjadi heran sekali. Sampai ia keluar
dari hutan itu kembali pendekar tersebut tidak dapat ia
ketemukan! Pendekar sakti itu seperti dapat menghilang saja
saking cepatnya.
"Bukan main! Pendekar ternama itu memang tidak
bernama kosong! Rasa-rasanya memang cocok bila menjadi
ayah dari Souw Lian Cu...." Chin Yang Kun bergumam tiada
habisnya.
Pemuda itu melangkah kembali ke tempat semula. Tiba-tiba
terdengar Iagi suara siulan dari atas bukit, membuat pemuda
itu ingat pada maksud kedatangannya semula, yaitu mencari
kawannya yang diculik oleh orang-orang berkuda. "Ah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jangan-jangan anak bengal itu mendapatkan kesulitan di
sana," geramnya.
Chin Yang Kun mengerahkan gin-kangnya kembali untuk
mendaki bukit tersebut. Pemuda itu sengaja mengambil jalan
lintas agar tidak terlihat oleh para penjaga, yang mungkin
sudah dipasang untuk menjebaknya. Meskipun medannya
menjadi lebih sukar, tetapi dengan kepandaiannya yang tinggi
semuanya dapat ia lalui dengan mudah dan cepat. Beberapa
menit saja puncak itu telah kelihatan di depan mukanya.
Mula-mula Chin Yang Kun menjadi kaget sekali ketika
matanya melihat banyak sekali orang-orang yang dudukduduk
menggerombol di bawah pohon-pohon rindang.
“Heran! Ada apa sebenarnya di tempat ini? Orang-orang ini
berjumlah ribuan, tetapi mengapa mereka tidak menjadi ramai
dan hingar-bingar suaranya? Apakah mereka ini merupakan
pengikut sebuah aliran kepercayaan yang sedang mengadakan
upacara keagamaan?”
pemuda itu termangu-mangu di tempatnya. Sebenarnya
bisa saja dia menerobos kumpulan orang-orang yang duduk
bergerombol di segala tempat itu. Tapi orang-orang itu tentu
akan melihatnya kemudian menahannya. Dan selanjutnya
tentu akan terjadi pertempuran yang sangat berat bagi
dirinya. Dia harus melawan ribuan orang bersenjata!
“Ahhh……!” Chin Yang Kun berdesah.
Selagi pemuda itu kebingungan untuk mencari jalan yang
aman ke atas puncak, mendadak dari kaki bukit terdengar
suara roda gerobag yang berdentangan melindas bebatuan.
Suara itu makin lama makin dekat, sehingga akhirnya gerobag
itu tampak oleh Chin Yang Kun muncul dari balik pohon-pohon
lebat di bawahnya. Gerobag itu didorong dengan susah payah
oleh enam tujuh orang ke atas bukit.
Sekejap mata Chin Yang Kun terbelalak mengawasi
gerobag itu, tapi kemudian cepat-cepat bersembunyi ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba di belakang gerobag tersebut muncul beberapa orang
lelaki yang tidak lain adalah para penunggang kuda yang
dicarinya itu. Orang-orang itu berjalan tanpa mengeluarkan
suara seolah-olah mereka itu adalah sekelompok iring-iringan
orang yang sedang mengantar jenazah ke liang kubur.
Chin Yang Kun membiarkan iring-iringan itu melintas di
depan persembunyiannya. Matanya nyalang mencari-cari
kalau-kalau temannya yang bengal itu berada diantara
mereka, tapi pemuda tampan itu ternyata tidak ada diantara
mereka.
Sambil menghela napas Chin Yang Kun beranjak dari
tempat persembunyiannya. Pemuda itu bertekad untuk
menerobos tempat itu dengan nekad. Tapi belum juga ia
melaksanakan maksudnya tiba-tiba dari bawah terdengar
suara gerobag lagi. Kali ini malah lebih keras dan lebih gaduh
daripada tadi.
Chin Yang Kun kembali mendekam di tempat
persembunyiannya dan beberapa saat kemudian dia melihat
iring-iringan gerobag dan pedati kecil muncul dari balik
pepohonan. Puluhan orang lelaki tampak mendorong gerobaggerobag
itu bersama-sama. Tubuh mereka yang kekar-kekar
itu tampak basah oleh keringat.
“Hah? Pedati kecil itu adalah pedati yang pagi tadi kubawa
ke kuil……! Dan gerobag tersebut juga gerobag-gerobag
orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu!” Chin Yang Kun berseru
di dalam hati.
Hampir saja Chin Yang Kun melompat keluar untuk
menghentikan iring-iringan itu. Tapi niat tersebut segera
diurungkannya ketika di belakang iring-iringan itu tiba-tiba
muncul…… Song-bun-kwi Kwa Sun Tek, hantu yang mahir
menghidupkan orang-orang yang sudah mati!
“Gila! Orang-orang berkuda itu ternyata adalah teman
Song-bun-kwi! Nah, tahulah aku sekarang, kenapa pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampan itu membawaku ke kuil setan itu. Agaknya anak
bengal itu telah bermusuhan dengan Song-bun-kwi Kwa Sun
Tek. Oleh karena kepandaian iblis itu amat tinggi, maka
pemuda itu lalu menjebakku untuk menghadapinya. Hmm,
kurang ajar…..!” Chin Yang Kun mengumpat di dalam hati.
Beberapa saat kemudian tempat itu telah menjadi sepi
kembali. Chin Yang Kun lalu bangkit berdiri. Rambutnya
menyentuh dahan perdu tempat dimana dia bersembunyi,
sehingga semak-semak itu bergoyang-goyang.
Tiba-tiba pemuda itu terbelalak! Dilihatnya secarik kertas
melayang jatuh dari atas pohon. Pemuda itu cepat-cepat
menangkapnya, kemudian merentangkannya di depan
matanya. Matanya dengan cepat membaca beberapa huruf
yang tertulis di atas kertas itu.
Sebentar lagi seorang penjaga akan lewat disini.
Tangkaplah dia! Lucuti pakaiannya, lalu pergunakanlah untuk
menyusup ke atas bukit!
“Hah? Siapakah yang menulis surat ini? Mengapa dia tahu
aku bersembunyi disini?” Chin Yang Kun berdesah kaget.
Tak heran jikalau pemuda itu merasa terkejut. Dia hampir
tak pernah mengendorkan kewaspadaannya, meskipun
demikian ternyata ia tak tahu sama sekali kapan kertas itu
diletakkan orang di depan hidungnya. Melihat kenyataan itu,
terang kalau kedatangannya di tempat tersebut telah diketahui
orang lain. Untung baginya orang itu kelihatannya bukan dari
pihak lawan.
“Sungguh lihai sekali! Siapakah orang itu….? Aku harus
lebih berhati-hati lagi,” Chin Yang Kun berkata di dalam hati.
Benar juga apa yang ditulis orang itu! Dari jauh Chin Yang
Kun telah mendengar langkah seseorang. Mungkin karena
mengira bahwa tidak mungkin ada orang yang berani datang
ke tempat itu, maka orang itu berjalan seenaknya. Sedikitpun
tidak mempergunakan ginkangnya! Suara sepatunya sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berisik sekali ketika menginjak daun-daun kering yang
berserakan di atas tanah.
Chin Yang Kun bersiap-siaga. Pemuda itu telah melihat
seorang lelaki tinggi besar mendekati tempat
persembunyiannya. Orang itu berjalan sambil menoleh ke
kanan dan ke kiri, sikapnya amat tenang dan penuh
kewaspadaan, bagaikan seorang peronda malam yang sedang
melakukan tugasnya. Topinya yang lebar itu tampak berkilatkilat
ditimpa sinar matahari.
Chin Yang Kun mengerahkan Liong-cu-I-kangnya! Pemuda
itu tidak ingin gagal dalam sekali terkam! Tapi……tiba-tiba
terdengar suara langkah kaki yang lain! Suara itu datang dari
arah sebelah kirinya!
Tentu saja keadaan itu sangat membingungkan Chin Yang
Kun! Ternyata secara berbareng ada dua orang penjaga yang
datang, dan mereka mendekati tempat itu dari arah yang
berlawanan. Kalau dia meringkus salah seorang dari mereka,
yang lain tentu akan segera mengetahuinya. Dan hal itu
sungguh berbahaya sekali! Sekali mereka berteriak, ribuan
orang di atas puncak itu tentu akan segera turun
mengeroyoknya.
Dengan urat-urat yang tegang Chin Yang Kun menatap ke
arah penjaga yang pertama, tapi wajahnya tiba-tiba menjadi
pucat! Penjaga itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Orang
itu lenyap tanpa dia ketahui kemana perginya, padahal dia
tadi cuma menoleh sekejap saja!
Otomatis Chin Yang Kun menoleh lagi ke sebelah kirinya
yaitu ke tempat dimana suara orang yang kedua tadi
terdengar. Dan…..pemuda itu terperanjat! Mendadak saja di
tempat itu telah muncul seorang penjaga lain yang dengan
sinar mata dingin menatap ke arah dirinya.
“Wuuuuuut!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu menyerang dengan pedangnya membuat Chin
Yang Kun meloncat keluar dari persembunyiannya. Pedang itu
bergetar dengan hebat sehingga ujungnya bagaikan terpecah
menjadi tiga bagian. Bagian pertama menusuk ke arah kepala,
sementara bagian kedua dan ketiga menyambar ke arah leher
dan ulu hati! Sungguh sulit untuk ditebak, serangan mana
yang akan lebih dahulu tiba pada sasarannya.
Serangan tersebut memang benar-benar hebat sekali! Tapi
apa yang dilakukan oleh Chin Yang Kun untuk menghadapi
serangan tersebut ternyata lebih dahsyat lagi!
Ternyata pemuda itu tidak mau berpayah-payah atau
berpusing-pusing menantikan datangnya serangan tersebut.
Begitu melihat lawannya menyerang dengan pedangnya,
diapun segera menyongsong dengan kebutan lengan bajunya.
Lengan bajunya yang lebar itu menyabet ke depan dengan
suara bergemuruh!
Orang itu terkejut sekali! Dengan susah payah dia menarik
pedangnya, tapi terlambat. Lengan baju yang penuh lweekang
itu menghantam ujung pedang, kemudian membelitnya
dengan kuat. Pletaaak…..! pedang tersebut patah menjadi tiga
bagian!
Dan sebelum penjaga itu menyadari dengan sepenuhnya
apa yang telah terjadi, tiba-tiba lengan Chin Yang Kun
bertambah panjang dua jengkal jauhnya, sehingga lengan
tersebut menerobos lobang lengan baju dan menyambar ke
arah pinggangnya. Serangan ini sungguh-sungguh dahsyat
dan diluar dugaan penjaga itu! Maka tiada ampun lagi
serangan itu mengenai dengan telak pinggang penjaga
tersebut.
“Dhiessss!!!”
Penjaga itu terlempar ke belakang dengan hebatnya, lalu
terhempas ke tanah dengan mata mendelik. Mati. Sambaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan Chin Yang Kun tadi telah mematahkan tulang pinggang
dan meremukkan isi perutnya!
Bergegas Chin Yang Kun melucuti pakaian orang itu dan
mengenakannya pada tubuhnya. Sarung pedang beserta
pedangnya yang telah patah itu dipungut pula oleh Chin Yang
Kun. Lalu dengan tergesa-gesa mayat penjaga itu diseretnya
ke dalam semak-semak. Demikianlah hanya dalam waktu
singkat pemuda itu telah berubah menjadi seorang penjaga,
lengkap dengan topi bambunya yang lebar.
“Hmmm, tanganmu sungguh cepat dan…..ganas sekali!”
tiba-tiba Chin Yang Kun mendengar desah napas di
belakangnya.
Bagai kilat cepatnya pemuda itu membalikkan tubuhnya,
dan wajahnya berubah dengan hebat! Di depannya telah
berdiri…….penjaga yang tadi menghilang!
Chin Yang Kun mengerahkan seluruh kekuatannya kembali.
Tapi sebelum pemuda itu bertindak lebih lanjut, penjaga itu
segera melepas topi lebarnya……
“Hei? Kau……!” Chin Yang Kun berseru.
“Ya!” penjaga yang tidak lain adalah Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai itu mengangguk. “Maaf, aku telah
mengagetkanmu…….”
Chin Yang Kun bernapas lega. “Ah, kau sungguh amat
mengejutkan aku. Kenapa kau mengenakan seragam penjaga
juga? Apakah kau telah menjadi anggauta dari orang-orang
yang berada di atas puncak itu?”
Souw Thian Hai menggeleng. “Tidak! Seperti engkau pula,
aku menyamar menjadi penjaga agar aku dapat naik ke
puncak dengan mudah,” katanya menjelaskan.
Keduanya berdiam diri kembali. Souw Thian Hai
memandang ke atas bukit, ke arah orang-orang yang sedang
ramai berebutan mengambil senjata dari dalam gerobag.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedang Chin Yang Kun dengan perasaan sedih dan gelisah
mengawasi Souw Thian Hai. Dugaan pemuda itu tentang
hubungan Souw Thian Hai dengan Souw Lian Cu membuat
pemuda itu merasa gelisah dan kikuk.
“Ada apa sebenarnya diatas puncak itu? Tadi ketika aku
akan pergi dari bukit ini, aku melihat beberapa orang
penunggang kuda datang mengiringkan Song-bun-kwi Kwa
Sun Tek ke bukit ini. Karena aku merasa curiga maka aku
lantas mengikuti saja langkah mereka. Dan di kaki bukit tadi
aku menangkap seorang penjaga agar supaya aku dapat lebih
leluasa mengikuti mereka,” Souw Thian Hai berkata perlahan,
kemudian kepalanya berpaling mengawasi Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun cepat-cepat memalingkan mukanya pula.
“Entahlah! Aku….aku juga tidak tahu. Kedatanganku kemari
hanya untuk mencari dan membebaskan kawan yang diculik
oleh gerombolan ini…….” Katanya memberi penjelasan. Dan
ketika terpandang oleh pemuda itu kertas surat yang
dibacanya tadi, ia segera bertanya, “Eh, apakah engkau yang
meletakkan secarik kertas disini tadi?”
Pendekar sakti itu tiba-tiba mengerutkan keningnya.
“Secarik kertas? Kertas apa itu?” tanyanya tak mengerti.
“Hei, jadi…….bukan kau yang mengirimnya?
Lalu……..siapakah kalau begitu?”
“Hmmmm!” Souw Thian Hai tersenyum. “…….lekas
kaukatakan kepadaku! Kau jangan membingungkan aku……!”
“Lihatlah!” Chin Yang Kun mengambil kertas itu dan
memberikannya kepada Souw Thian Hai. Tak lupa pemuda itu
menceritakan juga bagaimana surat itu sampai ke tangannya.
Selesai membaca Souw Thian Hai tidak lekas-lekas
memberikan komentarnya. Pendekar itu justru memalingkan
mukanya ke atas, menghadap ke arah kelompok orang-orang
yang sedang berkumpul di atas puncak tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Agaknya tidak hanya kita sendiri yang ingin pergi ke
puncak itu. Hmmmm, aku menjadi semakin ingin sekali
kesana……” akhirnya pendekar itu berkata seperti kepada
dirinya sendiri.
“Jadi kau juga tidak tahu siapa yang menulis pesan itu?”
Chin Yang Kun menegaskan.
Souw Thian Hai menggelengkan kepalanya. “Tidak…..! tapi
engkau tak usah memusingkannya! Kita berangkat saja
sekarang kesana untuk mencari orang itu!”
“Baik! Marilah…..!”
kedua orang yang menyamar sebagai penjaga itu lalu
melangkah ke atas. Sambil berjalan mereka meneliti setiap
tempat, seolah-olah mereka memang dua orang penjaga yang
sedang bertugas. Dengan sangat hati-hati mereka melangkah
diantara orang-orang yang sedang bergerombol di segala
tempat itu. Untunglah perhatian orang-orang tersebut sedang
disibukkan oleh pembagian senjata dari gerobag tadi,
sehingga mereka dengan aman bisa melewati orang-orang itu.
Sampai di atas kedua orang itu menghentikan langkah
mereka. Gedung itu telah berada di depan mereka, tapi untuk
mencapainya mereka masih harus menyebrangi halaman yang
luas dan terbuka. Dan di tempat itu tidak ada lagi orang-orang
yang berkumpul-kumpul seperti tadi. Di tempat tersebut
penjagaan sangat ketat, dan penjaganyapun mempunyai
seragam yang lain dari pada seragam yang mereka kenakan.
Souw Thian Hai memandang Chin Yang Kun seraya
mengangkat pundaknya. “Wah, bagaimana ini? Apakah kita
harus melumpuhkan dua orang penjaga lagi?”
“Tapi…….bagaimana kita dapat meringkus dua orang
penjaga tanpa diketahui oleh penjaga yang lain di tempat
yang terbuka seperti ini? Eh, awas…….! Ada dua,
eh……..empat orang penjaga datang kemari!” Chin Yang Kun
memperingatkan temannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka bermaksud menghindar, tetapi ke empat orang
penjaga itu terlanjur melihat mereka. “Hai, berhenti dulu!
Penjaga dari mana kalian ini? Mengapa sampai ke tempat ini?
Siapakah pemimpin kalian?” salah seorang diantaranya
menghardik.
Souw Thian Hai mengerahkan tenaganya dan bersiap-siap
untuk turun tangan. Tetapi dalam keadaan terdesak, tiba-tiba
Chin Yang Kun memperoleh akal.
“Kami datang dari kota Lok-yang……kami berdua adalah
tangan kanan Keng Si Yu. Kami datang kemari untuk mencari
pemimpin kami tersebut, sebab ada sesuatu hal penting yang
harus kami laporkan,” pemuda itu menjawab lancar, seakanakan
telah dipersiapkan sebelumnya.
“Oh……anak buah Keng Beng-cu (pemimpin Keng) rupanya!
Silahkanlah kalau begitu! Kebetulan Keng Beng-cu baru saja
datang dari menjemput Song-bun-kwi di kota Poh-yang. Ia
berada di halaman belakang sekarang……”
“Ah, terima kasih. Kalau begitu…..kami akan segera kesana
untuk menemuinya.” Chin Yang Kun menjura dengan hormat,
kemudian menarik lengan Souw Thian Hai pergi.
Souw Thian Hai menurut saja ditarik Chin Yang Kun.
Pendekar sakti itu tak habis pikir, dari mana pemuda aneh itu
tahu nama-nama tersebut? Siapa sebenarnya anak muda yang
amat lihai ini?
Mereka menyeberangi halaman luas itu dengan tergesagesa.
Beberapa orang penjaga diam saja melihat mereka,
karena penjaga-penjaga tersebut menyangka bahwa mereka
itu telah diijinkan masuk oleh empat orang penjaga di depan
tadi. Tapi ketika mereka akan masuk ke dalam gedung,
beberapa orang yang berdiri di depan pintu segera menahan
mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kami…..kami datang dari kota Lok-yang. Kami ingin
bertemu dengan Keng Si Yu, pemimpin kami!” sekali lagi Chin
Yang Kun berusaha membohongi para penjaga pintu tersebut.
“Keng Beng-cu tidak berada di ruang depan ini. Beliau ada
di halaman belakang bersama-sama dengan para pemimpin
yang lain. Pergilah lewat pintu samping itu……!” seseorang
dari penjaga itu berkata sambil menunjuk ke pintu samping.
“Baik! Terimakasih……”
Chin Yang Kun lalu mengajak Souw Thian Hai ke halaman
samping. Mereka berjalan diantara pohon-pohon cemara yang
menaungi kolam ikan. Di setiap tempat mereka dipaksa untuk
berbohong lagi di depan para penjaga yang lain. Dan
untungnya orang-orang itu masih tetap percaya dan belum
mencurigai dandanan mereka.
Tapi mana mungkin mereka terus-terusan membohongi
orang-orang itu? Suatu saat mereka tentu akan benar-benar
bertemu dengan anak buah Keng Si Yu. Dan apabila hal itu
benar-benar terjadi maka penyamaran mereka akan
berakhirlah sudah. Oleh karena itu sebelum semuanya
sungguh-sungguh terjadi, Souw Thian Hai segera mengatakan
hal itu kepada Chin Yang Kun.
“Kita tidak mungkin membohongi mereka terus menerus.
Kita harus mencari akal lain untuk dapat memasuki gedung
ini…….” Pendekar sakti itu berkata.
“Benar! Aku juga telah berpikir demikian. Tapi jalan mana
yang harus kita tempuh? Apakah engkau telah menemukan
akal yang lain?”
Dengan tersenyum kecut Souw Thian Hai menggeleng.
“Tidak…….! Aku…….eh!”
Pendekar sakti itu tiba-tiba menarik lengan Chin Yang Kun
dan membawanya meloncat ke atas dahan pohon cemara di
dekat mereka. Kemudian dari atas pohon pendekar sakti itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menudingkan jari telunjuknya ke bawah, kearah dua orang
lelaki yang baru saja keluar dari pintu samping.
“Ssst, lihatlah! Itu dia Song-bun-kwi Kwa Sun Tek!”
pendekar sakti itu berbisik.
Chin Yang Kun terbelalak, pandangannya tertuju ke arah
dua orang lelaki yang ditunjuk oleh Souw Thian Hai itu. Tapi
bukan Song-bun-kwi Kwa Sun Tek yang membuatnya terkejut
sehingga terbelalak matanya, tapi teman Song-bun-kwi yang
bertubuh tinggi besar itulah yang teramat sangat mengejutkan
hatinya.
“Paman Hek-mou-sai Wan It…..!” pemuda itu berdesah tak
percaya.
Memang benar. Dua orang lelaki yang baru saja keluar dari
pintu samping itu memang benar Song-bun-kwi Kwa Sun Tek
dan Hek-mou-sai Wan It! Sesaat Chin Yang Kun merasa girang
sekali melihat bekas pembantu ayahnya itu. Tapi di lain saat
tiba-tiba hatinya menjadi kecut melihat keakraban antara
pembantu ayahnya itu dengan Song-bun-kwi Kwa Sun Tek!
“Paman Wan It…..! apakah yang telah terjadi dengan dia?
Mengapa sekarang ia malah menjadi akrab dengan orang
yang telah pernah menyiksanya? Apakah dia telah melupakan
dendamnya?” Chin Yang Kun bertanya-tanya di dalam hatinya.
Sekejap pemuda itu menjadi bimbang dan bingung,
sehingga ia diam saja ketika dua orang itu pergi meninggalkan
tempat tersebut.
“Ayoh kita ikuti kedua orang itu!” mendadak Souw Thian
Hai berbisik, lalu meloncat turun dari atas pohon dan berlari
mengejar bayangan kedua orang itu.
“Hei, tunggu……!” Chin Yang Kun tersentak, kemudian
meloncat turun pula ke atas tanah.
Tapi Chin Yang Kun telah kehilangan jejak mereka. Souw
Thian Hai maupun Song-bun-kwi seakan-akan telah lenyap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditelan oleh gerumbul-gerumbul perdu yang tumbuh lebat di
samping gedung itu. “Huh! Kemana dia? Cepat benar……!”
pemuda itu menggerutu.
Sekali lagi Chin Yang Kun mencari kesana kemari, kadangkadang
menyibak dan menyeruak diantara semak belukar
tersebut, tetapi bayangan Souw Thian Hai dan orang-orang itu
tetap tidak diketemukannya. “Bangsat……!” akhirnya pemuda
itu merutuk di dalam hati.
Chin Yang Kun membalikkan badannya, lalu melesat
kembali keluar dari hutan perdu tersebut. Pemuda itu bertekad
untuk masuk ke sarang harimau itu seorang diri. Sejak semula
ia memang telah bermaksud membebaskan kawannya itu
seorang diri saja.
Tiba-tiba pemuda itu tertegun. Di luar hutan ia telah
dihadang oleh empat orang penjaga yang tadi telah
dibohonginya. Wajah empat orang penjaga itu tampak merah
padam, suatu tanda bahwa mereka telah mengetahui
penyamaran Chin Yang Kun dan kini mereka sangat marah
sekali.
“Hmmh! Mau kemana lagi kau…..penyelundup?” salah
seorang diantaranya membentak dengan suara menggeledek.
Chin Yang Kun sadar bahwa penyamarannya telah
diketahui oleh lawan, maka ia tak mau sungkan-sungkan lagi.
Dikerahkannya tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya, lalu bersiapsiap
untuk menghajar mereka.
Tapi empat orang penjaga itu juga telah bersiap-siaga
sejak tadi. Mereka tak mau didahului oleh Chin Yang Kun.
Begitu melihat lawannya yang masih muda tersebut
mengerahkan tenaganya, mereka segera mendahului
menerjang bersama-sama. Dengan senjata masing-masing
empat orang itu menyerang Chin Yang Kun dari segala
jurusan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun berlaku hati-hati. Dia belum mengenal ilmu
lawan-lawannya, apakah mereka mempergunakan senjata
yang berbeda-beda. Ada yang memegang golok, ada yang
membawa tombak, dan ada pula yang memakai senjata
cambuk dan pedang! Tampaknya mereka juga bukan orangorang
sembarangan di dunia kang-ouw, terbukti dalam
serangan itu permainan senjata mereka benar-benar dahsyat
dan berbahaya.
Chin Yang Kun tidak ingin keras lawan keras. Ia tahu
bahwa selama ini Liong-cu-I-kangnya jarang yang mampu
melawan. Tapi sebuah pertempuran tidak hanya tergantung
pada kekuatan lwee-kang saja. Kecerdikan, tipu muslihat dan
macam senjatapun dapat mempengaruhi jalannya
pertempuran. Seseorang yang kalah dalam tenaga dan ilmu
silat, mungkin masih bisa memperoleh kemenangan dengan
tipu muslihat!
Maka Chin Yang Kun segera menghindar, dengan gesit
kakinya…….meloncat ke dalam hutan perdu kembali. Senjata
lawan yang tidak sempat ia elakkan ia tepiskan dengan
kebutan ujung lengan bajunya. Kemudian sambil main petakpetakan
di gerumbul-gerumbul perdu ia melayani empat orang
lawannya. Sesekali ia menyerang, kemudian menyelinap ke
dalam semak, untuk selanjutnya menerjang lagi lawan yang
lainnya! Dengan begitu ia dapat memperoleh kesempatan
menilai kemampuan musuh-musuhnya. Baru setelah ia dapat
menjajagi ilmu mereka, ia mulai menyusun serangan-serangan
yang mematikan.
Mula-mula pemuda itu mencegat salah seorang
diantaranya, kemudian dengan gencar mendesak orang itu
dengan pukulan-pukulan dahsyat. Dan sebelum yang lain-lain
datang menolong, Chin Yang Kun segera membereskan orang
itu dengan pukulannya yang mematikan! Lalu siasat tersebut
diulang kembali terhadap lawan-lawannya yang lain, sehingga
akhirnya tinggal seorang saja yang masih hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sebelum yang seorang itu dapat diselesaikan pula oleh
Chin Yang Kun, tiba-tiba dari luar hutan tampak berlarian
beberapa orang penjaga lain ke tempat itu. Begitu tahu apa
yang telah terjadi di tempat tersebut, para penjaga itu segera
maju mengepung Chin Yang Kun. Seorang diantaranya malah
cepat-cepat meniup tanda bahaya yang dipegangnya,
sehingga sebentar kemudian orang-orang yang berkumpul di
atas bukit itu berlarian pula ke tempat tersebut.
Chin Yang Kun menjadi tegang. Bagaikan air bah ribuan
orang yang berada di atas bukit itu tampak menyerbu ke arah
dirinya. Maka tidak ada pilihan lagi bagi pemuda itu selain
bertempur dengan sekuat tenaga. Dan hal itu benar-benar
dikeluarkan sampai tuntas.
Maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya sepak terjang
Chin Yang Kun! Setiap pukulan dan terjangan kakinya tentu
membawa korban di antara para pengeroyoknya. Kim-coa-ihhoat
dan Liong-cu-I-kangnya yang ampuh itu sungguh amat
mengerikan dan menggiriskan lawan-lawannya. Sekali terjang
tentu ada tiga-empat orang yang terbanting mampus di
hadapannya. Dilihat dari jauh pemuda itu bagaikan malaikat
elmaut yang sengaja turun ke bumi untuk menyebar kematian
di atas puncak bukit tersebut.
Darah berceceran, memercik membasahi semak-semak
belukar yang juga telah porak-poranda diterjang oleh kaki-kaki
mereka. Tempat yang semula sepi dan lengang itu tiba-tiba
saja berubah menjadi neraka yang mengerikan.
Jilid 30
MESKlPUN demikian karena jumlah para pengepungnya
selalu saja bertambah seperti tiada habis-habisnya, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya Chin Yang Kun menjadi kewalahan juga.
bagaimanapun juga tinggi ilmunya, kalau harus melawan
musuh sedemikian banyaknya, lambat laun akan kerepotan
pula. Kemampuan dan kekuatan manusia tetap ada batasnya.
Demikianlah, beberapa ratus jurus kemudian, sejalan
dengan semakin susutnya tenaga dan kekuatan tubuh Chin
Yang Kun, maka tenaga sakti yang melindungi tubuh pemuda
itupun semakin menjadi lemah pula, sehingga senjata lawan
yang semula tak bisa melukai badannya kini mulai tampak
menggores kulit dagingnya ! Darah mulai mengalir membasahi
tubuh dan pakaian Chin Yang Kun!
Untunglah medan pertempuran yang terdiri dari semaksemak
belukar itu masih dapat membantu perlawanan Chin
Yang Kun. Dengan modal kegesitan, kelincahan dan kekuatan
lwee-kangnya pemuda itu masih dapat bermain petak-petakan
di hutan perdu yang lebat tersebut.
Tapi keadaan yang menguntungkan tersebut tampaknya
juga tidak dapat berlangsung lama pula. Dengan hancurnya
semak-semak perdu yang melindunginya, terpaksa Chin Yang
Kun harus bertempur lagi beradu dada. Kini tinggal suasana
hiruk-pikuk dan gumpalan debu yang mengepul tinggi saja
yang sedikit agak membantu perlawanannya. Sambil
berlindung di antara gelapnya debu yang berhamburan Chin
Yang Kun menyerang para pengepungnya.
Korban sudah tidak bisa dihitung lagi. Mayat-mayat korban
amukan Chin Yang Kun bertumpuk dan berserakan di sanasana.
Meskipun demikian keadaan pemuda itu sendiri juga
semakin mengkhawatirkan. Beberapa gores luka telah tampak
di tubuhnya, kekuatannya pun sudah jauh berkurang,
sehingga kadang-kadang pemuda itu tampak sempoyongan
sehabis mengerahkan tenaganya.
Padahal kepungan semakin rapat, lawan yang datang
seperti tiada habis-habisnya. Maka tak heran kalau beberapa
saat kemudian pemuda itu benar-benar jatuh dalam kesulitan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ribuan orang yang sudah kalap itu mendesaknya ke sumur
tua yang berada di lereng puncak sebelah barat.
Khabarnya sumur itu digali oleh orang yang mendirikan
gedung tua tersebut berpuluh-puluh tahun yang lalu untuk
mendapatkan air. Tetapi oleh karena air yang dicari-cari itu
tidak kunjung keluar pula meskipun telah digali sampai
puluhan meter dalamnya, maka sumur tersebut lalu tidak jadi
digunakan lagi. Dibiarkannya saja sumur yang bergaris tengah
empat atau lima meter itu ditumbuhi semak dan alang-alang,
sementara dasarnya yang gelap dan pengap khabarnya
menjadi sarang ular-ular berbisa.
Demikianlah, Chin Yang Kun didesak sampai tidak bisa
berkutik lagi di sumur tua tersebut. Tumit sepatunya telah
menginjak bibir sumur, sementara lawan-lawannya tetap maju
terus bagaikan kawanan semut yang mengerumuni
mangsanya.
"Hmmmm....... agaknya aku benar-benar akan mati di
tempat ini." pemuda itu berdesah dengan perasaan getir.
"Tapi kematianku nanti rasa-rasanya juga tidak sia-sia pula.
Aku telah membunuh ratusan….. bahkan mungkin malah lebih
dari seribu nyawa mereka!"
Chin Yang Kun menoleh sekejap ke belakang. Dilihatnya
sumur itu benar-benar terlalu lebar untuk tenaganya yang
telah terkuras habis.
Tak mungkin ia dapat meloncatinya lagi. Jangan lagi untuk
meloncatinya, sedangkan untuk berdiri saja kakinya telah
mulai gemetaran.
Dengan pandang matanya yang telah mulai mengabur Chin
Yang Kun melihat para pengepungnya melepaskan anak
panah. Terpaksa pemuda itu mengerahkan pula lagi seluruh
sisa-sisa tenaganya. Kemudian dengan kaki yang telah goyah
pemuda itu berusaha mengelak, menangkis dan meruntuhkan
anak-anak panah tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meski telah kehabisan tenaga, ternyata perbawa tenaga
sakti Liong-cu-I-kang pemuda itu masih tetap menunjukkan
keampuhannya. Beberapa batang anak panah tampak
berpatahan ketika melanggar lengan Chin Yang Kun,
sementara beberapa buah yang lain malah membalik,
meluncur kembali menghantam para pelepasnya. Tetapi
beberapa buah diantaranya ternyata juga tidak bisa dihindari
oleh pemuda itu. Anak-anak panah tersebut lepas dari
pertahanan Chin Yang Kun, sehingga menancap dan melukai
badannya. Tampak tubuh pemuda itu bergoyang-goyang mau
jatuh. Darah semakin tampak membanjir dari luka-lukanya.
Biarpun beberapa orang kawannya kembali menjadi korban
dari perlawanan Chin Yang Kun, orang-orang itu berteriakteriak
dan bersorak-sorak melihat Chin Yang Kun yang telah
parah. Mereka tampak amat bergembira sekali melihat lawan
mereka yang berilmu sangat dahsyat itu bergoyang-goyang
karena lukanya.
“Hantam lagi dengan luncuran tombak…..!” seseorang
terdengar berseru.
Berpuluh-puluh batang tombak meloncat ke arah Chin Yang
Kun disertai sorak-sorai para pelemparnya. Kali ini orangorang
itu amat yakin bahwa serangan mereka tentu akan
berhasil membunuh pemuda itu. Tak mungkin rasanya
pemuda yang telah sempoyongan itu mampu menangkis hujan
tombak yang meluncur ke arah tubuhnya!
Pemuda itu merasa bahwa ajalnya telah tiba. Tak mungkin
dia bisa menghindari hujan tombak tersebut.
“Gila!” pemuda itu mengumpat sambil mengerahkan sisasisa
tenaganya, lalu meloncat ke belakang.
Dalam keadaan terpepet dan terpojok, dimana ia tak
mungkin lagi menghindari hujan tombak tersebut, ternyata
pemuda itu memilih atau mencoba untuk meloncati lobang
sumur itu. Tapi karena tenaga saktinya memang sudah benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
benar habis, maka loncatannya gagal. Belum ada separuh
jalan tubuhnya telah meluncur turun bagaikan disedot ke
dalam lobang yang gelap penuh alang-alang itu.
Tubuh Chin Yang Kun meluncur turun dengan cepatnya.
Hawa panas dan pengap menerpa hidung dan menyesakkan
napasnya, sehingga untuk beberapa saat lamanya pemuda itu
seperti orang yang kehilangan akal dan tak tahu apa yang
mesti dikerjakannya.
Tapi sekejap kemudian pemuda itu segera menyadari
keadaan serta bahaya yang sedang dihadapinya. Apalagi
ketika ribuan orang pengepungnya yang berada di atas sumur
itu beramai-ramai melemparkan batu dan segala macam
benda lainnya ke dalam sumur. Bukan main gemuruh
suaranya! Laksana bukit runtuh yang hendak menimpa
dirinya!
Sekali lagi Chin Yang Kun berusaha mengumpulkan kembali
sisa-sisa tenaganya, lalu dengan membelalakkan matanya
pemuda itu berusaha mencari “sesuatu” yang sekiranya dapat
ia gunakan untuk menahan laju tubuhnya. Dan…….tiba-tiba
mata yang semakin mengabur itu tampak berkilat gembira!
Sebatang balok panjang tampak melintang di bawahnya!
Chin Yang Kun mengerahkan gin-kangnya lalu mendaratkan
kakinya diatas balok kayu tersebut. Tapi karena kekuatannya
telah jauh berkurang, maka pekerjaan yang dalam keadaan
biasa tentu akan dapat ia kerjakan dengan mudah itu kini
hampir saja gagal ia lakukan. Kedua buah lututnya seperti tak
kuat menahan berat tubuhnya, sehingga telapak kakinya gagal
bertahan di atas balok kayu tersebut dan terpeleset ke bawah.
Otomatis tubuh pemuda itu terpelanting. Untunglah dengan
gerak refleksnya pemuda itu cepat-cepat menyambar balok
kayu tersebut dengan sepasang lengannya, kemudian
bergegas meluncur ke dinding sumur untuk menghindari hujan
batu dari atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar balok kayu itu berderak dengan keras ketika
beberapa buah batu besar menimpanya. Chin Yang Kun
melekatkan punggungnya ke dinding sumur sambil mencari
jalan untuk keluar dari lobang maut tersebut. Tetapi ketika
balok kayu tempat ia berpijak itu semakin sering digoncang
batu, akhirnya Chin Yang Kun menjadi khawatir, janganjangan
balok kayu tersebut akan patah juga nantinya.
“Aku harus mencari tempat berpijak yang lain…..” pemuda
itu berpikir sambil menepiskan reruntuhan dan debu-debu
yang bertaburan ke arahnya. Untunglah dinding sumur dimana
ia berada itu sedikit terlindung oleh tonjolan batu diatasnya
sehingga tak sebuahpun batu yang langsung menimpa
kepalanya.
Dalam kegelapan Chin Yang Kun meraba-raba dinding
sumur untuk mencari tempat yang sekiranya dapat ia pakai
untuk mengamankan dirinya. Sementara itu para
pengeroyoknya yang berada di atas sumur semakin gencar
menimbuni sumur tua tersebut dengan batu dan tanah.
Mereka bermaksud mengubur lawan mereka yang lihai luar
biasa itu hidup-hidup.
Tiba-tiba Chin Yang Kun terperanjat. Tangannya yang
meraba-raba dinding sumur itu mendadak menyentuh tempat
kosong. Dan ketika ia berusaha meyakinkannya sekali lagi,
maka wajah pemuda itu segera berubah menjadi gembira
sekali, seolah-olah ada setitik sinar terang yang mampu
menerangi kegelapan di dalam hatinya yang hampir putus asa.
"Dinding sumur ini berlubang......." desahnya penuh
harapan.
Pemuda itu melompat ke dalam lubang tersebut,
bersamaan waktunya dengan datangnya sebongkah batu
besar yang menghantam balok kayu yang dipijaknya.
Brrraaaak ! Balok kayu itu patah menjadi beberapa bagian dan
runtuh pula ke dalam sumur bersama dengan batu-batu
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajar! Hampir saja....... !” pemuda itu meleletkan
lidahnya, sambil masuk ke dalam lubang lebih ke dalam lagi.
"Eh?!….Lubang ini dalam benar.......!"
Chin Yang Kun merogoh sakunya, lalu mengeluarkan batu
api untuk membuat obor. Bajunya yang kotor dan compangcamping
itu dibuatnya sebuah obor besar guna menerangi
tempat yang gelap tersebut.
Dan pemuda itu semakin terkejut ketika sudah bisa melihat
tempat yang dikiranya hanya sebuah lubang kecil itu. Lubang
itu ternyata merupakan sebuah lorong panjang yang dibuat
dengan rapih dan teratur. Nyata sekali kalau lubang itu
memang sengaja dibuat untuk sesuatu keperluan.
"Lorong ini menuju ke atas. Kelihatannya menuju ke
permukaan tanah kembali! Baiklah aku akan mencoba
melewatinya......"
Dengan obor di tangan Chin Yang Kun merangkak
menyelusuri terowongan sempit tersebut. Beberapa kali
pemuda itu harus menghindari tikus-tikus tanah yang
berseliweran di dekatnya. Dalam tempat yang becek, pengap
dan lembab seperti itu rasanya jijik juga kalau harus
bersinggungan dengan binatang yang kotor tersebut.
Terowongan sempit itu ternyata amat panjang sekali.
Beberapa saat lamanya Chin Yang Kun merangkak, kadangkadang
mendaki, kadang-kadang mendatar dan berbelakbelok,
sehingga lambat-laun was-was juga hatinya, janganjangan
dia tak bisa kembali dan terkubur hidup-hidup di
tempat itu.
Tetapi bertepatan dengan perasaan ragu-ragu itu tiba-tiba
Chin Yang Kun meligat secercah sinar terang di kejauhan.
Semangat pemuda itu timbul kembali. "Ah, tampaknya
terowongan ini telah mencapai permukaan tanah….” desah
pemuda itu gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini terowongan itu semakin membesar, sehingga Chin
Yang Kun tak perlu harus merangkak lagi. Sinar terang itu
tinggal belasan langkah saja dari tempatnya, dan lantai
terowongan itu tidak lagi basah dan becek. Di atas lantai
tersebut telah dipasang lempengan-lempengan bata kapur
yang telah digosok mengkilat.
Sinar terang itu ternyata keluar dan sela-sela daun pintu
yang tertutup rapat. Dengan wajah yang sangat girang Chin
Yang Kun berjalan mendekati pintu tersebut.
"Tolonggg......! Tolonggg....... ! Oh, jangan.......!
Jangan....... ! Jangan ! Jangan lakukan itu ! Bunuh saja
aku........ manusia keji !” tiba-tiba terdengar suara wanita
melengking tinggi di balik pintu tersebut.
Chin Yang Kun tergagap kaget. Rasa-rasanya pemuda itu
mengenal suara wanita itu, tapi tidak segera bisa menduga,
suara siapakah itu!
"Hehe…. gadis malang ! Salahmu sendiri, kenapa tidak
pamanmu atau ayahmu sendiri yang datang untuk menebus
kakakmu !" terdengar suara lelaki di balik pintu itu pula.
"Ahh!" Chin Yang Kun cepat-cepat membungkam mulutnya
sendiri yang hampir saja berteriak. Kemudian dengan hati
tegang pemuda itu bergegas mengintip melalui lubang kunci.
"Ah, makanya aku tidak bisa menemukannya, kiranya ia telah
berada di sini !" gumamnya begitu mengenali suara Song-bunkwi
Kwa Sun Tek, lelaki yang baru saja berbicara itu.
Chin Yang Kun melihat sebuah kamar besar yang disusun
dengan rapi. Di tengah-tengah ruangan terlihat sebuah tempat
tidur besar pula, di mana di atasnya tampak tergolek tubuh
seorang wanita dalam keadaan telanjang. Chin Yang Kun tidak
bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang sedang
menangis itu.
"Lepaskan aku! Di mana kakakku? Bukankah aku telah
memberikan uang tebusan itu? Mengapa engkau mengingkari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
janjimu?" wanita yang berada di atas tempat tidur itu
menjerit-jerit lagi.
Chin Yang Kun yang sedari tadi belum melihat wajah Songbun-
kwi tiba-tiba dikejutkan oleh suara iblis itu di balik pintu
yang diintipnya.
"Kakakmu ada di ruangan sebelah ! Sebentar kalau engkau
sudah selesai melayani aku tentu akan kulepaskan juga dia,
heheheh ...." iblis dari Tai bong-pai itu tertawa. Dan sesaat
kemudian Chin Yang Kun melihat iblis itu melintas di depan
lobang kunci, menuju ke arah si wanita. Hampir saja Chin
Yang Kun mengumpat ketika melihat iblis yang mengerikan itu
tanpa mengenakan pakaian selembar-pun di tubuhnya.
Wanita yang tergolek di atas pembaringan itu menjerit-jerit
semakin keras. "Jangan ! Oh! Jangan . .....!" Suaranya tinggi
melengking menyayat hati.
"Kurang ajar! Iblis itu mau memperkosa orang
rupanya........!" Chin Yang Kun menggerutu. Hampir saja
pemuda itu menerjang pintu tersebut, tapi serentak ingat akan
keadaannya sendiri yang sudah kehabisan tenaga, maksudnya
itu segera diurungkannya. "Kalau aku masuk menolong wanita
itu....... itu sama saja aku sengaja membunuh diri! Dalam
keadaan seperti ini aku tak mungkin bisa melawan iblis itu,
apa lagi kalau kawan-kawannya nanti datang
mengeroyokku...... Eh, di mana gerangan paman Wan It dan
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai? Kenapa aku tidak melihat
mereka ?"
Chin Yang Kun membalikkan badannya membelakangi
pintu. Kepalanya tertunduk. Ada sedikit perasaan sesal dan
berdosa karena tak bisa menolong gadis yang hendak tertimpa
bencana tersebut. Tanpa terasa kedua belah telapak
tangannya berusaha menutupi lobang telinganya, tapi...
jeritan wanita itu tetap saja menggedor hati nuraninya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat!" pemuda itu akhirnya mengumpat, lalu dengan
tergesa-gesa matanya mengintip kembali ke dalam lobang
kunci. Dilihatnya iblis itu telah naik ke tempat tidur dan mulai
menindih tubuh wanita malang tersebut. Terdengar suara
tertawanya yang memuakkan.
Tapi sebelum Chin Yang Kun mendobrak pintu tersebut,
tiba-tiba pintu kamar itu diketuk orang dari luar.
"Huh! Siapa........?" dengan marah Song-bun-kwi
membentak.
"Kwa Tai-hiap, maaf kami mengganggu. Kami telah
berputar-putar mencari Kwa Tai-hiap dan Wan Tai-hiap ke
mana-mana tanpa membawa hasil. Untung ada seorang
pengawal yang memberitahukan tempat ini......" terdengar
suara dari luar pintu.
"Lekas katakan apa keperluanmu? Awas kalau kau
membuat aku marah, kubunuh kau!" Kwa Sun Tek
menggeram sambil meloncat dari tempat tidur, urung
memperkosa wanita korbannya.
Hening sejenak. Agaknya orang yang berada di luar pintu
itu merasa ketakutan juga mendengar suara Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek yang keras.
"Maaf, Tai-hiap ... pun..... puncak bukit ini telah ke.....
kedatangan musuh! Mereka menyusup di antara orang-orang
kita sendiri. Kini telah terjadi perang besar di luar sana !"
dengan suara gemetar orang itu melaporkan.
"Braaakk!''
Daun pintu itu jebol diterjang Song-bun-kwi Kwa Sun Tek.
Sambil menutupi tubuh sekenanya dengan kain yang berhasil
disambarnya, iblis Tai-bong-pai itu mencengkeram leher baju
orang yang melapor tadi. "Apa katamu ? Katakan sekali lagi!"
bentaknya kuat-kuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu semakin pucat ketakutan. "Bukit i-ini... telah
diserang musuh! Mereka.....mereka menyusup di antara
orang-orang kita sendiri sehingga kami tidak segera bisa
mengetahuinya. Mula-mula kami dapat menyergap seorang
penyelundup yang mencoba hendak memasuki gedung ini.
Tapi orang itu ternyata lihai bukan main. Kami lalu
mengepungnya…..”
"Nah ! Cuma seorang penyelundup, bukan? Mengapa
kaukatakan bahwa di luar telah terjadi perang besar?" Songbun-
kwi cepat memotong dengan amat berangnya.
Orang itu, yang tidak lain adalah salah seorang dari empat
penjaga yang tadi lolos dari keganasan Chin Yang Kun,
menjadi semakin ketakutan. "Be-benar! Mulanya....
memang…. memang hanya seorang, tapi .... tapi beberapa
saat kemudian....... sebagian dari orang-orang kita tiba-tiba
berontak dan menyerang teman-temannya sendiri," katanya
terengah-engah.
"Gila!" Song-bun-kwi mengumpat kasar, lalu melepaskan
penjaga tersebut dan berkelebat pergi keluar. Setelah
menenangkan hatinya kembali penjaga itu cepat-cepat
mengikutinya, sehingga tempat itu menjadi sepi.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, Chin Yang Kun
segera masuk menolong wanita yang hampir saja menjadi
korban kebiadaban Song-bun-kwi tersebut. Bergegas pemuda
itu mengambil pakaian yang tertumpah di atas tanah lalu
memberikannya kepada wanita itu. "Nih, pakailah bajumu!
Mari......?!??”
Chin Yang Kun tidak bisa meneruskan kata-katanya.
Matanya terbelalak lebar mengawasi gadis cantik molek yang
terlentang telanjang di atas pembaringan itu. "Kau.......!"
desahnya seraya memalingkan mukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata bukan hanya Chin Yang Kun yang terkejut atas
pertemuan itu! Gadis itu ternyata tidak kalah kagetnya dari
pada dia!
Bibir indah yang semula hendak menjerit dan memaki
karena mengira Chin Yang Kun adalah teman Song-bun-kwi
pula itu tiba-tiba ternganga gemetar ! Wajahnya yang pucat
ketakutan itu mendadak berubah menjadi kemerah-merahan !
"Toat ....... Toat-beng jin.......!" bisiknya hampir tak
kedengaran.
Gadis itu ternyata adalah Tiau Li Ing, puteri Tung-hai-tiau
Si Raja Perompak dari Laut Timur. Pada awal pertemuan
mereka dahulu secara tidak sengaja Chin Yang Kun memang
telah berbohong kepada gadis itu. Chin Yang Kun mengaku
sebagai Toat-beng-jin, tokoh lm-yang-kauw yang terkenal itu.
Dan kelihatannya sampai sekarang gadis itu tetap
menganggapnya sebagai Toat-beng-jin juga.
Mendengar gadis itu membisikkan nama Toat-beng-jin,
tiba-tiba pikiran Chin Yang Kun seperti terbuka. "Hei........?!
Jadi kaukah yang menyaru sebagai pemuda bengal itu?"
teriaknya gemas. "Makanya kau seperti sudah mengenal aku.
Kurang ajar.....! Ayoh, pakailah baju ini! Kita harus lekas-lekas
meninggalkan tempat ini selagi mereka sibuk bertempur satu
sama lain......."
"A....... aku terto....... tertotok lumpuh."
Tiau Li Ing menjawab dengan suara seret dan serak hampir
menangis.
"Ah, bodoh benar aku ini........!"Chin Yang Kun menepuknepuk
dahinya sendiri, kemudian bergegas membebaskan
totokan Tiau Li Ing. Tangannya sedikit gemetar ketika harus
meraba dan mengurut pinggang dan paha yang mulus itu.
Begitu terbebaskan gadis itu segera menyambar
pakaiannya dan cepat mengenakannya. Setelah itu badannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membalik dan tiba-tiba secara tak terduga tangannya
menampar pipi Chin Yang Kun!
"Plak ! Plak ! Plak !”
Tamparan pertama tidak sempat dielakkan oleh Chin Yang
Kun, tapi tamparan selanjutnya dengan mudah dapat
dihindarinya. "Hai! Hai ! Hentikan........! Apakah kau sudah
gila?" pemuda itu berseru kaget.
"Kau yang gila! Pemuda tak tahu aturan! Tak tahu malu!
Menggerayangi tubuh orang seenaknya........!" Tiau Li Ing
menjerit-jerit dengan muka merah menahan malu.
"Hahh?!” Chin Yang Kun berdiri terlongong-longong seperti
orang bodoh. "Ini......ini........mana aku berani ? A.......aku kan
hanya bermaksud menolongmu ?"
“Bohong! Kalau mau menolong...... mengapa yang
mengurut dan meraba-raba lama benar?" gadis itu berteriak
penasaran, lalu dengan gemas mencoba menampar lagi.
Tapi dengan mudah Chin Yang Kun menelikungnya.
"Lepaskan ! Lepaskan ! Oh, kau jangan memperkosaku !"
gadis itu meronta-ronta.
“Gila !" Chin Yang Kun cepat melepaskan pegangannya
dengan muka merah padam, "Siapa mau memperkosamu?”
Tiau Li Ing cepat membalikkan tubuhnya dan melesat
keluar meninggalkan kamar itu.
"Hei! Tunggu…. !" Chin Yang Kun berteriak dan
mengejarnya.
Mereka berkejaran melalui lorong-lorong dan kamar-kamar.
Ternyata mereka masih berada di dalam bangunan di bawah
tanah. Tak seorangpun penjaga yang mereka temui. Agaknya
semua orang telah pergi ke luar untuk bertempur melawan
musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Heran, semakin lama Chin Yang Kun merasakan tubuhnya
semakin segar dan pulih kembali! Luka-luka di kulitnya seperti
mengatup dan merapat dengan sendirinya, sehingga rasarasanya
kekuatan dan tenaganya mulai pulih pula. Rasa lelah
dan lemah akibat pengerahan tenaga yang berlebihan tadi
sekarang rasa-rasanya sudah hilang dari tubuhnya. Kini
badannya mulai terasa ringan seperti sedia kala.
Pemuda itu sama sekali tidak menyadari bahwa semuanya
itu disebabkan oleh keampuhan tenaga sakti Liong-cu-ikangnya
sendiri. Tanpa disengaja pemuda itu masuk ke dalam
sumur gelap di dalam tanah, kemudian merangkak dan
berputar-putar di dalam lorong-lorong sempit di dalam gua.
Semuanya itu persis dengan apa yang dilakukannya ketika
berlatih Liong-cu-I-kang dan Kim coa-ih-hoat di tempat nenek
buyutnya dahulu. Maka tanpa setahu Chin Yang Kun sendiri
tenaga saktinya itu bergolak sesuai dengan gerakan-gerakan
tubuh pemuda itu ketika merangkak dan menyelusuri
terowongan-terowongan sempit tersebut. Secara otomatis
tenaga sakti itu bergerak dan berputar ke seluruh tubuh
dengan hebatnya apalagi keadaan dan suasana tempatnya
benar-benar sangat cocok dan sesuai dengan kondisi yang
dibutuhkan oleh Liong-cu-i-kang! Bagaikan seekor ular naga
yang baru saja selesai berganti kulit pemuda ini tampak kuat
dan segar kembali. Semakin lama langkah kakinya dalam
mengejar Tiau Li Ing semakin tampak gesit dan lincah !
"Nonaaa . . tunggu ! Jangan tergesa-gesa ke luar ! Di luar
sudah penuh dengan anak buah Song-bun-kwi ! Kau akan
tertangkap kembali di tangan mereka nanti .......!" pemuda itu
berteriak di belakang Tiau Li Ing.
Tapi terlambat sudah! Tiau Li Ing sudah terlanjur mendaki
tangga dan keluar dari ruang bawah tanah tersebut. Terpaksa
Chin Yang Kun meloncat mengejarnya. Bagaimanapun juga
pemuda itu tidak tega untuk membiarkannya begitu saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu seperti sudah terikat kontrak untuk melindunginya
sejak ia bersedia membawa pedati kecil itu.
Tempat mereka ke luar ternyata di sebuah pendapa yang
amat Iuas. Di sana sudah hiruk-pikuk dengan orang-orang
yang bertempur di segala tempat. Mayat tampak
bergelimpangan di mana-mana. Darah tampak berceceran
membasahi lantai pendapa yang bersih mengkilap itu.
"Ko-ko.......!" tiba-tiba Tiau Li Ing menjerit dan
menghambur ke arah pemuda tampan yang sedang melawan
tiga orang penjaga. "Kau sudah bebas ...... ?"
"Hei, Ing-moi…. kau datang juga ? Hahaha….. lengkap
sudah kita sekarang ! Lihatlah ......ayah dan Phang su-siok
ada di luar pendapa memimpin orang-orang kita untuk
menumpas gerombolan yang menculikku ini .. !" pemuda yang
tidak lain adalah Tiau Kiat Su itu berseru gembira.
"Benarkah ?" Tiau Li Ing bertanya dengan wajah yang
gembira pula. Lalu sambil sesekali membantu anak buah
ayahnya yang bertempur dengan lawannya gadis itu berlari
keluar pendapa untuk menemui ayahnya.
Chin Yang Kun tidak mengejarnya lagi. Kini pemuda itu
benar-benar merasa lega karena gadis itu telah berada
kembali diantara keluarganya. Apalagi tampaknya keluarga
gadis itu datang dengan segala kekuatannya.
Perlahan-lahan Chin Yang Kun menyelinap diantara orangorang
yang sedang bertarung menyabung nyawa tersebut.
Kakinya melangkah ke luar pendapa dan mencari jalan ke luar
dari tempat itu.
Di luar pendapa Chin Yang Kun melihat pertempuran masih
berlangsung dengan sengit. Kelihatannya kekuatan kedua
belah pihak masih sama kuatnya. Di halaman samping
pemuda itu melihat sebuah pertempuran menegangkan antara
Song-bun-kwi Kwa Sun Tek dengan seorang lelaki tua
berpakaian indah gemerlapan. Di tempat itu terlihat banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali mayat-mayat bergelimpangan, korban keganasan
tangan kedua orang itu.
Tidak jauh dari pertempuran itu tampak pula seorang lelaki
tua bertubuh kecil kurus mengamuk dengan pacul di
tangannya. Tak seorangpun lawannya yang mampu
mendekatinya. Beberapa orang tokoh seperti Keng Si Yu dan
kawan-kawannya kelihatannya tak mampu pula menahan
orang tua kurus itu.
"Hai-ong (Raja Lautan), iblis itu pulalah yang dahulu telah
merampas potongan emas yang berisi peta harta karun itu !
Bersama dengan seorang temannya dia mencegat aku di
lereng Bukit Delapan Dewa......." orang tua kurus yang tidak
lain adalah Tung-hai Nungjin itu berseru ke arah orang tua
berpakaian gemerlapan.
"Begitukah…. ?" lawan Song-bun-kwi yang ternyata adalah
Tung-hai-tiau sendiri itu menegaskan. Lalu sambil
memperkuat desakannya kepada Song-bun-kwi, raja
perompak dari Lautan Timur itu membentak, ”Kalau
begitu....... lekas serahkan potongan emas itu kepadaku !"
Tapi jago muda dari Tai bong-pai itu segera tertawa,
"Hahaha…. kau jangan salahkan aku kalau benda tersebut
sampai jatuh ke tanganku! Anak buahmu itulah yang
seharusnya kauhukum karena keteledorannya.......!"
"Jangan cerewet! Lekas kembalikan benda itu kepadaku !”
Tung-hai-tiau menggeram.
"Hahaha....... kau sendirilah yang banyak omong ! Mengapa
kau tidak lekas-lekas merampasnya dari tanganku kalau kau
memang menginginkannya ?”
“Kurang ajar! Lihat pukulan……!”
Tung-hai-tiau menghantam dan disambut pula oleh Songbun-
kwi sehingga kedua buah kepalan mereka bertemu di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
udara. Dhiess….! Keduanya sama-sama tergetar mundur!
Agaknya tenaga dalam mereka tidak berselisih banyak.
"Ayaahh.....! Bunuhlah iblis menjijikkan itu ! Dia telah
menyekap aku di ruang bawah tanah dan hampir saja
memperkosaku……!” tiba-tiba Tiau Li Ing yang telah tiba di
tempat itu berteriak.
“Li Inggg.......!" raja perompak itu berdesah gembira. Lalu
sambil mengerahkan kembali kekuatannya orang tua itu
melompat saja.
“Awas, serangan...... !"
Kali ini Song-bun kwi mengelak ke samping, kemudian
balas menyerang dengan kedua kakinya. Secara bergantian
sepasang kakinya menendang ke arah pinggang dan dada
Tung-hai-tiau!
Demikianlah, mereka bertempur kembali dengan serunya.
Masing-masing mengeluarkan kesaktiannya yang hebat,
sehingga arena pertempuran mereka menjadi dahsyat bukan
main. Debu dan pasir berhamburan ke udara, sementara
pertemuan antara kaki dan tangan mereka bagaikan suara
letupan cambuk yang memekakkan telinga ! Dan orang-orang
yang berada di tepi arenapun terpaksa melangkah mundur
ketika angin pukulan kedua orang itu menyambar-nyambar
menyakiti kulit mereka.
"Plak! Plak ! Plak !”
Kedua orang itu tergetar mundur lagi. Tampaknya
pertemuan kedua tangan mereka kali ini agak menggetarkan
tubuh mereka, karena masing-masing benar-benar telah
mengerahkan seluruh Iwee-kang mereka.
Tung-hai-tiau memeriksa tangannya, dan hatinya segera
berdebar-debar serentak melihat beberapa tetes darah tampak
merembes keluar dari dalam pori-pori kulit lengannya! Tapi
sebaliknya Song-bun-kwi juga tidak kalah kagetnya dari pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia ! Dalam beberapa kali beradu tangan jago dari Tai-bongpai
itu merasakan tangannya semakin terasa kesemutan,
sehingga lengan itu semakin sukar digerakkan !
"Gila ! Lwee-kang Si Raja Lautan ini semakin lama semakin
menggencet dada dan jalan pernapasanku, sehingga sangat
mengganggu kelancaran jalan darahku!” jago Tai-bong-pai itu
berkata di dalam hati.

Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru