Rabu, 19 April 2017

Cerita Silat 9 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yo Ko

Cerita Silat 9 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yo Ko

Dan ketika ia berhasil menyusul sapi jantan yang kabur itu,
tatkala mana Nyo Ko sudah menyembunyikan diri diantara
semak-semak rumput sambil pondong Liok Bu-siang.
Sudah tentu, karena guncangan hebat itu, rasa sakit Busiang
menjadi melebihi disayat-sayat, cara bagaimana Nyo Ko
menolong dan cara membawa dirinya menggemblok di bawah
perut sapi dan cara bagaimana melompat turun dan sembunyi
di semak alang-alang, semuanya itu tak diketahuinya oleh
karena keadaannya yang setengah pingsan. Sesudah agak
lama kemudian baru pikirannya sedikit pulih kembali, dalam
sakitnya segera ia hendak berteriak.
"Jangan bersuara !" lekas-lekas Nyo Ko dekap mulutnya
sambil membisikinya.
Betul saja lantas terdengar suara tindakan orang yang
tidak jauh dari tempat sembunyi mereka.
"He, kenapa sekejap saja sudah tak kelihatan ?" itulah
suaranya Ang Ling-po.
"Marilah kita pergi saja, budak hina ini tentu sudah kabur
jauh," terdengar Li Bok-chiu menyahut dari jauh.
Habis itu lantas terdengar pula suara tindakan Ang Ling-po
yang makin menjauh.
Saking sesak oleh karena mulutnya ditutup rapat orang,
segera Bu-siang meronta dan hendak berteriak lagi, namun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sedikitpun Nyo Ko tak melepaskannya, tangannya masih
dekap kencang-kencang pada mulutnya.
Ketika Bu-siang meronta lagi dan merasa dirinya berada
dalam pelukan si pemuda, ia menjadi malu tercampur gugup,
segera ia bermaksud memukul orang, Namun sebelumnya
tiba-tiba terdengar Nyo Ko membisikinya lagi: "Ssst, jangan
kau tertipu, gurumu sengaja akali kau !"
Baru selesai ia bicara, betul saja lantas terdengar Li Bokchiu
lagi berkata: "Ah, rupanya memang tiada di sini lagi." -
Begitu dekat suara nya seakan-akan berada di samping
mereka saja.
Keruan Bu-siang terkejut "Untung ada si tolol ini, kalau
tidak, tentu aku sudah tertawan oIehnya."
Kiranya Li Bok-chiu memang cerdik, ia sangsi Bu-siang
masih sembunyi di sekitar sini, maka sengaja ia bilang pergi,
padahal dengan ilmu entengi tubuh "Chau-siang-hui" (terbang
di atas rumput) diam-diam ia putar kembali lagi tanpa
terbitkan sesuatu suarapun, dan karena ini hampir saja Busiang
terjebak kalau Nyo Ko kurang cerdik.
Sesudah Nyo Ko pasang kuping mendengarkan, kemudian
dapat diketahuinya Li Bok-chiu berdua sekali ini betul-betul
sudah pergi, barulah ia lepaskan tangannya yang mendekap
mulut si nona,
"Baiklah sekarang tak perlu kuatir lagi." dengan tertawa ia
berkata.
"Lepaskan aku," bentak Bu-siang karena badannya masih
dalam pelukan orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka dengan pelahan Nyo Ko meletakkan Bu-siang ke
tanah rumput itu.
"Segera juga kusambung tulangmu, kita harus lekas
meninggalkan tempat ini, kalau sampai fajar mendatang
mungkin tak bisa meloloskan diri lagi," katanya.
Bu-siang manggut-manggut tanda setuju.
Karena kuatir orang kesakitan pada waktu menyambung
tulangnya dan meronta-ronta hingga diketahui oleh Li Bokchiu,
segera Nyo Ko tutuk dulu jalan darah Bu-siang hingga
gadis ini tak mampu berkutik, habis ini baru baju orang
dibukanya. "Sekali-kali jangan bersuara," demikian ia pesan,
Sesudah baju luar dibuka, tertampaklah baju dalam si gadis
yang berwarna biru muda.
Tiba-tiba kedua tangan Nyo Ko rada gemetar, tak berani ia
membuka baju orang lebih jauh, Waktu ia pandang si gadis, ia
lihat Bu-siang pejamkan kedua matanya lengan alis berkerut
rapat
Dasar Nyo Ko memang baru menginjak masa remaja,
ketika mencium bau wangi badan gadis, tak tertahan
jantungnya memukul keras.
"Sembuhkanlah aku !" kata Bu-siang tiba-tiba sambil buka
matanya, Hanya sepatah kata saja, lalu ia pejamkan matanya
pula dan berpaling ke jurusan lain.
Akan tetapi Nyo Ko berhenti lagi tak berani meraba badan
orang ketika badan si gadis yang putih halus tertampak
olehnya, ia berdiri terpesona.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena sudah lama menunggu, pula terasa angin silir
menghembusi badannya yang sudah terbuka hingga rada
sejuk rasanya, tiba-tiba Bu-siang membuka matanya lagi
hingga kelakuan Nyo Ko yang termangu-mangu seperti patung
itu dapat dilihatnya.
"A...apa yang kau... kau lihat ?" bentaknya gusar.
Nyo Ko terkejut, lekas-lekas ia ulur tangan buat meraba
tulang iga orang yang patah, tetapi baru menyentuh kulit
badan orang yang halus itu, Nyo Ko merasa seperti kena aliran
listrik, tangannya cepat ditarik kembali lagi.
"Lekas tutup matamu, jika kau pandang aku lagi segera
ku... ku..." bentak Bu-siang puia dengan suara terputus-putus,
sampai disini tak tahan lagi air matanya lantas menetes.
"Ba... baiklah, jangan kau menangis," sahut Nyo Ko
gugup,
Habis itu betul saja ia pejamkan matanya, lalu tangannya
meraba lagi tulang iga orang, di pasang dengan tepat kedua
tulang iga yang patah itu, lalu baju si gadis lekas-lekas ia tarik
buat menutupi bagian badannya itu.
Sesudah rada tenang perasaannya Nyo Ko mendapatkan
pula empat potong kayu, dua batang diapit di bagian depan
dada dan yang dua batang di punggung, dengan kulit pohon
yang dia beset ia pakai sebagai perban, lalu diikatnya dengan
kencang supaya tulang yang patah itu tidak tergeser lagi.
Habis ini baru dia betulkan baju si gadis dan lepaskan
tutukannya tadi.
Waktu Bu-siang pentang matanya, remangl ia lihat muka
Nyo Ko yang tersorot sinar bulan bersemu merah dan dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
rasa kikuk-kikuk sedang mengintip meliriknya, tetapi begitu
sinar mata kedua belah pihak kebentrok, dengan cepat Nyo Ko
melengos ke samping.
Meski sekarang tulang iganya sudah tersambung betul,
namun masih dirasakan sakit jarem, cuma sudah jauh
berkurang daripada rasa sakit waktu tulangnya saling gosok
hendak disambung tadi.
"Si tolol ini ternyata punya sedikit kepandaian juga,"
demikian ia pikir.
Sebenarnya Bu-siang bukannya gadis bodoh, kini sudah
dapat dilihat juga bahwa sekali-kali Nyo Ko bukan anak udik
biasa, lebih-lebih bukan anak tolol segala, tetapi karena sejak
mula ia sudah perlakukan orang dengan caci maki dan
pandang hina, kini meski sudah ditolong ia tetap belum mau
merubah sikapnya.
"Lalu bagaimana baiknya sekarang, Tolol ?" demikian ia
tanya, "Apa kita harus terpaku disini atau harus menyingkir
pergi yang jauh ?"
"Bagaimana menurut kau ?" balas Nyo Ko tanya.
"Sudah tentu pergi saja, apa tunggu kematian di sini ?"
sahut Bu-siang tertawa.
Keruan girang sekali si gadis hingga ia tertawa riang.
"Tolol, daerah Kanglam begitu jauh letaknya, apa bisa kau
pondong aku terus sampai di sana ?" ujar Bu-siang. walaupun
berkata demikian, namun iapun tidak bantah lagi dan
membiarkan tubuhnya meringkuk dalam pelukan Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena kuatir kepergok Li Bok-chiu berdua, maka jalan
yang dipilih Nyo Ko adalah jalanan kecil yang sepi, Dasar
Ginkang Nyo Ko memang sudah sangat tinggi, meski
langkahnya cepat, namun bagian tubuh yang atas sedikitpun
tidak ter-kocak sehingga sama sekali Bu-siang tidak
merasakan sakit lagi.
Begitu cepat larinya Nyo Ko hingga Bu-siang melihat
pepohonan di tepi jalan berkelebat lewat ke belakang,
sungguh cepatnya seperti kuda balap, kalau dibandingkan
malahan Ginkang pemuda ini tidak dibawah gurunya, keruan
diam-diam Bu-siang sangat heran dan terkejut.
"Ha, kiranya si Tolol ini memiliki ilmu yang tinggi luar
biasa, dengan umurnya semuda ini, mengapa sudah dapat
melatih diri sampai begini lihay ?" demikian ia bertanya di
dalam hati.
Sementara itu hari sudah mulai terang, waktu "Bu-siam"
menengadah ia lihat muka Nyo Ko meski kotor, namun tidak
menutupi mata dan alisnya yang cukup jelas bukan anak tolol
sebagaimana dia anggap, melainkan pemuda yang ganteng.
Betapapun juga hatinya tergerak, lambat laun iapun lupa
rasa sakit di dadanya, selang tak lama.
"Pergi ke mana ?" tanya Nyo Ko.
"Aku mau pulang ke Kanglam, mau tidak kau antar aku ke
sana ?" kata Bu-siang lagi.
"Aku harus mencari Kokoh, tak dapat ku pergi begitu
jauh", sahut Nyo Ko.
Mendengar jawaban ini, tiba-tiba Bu-siang tarik muka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah, kalau begitu lekas kau pergi ! Biarkan aku mati di
sini saja," demikian katanya kemudian.
Kalau si gadis ini memohon dengan kata-kata halus dan
membujuk umpamanya, dapat dipastikan Nyo Ko tidak nanti
mau terima, tetapi kini melihat wajah orang mengunjuk rasa
gusar dan alisnya ter-kerut rapat, lapat-lapat memper sekali
dengan sikap Siao-Iiong-li diwaktu marah, tak tertahan ia
lantas menerima baik permintaan orang.
"Bisa jadi Kokoh kebetulan juga berada di daerah
Kanglam, biar kuantar nona Liok ini ke sana, siapa tahu kalau
Thian kasihan padaku dan berhasil ketemukan Kokoh di sana
?" demikian ia pikir, walaupun demikian, sebenarnya dalam
hati ia cukup tahu juga bahwa harapan itu terlalu kecil sekali,
cuma tiada jalan buat menolak permintaan Liok Bu-siang,
maka pikirannya tadi boleh dibilang hanya untuk menghibur
dirinya sendiri saja.
Karena itulah, sambil menghela napas, kemudian iapun
pondong lagi tubuh Bu-siang.
"Untuk apa kau pondong aku ?" bentak Bu-siang dengan
gusar.
"Pondong kau ke Kanglam," sahut Nyo Ko lagi, lapat-lapat
iapun terpulas dalam pelukan Nyo Ko.
Sampai hari sudah terang benderang, akhirnya Nyo Ko
merasa letih juga, ia lari sampai dibawah satu pohon besar, ia
turunkan Bu-siang dengan pelahan dan ia sendiri duduk di
samping si gadis untuk mengaso.
Setelah Bu-siang mendusin, dengan tersenyum manis tibatiba
ia berkata pada Nyo Ko : "Aku lapar, kau lapar tidak ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sudah tentu lapar," sahut Nyo Ko, "Baiklah, kita mencari
kedai nasi untuk tangsal perut."
Lalu ia pondong lagi si gadis, sudah sepanjang malam ia
pondong orang, maka kedua lengannya terasa pegal, maka
tubuh si gadis ia angkat dan didudukkan di atas pundaknya,
dengan demikian ia melanjutkan perjalanan dengan pelahan.
"He, Tolol, siapa namamu ?" tanya Bu-siang dengan
tertawa sambil kedua kakinya menggeduk-geduk dada Nyo
Ko. "Rasanya tidak baik di hadapan umum selalu kupanggil
kau si Tolol saja!"
"Memangnya aku tiada nama lain, semua orang panggil
aku si Tolol," sahut Nyo Ko.
"Hm, tak percaya aku, tak mau kau katakan juga masa
bodoh," kata Bu-siang dengan mendongkol "Kalau begitu,
siapakah Suhumu ?"
,Mendengar orang menyebut "Suhu", karena terhadap
Siao-liong-Ii luar biasa menghormatnya, maka Nyo Ko tak
berani bergurau atas nama gurunya itu.
"Suhuku adalah Kokoh," demikan ia jawab dengan sungguhsungguh
Atas jawaban ini, Bu-siang mau percaya, "Kiranya ilmu
silatnya ini adalah keturunan keluarga sendiri," demikian ia
pikir.
"Dari tempat mana dan aliran manakah Ko-kohmu itu ?"
segera ia tanya pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tempatnya di rumah," sahut Nyo Ko pura-pura tolol "Dan
aliran apa itulah aku tak tahu."
"Hm, pura-pura bodoh kau," omel si gadis. "Yang aku
tanya yalah ilmu kepandaianmu itu dipelajari dari pintu
perguruan mana ?"
"Pintu? Apa kau tanya pintu rumahku itu ?" sahut Nyo Ko
berlagak linglung, "Pintu itu bukankah terbikin dari kayu ?"
Mendengar jawaban yang tak keruan juntrung-nya ini,
diam-diam Bu-siang pikir: "Jangan-jangan orang ini memang
betul-betul tolol, hanya karena terlahir bisa lari cepat dan
bukannya memiliki ilmu silat yang tinggi ? Tetapi salah juga,
terang sekali ia mampu menutuk dan menyambung tulang,
sudah tentu dia adalah jagoan Bu-lim, jangan-jangan ilmu
silatnya meski hebat, namun orangnya memang dasarnya
dungu".
BegituIah Bu-siang berpikir dengan bingung, Kemudian
dengan kata-kata halus ia coba menanya lagi: "Coba
katakanlah baik-baik padaku, tolol, sebab apakah kau
menolong jiwaku ?"
Pertanyaan ini seketika sulit dijawab Nyo Ko, karena itu ia
telah pikir sejenak, habis ini baru ia berkata : "Kokoh suruh
aku menolong kau, maka aku lantas menolong kau !"
"Siapakah kau punya Kokoh itu ?" tanya Bu-siang.
"Kokoh ya Kokoh, dia suruh aku kerja apa lantas
kukerjakan apa," kata Nyo Ko.
Si gadis menghela napas lagi oleh jawaban yang tak genah
ini, ia pikir : "Ah, kiranya orang ini memang betul-betul toloI."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan karena pikiran ini, rasa marahnya terhadap Nyo Ko
yang mulai timbul tadi, kini mendadak berubah lagi menjadi
jemu dan gemas.
Melihat orang terdiam, tiba-tiba Nyo Ko malah tanya :
"Hei, kenapa kan tak bicara lagi ?"
Bu-siang tak menjawab, ia hanya menjengek saja sekali,
Karena itu Nyo Ko mengulangi pula pertanyaannya,
Kalau aku tak suka bicara lantas tak bicara, tahu, Tolol ?
Lekas kau tutup mulut !" bentak Bu siang tiba-tiba.
Nyo Ko pikir wajah orang dalam keadaan muring-muring
demikian tentu enak sekali dipandang, tetapi si nona duduk di
atas pundaknya, maka sukar dilihat, diam-diam ia merasa
sayang.
Begitulah sambil bicara itu, kemudian tibalah mereka di
suatu kota kecil.
Melihat cara sepasang muda-mudi ini, yaitu Bu-siang
didukung dengan duduk di atas pundak Nyo Ko, semua orang
di jalan sama terheran-heran. Akan tetapi Nyo Ko tak peduli,
ia mencari satu restoran dan minta disediakan daharan,
mereka duduk berhadapan
Mendadak Bu-siang mengkerut kening ketika terendus
olehnya bau tapi sapi yang menghembus keluar dari badan
Nyo Ko.
"He, Tolol, kau duduk ke meja sana saja, jangan duduk
semeja dengan aku," katanya pada si pemuda dengan sikap
mual.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko tidak membantah, dengan tertawa ia duduk ke
meja yang lain.
Walaupun demikian, melihat duduk orang masih
menghadap ke arahnya, makin dipandang tampang tolol orang
semakin menjemukan, maka dengan tarik muka Bu-siang
berkata lagi: "Jangan kau pandang aku," habis ini ia menuding
meja yang lebih jauh letaknya dan menyambung : "Sana,
pindah ke meja itu !"
Nyo Ko menurut, dengan tertawa sambil membawa
mangkok nasinya ia malah pindah ke ambang pintu dan duduk
di sana lalu makan nasinya.
"Nah, begitulah seharusnya," kata Bu-siang.
Sungguhpun perut si gadis terasa lapar, tapi dadanya
terasa sakit oleh tulang yang patah itu, ia menjadi uringuringan
dan maunya melampiaskan marah-marahnya pada
Nyo Ko saja, tetapi karena orang sudah duduk begitu jauh, ia
tak ada alasan lagi untuk membentak-bentak atau mengomel
padanya.
Begitulah selagi ia kesel sekali, tiba-tiba didengarnya di
luar pintu sana ada suara orang ber-dendang : "Nona cilik
berlakulah murah hati."
Habis ini ada seorang lagi terus menyambung:
"Sedekahlah semangkok nasi pada si pengemis !"
Waktu Bu-siang angkat kepalanya, terlihatlah empat
pengemis berdiri sejajar di luar pintu, ada yang tinggi, ada
yang pendek, semuanya sedang memandang ke arahnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena dia pernah melukai seorang pengemis dengan
senjatanya "Gin-ko-to" atau golok perak melengkung, kini
nampak kedatangan empat orang ini tidak mengandung
maksud baik, diam-diam ia terkejut.
Sementara itu ia dengar orang ketiga dari pengemispengemis
itu sedang menyambung dendangan kawannya tadi:
"Jalan ke sorga tidak kau tempuh !" Lalu orang keempat lantas
menyambung juga : "Neraka tak berpintu hendak kau
masuki!"
Begitulah lagu yang dinyanyikan keempat pengemis itu
adalah lagu minta-minta yang biasa disuara-kan kaum
pengemis, Pada tangan kanan tiap-tiap pengemis itu
membawa sebuah mangkok rusak dan tangan kiri mencekal
sepotong kayu yang masih berkulit, pundak mereka masingmasing
menggendong 6 buah kantong goni.
Melihat dandanan pengemis-pengemis ini, teringat oleh
Bu-siang apa yang pernah dia dengar dari cerita sang Suci -
Ang Ling-po, bahwa anggota Kay-pang membeda-bedakan
tingkatan dengan menghitung kantong goni yang digendong
mereka, melihat empat pengemis yang membawa 6 kantong
ini, maka dapatlah diketahui mereka adalah anak murid 6
kantong yang tergolong tinggi tingkatannya dalam Kay-pang.
Pengaruh Kay-pang di daerah utara dan selatan sungai -
Yangce - waktu itu sangat besar, maka demi nampak
sekaligus didatangi empat jago-jago Kay-pang berkantong 6,
kuasa hotel lantas tahu bakal terjadi peristiwa besar, keruan ia
menjadi gugup dan tegang, Lekas-lekas ia memberi tanda
pada kawan-kawan pelayannya dan suruh mereka sekali-sekali
jangan membikin marah tokoh-tokoh Kay-pang itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di samping Iain Liok Bu-siang tidak lagi memandang
empat pengemis itu, ia hanya pandang daharan yang berada
di mejanya, sedang dalam hati ia memikirkan tipu-daya untuk
meloloskan diri, Tetapi musuh ada empat orang, dirinya
sendiri terluka, sedang si Tolol itu apa betul-betul pandai ilmu
silat masih sukar dipastikan sekalipun betul bisa silat, namun
kelakuannya gila-gilaan tak genah, tidak nanti tinggi ilmu
silatnya dan susah juga melawan empat jagoan Kay-pang.
Begitulah meski Bu-siang biasanya sangat pintar dan
cerdik, kini terasa tak berdaya juga seketika.
Sebaliknya Nyo Ko lagi sibuk urusi isi mangkoknya dan
sama sekali tidak ambil pusing terhadap empat pengemis itu,
sehabis "langsir" isi se mangkok ke dalam perutnya, ia
mendekati mejanya Bu-siang dan tambah nasi lagi semangkok
penuh, berbareng itu ia samber sepotong ikan (laut), karena
ikan itu masak kuah, maka airnya menetes-netes di atas meja.
"Hehe, makan ikan !" dengan ketawa-tawa tolol ia berkata.
Melihat rupa orang, alis Bu-siang terkerut terlebih rapat,
tetapi kini tiada banyak tempo lagi buat mendamperat orang,
sebab terdengar olehnya keempat pengemis tadi sesudah
melagukan "si nona cilik" tadi secara sambung-menyambung
hingga berulang tiga kali, empat pasang mata merekapun
terus membelalak ke arahnya.
Oleh karena masih belum mendapatkan sesuatu akal
untuk melayani orang, terpaksa Bu-siang pura-pura tidak
dengar saja dan dengan kepala menunduk menyumpit nasinya
dengan pelahan.
"Nona cilik, jika semangkok nasi saja tak kau beri, maka
harap memberi sedekah sebilah golok lengkung saja," kata
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seorang diantara pengemis itu tiba-tiba, rupanya mereka
sudah tak sabar.
"Marilah kau ikut bersama kami, takkan kami persulit kau,
kami hanya ingin tanya duduknya perkara dan tentu ada
keputusan secara adil," demikian kata yang lain pula.
Selang tak lama, pengemis yang ketiga pun mendesak
lagi: "Hayo, lekaslah, apa perlu kami gunakan kekerasan ?"
Dalam keadaan demikian Bu-siang menjadi serba salah, ia
tidak tahu apa harus menjawab atau tidak.
"Tidak nanti kami minta-minta secara paksa dan empat
laki-laki menghina seorang nona cilik, kami hanya ingin kau
ikut pergi untuk menimbang siapa kiranya di pihak yang
benar," akhirnya pengemis yang keempat pun ikut berkata.
Mendengar lagu suara orang, Bu-siang insaf sebentar lagi
tentu pakai kekerasan, meski tahu tak ungkulan, namun tak
bisa mandah menerima kematian, maka dengan tangan kiri
memegang bangku ia, tunggu bila lawan berani maju, segera
dengan bangku itu akan kuhantamkan dahulu kepada musuh.
"Sudah tiba waktunya kini," demikian Nyo Ko juga sedang
pikir, Kemudian ia mendekati meja Bu-siang lagi, ia angkat
piring ikan orang untuk mengambil lauk-pauk.
"Ah aku minta kuahnya," demikian dengan samar-samar ia
bicara karena mulutnya sedang mengunyah sepotong ikan
dengan lezatnya.
Sembari berkata, piring ikan yang dia angkat tadi sengaja
ia miringkan hingga setengah mangkok kuah yang masih
panas tertuang semua di atas lengan Bu-siang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena kejadian ini, tiba-tiba Bu-siang berpaling dan
menggeser sedikit tubuhnya untuk periksa kuah yang
menuang badannya itu.
"Ai, celaka !" seru Nyo Ko pura-pura kaget, habis ini ia
berlagak kelabakan hendak membersihkan noda kuah itu,
Pada saat itu juga, dengan sedikit miringkan mukanya keluar,
tiba-tiba ia menguap terus menyemprot hingga belasan duri
tulang ikan yang tajam menyamber keluar dengan cepat ke
arah keempat pengemis tadi.
Sama sekali keempat pengemis itu tidak menduga akan
kejadian ini, sedikitpun mereka tidak nampak jelas atau tibatiba
siku mereka tempat "kiok-ti-hiat" terasa kesemutan, lalu
terdengar suara gedubrakan, empat mangkok mereka yang
bobrok itu terbanting ke lantai hingga pecah berantakan behimpun
empat pentung kayu mereka.
Sementara itu dengan bajunya yang sudah rombeng Nyo
Ko tiada hentinya menyeka air kuah yang menuang lengan Busiang
tadi sambil dengan terputus-putus ia berkata: "Ja...
jangan kau marah, aku... aku bersihkan kau."
"Pergi!" mendadak Bu-siang membentak.
Ketika ia menoleh kembali untuk melihat keempat
pengemis tadi menghilang di simpang jalan raya sana, sedang
empat pentung dan mangkok yang sudah pecah berantakan
terserak di lantai Bu-siang menjadi ragu-ragu dan heran oleh
kelakuan pengemis-pengemis itu, mengapa tanpa sebab lantas
pergi begitu saja ?
Dalam pada itu ia lihat Nyo Ko dengan kedua tangannya
yang kotor dengan kuah ikan dan air sayur lainnya masih
mengusap dan menyeka serabutan di atas meja, ia menjadi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
marah dan men-damperat lagi. "Pergi menyingkir apa kau kira
tak kotor ?"
"Ya, ya !" sahut Nyo Ko berulang-ulang sambil kedua
tangannya menggosok-gosok bajunya untuk menghilangkan
kotorannya.
"Cara bagaimanakah keempat pengemis itu pergi ?" tanya
Bu-siang kemudian sambil mengkerut kening.
"Tentunya karena nona tak mau memberi sedekah, toh
tiada gunanya minta-minta terus, maka mereka lantas pergi,"
ujar Nyo Ko.
Si gadis ber-pikir-pikir sejenak lagi dan tetap tak diketahui
apa sebabnya, Lalu ia ambil serenceng uang perak dan suruh
Nyo Ko membeli seekor keledai sesudah bayar uang daharan,
dia lantas menunggang keledai yang baru dibeli ini untuk
berangkat.
Tetapi tulang iga dekat dadanya yang patah itu belum
sembuh, maka baru saja ia naik, terasa lah sakit sekali sampai
mukanya putih pucat.
"Sayang aku terlalu kotor lagi bau, kalau tidak, boleh juga
kudukung kau di atas pundak", demikian kata Nyo Ko.
"Hm, omong yang tidak-tidak," Bu-siang menjengek
berbareng ia tarik tali kendali menjalankan keledainya.
Siapa duga binatang itu ternyata sangat bandel, tabiatnya
pun buruk, bukannya ia jalan ke depan, sebaliknya tubuhnya
menyirik-nyirik minggir hingga mepet tembok bahkan badan
Bu-siang digosok-gosokkan lagi pada tembok itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Memaognya Bu-siang masih lemas karena luka, keruan ia
berteriak kaget dan terbanting jatuh. Untung ilmu silatnya
cukup hebat, begitu sebelah kakinya menginjak tanah, dengan
segera ia bisa berdiri tegak, cuma ia menjadi kesakitan lagi
lukanya
"Sudah terang kau lihat aku jatuh terbanting kenapa kau
tidak memayang diriku ?" dengan gusar ia melampiaskan rasa
dongkolnya pada Nyo Ko.
"Bu.... bukankah badanku kotor!" sahut Nyo Ko,
"Apa kau tak bisa cuci dulu ?" kata Bu-siang lagi
Nyo Ko tidak menjawab melainkan nyengir saja.
"Lekas kau dukung aku ke atas keledai," bentak si gadis
pula.
Nyo Ko menurut, ia menaikkan ke punggung keledai
Tetapi begitu merasa punggungnya ada penunggang, segera
keledai itu hendak main gila.
"Lekas kau tuntun keledai ini," kata Bu-siang.
"Ti... tidak, aku takut didepak olehnya." sahut Nyo Ko.
Bu-siang menjadi dongkol "Kurangajar si tolol ini, bilang
dia tolol nyatanya dia tidak tolol, bilang tidak ia justru tolol,
sudah terang maksudnya ingin memondong diriku," demikian
pikirnya.
Karena terpaksa, akhirnya ia berkata lagi: "Baiklah, kaupun
menunggang ke atas sini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Nah, kau sendiri yang suruh aku, tapi jangan kau bilang
aku kotor, lalu mendamperat dan memukul aku lagi," ujar Nyo
Ko.
"Ya, ya, cerewet saja !" sahut Bu-siang mengkal.
Maka dengan tertawa kecil barulah Nyo Ko melompat ke
atas keledai dengan pelahan, dengan kedua tangannya ia
rangkul si gadis yang duduk di depannya, ketika kedua
kakinya sedikit mengempit karena kesakitan, maka keledai itu
tak berani binal lagi, dengan jinak berjalan menurut perintah.
"Pergi ke mana ?" tanya Nyo Ko.
"Sana," sahut Bu-siang sambil menunduk ke arah
tenggara. ia sudah mencari tahu sebelumnya tentang
perjalanan sebenarnya hendak ditempuhnya arah timur
melalui Ciongkoan dan kemudian baru memutar ke daerah
selatan, ini memang jalan raya yang biasa dilalui.
Tetapi sejak ketemu empat pengemis yang lain, adalah
lebih baik menempuh jalan kecil saja, walaupun sedikit lebih
jauh, paling perlu cari selamat.
Begitulah terdengar suara tapak kaki keledai yang
ketuprak-ketuprak berjalan pelahan ke arah yang dipilihnya
itu.
Baru saja mereka keluar dari kota, tiba-tiba dari tepi jalan
berlari-lari mendatangi satu anak petani yang berumur
belasan, "Nona Liok, ini sesuatu barang buat kau," demikian
seru bocah itu sambil mapaki keledai yang mereka tunggangi.
Berbareng itu menimpukkan seikat bunga ke arah Bu-siang,
habis ini ia angkat kaki dan berlari pergi lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu karangan bunga itu diterima Bu-siang dan
diperiksa, ia lihat hanya seikat bunga biasa saja dan disamping
terikat sepucuk surat dengan benang, lekas si gadis membuka
sampulnya dan keluarkan selembar kertas kuning dari
dalamnya, ia lihat surat itu tertulis: "Sekejap lagi gurumu
bakal datang, lekas sembunyikan diri, lekas !"
Kertas surat itu sangat kasar, sebaliknya tulisannya
ternyata bergaya sangat bagus. Bu-siang terheran-heran dan
ragu-ragu mengapa orang kenal dia she Liok dan siapakah
anak itu ? Mengapa mengetahui juga gurunya segera bakal
datang ?"
"Apa kau kenal anak tadi ?" demikian ia lantas tanya Nyo
Ko. "Apa Kokohmu yang suruh dia ke sini ?"
Sementara itu dari belakang Bu-siang si Nyo Ko juga dapat
membaca isi surat itu, maka iapun sedang memikir : "Terang
sekali anak tadi hanya anak petani biasa, tentu datangnya ini
disuruh orang lain untuk mengirim surat. Cuma entah
siapakah orang yang menulis surat itu ? Tampak-orang
memang bermaksud baik, kalau betul sampai Li Bok-chiu
mengejar datang, lalu bagaimana baiknya ?"
Harus diketahui meski Nyo Ko sudah mempelajari Giok-lisim-
keng dan Kiu-im-cin-keng, seorang diri memiliki dua
macam ilmu silat yang paling tinggi di dunia persilatan, sejak
dulu hingga kini boleh dikatakan hanya dia sendiri saja, cuma
sayang karena waktunya belum Iama, meski sudah dipahami
intisari pelajaran ilmu silat yang hebat itu, namun latihannya
masih kurang matang, maka belum banyak hasilnya untuk
digunakan. Kalau sampai kena disusul Li Bok-chiu, terang ia
masih bukan tandingan orang, karena inilah ia sedang pikir
dan ragu-ragu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar pertanyaan Bu-siang tadi, maka Nyo Ko
menjawab: "Entah, aku tak kenal dia, tampaknya juga bukan
Kokoh yang menyuruh dia."
Baru habis ia menjawab, tiba-tiba terdengar bunyi alat-alat
tetabuhan dan tiupan, menyusul mana dari depan muncul
sebuah joli yang digotong dengan belasan orang pengiringnya,
kiranya ada orang sedang melangsungkan perkawinan, "
Meski alat-alat musik yang dibunyikan itu berbau
kampungan, tetapi suasana cukup riang gembira.
Nampak keadaan ini, tiba-tiba pikiran Nyo Ko tergerak, ia
pikir kalau betul-betul Li Bok-chiu dan Ang Ling-po mengejar
tiba, di siang hari bolong sesungguhnya tiada tempat untuk
bersembunyi lagi, Karena itu segera ia tanya Bu-siang: "Nona
Liok, kau ingin menjadi pengantin tidak ?"
Bu-siang sendiri memangnya lagi bingung karena kuatir
tertangkap gurunya yang kejam itu, kini mendengar orang
bertanya secara tolol, kemari ia gusar. "ToIol, kau mengacobelo
apa lagi ?"j damperatnya.
"Haha, maukah kita main sembayang dan jadi pengantin
?" demikian sahut Nyo Ko dengan tertawa, "Mau tidak kau
menyamar pengantin perempuan ? Sungguh cantik sekali
tampaknya, muka ditutup kudung merah, pasti orang lain
takkan mengenali kau."
Karena kata-kata Nyo Ko terakhir ini, Bu-siang tergerak
hatinya.
"ToIol, apa kau suruh aku menyamar untuk menghindari
guruku ?" ia tanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku tak tahu, hihi, kalau kau jadi pengantin perempuan,
aku akan jadi pengantin Ielakinya," sahut Nyo Ko.
Dalam keadaan terpaksa, Bu-siang tak sempat lagi
mendamperat orang, ia pikir: "Kelakuan si Tolol ini sungguh
aneh sekali, tapi kecuali jalan ini memang tiada cara lain lagi."
Karena itu segera ia tanya: "lalu cara bagaimana
menyamarnya ?"
Nyo Ko tidak menjawab, ia tak berani membuang tempo
lagi, segera ia pecut bokong keledai mereka maka binatang ini
lantas kabur ke depan dengan cepat.
Pada umumnya jalan pedusunan memang sempit, sebuah
joli besar dengan digotong delapan orang dengan sendirinya
memenuhi jalan, kedua sampingnya sudah tentu tiada
lowongan lagi, kini nampak ada keledai berlari memapak dari
depan, keruan pengiring-pengiring kemanten itu menjadi
ribut, mereka berteriak dan membentak dengan maksud
menyuruh penunggang keledai menahan tali kendalinya.
Tetapi bukannya Nyo Ko menahan keledainya. bahkan ia
mengempit semakin kencang hingga lari binatang itu
bertambah cepat, maka sekejap saja sudah menerjang sampai
di depan pengiring kemanten itu.
Dengan sendirinya mereka tidak tinggal diam, segera ada
dua lelaki kekar menyerobot maju hendak menarik tali kendali
keledai supaya jangan menubruk joIi pengantin yang
digotong.
Mendadak Nyo Ko ayun cambuknya, dengan tepat ujung
cambuk itu melilit betis kedua lelaki itu, ketika Nyo Ko menarik
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan diulur lagi, maka kedua orang itu lantas terlempar ke
pinggir jalan.
"Sekarang aku mau menyamar jadi pengantin !" demikian
katanya pada Bu-siang. Habis ini mendadak ia mendoyong ke
depan, ketika sebelah tangannya mengulur, tahu-tahu
pengantin laki-laki yang menunggang seekor kuda putih itu
kena dicengkeramnya.
Pengantin laki-laki itu usianya antara 17-18 tahun,
badannya lengkap memakai baju pengantin baru, di atas
kepalanya tertancap hiasan bunga-bunga emas, kini
mendadak kena dicengkeram oleh Nyo Ko, keruan bukan main
kagetnya.
Bukan begitu saja, bahkan Nyo Ko sengaja lemparkan
tubuh pengantin laki-laki itu ke udara setinggi dua tombak
lebih, ketika jatuh ke bawah, di tengah-tengah ramai suara
jeritan orang banyak tahu-tahu Nyo Ko ulur tangannya dan
menangkapnya lagi pengantin laki-laki itu,
Pengiring-pengiring pengantin itu seluruhnya hampir tiga
puluhan orang, sebagian besar bertubuh tinggi besar dan
kekar kuat, tetapi melihat ketangkasan Nyo Ko, pula pengintin
laki-laki jatuh dalam cengkeraman orang, tentu saja mereka
ketakutan dan tiada yang berani maju.
Seorang diantara mereka rupanya lebih banyak merasakan
asam garam, ia menduga Nyo Ko pasti begal besar, maka
dengan cepat ia lantas tampil ke depan.
"Mohon "Tay Ong" suka ampuni pengantin-nya," demikian
pintanya sambil memberi hormat, "Berapa banyak kiranya
"Tay Ong" perlu pakai ongkos, pasti kami turut perintah
dengan baik."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hihi, nona Liok, kenapa mereka panggil aku "Tay Ong" !
(raja besar, sebutan bagi pembegal) ? Aku kan tidak she Ong
?" kata Nyo Ko pada Bu-siang dengan tertawa.
"Sudahlah, jangan main gila Iagi, aku seperti sudah
mendengar suara keleningan keledai tunggangan Suhu," sahut
Bu-siang.
Nyo Ko kaget oleh jawaban itu, ia coba pasang kuping,
betul saja sayup-sayup terdengar suara berkumandangnya
keleningan
Kiranya Li Bok-chiu suka unggulkan ilmu silatnya yang
tiada tandingannya di seluruh Kang ouw, maka setiap tindak
tanduknya selalu main gertak dahulu, misalnya sebelum dia
bunuh sasarannya, lebih dulu ia memberi tanda cap tangan
berdarah di rumah orang itu, tiap cap tangannya berarti
jumlah jiwa yang akan dibunuh dan sama sekali tak gentar
meski lawannya mengundang pembantu atau melarikan diri
meninggalkan rumah, sedang keledai belang yang dia
tunggangi sengaja dia pasangi tiga belas keleningan emas
pada lehernya, suara keleningan ini bisa berkumandang jauh
sampai beberapa li, belum tiba orangnya, suara keleningannya
sudah terdengar lebih dulu, dengan demikian supaya musuh
sebelum lihat mukanya tapi lebih dulu sudah ketakutan
setengah mati
"Sungguh cepat sekali datangnya," begitulah Nyo Ko
berpikir, Tetapi ia masih berlagak bodoh atas peringatan Busiang
tadi: "Keleningan ? Keleningan apa maksudmu ? Apa
keleningan tukang jual jamu, kenapa aku tak mendengarnya
?"
Habis ini, dengan sikap mengancam ia berpaling dan
berkata pada orang tua tadi: "Kalian harus turut perintahku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan begitu aku lantas bebaskan dia, kalau tidak, hm..."
mendadak ia lemparkan pengantin laki-laki tadi ke udara lagi
Rupanya saking ketakutan, pengantin laki-laki itu sampai
menjerit dan menangis tergerung-gerung. Sedang si orang tua
tadipun terus-menerus memberi hormat sambil memohon :
"Ya, ya, pasti kami turut segala perintah Tay Ong"
"Dia adalah biniku," kata Nyo Ko tiba-tiba sambil tuding
Bu-siang, "la lihat kalian main sembahyang jadi pengantin
segala, maka diapun ketarik dan ingin main-main juga."
"Apa kau bilang, Tolol ?" damperat Bu-siang dari samping.
Akan tetapi Nyo Ko tak mengurusnya, ia meneruskan
pembicaraannya tadi: "Maka kalian lekas copot pakaian
pengantin perempuan itu dan biarkan dipakai dia, akupun
main menjadi pengantin lelaki."
Keruan para pengiring kemanten itu menjadi bingung
hingga saling pandang, sungguh mereka tidak mengerti
mengapa pembegal di tengah jalan ini tiba-tiba ingin main
kemanten-mantenan. Waktu mereka awasi Nyo Ko dan Liok
Bu-siang, yang satu pemuda cakap dan yang lain gadis jelita,
kalau dibilang sepasang suami isteri, memangnya sangat mirip
juga.
Selagi kejadian itu berlangsung, tiba-tiba Nyo Ko dengar
suara keleningan sudah semakin dekat, lekas-lekas ia lompat
turun dari keledainya dan membiarkan Bu-siang yang
menjaganya, ia sendiri lantas pergi ke - joli kemanten, tibatiba
ia tarik tirai joli dan tarik keluar pengantin perempuannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja pengantin itu kaget hingga menjerit tetapi
mukanya pakai kerudung kain merah, maka tak diketahuinya
apa yang terjadi sesungguhnya.
Di lain pihak Nyo Ko tidak berhenti begitu saja, sekalian ia
tarik pula kain penutup muka orang, maka tertampaklah muka
pengantin perempuan itu yang bundar bak bulan purnama,
badan tampak montok pula.
"Ha, sungguh ayu kemantinnya," demikian Nyo Ko
menggoda pula tertawa, bahkan ia towel pipi orang dengan
jarinya, Dalam ketakutannya pengantin perempuan itu malah
menjadi bungkam tak berani berkutik sedikitpun.
"Jika ingin kuampuni jiwanya, lekas kau tukar pakaian
biniku itu dengan pakaian kemantin-mu," Nyo Ko mengancam
lagi sambil tarik tubuh perempuan itu dan diangkat ke atas.
Sementara Bu-siang mendengar juga suara keleningan
keledai belang gurunya sudah tambah dekat lagi datangnya, ia
mendelik pada Nyo Ko ketika mendengar kata-kata Nyo Ko
tadi, pikirnya: "Si Tolol ini sungguh tak kenal tebalnya bumi
dan tingginya langit, sudah dalam keadaan demikian masih
terus bergurau ?"
Dalam pada itu didengarnya juga suara si orang tua tadi
sedang mendesak kawan-kawannya : "Lekas tukar pakai
pengantin padanya !"
Maka dengan gugup para pengiring lantas lepaskan
pakaian pengantin dengan perlengkapannya dari gadis tadi
dan dikenakan pada Liok Bu-siang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di sebelah sana Nyo Ko tidak perlu bantuan lagi, ia sendiri
lantas mencopot topi pakaian kemantin laki-laki tadi terus
dipakainya sendiri.
"Nah, isteriku yang baik, sekarang masuklah ke dalam
joIi," demikian ia berkata pada Bu-siang sesudah selesai
penyamarannya.
Tetapi Bu-siang menyuruh pengantin perempuan tadi
masuk dulu ke joli, ia sendiri lantas duduk dipangkuan orang,
habis itu tirai joli baru ia tutup.
Semetara itu sebenarnya Nyo Ko masih ingin ganti
sepatunya dulu, tetapi sudah tak keburu lagi, suara keleningan
sudah berada di tikungan jalan sana.
"Lekas menuju ke arah tenggara, lekas tiup dan tabuh
lagi!" segera ia memberi perintah, berbareng ini iapun
melompat ke atas kuda putih yang dipakai kemantin Laki-laki
tadi.
Karena sepasang kemantin baru sudah berada dalam
cengkeraman kawanan "penjahat", tentu saja para pengiring
itu tak berani membantah, segera mereka tabuh gembreng
dan meniup trompet lagi hingga keadaan berubah riuh ramai
Dan baru saja joli itu putar kembali ke jalan lain, belum
ada belasan tombak ditempuh atau suara keleningan sudah
berbunyi dengan kencang di belakang mereka, dua keledai
belang dengan langkah cepat telah memburu datang.
Hati Bu-siang berdebar-debar keras demi mendengar
suara keleningan yang sudah berada di belakang itu, ia pikir
bisa tidaknya lolos dari elmaut hanya tergantung sedetik ini
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
saja, maka dengan penuh perhatian ia dengarkan gerak-gerik
yang terjadi di luar joli.
Di lain pihak Nyo Ko yang menyamar sebagai pengantin
laki-laki, ia pura-pura malu dengan kepala menunduk.
"Hai, kalian melihat satu gadis pincang lewat disini tidak ?"
demikian terdengar Ang Ling-po bertanya.
"Ti... tidak !" sahut si orang tua tadi dengan suara tak
lancar.
"Apa tidak melihat seorang gadis jelita menunggang
keledai lewat sini ?" tanya Ang Ling-po lagi.
"Tidak," sahut orang tua itu tetap.
Karena itu, Li Bok-chiu berdua lantas keprak keledai
mereka melampaui iring-iringan kemantin itu dan kabur ke
depan dengan cepat.
Tetapi hanya sebentar saja tiba-tiba Li Bok-chiu dan Ang
Ling-po telah putar balik kembali, sesudah dekat joli,
mendadak Li Bok-chiu ayun kebutnya, dengan ekor ketat ia lilit
kain tirai joIi terus ditarik pelahan, maka terdengarnya suara
memberebet, sebagian tirai itu telah robek.
Terkejut sekali Nyo Ko oleh kejadian itu, ia larikan kudanya
mendekati joli, ia tunggu apabila Li Bok-chiu ayun ketatnya
untuk kedua kalinya, dengan segera ia akan turun tangan buat
menolong orang.
Siapa duga Li Bok-chiu tidak geraki tangannya kgi, ia
hanya melongok sekejap ke dalam joli, lalu dengan tertawa ia
berkata: "Hah, kemantin-nya sungguh cantik !" - Habis ini ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menoleh dan berkata pula kepada Nyo Ko : "He, rejekimu
sungguh tidak jelek !"
Tetapi dengan cepat Nyo Ko telah menunduk, tak berani ia
kesamplok pandang dengan orang. .
Lalu terdengar pula suara keteprak-keteprak kaki binatang,
Li Bok-chiu berdua telah pergi lagi.
Keruan Nyo Ko terheran-heran oleh kejadian itu. "Aneh,
kenapa dengan begitu saja ia lepaskan nona Liok ?" demikian
pikirnya tidak habis mengerti.
Waktu ia melongok juga ke dalam joli, ia lihat si kemantin
perempuan asli mukanya pucat lesi saking ketakutan dan
badannya gemetaran pula, sedang Liok Bu-siang ternyata tak
diketahui ke mana perginya, Keruan saja Nyo Ko bertambah
heran.
"He, nona Liok, dimanakah kau ?" segera ia berseru
memanggil.
"Aku sudah hilang," terdengar suara sahutan li gadis
dengan tertawa.
Ketika kain panjang yang dipakai pengantin perempuan itu
tersingkap, tahu-tahu Bu-siang muncul dari bawah, kiranya ia
sembunyi di bawah kain panjang pengantin perempuan itu.
Nyata nona ini memang cerdik, ia cukup kenal sang guru
yang biasanya berlaku sangat teliti dan tidak gampang diingusi
meski barang yang kecil saja, ia menduga selewatnya sang
guru, tentu sebentar akan balik kembali oleh karena itu ia
telah sembunyi lebih dulu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Nah, boleh kau menjadi kemanten perempuan dengan
tenang, naik joli bukankah jauh lebih enak daripada
menunggang keledai ?" kata Nyo Ko.
Bu-siang memanggut tanda setuju, lalu ia berkata juga
pada si kemanten perempuan itu : "Kau berdesakan di sini dan
membikin aku sum-pek, lekas kau enjah keluar!"
Karena terpaksa, mau-tak-mau perempuan itu menurut, ia
turun joli dan ganti menunggang keledai yang tadinya dipakai
Nyo Ko itu.
Begitulah iring-iringan itu melanjutkan perjalanan, setelah
belasan li dilalui pula, cuaca pelahan mulai gelap.
Dengan tiada hentinya si orang tua tadi memohon pada
Nyo Ko agar suka bebaskan tawanan nya supaya tidak bikin
kacau waktu upacara mereka, Tetapi Nyo Ko masih belum
mau sudah, ia mendongkol oleh kerewelan orang.
"Apa yang kau cerewetkan terus ?" demikian ia
mendamperat, tetapi baru sekecap saja, tiba-tiba dilihatnya
ada bayangan orang berkelebat di pinggir jalan, ada dua
orang dengan tangkas cepat telah lari masuk hutan.
Nyo Ko menjadi curiga, ia tarik tali kendali kudanya dan
memburu dengan cepat, lapat-lapat dapat dilihatnya bayangan
kedua orang itu berbaju compang-camping dengan dandanan
sebagai kaum pengemis.
"Jangan-jangan orang Kay-pang sudah mengetahui
penyamaranku dan menyiapkan orang di depan sana ?"
demikian pikir Nyo Ko sambil tahan kudanya, "Tetapi urusan
sudah terlanjur, terpaksa harus diteruskan sampai akhirnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tidak lama kemudian joli kemanten itupun sudah
menyusul datang, karena sebagian tirai joli sudah terobek oleh
kebut li Bok-chiu, maka Bu-siang melongok keluar dan tanya
Nyo Ko : "Apa kau melihat sesuatu ?"
Nyo Ko tidak memberi penjelasan sebaliknya ia berkata
menyimpang: "Sebagai temanten, layaknya kau menangis,
sekalipun hatimu seribu kali ingin kawin, seharusnya kau
menangis tak mau meninggalkan rumah, mana ada temanten
perempuan di jagat ini tak malu seperti kau ini ?"
Bu-siang pun seorang gadis yang sangat pintar, demi
mendengar kata-kata orang seakan-akan bilang sasarannya
sudah diketahui orang, maka dengan pelahan ia mengomel
sekali, lalu tidak membuka para pula.
Setelah berjalan tak lama, jalan pegunungan di depan
mulai sempit dan menanjak hingga sangat susah ditempuh,
para pengiring kemanten itu sudah dalam keadaan letih, tapi
karena kuatir betapa marah Nyo Ko, maka mereka tak berani
mengunjuk rasa dongkol.
Tak lama lagi sang dewi malam mulai menongol di ufuk
timur, burung gagak dengan suara yang serak terbang di
udara kembali ke sarangnya.
Sepasang temanten yang kini menjadi tawanan Nyo Ko itu
selamanya belum pernah bertemu muka, kini yang lelaki
melihat yang perempuan mengunjuk rasa takut-takut namun
tak menutupi paras yang cantik, sedang yang perempuan
memandang si lelaki yang juga cakap, kedua orang itu
disamping merasa kuatir, diam-diam pun merasa girang.
Begitulah sedang mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba
dari balik bukit sana terdengar suara berdendang belasan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang lagi melagukan : "Nona cilik berbuatlah murah hati,
berikanlah sedekah sebelah kuping dan sebuah hidung !"
Mendengar suara nyanyian itu, seketika muka Bu-siang
berubah, "Ha, kiranya keempat pengemis itu bersembunyi di
sini," demikian pikirnya."
Sesudah joli kemanten itu melintasi bukit, tertampaklah di
depan sana menanti tiga pengemis yang berperawakan tinggi
jangkung, sama sekali berlainan dengan keempat pengemis
yang dilihatnya siang tadi.
Waktu Nyo Ko meneliti kantong goni yang berada di
pundak ketiga pengemis itu, ia lihat masing-masing
menggendong tujuh buah, "Tentu ketiga pengemis tujuh
kantong ini jauh lebih lihay dari pada empat orang yang
berenam kantong itu, tampaknya tidak bisa tidak harus turun
tangan sungguh-sungguh" pikirnya.
Dalam pada itu karena sudah letih dan sedang uringuringan,
keruan para pengiring kemanten itu menjadi lebih
mendongkol demi nampak ketiga pengemis itu mengadang di
tengah jalan, segera ada diantaranya ayun cambuk menyabet
kepala salah satu pengemis itu.
"Hai, lekas enyah, lekas minggir !" demikian bentak
mereka.
Akan tetapi pengemis itu tidak berkelit, hanya sekali tarik
pucuk cambuk terus dibetot, maka tidak ampun lagi orang
yang menyabet itu jatuh ngusruk ke depan seperti anjing
menubruk tahi. Melihat kawan mereka dijungkalkan, kalau
dalam keadaan biasa, tentu ramai-ramai para pengiring itu
akan mengerubut maju, tetapi kini mereka sedang ketakutan
karena sudah dihajar Nyo Ko tadi, mereka pikir ketiga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pengemis ini tentu juga sekomplotan dengan pembegal ini,
maka tiada seorang pun yang berani maju, sebaliknya malah
pada menyurut mundur.
"Selamat dan bahagialah nona, kami tukang minta-minta
ini ingin mohon diberi persen beberapa duit," demikian salah
satu pengemis itu membuka suara dengan lantang,
"Tolol," kata Bu-siang pada Nyo Ko, "aku terluka dan tak
bisa turun tangan sendiri, kau saja wakilkan aku enyahkan
mereka."
"Baik," sahut Nyo Ko tanpa rewel. Habis ini kudanya lantas
dilarikan ke depan terus membentak: "He, hari ini adalah hari
baikku sedang kalian pengemisl ini jangan banyak cerewet,
lekas pergi dari sini!"
Karena dibentak, salah satu pengemis itu mengamat-amati
Nyo Ko, namun mereka tak dapat meraba siapakah gerangan
pemuda yang berani membentak-bentak mereka ini.
Kiranya keempat pengemis kentong enam yang tertutuk
oleh duri tulang ikan itu, semuanya menyangka Bu-siang yang
menyerang mereka, maka sama sekali mereka tak sebut-sebut
tentang Nyo Ko pada paman-paman guru mereka, yakni ketiga
pengemis kantong tujuh ini.
Dalam pada itu, salah seorang pengemis itu tiba-tiba
angkat tangannya, karena itu kuda yang ditunggangi Nyo Ko
menjadi kaget hingga berdiri dengan kaki belakang, Nyo Ko
pura-pura terperosot dari kuda dan terbanting jatuh dengan
keras-keras, dan sampai lama tak sanggup bangun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ha, kiranya orang ini memang pengantin laki-lakinya,"
pikir ketiga pengemis itu demi menyaksikan jatuhnya Nyo Ko
itu.
Kay-pang sebenarnya adalah perkumpulan kaum jembel
yang selamanya membela keadilan kaum lemah dan
memberantas kaum penindas, sebabnya mereka bermusuhan
dengan Liok Bu-siang adalah karena gadis ini tanpa sebab
telah melukai orang mereka.
Kini melihat Nyo Ko tak pandai silat, malahan telah jatuh
terbanting dengan berat? rasa mereka menjadi menyesal, satu
diantara pengemis itu telah menariknya bangun.
"Ai, kalian ini terlalu..." demikian Nyo Ko pura-pura
mengomel, "minta ya minta, kenapa biki kaget binatang
tungganganku?"
Sambil berkata iapun rogoh keluar tiga mata uang dan
diberikan kepada pengemis-pengemis itu, Mengingat
peraturan Kay-pang, ketiga pengemis itu terima pemberian itu
dan menghaturkan terima kasih.
"Nah, kau suruh aku bereskan mereka, sekarang sudah
kuIakukan," dengan menyengir kemudian Nyo Ko berkata
pada Liok Bu-siang.
"Hm, untuk apa kau berlagak tolol padaku?" omel Busiang.
Tetapi Nyo Ko hanya mengia saja dan mundur kepinggk
jalan sambil mengebut debu yang berada di badannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sebenarnya kalian inginkan apa ?" dengan sikap dingin
kemudian Bu-siang tegur ketiga pengemis itu, karena orang
masih menghadang di tengah jalan.
"Anak murid golongan kami bilang nona adalah jago dari
Ko-bong-pay, karena kagum, maka kami ingin minta petunjuk
beberapa gebrakan dari nona," sahut satu diantaranya.
"Aku dalam keadaan terluka, cara bagaimana bisa
bergebrak dengan kalian ?" kata Bu-siang. "Jika betul-betul
kalian penasaran, bolehlah tetapkan harinya, nanti kalau
lukaku sudah sembuh, pasti ku datang minta pengajaran
kalian, Kalian bertiga adalah jago dari Kay-pang, kini sengaja
hendak mengeroyok satu gadis yang sedang luka parah,
apakah ini terhitung orang gagah perkasa ?"
Dengan kedudukan yang cukup tinggi ketiga pengemis itu,
mereka jadi terdesak oleh debat Bu-siang ini.
"Baiklah, nanti kalau lukamu sudah sembuh, kami cari kau
lagi," kata pengemis yang kedua.
"Nanti dulu," tiba-tiba pengemis yang ketiga berpikir lain:
"Dimanakah lukamu ? Apa betul atau pura-pura, kami harus
periksa dulu, kalau benar kau terluka, hari ini kami boleh
ampuni kau."
Ia berkata begitu karena tak diketahuinya luka Bu-siang
berada di bagian dadanya, maka tidak sengaja ingin
mengetahui tempat luka ini, tapi bagi Bu-siang seketika
mukanya menjadi merah, iapun menjadi gusar hingga untuk
sesaat tak bisa bicara.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hm, orang Kangouw bilang sahabat-sahabat dari Kaypang
semuanya ksatria sejati, siapa tahu semuanya adalah
manusia-sia yang tak kenal malu," kemudian Bu-siang
mendamperat.
Mendengar nama baik perkumpulan mereka dihina, air
muka ketiga pengemis itu berubah semua, satu diantaranya
yang berwatak berangasan segera melompat maju, dan
hendak tarik Bu-siang keluar dari jolinya.
"Eeeeh, nanti duIu, nanti dulu !" tiba-tiba Nyo Ko menyela
demi dilihatnya keadaan sudah mendesak "Kalian minta duit,
bukankah aku sudah memberi tadi, kenapa sekarang masih
merecoki biniku ?"
Sembari berkata iapun maju menghadang di depan joli,
lalu ia sambung lagi, "Tampaknya kalian meski pengemis, tapi
tampangmu gagah, potonganmu pun banyak rejeki, kelak
banyak harapan akan menjadi orang kaya atau orang
berpangkat, kenapa sekarang berani goda biniku dan
melakukan perbuatan-perbuatan rendah seperti bajingan ini ?"
Teguran ini membikin ketiga pengemis menjadi
tercengang hingga mereka tak bisa menjawab.
"Kau menyingkir, kami hanya ingin belajar kenal dengan
ilmu silatnya dari Ko-bong-pay, siapa yang melakukan
perbuatan rendah ?" sahut si pengemis yang berangasan tadi
Sambil berkata, berbareng ia mendorong Nyo Ko.
"Haya !" Nyo Ko berteriak dan pura-pura jatuh ke tepi
jalan.
Dalam perserikatan kaum pengemis itu ada peraturan
yang melarang bergebrak dengan orang yang tak mahir ilmu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
silat, Sungguh tak terduga oleh pengemis itu bahwa
"pengantin laki-laki" ini ternyata begitu tak becus. hanya sekali
dorong pelahan saja sudah terbanting jatuh, kalau terbanting
luka, tentu bakal terima hukuman berat dari perkumpulan, dua
kawannya pun tidak terluput dari tanggung jawab ini.
Karena itu mereka terkejut, lekas-lekas mereka memburu
maju buat bangunkan orang, sebaliknya Nyo Ko sengaja
menjerit kesakitan Karena hari sudah gelap waktu itu, maka
pengemis itupun tak jelas apa betul-betul orang terluka - atau
tidak.
"Ai, kalian bertiga inipun orang tolol, biniku baru jadi
pengantin dan masih malu-malu. mana mau dia bicara dengan
orang yang tak dikenalnya," demikian sambil berteriak-teriak
sakit masih Nyo Ko berkata lagi, "Begini saja, pelajaran
apakah yang kalian inginkan ? Coba katakan padaku, nanti
aku yang bicara dengan biniku yang baru ini. habis itu nanti
kuberitahukan lagi pada kalian bukankah baik begitu ?"
Melihat macam Nyo Ko yang dibilang tolol toh tidak tolol,
akhirnya mereka tak sabar Iagi.
"Kau mau menyingkir tidak ?" pengemis yang berwatak
keras tadi membentak pula.
Akan tetapi Nyo Ko sengaja pentang kedua tangannya
malah.
"Tidak, kalian hendak hina biniku, itulah jangan harap,"
sahutnya dengan suara keras.
"Nona Liok," kata pengemis yang lain, "kau pakai si tolol
ini sebagai tamengmu, apa dia bisa merintangi kami ? Lekas
kau berterus terang saja, apa yang hendak kau katakan !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Eh, darimana kaupun tahu namaku si Tolol? Sungguh
aneh bin ajaib !" tukas Nyo Ko tiba-tiba dengan lagak heran.
Tetapi pengemis yang berangasan tadi tak gubris padanya,
ia masih berteriak pada Liok Bu-siang: "Kami tidak ingin
belajar lain, cukup asal belajar kenal dengan tipu seranganmu
dengan golok membacok punggung itu saja, apakah nama
tipu serangan itu?"
Bu-siang tahu juga bahwa dengan caranya Nyo Ko
menggoda mereka itu, sukar juga urusan ini diselesaikan,
karena itu dalam hati sedang memikirkan sesuatu jalan
meloloskan diri, ketika mendengar orang menanya lagi, tanpa
terasa ia telah menjawab : "Namanya "Tiau-siang-pay-gwe",
ada apakah ?"
"Ya, betul, namanya "Tiau-sian-pay-gwe", begini gerak
goloknya, bet, lantas kena bacok di punggungmu," tiba-tiba
Nyo Ko menyambung sambil mulutnya "bat-bet, bat-bet",
tangan pun mendadak memotong ke belakang pundak orang
"plok", dengan pinggiran telapak tangan ia hantam punggung
pengemis itu.
Keruan saja ketiga pengemis itu sangat terkejut oleh gerak
serangan Nyo Ko, berbareng mereka melompat mundur.
"Ha, kiranya orang ini pura-pura menyamar sebagai
pengantin untuk mempermainkan kami," demikian pikir
mereka.
Walaupun tak banyak tenaga yang dikeluarkan Nyo Ko,
namun punggung pengemis itupun terasa sakit.
"Bagus, anak keparat, kau pura-pura tolol Mari, mari sini,
biar kubelajar kenal dulu dengan kepandaianmu yang tinggi,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segera pengemis itu berteriak-teriak menantang, berbareng
tongkat diketokkan ke tanah hingga menerbitkan suara
nyaring keras.
"Tadi kau bilang ingin belajar pada biniku, kenapa
sekarang hendak belajar kenal padaku ?" sahut Nyo Ko
berlagak bodoh.
"Belajar kenal dengan kau pun sama saja," kata pengemis
itu dengan gusar.
"Wah, bisa celaka, aku tak bisa apa-apa," ujar Nyo Ko,
habis ini ia berpaling dan tanya Bu-siang : "Bini cilik yang baik,
menurut kau, apa yang harus kuajarkan padanya?"
Kini Bu-siang sudah tidak ragu-ragu lagi akan si Nyo Ko
yang pasti memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, kalau tidak,
mana berani ia cengar cengir berlagak bodoh menggoda
ketiga jago Kay-pang ini? Tetapi karena belum kenal aliran
ilmu silat orang, maka sekenanya ia menjawab pula: "Kau
unjuk sekali lagi jurus Tiau-sian-pay-gwe !"
"Baik !" sahut Nyo Ko, berbareng ini, tiba-tiba ia
membungkuk ke depan, tangan mengulur, "plok", dengan tipu
"Tiau-sian-pay-gwe" atau Tiau-sian menyembah rembulan,
kembali ia gebuli sekali lagi punggung si jembel itu.
Melihat serangan Nyo Ko, semua orang bertambah kaget
dan heran pula, Terang Nyo Ko berdiri berhadapan dengan
lawan dan sama sekali tak menggeser selangkahpun tetapi
hanya sedikit membungkuk dan tangan mengulur, tahu-tahu
tangannya berhasil menggebuk punggung orang, sungguh
ilmu pukulan yang sangat aneh dan mengherankan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bukan saja orang-orang itu heran, bahkan Bu-siang pun
tergetar hatinya. "Bukankah ilmu pukulannya ini adalah aliran
Ko-bong-pay kami, kenapa diapun bisa ?" demikian ia
bertanya dalam hati.
Dengan ragu segera ia berkata lagi: "Coba sekali Iagi,
sekarang jurus "Se-si-hong-sim !"
"Baik !" sambut Nyo Ko cepat.
Ketika tinjunya menyodok ke depan, dengan tepat kena
pukul ulu hati lawan, itulah tipu serangan "Se-si-hong-sim"
atau Se Si meraba dada.
Karena genjotan itu, maka terasalah oleh pengemis itu
didorong suatu kekuatan yang maha besar hingga tubuhnya
mencelat pergi sejauh lebih setombak, anehnya disana ia bisa
berdiri dengan tegak, tempat yang terkena pukulan pun tidak
terasa sakit.
Walaupun begitu, kedua pengemis yang lain segera
menerjang maju berbareng.
"Haya, celaka, bini cilik, tak sanggup aku melawan
mereka, lekas ajarkan tipu padaku," Nyo Ko berteriak-teriak.
"Ciau-kun-jut-sat, Moa-koh-hian-siu !" tiba-tiba Bu-siang
menyebut dua nama tipu serangan.
Maka dengan cepat Nyo Ko ulur tangan diri, lima jarinya
menjentik berbareng seperti orang menabuh Pi-peh dan lima
jari itu juga dengan tepat kena menyentil tubuh pengemis
sebelah kanan memang betul itulah tipu "Ciau-kun-jut-sat"
atai Ciau-kun keluar negeri MenyusuI mana, tubuhnya tibatiba
mengegos ke samping, ia hindarkan tendangan si
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pengemis sebelah kiri yang sementara itu sudah melayang,
sedangkan kedua kepalan telah disodokkan ke atas, "plak",
dengan jitu sekali dagu pengemis sebelah kiri itupun kena
ditonjok.
"lni "Moa-koh-hian-siu", betul tidak ?" teriak "Nyo Ko,
Karena tak ada niat buat celakai pengemis itu, maka tenaga
hantamannya tadipun tidak keras.
Begitulah ber-turut-urut Nyo Ko telah unjuk empat kali
serangan dan tiap-tiap tipu serangan adalah "Bi-li-hoat" "dari
Ko-bong-pay,
Ko-bong-pay dimulai sejak cakal-bakalnya, ya itu Lim Tiaoeng,
selamanya hanya terima murid wanita dan tidak lelaki,
Lim Tiao-eng telah ciptakan ilmu pukulan yang disebut "Bi-likun-
hoat" atau ilmu pukulan gadis ayu, maka tiap-tiap tipu
serangannya diberi nama dengan mengambil nama-nama
wanita cantik jaman purbakala, waktu ilmu pukulan itu
dimainkan, orangnya lemah gemulai gayanya indah luar biasa.
Sebab Siao-Iiong-li sudah melanggar kebiasaan menerima
murid wanita dan telah terima Nyo Ko sebagai murid, dengan
sendirinya "Bi-li-kun-hoat" itupun diajarkan padanya, Tetapi
Nyo Ko merasa tipu-tipu serangan itu meski lihay, namun
gayanya selalu kiyat-kiyut, tidak pantas dilakukan orang Ielaki,
maka waktu ia melatih ilmu pukulan itu, ia sendiri telah
tambahi dengan tenaga besar dan gaya kaum lelaki, dari gaya
yang lemah gemulai itu ia rubah menjadi gaya lelaki yang
gagah perkasa, walaupun gayanya lain, tetapi intilnya masih
tetap.
Begitulah, sesudah kena diserang Nyo Ko dengan caracara
yang sukar dimengarti, ketiga pengemis yang terhitung
jago kelas tinggi dari Kay-pang itu masih belum mau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyerah begitu saja, sekali bersuit berbareng mereka
mengerubut maju Iagi.
"Haya, celaka, bini cilik, sekali ini kau bisa menjadi janda!"
teriak Nyo Ko sambil berkelit ke sana kemari.
Bu-siang terkikik geli oleh teriakan itu, "Thian-sun-cit-kim!"
tiba-tiba ia menyebut satu nama tipu serangan lagi.
Tanpa pikir Nyo Ko mengayun tangan kanan ke kiri dan
tangan kiri menyodok ke kanan, ia bergaya seperti orang
memintal, sesuai dengan nama tipu "Thian-sun-cit-kim" atau
Thian-sun memintal sutera, maka sekaligus pundak kedua
pengemis itu kena dihantam semua.
"Bun-kun-taog-lo, Kui-hui-cui-ciu!" kembali Bu-siang
menyebut dua nama Iagi.
Eh, betul juga, si Nyo Ko lantas angkat tangan seperti
menuang arak dan ketok ke atas kepala si pengemis yang
bertabiat berangasan itu, menyusul tubuhnya terhuyunghuyung
dan miring ke kiri, maka perut si pengemis yang lain
dengan tepat kena ditumbuk oleh pundak kanannya. itulah
tipu-tipu "Bun-kun-tang-lo" dan "Kui-hui-cui-ciu" atau Bun-kun
mengipas anglo dan Kui-hui mabuk arak.
Terkejut dan gusar pula ketiga pengemis itu, mereka telah
keluarkan ilmu silat seluruhnya, tapi sedikitpun tak bisa
menghantam orang, sebaliknya lawannya bebas mengayun
tangan atau melayangkan kakinya, ke mana dipukulnya, di
situ tentu kena, meski tak sakit tempat yang kena serangan,
namun luar biasa anehnya.
Kemudian berulang-ulang Bu-siang menyebut lagi
beberapa tipu serangan yang satu per satu dilakukan Nyo Ko
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lagi dengan betul. Sungguh kagum sekali Liok Bu-siang oleh
kepandaian "si ToIol", Segera timbul juga kejadiannya untuk
permainkan "si Tolol", ia lihat Nyo Ko waktu itu sedang ulur
kepalan menghantam ke depan, mendadak ia berteriak : "Cekthian-
sui-liam !"
Menurut keadaan Nyo Ko waktu itu sekali-kali tidak
mungkin bisa memakai tipu serangan yang disebut itu, tetapi
betapa tinggi Lwekang Nyo Ko sekarang, bisa saja dilakukan
tipu apa yang orang inginkan, sekonyong-konyong tubuhnya
menubruk ke depan, kedua tangannya memotong ke bawah
dengan gaya seperti menurunnya kerai, tidak salah lagi ini
memang tipu "Cek-tbian-sui-Iiam" atau Bu Cek-thian
menurunkan kerai.
Sebelum itu sebenarnya ketiga pengemis itu lagi
menubruk maju karena melihat ada kesempatan, siapa tahu
oleh tubrukan Nyo Ko ini, mereka terbalik terdesak mundur
beberapa langkah.
Luar biasa heran dan senangnya Liok Bu-siang oleh
kemahiran "si Tolol" ini, kembali ia berseru : "lt-siau-cing-kok
!"
"lt-siau-cing-kok" atau sekali tertawa meruntuhkan negara,
inilah satu tipu pilihan Bu-siang sendiri yang tak pernah ada
dalam pelajaran "Bi-li-kun-hoat", sebab meski wanita cantik
dengan senyum dan tawanya bisa meruntuhkan suatu negara:
tapi mana dapat digunakan untuk bergebrak dengan pihak
lawan ?
Akan tetapi disinilah Nyo Ko unjuk kemahirannya, sesudah
tertegun sedetik karena nama tipu yang aneh itu, namun
segera ia menengadah dan tertawa: "hahaha...hehehehe...
huhuhu... hohoho... hahahaha !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguh aneh sekali suara tertawanya ini, ternyata Nyo
Ko telah keluarkan Lwekang yang paling tinggi dari "Kiu-imcin-
keng" yang dilatihnya walau latihannya belum bisa dibilang
masak dan belum dapat dipakai untuk melawan jago kelas
wahid, tetapi ketiga pengemis itu hanya anak murid Kay-pnng
kelas dua-tiga saja, ketika mendengar suara ketawa yang
aneh itu, tak tahan lagi telinga mereka seakan-akan pekak dan
kepala pusing, mereka terhuyung-huyung untuk kemudian
terguling'jatuh semua saking tak tahan.
Bukan saja tiga pengemis itu, bahkan Bu-siang ikut
terkena juga akbiatnya, iapun merasa pusing hingga hampir
jatuh semaput, lekas-lekas ia pegang erat-erat tiang joiij
sementara itu di bagian luar keadaan sudah kacau balau,
suara jeritan dan gedubrakan bercampur aduk, para pengiring
kemanten dan kedua penganten baru itu sudah jatuh terguling
semua karena tak tahan oleh suara tertawa Nyo Ko.
Setelah Nyo Ko hentikan tertawanya, dengan cepat ketiga
pengemis itu melompat bangun, tanpa berpaling lagi segera
mereka angkat kaki.
Dan sesudah mengaso lagi tak lama, kemudian iringiringan
joli penganten itu melanjutkan perjalanan agi,
terhadap Nyo Ko kini para pengiring itu menganggapnya
seperti malaikat dewata saja, tiada seorangpun yang berani
membangkang lagi.
Menjelang tengah malam, barulah mereka sampai di satu
kota, di situlah Nyo Ko membubarkan para pengiring
kemanten itu, ia dan Bu-siang antas mendapatkan sebuah
hotel untuk menginap."
Waktu mereka hendak bersantap dulu, baru saja mereka
duduk, tiba-tiba Nyo Ko melihat di depan pintu ada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berkelebatnya bayangan orang, satu orang telah longaklongok
ke dalam dan demi nampak Nyo Ko dan Bu-siang,
cepat orang itu meng-eret dan putar pergi.
Nyo Ko jadi curiga, dengan cepat ia menyusul keluar,
maka tertampaklah olehnya di pelataran hotel sana berdiri dua
Tojin atau imam. Begitu melihat Nyo Ko keluar, segera kedua
imam itu menubruk maju ke arahnya.
Kedua imam itu dapat dikenali Nyo Ko sebagai Tio Puthoan
dan Ki Jing-si yang pernah saling labrak dengan Liok Busiang
di lembah Srigala tempo hari.
"He, ada apakah kalian marah padaku ?" |nikian Nyo Ko
heran karena orang menubruk ke jurusannya, ia berdiri tegak
saja tanpa gubris mereka.
Tak terduga tujuan kedua imam itu ternyata bukan diri
Nyo Ko, tiba-tiba mereka mengegos lewat di sampingnya terus
melompat ke depan Bu-siang.
Akan tetapi sebelum terjadi sesuatu, pada saat itu juga,
tiba-tiba terdengar suara keleningan yang nyaring.
Suara kelenengan ini datangnya mendadak dan tahu-tahu
sudah berada dalam jarak yang dekal sekali. Muka kedua Tosu
itu berubah hebat demi mendengar suara kelenengan,
sesudah saling pandang sekejap, segera mereka lari kembali
ke kamar yang berada di sebelah barat sana, dengan keraj
mereka gabrukan daun pintu dan dikunci rapat untuk
kemudian tak berani keluar lagi.
"Ha, imam-imam busuk ini tentu pernah merasakan pahit
getir tangannya Li Bok-chiu, makanya mereka begitu takut
padanya," diam-diam Nyo Ko membatin.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Suhu sudah datang, bagaimana baiknya, Tolol ?" dengan
suara tertahan Bu-siang menanya Rupanya iapun berkuatir.
"Bagaimana baiknya ?"
Dan selagi ia hendak pondong si gadis, mendadak suara
kelenengan tadi sudah berhenti di depan "pintu hotel"
Betul saja lantas terdengar suara Li Bok-chi sedang
berkata: "Ling-po, kau menjaga atas wuwungan rumah !"
Terdengar Ang Ling-po menyahut sekali, dengan cepat
sang murid melompat ke atas.
Menyusul terdengar lagi suara kasir hotel yang berkata:
"Sian-koan, engkau orang tua.. aduh... Aku..."
Suara si kasir hotel ternyata terputus sampai di situ saja,
sebab orangnya mendadak terguling ke lantai dan jiwanya
sudah melayang.
Kiranya Li Bok-chiu paling benci bila orang menyebut katakata
"tua" di hadapannya, apalagi orang terang-terangan
katakan dia "orang tua", keruan tanpa ampun lagi, sekali
kebutnya menyabet, seketika jiwa kasir hotel itu melayang.
"Ada seorang nona pincang tinggal di sini tidak ?" lalu Li
Bok-chiu tanya pelayan hotel.
Tetapi pelayan itu sudah ketakutan melihat keganasannya.
"Aku... aku..." demikian sahutnya tak terang.
Li Bok-chiu menjadi tak sabar, sekali dorong ia sengkelit
pelayan itu hingga cium tanah, habis ini lantas terdengar
suara "bang" yang keras, pintu kamar pertama di sebelah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
barat itu didobraknya hingga terpentang, itulah kamar para
imam.
"lnilah kesempatan untuk melarikan diri melalui pintu
belakang, meski akan dipergoki Ang Ling-po, tetapi aku tak
takut padanya," diam-diam Nyo Ko terpikir. Karena itu,
dengan suara lirih ia berkata pada Liok Bu-siang: "Bini cilik,
lekas ikut aku melarikan diri"
Si gadis pelototi Nyo Ko karena orang berulang kali panggil
"bini cilik" padanya, tetapi ia berdiri juga, ia pikir sekali ini
kalau bisa selamat pula, betul-betul Tuhan yang
melindungiNya.
Pada saat itu juga, dari pojok ruangan hotel, itu satu
tetamu telah berdiri, waktu ia jalan melalui samping Nyo Ko
dan Bu-siang, tiba-tiba dengan suara tertahan ia berkata :
"Aku pancing dia pergi, lekas cari jalan buat selamatkan diri."
Orang ini sejak tadi duduk di satu meja di pojok yang rada
gelap, maka Nyo Ko dan Bu-siang sama sekali tak perhatikan
muka orang, Kini waktu bicara mukanya pun berpaling ke
jurusan lain, baru selesai bicara, dengan cepat orangnya
sudah melangkah keluar, hanya potongan belakangnya yang
tertampak jelas bahwa perawakannya tidak tinggi, malahan
lebih pendek sedikit dari pada Liok Bu-siang, baju yang
dipakainya berwarna hijau dan rada kebesaran.
Dengan tipu akal apa pula Nyo Ko menolong Bu-siang dan
ngelabui Li Bok-chiu ?
Jago-jago Kaypang mana pula yang akan membuat
perhitungan terhadap mereka ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
(Bacalah jilid ke -14)
Jilid 14
Tentu saja Nyo Ko dan Bu-siang terkejut oleh kata-kata
orang tadi, sedang mereka bingung, mendadak terdengar
suara kelenengan keledai berbunyi riuh terus menjauh menuju
ke utara.
"Suhu, ada orang mencuri keledai kita !" terdengar Ang
Ling-po berteriak.
Dengan cepat pula satu bayangan berkelebat dari dalam
kamar tadi, Li Bok-chiu melayang keluar terus mengudak ke
arah perginya si pencuri keledai.
"Lekas kita lari!" segera Bu-siang mengajak.
Akan tetapi Nyo Ko berpandangan lain, ia pikir: "llmu
entengkan tubuh Li Bok-chiu cepat luar biasa, tentu segera
orang tadi akan dicandaknya dan segera pula ia bisa balik
kembali. Kalau aku pondong nona pincang ini, karena tak bisa
cepat berlari, sukar juga buat meloloskan diri."
Mendadak ia mendapat akal, dengan cepat kamar pertama
di sebelah barat sana dimasukinya.
Di kamar itu ia lihat Tio Put-hoan dan Ki Jing-si dalam
keadaan ketakutan sedang duduk di atas pembaringan. Tahu
keadaan mendesak tanpa menunggu kedua imam itu
bersuara, dengan cepat Nyo Ko menubruk maju, sekali ia
tutuk roboh kedua orang itu.
"Bini cilik, masuk sini!" teriaknya pada Bu-siang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanpa pikir lagi si gadis menurut, pintu kamar dengan
cepat dirapatkan kembali oleh Nyo Ko.
"Lekas copot pakaian !" katanya pula.
Apa kau bilang, Tolol ?" Bu-siang mengomel dengan muka
merah jengah.
"Terserah ksu mau copot pakaian tidak, tetapi aku sendiri
akan mencopot!" sahut Nyo Ko sambil melepaskan baju
luarnya, menyusul jubah Tosu yang dipakai Tio Put-hoan telah
dia lucuti dan dikenakan sendiri, malahan kopiah orang ia
samber, dan dipakainya pula.
Nampak perbuatan Nyo Ko ini, segera Bu-siang mengerti,
"Baiklah, kita menyamar sebagai Tosu buat mengelabui Suhu,"
katanya kemudian.
Habis itu bajunya sendiri lantas hendak dibukanya, tetapi
mukanya menjadi merah pula, tiba-tiba ia depak Ki Jing-si
sekali sambil mendamperat: "Pejamkan matamu, imam
keparat !"
Meski badan kedua imam itu tertutuk dan tak bisa
berkutik, namun pancaindera mereka masih bisa bekerja
biasa, maka mata lantas mereka pejamkan mana berani
mereka mengintip tubuh Liok Bu-siang ?
"Tolol, kaupun berpaling ke sana," kata Bu-siang pula pada
Nyo Ko.
"Takut apa ? Waktu aku sambung tulangmu, bukankah
aku sudah melihatnya," sahut Nyo Ko dengan tertawa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi sesudah berkata, segera Nyo Ko merasa katakatanya
itu terlalu bambungan, maka ia menjadi rikuh.
Di lain pihak Bu-siang menjadi marah, "plek", kontan ia
baliki telapak tangannya dan tempeleng orang.
Sebenarnya sedikit menunduk saja Nyo Ko bisa hindarkan
tamparan itu, tetapi dalam keadaan linglung, ia tak
menghindar hingga pukulan itu kena pipi kirinya dengan
antap. Kiranya mendadak Nyo ko teringat pada Siao-liong-li
karena mimik wajah Liok Bu-siang yang sedang marah-marah
itu, maka ia menjadi ternganga diam.
Sebaliknya Bu-siang menyangka pukulannya tentu
mengenai tempat kosong, siapa tahu justru tepat kena
sasarannya dengan keras, mau-tak-mau iapun tertegun.
"Sakit tidak, Tolol ? Makanya jangan ngaco-belo dan
ngoceh semaunya," katanya kemudian dengan tersenyum.
Nyo Ko tidak menjawab, ia raba-raba pipinya sendiri yang
panas pedas itu, lalu berpaling ke jurusan lain.
"Coba lihat, aku mirip imam kecil tidak ?" tanya Bu-siang
dengan tertawa sesudah jubah pertapaan orang
dikenakannya.
"Tak kelihatan, manaku tahu," sahut Nyo Ko.
"Balik sini, Tolol," omel si gadis.
Kefika Nyo Ko berpaling kembali, ia lihat jubah itu terlalu
besar dipakai Bu-siang, tapi makin menunjukkan betapa
ramping tubuh Bu-siang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selagi Nyo Ko hendak buka suara, sekonyong-konyong
terdengar Bu-siang menjerit tertahan sambil menuding ke atas
pembaringan.
Eh, kurangajar, kiranya dari dalam selimut di atas
pembaringan itu kelihatan menongol satu kepala imam yang
dapat Nyo Ko kenali sebagai Bi Jing-hian, imam yang tertabas
tangannya oleh Bu- siang di lembah Srigala itu. Rupanya ia
rebah di atas pembaringan karena lukanya, tadi waktu melihat
Bu-siang, dalam takutnya ia telah mengkeret ke dalam selimut
Karena Nyo Ko dan si gadis sedang sibuk menukar pakaian,
maka tak memperhatikan kalau di situ masih ada satu imam
lagi.
"Dia... dia..." demikian dengan suara samar-samar Busiang
hendak bicara, sebenarnya ia hendak bilang: "dia
mengintip aku tukar pakaian", tetapi tak enak diucapkannya.
Pada saat itu juga, kembali suara kelenengan keledai
belang milik Li Bok-chiu terdengar lagi.
Nyo Ko tahu iblis perempuan itu kembali lagi, tiba-tiba
tergerak kecerdasannya, ia tarik Bi Jing-hian yang meringkuk
di dalam selimut itu, dengan sekali cekal dan tarik itu
berbareng ia sudah tutuk jalan darah orang, lalu ia buka
rongga pembaringan dan masukkan imam sial itu ke dalam.
Hendaklah diketahui bahwa balai-balai atau pembaringan
yang biasa digunakan di daerah utara itu terbuat dari tanah
liat dan dibawahnya berlubang, karena daerah utara hawa
sangat dingin, maka rongga balai-balai itu dinyalakan api
unggun untuk memanaskan badan bagi yang rebah di
atasnya. Tetapi waktu itu bukan musim dingin, di bawah
kolong balai-balai itu tak ada api, sungguhpun begitu di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dalamnya hitam gelap penuh debu arang, keruan Bi Jing-hian
seluruh muka dan kepalanya berubah menjadi hitam.
Sementara itu suara keleningan tadi sudah berhenti. Li
Bok-chiu telah sampai di depan hotel. "Naiklah ke atas balaibalai,"
kata Nyo Ko pada Bu-siang.
"Tak mau, sudah digunakan imam busuk itu, "tentu kotor
dan bau." sahut si gadis.
"Jika tak mau, terserah kau !" ujar Nyo Ko,
Sembari berkata, tangan pun bekerja, Tio Put-hoan telah
dijebloskan pula kedalam koIong, sebaliknya tutukan Ki Jing-si
malah dia lepaskan.
Di lain pihak, walaupun merasa selimut bekas terpakai itu
kotor dan bau, namun bila ingat kekejian gurunya yang tak
kenal ampun, terpaksa Bu-siang merangkak ke atas balaibalai,
ia tiduran dengan muka menghadap ke bagian dalam
dan baru saja ia rebah, pintu kamar sudah ditendang Li Bokchiu,
untuk kedua kalinya iblis ini melakukan penggeledahan.
Di sebelah sana Nyo Ko pura-pura memegangi sebuah
cangkir dan dengan kepala tunduk sedang minum, padahal
sebelah tangannya ia tekan punggung Ki Jing-si pada Hiat-to
yang mematikan hingga imam ini tak berani berkutik.
Melihat isi kamar itu masih tetap tiga imam, pula melihat
wajah Li Jing-si pucat lesi seperti mayat dan dalam ketakutan
maka Li Bok-chiu hanya tersenyum, lalu pergilah dia
menggeledah ke kamar yang Iain.
Tadi waktu pertama kali Li Bok-chiu menggeledah wajah
ketiga imam itu sudah jelas dilihatnya, sebab ia kuatir Liok BuTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
siang, ganti pakaian dan menyamar, maka waktu
menggeledah lagi untuk kedua kalinya, ia tidak memeriksa
pun dengan teliti, karena sedikit lengahnya ini ia kena
dikelabuhi oleh Nyo Ko.
Malam itu Li Bok-chiu dan Ang Ling-po berdua telah obrakabrik
seluruh kota itu hingga setiap rumah merasa terganggu
sebaliknya dengan aman sentausa Nyo Ko merebah di balaibalai
berendeng dengan Liok Bu-siang, alangkah senangnya
dia waktu mencium bau harum yang menggiurkan dari si
gadis.
Pikiran Bu-siang sendiripun timbul tenggelam seperti
mendamparnya ombak, ia rebah tanpa berani bergerak
sedikitpun, ia pikir kalau si ToIol ini dibilang goblok, nyatanya
pintar tiada bandingannya, dikatakan dia pintar, sebaliknya
kelakuannya agak-agakan, sungguh aneh orang ini ia rada
kikuk juga karena bertiduran berendeng dengan pemuda,
tetapi sampai lama sedikitpun tiada sesuatu gerak-gerik dari
Nyo Ko, barulah ia merasa lega hingga akhirnya ia terpulas.
Besok paginya Nyo Ko mendusin lebih dulu, ia lihat Ki Jingsi
masih menggeros mendekam di atas meja, sedang Bu-siang
dengan napasnya yarig pelahan kelihatan masih nyenyak juga,
kedua pipi gadis ini semu merah, bibirnya mungil tanpa terasa
jantung Nyo Ko memukul keras.
"Jika perlahan-lahan aku mencium dia sekali, tentu dia tak
akan tahu," demikian ia pikir.
Dasar Nyo Ko baru injak dewasa, walaupun tiada maksud
jahat yang terkandung padanya, namun ingin juga mengecup
sekali bibir si gadis yang merah mungil itu. Maka dengan hatihati
ia menjulurkan kepalanya, bau harum yang teruar dari
badan si gadis membikin Nyo Ko makin lupa daratan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi baru saja kedua bibir hampir bersentuh, sekonyongkonyong
Nyo Ko merasakan punggungnya tertimpuk sesuatu
Am-gi atau senjata gelap, Luar biasa kaget Nyo Ko hingga ia
meloncat bangun.
Sebenarnya dengan kepandaian Nyo Ko sekarang, segala
macam senjata rahasia pasti akan diketahuinya sebelum
mendekati, tetapi tadi ia sedang lupa daratan hingga
pikirannya kabur, maka tak heran senjata rahasia orang bisa
mengenai punggungnya.
BegituIah, waktu ia meloncat kaget, segera dapat
dilihatnya sebuah wajah sekilas melintas di balik lubang
jendela, Wajah itu aneih luar biasa, seperti manusia tapi
bukan manusia, dibilang setan pun bukan setan.
Dalam herannya Nyo Ko menguber keluar, namun tiada
satu bayangan yang dia dapatkan "jangan-jangan ini tipu
pancingan belaka ?" tiba-tiba terpikir olehnya.
Ketika ia kembali ke kamar dan periksa senjata rahasia
tadi, ia lihat di atas lantai hanya terdapat segelintir kertas
saja, ia menjemputnya dan diperiksa, ternyata di atas kertas
yang dilinting itu tertulis sesuatu.
Waktu itu Bu-siang sudah terjaga bangun, ia pun
mendekati Nyo Ko untuk melihat isi surat itu, Maka
tertampaklah apa yang tertulis itu berbunyi". "Kalau berani
kurangajar, segera jiwamu melayang !"
Seperti diketahui sehari sebelumnya ada satu anak petani
menghantarkan seikat bunga pada Liok Bu-siang dengan
secarik surat pengantar yang memberi peringatan, bahwa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
gurunya segera tiba dan gadis ini disuruh lekas sembunyi.
Gaya tulisan surat itu ternyata mirip dengan tulisan yang
sekarang ini.
Heran sekali Nyo Ko tercampur malu demi membaca katakata
surat itu, pikirnya: "Kiranya diam-diam ada jagoan tinggi
sedang melindungi dia, semalam kalau aku melakukan sesuatu
yang tak pantas, bukankah..." Berpikir sampai disini, tanpa
terasa seluruh mukanya merah semua.
"Hm, tolol busuk, kau didamperat Kokohmu bukan ?"
tanya Bu-siang.
"He, ya, jangan-jangan memang Kokoh ?" terkesiap hati
Nyo Ko. Tetapi lantas teringat lagi olehnya : "Ah, tak mungkin,
muka orang itu luar biasa aneh-nya, bukan lelaki juga tidak
perempuan, seperti manusia, tapi juga bukan setan, terang
bedanya seperti langit dan bumi dengan Kokoh, apapula
tulisan ini pun bukan tulisan tangan Kokoh !"
Pada saat itu juga suara kelenengan keledai belang Li Bokchiu
berkumandang lagi dan menuju ke arah barat laut
Rupanya karena kitab "Ngo-tok-pit-toan" (kitab pelajaran
"panca-bisa") digondoI Liok Bu-siang, kitab itu belum
didapatkan kembali, selama itu pula ia tak tenteram, maka
selama beberapa hari ini Li Bok-chiu boleh dikatakan tidur tak
nyenyak dan makan tak enak, meski hari masih sangat pagi,
dengan keledainya ia telah berangkat mencari Liok Bu-siang.
"Kalau kembalinya ke sana tak ketemukan kau, pasti dia
akan balik ke sini puIa," kata Nyo Ko. "Cuma sayang kau
terluka parah dan tak boleh terguncang keras, kalau tidak, kita
bisa menunggang dua ekor kuda dan kabur secepatcepatnya".
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bukankah kau sendiri tak luka, kenapa tak kau curi kuda
dan kabur sekaligus sehari semalam?" Bu-siang mengomel
Melihat orang marah, Nyo Ko menjadi senang, ia sengaja
memancing pula: "Kalau bukan kau yang mohon diantar ke
Kanglam, mana aku mau menghadapi bahaya ini."
"Kalau begitu, bolehlah kau pergi, Tolol, melihat macammu
saja aku lantas marah, biar lebih baik aku mati saja," sahut
Bu-siang.
"Wah, jika kau mati, akulah yang rugi," kata Nyo Ko
tertawa.
Tetapi kuatir si gadis betul naik darah hingga tulangnya
yang sudah tersambung itu patah lagi, maka tak digodanya
lebih jauh, ia ke kantor hotel dan pinjam tinta bak, dengan
bahan tulis ini ia campur air baskom yang akan dibuat cuci
muka Bu-Siang, mendadak Nyo Ko celup tangannya pada air
baskom dan dengan cepat diusapkan ke muka si gadis.
Sama sekali Bu-siang tak berjaga-jaga kalau orang akan
berbuat begitu, lekas-lekas ia keluarkan saputangan buat
bersihkan air kotor itu sambil tiada pentinya ia mendamperat
"si Tolol". Dalam pada itu dilihatnya Nyo Ko sendiripun
menggosok tangannya kekolong balai-balai yang penuh arang
itu, lalu ia campur dengan lak dan dipoles pada mukanya
sendiri, karena itu, wajahnya yang tadinya ganteng, kini
berubah menjadi jelek.
Bu-siang adalah gadis pintar dan cerdas, nampak kelakuan
Nyo Ko itu, segera iapun mendusin. "Ah, memang betul meski
aku sudah salin pakaian-kaum imam, tetapi mukaku masih
bisa dikenalnya, kalau tersusul Suhu, mana bisa mengelabui
matanya ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka tak sangsi-sangsi lagi air bak tadi ia poles, rata di
mukanya, dasar anak gadis memang suka akan kecantikan,
meski poles muka dengan air bak, toh masih dilakukannya
seperti biasa kalau bersolek dengan bedak dan gincu.
Selesai kedua orang menyamar, Nyo Ko ulur kakinya dan
menendang ke kolong balai-balai buat lepaskan Hiat-to kedua
imam yang dia tutuk itu.
Menyaksikan caranya Nyo Ko melepaskan tutukan orang,
tanpa lihat sedikitpun, hanya kakinya menendang beberapa
kali sekenanva, lalu kedua imam itu bisa bersuara dan
bergerak lagi, sungguh tidak kepalang kagum Bu-siang. "Si
Tolol ini berpuluh kali lebih tinggi kepandaiannya dari pada
aku," demikian ia betul-betul menyerah kini.
Walaupun begitu, mukanya sama sekali tak mengunjuk
sesuatu tanda bahkan ia masih memaki-maki orang "tolol".
Sementara luka Bu-siang sudah baikan, ia sudah bisa
menunggang keledai sendiri dengan jaIan pelahan, karena tak
ingin setunggangan lagi dengan Nyo Ko, maka masing-masing
lalu mengambil seekor keledai sendiri dan melanjutkan
perjalanan ke tenggara, Apabik letih, mereka mengaso, lalu
meneruskan lagi menunggang keledai.
Siapakah gerangan orang yang telah dua kali kirim surat
itu ?" begitulah sepanjang jalan Ko selalu ber-tanya-tanya
dalam hati. "Hai, Tolol, kenapa kau diam saja tak bicara?"
tiba-tiba Bu-siang menegur. Waktu itu memang Nyo Ko lagi
termenung-menung, karena teguran orang, mendadak ia ingat
sesuatu, "Ai, celaka, sungguh aku terlalu ceroboh!" ia
berteriak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Memangnya kau ceroboh, siapa yang bilang kau pintar!"
kata si gadis.
"Kita sudah menyamar dan ganti rupa, tetapi semua ini
telah dilihat ketiga Tojin itu, kalau dia lapor pada gurumu,
bukankah kita bakal celaka ?" ujar Nyo Ko.
Bu-siang tertawa geli oleh pikiran orang ini. "Tiga imam
busuk itu sudah mendahului kabur ke depan sana, mana
berani dia tinggal di sana menunggu datangnya Suhu,"
sahutnya kemudian. "Kau termenung-menung saja seperti
orang gendeng sejak tadi, masakah mereka sudah mendahului
di depan sana kau tak melihatnya?"
"Oh !" kata Nyo Ko sambil tertawa ke arah Bu-siang.
Gadis itu menjadi bingung oleh tertawaan itu yang
tampaknya mengandung arti yang dalam.
Pada saat itu mendadak keledai yang ditungganginya itu
meringkik keras, Waktu Bu-siang menoleh, ia lihat di tikungan
jalan sana sudah berdiri Iima pengemis, mereka berdiri
berjajar merintangi jalannya,
Mata Nyo Ko sangat jeli, sekilas saja dapat dilihatnya
dibalik jalan sana ada dua orang lain yang mengkeret kembali
sesudah melongok sekejap kedua orang itu bukan lain adalah
Tio Put-hoan dan Ki Jing-si.
"Ah, kiranya tiga imam busuk itu telah beritahu orang Kaypang
mengenai penyamaran kami sebagai Tojin." demikian
segera ia jadi terang duduknya perkara.
Karena itu, ia lantas melompat turun dari keledainya dan
memapak maju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tuan-tuan besar pengemis, kalian minta-minta di delapan
penjuru, maka hari ini mohon kalian suka menderma pada
kami," segera Nyo Ko buka suara dahulu.
"Hm, sekalipun kalian cukur gundul menjadi Hwesio,
jangan harap bisa mengelabui mata-telinga kami," satu
diantara pengemis-pengemis itu menyahut, suaranya keras
bagai genta, "Sudahlah, jangan berlagak bodoh lagi, baiknya
terus terang saja dan ikut kami pergi menghadap Pangcu
(ketua perserikatan)."
Mendengar orang menyebut Pangcu, diam Nyo Ko
memikir: "Menurut cerita Kokoh, Pangcu dari Kay-pang
bernama Kiu-ci-sin-kay Ang Chit kong, betapa tinggi ilmu
silatnya orang tak mampu merabanya, walaupun Kokoh sendiri
tak pernah tinggalkan kuburan kuno, tapi pernah juga Sui
popoh bercerita padanya, agaknya Pangcu mereka ini sangat
lihay, kalau betul-betul ada disini, rasanya susah buat loloskan
diri lagi"
Kedua pengemis yang mencegat di jalan seberang ini
adalah murid berkantong delapan dari Kay-pang, menjadi
ragu-ragu melihat Nyo Ko dan Liok Bu-siang hanya anak-anak
muda yang belum genap 20 tahun usianya, tapi bisa kalahkan
empat murid Kay-pang dari kantong enam dan tiga murid
kantong tujuh.
Begitulah, sedang kedua belah pihak sama-sama raguragu,
tiba-tiba suara kelenengan nyaring berkumandang lagi
dari jurusan barat laut, suaranya begitu tajam dan riuh
menusuk telinga.
"Celaka, sekali ini bisa celaka," demikian Bu-siang pikir,
"Meski aku sudah ganti rupa dan tukar corak, tapi justru
dirintangi kedua pengemis setan ini kalau rahasia penyamaran
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kami dibongkar olehnya, cara bagaimana aku bisa lolos dari
tangab Suhu yang kejam ? Ai, betul-betul sial."
Bukannya Bu-siang sesalkan dirinya sendiri yang tanpa
sebab melukai anak murid Kay-pang hingga menanam bibit
permusuhan, kini ia malah salahkan orang Kay-pang yang
merintangi dia. Memang anak gadis kadang-kadang lebih suka
menyalahkan orang lain daripada koreksi diri sendiri, ditambah
pula tabiat Bu-siang memang aneh hingga apa yang
diperbuatnya dianggapnya pasti betul dan apa yang dilakukan
orang tentu salah.
Dalam pada itu, sekejap saja suara kelenengan Li Bok-chiu
sudah tambah dekat,
"Terang aku bukan tandingan Li Bok-chiu itu, tiada jalan
lain lagi kecuali terjang ke depan saja," pikir Nyo Ko.
Sungguhpun dalam hati ia berkuatir, tapi pada lahirnya ia
masih bisa berlaku tenang.
"Haha, kalau kalian tak sudi memberi sedekah itupun tak
apalah, harap memberi jalan saja," ia berkata lagi pada kedua
pengemis tadi dengan lagak setengah tolol. Habis berkata,
dengan langkah lebar iapun jalan ke depan.
Melihat tindakan orang yang enteng dan seperti tak paham
ilmu silat sedikitpun kedua pengemis itu mengulur tangan
kanan hendak jambret Nyo Ko.
Namun Nyo Ko sudah siap, tiba-tiba telapak tangannya
mendorong maju, maka beradunya tiga tangan tak
terhindarkan lagi, hanya sekali gebrak, ketiga-tiganya samasama
tergetar mundur semua.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya murid Kay-pang kantong delapan itu sudah punya
keuletan latihan beberapa puluh tahun, tenaga dalam mereka
begitu hebat dan jarang ada tandingan lagi di kalangan
Kangouw, kalau melulu soal keuletan, boleh dikatakan puluhan
kali lebih kuat dari Nyo Ko. Cuma hal kebagusan dan
keanehan gerak serangan, hal ini berbalik jauh di bawah
pemuda kita.
Oleh sebab itulah, dengan pinjam tenaga pukulan orang
untuk memukul balik, Nyo Ko dapat patahkan tenaga pukulan
orang tadi tetapi untuk menerjang lewat begitu saja juga
sukar baginya, Karenanya, ketiga orang sama-sama terkejut.
Pada saat itu juga Li Bok-chiu dan Ang Lmg-po sudah
datang dekat.
"Hai, pengemis, imam cilik, kalian melihat seorang gadis
pincang lewat disini tidak ?" segera Ang Ling-po berteriak
tanya.
Kedudukan kedua pengemis itu di kalangan Bulim
tergolong tinggi tentu saja mereka mendongkol oleh cara
tanya Ang Ling-po, cuma terikat oleh peraturan Kay-pang
yang keras yang melarang sianak muridnya berkelahi dengan
orang dalam persoalan kecil, maka mereka menyahut juga
dengatt pendek : "Tak melihat!"
Namun mata Li Bok-chiu sangat tajam, ia lihat perawakan
kedua Tosu muda ini seperti pernah dilihatnya entah di mana,
maka timbul rasa curiganya.
Dalam pada itu dilihatnya pula keempat orang itu sedang
berhadapan dalam keadaan siap hendak saling labrak, maka
diambilnya keputusan akan menonton perkelahian itu,
pertama ia ingin menyaksikan sampai dimanakah ilmu silat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
anak murid Kay-pang, kedua ingin tahu juga dari aliran
manakah kedua Tosu cilik itu.
Di lain pihak Nyo Ko pun sedang pikir karena datangnya
iblis perempuan itu, waktu ia melirik, ia lihat wajah orang
mengunjuk senyum dan hendak menyaksikan perkelahian
tiba-tiba pikirannya tergerak : "Ah, begini, tentu akan hilang
rasa curiganya."
Lalu didekatnya Ang Ling-po, ia memanggut memberi
salam, Karena itu, Ang ting-po membalas hormat orang.
"Siauto (imam kecil) kebetulan lewat disini dan tanpa
sebab dicegat kedua pengemis galak ini serta ditantang
berkelahi" demikian kata Nyo Ko, "Tetapi Siauto tidak
membawa senjata, maka tolong Tosu (kawan dalam agama
toa) sudilah memberi pinjam pedangmu."
Melihat muka orang benjal-benjol sangat jelek, tetapi budi
bahasanya sopan, ditambah lagi orang mengemukakan
agama, maka Ang Ling-po merasa tak enak buat menolak
permintaan orang pedang lantas dilolosnya, ia berpaling dulu
pada gurunya, waktu melihat Li Bok-chiu mengangguk maka
disodorkan pedangnya kepada Nyo Ko..
"Terima kasih sebelumnya," kata Nyo Ko pula sambil
terima senjata orang, "dan bila Siauto tak ungkulan, masih
mengharap Tosu memandang pada sesama agama kita,
sudilah memberi bantuan sedikit"
Ang Ling-po mengkerut kening oleh ceriwis-nya Njo Ko, ia
hanya menjengek sekali dan tidak menjawab.
Sementara itu Nyo Ko sudah putar balik kesana, dengan
suara keras ia berkata pula pada Bu-siang: "Hai Sute, kau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
saksikan kutempur mereka dan tak usah ikut turun tangan,
biar pengemis-pengemis Kay-pang ini berkenalan dengan ilmu
kepandaian anak murid Coan-cin-pay kita."
"Ha, kiranya kedua imam cilik ini adalah orang Coan-cinkau,"
Li Bok-chiu terkesiap mendengar Nyo Ko ngaku sebagai
anak murid Coan-cin-kau, "Tetapi biasanya hubungan Coancin-
kau dan Kay-pang sangat baik, kenapa sekarang saling
labrak ?"
Dalam pada itu kuatir kalau kedua pengemis itu berteriakteriak
menyingkap rahasianya Bu-siang, dengan cepat Nyo Ko
lantas merangsang maju.
"Hayo, majulah Iekas, biar aku seorang diri lawan kalian
berdua", segera ia menantang.
Mendengar kata-kata Nyo Ko semakin temberang, hati Busiang
menjadi kuatir.
"Si Tolol ini sudah menyamar sebagai Tosu, masa berani
mengaku dari Coan-cin-kau," demikian pikir gadis itu. "la tak
tahu bahwa guruku entah sudah berapa puluh kali berkelahi
dengan imam-imam Coan-cin-kau, ilmu silat Coan-cin-pay
mana yang tak dikenalnya? sungguh kelewat berani dia
memalsukan nama orang lain."
Di sebelah sana, demi mendengar Nyo Ko mengaku
sebagai anak murid "Coan-cin", seketika juga kedua pengemis
itu terkejut, berbareng mereka membentak tanya: "Apa betulbetul
kau anak murid Coan-cin? Kau dan dia..."
Tak nanti Nyo Ko memberi kesempatan pada mereka
untuk menyebut Liok Bu-siang, maka sebelum selesai
perkataan orang, secepat kilat pedangnya menusuk, sekaligus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia mengarah perut kedua pengemis itu, dan itu memang betul
adalah tipu serangan dari "TIong-yang-kiam-hoat" yang tulen.
Sebenarnya dengan kedudukan mereka yang tinggi di
kalangan Bu-lim, kedua pengemis itu tidak nanti mau tempur
Nyo Ko dengan dua lawan satu, akan tetapi serangan Nyo Ko
ini datangnya terlalu cepat dan aneh, mau-tak-mau mereka
berdua harus angkat tongkat untuk menangkisnya. Nyata,
tongkat mereka yang tadinya tak menarik perhatian itu,
kiranya terbikin dari besi
Tetapi baru saja mereka angkat tongkat, tahu-tahu
pedang Nyo Ko sudah menerobos lewat melalui sela-sela
tongkat mereka dan masih terus menusuk ke dada kedua
orang itu.
Sama sekali tak diduga kedua pengemis itu bahwa ilmu
pedang orang bisa begitu cepat, terpaksa mereka mundur ke
belakang.
Tetapi Nyo Ko sedikitpun tak kenal ampun, ia mendesak
terus setiap detik hingga sekejap saja sudah menusuk 18 kali,
bahkan tiap-tiap tusukan sekaligus membagi dua jurusan puIa,
yakni mengarah lawan yang berjumlah dua orang. itu adalah
ilmu silat Coan-cin-pay yang paling hebat yang disebut "lt-gihoa-
sam-jing" atau satu menjelma menjadi tiga, bila sudah
terlatih sampai tingkat yang paling hebat, maka sekali
serangan bisa berubah menjadi tiga tipu gerakan, dengan
begitu, seorang sama dengan tiga orang maju berbareng.
Begitulah, maka tiap-tiap Nyo Ko menusuk, saban2 kedua
pengemis itu dipaksa mundur, sekali saja ternyata tak mampu
mereka balas menyerang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nampak betapa bagus Kiam-hoat imam cilik ini, diam-diam
Li Bok-chiu terperanjat katanva dalam hati: "Pantas nama
Coan-cin-kau disegani di seluruh jagat, sebab anak muridnya
memang semuanya pilihan, kepandaian orang ini kalau
sepuluh tahun lagi pasti aku sendiri tak bisa menandinginya,
Tampaknya jabatan Ciangkau (ketua) Coan-cin-kau kelak pasti
akan jatuh di tangan orang ini."
Jika Li Bok-chiu saja begitu kagum pada kepandaian Nyo
Ko, maka jangan ditanya lagi Ang Ling-po dan Liok Bu-siang,
mereka berdua Iebih2 terpesona dan ternganga.
Dalam pada itu Nyo Ko sendiri sedang berpikir: "Jika
sedikit aku main kendur, pasti mereka akan buka suara, dan
kalau mereka pentang mulut pasti banyak celaka dari pada
selamatnya."
Karena itulah sesudah 18 jurus "Tiong-yang-kiam-hoat"
habis dimainkan, dengan cepat Kiam-hoatnya berubah, tibatiba
ia memutar ke belakang kedua lawannya dan kembali
pedangnya menusuk lagi sekali-dua-gerakan, terpaksa kedua
pengemis itu membalik tubuh dengan cepat untuk menangkis,
namun sebelum tongkat mereka menyentuh pedang, tiba-tiba
Nyo Ko sudah melesat pergi, lagi-lagi ia mengitar ke belakang
orang dan kembali menusuk pula, bila kedua orang itu
memutar menangkis, segera Nyo Ko menggeser ke belakang
mereka lagi.
Kiranya Nyo Ko insaf bila melulu mengandalkan keuletan,
jangan kata satu lawan dua, melawan seorang pengemis itu
saja tak nanti bisa menandinginya, oleh sebab itu, ia sengaja
main putar dengan Ginkang untuk mengitari kedua lawannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cara Nyo Ko memutar dan menggeser ini, bagi tiap-tiap
anak murid Coan-cin-kau yang sudah cukup matang memang
diwajibkan melatih Ginkang semacam ini untuk kelak
digunakan dalam barisan bintang-bintang "Thian-keng-paktau-
tin". Hanya saja sekarang Nyo Ko kombinasikan cara
bernapasnya dengan inti pelajaran "Giok-li sim-keng" yang
dilatihnya.
Harus diketahui bahwa Ginkang atau ilmu entengkan
badan dari Ko-bong-pay adalah ilmu yang tiada bandingannya,
oleh sebab itulah kecepatan Nyo Ko memutar dan berganti
tempat sekali-kali tak bisa diikuti oleh kedua jago Kay-pang
itu, yang kelihatan hanya bayangan Nyo Ko yang berlari
secepat kilat dengan sinar mengkilap menyamber
Karena tusukan pedangnya yang silih bergilir. Dalam
keadaan demikian, bila Nyo Ko sungguh-sungguh hendak
celakai jiwa kedua pengemis itu, sekalipun berjumlah dua
puluh orang juga gampang saja dibunuhnya semua.
Tentu saja kedua orang itu kewalahan, sembari ikut
memutar cepat, mereka berusaha ayun tongkat untuk
melindungi tempat-tempat bahaya di tubuh sendiri, kini
mereka sudah tak pikirkan buat tangkis serangan orang lagi,
mereka hanya berusaha melindungi diri sendiri sepenuh
tenaga dan terserah nasib.
Dengan begitu, setelah ratusan kali berputar cepat,
akhirnya kedua pengemis itu kepalanya menjadi puyeng dan
mata berkunang-kunang, tindakan merekapun mulai
sempoyongan, tampaknya sudah akan jatuh semaput.
"Hai, kawan dari Kay-pang," tiba-tiba Li Bok-chiu berseru
dengan tertawa, "nih, kuajarkan satu akal, kalian punggung
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berdempetan punggung, dengan begitu tak perlu lagi ikut
putar-putar.
Karena peringatan ini, kedua pengemis itu sangat girang,
dengan segera mereka akan turut akal itu.
"Celaka, jika mereka berbuat begitu, tentu aku akan
kalah," pikir Nyo Ko.
Maka sebelum kedua lawannya berganti tempat,
mendadak ia ganti siasatnya, ia tidak geser lagi, melainkan
pedangnya sekali serang-dua-gerakan, ia tusuk punggung
kedua orang.
Merasa angin santar menyamber dari belakang, tak
sempat kedua pengemis itu menangkis, terpaksa mereka
melompat maju, tak terduga, baru saja kakinya menginjak
tanah, kembali tusukan orang sudah tiba pula, keruan saja
tidak kepalang kaget kedua pengemis itu, tanpa pikir lagi
mereka angkat kaki terus lari ke depan seperti diudak setan.
Siapa duga ujung pedang Nyo Ko bagaikan bayangan saja
yang selalu melengket dengan tubuh mereka, tidak peduli
mereka berlari betapa cepatnya, senantiasa Nyo Ko geraki
pedangnya di belakang mereka, bila sedikit lambat saja
mereka melangkah, segera daging di punggung mereka terasa
sakit-tertusuk ujung senjata.
Merekapun tahu kini bahwa tiada maksud Nyo Ko buat
membunuh, kalau tidak, asal tangan pemuda ini sedikit diulur
lebih panjang saja, pasti punggung mereka akan tertembus
oleh ujung pedang walaupun begitu, sedikitpun mereka tak
berani berhenti dan masih berlari kesetanan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketiga orang yang udak-udakan ini memiliki ilmu
entengkan badan yang sangat tinggi, maka sekejap saja
mereka sudah berlari beberapa li, hingga Li Bok-chiu
ditinggalkan jauh di belakang.
Ketika itulah mendadak Nyo Ko tambah "gas" sedikit, tahutahu
ia sudah mendahului di depan kedua pengemis itu.
"Eeeeeh, kenapa buru-buru, perlahan-lahan sedikit, jangan
jatuh kesandung !" demikian dengan menyengir ia hadang di
depan orang.
Tanpa berjanji kedua pengemis itu mengemplang
berbareng dengan tongkat mereka, namun sekali meraup,
dengan tangan kiri Nyo Ko dapat menangkap sebuah tongkat
orang, berbareng itu pedang di tangan kanan ia tempelkan
tongkat yang satu dari didorong sedikit ke kiri hingga dengan
tepat dua tongkat sekaligus kena dicekal pula olehnya.
Tahu gelagat jelek, lekas-lekas kedua pengemis itu
berusaha membetot sekuatnya, Tapi Nyo Ko cukup cerdik, ia
tahu keuletannya masih belum memadat kedua pengemis itu,
tentu saja ia tak mau betot2an dengan orang, dengan pedang
sekonyong-konyong ia membabat mengikuti batang tongkat
yang lempeng itu, dalam keadaan demikian, jika kedua
pengemis itu tidak lepas tangan, delapan jari mereka pasti
akan tertabas kutung.
Karena itu, terpaksa mereka lepaskan senjata dan
melompat ke belakang, habis ini dengan mata melotot mereka
pandang Nyo Ko dengan gusar, sikap merekapun kikuk dan
serba salah, hendak tempur orang tak ungkulan, kalau lari
rasanya merendahkan derajat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu terdengar Nyo Ko berkata pada mereka:
"Kami dengan perkumpulan kalian biasanya bersahabat
hendaklah kalian jangan percaya omongan yang sengaja
mengadu-domba. Siapa yang utang harus bayar, bukankah
Jik-lian-sian-cu Li Bok-chtu dari Ko-bong-pay itu berada di
sana, kalian berdua kenapa tidak mencari padanya saja ?"
Kedua pengemis itu tak kenal Li Bok-chiu, tetapi cukup
tahu betapa lihay iblis perempuan itu, karena itu, mereka
terkesiap demi mendengar penuturan Nyo Ko.
"Apa betul katamu ?" sahut mereka bersama.
"Buat apa aku berdusta," kata Nyo Ko. "Justru Siauto
sendiri kepepet oleh desakan iblis itu, maka tadi telah
bergebrak dengan kalian berdua," Berkata sampai disini,
dengan laku sangat hormat dikembalikannya tongkat2
rampasannya tadi dan disambungnya pula: "Jik-lian-sian-uu
itu selalu membawa benda-benda pertandaannya yang
terkenal di seluruh jagat, masakah kalian tidak mengenalnya
?"
"Aha, tak salah lagi," kata salah satu pengemis itu, "la
membawa kebut keledai belangnya pakai kelenengan emas,
bukankah dia itu yang memakai baju kuning tadi ?"
"Betul-betul," sahut Nyo Ko tertawa, "Dan nona yang
melukai anak murid perkumpulan kalian dengan golok
melengkung itu, bukan lain adalah muridnya Li Bok-chiu..."
sampai disitu mendadak ia berhenti dan pura-pura memikir
sejenak lalu dilanjutkannya : "Cuma saja, jangan-jangan... ah,
sulit, sulit..."
"Jangan-jangan apa ?" tanya si pengemis yang berwatak
aseran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, sulit, sulit," kata Nyo Ko lagi.
"Sulit apa ?" kembali pengemis itu mendesak.
"Coba pikir saja, Li Bok-chiu itu malang melintang di jagat
ini dan siapa di kalangan Kangouw yang tidak pecah nyalinya
bila mendengar namanya," demikian sahut Nyo Ko.
"Sungguhpun golonganmu sangat lihay, tapi terang tiada
satupun yang bisa menandinginya. Sebab yang melukai
kawanmu itu adalah muridnya, maka baiknya kalian anggap
sial saja."
Karena, kata-kata yang bersifat memancing pengemis itu
dibikin murka hingga berteriak-teriak.
"Hm, peduli dia setan iblis, hari ini pasti kami tempur dia,"
demikian teriaknya sambil tarik tongkatnya terus hendak lari
kembali ke tempat tadi.
Syukur pengemis yang satu bisa berlaku tenang, ia pikir,
melawan seorang bocah ini saja kami berdua tak ungkulan,
apalagi hendak perang tanding dengan Jik-lian-sian-cu, apa itu
bukan berarti menghantarkan jiwa belaka ?
Karena itu, segera ia tarik tangan kawannya dan
mencegah: "Tak perlu buru-buru marilah kita kembali dulu
buat berunding lebih jauh." - Habis ini ia rangkap tangan
memberi hormat pada Nyo Ko sambil tanya : "Dapatkah
mengetahui nama Toyu (sahabat dalam agama) yang
terhormat?"
"Siauto she Sat dan bernama Hua-cu," sahut Nyo Ko.
"Sampai ketemu lagi."
Habis berkata, iapun mohon diri dan balik ke jurusan tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
""Sat Hua-cu, Sat Hua-cu ? Aneh sekali nama ini, kenapa
tak pernah kudengar, dengan usianya yang masih begitu
muda, ilmu silatnya ternyata sudah sangat hebat."
Begitulah kedua pengemis itu menggumam mengulangi
nama palsu Nyo Ko yang mengherankan Tetapi sesaat
kemudian, mendadak satu diantaranya berjingkrak sambil
mencaci maki: "Ku-rangajar, jahanam, keparat!."
"Ada apakah ?" tanya kawannya.
"Bukankah dia mengaku bernama Sat Hua-cu ? itu artinya
Sat-hua-cu (menyembelih pengemis)! Kurangajar, kita
dicucimaki olehnya tanpa merasa !"
Karena itu, ke-dua2nya lantas mengumpat Nyo Ko, namun
demikian merekapun tak berani mencari orang lagi buat bikin
perhitungan.
Di lain pihak Nyo Ko sedang tertawa geli sendiri. Kuatir
keselamatan Bu-siang terjadi sesuatu, lekas-lekas ia kembali
ke tempat tadi, di sana ia lihat Bu-siang sedang longak-longok
ke arahnya di atas keledainya, tampaknya si gadis kuatir luar
biasa. Tetapi demi melihat Nyo Ko sudah kembali, mukanya
berubah girang, lekas-lekas ia keprak keledainya memapaki.
"Tolol, bagus ya kau, aku ditinggalkan sendirian," dengan
suara tertahan ia mengomeli Nyo Ko.
Tetapi pemuda ini tak menjawabnya melainkan tersenyum
saja, lalu pedang yang dia pinjam dari Ang Ling-po tadi
disodorkan kembali kepada pemiliknya sambil memberi hormat
dan menyatakan terima kasih.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah senjata itu diterima kembali Ang Ling-po, selagi
Nyo Ko hendak putar tubuh, sekonyong-konyong Li Bok-chiu
berkata : "Nanti dulu!"
Kiranya karena melihat ilmu silat Nyo Ko sangat bagus, ia
pikir kalau orang ini dibiarkan hidup, kelak pasti akan bikin
susah dirinya saja, ada baiknya mumpung ilmu-silatnya masih
belum memadai dirinya, sekarang juga dibunuh kan beres
urusannya, ?
Tetapi betapa cerdiknya Nyo Ko, begitu mendengar orang
berkata "nanti du!u", segera diketahuinya keadaan bakal
runyam, lekas-lekas pedang yang dia serahkan di tangan Ang
Ling-po itu dilepaskan.
Sebenarnya Li Bok-chiu hendak pancing orang agar
bergebrak padanya, dengan begitu sekali ke-but akan
dibunuhnya Nyo Ko, tetapi kini Nyo Ko sudah tak bersenjata,
dengan kedudukan Li Bok-chiu, tidak nanti ia sudi mencelakai
orang dengan senjatanya.
"Kau ini murid siapa di antara Coan-cin-chit-cu itu?"
tanyanya kemudian sembari tancapkan ke-butnya ke baju
Iehernya.
"Aku adalah murid Ong Tiong-yang cinjin," sahut Nyo Ko
tertawa.
Seperti diketahui sebenarnya Nyo Ko adalah murid Tio Cikeng
dan cucu murid Coan-cin Ghit-cu, tetapi terhadap imamimam
Coan-cin-kau itu ia sudah mendapat kesan jelek, dalam
hati sedikitpun imam-imam itu tak dihormatinya lagi,
walaupun Khu Ju-ki tidak jelek terhadap dirinya, namun waktu
berkumpulnya dengan imam tua itu terlalu singkat, maka
sedikit kebaikan itu sudah habis ludes tertutup oleh kesan2
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jelek yang dia dapat dari Tio Ci-keng dan Hek Tay-thong,
sebab itulah ia, tak sudi mengaku sebagai muridnya Ci-keng.
Tetapi sewaktu berdiam di dalam kuburan kuno, ia telah
melatih inti ilmu "Kiu-im-cin-keng" yang diukir Ong Tiong-yang
dahulu, maka bila dia mengatakan anak murid-cakal bakal
Coan-cin-kau itu, sebenarnya juga tidak berlebihan."
Sebenarnya kalau menurut umur Nyo Ko, pa-ling banyak
hanya sesuai menjadi murid tingkatannya Tio Ci-keng dan In
Ci-peng, tapi melihat ilmu silatnya tidak lemah, maka Li Bokchiu
telah tanya dia murid siapa diantara Coan-cin Chit-cu,
yaitu tujuh imam utama murid Ong Tiong-yang, dengan
pertanyaan ini sebetulnya sudah meninggikan diri Nyo Ko,
kalau pemuda ini menjawab salah satu nama umpamanya Khu
Ju-ki atau Ong Ju-it, pasti Li Bok-chiu dapat mempercainya.
Siapa tahu hati muda Nyo Ko masih belum hilang, ia tak
sudi lebih rendah tingkatannya daripada Hek Tay-thong yang
telah membunuh Sun-popoh yang dicintainya itu, maka nama
Ong Tiong-yang sengaja ditonjolkan olehnya.
Padahal Ong Tiong-yang adalah cakal bakal Coan-cin-kau,
semua orang Bu-lim tahu kalau dia hanya mempunyai tujuh
orang murid yaitu seperti apa yang disebut "Coan-cin Chit-cu"
itu, sewaktu Nyo Ko lahir malahan Tiong-yang cinjin sudah
lama meninggal dunia.
Begitulah, maka Li Bok-chiu menjadi sangsi "Hm, kau
imam cilik ini sungguh tak kenal tebalnya bumi dan tingginya
langit, rupanya kau tak kenal aku ini siapa, maka berani main
gila dengan aku," demikian ia pikir, Tetapi lantas teringat lagi
olehnya: "Namun imam-imam Coan-cin-kau sekali-kali tak
nanti berani main gila dengan nama Cosuya mereka. Kalau dia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ini bukan anak murid Coan-cin, mengapa tipu-tipu ilmu
silatnya tadi jelas adalah keluaran Coan-cin-pay ?"
Melihat orang mengkerut kening sedang ber-pikir, Nyo Ko
kuatir nanti dikenali Ang Ling-po yang dahulu pernah
dikibulinya dengan menyamar sebagai anak gembala, maka
tak berani ia tinggal lama2, ia pikir paling perlu kabut dulu,
Maka dengan cepat ia cemplak ke atas keledainya tetus
hendak dilarikan
"Turun dulu, ada yang hendak kutanyakan padamu"
demikian kata Li Bok-chiu.
"Tak perlu kau bicara juga, aku sudah tahu apa yg hendak
kau tanyakan," sahut Nyo Ko tiba-tiba.
"Bukankah kau hendak tanya apa aku melihat seorang
gadis pincang atau tidak? Dan tahu tidak kitab yang
dibawanya itu, bukan?"
Li Bok-chiu terkejut mengapa orang tahu akal maksud
hatinya, Namun dengan adem saja ia menyahut: "Ya, kau
sungguh pintar. Kemanakah kitab itu dibawanya ?"
"Tadi waktu aku dan Suteku ini beristirahat di tepi jalan,
kami melihat gadis pincang itu saling gebrak dengan tiga
pengemis," sahut Nyo Ko dengan karangannya. "Satu diantara
pengemis itu terkena timpukan goloknya yang melengkung,
walaupun demikian, karena masih ada dua pengemis yang
lain, maka gadis itu tak ungkulan, akhirnya ia tertawan"
Biasanya Li Bok-chiu selalu berlaku tenang, tetapi kini
mendengar Liok Bu-siang tertawan pengemis-pengemis dari
Kay-pang, sedang pada gadis itu membekal "Ngo-tok-pit-toan"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang tentu akan terjatuh di tangan mereka juga, ingat akan
hal ini mau-tak-mau mukanya mengunjuk rasa kuatir juga.
Melihat obrolannya berhasil, keruan Nyo Ko sengaja obral
ceritanya yang ditambah dan di bumbu2i pula, ia bilang: "Dan
sesudah tertawan, seorang pengemis telah geledah keluar
satu kitab dari badan gadis pincang itu, tapi karena nona itu
tak mau menyerahkannya, maka pengemis itu telah persen dia
dengan sekali tamparan."
Mendengar dirinya dibuat buIan2an mengobrol tidak
kepalang mendongkolnya Bu-siang, lebih-lebih Nyo Ko bilang
dirinya ditempeleng oleh pengemis, maka dengan gemas ia
mendeliki Nyo Ko, sedang dalam hati ia berkata: "Bagus, kau
tolol ini, berani kau fitnah diriku, lihat saja kelak kalau aku
tidak hajar kau?"
Di lain pihak si Nyo Ko ternyata sangat jahil, ia tahu betulbetul
hati si gadis waktu itu pasti sangat ketakutan karena
berhadapan dengan gurunya yang kejam, tapi ia justru
sengaja menanya padanya: "Betul tidak, Sute? Bukankah itu
sangat menggemaskan orang ? Bukankah nona itu telah
dipegang sini dan diraba sana oleh beberapa pengemis itu,
betul tidak?"
Bukan buatan dongkolnya Bu-siang, tapi ia tak berani
membantah, terpaksa ia mengiakan sambil kepala menunduk.
Tengah berbicara, tiba-tiba terdengar suara derapan kuda
yang ramai, menyusul muncul sepasukan tentara dari balik
bukit sana dengan persenjataan lengkap dan berbaris sangat
rapi, kiranya adalah pasukan tentara Mongol.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tatkala itu negeri Kim dari Manchu sudah dibasmi oleh
bangsa Mongol, maka daerah utara sungai seluruhnya berada
dibawah pemerintahan Mongol.
Sudah tentu Li Bok-chiu tidak pandang sebelah mata pada
pasukan tentara itu, tetapi karena tujuannya ingin lekas
mendapatkan jejaknya Bu siang, maka ia tak ingin banyak
cecok lagi dengan pihak lain, ia menyingkir ke tepi jalan untuk
menghindari pasukan tentara itu.
Sejenak kemudian, di bawah derapan kuda yang riuh dan
mengepulnya debu yang tinggi, ratusan serdadu yang
mengiringi seorang pembesar Mongol telah dapat lewat
disamping mereka. pembesar itu berdandan sebagai pembesar
sipil, tetapi kepandaiannya menunggang kuda ternyata sangat
bagus, meski wajahnya tak kelihatan jelas, namun sikapnya di
waktu melarikan kudanya ternyata sangat gagah dan perkasa.
Menunggu setelah pasukan itu lewat, kemudian Li Bokchiu
angkat kebutnya buat membersihkan debu yang
mengotori bajunya.
Tiap-tiap kali kebutnya mengebas, tiap-tiap kali juga
jantung Bu-siang memukul keras, Ya harus diketahui, bila
kebut itu bukan dibuat membersihkan debu melainkan jatuh
diatas kepala orang, maka tak perlu disangsikan lagi kepala
sasarannya itu seketika pasti pecah berantakan.
"Lalu bagaimana?" Li Bok-chiu tanya lagi.
"Lalu pergilah pengemis-pengemis itu menuju ke utara
dengan membawa nona itu," sahut Nyo Ko menuding ke
utara, "Aku dengar, katanya mereka pergi ke Ciong-koan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Em, bagus, terima kasih," Li Bok-chiu memanggil dan
tersenyum. "Aku she Li bernama Bok-chiu, orang Kangouw
menyebut aku Jik-lian-sian-cu, tetapi ada juga yang panggil
aku Jik-lian- mo-tau (iblis ular belang rantai), pernah tidak kau
mendengar namaku ?"
"Tak pernah." sahut Nyo Ko menggeleng kepala, "Nona,
kau begini cantik pantasnya kau disebut Sian-cu (dewi), mana
boleh dipanggil Mo-tau (iblis)?"
Memang dengan paras Li Bok-chiu yang cantik, meski
umurnya sudah lebih setengah abad, tapi karena lwekangnya
sudah terlatih tinggi, maka kulitnya yang putih halus tanpa
keriput sedikitpun kalau dipandang laksana wanita berumur 30
tahun saja.
Selama hidup Li Bok-chiu memang sangat bangga atas
kecantikannya, kini mendengar Nyo Ko memujinya, dengan
sendirinya ia sangat senang.
"Kau berani main gila dengan aku, sebenarnya kau harus
diberi rasa sedikit," katanya kemudian sambil goyangi
kebutnya, "Tetapi mengingat kau pintar bicara, biarlah aku
melulu gunakan kebut ini untuk hajar kau,"
"Ah, jangan, jangan, mana bisa tanpa sebab Siauto
bergebrak dengan kaum Siaupwe (tingkatan muda)," sahut
Nyo Ko geleng kepala.
"Hm, ajalmu sudah di depan mata, masih berani kau main
gila. Cara bagaimana kau anggap aku ini kaum Siaupwe?"
damperat Bok-chiu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Guruku Tiong-yang cinjin setingkat dengan nenek gurumu
Lim-popoh, bukankah aku setingkat lebih tinggi dari kau?"
kata Nyo Ko.
Gusar sekali Li Bok-chiu oleh jawaban itu, tetapi ia tetap
tersenyum saja dan berpaling kepada Ang Ling-po:
"Pinjamkan lagi pedangmu padanya."
"Eh, tak boleh jadi, tak.... boleh jadi..." ia berteriak sambil
goyangl tangannya, akan tetapi di sebelah sana Ang Ling-po
sudah cabut pedang-nya, maka terdengarlah suara "kraak",
yang terpegang di tangannya melulu garan pedang saja,
sedang mata pedangnya masih ketinggalan di dalam
sarungnya.
Sesaat Ang Ling-po tercengang, tetapi segera ia mendusin
bahwa itu adalah perbuatan Nyo Ko tadi yang secara diamdiam
telah bikin patah garan pedang sewaktu mengembalikan
padanya, kini mendadak dicabut, dengan sendirinya lantas
terpisah menjadi dua.
Keruan saja berubah hebat air muka Li Bok-chiu.
"Nah, memangnya aku tak bisa bergebrak dengan kaum
Siaupwe, tapi kau memaksa hendaki saling gebrak dengan
aku," ujar Nyo Ko, "Baiklah begini saja, dengan tangan kosong
aku sambut tiga kali serangan kebutmu, Kita berjanji yang
terang, hanya tiga gebrakan saja, selewatnya tiga gebrakan,
asal kau sanggup bertahan, aku lantai lepaskan kau pergi.
Tetapi sehabis itu, kaupun tak boleh recoki aku terus."
Kiranya dalam hati Nyo Ko tahu dalam keadaan demikian
tak bisa tidak harus saling gebrak tetapi bila bergebrak
sungguh-sungguh, dirinya masih bukan tandingan Li Bok-chiu,
maka sengaja ia berlagak orang tua, pura-pura sebagai kaum
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Locianpwe ditambah pula kata-kata yang tajam, asal Li Bokchj
berjanji hanya bergebrak tiga jurus saja dan tidak lebih.
-------------------------
Keterangan gambar.
Dengan menjungkir dan berputar Nyo Ko patahkan serangan
"Sam-bu-put-jiu" Li Bok-chiu dengan kebutnya, malah kakinya
sempat balas menendang dan jari menutuk Wi-tiong-kiat,
-------------------------
Li Bok-chiu bukan orang bodoh, dengan sendirinya iapun
tahu maksud tujuan orang, cuma ia pikir masakah bocah ini
sanggup terima tiga kali seranganku ? Sebab itulah iapun tidak
banyak bicara, segera ia buka serangan sambil berseru:
"Bagus, Locianpwe, berikanlah petunjuk pada Siau-pwe."
"Ah, tak berani..." sambut Nyo Ko.
Maka berkelebatlah bayangan orang, sekitarnya penuh
dengan bayangan kebut, Li Bok-chiu telah serang dengan tipu
"bu-khong-put-jin" (tiada lubang yang tak dimasuki) yang
mengarah setiap tempat maut di tubuh Iawan, meski hanya
sekali gerakan, sebenarnya luar biasa perubahannya dan
berbareng mengincar 36 Hiat-to di tubuh Nyo Ko.
Li Bok-chiu melihat Nyo Ko melawan anggota Kay-pang
kantong delapan tadi dengan Kiam-hoat yang sangat bagus,
tampaknya memang bukan lawan lemah, dalam tiga gebrakan
hendak merobohkan dia, agaknya tidak gampang juga oleh
sebab itu, sekali serang segera digunakannya tipu yang paling
dibanggakan selama hidupnya, yakni yang disebut "Sam-buput-
jiu" atau serangan tiga serangkai "aksara tidak"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kaget sekali Nyo Ko oleh serangan yang sangat aneh itu,
begitu hebat tipu serangan itu hingga boleh dikatakan tak
tertahankan lagi kalau berkelit ke kiri, pasti Hiat-to di kanan
akan tersabet dan begitu pula sebaliknya, dalam kepepetnya
itu mendadak, ia berjumpalitan dan menjungkir.
Dengan cepat dikeluarkannya ilmu mujija ajaran Auwyang
Hong dahulu itu, ia menjalankan darahnya secara terbalik dan
tutup rapat semua Hiat-to di tubuhnya, walaupun segera
terasa ke-36 Hiat-to rada kesemutan berbareng, namun
segera pula tidak berhalangan, Bahkan tubuhnya yang
memutar cepat itu tiba-tiba balas menendang sekali.
Heran sekali Li Bok-chiu, dengan jelas ia sudah berhasil
tutuk Hiat-to orang, siapa duga masih bisa Nyo Ko balas
menyerang, Karena itu, menyusul tipu serangan kedua
dilontarkan lagi, tipu ini disebut "Bu-so-put-ci" (tiada sesuatu
yang tak didatangi), yang diarah adalah 72 tempat Hiat-to di
seluruh badan lawan.
Akan tetapi mendadak Nyo Ko malah mengukir tangan
kirinya, dengan jarinya segera ia jojoh "wi-tiong-hiat" di lutut
kanan Li Bok-chiu.
Keruan Li Bok-chiu bertambah heran, lekas-lekas a
berkelit, menyusul segera serangan ke tiga "Bu-so-put-wi"
(tiada sesuatu yang tak diperbuatnya). Serangan ini tidak lagi
menutuk Hiat-to, melainkan mengincar mata, tenggorokan
perut dan bagian belakangan yang lemah, oleh sebab itu
disebut tipu Bu-so-put-wi" atau "tiada sesuatu yang tak diperbuatnya",
yang berarti mendekati cara-cara yang rendah
dan kotor.
Cuma diwaktu Li Bok-chiu lontarkan serangan itu, ia lupa
bahwa di dunia ini ternyata ada orang yang berkelahi secara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menjungkir seperti Nyo Ko ini, maka serangannya yang
dilontarkan secara tergesa-gesa itu bagian mata yang diarah
lantas mengenai telapak kaki Nyo Ko, tenggorokan yang
diserang berbalik kena betis, begitu pula perut, yang kena
pahanya, selangkangan yang diserang, yang kena dadanya,
maka sedikitpun tidak membawa hasil yang diharapkan.
Sungguh tidak kepalang kejut Li Bok-chiu sekali ini, selama
hidupnya entah berapa banyak pertempuran besar yang
pernah dia hadapi, malahan orang yang ilmu silatnya lebih
tinggipun pernah dilawannya, segala tindak-tanduknya selalu
diperhitungkannya dengan teliti sebelumnya, tapi kini sama
sekali tak terpikir olehnya, seorang imam cilik ternyata
memiliki ilmu silat yang sukar dijajaki.
Karena sedikit tertegunnya itu, mendadak Nyo Ko mengap
mulutnya, tahu-tahu buntut kebutnya kena dicokot kencang,
lalu pemuda itupun membalik, berdiri kembali. Bahkan sedikit
Nyo Ko menarik, tiba-tiba tangan Li Bok-chiu terguncang
hingga kebutnya kena dirampas olehnya.
Hendaklah diketahui bahwa tenaga mana saja dari
anggota badan manusia tiada yang bisa lebih kuat daripada
gigi, dengan gigi orang biasa sanggup kertak pecah sesuatu
benda yang keras sebaliknya betapa kuat tangan seseorang
tak bisa membikin remuk dengan remasan tangannya, Oleh
sebab itulah, meski tenaga dalam Nyo Ko masih jauh di bawah
Li Bok-chiu, namun dengan giginya yang menggigit ujung
kebut, senjata kebanggaan Li Bok-chiu ini ternyata kena
direbutnya.
Kejadian yang sama sekali tak terduga ini membikin Ang
Ling-po dan Liok Bu-siang sama menjerit kaget.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya meski Li Bok-chiu terkejut juga namun
sedikitpun ia tak gentar, ketika telapak tangannya ia gosok,
dengan "Jik-Iian-sin-cianJ atau pukulan sakti ular belang,
segera ia memburu maju buat merebut kembali kebutnya.
Tetapi baru saja pukulannya hendak dilontarkan mendadak
ia berteriak: "He, kiranya kau! Di-manakah gurumu?"
Kiranya muka Nyo Ko yang tadinya terpoles dengan debu
arang, setelah dia berjungkir dan berputar tanpa sengaja debu
arang mukanya itu tergesut hilang sebagian hingga wajah
aslinya dapat dikenali orang.
"He, dia adalah Sumoay, Suhu!" mendadak Ang Ling-po
berteriak juga, sebab waktu itupun Liok Bu-siang dapat
dikenaIinya.
Namun Nyo Ko bertindak cepat sekali, kakinya sedikit
mengenjot, keledai Li Bok-chiu diceng-klaknya dan terus
dilarikan, bahkan sekalian tangan kirinya menjentik, sebuah
"Giok-hong-ciam" jarum tawon putih) telah ditimpukkan dan
dengan jitu masuk di kepala keledainya Ang Ling-po.
Dalam murkanya, tanpa pikir lagi Li Bok-chiu lantas
menguber, sekuat tenaga ia melayang ke depan dan tubruk si
Nyo Ko dari belakang.
Lekas-lekas Nyo Ko meloncat dan tinggalkan binatang
tunggangan itu, garan kebut rampasannya tadi dia gunakan
untuk ketok kepala keledai itu hingga pecah dan otak
berhamburan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hayo, lekas, bini cilik, lekas lari ikut lakimu !" Nyo Ko
berteriak-teriak pula sambil turunkan tubuhnya di atas
keledainya, lalu kebut rampasannya digunakan menyabet
serabutan ke belakang untuk menahan uberan Li Bok-chiu.
Di sebelah sana, tanpa menunggu perintah lagi, Liok Busiang
telah keprak keledainya dilarikan secepatnya.
Sebenarnya dengan Ginkang Li Bok-chiu, dalam satu-dua li
saja dia pasti dapat menyusul binatang tunggangan orang,
cuma tadi ia sudah merasakan tipu serangan aneh dari Nyo Ko
hingga hatinya rada jeri maka tak berani ia terlalu mendesak
melainkan dengan "Kim-na-jm-hoat" ia rebut kembali
kebutnya saja.
Di pihak lain, keledai Ang Ling-po yang kepalanya
tertimpuk jarum tawon putih yang sangat lembut itu,
mendadak binatang ini berjingkrak terus menyeruduk ke arah
Li Bok-chiu, bahkan pentang mulut hendak menggigit.
"Hai, Ling-po, ada apakah?" bentak Li Bok-chiu.
"Binatang ini menjadi gila," sahut Ling-po sambil tarik tali
kendali sekuat tenaga hingga seluruh mulut keledai itu penuh
darah.
Sejenak kemudian sekonyong-konyong keledai itu menjadi
lemas, terguling mati.
"Kita kejar saja, Suhu!" seru Ang Ling-po melompat
bangun.
Tetapi waktu itu Nyo Ko dan Bu-siang sudah berlari pergi
hampir satu li jauhnya, hendak mengejar pun tak bisa
menyandak lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sesudah melarikan keledai mereka sekeras-keras-nya,
kemudian Nyo Ko dan Bu-siang berpaling, namun tak
tertampak bayangan Li Bok-chiu yang mengejar.
"ToIol, dadaku sangat sakit, tak tahan lagi aku," seru Busiang.
. Nyo Ko tidak menjawab, ia melompat turun dan
mendekam ke tanah untuk mendengarkan tetapi tiada suara
derapan kuda yang didengarnya.
"Tak perlu takut lagi, kita lanjutkan lengan perlahan-lahan
saja," ujarnya.
Habis itu, mereka melanjutkan perjalanan dengan
berendeng.
Tetapi hanya sebentar saja, karena kuatir disusul Li Bokchiu,
kembali mereka keprak keledai dan dilarikan pula,
Begitulah, sebentar cepat dan lain saat alon2 hingga haripun
sudah magrib.
"Bini cilik, jika kau ingin selamat, hendaklah kau tahan
sakit dan lari terus semalaman ini," kata Nyo Ko.
"Ngaco-belo! Awas, kalau aku tidak iris lidah-mu?"
damperat Bu-siang karena terus-menerus Nyo Ko sebut "bini"
padanya,
Nyo Ko melelet-lelet lidah, tetapi ia berkata lagi: "Hanya
sayang binatang-binatang ini sudah terlalu letih, kalau
semalam berlari terus mungkin akan mampus di tengah jalan."
Dalam pada itu haripun mulai gelap, mendadak terdengar
di depan sana ada suara meringkiknya kuda.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Haha, itu dia, marilah kita tukar kuda ke sana!" seru Nyo
Ko girang.
Segera mereka kencangkan lari keledai lagi lewat
beberapa li, tertampaklah di depan sana ada sebuah
perkampungan dan di bagian luar tertambat ratusan ekor
kuda. Kiranya pasulcan berkuda Mongol yang dilihat mereka
siang tadi berhenti di sini.
"Kau tunggu di sini, biar aku masuk ke kampung sana
menyelidiki keadaan dulu," kata Nyo Ko
Lalu ia turun dari keledainya dan masuk sendiri ke
perkampungan itu, Pada jendela sebuah gedung besar
dilihatnya ada sinar lampu, dengan cepat Nyo Ko menyelinap
ke sana, ia mengintip melalui jendela itu, ia lihat seorang
pembesar MongoI sedang berduduk di dalam dengan
mungkur.
Tiba-tiba tergerak pikiran Nyo Ko, "He, daripada tukar
kuda, tidakkah lebih baik tukar orang saja," demikian pikirnya.
Tidak antara lama, ia lihat pembesar Mongol itu berdiri,
lalu berjalan mondar-mandir di dalam kamar.
Umur pembesar ini ternyata masih sangat muda, hanya
likuran saja, tetapi sikap dan tidak tanduknya ternyata sangat
kereng, tampaknya pangkatnya tidak rendah.
Nyo Ko menunggu pada waktu pembesar itu mungkur lagi,
dengan pelahan ia dorong daun jendela, lalu melompatlah dia
ke dalam terus ulur jari buat tutuk punggung orang.
Siapa duga, begitu mendengar ada suara angin
menyamber dari belakang, secepat kilat pembesar itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melangkah maju, dengan sendirinya tutukan Nyo Ko menjadi
luput, kesempatan itu telah dipergunakan pembesar itu untuk
mengayun tangan kirinya buat menangkis, menyusul mana
iapun putar tubuh dan sepuluh jari tangannya laksana kaitanlantas
mencakar ke muka Nyo Ko, ternyata yang dipakai
adalah tipu serangan yang lihay dari "Tay lik-eng-jiau-kang"
atau ilmu cakar elang bertenaga raksasa.
Rada terkejut juga Nyo Ko, sungguh tak nyana bahwa
seorang pembesar Mongol ternyata memiliki ilmu silat begitu
tinggi Karena itu, sedikit mengegos iapun berkelit
menghindarkan cakaran tadi.
BeruIang kali pembesar Mongol itu mencengkeram lagi,
tetapi selalu dapat dielakkan Nyo Ko.
Biasanya pembesar Mongol itu sangat bangga atas ilmu
silatnya yang hebat karena sejak kecil mendapat pelajaran
guru pandai dari golongan Eng-jiau-bun. Siapa duga, begitu
bergebrak dengan Nyo Ko, sama sekali ia tak bisa berbuat
apa-apa.
Sementara itu Nyo Ko melihat lawan mencakarnya lagi
secara tak kenal ampun, cepat ia melompat ke atas, dengan
kedua tangannya ia tahan atas pundak orang sambil
menggertak "Duduk saja!"
Tiba-tiba pembesar itu merasakan kekuatan yang maha
besar menekan dari atas, ia tak bisa tahan lagi, kedua lututnya
terasa lemas hingga akhirnya, ia duduk terkulai di lantai,
dadanya terasakan sumpek, darah serasa akan menyembur
keluar.
Tetapi kemudian Nyo Ko remas2 dua kali di bawah
bahunya, tiba-tiba pembesar itu merasa dadanya lapang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kembali dan bisa bernapas lancar, tanpa ayal lagi segera ia
melompat bangun, dengan tercengang ia memandangi Nyo
Ko.
"Siapakah kau? Ada keperluan apa kedatanganmu ini?"
tanyanya kemudian ternyata bahasa Han yang diucapkannya
bagus dan lancar sekali, tiada ubahnya seperti bangsa Han
asli.
"Kau bernama siapa? jabatan apa yang kau pangku?"
berbalik Nyo Ko menanya dengan tertawa.
Pembesar itu melotot dengan gusar, segera hendak
dilabrak pula si Nyo Ko.
Tetapi Nyo Ko tak gubris padanya, ia malahan mendahului
ambil tempat duduk pada kursi yang tadinya dipakai pembesar
itu. Ketika pembesar itu menyerang beberapa kali, namun
selalu dipatahkan oleh Nyo Ko tanpa banyak buang te-naga.
"Hai, pundakmu sudah terluka, baiknya kau jangan banyak
keluarkan tenaga," kata Nyo Ko tiba-tiba.
"Ha, apa? Terluka?" tanya pembesar itu kaget.
Ketika pundak kiri diraba, ia merasa ada satu tempat yang
rada jarem sakit, lekas-lekas ia raba sebelah yang lain, sama
saja terasa sakit pegal, kalau tak disentuh sedikitpun tidak
terasa, tetapi bila ditekan dengan jari, segera terasa ada
sesuatu yang sangat lembut yang menusuk sampai ke tulang
sungsum.
Kaget sekali pembesar itu, dengan cepat ia robek bajunya,
waktu ia melirik, ia lihat di atas pundak kirinya terdapat titik
merah yang kecil sekali, begitu pula sebelah pundak yang lain.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera iapun sadar bahwa ketika Nyo Ko menahan
pundaknya tadi, diam-diam pada tangannya tergenggam
senjata rahasia hingga dirinya telah dikibuli.
"Am-gi apa yang kau pakai? Berbisa atau tidak ?" cepat ia
membentak dengan gusar tercampur kuatir.
Tetapi Nyo Ko tersenyum saja.
"Kau belajar silat, kenapa sedikit pengetahuan umum itu
saja tak mengerti," sahutnya kemudian "Kalau Am-gi besar tak
beracun, maka Am-gi kecil dengan sendirinya berbisa."
Dalam hati pembesar itu sembilan bagian percaya atas
kata-kata ini, namun demikian, ia mengharap juga kata-kata
itu bohong belaka, maka air mukanya lantas tertampak
mengunjuk setengah percaya setengah sangsi.
"Pundakmu sudah terkena jarum saktiku, racun itu akan
meluas setiap hari, kira-kira enam hari sesudah racunnya
menyerang jantung, maka jiwamu tak tertolong Iagi,"
demikian kata Nyo Ko sembari memainkan sebuah pensil di
atas meja.
Watak pembesar itu ternyata sangat keras kepala,
sungguhpun dalam hati ia mengharapkan pertolongan orang,
namun tak sudi diucapkannya.
"Jika begitu, biarlah tuan besarmu mati bersama dengan
kau," mendadak ia membentak Iagi. Habis ini, sekali bergerak,
segera Nyo Ko hendak ditubruknya pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun sebelum ia bertindak, tiba-tiba di luar ada suara
bentakan orang yang keras: "Hai Yalu Cin, pembesar anjing
dari Mongol, berpalinglah ke sini!"
Mendengar namanya disebut pembesar itu menoleh,
segera pula sinar putih yang gemerlapan beruntun-runtun
menyamber masuk melalui jendela.
Hujan Am-gi atau senjata gelap itu dihamburkan dengan
kuat lagi terlalu banyak jumlahnya, dalam keadaan demikian,
meski pembesar itupun tidak lemah, namun seketika itu mana
sanggup menyambut hujan Am-gi yang begitu banyak?
Sebenarnya tiada maksud Nyo Ko buat menolong
pembesar Mongol yang bernama Yalu Cin ini, karena
dilihatnya senjata rahasia begitu banyak menghambur masuk,
tiba-tiba ia keluarkan ilmu "Boan-thian-hoa-uh" (hujan gerimis
memenuhi langit), sesuatu ilmu dari Giok-li-sim-keng yang
dilatihnya, ia menangkap ke kanan dan membentuk ke kiri,
sekejap saja senjata2 rahasia yang tertangkap olehnya telah
ditimpuk kembali maka terdengarlah suara gemerincing
nyaring dan ramai belasan macam senjata rahasia telah
memenuhi meja dan lantai
"Kepandaian bagus, semoga kelak kita bertemu lagi,
dapatlah mengetahui nama saudara?" terdengar suara
pertanyaan seorang lelaki di luar jendela.
"Aku adalah kaum yang tak terpandang, maka tak punya
nama dan tiada she," sahut Nyo Ko.
Karena jawaban ini, terdengar lagi suara jengekan seorang
lain di luar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Marilah pergi!" kata orang ketiga, sekali ini suara orang
perempuan.
Habis itu, lantas terdengar suara tindakan kaki yang
pelahan sekali di atas rumah, ketiga orang itu sudah pergi
melintasi pagar rumah.
Tadi waktu Nyo Ko bergebrak dengan Yalu Cin hingga
sama-sama mencurahkan seluruh perhatian, maka tiada yang
mendengar bahwa ada orang laki lagi mengintip di samping,
hal ini menandakan pula ilmu entengkan tubuh ketiga orang
itupun sangat hebat.
Meski pembesar Mongol bernama Yali Cin itu sudah
ditolong jiwanya oleh Nyo Ko, tetapi ketika pundaknya terasa
sakit, ia menjadi gusar pula karena telah dikibuli Nyo Ko tadi,
mendadak senjata2 rahasia yang berserakan itu, ia samber
terus ditumpukkan ke arah Nyo Ko.
Menghamburnya senjata2 rahasia "dari luar jendela tadi
dilakukan oleh tiga orang bersama, kepandaian menimpuk pun
jauh lebih tinggi dari pada Yali Cin, untuk itu saja Nyo Ko
sanggup menangkap dan membenturnya kembali, apalagi kini
Yali Cin menimpuk dengan satu per satu, mana bisa
serangannya mengenai Nyo Ko, malahan satu per satu telah
ditangkap olehnya tanpa luput satupun.
"Awas!" seru Nyo Ko kemudian.
Ketika tangannya mengayun, tahu-tahu beberapa puluh
senjata rahasia yang ditangkapnya itu dihamburkan kembali
Melihat datangnya senjata rahasia itu mengarah dari
kanan-kiri maupun atas atau bawah, walaupun berkelit atau
mengegos pasti akan terkena juga beberapa diantaranya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tentu saja Yali Cin terkejut, dalam keadaan kepepet,
mendadak ia melompat mundur, maka terdengarlah suara
"blang" yang keras, punggungnya menumbuk dinding dengan
keras, Lalu terdengar suara bertok-tok riuh, beberapa puluh
senjata rahasia itu telah mengenai dinding semua.
Suara gemerutuk di atas dinding itu ternyata sangat aneh
dan berlainan satu sama lain, karena-senjata2 rahasia itu
memang beraneka macamnya, Dalam kagetnya itu, lekaslekas
Yali Cin melompat ke samping Iagi, ketika ia berpaling
memandang ke dinding, mau-tak-mau ia ternganga saking
herannya.
Ternyata beberapa puluh senjata rahasia itu ambles
semua ke dalam dinding, jarak dengan tubuhnya tadi hanya
selisih beberapa senti saja, hingga potongan badannya
seakan-akan terlukis di atas dinding itu, sedang tubuhnya
seujung rambutpun tak terluka, bahkan baju pun tak terobek
barang sedikitpun
Dalam kaget dan herannya, tak tertahan lagi Yali Cin
kagum luar biasa, tiba-tiba ia jatuhkan diri dan berlutut
memberi hormat pada Nyo Ko.
"Terimalah hormatku, Enghiong, hari ini aku betul-betul
menyerah padamu," demikian katanya.
Sungguhpun ilmu silat Nyo Ko sangat tinggi tetapi selama
hidupnya itu biasanya selalu dimaki dan didamperat orang,
sampai Liok Bu-siang yang berulang kali ditolong olehnya juga
selalu berlaku sangat bengis padanya tanpa mau mengalah
sedikitpun kini mendadak ada orang menjura padanya dan
menyatakan takluk betul-betul. tentu saja hati mudanya
menjadi girang luar biasa, saking senangnya ia tertawa
terbahak-bahak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dapatkah mengetahui nama Enghiong yang mulia?" tanya
Yali Cin.
"Aku bernama Nyo Ko, dan kau apakah bernama Yali Cin?
jabatan apa yang kau pangku di MongoI?" sahut Nyo Ko.
Kiranya pembesar muda ini adalah putera Yali Cu-cay,
perdana menteri kerajaan Mongol! Yali Cu-cay telah banyak
membantu Jengis Khan dan puteranya membangun kerajaan
Mongol yang namanya disegani sampai di daerah barat itu,
jadinya sungguh sangat besar, sebab itulah meski umur Yali
Cin masih muda, namun berkat jasa sang banyak, ia telah
diangkat menjadi Keng-Iiat-su di HoIam, keberangkatannya
sekarang ini menuju ke HoIam untuk memangku jabatan.
BegituIah ia telah ceritakan apa yang sebenarnya.
Meski ilmu silat Nyo Ko tinggi, tapi terhadap segala nama
jabatan itu sama sekali tak dimengertinya, maka ia hanya
angguk-angguk saja dan bilang bagus.
"Hekoan (aku pembesar rendah) entah sebab apa telah
membikin marah Nyo-enghiong? Kalau ada sesuatu, harap
Nyo-enghiong suka katakan terus terang," kata Yali Cin.
"Tak ada apa-apa yang bikin marah," sahut Nyo to sambil
ketawa.
Habis ini, mendadak ia meloncat keluar melalui jendela
terus menghilang. Keruan saja Yali Cin kaget.
"Nyo-enghiong..." ia berteriak sambil memburu ke pinggir
jendela, namun bayangan Nyo Ko sudah tak kelihatan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aneh, orang ini pergi-dataag secara tiba-tiba saja,
padahal tubuhku sudah terkena jarum beracunnya, lalu
bagaimana baiknya ?" Yali Cin menjadi ragu-ragu.
Tetapi baru sejenak ia termenung-menung, mendadak
daun jendela bergerak, tahu-tahu Nyo Ko sudah kembali lagi,
malahan di dalam kamar kini sudah bertambah dengan satu
orang.
"Ah, kau telah kembali!" seru Yali Cin girang.
"Dia adalah biniku, lekas kau menjura padanya!" kata Nyo
Ko tiba-tiba sambil menunjuk Liok Bu-siang.
"Apa kau bilang?" bentak Bu-siang gusar berbareng itu,
kontan ia tampar muka Nyo Ko.
Sebenarnya kalau Nyo Ko menghindar dengan gampang
saja hal itu bisa dilakukannya, Tetapi entah mengapa, ia
merasa lebih senang menerima tamparan atau dicaci maki si
gadis. Oleh sebah itulah, sama sekali ia tidak berkelit maka
"plok" pipinya telah merasakan tamparan itu hingga pana
pedas.
Yali Cin tak tahu kalau kelakuan kedua orang itu sudah
biasa begitu, ia mengira ilmu silat Bu siang tentu lebih tinggi
dari pada Nyo Ko, maka dengan terpesona ia pandang orang
dan tak berani bersuara.
"Kau sudah terkena racun jarumku, tapi sementara masih
belum sampai mampus," kata Nyo Ko kemudian sembari eluselus
pipinya, "Asal kau dengar kataku dan menurut, pasti aku
akan menyembuhkan kau."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hekoan biasanya paling kagum terhadap kaum Enghiong,
hari ini bisa berkenalan dengan Nyo enghiong, sekalipun
Hekoan tak bakal hidup lagi, rasanya pun rela," sahut Yali Cin.
"Haha," Nyo Ko tertawa senang karena orang pintar
menjilat, "tidak nyana, kau terhitung juga seorang gagah
berani. Baiklah, sekarang juga ku sembuhkan kau." , Habis itu,
ia keluarkan sebuah batu sembrani dan menyedot keluar dua
jarum tawon putih orang menancap di pundak orang itu dan
dibubuhi obat pula.
Selamanya belum pernah Bu-siang melihat Giok-hong-ciam
atau jarum tawon putih itu, kini nampak bentuk jarum itu
selembut rambut, ia menjadi heran dan tidak habis mengarti
benda seringan itu kenapa bisa dipakai sebagai senjata
rahasia?
Karena itu, rasa kagumnya pada Nyo Ko pun tanpa terasa
bertambah setingkat pula, walaupun begitu, di mulutnya ia
sengaja ber-olok-olok, katanya: "Hm, pakai senjata rahasia
begitu, tiada sedikitpun semangat jantan, apa tak kuatir
ditertawakan orang?"
Tetapi Nyo Ko hanya tersenyum, ia tidak bantah kata-kata
orang, sebaliknya ia berpaling dan berkata pada Yali Cin:
"Kami berdua ingin mengabdi padamu."
Yali Cin terkejut "Ah, Nyo-enghiong suka berkelakar saja,
ada apakah. silakan berkata terus siang saja," sahutnya
kemudian
"Aku tak berkelakar, tapi sungguh-sungguh, kami ingin
menjadi pengawalmu," kata Nyo Ko pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Eh, kiranya kedua orang ini ingin cari pangkat dan
kedudukan," demikian pikir Yali Cin. Karena itu segera
sikapnya berubah lain, sebab disangkanya orang tentu
membutuhkan bantuannya maka dengan sungguh-sungguh
dia lantas berkata: "Enghiong sesudah belajar silat memang
harus diabdikan kerajaan, hal ini memang jalan yang tepat."
"Kau telah salah tangkap maksudku," ujar Nyo Ko dengan
tertawa, "Kami bukan hendak mencari pangkat kami sedang
dikejar oleh musuh yang sangat lihay sepanjang jalan, karena
kami tak ungkulan melawannya, maka ingin menyamar
sebagai pengawalmu untuk menghindarinya sementara."
Yali Cin sangat kecewa sebab dugaannya salah, mukanya
segera berubah lagi dan tak berani berlagak..."
"Ah, kalian suka merendah diri saja, masakah seorang
musuh perlu ditakuti?" katanya dengan tertawa, "Tetapi kalau
mereka berjumlah banyak, Hekoan dapat kirim pasukan dan
menangkap mereka untuk diserahkan padamu."
"Aku saja tak bisa menandingi dia, sebaiknya tak perlu kau
ikut repot," sahut Nyo Ko. "Lekas kau perintah pelayanmu
mengambilkan pakaian agar kami bisa menyamar."
Yali Cin tak berani membantah, ia perintah pengawalnya
mengambilkan pakaian yang diminta dan silakan Nyo Ko dan
Bu-siang salin ke kamar lain.
Sesudah tukar pakaian, waktu Bu-siang bercermin, nyata
ia telah berubah menjadi perwira muda bangsa Mongol yang
cakap.
Besok paginya berangkatlah mereka ikut rombongan
pasukan tentara itu, Nyo Ko dan Bu-siang masing-masing
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
digotong dengan sebuah Joli mentereng, sebaliknya Yali Cin
malah menunggang kuda.
Sebelum lohor, terdengarlah suara kelenengan nyaring
dari jauh, tapi sekejap saja suara itu sudah lewat melampaui
rombongan mereka, Tentu saja Bu-siang sangat girang,
pikirnya: "Sungguh nikmat sekali merawat luka di dalam joli
ini, biarlah aku digotong mereka sampai daerah Kanglam saja"
Dua hari kemudian, suara kelenengan keledai yang sangat
ditakuti itu sudah tak terdengar lagi, agaknya Li Bok-chiu
sudah mengejar terus ke desa dan tidak kembali pula. Begitu
juga para Tojin dan anggota Kay-pang yang ingin menuntut
balas pada Liok Bu-siang pun tidak menemukan jejaknya.
Pada hari ketiga, sampailah mereka di Liong-Se, satu kota
persimpangan jalan yang penting dan ramai.
Sehabis bersantap malam, iseng2 Yali Cin mendatangi
kamarnya Nyo Ko untuk meminta petunjuk tentang ilmu silat.
Dasar Yali Cin ini pandai bicara, ia sengaja menyanjung
dan mengumpak Nyo Ko setinggi langit, maka untuk jasa itu
Nyo Ko telah memberikan sekali dua petunjuk padanya,
walaupun hanya dasar-dasar yang tidak berarti, tapi bagi Yali
Cin sudah tterupakan pelajaran yang tak pernah didengarnya,
tentu saja tidak sedikit faedah baginya. Selagi Yali Cin
mencurahkan seluruh perhatiannya mendengarkan "kuliah"
Nyo Ko, tiba-tiba datanglah seorang pengawalnya melapor
bahwa dari orang-tuanya di kotataja ada mengirim utusan
baginya.
"Baiklah, segera aku datang," sahut Yali Cin girang,
Sedang ia hendak mohon diri pada Nyq Ko, mendadak ia
timbul pikirannya: "Ah, kenapa aku tidak menerima kurir
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pengantar surat itu M hadapannya, dengan begitu bisa
menandakan akuj tidak pandang dia sebagai orang asing, dan
cara dia" mengajarkan ilmu silatnya padaku tentu akan bersungguh-
sungguh juga."
Segera pengawalnya diberi perintah: "Panggil dia
menghadap padaku di sini."
Pengawal itu merasa aneh oleh karena perintah itu, "Ma...
mana..." demikian dengan samar-samar ia hendak
menjelaskan
Namun Yali Cin lantas lambaikan tangannya dan bilang
lagi: "Tak apa, bawalah dia ke sini!"
"Tetapi Lotayjin sendiri yang..." kata si pengawal pula.
"Ah, kau hanya banyak omong saja," sela Yali Cin tak
sabar, "Lekas pergi...."
Belum habis ia bicara, tahu-tahu tirai kamar tersingkap
dan masuklah seorang dengan tertawa.
"Anak Cin, tentu kau tak menduga akan diri ku, bukan ?"
demikian kata orang itu segera.
Girang dan kejut Yali Cin demi mengenali siapa adanya
orang itu, Lekas-lekas ia berlari memapak dan menyembah.
"Ah, kiranya Ayah..."
"Ya, memang aku sendiri yang datang," potong orang itu.
Kiranya orang ini memang bukan lain adalah ayah Yali Cin,
itu perdana menteri negeri Mongol Yali Cu-cay.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar Yali Cin panggil orang itu sebagai ayah, Nyo Ko
tak tahu bahwa orang adalah Perdana Menteri yang sangat
berkuasa di negeri Mongol, ia lihat alis jenggot orang sudah
putih, wajahnya alim menandakan seorang yang beribadat,
mau-tak-mau dalam hati Nyo Ko timbul juga semacam
perasaan menghormat.
Dan baru saja orang itu berduduk, dari luar kembali masuk
lagi dua orang terus memberi hormat pada Yali Cin dan
menyebutnya sebagai "Toa-ko."
Kedua orang ini yang satu laki-laki dan yang lain wanita.
Yang lelaki berumur antara 25-26 tahun, sedang usia yang
perempuan kira-kira sebaya dengan Nyo Ko.
"Ah, Ji-te dan Sam-moay, kalian pun ikut datang!" sapa
Yali Cin kepada muda-mudi itu dengan girang.
Pemuda itu adalah putera Yali Cu-cay kedua, namanya Yali
Ce, dan puterinya bernama Yali Yen. perawakan Yali Ce kurus
jangkung, tetapi sikapnya gagah dan wajahnya cakap, Yali
Yen pun berpotongan ramping tinggi, tampaknya mereka
sekeluarga memang berketurunan perawakan tinggi.
Meskipun perawakan Yali Yen tinggi, namun wajahnya
masih membawa sifat kanak-anak, dibilang cantik, sebenarnya
tak begitu cantik, tetapi di antara senyumannya terdapat juga
semacam gayfa yang menggiurkan.
"Ayah, keberangkatanmu dari kotaraja, sedikitpun anak
tidak mengetahui." sementara itu Yali Cin berkata pula.
"Ya," Yali Cu-cay mengangguk "karena ada suatu urusan
besar, kalau bukan aku sendiri yang memimpinnya, betapapun
rasa hatiku tak lega."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sambil berkata, pandangannya telah merata Nyo Ko
beserta para pengawal yang berada di situ, maksudnya agar
mereka diperintahkan menyingkir.
Tentu saja Yali Cin menjadi serba salah, seharusnya ia
mengibaskan tangan menyuruh para pengawalnya pergi, tapi
Nyo Ko adalah orang yang tak boleh dipersamakan dengan
bawahannya, karena itu, sikapnya menjadi kikuk dan raguragu.
Namun Nyo Ko cukup tahu diri, dengan tersenyum ia
mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
"Siapakah dia tadi?" tanya Yali Cu-cay pada Yali Cin segera
sesudah Nyo Ko menyingkir.
"Kenalan baru yang bertemu di tengah jalan tadi," sahut
Yali Cin samar-samar untuk menghindari kehilangan pamor di
hadapan adik2nya, "Ada urusan penting apakah sebenarnya,
sampai ayah berangkat sendiri ke selatan?"
Yali Cu-cay menghela napas atas pertanyaan sang putera.
"Ya, pertama-tama untuk menghindari bahaya, kedua
demi keutuhan negeri kita yang sudah tertanam kukuh oleh
cakal-bakal kita itu," sahutnya kemudian.
Yali Cin terdiam karena jawaban itu, ia saling pandang
sekejap dengan adik2nya, wajah mereka pun mengunjuk rasa
duka.
Kiranya sesudah cakal-bakal negeri Mongol, Jengis Khan
wafat, putera kedua, Gotai menggantikan tahta, setelah Gotai
meninggal, kedudukan-nya diganti oleh puteranya yang
pendek umur, tatkala pemerintahan dikuasai permaisuri dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
karena permaisuri main konco2an dan percaya pada
sekelompok kecil orang, banyak pembesar lama dan panglima
yang berjasa malah tergencet hingga suasana pemerintahan
sangat kacau.
Yali Cu-cay adalah pembesar tiga angkatan sejak Jengis
Khan dan berjasa besar sebagai orang yang ikut membangun
kerajaan Mongol, karena itu setiap permaisuri membuat
kesalahan, ia suka memberi kritik secara jujur. Tetapi
permaisuri menjadi kurang senang karena tindak tanduknya
selalu dirintangi.
Sudah tentu Yali Cu-cay juga insaf bahwa keselamatannya
dengan sendirinya selalu terancam, tetapi demi kepentingan
negara yang dahulu ikut didirikannya dengan susah payah, ia
telah berpikir siang dan malam untuk mencari jalan keluar
yang paling baik
Suatu malam sesudah dia baca kitak "Cu-ti-thong-kam"
karangan Suma Kong dari ahala Song, mendadak tergerak
pikirannya, ia mendapatkan satu akal bagus. Besok paginya
dalam sidang ia mengajukan usul agar dirinya diutus ke
daerah Ho-lam untuk menenteramkan keadaan di sana yang
sedang bergolak.
Dengan sendirinya usul itu sangat cocok dengan keinginan
permaisuri yang sudah lama bermaksud menyingkirkan dia,
maka diutuslah Yali Cu-cay ke Holam dengan kuasa penuh.
Yali Cu-cay mengadakan perundingan dengan para
sahabat lama dan akalnya ternyata disetujui dan didukung
dengan suara bulat oleh kawan-kawan lama itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya akal yang Yali Cu-cay rencanakan itu yalah pada
suatu saat permaisuri hendak dirobohkan dan mengangkat
raja baru, yakni meniru cara apa yang terjadi pada jamannya
Bu-cek-thian dari ahala Tong.
Mula-mula ia mengusulkan dirinya di utus ke Holam dan
disetujui permaisuri tetapi di sana ia menghimpun pasukan
dan panglima2 yang perkasa, setelah kekuasaan militer
berada di tangannya, segera ia mengangkat raja baru dan
mendesak permaisuri mengundurkan diri. Tatkala itu calon
raja yang mereka dukungi adalah cucu Jengis Khan, putera
Dule yang bernama Monka.
Begitulah, dengan suara pelahan Yali Cu-cay ceritakan
rencananya pada sang putera. Yali Cin merasa girang dan
kuatir, sebab kalau rencana itu terlaksana, dengan sendirinya
mereka berjasa besar, sebaliknya kalau gagal, itu berarti
bahaya bagi kehancuran keluarga mereka.
Selagi mereka berempat sedang berunding secara rahasia,
waktu itu juga Nyo Ko sedang duduk semadi di kamar Liok Busiang
dengan memusatkan pendengarannya mengikuti
pembicaraan Yali Cu-cay berempat.
Bagi orang yang sudah tinggi Lwekang yang dilatihnya,
penglihatan dan pendengaran atas sesuatu selalu lebih tajam
dari pada orang biasa.
Oleh sebab itulah, meski kamar di mana Nyo Ko dan Busiang
berada masih diseling dengan sebuah ruangan lain,
suara bicara Yali Cu-cay pun sangat perlahan, bagi Liok Busiang
sedikitpun tak kedengaran, tapi untuk Nyo Ko sebaliknya
dapat didengar dengan jeIas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Walaupun apa yang dibicarakan keempat orang itu adalah
rahasia pemerintahan Mongol dan tiada sangkut pautnya
dengan Nyo Ko, namun uraian Yali Cu-cay itu sangat menarik,
Nyo-Ko jadi ingin mendengarkan terus.
"Hai, ToloI, kenapa kau bersemadi di sini.". tegur Busiang.
sesudah menunggu dan melihat orang hingga sekian
lama tak bergerak.
Tetapi saat itu justru Nyo Ko lagi pusatkan-perhatiannya
untuk mendengarkan pembicaraan orang, terhadap kata-kata
Bu-siang itu sebaliknya malah tak didengarnya.
Sesudah ulangi lagi tegurannya dan masih tiada jawaban,
akhirnya Bu-siang menjadi marah.
"Hai, Tolol, kau mau bicara dengan aku tidak?" omelnya.
Karena Nyo Ko tetap tidak menyahut, ia bermaksud
mengitik2nya, tapi sekonyong-konyong Nyo Ko-melompat
bangun.
"Ssssttt, diluar ada orang mengintip," katanya, tiba-tiba
dengan suara mendesis.
Akan tetapi sedikitpun Bu-siang tidak mendengar sesuatu
suara yang mencurigakan.
"Kau mau dustai aku?" sahut si gadis dengan suara
rendah.
"Bukan di sini, tetapi di rumah yang sana" kata Nyo Ko.
Namun Bu-siang lebih-lebih tak percaya, ia tersenyum
sambil mengomel: "Tolol!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ssst, jangan-jangan gurumu yang mencari kemari lekas
jkita sembunyi dahulu," dengan suara bisik Nyo Ko
peringatkan pula sembari tarik-tarik baju nona.
Mendengar gurunya di-sebut-sebut, mau tak mau Bu-siang
menurut, ia ikut Nyo Ko mendekam di luar jendela untuk
mengintai
Tiba-tiba Nyo Ko menuding ke arah barat waktu Bu-siang
mendongak, betul saja dilihatnya dari atas rumah yang agak
jauh sana mendekam sesosok bayangan orang, Tatkala itu
tiada sinar bulan hingga malam gelap gulita, kalau tidak
memandang dengan seluruh perhatian, memang sukar untuk
membedakan apakah itu bayangan orang atau bukan.
Baru sekaranglah Bu-siang mau menyerah, alangkah
kagumnya pada "si Tolol" yang tak di-mengerti cara
bagaimana bisa mengetahui datangnya orang itu?
"Bukan Suhu," katanya kemudian pada Nyo Ko. Sebab ia
tahu gurunya sangat tinggi hati, baju peranti jalan malam
yang dipakainya kalau bukan berwarna kuning langsat tentu
berwarna putih mulus, sama sekali tak mau mengenakan
pakaian hitam.
Belum selesai ia berkata, mendadak orang berbaju hitam
itu melompat ke sana dan sekejap saja sudah melintasi tiga
deret rumah, sampai di luar jendela kamar di mana terdapat
ayah dan anak keluarga Yali, segera sebelah kakinya
melayang, ia depak terpentang daun jendelanya, lalu dengan
senjata "Liu-yap-to" (golok bentuk sempit panjang dan sedikit
melengkung) terhunus, dengan cepat sekali ia melompat
masuk.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Yali Cu-cay, hari ini biarlah aku mati bersama kau,"
terdengar orang itu berteriak. Waktu menyaksikan gerak
tubuh orang itu yang cepat, tetapi bergaya lemas, Nyo Ko
menduga tentu seorang perempuan. Ketika mendengat suara
teriakannya, ia menjadi terang memang suara kaum wanita.
"Ha, ilmu silat orang itu jauh di atas Yali Cin, jiwa orang
tua berjenggot putih itu sukar dipertahankan lagi," demikian
terpikir olehnya.
"Lekas kita pergi melihatnya," ajaknya pada Bu-siang.
Dengan cepat mereka lantas menyusup ke sana, dari luar
jendela mereka melihat Yali Cin sementara itu sudah angkat
sebuah bangku sebagai senjata untuk menempui wanita
berbaju hitam itu.
Ilmu permainan golok wanita baju hitam itu bagus sekali,
golok Liu-yap-to yang dia pakai pun tajam luar biasa, hanya
beberapa kali bacokan, empat kaki bangku itu sudah tertabas
kutung.
"Lekas Iari, ayah !" teriak Yali Cin insaf tak bisa
menandingi orang. Habis ini ia berteriak pula. "Mana
orangnya, maju lekas!"
Karena teriakan ini wanita itu kuatir kalau bala bantuan
membanjir datang dan tentu tak leluasa lagi bagi tujuannya,
maka sebelah kakinya mendadak menendang gerak kakinya
cepat, sekali tanpa kelihatan, karena tak berjaga-jaga dengan
tepat Yali Cin tertendang pinggangnya dan roboh
menggelongsor.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kesempatan itu tak di-sia-siakan oleh wanita muda itu,
begitu menyerobot maju, ia angkat goloknya terus membacok
kepala Yali Cu-cay.
"Celaka!" teriak Nyo Ko di dalam hati.
Segera ia siapkan segenggam Giok-hong-ciam atau jarum
tawon putih dan selagi hendak disambitkan tangan si nona
yang memegang senjata, tiba-tiba puteri Yali Cu-cay, Yali Yen
yang berdiri di samping itu mendahului membentak: "Jangan
sembrono!"
Berbareng itu sebelah tangannya menghantam ke muka
nona baju hitam itu dan tangan yang lain diulur buat merebut
senjata orang.
Gerak serangan ini sungguh tepat sekali, terpaksa nona itu
harus mengegos menghindari hantaman, namun tidak urung
pergelangan tangan yang memegang senjata kena dipegang
Yali Yen, walaupun demikian, secara sebat sekali kakinya
lantas melayang, Karena tendangan yang mengarah tempat
berbahaya ini, Yali Yen dipaksa lepaskan tangan dan
melompat mundur, karena inilah Liu-yap-to gadis itu tidak
sampai kena direbut.
Melihat gebrakan kedua nona itu sama sebat dan sama
lihay, dalam hati Nyo Ko menjadi heran sekali. sementara itu,
sekejap saja kedua gadis itu sudah saling gebrak belasan jurus
bergantian.
Waktu itu juga, dari luar telah membanjir masuk belasan
orang pengawal karena teriakan Yali Cin tadi, demi melihat
kedua nona itu sedang bertarung dengan sengitnya, mereka
hendak maju membantu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Nanti dulu," tiba-tiba Yali Ce mencegah mereka.
"Samsiocia (puteri ketiga) tidak perlu bantuan kalian"
Di lain pihak, sesudah menyaksikan ilmu silat kedua nona
itu, Nyo Ko menoleh dan berkata pada Liok Bu-siang: "Bini
cilik, kepandaian kedua orang itu lebih tinggi dari pada kau."
Bu-siang menjadi gusar karena orang menyebut lagi "bini"
padanya, begitu tangan diangkat kontan ia hendak tempeleng
orang. "Ssstt, jangan ribut, lebih baik menonton perkelahian
saja," kata Nyo Ko pelahan dengan tertawa sambil
mengelakkan diri.
Sebenarnya ilmu silat kedua nona itu kalau dibilang lebih
tinggi dari pada Liok Bu-siang juga belum tentu tepat Cuma
kedua nona itu memang mendapatkan didikan guru pandai
kalau dibandingkan Yali Cin, terang jauh lebih tinggi.
Begitulah maka Yali Cu-cay dan Yali Cin tidak kepalang
heran dan terperanjat, sebab sama sekali mereka belum
pernah tahu Yali Yen berlatih silat, siapa tahu si gadis memiliki
ilmu silat yang begitu bagus, saking herannya hingga mereka
ternganga.
Tak Iama lagi, karena Yali Yen tak bersenjata, beberapa
kali ia hendak rebut golok orang, namun tak berhasil
sebaliknya ia malah terdesak melompat sini dan berkelit ke
sana tanpa bisa membalas.
"Sam-moay, biarkan aku yang mencobanya, kata Yali Ce
tiba-tiba, Berbareng ini mendadak ia menyela maju, dengan
tangan kanan melulu, beruntun2 tiga kali memukul
"Baik, coba kau bagaimana," sahut Yali Yen setelah
mundur ke pinggir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tadi waktu Yali Yen bergebrak dengan gadis baju hitam
itu, Nyo Ko hanya bersenyum dan menonton pertarungan itu
dengan sikap dingin, tetapi kini begitu Yali Ce turun tangan,
hanya tiga kali serangan saja sudah bikin hatinya terkesiap.
Ia lihat tangan kiri Yali Ce bertolak pinggang, sama sekali
tak ikut bergerak, melulu tangan kanan saja yang digunakan
buat melawan nona baju hitam itu, kakinya pun tidak pernah
menggeser barang selangkahpun secara tenang dan
seenaknya mencari kesempatan buat rebut golok lawan, tipu
gerakannya sangat aneh, bahkan tempat dan waktu yang
digunakannya pun jitu sekali, sungguh suatu ilmu kepandaian
yang lain daripada yang lain.
Tentu saja Nyo Ko terheran-heran. "Mengapa orang ini
begini lihay?" demikian pikirnya.
Siapakah gadis baju hitam itu? Ada permusuhan apa dengan
keluarga Yali?
Apakah Nyo Ko akan bantu rencana Yali Cu-cay
menumbangkan kedudukan permaisuri dan angkat raja baru
negeri Mongol?
(Bacalah jilid ke-15)
Jilid 15
"Tolol, kepandaian orang ini jauh melebihi kau!" Bu-siang
balas mengejek si Nyo Ko.
Namun Nyo Ko sedang tercengang, maka tak didengarnya
apa yang dikatakan si nona.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sam-moay, lihatlah yang jelas," terdengar Yali Ce berkata
pada adiknya sambil melayani si gadis baju hitam. "Kalau aku
tepuk dia punya "pi-su-hiat", tentu dia akan menghindar
mundur ke samping, menyusul aku lantas pegang dia punya
"ki-kut-hiat", mau-tak-mau dia harus angkat golok-nya buat
membacok. Pada saat itulah kita harus turun tangan secara
cepat dan dapatlah merebut senjatanya."
"Cis, belum tentu bisa begitu gampang," damperat gadis
baju hitam dengan gusar.
"Tetapi memang begitulah, lihatlah ini," kata Yali Ce.
sambil berkata, betul juga ia hantam "pi-sui-hiat" si gadis.
Pukulan ini tampaknya seperti menceng dan miring, tetapi
justru mengurung rapat segala jalan mundur lawannya, hanya
pada ujung belakang kiri sedikit ke samping itulah ada
peluang, karena si gadis hendak hindarkan pukulan itu,
terpaksa ia mundur miring ke samping sana.
Yali Ce angguk-angguk suatu tanda pukulannya membawa
hasil, menyusul betul juga ia ulur tangan hendak pegang "Kikut-
hiat" lawan.
Sebenarnya dalam hati si gadis itu sudah memperingatkan
dirinya sendiri agar "sekali-kali jangan angkat golok balas
membacok" seperti apa yang direncanakan Yali Ce. Akan
tetapi keadaan pada waktu itu sangat berbahaya, jalan lain
memang tidak ada kecuali angkat goloknya buat balas
membacok yang merupakan satu-satu-nya gerak tipu yang
jitu.
Karena itulah, tanpa bisa pikir banyak, segera goloknya
mengayun, ia balas menyerang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Nah, begitu bukan?" dengan sungguh-sungguh Yali Ce
berkata.
Mendengar perkataannya ini, semua orang menduga pasti
Yali Ce akan ulur tangan buat merebut senjata si gadis, siapa
tahu tangan kanannya malah dia tarik kembali dan
dimasukkan ke dalam lengan baju.
Maka luputlah bacokan gadis baju hitam itu, sebaliknya ia
lihat kedua tangan orang malah bersedakap seenaknya,
keruan saja ia rada tertegun.
Pada saat itu juga, sekonyong-konyong Yali Ce ulur tangan
kanan lagi dengan dua jari ia menjepit punggung golok si
gadis dan sedikit diangkat ke atas, karena itu, gadis itu tak
mampu pegang kencang senjatanya hingga kena direbut
orang secara mentah-mentah.
---------- Gambar ------------
"Wanyen Ping, "Beberapa kali kami ampuni jiwamu, kau
selalu cari perkara, apa sih maksudmu sebenarnya?" demikian
kata Yali Yen sambil menahan pukulan orang.
---------------------------------
Menyaksikan pertunjukan ilmu sakti itu, seketika semua
orang terkesima, menyusul suara sorak sorai memecah
kesunyian memuji kepandaian Yali Ce tadi.
"Nah, sekarang iapun tak bersenjata," kata Yali Ce pada
adik perempuannya sambil melangkah mundur, "kau maju lagi
menjajal dia, tabah sedikit dan hati-hati terhadap tendangan
kilatnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena goloknya direbut orang, wajah gadis baju hitam itu
kelihatan muram, untuk sejenak terpaku di tempat.
Semua orang menjadi heran oleh kelakuannya, mereka
pikir: "Kalau Jikongcu (tuan muda kedua) tidak menangkap dia
sekaligus, terang maksudnya sengaja membebaskan dia lari,
tapi dia justru tak mau kabur, lalu apa kehendaknya?"
Dalam pada itu, karena kata-kata abangnya tadi, Yali Yen
telah tampil ke depan lagi.
"Wanyen Peng, berulang kali kami telah ampuni kau, tapi
kau selalu merecoki kami, apa sampai hari ini kau masih
belum mau mengakhiri maksudmu itu?" begitulah kata Yali
Yen pada gadis baju hitam itu.
Mendengar nama yang disebut Yali Yen, diam-diam Nyo
Ko sangat heran oleh nama beberapa orang yang aneh itu.
Nyata, karena masih muda dan cetek pengalamannya, Nyo
Ko tak tahu bahwa "Yali" adalah nama keluarga kerajaan
negeri Liau, sedang "Wan-yen", adalah nama keluarga
kerajaan negeri Kim, beberapa orang yang berada di dalam
kamar itu memang keturunan bangsawan kedua negeri itu.
Cuma tatkala itu negeri Liau sudah ditelan kerajaan Kim,
dan negeri Kim telah dicaplok pula oleh Mongol. Oleh sebab
itu, baik Yali maupun Wan-yen, semuanya adalah keluarga
raja2 yang sudah musnah negerinya.
Begitulah Wanyen Peng ternyata tak menjawab kata-kata
Yali Yen tadi, ia masih menunduk dan termenung-menung.
"Baiklah, jika kau memang ingin tentukan unggul dan asor
dengan aku, marilah kita mulai lagi," kata Yali Yen kemudian.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Berbareng itu, melompat maju terus menjotos susul-menyusul
dua kaIi.
"Kembalikan golokku itu," serunya tiba-tiba dengan nada
suara memelas.
Yali Yen tertegun karena permintaan itu, katanya dalam
hati: "Kakakku sengaja rebut senjata mu agar kau bergebrak
rangan kosong dengan aku, kenapa sekarang kau malah minta
kembali senjatamu ?"
Walaupun begitu, karena wataknya memang berbudi,
maka iapun tidak menolak "Baiklah", demikian sahutnya, Habis
itu, dari tangan abangnya ia ambil golok Liu-yap-to itu dan
dilemparkan pada Wanyen Peng.
"Sam-siocia, kaupun gunakan senjata," kata seorang
pengawal sambil menyerahkan goloknya.
"Tak perlu," sahut Yali Yen. Tetapi setelah dipikir lagi,
segera ia menambahkan: "Baiklah, dengan tangan kosong aku
memang bukan tandinganmu biarlah kita bertanding golok."
Lalu golok pengawal tadi diterimanya, walau pun beratnya
sedikit terasa antap, namun boleh juga sekedar dipakai.
Di lain pihak setelah terima kembali senjatanya sendiri,
muka Wanyen Peng tampak putih pucat, dengan tangan kiri
memegang golok, tangan kanan menuding Yali Cu-cay dan
berkata: "YaIi Cu-cay, kau telah bantu orang Mongol dan
tewaskan ayah-bundaku, selama hidupku ini terang aku tak
sanggup menuntut batas lagi padamu, Biarlah kita bikin
perhitungan nanti diakhirat saja !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitu selesai bicara, mendadak golok di tangan itu terus
menggorok ke lehernya sendiri.
Waktu mendengar kata-kata si gadis tadi dengan sorot
matanya yang guram, seketika hati Nyo Ko memukul keras,
dadapun terasa sesak dan tanpa tertahan berseru : "Kokoh !"
Pada saat ia berseru itulah Wanyen Peng telah angkat
goloknya hendak membunuh diri. Namun gerak tangan Yali Ce
cepat tiada bandingan-nya, ketika tubuhnya sedikit
mendoyong dan tangannya menjulur, dengan dua jari saja ia
berhasil merebut golok si gadis, bahkan orangnya ditutuk pula
hingga tak bisa berkutik.
"Baik-baik saja begini, kenapa lantas berpikiran pendek?"
demikian katanya.
Terjadinya beberapa peristiwa tadi, yakni Wanyen Peng
hendak menggorok leher sendiri dan Yali Ce merebut
senjatanya dengan jepitan jarinya, semuanya terjadi dalam
sekejap saja, ketika dapat melihat jelas oleh semua orang,
sementara itu golok si gadis sudah berpindah ke tangan Yali
Ce Iagi.
Karena itulah, seketika ramai suara jeritan kaget dari
orang banyak hingga seruan "Kokoh" yang diucapkan Nyo Ko
itu tidak diperhatikan orang sebaliknya Liok Bu-siang yang
berada di samping nya dapat mendengar dengan terang.
"Apa kau sebut dia? ia adalah kokohmu?" "tanyanya
dengan suara tertahan.
"Bukan......bukan!" sahut Nyo Ko cepat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kitanya tadi waktu Nyo Ko nampak sorot mata Wanyen
Peng yang menunjuk perasaan penuh sunyi dan hampa,
seperti sudah putus asa, hal ini mirip sekali dengan sorot mata
Siao-liong-li dahulu sewaktu hendak berpisah dengan dia itu.
Dan karena melihat sorot mata orang itu tadi, tanpa terasa
Nyo Ko terkesima seperti orang ling-lung hingga lupa dirinya
berada di mana pada waktu itu.
Melihat keadaan Nyo Ko yang aneh itu, Bu siang tak
menanya lebih lanjut, sebaliknya ia dengar di dalam sana Yali
Cu-cay sedang buka suara dengan pelahan.
"Nona Wanyen, sudah tiga kali kau hendak membunuh
aku, tetapi setiap kali selalu gagal," demikian kata orang tua
itu. "Dalam persoalan ini, sebagai perdana menteri negara
Mongol, akulah yang musnahkan tanah airmu dan membunuh
ayah-bundamu. Tetapi sebaliknya apa kau tahu siapa lagi
yang telah "bunuh leluhurku dan menghancurkan negeriku?"
"Aku tak tahu," sahut Wanyen Peng.
"Baiklah kuterangkan," tutur Yali Cu-cay, "Leluhurku
adalah keluarga raja Liau dan negeri Liau kami itu telah
dimusnahkan oleh negeri Kim bangsamu, Keturunan Yali dari
keluarga kami itu habis dibunuh oleh keluarga Wan-yen kalian
hingga tidak seberapa gelintir orang yang ketinggalan.
Karena itu, pada waktu muda akupun bersumpah buat
tuntut balas sakit hati ini, karenanya aku telah bantu raja
Mongol menghancurkan negaramu Kim. Ai, cara balasmembalas
ini entah akan berakhir kapan ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada waktu mengucapkan kata-kata terakhir itu, Yali Cucay
mendongak memandang keluar jendela, terbayang
olehnya beratus bahkan beribu jiwa yang telah melayang
akibat saling bunuh-membunuh tanpa ada habisnya itu.
Sewaktu mendengarkan tadi, tiba-tiba Wanyen Peng gigit
bibirnya hingga beberapa giginya yang putih bersih bagai
mutiara tertampak jelas.
"Hm", tiba-tiba ia menjengek terhadap Yali Ce. "Tiga kali
menuntut balas dan tidak berhasil, kusesalkan kepandaianku
sendiri yang tak becus, Tetapi aku hendak bunuh diri, kenapa
kau ikut campur tangan pula?"
"Asal selanjutnya nona berjanji tidak akan merecoki kami
lagi, segera aku bebaskan kau," sahut Yali Ce.
Wanyen Peng mendengar ia tidak menjawab melainkan
matanya yang mendelik gusar.
Kemudian Yali Ce baliki Liu-yap-to rampasannya itu,
dengan garan senjata itu ia ketok pelahan beberapa kali
pinggang si gadis untuk melepaskan jalan darahnya.
Kiranya Yali Ce ini memang laki-laki sejati, tadi dalam
keadaan terpaksa, maka dia menutuk dengan jari tangan,
tetapi kini ia tak berani menyentuh tubuh si gadis lagi
melainkan menggunakan garan golok untuk melepaskan Hiatto
yang tertutup itu.
Sesudah itu segera Yali Ce angsurkan golok itu kepada
pemiliknya.
Semula Wanyen Peng rada ragu-ragu, tetapi akhirnya
diterimanya kembali juga.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Yali-kongcu, sudah beberapa kali kau berlaku murah hati
dan melayani aku dengan sopan, hal ini aku cukup
mengetahuinya", demikian katanya kemudian "Tetapi sakit
hati antara keluarga Wanyen kami dengan keluargamu Yali
sedalam lautan, betapapun juga, sakit hati orang tua tak bisa
tak dibalas".
Yali Ce pikir: "Nyata gadis ini masih akan bikin ribut tiada
hentinya, ilmu silatnya juga tinggi, padahal aku tak bisa selalu
disamping ayah untuk melindungi selama hidupnya, Ah,
kenapa aku tidak pancing dia agar dia tuntut sajalah saja
padaku."
"Nona Wanyen, begitulah ia berkata "kau hendak
membalas dendam orang tua, cita2mu itu sungguh harus
dipuji Cuma persengketaan angkatan tua, hendaklah orang
tua itu selesaikan sendiri dan kita yang menjadi orang
angkatan muda, masing-masing pun ada budi dan dendamnya
sendiri-sendiri. Maka bila kau akan menuntut balas, utang
darah antara keluarga kita itu bolehlah kau cari saja padaku
sendiri tetapi kalau ayahku yang kau recoki, kelak kalau kita
bertemu pula, soalnya tentu akan menjadi sulit."
"Hm, enak saja kau bicara, ilmu silatku jelas tak bisa
mengungkuli kau, mana bisa aku balas dendam padamu,
sudahlah sudahlah!" sahut Wan-yen Peng sambil tutup
mukanya terus bertindak
Yali Ce mengarti dengan perginya si gadis, tentu orang
akan cari jalan buat bunuh diri lagi, karena bermaksud
menolong jiwa orang, maka ia sengaja berkata pula dengan
tertawa dingin: "Huh, wanita keluarga Wanyen kenapa tak
punya pambekan!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kenapa tak punya kambekan?" tanya Wanyen Peng tibatiba
sembari berpaling.
"Soal ilmu silatku lebih tinggi dari kau, ya, itu memang
betul, tetapi apanya yang perlu dibuat heran? Hal ini oleh
karena aku pernah mendapat ajaran dari guru pandai, dan
bukan karena aku memepunyai bakat yang melebihi orang
lain," kata Yali Ce.
"Kau masih semuda ini, asal kau mau mencari guru
dengan penuh keyakinan, apa tak Msa kau mendapatkannya?"
Sebenarnya hati Wanyen Peng penuh mendongkol dan
gusar tidak kepalang, tapi mendengar beberapa kata itu,
diam-diam ia memanggut juga.
"Setiap kali aku bergebrak dengan kau, selalu aku hanya
gunakan tangan kanan saja, hal ini bukannya aku sengaja
berlaku sombong," kata Yali, Ce lagi. "Tetapi sebabnya karena
tipu serangan tangan kiriku terlalu aneh, bila sampai
bergebrak, tentu akan melukai orang, oleh karenanya aku
bersumpah kalau tidak dalam detik yang berbahaya, sekali-kali
aku tidak sembarangan menggunakan tangan kiri, Maka begini
saja sebaiknya, biarlah kalau kau sudah belajar lagi dari guru
pandai, setiap saat kau boleh datang mencari aku lagi, asal
kau mampu memaksa aku menggunakan tangan kiri seketika
juga aku potong leherku sendiri tanpa menyesal"
Dengan uraian ini sungguh-sungguh Yali Ce ingin
menolong jiwa orang, ia tahu ilmu silat Wanyen Peng masih
berselisih jauh dengan dirinya, sekalipun dapatkan guru
pandai juga susah hendak menangkan dirinya. Maka
tujuannya hanya untuk mengulur tempo belaka agar sesudah
lewat agak lama, rasa dendam Wanyen Peng bisa mereda
hingga tak perlu membunuh diri lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Oleh karena itu, Wanyen Peng berpikir: "Kau toh bukan
dewa, kalau aku berlatih secara sungguh-sungguh masakan
dengan dua tanganku tak bisa menangkan sebelah tanganmu
itu?"
Maka goloknya segera ia angkat ke atas dan berseru :
"Baik! Laki-laki sejati sekali kata..."
"Kuda cepat sekali pecut!" sambung Yali Ge tanpa raguragu.
Dengan istilah "Laki-laki sejati sekali kata, kuda cepat
sekali pecut", artinya apa yang telah diucapkan itu tak akan
dipungkiri lagi.
Habis itu, dengan bersitegang lalu Wanyen Peng bertindak
pergi walaupun begitu, pada air mukanya tidak terhindar dari
rasa pedih dan lesu.
Melihat tuan muda mereka membebaskan si gadis, sudah
tentu para pengawal tak berani merintangi, sehabis memberi
hormat pada Yali Cu-cay, kemudian merekapun keluar kamar.
Peristiwa tadi terjadi dengan ramainya, namun sama sekali
Nyo Ko tak nampakkan diri, diam-diam Yali Cin menjadi heran
sekali.
"Ji-ko, kenapa kau bebaskan dia lagi?" terdengar Yali Yen
tanya abangnya, Yali Ce, dengan tertawa.
"Tidak bebaskan dia, apa harus bunuh dia?" sahut Yali Ce.
"Tetapi salah besar kalau kau bebaskan dia," kata Yali Yen
lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sebab apa?" tanya Yali Ce heran.
"Ji-ko, kau kehendaki dia menjadi isteri seharusnya jangan
kau lepaskan dia," ujar Yali Yen tertawa.
"Ngaco-belo!" omel Yali Ce dengan sungguh-sungguh.
Meiihat abangnya ber-sungguh-sungguh, kuatir orang marah,
maka tak berani lagi Yali Yen bergurau
Percakapan kedua orang itu semuanya didengar jelas oleh
Nyo Ko yang masih mengintip di luar jendela itu demi
mendengar apa yang dikatakan Yali Yen bahwa "kehendaki dia
menjadi isteri", aneh, dalam hatinya tanpa sebab timbul
semacam rasa iri, rasa cemburu, ia menjadi begitu benci
terhadap si Yali Ce itu.
Padahal ilmu silat Yali Ce sangat tinggi, tingkah lakunya
pun berbudi dan sesungguhnya adalah satu laki-laki sejati,
sebenarnya Nyo Ko diam-diam kagum padanya. Tetapi kini
demi terpikir Wanyen Peng akan diperisterikan dia, ia merasa
semakin tinggi ilmu silat Yali Ce dan semakin baik prilakunya,
hal ini semakin menandakan kemalangan nasib dirinya sendiri
Oleh sebab itulah, begitu dilihatnya sorot mata Wanyen
Peng sangat mirip Siao-Iiong-li, tanpa terasa bibit asmaranya
bersemi dan terlibat pada diri gadis itu.
Tengah ia tertegun, tiba-tiba dilihatnya berkelebat
bayangan Wanyen Peng di atas rumah sana yang menuju ke
jurusan tenggara.
"Coba aku pergi melihatnya," katanya tiba-tiba pada Liok
Bu-siang.
"Melihat apa?" tanya si nona.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun Nyo Ko tak menjawab, dengan cepat Wanyen Peng
disusulnya.
Meski ilmu silat Wanyen Peng tak terlalu tinggi, tetapi
Ginkang atau ilmu entengkan tubuhnya ternyata amat bagus,
sesudah Nyo Ko mengejar dengan "poIgas" hingga di luar kota
barulah dapat disusulnya.
Ia melihat Wanyen Peng masuk ke sebuah rumah
penduduk Dengan cepat Nyo Ko ikut melompat masuk ke
pelataran rumah itu dan sembunyi di pinggir tembok, Lewat
tak lama, kamar di sebelah barat sana kelihatan sinar lampu
yang dinyatakan, menyusul mana lantas terdengar suara
orang menghela napas panjang.
Dari helaan napas panjang itu jelas orangnya lagi berhati
duka dan menderita batin.
Mendengar suara helaan napas panjang itu, seketika Nyo
Ko tertegun seperti orang linglung di luar jendela kamar itu,
tanpa terasa iapun ikut menghela napas panjang.
Mendadak mendengar ada orang menghela napas juga di
kamar, Wanyen Peng terperanjat, lekas-lekas ia sirapkan
lampu dan mundur ke pojok kamar.
"Siapa?" bentaknya kemudian dengan suara tertahan.
"Kalau tidak berduka, mana bisa menghela napas?" sahut
Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Wanyen Peng semakin heran, dan lagu suara orang
agaknya tidak bermaksud jahat, maka ia tanya lagi: "Siapakah
kau sebenarnya?"
"Untuk membalas sakit hati, orang kuno pernah rebah
sambil merasakan pahitnya empedu, tetapi kau, gagal sekali
sudah hendak bunuh diri, bukankan harus malu dibandingkan
orang kuno itu?" kata Nyo Ko dari luar.
Dahulu di Tho-hoa-to pernah Nyo Ko bersekolah pada Ui
Yong dan banyak diceritakan oleh bibinya itu tentang hikayat
orang-orang jaman dahulu, diantaranya ialah Wat-ong dari
jaman Ciankok yang tertawan musuh, tetapi tanpa putus asa
dan dengan penuh sabar menantikan saat baik untuk
membalas dendam, sebagai gemblengan atas cita2-nya itu",
Wat-ong setiap hari mengicip2 rasa pahitnya empedu sambil
merebah, Cerita itulah kini di-sitir oleh Nyo Ko.
Karena itu, lalu terdengar suara pintu kamar dibuka,
Wanyen Peng menyalakan lagi lampunya, "Silakan masuk,"
begitulah ia sambut Nyo Ko.
Lebih dulu Nyo Ko memberi hormat, habis itu baru dia
masuk ke kamar orang.
Wanyen Peng rada heran melihat Nyo Ko memakai
seragam perwira bangsa Mongol, lagi pula usianya masih
muda.
"Petunjuk tuan memang tepat, dapatkah mengetahui
nama dan she tuan yang mulia?" tanyanya kemudian.
Akan tetapi Nyo Ko tidak menjawab, sebaliknya kedua
tangannya ia masukkan ke dalam lengan baju, habis itu baru
ia buka suara, tetapi menyimpang dari pertanyaan orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"ltulah Yali Ce telah membual secara tak tahu malu, ia kira
dengan tangan kanan saja sudah hebat sekali kepandaiannya,
padahal kalau mau rebut golok orang dan menutuk Hiat-to
orang, apa susahnya meski sebelah tangan tak dipergunakan?"
demikian katanya.
Namun Wanyen Peng tidak sependapat dengan uraian Nyo
Ko yang lebih sombong dari Yali Ce itu, tetapi karena belum
kenal asal usul orang, maka ia merasa tidak enak
mendebatnya.


Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru